gangguan usus halus
DESCRIPTION
blok 9TRANSCRIPT
Gangguan Usus Halus
Marcella Arista
Fakultas Kedokteran UKRIDA
e-mail : [email protected]
Abstrak: Tubuh kita memiliki banyak sistem yang menyokong kemampuan hidup
kita. Salah satunya adalah sistem pencernaan, yang berfungsi menyerap nutrisi dari
makanan. Nutrisi ini kemudian akan digunakan untuk menghasilkan energi untuk
aktivitas sel. Untuk dapat menyerap nutrisi dari makanan, sebelumnya dibutuhkan
penguraian molekul makanan oleh enzim-enzim dalam sistem pencernaan. Molekul
makanan yang akan diserap berasal dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
elektrolit. Makanan yang tercemari dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan.
Gangguan pencernaan tersebut dapat menggangu metabolisme, bahkan sampai
kematian penderita.
Kata kunci: Pencernaan, demam tifoid.
Abstract: Our body has many systems that support the ability of our lives.
One is the digestive system, which serves to absorb nutrients from food. These
nutrients will then be used to generate energy for cell activity. To be able to absorb
nutrients from food, it is essential to decompose food molecules by enzymes in the
digestive system. Molecules to be absorbed food come from carbohydrates, proteins,
fats, vitamins, and electrolytes. If we eat contaminated foods, it can cause indigestion.
It can interrupt metabolism even death.
Keywords: Digestion, enteric fever.
Pendahuluan
Sistem pencernaan tubuh merupakan serangkaian organ yang berfungsi untuk
memindahkan nutrisi dari makanan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Caranya adalah dengan memecah molekul-molekul organik besar dari
makanan menjadi molekul yang lebih kecil menaggunakan enzim. Molekul-
molekul kecil ini baru kemudian diserap oleh tubuh untuk dilibatkan dalam
proses menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Barulah energi ini digunakan
oleh sel untuk berbagai aktivitas, antara lain berkontraksi, biosintesis, eksitasi
impuls saraf, dan lainnya.
Molekul makanan yang dapat diserap tubuh adalah molekul kecil berupa asam
amino, monosakarida, monoasilgliserol, gliserol, asam lemak, vitamin, dan
mineral. Dalam proses pencernaan, seperti yang telah disebutkan diatas,
dibutuhkan bantuan enzim-enzim untuk memecah molekul makanan menjadi
molekul yang lebih kecil. Penyerapan molekul kecil makanan tersebut terjadi
di usus halus.
Skenario
Seorang perempuan berusia 22 tahun darang ke dokter dengan keluhan demam
naik – turun, demam terutama dirasakan pada sore hari. Selain itu ia juga
merasa lemas dan mulut terasa pahit. Ia mempunyai kebiasaan makan / jajan
dipinggir jalan. Dokter yang memeriksa mendiagnosis dirinya menderita
demam thypoid.
Sistem Pencernaan1
Selain sistem respirasi, sistem kardiovaskular, di dalam tubuh manusia juga
terdapat sistem pencernaan atau sering dikenal dengan istilah sistem digestive.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Makanan yang ditelan merupakan sumber energi yang digunakan sel untuk
menghasilkan ATP. Nantinya, ATP tersebut akan digunakan untuk
melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, seperti transpor
aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi. Selain sebagai sumber energi, makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga menjadi bahan baku untuk memperbaharui
dan menambah jaringan tubuh.
Makanan mula-mula harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi, dari
molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat
diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi untuk didstribusikan ke
sel-sel. Dalam keadaan normal, 95% dari makanan yang ditelan dapat
digunakan oleh tubuh.
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pencernaan
tambahan. Saluran pencernaan yang dimaksud terdiri dari mulut, faring,
esophagus, gaster/lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Sementara itu
organ-organ pencernaan tambahan meliputi lidah, gigi, kelenjar-kelenjar liur,
pankreas, hati, dan kadung empedu.
