folat pada manula

21
BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, menetapkan “Lanjut Usia” adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah Lanjut Usia makin bertambah. Lanjut Usia terdiri dari Lanjut Usia potensial dan Lanjut Usia tidak potensial. Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 23.992.000 jiwa (9,77%) dan tahun 2020 diperkirakan mencapai 28.000.000 jiwa (11,3%). 1,2 Status gizi dari manula berdampak besar pada morbiditas dan mortalitas kelompok umur ini. Salah satunya adalah asupan folat, yang dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan yang terutama mempengaruhi populasi lanjut usia, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, fungsi kognitif, dan masalah pendengaran. Kadar folat yang tidak adekuat dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit kronis yang mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan dari populasi yang mengalami proses penuaan. 1 Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk memperoleh cara yang tepat untuk mencegah atau setidaknya mengurangi komplikasi dari penyakit terkait usia. Folat merupakan salah satu zat gizi yang dinilai potensial dalam 1

Upload: sri-yudodiharjo

Post on 31-Jul-2015

98 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Folat Pada Manula

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor

13 tahun 1998, menetapkan “Lanjut Usia” adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun keatas. Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang

semakin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah Lanjut Usia makin

bertambah. Lanjut Usia terdiri dari Lanjut Usia potensial dan Lanjut Usia tidak potensial. Proses

penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan

terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin

menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Jumlah penduduk Lanjut Usia di

Indonesia pada tahun 2010 sekitar 23.992.000 jiwa (9,77%) dan tahun 2020 diperkirakan mencapai

28.000.000 jiwa (11,3%). 1,2

Status gizi dari manula berdampak besar pada morbiditas dan mortalitas kelompok umur ini.

Salah satunya adalah asupan folat, yang dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan yang

terutama mempengaruhi populasi lanjut usia, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, fungsi kognitif,

dan masalah pendengaran. Kadar folat yang tidak adekuat dihubungkan dengan peningkatan risiko

penyakit kronis yang mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan dari populasi yang mengalami

proses penuaan.1

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk memperoleh cara yang tepat untuk mencegah atau

setidaknya mengurangi komplikasi dari penyakit terkait usia. Folat merupakan salah satu zat gizi yang

dinilai potensial dalam mengurangi risiko timbulnya sejumlah penyakit terkait usia ini, namun

mekanisme pasti, jumlah asupan yang dibutuhkan, dan penyakit kronis yang berpotensi untuk

dicegah dengan pemberian folat, masih terus diteliti.

Referat ini bertujuan untuk meninjau peranan folat dalam mengurangi risiko sejumlah penyakit terkait

usia (age-related diseases).

1

Page 2: Folat Pada Manula

BAB II

ISI

FOLAT

Folat merupakan istilah umum yang digunakan untuk makanan yang mengandung folat (food

folate) dan bentuk sintetis dari vitamin (asam folat). Bentuk kimiawi primer folat di alam adalah

senyawa pteroylglutamate yang mengandung rantai samping molekul glutamat terkonjugasi. Folat

harus dipecah menjadi bentuk monoglutamat oleh enzim konjugase intestinal sebelum dapat

diabsorpsi di saluran cerna. Bentuk sintetis dari vitamin, asam folat, terdapat dalam bentuk

monoglutamat dan lebih siap diabsorpsi dibanding bentuk alami karena tidak membutuhkan

pemecahan enzim untuk dapat diabsorpsi. Asam folat sintetis didapatkan dari vitamin dan suplemen

zat gizi lainnya, seperti halnya makanan fortifikasi. Produk gandum sereal yang diberi label

“diperkaya” (“enriched”) telah ditambahkan asam folat dan termasuk tepung, jagung, roti, nasi, pasta,

dan sejumlah kombinasi makanan lainnya. Fortifikasi gandum dimandatkan oleh Food and Drug

