full version.doc pbrs iii

Upload: apisha1233

Post on 05-Jan-2016

240 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fwrrwewrwerewr

TRANSCRIPT

INVENTORISASI BANGUNAN UTAMA BENDUNG

Oleh :

Nama

NIM

M. Iqbal Akbar

H1A112046Abdul Halim

H1A112051M. Fitri

H1A112054Irfan Riyadi

H1A112057Al-Harisnor

H1A112058

Luthfi Munajad

H1A112073

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS TEKNIK

PRODI S1-1 TEKNIK SIPIL BANJARBARU

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil 3 (PBRS 3), Makalah ini berisi tentang bangunan utama sebuah kontruksi bendung.Penulisan makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki saat ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penyelesaian makalah ini pun memiliki banyak sekali kendala yang harus kami dihadapi, sehingga kelancaran pembuatan makalah tak luput dari bantuan orang-orang di sekitar kami. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak M.Azhari Noor, M.Eng, selaku dosen mata kuliah Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil 3 (PBRS 3). yang telah memberi dukungan serta motivasi.

2. Teman-teman, serta orang-orang yang telah membantu namun tak bisa kami sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat berguna mahasiswa sekalian dalam pembelajaran Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil 3 (PBRS 3).Banjarbaru, Oktober 2015

PenyusunDAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..

KATA PENGANTAR ............................................................................iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................2

1.3 Batasan Masalah ........................................................................2

1.4 Tujuan ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN. .......................................................................3

2.1 Pengertian Bangunan Utama.....................................................3

2.2 Pengertian Bendung...................................................................4

2.3 Faktor Pembangunan Bangunan Bendung.................................5

2.3.1 Pemilihan Lokasi Bendung...............................................6

2.3.2 Data-data Perencanaan......................................................7

2.3.3 Pemilihan Tipe Bendung..................................................7

2.3.4 Penentuan Elevasi Puncak Bendung.................................8

2.3.5 Perencanaan Tubuh Bendung

2.4 Jenis Bendung............................................................................8

2.4.1 Bendung Tetap.................................................................8

2.4.2 Bendung Gerak ...9

2.5 Bagian-bagian Bendung Tetap .................................................9

2.5.1 Tubuh Bendung ..9

2.5.2 Pintu Air (Gates) .9

2.5.3 Pintu Pengambilan (Intek) ...10

2.5.4 Banguan Pembilas ...11

2.5.5 Kolam Peredam Energi ...14

2.5.6 Kantong Lumpur 16

2.5.7 Peredam Lumpur 16

2.5.8 Bangunan Pelengkap .17

2.5.9 Mercu Bendung..18

BAB III PENUTUP ................................................................................20

3.1 Kesimpulan .................................................................................20

3.2 Saran ...........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak jaman dahulu manusia sudah menggunakan serta mengembangkan sistem irigasi guna mempermudah pengairan lahan pertanian dan perkebunan. Irigasi secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian. Dimana tujuan mendapatkan air tersebut dilakukan dengan usaha pembuatan bangunan dan jaringan saluran untuk membawa dan membagi air secara teratur ke petak-petak yang sudah dibagi.Sungai adalah aliran air alami dari daerah hulu ke daerah hilir. Aliran alami sungai merupakan sumber utama untuk memenuhi air bagi manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pengairan irigasi pertanian, penyediaan air minum, serta bahan baku industri. Kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat oleh karena itu dibuatlah bendung guna mengatasi masalah ketersediaan air sungai dan kebutuhan area di sekelilingnya, agar pemanfaatan dapat digunakan secara efektif dan efisien.Bendung merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan yang menyebabkan air menggenang membentuk kolam tetapi mampu melewati bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati bagian atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum sungai dibendung. Bendung bermanfaat untuk mencegah banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga menjadikan sungai lebih mudah dilalui.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang dibahas pada penulisan ini yaitu apa itu bendung, bagian-bagiannya, serta fungsinya pada kehidupan manusia.1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penulisan ini yaitu pembahasan mengenai bagian-bagian pada bangunan utama (bendung tetap).1.4 TujuanPenulisan makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang Inventorisasi bendung serta bagian-bagiannya dan fungsinya dalam kehidupan manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bangunan Utama

Gambar 2.1 Bangunan Utama

Bangunan utama adalah bangunan yang direncanakan disepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air kedalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk. Bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bending tetap, bending gerak, atau kombinasinya dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, yang mana dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhan pada berbagai keadaan debit sungai.