Garis besar pencernaan2
Pencernaan seperti dijelaskan diatas, berfungsi menguraikan molekul besar
makanan menjadi molekul kecil, yang kemudian akan digunakan untuk
menghasilkan energi. Proses ini melibatkan empat tahapan dasar, yang
siklusnya dapat berlangsung selama satu hingga dua hari. Empat tahap ini
adalah ingesti (masuknya makanan melalui mulut), digesti (penguraian dan
pencernaan molekul makanan), absorpsi (penyerapan nutrisi), dan egesti
(pengeluaran sisa makanan maupun yang tidak tercerna dalam bentuk feses).
Gambar 4. Garis Besar Saluran Pencernaan2
Abdomen 3,4
Abdomen merupakan daerah yang terletak pada bagian bawah batang tubuh,
tepatnya dibawah diafragma. Rongga abdomen terbentang luas, yakni ke atas
hingga batas rusuk (arcus costae), dan ke bawah hingga ke tulang panggul.
Dalam rongga abdomen, terdapat organ-organ yang berperan dalam sistem
pencernaan maupun urogenital, antara lain adalah lambung, usus, hati,
pankreas, empedu, ginjal, pembuluh darah, saraf, serta pembuluh limfe.1
Gambar 1. Rongga Abdomen3
Gambar 2. Organ-organ yang Terletak Dalam Rongga Abdomen3
Rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio, yang dibagi oleh dua garis
horizontal dan dua garis vertikal. Garis horizontal yang membagi abdomen
terletak pada bidang transpylorica (melintang antara tepi caudal 2 cartilago
costae ke IX di anterior, setinggi vertebra lumbal I di posterior) dan bidang
transtubercularis (menghubungkan tuberculum iliaca dextra-sinistra, setinggi
vertebra lumbal V). Sementara kedua garis vertical terletak masing-masing
melalui linea medioclavicula kanan dan kiri. Sembilan region ini adalah:
1. R. Hypochondrica (Dextra & Sinistra)
2. R. Epigastrica
3. R. Lumbalis (Dextra & Sinistra)
4. R. Umbilicalis
5. R. Inguinalis (Dextra & Sinistra)
6. R. Hypogastrica
Saluran pencernaan
Saluran pencernaan bermula dari mulut, yang berlanjut ke oesophagus
(tenggorokan), masuk ke lambung, usus halus, usus besar, rectum, dan
berakhir pada anus. Seluruhnya juga dibantu kelenjar-kelenjar pencernaan,
seperti kelenjar ludah, empedu, dan pancreas.
Mulut 5,6
Dimulai dari mulut, yang bermula dari rima oris dan berakhir pada isthmus
faucium. Rongga mulut dibagi menjadi vestibulum oris dan cavum oris
proprium. Vestibulum oris merupakan celah antara pipi dan bibir dengan gigi,
sementara cavum oris proprium adalah rongga mulut yang sebenarnya. Cavum
oris proprium dibatasi oleh gigi pada daerah depan dan samping, palatum
durum dan palatum molle di atas, dasar rahang dan lidah di bawah, dan
isthmus faucium pada bagian belakang.
Seperti disebutkan diatas, pada cavum oris proprium terdapat lidah yang
terletak di dasar mulut. Lidah adalah massa otot lurik yang ditutupi oleh
membrana mucosa. Dua pertiga bagian anteriornya terletak di dalam mulut,
dan sepertiga bagian posteriornya terletak di pharynx. Pada permukaan atas
dua pertiga bagian anterior lidah terdapat 3 jenis papilla: papilla filiformis,
papilla fungiformis, dan papilla vallata. Pada papilla-papilla ini terdapat
kuncup kecap (taste bud) yang berfungsi untuk membantu kita merasakan
makanan yang masuk.