Administration (FDA) untuk membantu wanita usia subur memenuhi rekomendasi asupan asam folat

untuk mengurangi risiko neural tube defect.1,3

Absorpsi, Metabolisme, dan Simpanan

Folat dalam makanan terdapat sebagai poliglutamat yang terleih dahulu harus dihidrolisis

menjadi bentuk monoglutamat di dalam mukosa usus halus, sebelum ditransportasi secara aktif ke

dalam usus halus. Pencernaan ini dilakukan oleh enzim hidrolase, terutama conjugase pada mukosa

bagian atas usus halus.1

Setelah dihidrolisis, monoglutamat folat diikat oleh reseptor folat pada mikrovili dinding usus

halus. Folat di dalam sel kemudian diubah menjadi 5-metil-tetrahidrofolat dan dibawa ke hati melalui

sirkulasi darah portal untuk disimpan. Hati merupakan tempat simpanan utama folat. Di hati, 5-metil-

tetrahidrofolat diubah menjadi asam tetrahidrofolat dan gugus metil disumbangkan ke metionin.

Tetrahidrofolat kemudian bereaksi dengan enzim poliglutamat sintetase untuk kembali membentuk

poliglutamil folat yang kemudian berikatan dengan beragam enzim dan melakukan fungsi

metaboliknya. Folat yang dihidrolisis meninggalkan hati dan bersirkulasi di dalam plasma dan empedu

sebagai 5-metil-tetrahidrofolat. Setelah diambil dan digunakan oleh sumsum tulang, folat bersirkulasi

2

Page 3: Folat Pada Manula

sebagai poliglutamat di dalam simpanan (pool) sel darah merah. Folat dikeluarkan melalui feses dan

urin sebagai 5-metil-tetrahidrofolat. Persediaan folat habis dalam waktu 20 minggu.3,4

Tabel. Kandungan Folat dalam Bahan Makanan4

Perkiraaan bioavailabilitas folat berkisar antara rata-rata 50% dari makanan yang

mengandung folat hingga 100% untuk asam folat sintetis yang dikonsumsi sebelum makan.

Diperkirakan sekitar 85% asam folat sintetis yang dikonsumsi bersama makanan atau sebagai

komponen makanan fortifikasi, diabsorpsi.4,5

Fungsi Folat

Koenzim folat berperan dalam proses biokimiawi yang melibatkan transfer kelompok karbon

tunggal, termasuk metabolisme asam amino dan sintesis purin dan pirimidin yang dimasukkan ke

dalam DNA dan RNA (reaksi 1). Folat terlibat secara integral dalam remetilasi homosistein untuk

membentuk metionin (reaksi 2), yang kemudian dikonversi menjadi S-adenosilmetionin sebagai

penyedia primer kelompok metil dalam sejumlah reaksi kimia termasuk metilasi DNA, RNA, protein,

fosfolipid dan neurotransmitter (reaksi 3). Pola metilasi DNA tampaknya memainkan peranan penting

dalam ekspresi gen.1

Gambar. Komponen utama siklus folat1

3

Page 4: Folat Pada Manula

Penelitian terbaru pada folat meneliti efek variasi genetik yang mempengaruhi penggunaan

folat. Beberapa polimorfisme nukleotida tunggal terkait siklus metabolisme folat telah diidentifikasi,

yang paling sering diteliti saat ini adalah metilentetrahidrofolat reduktase (MTHFR) varian 677CT.

Enzim MTHFR mengkatalisis konversi dari 5,10-metilentetrahidrofolat ke 5-metil-tetrahidrofolat (reaksi

4), yang kemudian berperan sebagi donor karbon bagi homosistein untuk membentuk metionin.

