file meis 6

24
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017 241 Hubungan Antara Religiusitas dan Tasamuh dengan Pengetahuan Akan Praktek Tasamuh Nabi Muhammad Sebagai Variabel Mediator Mas Agung S. Aji dan Gagan Hartana. Tb Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstract This study is intended to investigate the correlation between religiousity and respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance (tasamuh) over Tasamuh, and the role of respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance as a mediating variable that can improve the relation between religiousity and tasamuh. Tasamuh can be defined as a religious tolerance in Islamic pespective. The research methode that used to investigate that relationship and the role of respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance are bivariate correlation and path analysis. The result of the study shows that there is a negative correlation between religiousity and tasamuh with coefficient correlation -0,374. Other results also show that relationship between religiousity and respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance is identified negatively with -0,120 coefficient corellation. Keywords: Religiousity, tolerance, tasamuh, mediating, path PENDAHULUAN Menyinggung tentang situasi dan kondisi toleransi beragama di tanah air pada saat ini, secara umum masih dapat dijaga dengan baik oleh mayoritas komponen bangsa ini. Meskipun tak dapat dipungkiri juga bahwa kebebasan beragama/beribadah akhir-akhir ini tengah mendapat tantangan dengan terjadinya sejumlah peristiwa dan pelanggaran tindakan yang relatif marak belakangan ini. Hal tersebut dapat terlihat melalui data yang diperoleh penulis dari temuan Setara Institute tahun 2012 di lapangan, dimana telah terjadi 264 peristiwa dan 226 tindakan pelanggaran kebebasan beragama (aktor non-negara), yang mana dalam 226 tindakan pelanggaran tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Pertama, tindakan intoleransi sebanyak 68 tindakan, seperti; pembiaran adanya pelecehan terhadap umat dan agama lain atau condoning, diskriminasi, serta pemaksaan keyakinan. Kedua, pelarangan ibadah/kegiatan keagamaan atau mendirikan rumah ibadah sebanyak 48 tindakan, seperti; pembubaran kegiatan keagamaan, pelarangan mendirikan tempat atau fasilitas ibadah,

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

241

Hubungan Antara Religiusitas dan Tasamuh dengan Pengetahuan Akan Praktek Tasamuh Nabi Muhammad Sebagai Variabel Mediator

Mas Agung S. Aji dan Gagan Hartana. Tb

Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstract

This study is intended to investigate the correlation between religiousity and respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance (tasamuh) over Tasamuh, and the role of respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance as a mediating variable that can improve the relation between religiousity and tasamuh. Tasamuh can be defined as a religious tolerance in Islamic pespective. The research methode that used to investigate that relationship and the role of respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance are bivariate correlation and path analysis. The result of the study shows that there is a negative correlation between religiousity and tasamuh with coefficient correlation -0,374. Other results also show that relationship between religiousity and respondent’s knowledge of prophet Muhammad’s practice on tolerance is identified negatively with -0,120 coefficient corellation. Keywords: Religiousity, tolerance, tasamuh, mediating, path

PENDAHULUAN

Menyinggung tentang situasi dan

kondisi toleransi beragama di tanah air pada

saat ini, secara umum masih dapat dijaga

dengan baik oleh mayoritas komponen

bangsa ini. Meskipun tak dapat dipungkiri

juga bahwa kebebasan beragama/beribadah

akhir-akhir ini tengah mendapat tantangan

dengan terjadinya sejumlah peristiwa dan

pelanggaran tindakan yang relatif marak

belakangan ini. Hal tersebut dapat terlihat

melalui data yang diperoleh penulis dari

temuan Setara Institute tahun 2012 di

lapangan, dimana telah terjadi 264

peristiwa dan 226 tindakan pelanggaran

kebebasan beragama (aktor non-negara),

yang mana dalam 226 tindakan

pelanggaran tersebut dapat dirinci sebagai

berikut:

Pertama, tindakan intoleransi sebanyak 68

tindakan, seperti; pembiaran adanya

pelecehan terhadap umat dan agama lain

atau condoning, diskriminasi, serta

pemaksaan keyakinan.

