ganjar fadillah - pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic principle menuju indonesia...
TRANSCRIPT
ISLAMIC SCIENCE WRITING COMPETITION
PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI BANGSA BERBASIS
QURANIC PRINCIPLE MENUJU INDONESIA SEBAGAI
ENTREPRENEURSHIP COUNTRY 2030
BIDANG PILIHAN : IPS
Oleh :
Ganjar Fadillah
Husna Syaima
Zahrotul Wakhidah
FORMATION OF THE NATION BASED CHARACTER GENERATION BASED
ON QURANIC PRINCIPLE TO MAKE INDONESIA AS ENTREPRENEURSHIP
COUNTRY 2030
Ganjar Fadillaha, Husna Syaimab, Zahrotul Wakhidahc
aFaculty of Mathematics and Natural Sciences Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia
Email : [email protected]
bFaculty of Mathematics and Natural SciencesSebelas Maret University, Surakarta, Indonesia
Email : [email protected] cFaculty of Agriculture
Sebelas Maret University, Surakarta, IndonesiaEmail : [email protected]
Indonesia is a rich country made up of 33 provinces in which there is a diverse ethnic
culture, traditional dances, folk songs. Approximately 220 million people inhabit this
charming emerald equator. So maybe it was not a problem when there is a shortage of
labor. Apparently all the wealth of Indonesia inversely proportional to the average
income of workers is still low, the lack of a reliable workforce, high levels of poverty,
corruption at all levels, and more. It is very alarming. Everyone including the government
also seems to understand that. However, the problem is certainly not without a solution
if there is a willingness to change with the start of the self. Willingness to be
independent and become an entrepreneur is the answer to the complex problems faced
by this country. Conditions entrepreneurship in Indonesia is experiencing growth that is
still not evenly distributed between the city and the countryside. Mental development
of entrepreneurship began to advance on the city that is experiencing economic growth.
All can be seen from the construction of shopping centers everywhere that certainly
illustrates the optimism in building the spirit and culture of entrepreneurship in
Indonesia. And this spirit arise from a variety of backgrounds, young and old. For the
formation of the character of generations of Quranic principle-based character
development presents a leader for themselves and others in order to foster the spirit of
entrepreneurship. Stages of the formation of character-based entrepreneurship Quranic
principle is positive thinking, taking an opportunity, and chasing an excellence and
improving the quality of life.
Implementation of character formation Quranic principle-based generation of people
towards entrepreneurship country Indonesia as 2030 conducted in two groups of
activities, which is integrated with learning activities, and directly integrated with
practical activities. Monitoring and evaluation system is used to determine the extent of
the effectiveness of the program is based on the achievement of predetermined
objectives, particularly entrepreneurship character formed in realizing the vision of
Indonesia 2030.
Keyword : Indonesia, entrepreneurship, Quranic, willingness, vision
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis masih dapat berkreasi untuk
menghasilkan sebuah karya tulis berjudul “Pembentukan Karakter Generasi
Bangsa Berbasis Quranic Principle Menuju Indonesia Sebagai Entrepreneurship
Country 2030”
Karya tulis ini disusun sebagai sarana informasi dan edukasi bagi
masyarakat sebagai media pembelajaran dan pengetahuan tentang pembentukan
karakter enterpreneur dengan menjadikan . Karya tulis ini juga merupakan sarana
untuk mengembangkan daya kreasi, ekspresi, dan apresiasi generasi muda
khususnya dalam membangun bangsa melalui wirausaha.
Dalam penulisan karya tulis ini tidak akan terlaksana tanpa adanya
bantuan, bimbingan dan nasehat serta jasa-jasa dari semua pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Edy Heraldy, M. Si selaku Kepala Jurusan Kimia
2. Dr. Sri Subanti, M. Si selaku pembimbing penulisan karya tulis tertulis ini.
3. Semua pihak yang telah membantu kami
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan gagasan tertulis ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangatlah penulis butuhkan sebagai motivasi untuk lebih baik dalam penulisan
gagasan tertulis di waktu mendatang.