Individu yang homozigot untuk polimorfisme ini dapat memiliki aktivitas enzim MTHFR lebih rendah

hingga 50% dibanding mereka tanpa polimorfisme. Polimorfisme ini meningkatkan risiko

hiperhomosisteinemia saat disertai rendahnya kadar folat, yang mendukung anjuran bahwa individu

yang homozigot untuk polimorfisme 677CT mempunyai kebutuhan folat yang lebih tinggi.1,4

Kadar folat dikatakan adekuat apabila serum atau konsentrasi folat plasma di atas 7 nmol/l (3

ng/ml) dan konsentrasi sel darah merah di atas 305 nmol/l (140ng/ml). Homosistein plasma juga telah

digunakan sebagai indikator fungsional kadar folat, dengan 14 µmol paling sering dipakai sebagai

nilai penentu peningkatan konsentrasi. Recommended Dietary Allowance (RDA) folat untuk usia 51

tahun ke atas adalah 400 µg/hari Dietary Folate Equivalent (DFE). RDA untuk manula kebanyakan

didasarkan pada kebutuhan folat individu yang lebih muda karena sebelumnya tidak terdapat studi

metabolik yang menyediakan data bagi dewasa lebih dari 65 tahun. Kauwell et al. (2000) menemukan

bahwa asupan folat 400 µg/hari dari makanan dan suplemen lebih efektif dibanding 200 µg/hari dalam

4

Principal Components of the Folate Biochemical Cycle.Abbreviations:

DHFR = dihydrofolate reductase; MTHFR = methylenetetrahydrofolate reductase.Reactions:

❶ Biosynthesis of nucleotides for incorporation into DNA and RNA;❷ Remethylation of homocysteine to form methionine (vitamin B12 serves as a coenzyme in this reaction);

❸ Methylation of substrates, including DNA, RNA, phospholipids, and proteins;❹ MTHFR, which catalyzes the formation of 5-methyltetrahydrofolate needed for methylation reactions;

❺ Dihydrofolate reductase enzyme.

Page 5: Folat Pada Manula

menormalkan kadar folat dan homosistein pada wanita sehat postmenopause (60-85 tahun) yang

mengalami deplesi folat moderat, dan menyarankan bahwa RDA folat sebelumnya (180-200 µg/hari)

mungkin tidak cukup bagi kelompok umur ini. Institute of Medicine menetapkan Tolerable Upper

Intake Level (UL) 1000 µg/hari untuk asam folat sintetis. UL bukan didasarkan pada kriteria toksik

karena asupan asam folat sebanyak 15 mg/hari belum ditemukan menimbulkan efek samping, tapi

lebih kepada kemampuan asam folat untuk menyamarkan diagnosis anemia terkait defisiensi vitamin

B12.3,4,6

Adanya kemungkinan tersamarnya diagnosis simptom hematologi terkait defisiensi vitamin

B12 merupakan masalah yang penting untuk diperhatikan pada manula karena diperkirakan 10%-

15% orang di atas usia 60 tahun mengalami defisiensi vitamin B12. Defisiensi ini terutama terjadi

karena manula lebih berisiko mengalami malabsorpsi vitamin B12 dalam makanan sehubungan

dengan berkurangnya asam lambung (hipoklorhidria) terkait gastritis atrofik, suatu kondisi yang cukup

sering terjadi pada manula. Hipoklorhidria hanya mempengaruhi absorpsi vitamin B12 terikat protein

dalam makanan dan bukan dalam bentuk kristalin dari vitamin yang ditemukan dalam makanan

fortifikasi dan suplemen. Anemia pernisiosa, berkaitan dengan kurangnya faktor intrinsik yang

mungkin disebabkan oleh kelainan autoimun yang merusak sel parietal lambung. Faktor intrinsik

diperlukan untuk menjamin absorpsi vitamin B12; sehingga pasien dengan anemia pernisiosa tidak

dapat mengabsorpsi vitamin B12 terikat protein dan bentuk kristalin. Saat pasien dengan defisiensi

vitamin B12 diberikan asam folat, indeks hematologi terkait anemia makrositik kembali normal

sementara abnormalitas neurologik ireversibel terus berkembang. Hasilnya bahwa asam folat

mengobati gejala tapi bukan penyakit, yang dirujuk sebagai ‘menyamarkan’ (‘masking’) diagnosis.1,4,6