Kedua, pelarangan ibadah/kegiatan

keagamaan atau mendirikan rumah ibadah

sebanyak 48 tindakan, seperti; pembubaran

kegiatan keagamaan, pelarangan

mendirikan tempat atau fasilitas ibadah,

Page 2: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

242

hingga perusakan/pembakaran rumah

ibadah.

Ketiga, intimidasi dan penyerangan

sebanyak 45 tindakan, seperti; ancaman

kekerasan/pembunuhan, intimidasi,

penganiayaan, penyerangan secara

sporadis, hingga pembunuhan.

Keempat, sejumlah pelanggaran lain

sebanyak 65 tindakan yang berupa;

pelarangan kegiatan berdiskusi, pemaksaan

keyakinan/peribadatan, pembatasan

kebebasan berekspresi,

pembakaran/pembongkaran properti,

pengusiran, serta penyesatan.

Berdasarkan uraian pada latar

belakang di atas, dapat terlihat bahwa di

dalam hubungan interaksi antar umat

beragama di Indonesia pada akhir-akhir ini,

telah muncul fenomena meningkatnya

potensi tindakan pelanggaran kebebasan

beragama, yang ironisnya banyak

dilakukan oleh suatu golongan kaum

muslim tertentu yang mengatas-namakan

Islam, baik yang dilakukan secara

berkelompok (ormas) maupun individu.

Adanya fenomena tersebut

menimbulkan suatu permasalahan yang

patut untuk diteliti tentang apakah telah

terjadi pendangkalan makna toleransi pada

kelompok masyarakat muslim yang lain di

sini, dimana religiusitas dan pengetahuan

akan praktek tasamuh nabi Muhammad

memiliki kaitan dan peran akan hal

tersebut.

Dalam penelitian ini terdapat tiga

variabel yang diukur hubungannya, yakni;

religiusitas, pengetahuan akan praktek

tasamuh nabi Muhammad dan tasamuh.

Penggabungan pengetahuan akan praktek

tasamuh nabi Muhammad dengan

religiusitas akan memperkuat tasamuh.

Oleh karena itu, semakin tinggi

pengetahuan seseorang akan praktek

tasamuh nabi Muhammad, maka hal

tersebut semakin memperkuat hubungan

positif antara religiusitas dan sikap tasamuh

yang dimilikinya.

Hubungan Mediator. McGrath

(2011; 186) menyebutkan dalam suatu

hubungan mediator murni, efek suatu

variabel bebas pertama terhadap variabel

terikat melewati variabel bebas kedua,

dimana ia dapat disimbolkan melalui: X1 à

X2 à Y. Selain itu, hubungan mediator

murni mempertanyakan adanya hubungan

langsung atau tidak langsung antara

variabel bebas pertama terhadap variabel

terikat.

Akan halnya dengan hubungan

mediator aditif (additive relationship) yang

merupakan salah satu bentuk dari hubungan

mediator yang ada, terjadi apabila dua atau

lebih variabel bebas, masing-masing

mampu memprediksi variabel terikat. Dan

bila kedua atau lebih variabel bebas

tersebut saling ditambahkan, maka akan

memperbaiki/meningkatkan prediksi atas

variabel terikat tersebut: X1 + X2 à Y.

Page 3: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

243

Selain itu, dihadirkannya hubungan

mediator aditif pada penelitian ini

dimaksudkan untuk menjelaskan kasus-

kasus hubungan tertentu yang kerap kali

tejadi dalam situasi negatif.

Konsep Variabel Bebas Pertama

(X1) yaitu Religiusitas. Teori dan

pengukuran religiusitas yang dijadikan

dasar acuan dalam penelitian ini adalah

teori dan Pengukuran Psikologis

Religiusitas Islam (PPRI) yang

dikembangkan oleh Hisham Abu Raiya

(2008). Raiya (2008) menyebutkan bahwa

Islam merupakan suatu agama yang

kompleks dan hampir menyentuh setiap

aspek dari penganutnya. Selain itu, Islam

juga menuntut setiap pribadi muslim untuk

secara komprehensif memahami dan

mengamalkan setiap sendi dalam ajaran-

ajarannya dengan tidak memisah-

misahkannya secara parsial. Namun begitu,

sehubungan dengan karakter dari keilmuan

Psikologi ini yang hanya menekankan

pembacaan seseorang melalui perilaku dan

proses mental yang dimunculkannya, maka

pengukuran psikologis atas dimensi

religiusitas seorang muslim akan ditarik

berdasarkan apa yang terlihat melalui

perilaku dan sikapnya tersebut.