Akhirnya semoga penulisan gagasan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan masyarakat pada umunya.
Surakarta, 22 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul .................................................................................................... i
Abstrak................................................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iv
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
Tujuan................................................................................................................. 3
Manfaat............................................................................................................... 3
Pembentukan Karakter Generasi Bangsa Berbasis Quranic Principle Menuju
Indonesia Sebagai Entrepreneurship Country 2030
Tahapan Pembentukan Karakter......................................................................... 4
Perancangan Pembentukan Karakter dan Implementasi..................................... 8
Monitoring dan Evaluasi..................................................................................... 9
Penutup
Kesimpulan......................................................................................................... 11
Saran.................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka..................................................................................................... 12
Lampiran
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kaya yang terdiri dari 33 provinsi yang di
dalamnya terdapat budaya yang beraneka ragam, seperti suku, tarian adat, dan
lagu daerah. Ternyata semua kekayaan Indonesia berbanding terbalik dengan
pendapatan rata-rata pekerja yang masih rendah, kurangnya tenaga kerja yang
handal, tingkat kemiskinan tinggi, korupsi di setiap lapisan, dan lainnya. Hal ini
sangat memprihatinkan. Kemauan untuk mandiri dan menjadi entrepreneur
adalah jawaban untuk permasalahan kompleks yang dialami oleh negara ini.
David McClelland seorang sosiolog berpendapat bahwa suatu negara bisa
menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk.
Berdasarkan laporan Global Entrepreneurship Moneter (2005), Singapura sudah
mencapai angka 7,2% padahal pada tahun 2001 negara tersebut baru meraih 2,1%.
Sedangkan Indonesia pada tahun 2007 hanya 0,18% dari jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai 230 juta. Menurut dia, untuk menjadi negara yang
dianggap makmur, Indonesia perlu meningkatkan jumlah entrepreneur menjadi
1,1% atau menjadi 4,4 juta entrepreneur. Itulah mengapa Indonesia selalu
tertinggal dalam berbagai hal dengan negara lain. Menilik sejarah Indonesia
dimana kita menjadi penduduk jajahan, ternyata hal tersebut berakibat pada
terbentuknya mental buruh bagi penduduk bangsa kita. Perlu adanya perubahan
paradigma bagi setiap insan Indonesia bahwa kita harus menjadi pemimpin di
negeri kita sendiri (Abdullah Munir, 2010). Semua itu dapat direalisasikan dengan
menjadi entrepreneur.
Kondisi entrepreneurship di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan.
Soegeng Koesman (2009) berpendapat bahwa masyarakat terbiasa untuk
mengonsumsi daripada memroduksi. Secara keseluruhan, kondisi
entrepreneurship Indonesia masih berada pada langkah-langkah awal
pertumbuhan. Sehingga masih diperlukan semangat yang kuat untuk menciptakan
para entrepreneur baru.
Untuk kendala yang masih perlu dihadapi oleh para entrepreneur muda
adalah kepercayaan diri yang harus dibangun. Banyak entrepreneur muda yang
memulai usaha bisnisnya tapi tidak berlangsung lama karena mudah lesu dan
berpindah menjadi karyawan tetap (Alwisol, 2006). Modal yang tidak mencukupi,
bangkrut, manajemen bermasalah, dan banyak lainnya yang mudah mematahkan
semangat para entrepreneur muda ini.