Gambar 5. Cavum Oris 7
Orofaring dan oesophagus8,9
Setelah makanan ditelan, maka bolus makanan akan melewati orofaring dan
oesophagus untuk dapat sampai ke lambung. Orofaring terletak di belakang
cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir atas
epiglottis. Atapnya dibentuk oleh isthmus pharyngeus dan bagian bawah
palatum molle, dimana bisa ditemukan kumpulan jaringan limfoid. Terdapat
pula dua massa jaringan limfoid (tonsila palatina) yang terletak pada dinding
lateral orofaring, dalam fossa tonsilaris.
Oesophagus adalah sebuah tabung otot sepanjang ±25 cm, yang menyalurkan
makanan dari faring ke lambung. Oesophagus membentang melewati rongga
dada dan rongga perut, dimana sebagian besar terdapat pada rongga dada
(oesophagus abdominal hanya sepanjang ±1.5 cm). Oesophagus memasuki
rongga abdomen melalui crus dextrum diafragma, yang terletak di sebelah kiri
garis tengah tubuh setinggi vertebra T10. Oesophagus abdominal terletak di
bagian supero-posterior dari hati, dan mengarah ke kiri untuk kemudian
memasuki hati melewati incisura cardiaca.
Gambar 6. Oesophagus10
Lambung8
Lambung (atau gaster) merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar
dan mempunyai tiga fungsi: menyimpan makanan, mencampur makanan dan
mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan
dan absorpsi yang efisien dapat berlangsung. Gaster dibagi menjadi bagian-
bagian berikut:
1. Fundus
Berbentuk kubah, menonjol ke atas, biasanya terisi udara
2. Corpus
Terbentang dari ostium cardiacum hingga incisura angularis
3. Anthrum
Terbentang dari incisura angularis hingga pylorus
4. Pylorus
Bagian paling akhir lambung yang berbentuk tubular, dindingnya tebal
dan membentuk musculus sphincter pylorus. Musculus sphincter
pylorus mengatur kecepatan pengeluaran isi lambung ke duodenum
Intestinum tenue 8,11
dibagi atas tiga bagian, yakni duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus
kosong), dan illeum (usus halus). Duodenum terletak setelah pylorus lambung
dan menghubungkannya ke jejunum, dan merupakan bagian terpendek dari
intestinum tenue. Duodenum dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir pada
ligamentum Treitz. Organ ini tidak sepenuhnya terbungkus oleh selaput
peritoneum, dan dapat ditemukan muara pankreas dan kantung empedu.
Setelah chymus melewati duodenum, maka akan memasuki jejunum dan
illeum yang memuliki panjang total 6 meter. Dari 6 meter tersebut, 2/5 bagian
awalnya merupakan jejunum, baru kemudian ditemukan illeum yang akan
memasuki colon. Jejunum dan illeum dapat dibedakan dengan melihat
beberapa aspek:
1. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas
peritonealis di bawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak
pada bagian bawah cavitas peritonealis dan di dalam pelvis.
2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah
dibandingkan ileum.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas
dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan
kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua
arcade dengan cabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke
dinding intestinum tenue. Ileum menerima banyak pembuluh darah
pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih arcade.
5. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica
mucosa ileum bagian bawah sepanjang pinggir antimesenterica.
Gambar 7. Intestinum Tenue 12
Gambar 8. Perbedaan Jejunum dan Illeum 13
Intestinum crassum8,9
Terbentang dari illeum hingga anus, intestinum crassum terbagi menjadi
caecum, appendix vermifornis, colon ascendens, colon transversum, colon
descendens, dan colon sigmoideum. Intestinum crassum berhubungan dengan
illeum pada caecum, yang terletak di fossa illiaca dextra dengan panjang ±6
cm. Selain berhubungan dengan illeum, caecum juga terhubung dengan
appendix vermiformis, sebuah organ sempit berbentuk tabung yang memiliki
banyak jaringan limfoid. Panjang appendix bervariasi antara 1.25 cm hingga
22 cm, dengan panjang rata-rata adalah 9 cm. Colon ascendens memiliki
panjang sekitar 20 cm, membentang dari caecum ke tepi bawah lobus kanan
hati, sebelum membelok ke colon transversum. Colon transversum
membentang dari sisi kanan tubuh menuju sisi kiri, dimana kemudian akan
membelok menuju colon descendens. Colon descendens turun sejauh 20-25
cm memasuki colon sigmoideum yang berbentuk S.