Selanjutnya dalam merumuskan

alat ukur religiusitas muslim ini, Raiya

menyempurnakan alat Pengukuran

Psikologis Religiusitas Islam (PPRI) yang

sebelumnya telah dikembangkan pada

penelitian-peneltian sebelumnya. Hal ini

dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan di

dalam keilmuan Psikologi Islam tentang

alat ukur religiusitas muslim. PPRI ini

memang dirancang khusus untuk dapat

menyentuh responden muslim dari segala

mahzab, keyakinan dan praktek

keberagamaan di seluruh dunia. Dalam

pengaplikasian PPRI ini, Raiya

menyederhanakannya dari versi PPRI dari

penelitian-penelitian sebelumnya. Terdapat

enam dimensi dalam PPRI ini yang dapat

dirinci sebagai berikut: 1) Pilar Islam; 2)

Konversi Iman; 3) Metode solusi

permasalahan; 4) Perjuangan iman; 5)

Internalisasi iman; 6) Eksklusivisme Islam.

Konsep Variabel Bebas Kedua (X2)

adalah Pengetahuan akan praktek tasamuh

nabi Muhammad. Konsep pengetahuan

(knowledge) disini merujuk pada definisi

Notoatmodjo (1993) yang menyatakan

bahwa pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dsb), dimana hasil tahu dari proses

penginderaan tersebut dapat membentuk

tindakan dan sikap tertentu seseorang.

Akan halnya dengan pengujian responden

atas pengetahuan (knowledge) akan praktek

tasamuh nabi itu sendiri, penulis

mengembangkan suatu alat ukur guna

melihat dan menggambarkan seberapa jauh

seseorang mengetahui hal-hal yang pernah

Page 4: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

244

di lakukan oleh nabi terkait sikap dan

perilaku toleransinya terhadap umat lain .

Konsep Variabel Terikat (Y) yakni

Tasamuh. Tasamuh adalah suatu konsep

toleransi beragama di dalam Islam. Dalam

penelitian ini, definisi tasamuh beserta alat

ukurnya dirumuskan secara mandiri

berdasarkan sejumlah teori tasamuh yang

telah ada dari para ulama dan pemikir Islam

kontemporer, yang salah satunya adalah

dari Yusuf Qaradhawi (1977). Qaradhawi

membagi tingkatan tasamuh menjadi tiga,

yakni; tingkatan bawah, tingkatan

menengah, dan tingkatan atas - yang

masing-masing dirujuk menurut gagasan

dan praktek bertoleransi yang ada dalam

Al-Qur’an dan sunnah nabi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini selain dimaksudkan

untuk menguji teori yang dimunculkan dari

temuan-temuan tasamuh/toleransi

sebelumnya, juga mengukur variabel-

variabel yang ada dalam penelitian ini.

Lebih difokuskannya penelitian ini dalam

mendiagnosa variabel dan bukan

menggambarkan populasi, dimaksudkan

agar penerapan alat ukur yang digunakan

pada studi ini kelak akan lebih mampu

teruji dan menjangkau responden yang

lebih luas dan beragam di kemudian hari,

khususnya untuk alat ukur tasamuh.

Sebagaimana yang telah diutarakan

di atas, meski penelitian ini lebih

menekankan pada pengukuran variabel dan

bukan penggambaran suatu populasi,

namun penetapan suatu populasi yang

diaplikasikan di sini tetaplah dibutuhkan

guna menguji hasil kinerja alat ukur yang

digunakan. Populasi yang disasar dalam

penelitian ini adalah suatu kelompok

tertentu di dalam masyarakat yang penulis

sebut sebagai Kelompok Pelanggan

Percetakan Usaha Prima (KPPU). Para

anggota/responden KPPU ini terhimpun di

media sosial Facebook yang dimiliki oleh

penulis. Terdapat sekitar 200-250 individu

yang tergabung di dalam KPPU ini, dimana

mereka memiliki karakteristik sebagai

berikut: berusia antara 25 hingga 40 tahun,

bekerja di sektor jasa dan beragama Islam.