Terdapat banyak kasus gastritis atrofik yang tidak terdiagnosis dan yang terjadi bersamaan

dengan defisiensi vitamin B12 pada manula dan terdapat kekuatiran bahwa fortifikasi asam folat dan

suplementasi mungkin cukup untuk membalikkan abnormalitas hematologik terkait defisiensi vitamin

B12, sehingga memungkinkan defisiensi tetap tidak terdiagnosis. Karena jumlah yang signifikan dari

individu berusia lebih dari 50 tahun yang dipengaruhi gastritis atrofi, Institute of Medicine

merekomendasikan RDA vitamin B12 bagi mereka adalah 2.4 µg/hari terutama melalui asupan

vitamin B12 sintetis dalam makanan fortifikasi atau suplemen karena absorpsi bentuk ini tidak

dipengaruhi oleh kondisi terkait.3,4

Interaksi Folat – Obat, Makanan, Zat Gizi

5

Page 6: Folat Pada Manula

Beberapa obat diketahui memiliki interaksi signifikan dengan folat baik melalui efeknya pada

absorpsi maupun metabolisme. Obat yang sering digunakan manula adalah metotreksat, yang

digunakan dalam terapi penyakit neoplastik dan bekerja sebagai antagonis folat dengan target pada

enzim kunci dalam metabolisme folat (dihidrofolat reduktase) sehingga terjadi pengurangan produksi

nukleotida yang diperlukan untuk sintesis DNA. Dosis rendah metotreksat juga telah ditemukan

efikasinya dalam terapi kondisi non-neoplastik termasuk asma, inflammatory bowel disease, psoriasis

dan terutama artritis reumatoid. Bagi pasien artritis reumatoid, alasan utama penghentian terapi

metotreksat adalah efek samping terkait toksisitas. Banyak efek samping yang menyerupai defisiensi

folat termasuk masalah gastrointestinal (muntah, diare), stomatitis, sakit kepala, vertigo, pneumonitis,

leukopenia, trombositopenia, rambut rontok, dan infeksi. Individu yang menggunakan metotreksat

untuk mengobati artritis reumatoid, berkurang konsentrasi folat darahnya dan konsentrasi homosistein

plasmanya meningkat. Suplementasi asam folat dalam terapi metotreksat telah ditemukan

mengurangi insidens efek samping dan memperbaiki kadar folat dan homosistein tanpa mengurangi

efikasi terapi. Direkomendasikan pada individu yang diterapi dengan metotreksat untuk memperoleh

suplementasi asam folat sambil memonitor ketat efikasi terapi.1,6

Penggunaan jangka lama antikonvulsan difenilhidantoin (mis. fenitoin, Dilantin®) dan

fenobarbital telah dihubungkan dengan gangguan metabolisme folat. Pasien dengan kelainan usus

inflamasi yang diterapi dengan salisilasosulfapiridin (mis. sulfasalasin, Azulfidine®) juga berisiko

mengalami defisiensi folat karena obat ini menghambat absorpsi dan metabolisme folat pada

manusia. Kadar folat pada pasien epilepsi yang diterapi dengan obat antikonvulsan atau pasien

dengan penyakit usus inflamasi (inflammatory bowel disease) yang diterapi dengan sulfasalasin harus

dimonitor ketat.1,6

Penggunaan alkohol kronik juga telah dihubungkan dengan defisiensi folat. Asupan alkohol

dapat mengganggu absorpsi dan metabolisme hepatobilier folat dan dapat memperburuk efek dari

asupan folat rendah yang sering ditemukan pada pengguna alkohol kronik. Bila konsumsi alkohol

moderat disertai asupan folat rendah, risiko beberapa kanker tertentu meningkat signifikan.1,6,7