Dalam peluncuran buku Visi Indonesia 2030, tanggal 22 Maret 2007 yang
lalu, Presiden RI menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi
nomor 5 di dunia pada tahun 2030. Asusmsi yang dipakai adalah pendapatan per
kapita Indonesia mencapai US$ 18.000, inflasi 4.2%, PDB 5.1 triliun dollar,
pertumbuhan ekonomi 6-7% per tahun, dan akan ada 30 perusahaan Indonesia
dalam daftar 500 perusahaan terbaik dunia (Pranolo, 2010). Visi Indonesia 2030
adalah sebagai refleksi bahwa Indonesia masih jauh dari kesejahteraan ekonomi
dan motivasi bagi bangsa kita untuk terus maju walaupun harus menghadapi
permasalahan-permasalahan yang cukup pelik. Menindaklanjuti masalah ini, yang
bisa menjadi solusi adalah memulai pembangunan character dengan sistem
quranic principle. Sistem character building yang berbasiskan pada Al-Qur’an
merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk mengatasi buruknya mental
para penduduk di Indonesia. Dengan berkonsep pada sistem ini, diharapkan akan
terbentuk suatu karakter terpuji yang merupakan hasil internalisasi nilai-nilai
agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku
positif. Alasan pembangunan karakter generasi berbasis quranic principle, karena
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang diturunkan untuk semua kalangan umat di
muka bumi ini. Di sini konsep entrepreneurship akan muncul dengan sendirinya
tanpa ada paksaan. Semangat berwirausaha, menjual keahliannya untuk
bermanfaat bagi sesama, akan mendatangkan timbal balik setimpal bagi dirinya.
Dari sistem ini diharapkan akan terciptanya konsep “create one entrepreneur for
every entrepreneur”, yaitu ditujukan bagi setiap entrepreneur yang sudah sukses
untuk menjadi mentor bagi entrepreneur pemula. Mentor ini akan memandu si
pemula dalam bisnisnya sampai ia menjadi sukses pula. Ada sistem menularkan
inspirasi. Diharapkan tercipta positive multiplier effect dan efek domino yang
berkelanjutan dari konsep seperti ini dengan sistem ini. Sehingga visi Indonesia
2030 pun akan tercapai.
Tujuan
1. Menciptakan karakter enterepreneur bagi masyarakat Indonesia.
2. Menambah jumlah entrepreneur di Indonesia.
3. Meningkatkan taraf perekonomian Indonesia.
Manfaat
Manfaat dari penulisan gagasan tertulis ini adalah secara teoritis dan
praktis. Manfaat secara teoritis adalah dapat menambah wawasan mengenai
pendidikan karakter dan menambah gagasan dan ide bagi pemerintah untuk
memperbaiki perekonomian masyarakat. Sedangkan manfaat secara praktis adalah
mewujudkan visi Indonesia 2030 dan mempertahankan Indonesia dengan
persaingan global.
PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI BANGSA BERBASIS
QURANIC PRINCIPLE MENUJU INDONESIA SEBAGAI
ENTREPRENEURSHIP COUNTRY 2030
Tahapan Pembentukan Karakter
Pengangguran di Indonesia masih terhitung sangat banyak. Bahkan dalam
website Kompas.com tertulis bahwa tingkat pengangguran Indonesia mencapai 9
% dan tingkat kemiskinan mencapai angka 13 %. Padahal untuk negeri kaya yang
telah merdeka selama 65 tahun, hal itu sangat miris. 65 tahun adalah waktu yang
sangat cukup untuk membangun bangsa. Tapi semua itu tidak terorganisasi
dengan baik karena jumlah penusaha sangat sedikit. Bapak Jusuf Kalla pernah
berkata bahwa suatu bangsa takkan sejahtera tanpa pengusaha. Jika masyarakat
luas lebih memahami tentang manfaat wirausaha dan mereka menerapkannya,
pasti pertumbuhan ekonomi bangsa ini semakin meningkat. Akan tetapi semua itu
terhambat oleh mindset masyarakat yang masih bertentangan dengan jiwa seorang
wirausaha. Di pikiran masyarakat Indonesia sekarang, sekolah adalah cara untuk
mendapatkan pekerjaan, bukan sarana agar kelak kita bisa menciptakan pekerjaan.