Dipilihnya responden yang

beragama Islam dalam penelitian ini

dikarenakan nilai relevansi dari salah satu

variabel yang diukur dan hanya diketahui

oleh kaum Muslim sendiri, yakni;

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

Muhammad SAW. Sedangkan menyangkut

jumlah sampel populasi, Arikunto

menyebutkan apabila subjek kurang dari

100 dan diambil semuanya untuk suatu

penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi, akan tetapi jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10-

15% atau 20-25% atau lebih. Dalam

penelitian ini karena jumlah subjek lebih

dari 100, maka peneliti mengambil 25%

Page 5: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

245

untuk pengambilan sampelnya atau 52

responden.

Penarikan sampel populasi pada

penelitian ini bersifat non-probability

sampling. Selain non-probability sampling,

teknik yang digunakan di sini juga bersifat

convenience sampling dimana proses

pemilihan responden didasarkan pada

tingkat pengenalannya (acquintancy) demi

alasan kesediaan, kesungguhan, kecepatan

serta pemudahan pengambilan data

(Castilo, 2009). Alasan lain dipilihnya

convenience sampling dalam penelitian ini

adalah guna mendeteksi secara kasar

hubungan di antara fenomena yang

berbeda, khususnya terkait antara

fenomena toleransi yang terjadi di dunia

barat/Kristen dengan yang ada di dunia

timur/Islam (Castilo, 2009).

Proses Pengumpulan Data

Dalam melakukan proses

pengumpulan data, digunakan kuesioner

konvensional (lembaran kertas) dan

elektronis (email) yang bersifat anonimity

(tanpa menyebutkan nama) dan berisi

sejumlah pertanyaan terkait dengan ketiga

variabel yang diukur yakni; religiusitas,

tasamuh dan pengetahuan akan praktek

tasamuh nabi Muhammad.

Dalam kuesioner itu sendiri, jenis

dan skala pertanyaan dari ketiga variabel

masing-masing berbeda. Pada pengukuran

religiusitas dan pengetahuan akan praktek

tasamuh nabi Muhammad, pertanyaan ada

yang bersifat pilihan ganda (multiple

choice) dan terdapat pula yang bergaya

Likert (Likert style), sebagaimana yang

terjadi pada pengukuran tasamuh.

Penelitian ini dirancang dengan

menggunakan pendekatan kajian lapangan

non-eksperimental, yang mana hanya

berusaha menyingkap hubungan atau

korelasi antar variabel yang diukur melalui

variabel mediator. Selain itu, ia juga

bersifat pengujian hipotesis sebagaimana

umum terjadi pada penelitian yang bersifat

inferensial.

Responden pada penelitian ini

secara umum merupakan para pekerja di

bidang jasa (asuransi, perbankan, insititusi

pemerintahan), beragama Islam dan

tergabung dalam akun Kelompok

Pelanggan Percetakan Usaha Prima

(KPPU) yang penulis bina dalam suatu

media sosial Facebook. Terdapat sekitar

200 – 250 jiwa di dalam akun tersebut,

dimana dari sebanyak 79 kuesioner yang

disebarkan, hanya 52 kuesioner yang

kembali dan terisi dengan benar. Akan

halnya dengan kaitan para responden

tersebut dengan KPPU ini adalah bahwa

mereka merupakan contact person yang

sering berhubungan dengan penulis dalam

hal melakukan transaksi percetakan.

Sedangkan informasi khusus yang didapat

melalui data pribadi pada kuesioner,

paparan deskripsi responden di bawah ini

Page 6: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

246

akan meliputi: jenis kelamin, usia, dan

tingkat pendidikan.

Analisis Data

Dari 52 responden yang

mengembalikan kuesioner pada penelitian

ini, diperoleh keterangan bahwa terdapat 33

orang (64%) berjenis kelamin laki-laki dan

sebanyak 19 orang (36%) berjenis kelamin

perempuan. Dari data ini dapat diketahui

bahwa responden yang berjenis kelamin

laki-laki merupakan yang terbanyak di

dalam penelitian ini.