Gambar 9. Intestinum Crassum14
Mekanisme pencernaan
Mulut1
Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah,
motilitas mulut yang melibatkan pengirisan, perobekan, penggilingan, dan
pencampuran makanan oleh gigi. Fungsi mengunyah adalah untuk menggiling
dan memecahkan makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil
sehingga makanan mudah ditelan dan untuk meningkatkan luas permukaan
makanan yang akan terkena enzim, untuk mencampur makanan dengan liur,
dan untuk merangsang kuncup kecap.
Pencernaan di mulut melibatkan hidrolisis polisakarida menjadi disakarida
oleh amilase. Namun, sebagian besar pencernaan oleh enzim ini dilakukan di
korpus lambung setelah massa makanan dan liur tertelan. Asam
menginaktifkan amilase, tetapi di bagian tengah makanan, di mana asam lam-
bung belum sampai, enzim liur ini terus berfungsi selama beberapa jam.
Faring dan Oesophagus1
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Menelan
dimulai ketika suatu bolus, atau gumpalan makanan yang telah dikunyah atau
encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut menuju faring.
Tekanan bolus merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang mengirim
impuls aferen ke pusat menelan yang terletak di medula batang otak. Pusat
menelan kemudian secara refleks mengaktifkan dalam urutan yang sesuai otot-
otot yang terlibat dalam proses menelan.
Gaster1,15
Dimulai dari motilitas, lambung memiliki motilitas yang kompleks dan berada
di bawah banyak sinyal regulatorik. Empat aspek motilitas lambung adalah
pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan.
Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis
sel sekretorik eksokrin lambung:
Sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel
ini mengeluarkan mukus encer
Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel
parietal. Chief cell yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan
prekursor enzim pepsinogen
Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsic
Meskipun HCl tidak mencerna apapun, namun zat ini melakukan fungsi-fungsi
spesifik yang membantu pencernaan:
1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif, pepsin,
dan membentuk medium asam yang optimal bagi aktivitas pepsin
2. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi ukuran
partikel makanan besar menjadi lebih kecil
3. Menyebabkan denaturasi protein; yaitu, menguraikan bentuk final protein
yang berupa gulungan (pelipatan) sehingga ikatan peptida lebih terpajan
ke enzim
4. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang
tertelan bersama makanan, meskipun sebagian tetap lolos dan terus
tumbuh dan berkembang di usus besar
Pankreas dan empedu 1
Pancreas mengandung jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang
predominan terdiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik mirip anggur yang
membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang berhubungan dengan
duktus yang akhirnya bermuara di duodenum. Pankreas eksokrin
mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: enzim pankreas
yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus dan
larutan cair basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi
duktus pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium
bikarbonat.
Hati 1
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini dapat
dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem
pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan pe-
nyerapan lemak.
Intestinum tenue 1,16
Segmentasi, metode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan,
mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Mukus di dalam sekresi
berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair
menyediakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh en-
zim. Pencernaan melibatkan hidrolisis yang berlangsung paling efisien jika
semua reaktan berada dalam larutan.
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan
pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-
enzim pankreas, lemak direduksi secara sempurna menjadi unit-unit
monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan
menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan
karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Karena
itu, pencernaan lemak telah selesai di dalam lumen usus halus, tetapi
pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.
Di permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan
khusus seperti rambut, mikrovilus, yang membentuk brush border. Membran
plasma brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke
membran:
1. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.
2. Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan
pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa
(masing-masing maltosa, sukrosa, dan laktosa) menjadi monosakarida
konstituennya.
3. Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil
menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan
protein selesai
Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border.
Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein, serta sebagian
besar elektrolit, vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus. Hanya
penyerapan kalsium dan besi yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh. Karena itu, semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin
banyak yang akan dicerna dan diserap, seperti yang telah dirasakan oleh
orang-orang yang berupaya keras mengontrol berat badan mereka.
Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum, hanya sedikit
yang terjadi di ileum, bukan karena ileum tidak memiliki kemampuan
menyerap tetapi karena sebagian besar penyerapan telah diselesaikan sebelum
isi usus mencapai ileum. Usus halus memiliki kapasitas absorptif cadangan
yang besar. Jika ileum terminal diangkat maka penyerapan vitamin B12 dan
garam empedu akan terganggu, karena mekanisme transpor khusus untuk
kedua bahan ini hanya terdapat di bagian ini.
Intestinum crassum1
Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak mendorong sesuai
fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama
kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot
polos kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra,
serupa dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi jauh lebih jarang.
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang
diperlukan karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon.
Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus basa (NaHCO3) yang fungsinya
adalah melindungi mukosa usus besar dari cedera mekanis dan kimiawi.
Mukus menghasilkan pelumasan untuk mempermudah feses bergerak,
sementara NaHCO3 menetralkan asam-asam iritan yang diproduksi oleh
fermentasi bakteri lokal. Sekresi meningkat sebagai respons terhadap stimulasi
mekanis dan kimiawi mukosa kolon yang diperantarai oleh refleks pendek dan
persarafan parasimpatis.
Enzim Pencernaan1
Pencernaan molekul organik besar seperti karbohidrat, protein dan lemak
dibantu oleh enzim tertentu yang berfungsi mempercepat reaksi sehingga
reaksi tidak memakan waktu terlalu lama. Bahan-bahan yang dapat diserap
sebagai hasil pencernaan ini ialah asam amino, monosakarida,
monoasilgliserol, gliserol dan asam lemak serta vitamin dan mineral.
Proses pencernaan secara umum terbagi atas proses pencernaan secara
mekanis dan proses pencernaan kimiawi. Secara mekanis bolus dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mempermudah proses
pencernaan kimia melalui enzim. Dilihat dari fungsinya enzim menjadi sangat
penting dalam proses pencernaan kimia agar proses kimia tersebut
berlangsung lebih cepat.
Pencernaan telah dimulai dari mulut. Di mulut terdapat saliva yang
disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.
Keluarnya saliva dapat terjadi karena adanya massa makanan di mulut maupun
adanya rangsangan psikis, misalnya berupa bau makanan tertentu. Pada saliva
terdapat suatu jenis enzim yaitu amilase saliva atau ptialin. Pada polisakarida,
enzim ini bekerja dengan cara memutuskan ikatan glikosidik 1,4. Enzim ini
akan menguraikan polisakarida menjadi disakarida maltosa. Ion tertentu dapat
menjadi aktivator dari enzim ini, antara lain ion Cl-, Br-, NO3- dan SO42-.
Enzim amilase saliva akan bekerja dengan optimal pada pH 6,8. Pada pH
dibawah 4, enzim ini akan menjadi inaktif (misalnya dalam lambung). Selain
faktor tingkat keasaman, faktor suhu, konsentrasi enzim dan konsentari
substrat juga turut menentukan seberapa optimal enzim ini dapat berkerja.
Selain mencernakan makanan, saliva juga berfungsi melindungi mukosa mulut
serta melarutkan makanan kering dan padat serta melicinkan gumpalan
makanan agar mudah ditelan.
Setelah polisakarida mengalami pemecahan menjadi disakarida di mulut,
bolus akan melanjutkan perjalanan ke lambung melalui oesophagus. Bagitu
tiba di lambung, kimus akan berhadapan dengan suasana yang asam. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya sekresi asam klorida dari sel parietal sebagai
respon terhadap eksistensi kimus. Tingkat keasaman yang tinggi ini
sebenarnya juga berfungsi pada denaturasi dari polipeptida yaitu dengan jalan
menguraikan struktur tersier dengan memotong ikatan hidrogen didalamnya.