Lokasi bangunan pengelak dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak factor yaitu sungai, elevasi yang diperlukan untuk irigasi, topografi pada loaksi yang direncanakan. Kondisi geologi teknik pada lokasi dam metode pelaksana. Bangunan utama dapat digolongkan menjadi dua, yakni bangunan yang tidak mempengaruhi dan dipengaruhi muka air hulu.

Katagori bangunan utama meliputi pengambilan bebas, bending saringan bawah dan pompa. Katagori kedua adalah bending pelimpah dan bending gerak. Kedua tipe tersebut mampu membendung air sampai tinggi minimum yang diperlukan.

2.2 Pengertian Bendung

Menurut ARS Group, 1982, Analisa Upah dan Bahan BOW (Burgerlijke Openbare Werken), Bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai atau pada sudetan untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991 tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di Sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya.Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama. Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure). Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).

Gambar 2.2 Bendung Karang Intan

2.3 Faktor Pembangunan Bangunan Bendung

Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya, dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapa alternatif lokasi.

Dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan harus terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan berdasarkan persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung agar dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi sungai dan bangunan lain yang ada dan yang akan dibangun.

2.3.1Pemilihan Lokasi Bendung

Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu

1) Keadaan topografi a. Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari. b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan. c. Kedua hal diatas lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi. d. Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan. 2) Kondisi topografia. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi. b. Trace saluran induk terletak ditempat yang baik. c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen. 3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit banjir sedang/kecil. b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir sedang dan kecil.

c. Tinggi muka air pada debit rencana, dan potensi dan distribusi angkutan sedimen. d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen. Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bandung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai.

4) Kondisi tanah fondasi bendung harus dipertimbangkan di lokasi dimana tanah fondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. 5) Biaya pelaksanaan beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan, selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaanya, peralatan dan tenaga.

2.3.2Data-data Yang Perencanaan

Peta topografi (skala 1 : 25000, 1 : 1 : 2000 dan skala 1 : 100), untuk menentukan tata letak bendung.

Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan karakteristik pondasi bendung.

Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.

Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.

Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara besaran debit sungai dengan elevasi muka air banjir.

Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi bendung dan bangunan intake.

Bangunan-bangunan yang sudah ada (exsisting structure) atau bangunan yang sedang direncanakan pada sungai tersebut, baik di hulu maupun hilir calon bendung.

2.3.3Pemilihan Tipe Bendung

Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang tepat. Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).2.3.4Penentuan Elevasi Puncak Bendung/Elevasi Puncak Pelimpah

Elevasi puncak pelimpah direncanakan dengan mempertimbangkan : elevasi muka air rencana di bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur, kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi energi pada pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran antara bangunan intake dengan bangunan bagi paling hulu.Contoh untuk ilustrasi penentuan elevasi puncak pelimpah :

Elevasi muka air rencana pada bangunan bagi yang paling hulu =+15.87 Kehilangan tinggi energi pada alat ukur

=0.40 m Kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer=0.10 m Kehilangan tinggi energi pada intake

=0.18 m Beda tinggi akibat kemiringan saluran antara intake bang. Bagi=0.05 m

(panjang saluran 375 m; kemiringan saluran 0.00013; 375x0.00013)

Faktor keamanan

=0.10 mElevasi puncak pelimpah

= +16.70 m2.3.5Perencanaan tubuh bendung

Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung. 2.4 Jenis Bendung

2.4.1 Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)

Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.2.4.2 Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki. Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).

2.5 Bagian-bagian Bendung Tetap2.5.1Tubuh Bendung

Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.2.5.2Pintu Air (Gates)

Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:

a) Daun Pintu (Gate Leaf)Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.

b) Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.

c) Angker (anchorage)Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.

d) HoistAdalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.2.5.3Pintu Pengambilan (Intek)

Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja.

Gambar 2.3 Pintu intake pada bendung Karang intan

2.5.4Bangunan Pembilas

Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi yang disebut dengan bangunan pembilas. Bangunan pembilas merupakan salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat intake dan hilir setelah kantong lumpur. Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan angkutan sedimen yang relatif besar yang dikhawatirkan mengganggu aliran ke bangunan pengambilan. Oleh karenanya diperlukan tinggi tekan yang cukup untuk pembilasan dan pertimbangan tidak akan terjadi penggerusan setempat di hilir bangunan.Gambar 2.4 Skema Bangunan Pembilasa) Fungsi Bangunan Pembilas

Berdasarkan letak bangunannya di dalam bendung terdapat dua buah bangunan pembilas yaitu, di bagian hulu di dekat intake dan di hilir setelah kantong lumpur.