Interaksi potensial antara jus grapefruit dan obat-obat seperti antihistamin, antihipertensi dan

statin untuk menurunkan kolesterol telah dilaporkan. Meskipun bukan merupakan sumber folat yang

baik, jus grapefruit telah menunjukkan kontribusinya bagi asupan folat manula dan dapat memberi

keuntungan sebagai sumber zat gizi lain (mis. vitamin C, potassium).6,7

6

Page 7: Folat Pada Manula

Homocysteine (Hcy)

Hcy merupakan asam amino yang mengandung sulfur dan sebagai hasil antara

metabolisme metionin. Hcy didegradasi melalui dua jalur yaitu remetilasi yang menghasilkan

metionin dan transsulfurasi yang menghasilkan sistein.

Kerusakan genetik dari enzim yang

terlibat dalam metabolisme Hcy atau defisiensi nutrisi asam folat, vitamin B6 dan B12

menyebabkan peningkatan konsentrasi Hcy plasma dan berhubungan dengan peningkatan risiko

kardiovaskuler. Kelebihan diet metionin dikonversi menjadi Hcy melalui jalur transmetilasi

enzimatik. Hcy dikonversi ke sistationin melalui jalur transsulfurasi yang tergantung pada vitamin

B6 dengan enzim Cystationine ß-synthase (CBS). Sistationin kemudian dikonversi ke sistein yang

akhirnya didegradasi dan diekskresikan kedalam urin. Remetilasi terjadi pada sebagian besar sel

dengan bantuan 5-methylenetetrahydrofolate reductase (MTHFR) dengan asam folat sebagai

kosubstrat dan metionin sintase dan kobalamin sebagai kofaktor. Jalur betain merupakan jalur

alternatif remetilasi Hcy, ketika kadar Hcy sangat tinggi dan jalur remetilasi yang tergantung

fosfat terbatas. Betain merupakan kelompok donor metal yang berasal dari diet yang mengandung

kolin. Apabila remetilasi Hcy ke metionin terganggu akibat suplai asam folat yang tidak adekuat,

Hcy akan dimetabolisme menjadi Hcy-tiolakton oleh methionyl-tRNA sinthase (MetRS) yang

toksik bagi sel.

Hcy-tiolakton adalah suatu tioester yang reaktif, bereaksi dengan kelompok

amino bebas low-density lipoprotein (LDL) membentuk sel busa yang berperan dalam

aterosklerosis.1,7,8

Metabolisme Hcy plasma diatur oleh sejumlah enzim, tersedianya kofaktor dan

kosubstrat khusus. Meningkatnya kadar Hcy dalam darah melebihi kadar normal disebut

sebagai hiperhomosisteinemia (HHcy). HHcy menunjukan bahwa telah terjadi gangguan pada

salah satu jalur metabolisme, sehingga terjadi pelepasan yang berlebihan ke dalam darah akibat

penumpukan di dalam sel.7,8

7

Page 8: Folat Pada Manula

Gambar. Metabolisme Siklus Folat-Homosistein-Metionin1

Patogenesis HHcy pada vaskuler

Hcy secara cepat mengalami autooksidasi membentuk homosistin, mixed disulfide dan homosistein

tiolakton. ROS potensial termasuk superoksida dan hidrogen peroksida diproduksi selama

autooksidasi Hcy. Hidrogen peroksida (radikal hidroksil) memiliki efek toksik pada vaskuler

akibat HHcy. Superoksida yang terbentuk dari radikal hidroksil akan mengawali peroksidasi

lipid, suatu efek yang terjadi pada tingkat membran plasma endotel dan dalam partikel

lipoprotein. Autooksidasi Hcy juga menyebabkan oksidasi LDL melalui generasi radikal anion

superoksida.7

Gambar. Pembentukan ROS pada hiperhomosisteinemia

8

Page 9: Folat Pada Manula

Hubungan antara Hcy dan stres oksidatif

Hubungan antara HHcy dan stres oksidatif dimungkinkan karena HHcy

merangsang kerusakan oksidatif pada endotel vaskuler (terutama pada endotelium dan reaksi

enzim eNOS melalui autooksidasi Hcy, pembentukan Hcy disulfida, interaksi Hcy tiolakton dan

protein Hcy). Oksidasi dua molekul Hcy menghasilkan disulfida teroksidasi (Hcy), dua proton (H+