Hal itu berdampak pada urbanisasi yang cukup pesat, yaitu orang-orang
dari desa orang datang ke kota-kota besar mencari penghidupan yang layak.
Mereka beranggapan peluang kerja di kota lebih banyak daripada di desa. Bahkan
ada pula yang berusaha mendapatkan pekerjaan dengan merantau sampai ke
negeri tetangga tanpa keahlian yang memadai. Sangat memprihatinkan semua itu
terjadi di negeri sekaya Indonesia. Hal ini tentu mengisyaratkan bahwa keberanian
untuk berwirausaha secara mandiri belum ada. Memang untuk menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi menciptakan lapangan pekerjaan itu penuh resiko, penuh tantangan,
sehingga masyarakat cenderung mencari lapangan pekerjaan yang tidak perlu
memikirkan resiko yang ada. Bagi karyawan atau pegawai, mereka tinggal masuk
bekerja dan menunggu awal bulan untuk menerima gaji. Melihat kenyataan-
kenyataan tentang Indonesia, maka kita semua harus berbenah. Dari segi sumber
daya alam, dan kebudayaan Indonesia telah kaya. Negara lain tak akan mengelak.
Satu-satunya yang harus dibenahi dari masyarakat Indonesia adalah mind-setnya,
pemikirannya. Pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic principle
menyuguhkan sistem pembangunan karakter yang mampu mencetaak jiwa
seorang wirausaha di kalangan masyarakat. Membangun jiwa entrepreneurship
adalah sebuah perkara besar, terutama bagi generasi muda untuk membangunkan
jiwa dan raganya. Syaykh Al-Zaytun Dr Abdussalam Panji Gumilang, yang juga
Rektor Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia, mengatakan, enterpreneur adalah
seseorang yang memiliki jiwa interdependen. Jiwa dependen adalah jiwa budak
yang tidak mampu membangun walaupun dirinya sendiri. Tetapi jiwa independen
pun adalah jiwa liar yang tidak sanggup mengontrol dirinya sendiri. Karena itu,
para pembangun yang dikehendaki negeri ini haruslah mempunyai satu jiwa,
yakni jiwa enterpreneur, sebuah jiwa yang memiliki seribu satu akal untuk maju
dan interdependen.
Pemilik jiwa entrepreneurship adalah manusia yang memiliki pemikiran
jauh ke depan. Untuk itu pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic
principle menyuguhkan pembangunan karakter seorang pemimpin bagi dirinya
sendiri dan juga orang lain dalam rangka menumbuhkan semangat berwirausaha.
1. Positive thinking
Positive thinking atau dalam bahasa Indonesia berarti berpikiran postif
adalah suatu pemikiran yang selalu beranggapan dan mengambil asumsi yang
baik atas segala sesuatu. Dalam al quran disebutkan bahwa sesungguhnya
sebagian dari prasangka adalah dosa (QS Al Hujurat : 12). Ayat ini bertujuan
agar kita tidak mengedepankan pransangka dalam tiap tindakan kita. Prasangka
disini adalah prasangka yang negatif yang belum diketahui dengan jelas
tentang kebenarannya. Efek dari pemikiran kita ternyata sangat besat terhadap
tindakan dan gerak-gerak kita setiap waktu. Dengan berpikiran positif, pikiran
akan lebih tenang, gemuruh dalam hati kita pun hilang dan berganti dengan
semangat yang meluap-luap. Pikiran postif ini sangat penting bagi kehidupan
seorang entrepreneur. Masyarakat Indonesia harus dibekali pikiran postif ini
dan ditanamkan sejak kecil oleh orang tua dan guru. Sejak lahir hingga dewasa,
masyarakat Indonesia harus dibiasakan dengan kalimat “aku bisa”. Ketika anak
kecil mulai belajar berjalan, orang tua harus men-support anak bahwa si anak
akan bisa berjalan. Begitu pun dengan guru-guru serta masyarakat sekitar. Saat
si anak merasa jatuh dan gagal setiap orang harus membri mantra “aku bisa”.