1. Bangunan pembilas di dekat intake

Bangunan pembilas (penguras) berfungsi untukmengontrol pergerakan sedimen, menghindarkan angkutan muatan dasar, dan mengurangi angkutan muatan layang masuk ke bangunan pengambil.

2. Bangunan pembilas setelah kantong lumpur

Bangunan pembilas setelah kantong lumpur berfungsi untuk menguras atau membilas sedimen keluar dari saluran kantong lumpur dengan aliran terkonsentrasi yang berkecapatan tinggi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendimensi kantong lumpur adalah :

Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup rendah, sehingga partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi

Turbulensi yang mengganggu proses pengendapan harus dicegah

Kecepatan hendaknya tersebar secara merata di seluruh potongan melintang, sehingga sedimentasi juga dapat tersebar merata

Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,3 m/dt, guna mencegah tumbuhnya vegetasi

Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus mulus, tidak menimbulkan turbulensi atau pusaran.

Gambar 2.5 Kantong Lumpur pada Saluran Irigasi

b) Pintu Pembilas

Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.

Gambar 2.6 Pintu Bilas pada Bendung Karang Intan

2.5.5Kolam Peredam Energi

Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :

Ruang Olak Tipe Vlughter

Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.

Ruang Olak Tipe Schoklitsch

Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.

Ruang Olak Tipe Bucket

Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.

Ruang Olak Tipe USBR

Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.

Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)

2.5.6 Kantong Lumpur

Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.2.5.7 Peredam Lumpur

Masalah yang terjadi di sungai adalah masalah sedimentasi atau pengendapan yang dapat mengakibatkan pendangkalan pada sungai, sehingga pada aliran irigasi nantinya akan sangat membahayakan untuk kebutuhan akan air. Oleh sebab itu sangatlah penting adanya bangunan peredam lumpur. Bangunan peredam lumpur merupakan saluran penangkap pasir, lumpur maupun sedimen lainnya.

Gambar 2.7 Peredam Lumpur2.5.8Bangunan Pelengkap

Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama diperlukan keperluan :a. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;Rumah untuk opreasi pintu;b. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan;c. jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.d. instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.e. bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang senyatanya perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga kehidupan biota tidak terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan tersebut tidak diperlukan tangga ikan.2.5.9 Mercu Bendung

Mercu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum di sungai bagian udik bendung.letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung diusahakan tegak lurus arah aliran sungai agar aliran menuju bendung terbagi merata.

Gambar 2.8 Mercu Bendung pada Bendung Karang Intan

a. Tipe Mercu Bulat

Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.b. Tipe Mercu Ogee

Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.c. Tipe mercu Vlughter

Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.

d. Tipe Mercu Schoklitsch

Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini yaitu bending merupakan salah satu dari bangunan utama yang berfungsi untuk meninggikan meninggikan elevasi muka air dari sungai dari sungai yang dibendung sehingga air bias disadap dan dialirkan kesaluran lewatbangunan pengambilan (Intake Struktur).

Adapun bagian-bagian yang termasuk bending adalah sebagai berikut:

a. Tubuh bendung

b. Pintu air (Gates)

c. Pintu pengambilan (Intake)

d. Bangunan pembilas

e. Kolam peredam energy

f. Kantong lumpur

g. Peredam lumpur

h. Bangunan pelengkap

i. Mercu bendung

3.2 Saran

Pada perencanaan suatu bangunan air seperti bendung, memerlukan perhatian pemilihan lokasi, keadaan topografi, keadaan hidraulik dan morfologi sungai, data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan, pemilihan tipe bendung serta pemilihan elevasi bendung nantinya. Untuk bangunan bendung yang telah ada baik didaerah manapun, pengecekan dan pembersihan bendung sangatlah diperhatikan karena dapat menunjang kinerja bendung tersebut nantinya. Seperti pengecekan bangunan pembilas.DAFTAR PUSTAKA

Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.

Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.

Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02

http://perhitunganbendung.blogspot.co.id/2013/03/contoh-perhitungan-hidrolis-bendung.html

http://lalanmaballo.blogspot.co.id/2011/12/perencanaan-bendung.htmlLAMPIRAN

1. Perhitungan Hidraulik Bendung

1.1 Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung

Mercu bendung yang digunakan dalam desain ini adalah mercu bulat. Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung dengan memperhatikan faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang akan diairi.Sawah yang akan diairi+ 152,20