)

dan dua elektron (e-), bersamaan dengan itu merangsang pembentukan ROS berupa radikal

superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida.7

Selain itu senyawa disulfida campuran juga berperan pada pembentukan ROS.

Asam folat ,metabolisme Hcy dan ROS

Fungsi asam folat dalam metabolisme Hcy saat ini menjadi pembahasan yang sangat

menarik. Peningkatan konsentrasi plasma Hcy secara independen merupakan faktor risiko

penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Folat merupakan mikronutrien utama pada status

Hcy, suplementasi folat digunakan sebagai pengobatan untuk menurunkan konsentrasi Hcy. Folat

berperan sebagai donor metil pada metabolisme Hcy menjadi metionin sehingga

autooksidasi Hcy yang menghasilkan disulfida teroksidasi, dua proton (H+) dan dua elektron

(e-) yang merangsang pembentukan ROS tidak terbentuk.1,7,8

9

Page 10: Folat Pada Manula

FOLAT – AGE-RELATED DISEASES PADA LANSIA

Penyakit Kardiovaskular

Folat berperan sebagai koenzim dalam remetilasi homosistein untuk membentuk metionin.

Peningkatan konsentrasi homosistein merupakan faktor risiko independen bagi penyakit vaskular

yang melibatkan pembuluh darah koroner, serebral, dan perifer, juga bagi tromboembolisme. Faktor-

faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi homosistein darah meningkat bersama umur dan

umumnya lebih tinggi pada pria dibanding wanita. Suplementasi asam folat (≥500 µg/hari) telah

ditemukan efektif mengurangi konsentrasi homosistein darah ke kondisi stabil dimana penambahan

asam folat tidak memilki efek menurunkan homosistein lagi. Individu dengan peningkatan homosistein

atau konsentrasi folat darah rendah memperoleh keuntungan dari suplementasi asam folat. Individu

dengan polimorfisme MTHFR homozigot memiliki konsentrasi homosistein yang lebih tinggi

dibandingkan mereka tanpa polimorfisme. Masih sedikit bukti yang menunjukkan bahwa mereka

mengalami peningkatan risiko untuk penyakit vaskular dan apakah suplementasi folat dapat

mengurangi risiko tersebut, masih belum diketahui.8

Kanker

Asupan atau kadar folat adekuat juga dapat dihubungkan dengan pengurangan risiko kanker

tertentu, terutama kanker kolorektal dan serviks, juga kanker payudara. Mekanisme potensial

termasuk gangguan integritas DNA atau sistem perbaikan (repair) atau gangguan metilasi.

Hipometilasi DNA dihubungkan dengan peningkatan risiko karsinogenesis, dan hipometilasi DNA

limfosit ditemukan pada wanita postmenopause yang mengkonsumsi diet rendah folat. Bukti

epidemiologi paling meyakinkan yang menghubungkan asupan folat dengan risiko kanker terdapat

pada kanker kolorektal, dengan sejumlah hasil studi kohort prospektif yang mendukung secara

statistik signifikan membalikkan hubungan dngan risiko adenoma prekanker dan kanker kolorektal.

Hubungan antara folat dengan risiko kanker serviks masih kurang, walaupun terdapat bukti yang

mengarahkan bahwa kadar status folat rendah disertai keberadaan faktor risiko lainnya, seperti

human papillomavirus dapat meningkatkan risiko. Terdapat pula sejumlah bukti bahwa folat

dihubungkan dengan risiko kanker payudara, terutama dalam kombinasinya dengan asupan alkohol.