Atau kita harus menjelaskan bahwa kita tak akan pernah tau sebelum mencoba
dan apabila itu gagal makan itu bukan akhir dari segalanya. Bahkan semua itu
adalah kesuksesan yang tertunda. Masyarakat Indonesia harus mulai berbenah
dan merubah kata-kata. Masyarakat Indonesia juga harus melatih kata-kata
negatif menjadi positif. Ketika kita berbicara kepada seseorang “Jangan
menginjak rumput!” gantilah dengan “Tolong berjalan di tempat yang
tersedia!” atau saat berbicara dengan adik kecil “Adik, jangan berlari-lari, nanti
kamu jatuh!’’, gantilah dengan “Berhati-hatilah. Lebih baik kamu berjalan,
adik!”. Dengan latihan kata-kata seperti ini maka positive thinking akan
terbina. Juga kita hindari menakut-nakuti dalam berbicara dengan orang lain.
Terkadang saat kita sudah mencoba berpikiran positif, orang lain yang tidak
bertanggung jawab justru menghancurkannya. Oleh karena itu kita harus
memegang prinsip “aku bisa” dan “kamu bisa” agar terwujud pikiran manusia
yang selalu positive. Dengan konsep capability supporting influence maka
positive thinking akan lebih mudah ditanamkan. Jadi pikiran positif dimulai
dengan menyemangati diri sendiri. Kemudian mulai menularkan pikiran positif
itu kepada orang lain dan begitu seterusnya. Untuk melatih diri menjadi
entrepreneur diperlukan pikiran postif. Pikiran positif menjadikan berani untuk
mengambil tindakan, dan akhirnya menjadi bisa.
Capability supporting influence
2. Taking an opportunity
Dalam Al quran disebutkan bahkan kita harus bertebaran di muka bumi
dan mencari rezeki. Disini kita diharuskan untuk megambil kesempatan-
kesempatan yang ada di sekeliling kita. Bagi seorang pengusaha, sebuah
lubang kecil bisa menjad pintu gerbang yang luas dalam mencapai
keseuksesan. Saat dihadapkan oleh suatu kesempatan, mungkin akan ada 3
reaksi yang akan kita lakukan : 1. Membiarkan kesempatan itu berlalu dan
berharap aka nada kesempatan lain 2. Segera mengambil kesempatan itu 3.
Membuang dan tidak membutuhkan kesempatan itu. Orang yang bijak akan
selalu pandai memanfaatkan kesempatan. Seorang entrepreneur akan jeli
melihat peluang kemudiian menafaatkan kesempatan tersebut yang dikemas
dalam bisnis. Kesempatan ini erat kaitannya dengan waktu dan probabilitas.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr : 1-3). Waktu tak akan datang untuk kedua
kalinya oleh karena itu kita harus pandai-pandai manfaatkan waktu dan
kemungkinan yang ada. Kemungkinan akan selalu ada di waktu yang tepat,
ketika waktu yang ada bergeser sedikit saja maka bisa jadi kemungkinan itu
akan hilang. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang entrepreneur masyarakat
Indonesia harus memperhatikan kedua hal tersebut.
3. Chasing An Excellence and Improving the Quality of Life
Menurut Usman pelly (1992:12) ethos kerja adalah sikap yang muncul
atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai
terhadap kerja. Dapat dilihat dari kenyataan di muka bahwa etos kerja
membunyai budaya dan dasar, dimana budaya itulah yang membentuk etos
kerja masing-masing pribadi. Ada pepatah yang mengatakan chase excellence
success will follow. Maka, peningkatan kualitas kehidupan dapat diraih bila
kita berusah semaksimal mungkin mengerjakan segala sesuatu secara
sempurna. Mengejar kesempurnaan bukan berarti membuat kita menjadi
perfeksionis dan langsung jatuh ketika gagal. Tetapi lebih kepada motivasi
pribadi yang menyemangati kita mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik-
baiknya.