Selain itu tingkat keasaman yang tinggi bersama lisozim dari saliva dapat
menghancurkan sebagian besar mikroorganisme yang masuk ke gastro-
intestinal track.
Selain sel parietal, terdapat pula sel chief dan sel leher mukus pada dinding
mukosa lambung. Sel chief berfungsi untuk menghasilkan pepsinogen, suatu
zymogen yang bila aktif akan memecah protein menjadi proteosa dan pepton.
Pepsinogen ini menjadi aktif dengan bantuan asam klorida yang dihasilkan sel
parietal tadi. Pepsin ini spesifik bekerja dengan memutuskan ikatan peptida
pada asam amino aromatik ataupun asam amino dikarboksilat.
Renin merupakan suatu enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi. Renin
berfungsi menggumpalkan kasein yang ada pada susu sehingga tidak mengalir
dengan cepat keluar dari lambung. Kasein susu yang berkontak dengan
kalsium pada renin akan bereaksi membentuk kalsium parakaseinat yang bila
berkontak dengan pepsin dapat pecah kembali.
Pada lambung juga ditemukan lipase. Lipase berfungsi untuk menghidrolisis
tri-gliaserol rantai pendek dan rantai sedang. Namun fungsi lipolitiknya pada
lambung tidak terjadi karena pH optimalnya 7,5 tidak sesuai dengan pH
lambung.
Pencernaan pada pankreas dan usus dapat terjadi karena adanya sekresi
hormon sekretin pada duodenum dan jejunum. Hormon sekretin ini
disekresikan sebagai bentuk respon terhadap adanya HCl, lemak, protein,
karbohidrat dan sebagian makanan yang telah dicerna dalam lambung.
Hormon ini akan mengalir melalui darah portal menuju pankreas, empedu dan
hepar dan merangsang sekresi pankreas. Jenis-jenis sekretin antara lain
pankreozimin, hepatokrinin, kolesistokinin dan enterokrinin.
Getah pankreas dihasilkan sebagai respon terhadapa kerja sekretin. Getah
pankreas umumnya kental seperti saliva, mangandung air, protein, ssedikit
senyawa organik, berbagai macam ion anorganik dan memiliki pH yang
sedikit alkalis (7,5 – 8). Enzim-enzim yang terdapat pada getah pankreas
antara lain:
Tripsin. Disekresikan dalam bentuk yang tidak aktif yaitu tripsinogen.
Tripsinogen diaktifkan dalam duodenum oleh enzim enterokinase menjadi
tripsin.Protease yang bergabung dengan tripsin akan menjadi polipeptida.
Pepton akan dihidrolisis pada bagian yang mengandung asam amino
lisin/arganin. Tripsin juga dapat mengkoagulasi susu pada pH optimal 8
Kimotripsin. Disekresikan dalam zymogen yaitu kimotripsinogen. Bentuk
inaktif ini akan bereaksi dengan tripsin menjadi kemotripsin. Kimotripsin bisa
mengkoagulasi susu dengan tingkat kekuatan yang lebih tinggi dibanding
tripsin
Karboksipeptidase. Enzim proteolitik yang mengandung Zink. Enzim ini
mengkatalisis hidrolisa pada ikatan peptida di ujung molekul pada sisi
karboksil bebas polipeptida
Amilase pancreas. Bentuknya sama dengan amilase saliva. Bekerja dengan
cara menghidrolisis pati menjadi maltosa dan optimal pada pH netral
Lipase pancreas. Menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol,
monogliserida dan digliserida. Aktivitasnya akan diperkuat dengan kerja
garam empedu
Kolesterol esterase. Mengkatalisis reaksi antara kolesterol bebas dan asam
lemak sehingga membentuk kolesterol esterase dan asam lemak. Enzim ini
diaktifkan oleh garam empedu
RNAase dan DNAase. Mengkatalisa asam nukleat menjadi nukleotida
Pada proses pencernaan lemak, ada suatu zat yang penting yang turut berperan
selain lipase pankreas. Zat tersebut ialah empedu. Empedu disekresikan oleh
hati dan bila tidak diperlukan akan disimpan sementara di kantung empedu.