Peningkatan asupan folat dapat memberikan proteksi pada individu dengan kadar asupan tertentu

10

Page 11: Folat Pada Manula

(>14 g/hari) dibandingkan individu dengan kadar asupan alkohol sama tapi dengan asupan folat lebih

rendah.8

Fungsi kognitif, Demensia, dan Alzheimer

Sejumlah bukti mendukung peran folat atau homosistein untuk fungsi kognitif, demensia, dan

penyakit alzheimer. Studi oleh Snowdan et al. (2000) pada sejumlah biarawati menunjukkan bahwa

konsentrasi folat serum berkorelasi negatif dengan atrofi otak dengan jumlah signifikan dari lesi

penyakit alzheimer. Kekuatan dari studi ini adalah semua partisipan mengkonsumsi makanan yang

berasal dari dapur yang sama serta memiliki gaya hidup dan lingkungan yang sangat mirip

sepanjang hidup mereka. Evaluasi studi kohort Framingham (2002) menemukan peningkatan 40-

80% risiko relatif (RR) yang disesuaikan untuk demensia dan alzheimer untuk tiap peningkatan satu

standar deviasi homosistein plasma dibandingkan pengukuran awal. RR berlipat ganda ketika

konsentrasi plasma homosistein melebihi 14 µmol/l, nilai yang umumnya digunakan sebagai cut-off

untuk menentukan peningkatan konsentrasi. Mekanisme bagaimana folat dapat dihubungkan

dengan demensia belum jelas, namun mungkin melibatkan peran folat dalam sintesis S-

adenosilmetionin yang digunakan untuk metilasi neurotransmitter, fosfolipid atau mielin di jaringan

otak secara adekuat, atau kemampuan potensial dari peningkatan homosistein menyebabkan

penyakit vaskular dapat menimbulkan iskemia otak.9,10

Age-related hearing loss (ARHL)

ARHL merupakan salah satu kondisi kronis yang paling sering mempengaruhi manula. ARHL

adalah berkurangnya pendengaran sensorineural bilateral yang awalnya mempengaruhi frekuensi

tinggi dan selanjutnya meluas ke frekuensi rendah. Penurunan ketajaman pendengaran dapat mulai

terjadi pada dekade ketiga dan keempat kehidupan. Usia mempengaruhi 10% variasi dalam ARHL,

sehingga faktor-faktor yang bervariasi dengan usia dapat memainkan peranan dalam ARHL.

Perubahan terkait usia dalam vaskular dan jaringan saraf dari cochlea dipikirkan berkontribusi

terhadap ARHL. Perubahan saraf dan vaskular dalam cochlea dapat terjadi sekunder akibat

disfungsi mitokondria.11,12

Penelitian Berner et al. memeriksa hubungan antara tingkat pendengaran dan homosistein

total plasma sebagai salah satu faktor risiko baru untuk penyakit vaskular. Peningkatan konsentrasi

homosistein telah dikaitkan dengan proliferasi sel otot polos dan perubahan dalam aliran pembuluh

darah mikro. Perubahan ini dapat dikaitkan dengan perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah

11

Page 12: Folat Pada Manula

kecil, aliran darah cochlea, dan atrofi stria vaskular. Di samping komponen aterogenik, homosistein

dipertimbangkan memiliki komponen neurotoksik juga, yang dapat mempengaruhi cochlea yang

memiliki banyak inervasi. Sebagai contoh, homosistein dapat bertindak sebagai agonis pada tempat

glutamat dari reseptor N-metil-D-aspartat. Buruknya pendengaran telah dikaitkan dengan over-

eksitasi dari reseptor N-metil-D-aspartat.11,12

Kontras dengan hubungan antara homosistein dan tingkat pendengaran yang sangat lemah,