Dalam al quran surat An Najm ayat 39 disebutkan :“Dan bahwasanya
seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya”. Maka kita harus memiliki etos kerja yang baik, meraih
kesempurnaan dalam setiap hal yang kita lakukan agar memperoleh hal yang
sempurna pula. Dengan begitu, peningkatan kualitas kehidupan juga akan
tercapai dengan sendirinya.
Perancangan Pembentukan Karakter dan Implementasi
1. Perancangan Pembentukan Karakter
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan
character building dengan sistem pembentukan karakter generasi bangsa
berbasis quranic principle ini antara lain:
a. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan yang dapat merealisasikan dalam
pembentukan karakter dan direalisasikan oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan quranic principle. dalam hal ini, program
pendidikan karakter masyarakat direalisasikan dalam dua kelompok
kegiatan, yaitu:
1) terpadu dengan pembelajaran secara rutin;
2) terpadu melalui kegiatan secara langsung.
b. Mengembangkan materi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan
pembentukan karakter.
c. Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan pembentukan
karakter (meliputi : tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar atau
fasilitator, pendekatan pelaksanaan, evaluasi).
d. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pembentukan
karakter.
Perencanaan kegiatan program pembentukan karakter mengacu pada
jenis-jenis kegiatan dengan dasar quranic principle, yang setidaknya memuat
unsur-unsur: tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan
dan pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu
dan tempat, serta fasilitas pendukung.
Beberapa kegiatan yang memuat pembentukan karakter antara lain: olah
raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja), keagamaan (baca tulis al
qur’an, kajian hadis, ibadah), seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater),
pameran, lokakarya, kesehatan, dan kegiatan lainnya yang menyangkut dalam
enterpreunership character buiding.
2. Implementasi
Pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic principle
dilaksanakan dalam dua kelompok kegiatan, yaitu terpadu dengan kegiatan
pembelajaran, dan terpadu dengan kegiatan praktik langsung. Berbagai hal
yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan)
dirancang dan diimplementasikan dalam pembelajaran baik dalam bentuk
sosialisasi atau sejenisnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dan pembentukan
karakter generasi bangsa berbasis quranic principle.
Setelah melalui pembentukan karakter, maka diperlukan tahap-tahap
implementasi dalam berwirausaha secara langsung.
1. Tahap memulai. Pada tahap ini seseorang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Diawali dengan melihat
peluang usaha baru. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan,
apakah di bidang pertanian, industri, produksi atau jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha. Pada tahap ini wirausahawan muda mengelola
berbagai aspek terkait usahanya. Aspek tersebut mencakup : pembiayaan,
sumber daya manusia, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang
meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan.
3. Mempertahankan usaha. Pada tahap ini wirausahawan berdasarkan hasil
yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai kondisi yang dihadapi.
4. Mengembangkan usaha. Pada tahap ini apabila hasil usaha yang diperoleh
mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha
menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses
pelaksanaan program pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic
principle dalam pembentukan enterpreunership character. Fokus kegiatan
monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program tersebut
berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung
untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program tersebut berdasarkan
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai
umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan
karakter. Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas program tersebut sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan. Lebih lanjut secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi
pembentukan karakter adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung terlaksananya
program pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic principle
menuju Indonesia sebagai entrepreneurship country 2030.
2. Memperoleh gambaran mutu character enterpreunership secara umum.
3. Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan
mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang
komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk
menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program tersebut ke
depan.
5. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan sebagai bahan
pembinaan dan peningkatan kualitas program tersebut.
6. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program quranic principle
pada pembentukan enterpreunership character khususnya dalam
mewujudkan visi Indonesia 2030.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Tahapan pembentukan enterpreunership character dengan berbasis quranic
principle adalah positive thinking, taking an opportunity, chasing an
excellence and improving the quality of life.
b. Implementasi pembentukan karakter generasi bangsa berbasis quranic
principle menuju Indonesia sebagai entrepreneurship country 2030
dilaksanakan dalam dua kelompok kegiatan, yaitu terpadu dengan kegiatan
pembelajaran, dan terpadu dengan kegiatan praktik langsung.
c. Sistem monitoring dan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauhmana
efektivitas program tersebut berdasarkan pencapaian tujuan yang telah
ditentukan, khususnya terbentuk enterpreneurship character dalam
mewujudkan visi Indonesia 2030.
Saran
Dengan melihat hasil analisa dan kesimpulan maka dapat disarankan
sebagai berikut yaitu :
1. Diperlukan upaya pengembangan terhadap program pembentukan karakter
generasi bangsa berbasis quranic principle menuju Indonesia sebagai
entrepreneurship country 2030 dalam memberikan nilai positif yang lebih
maksimal dalam pembentukan karakter di masyarakat.
2. Dengan memperkenalkan program quranic principle sebagai salah satu
sistem enterpreunership character building penulis berharap adanya tindak
lanjut dari program tersebut dalam implemenatasinya dan jika ada penelitian
lebih lanjut maka karya tulis ini bisa dijadikan acuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran.
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.
Arismantoro, 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building: Bagaimana
Mendidik Anak Berkarakter? Yogyakarta: Tiara Wacana.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. 2004. How to do character education.
http://www.goodcharacter.com/Article_4.html. Diakses pada tanggal 21
Oktober 2012.
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pressindo.
Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter: Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta:
Pelangi Publising.
Koesman, Soegeng. 2009. Membangun Karakter Bangsa: Carut-marut &
Centang-perentang Krisis Multi Dimensi di Era Reformasi. Yogyakarta:
LOKUS.
Mochtar Buchori, 2007. Character building dan pendidikan kita.
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0607/26/opini/2836169.htm.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Madani.
Mulyadi, Seto. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Pranolo, Andi. 2010. Visi Indonesia 2030.
http://apranolo.staff.ugm.ac.id/home/?p=40. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2012.
Teuku Ramli Zakaria. 2001. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai dan
Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti.
http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026. Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2012.
LAMPIRAN
SKEMA SISTEM QURANIC PRINCIPLE
QURANIC PRINCIPLE
PEMBENTUKAN KARAKTER
IMPLEMENTASI
EVALUASI DAN MONITORING
KARAKTER
LAMPIRAN
1. Biodata Ketua PelaksanaNama Lengkap : Ganjar FadillahTempat, tanggal lahir : Bandung, 27 Juni 1991Jenis Kelamin : Laki-lakiFakultas/Program Studi : MIPA/KimiaPerguruan Tinggi : Universitas Sebelas MaretAlamat Tinggal : Jalan Raya Pangalengan 45 BandungHP/Telepon : 085794478008Email : [email protected]
2. Biodata Anggota PelaksanaAnggota Pelaksana INama Lengkap : Husna SyaimaTempat, tanggal lahir : Lampung, 15 Mei 1993Jenis Kelamin : PerempuanFakultas/Program Studi : MIPA/KimiaPerguruan Tinggi : Universitas Sebelas MaretAlamat Tinggal : Jalan Raden Imba Kusuma 57 Metro Pusat
LampungHP/Telepon : 089673477559Email : [email protected]
Anggota Pelaksana IINama Lengkap : Zahrotul WakhidahTempat, tanggal lahir : Boyolali, 22 Desember 1993Jenis Kelamin : PerempuanFakultas/Program Studi : Pertanian/AgribisnisPerguruan Tinggi : Universitas Sebelas MaretAlamat Tinggal : Kp. Kesatriyan Rt 02 Rw 17 Siswodipuran BoyolaliHP/Telepon : 085647312050Email : [email protected]