Empedu mengandung asam yaitu asam kolat, asam deoksikolat, asam
kenodeoksikolat dan asam litokolat. Asam empedu dapat berkonjugasi dengan
asam amino glisin atau taurin padu gugus karboksil sehingga dapat larut dalam
air.
Pencernaan pada usus adalah dengan cara mensekresikan beberapa enzim
yang akan terdapat pada mikrovili intestinal. Selain sekresi enzim, ada pula
sekresi getah usus halus oleh kelenjar Brunner dan Lieberkuhn untuk
membentu menetralkan keasaman kimus dari lambung. Adapun enzim yang
diekskresi adalah di usus halus adalah:
Aminopeptidase
Mengubah polipeptida menjadi asam amino dan peptida dengan ikatan
yang lebih pendek dengan cara katalisa hidrolisis ikatan peptida di
ujung molekul di sisi yang mengandung asam amino bebas.
Dipeptidase
Mengubah peptida menjadi asam amino.
Disakaridase
Sukrase, maltase, isomaltase dan laktase. Mengubah disakarida
menjadi monosakarida.
Fosfatase
Melepaskan fosfat dari senyawa fosfat organik yang berasal dari
makanan seperti hexofosfat, gliserofosfat dan nukleotida.
Polinukleotidase
Mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.
Nukleosida (nukleosida fosforilase)
Mengkatalisis perubahan nukleosida menjadi fosforilasi pentosa,
uridin, sistidin dan timidin.
Lesitinase
Mengubah lesitin menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat dan kolin
Setelah diubah menjadi bentuk yang paling sederhana, maka molekul hasil
pencernaan makanan akan diabsorbsi dengan jalan menggunakan difusi,
transpor aktif, sitotaksis, dan persorpsi. Makanan yang diabsorsi kemudian
akan melalui dua jalan yaitu melalui vena porta menuju ke hati dan melalui
pembuluh limfe di sekitar usus lalu menuju duktus thoracicus dan berakhir di
darah.
Mekanisme Usus Halus
Segmentasi1
Segmentasi merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan
makanan, yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara
perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang
dan berbentuk cincin disepanjang usus halus. Cincin kontraktil ini tidak
menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu
periode singkat segmen-segmen yang berkontrasi melemas dan kontraksi
berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas.
Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak
ke kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu,
segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua egmen yang
berkontraksi tepat di belakang dan depannya. Segera setelah itu bagian yang
berkontraksi meleas kembali berganti. Dengan cara ini kimus dipotong,
digiling dan dicampur secara merata. Fungsi dari proses segmentasi ini adalah
untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke
dalam lumen usus halus dan memanjankan semua kimus ke permukaan
absorptif mukosa usus halus.
Migrating Motility Complex1
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti
dan diganti di antara waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas
disini berbentuk gelombang peristaltik leemah berulang yang bergerak dalam
jarak pendek ke hilir sebelum lenyap. Gelombang peristaltik ini memerlukan
waktu sekitar 100 sampai 150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari lambung
ke ujung usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan
sebelumnya.
Sekresi Usus Halus1
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke
dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus
enterikus (jus usus). Sekeresi meningkat setelah makan sebagai repons
terhadap stimulasi lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus.
Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu,
sekresi cair menyerdiakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernan
makanan oleh enzim. Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam
getah usus ini. Usus halus memang mensintesis enzim pencernaan, tetapi
enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brush-border sel epotel yang
melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam
lumen.