penentu dari peningkatan konsentrasi homosistein, seperti konsentrasi rendah folat dan vitamin B12,

telah diketahui berhubungan terbalik dengan tingkat pendengaran. Penentu peningkatan konsentrasi

homosistein juga dapat memiliki efek langsung pada jaringan saraf dan vaskular cochlea,

independen terhadap hubungannya dengan homosistein atau penyakit vaskular. Penelitian lain

menunjukkan bahwa folat memiliki komponen mirip antioksidan yang dapat melindungi cochlea dari

kerusakan yang dimediasi oleh reactive oxygen species.11,12

12

Page 13: Folat Pada Manula

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Studi yang ada telah menunjukkan hubungan antara folat dan penyakit vaskular, beberapa

jenis kanker, demensia, dan penyakit alzheimer, kondisi yang secara signifikan berdampak pada

manula. Hubungan ini mengidentifikasi folat sebagai zat gizi penting yang dapat berperan dalam

mengurangi morbiditas dan mortalitas pada manula. Di samping itu, juga penting untuk

memperhatikan adanya defisiensi vitamin B12 yang tidak terdiagnosis dan penggunaan jangka

panjang dari obat-obatan dan alkohol, yang dapat mengganggu metabolisme dan kadar folat.

13

Page 14: Folat Pada Manula

REFERENSI

1. Rampersaud, G.C., Kauwell, G., Bailey, L.B. Folate : A Key to Optimizing Health and

Reducing Disease Risk in the Elderly. Journal of American College of Nutrition. 2003.

2. Samsudrajat, A. Menuju Lanjut Usia sebagai Aset Bangsa yang Efektif. 2011.

3. Institute of Medicine, Food and Nutrition Board: “Dietary Reference Intakes for Thiamin,

Riboflavin, Niacin, Vitamin B6, Folate, Vitamin B12, Pantothenic Acid, Biotin, and Choline.”

Washington, DC: National Academy Press, 1998.

4. Suitor CW, Bailey LB: Dietary folate equivalents: Interpretation and application. J Am Diet

Assoc 100:88–94, 2000.

5. Bailey LB, Moyers S, Gregory 3rd JF: Folate. In Bowman BA, Russell RM (eds): “Present

Knowledge in Nutrition,” 8th ed. Washington, DC: ILSI Press, pp 214–229, 2001.

6. Rothenberg SP: Increasing the dietary intake of folate: Pros and cons. Semin Hematol 36:65–

74, 1999.

7. Koehler KM, Baumgartner RN, Garry PJ, Allen RH, Stabler SP, Rimm EB. Association of

folate intake and serum homocysteine in elderly persons according to vitamin supplementation

and alcohol use. Am J Clin Nutr 73:628–637, 2001.

8. Durand P, Prost M, Loreau N, Lussier-Cacan S, Blache D. Impaired homocysteine metabolism

and atherothrombotic disease. Lab Invest 81:645–672, 2001.

9. Snowdon DA, Tully CL, Smith CD, Riley KP, Markesbery WR. Serum folate and the severity of

atrophy of the neocortex in Alzheimer disease: Findings from the Nun Study. Am J Clin Nutr

14

Page 15: Folat Pada Manula

71:993–998, 2000.

10. Seshadri S, Beiser A, Selhub J, Jacques PF, Rosenberg IH, D’Agostino RB, Wilson PWF,

Wolf PA: Plasma homocysteine as a risk factor for dementia and alzheimer’s disease. N Engl

J Med 346:476–483, 2002.

11. Berner B., Odum L., Parving A., Age-related hearing impairment and B vitamin status. Acta

Oto-Laryngol. 2000.

12. Durga, J., Anteunis, L., Schouten, E. Association of serum folate with hearing is dependent

on the 5,10-MTHFR 677C T mutation. University Medical Center Utrecht, Netherlands.

2003.

15

Page 16: Folat Pada Manula

16