Tinggi air di sawah0,37

Kehilangan tekanan

- Dari saluran tersier ke sawah0,37

- Dari saluran sekunder ke hilir0,37

- Dari saluran induk ke sekunder0,37

- Akibat kemiringan saluran0,42

-Akibat bangunan ukur0,67

- Dari intake ke saluran induk/kantong sedimen0,47

-Bangunan lain, antara lain kantong sedimen0,52

Eksploitasi0,37

Elevasi mercu bendung+ 156,20

Gambar 1. Penentuan Elevasi Mercu Bendung

1.2Penentuan panjang mercu bendung

Panjang mercu bendung ditentukan 1,2 kali lebar sungai rata-rata. Panjang mercu bendung = 1,2 x 52 m = 62 m 1.3 Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas

Untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunan pembilas diambil 1/10 kali dari lebar bentang bendung. Lebar bangunan pembilas = 1/10 x 52 m = 5,2 m Lebar satu lubang maksimal 2,50 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah. Pembilas dibuat 2 buah, masing-masing 2,50 m. Pintu pembilas ditetapkan 2 buah dengan lebar masing-masing pilar 1,50 m.1.4 Perhitungan panjang mercu bendung efektif

Panjang mercu bendung efektif dihitung dengan menggunakan rumus:

Be = Bb 2 (n x Kp + Ka) Hedimana:Be: panjang mercu bendung efektif, m

Bb: panjang mercu bendung bruto, m

N: jumlah pilar pembilas

Kp: koefisien kontraksi pilar = 0,01

Ka: koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,10

He: tinggi energi, m

Panjang mercu bendung efektif:

Be = Bb 2 (n x Kp + Ka) He 62 2 (2 x 0,01 + 0,10) He

62 0,24 He

1.5 Perhitungan tinggi muka air banjir di udik bendung Elevasi muka air banjir di udik bendung dapat diketahui dengan menghitung tinggi energi dengan menggunakan rumus berikut. Qd = C x Be x He3/2 dimana:Qd : debit banjir sungai rencana = 3600 m3/dt

C : koefisien debit pelimpah

: 3,97 ( He/Hd)0,12 = 3,97 (dimana He = Ha)

Be : panjang mercu bendung efektif

He : tinggi energi, m

Perhitungan dilakukan dengan cara trial & error.

Langkah I, diasumsikan nilai Be = 61,50 m

He = (Qd / C x Be)2/3

He = (3600 / 3,97 x 61,50)2/3 = 6,013 m

Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,00 m He = (3600 / 3,97 x 62,00)2/3 = 5,980 m

Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,50 m

He = (3600 / 3,97 x 62,50)2/3 = 5,948 m

Nilai He diambil 6,0 meter, sehingga:

Be = 62 0,24 He 62 0,24 x 6,0

60,56 m 61,00 m

Tinggi tekanan (desain head)

Ha = He (V2 / 2g)

Ha = He = 6,0 m (V2 / 2g diabaikan)

Kesimpulan:

Tinggi muka air banjir di udik bendung = Ha = 6,0 m

Elevasi muka air banjir = + 156,20 + 6,0 = + 162,20

1.6 Penentuan nilai jari-jari mercu bendung

Nilai jari-jari mercu bendung untuk pasangan batu berkisar antara 0,3 s.d 0,7 kali dari Ha dan untuk mercu bendung dari beton nilai jari-jarinya antara 0,1 s.d 0,7 kali Ha. Mercu bendung yang digunakan adalah pasangan batu, dan nilainya diambil 0,3H sehingga: Jari-jari mercu bendung = 0,3 * 6,0 m = 1,8 m Resume perhitungan hidraulik bendung Elevasi mercu bendung=+ 156,20

Panjang mercu bendung=62,00 m

Lebar pembilas (2 x 2,50 m)=5,00 m

Lebar pilar pembilas (2 x 1,50 m)=3,00 m

Panjang bendung total=70,00 m

Tinggi muka air di udik bendung=6,00 m

Elevasi muka air banjir=+ 162,20

Tinggi pembendungan=6,00 m

Kemiringan tubuh bendung=1:1

Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Mercu Bendung

2. Perhitungan Dimensi Peredam Energi2.1Pemilihan tipe peredam energiSungai di daerah ini mengandung tanah yang sedikit berpasir sebagai angkutan sedimen, maka bangunan peredam energi yang dipilih yaitu lantai datar dengan ambang akhir berkotak-kotak atau Tipe MDO.