Demam thypoid 17 – 20
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu S. typhi, s.
paratyphi A, dan S. paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang
lain. Demam yang disebabkan oleh S. typhi cenderung untuk menjadi lebih
berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain. Salmonella merupakan
bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan
tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol
untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa.
Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara
anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun
dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau
60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu
ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup
selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, dan bahan
tinja.
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya
Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk
bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya
hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya
hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung,
sehingga Salmonella spp lebih mudah masuk ke dalam usus penderita.
Salmonella spp kemudian memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di
dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk
menghasilkan lebih banyak Salmonella spp.
Setelah itu, Salmonella spp memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai
aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan
melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding empedu atau secara
tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka
bakteria dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu yang
infektif terjadilah invasi ke dalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat
daripada invasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang
luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas.
Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi
menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ mengalami
kelainan, contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah, terutama
jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpa dan sumsum
tulang.
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis
superfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama
disebabkan oleh sumbatan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia
sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk
kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang
berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar
dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang
jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus
bahkan dapat mencapai membran serosa.
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka
perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua
komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab
yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid.
Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai
dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam
tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi
menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan
usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada
serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun
perforasi.
Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap
mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka
penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut.
Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak.
Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis.
Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta
meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid.
Penutup
Pencernaan dan penyerapan makanan melibatkan sejumlah besar organ
didalam tubuh. Pencernaan dan penyerapan merupakan sumber nutrisi penting
dalam transport aktif, sekresi, maupun sintesis lainnya. Sehingga bila terjadi
gangguan pada 1 tahap saja, dapat mengganggu hingga keseluruhan tahap
pencernaan.
Daftar Pustaka
1. Sheerwood L. Introduction to human physiology. International edition. 8 th ed.
China: Brooks/Cole Cengage learning;2010.
2. Hoffman G. Digestive system. New York: Marshall Cavendish Benchmark;
2009. p. 5-6
3. Singh V. Anatomy of abdomen & lower limb. Haryana: Reed Elsevier India
Private Limited; 2011. p. 2-6.
4. Wati WW, Kindangen K. Diktat abdomen. Jakarta: Ukrida; 2013. h. 2-3
5. Faiz O, Moffat D. Anatomy at a glance. Jakarta: Erlangga; 2003. h.285
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.281
7. Saydansd S. Sistem pencernaan. [internet]. 20 Dec 2011 [cited 10 Jul 2014]
Available at: http://blog.uad.ac.id/solihin/2011/12/20/sistem-pencernaan/.
8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.281
9. Halim A. Human anatomy: volume II abdomen and lower limb. New Delhi:
International Publishing House Pvt. Ltd; 2008.
10. WebMD. Picture of the esophagus. [internet]. 2009 [cited 10 Jul 2014]
available at: http://www.webmd.com/digestive-disorders/picture-of-the-
esophagus.
11. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2000. h. 84-5.
12. Materi Belajar Siswa. Usus halus. [internet]. 1 Des 2012 [cited 10 Jul 2014]
available at: http://www.materibelajarsiswa.com/usus-halus.html.
13. Elsevier Images. 24721. [internet]. 2010 [cited 10 Jul 2014] available at:
http://www.elsevierimages.com/image/24721.htm.
14. Ft Lauderdale. Anatomy of large intestine. [internet]. 2006 [cited 10 Jul 2014]
cited at: http://www.crcftlauderdale.com/education/anatomy-of-the-colon.php
15. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. Singapore; McGraw
Hill Medical; 2009. P. 211-5
16. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.
h.115
17. WHO. Thypoid fever. [internet]. 2014 [cited 10 jul 2014] available at:
http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/.
18. [internet]. [cited 10 jul 2014] available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28625/4/Chapter%20II.pdf.
19. Fauci, editors. Harrison’s. Principle of internal medicine. 18th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2012
20. Swarga, T. Demam Tifoid. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia. 2008