2.2 Desain dimensi peredam energi

Kedalaman air di hilir: D2 = Y

Q = C x Lx Y3/2 Q = 3600 m3/dt

C = 2,10 (diperkirakan)

L = bentang sungai rata-rata di hilir = 70 m

Y = (Q/ C x L)2/3 = (3600 / 2,10 x 70) 2/3 = 8,40 m

Kecepatan awal loncat air (v1) v1 = [2g (1/2 Ha + P)]1/2

[2 x 9,81 m/dt2 (1/2 6,0 m + 4,2 m)] 11,885 m/dt

Debit desain persatuan lebar (q) q = Q / Be

3600 / 61 60 m3/dt/m

Perbedaan tinggi muka air di udik dan hilir (z) V1 = (2g x z) 13,065 = (2 x 9,81x z) 13,065 = 4,43 z z = 13,065 / 4,43 z = 8,7025 m

Parameter energi (E)

E = q / 3gz

= 60 / 3(9,81) x 8,7025

= 0,7462

Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi

E = 0,7462

L/D2 =1,70 (Grafik MDO)

L = 1,70 x8,40 = 14,00 m

E = 0,7462

D/D2= 1,13 (Grafik MDO)

D = 1,13 x 8,40 = 9,50 m

Gambar 4. Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air Tinggi ambang akhir

a = 0,3 D2= 0,3 x 8,40 = 2,52 m

Lebar ambang akhir

b = 2 a= 2 x 2,52 = 5,04 m

Gambar 5. Bentuk dan Ukuran Peredam Energi Bendung3. Perhitungan bangunan ukur pada intakeTipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis Crum de Gruyter, karena debit intake besar.

Q = Cd x B x Y [2 g (H x Y)]

K = Y / H atau Y = 0,63 H

dimana: Q: debit intake = 12,3 m3/dt

Cd: koefisien debit = 0,94

B: lebar bukaan pintu, m

Y: bukaan pintu

H: tinggi energi total di atas ambang di udik pintu

Q = 0,94B * 0,630,63 H)] [2 * 9,81 (H

0,5922,252 BH) H (7

0,5922 B H * 2,70 H

= 1,595 B H3/2 QmaxB = Qmax / 1,595 H3/2

= 5,87 m 5,80 m

Pintu dibuat 2 buah dengan lebar bukaan masing-masing 2,90 m

- Perhitungan kehilangan tekanan Anggapan Qmax / Qmin = = 3

h/ H = 0,495 (diperoleh dari grafik) Ymin / H = 0,140 (diperoleh dari grafik)

Jadi,h = 0,495 H = 0,495 x 1,2

Bukaan pintu minimum (Ymin) Ymin = 0,140 x 1.20 = 0,17 m

Bukaan pintu maksimum (Ymax) Ymax = 0,60 x 1,20 = 0,72 m

Gambar 6. Parameter Hidraulik di Intake Saluran4. Perhitungan Panjang Lantai UdikRumus yang digunakan berdasarkan Teori : LanesL = Lv + 1/3 LH

dimana:

L: panjang total rayapan

Lv: panjang vertikal rayapan

LH: panjang horizontal rayapan

H: kehilangan tekanan

dalam desain ini diambil nilai: L / H = 4

Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik, sehingga: Q = 0, jadi:

H = 156,20 135,20 = 21,00 m

Panjang rayapan seharusnya: Lb > 4 * 21,00 = 84,00 m Berdasarkan gambar 8 diperoleh:

LV = 2,5 + (6 * 1,5) + 3,80 + 1,5 + (2 *2,00) + 4,25 + 1,98 = 28,57 m LH = = 35,42 m

Lp = LV + 1/3 LH = 28,57 + 1/3 35,42 =40,38 m Jadi Lb yang dibutuhkan = 28,0 m

Lp = 84,00 m > Lb = 28,0m Panjang lantai udik cukup memadai

5. Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok

Sayap Tembok pangkala. Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai peredam energi. Dalam desain ini, panjang dari mercu bendung sampai dengan ujung ambang akhir yaitu 18,00 m. Jadi ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir panjangnya 9,00 m.

b. Panjang pangkal tembok bendung tegak bagian udik dihitung dari mercu bendung, diambil sama dengan panjang lantai peredam energi yaitu 10,00

c. m.d. Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu:

Elevasi mercu bendung + Ha + jagaan = +156,20 + 6,0 m + 1,50 m = + 163,70 e. Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu:

Elevasi dasar sungai + D2 + jagaan = +152,00 + 8,40 m + 1,50 m = + 162,00

Tembok sayap

a. Panjang tembok sayap hilir;

Lsi = 1,5 Ls = 1,5 * 10,0 m = 15,0 m

b. Elevasi dekzerk tembok sayap hilir: + 162,00

Gambar 8. Bentuk dan Ukuran Pondasi Bendung

Page 20