Tabel. 1. Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-Laki 33 64% Perempuan 19 36% 52 100%

Sedangkan untuk kategori usia, dari

52 responden yang ada terdapat variasi usia

dimana responden yang berusia 38 tahun

berjumlah 17 orang (36%), setelah itu

diikuti oleh responden yang berumur 28

tahun sebanyak 15 orang (28%). Pada titik

bawah terdapat responden yang berusia 39

dan 40 tahun yang masing-masing

berjumlah 4 orang (7%), 37 tahun terdiri 3

orang (4%), serta terdapat masing-masing 2

orang (4%) pada mereka yang berusia 29,

35, 41 dan 44 tahun. Hanya 1 orang (2%)

yang berusia 32 tahun. Dari data ini dapat

dilihat bahwa usia termuda responden

adalah 28 tahun, sedangkan tertua berusia

44 tahun.

Tabel. 2 Responden Berdasarkan Usia

Kategori Usia Frekuensi Persentase 28 tahun 15 28% 29 tahun 2 4% 32 tahun 1 2% 35 tahun 2 4% 37 tahun 3 5% 38 tahun 17 36% 39 tahun 4 7% 40 tahun 4 7% 41 tahun 2 4% 44 tahun 2 4% 52 100%

Kelompok responden yang

berpendidikan akhir sarjana pada deskripsi

tingkat pendidikan merupakan yang paling

banyak dalam penelitian ini dengan 29

orang (56%) diikuti dengan mereka yang

berpendidikan akhir diploma sebanyak 20

orang (38%). Sedangkan untuk Magister

dan SMA masing-masing hanya terdapat 2

orang (4%) dan 1 orang (2%).

Tabel. 3 Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persentase SMA 1 2% Diploma 20 38% Sarjana 29 56% Magister 2 4% 52 100%

Deskripsi data umum pada tabel

berikut ini dihadirkan guna mendapat

gambaran dari nilai Mean dan Standar

Deviasi yang pada halaman-halaman

Page 7: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

247

berikut akan banyak digunakan untuk

memperoleh skor-skor tertentu.

Tabel. 4 Deskripsi Data Umum

Dari uraian tabel di atas dapat

diketahui bahwa skor tertinggi dari variabel

religiusitas yang dicapai pada sampel

penelitian ini mencapai nilai 213,

sedangkan terendah 113 – yang pada

keduanya memiliki rentang skor 100. Akan

halnya dengan nilai rata-rata skor

religiuistas pada 52 responden dari

penelitian ini berada pada nilai 180,67.

Pada sisi lain, skor tertinggi dari

variabel pengetahuan yang dicapai pada

sampel penelitian ini mencapai nilai 8,

sedangkan terendah 1 – yang pada

keduanya memiliki rentang skor 7. Melalui

nilai rata-rata skor pengetahuan pada 52

responden dari penelitian ini terdapat nilai

3,71. Hal ini berarti bahwa rata-rata

responden mampu mengetahui hampir 4

praktek tasamuh yang pernah dilakukan

oleh nabi Muhammad, dari delapan praktek

yang ditanyakan di dalam kuesioner

penelitian.

Pada variabel tasamuh sendiri, skor

tertinggi dari variabel terikat tersebut yang

dicapai pada sampel penelitian ini

mencapai nilai 128, sedangkan terendah 73

– yang pada keduanya memiliki rentang

skor 55. Akan halnya dengan nilai rata-rata

skor tasamuh pada 52 responden dari

penelitian ini berada pada nilai 102,54.

Sebaran Skor Religiusitas

Tabel berikut menyajikan hasil

olahan dari rekapitulasi data yang diperoleh

melalui kuesioner pada penelitian ini

dimana didapatkan data skor Religiusitas

sebagai berikut:

Tabel. 5 Sebaran Skor Variabel Religiusitas

Kategori Rumus Rentang Skor

Frekuensi Responden Persentase

Tinggi x > M+SD

> 201,85 9 17%

Sedang M-SD ≤ x ≤

M+SD

159,49 – 201,85

34 66%

Rendah x < M-SD

< 159,49 9 17%

Variabel N Mean SD Skor Minimal

Skor Maksimal Range

Religiusitas 52 180,67 21,18 113 213 100 Pengetahuan 52 3,71 1,57 1 8 7

Tasamuh 52 102,54 14,8 73 128 55

Page 8: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

248

∑ 52 100%

Bila dilihat dari sebaran skor

religiusitas di atas, sebanyak 34 responden

(66%) berada dalam tingkat religiusitas

sedang dan 9 responden (17%) berada pada

tingkat religiusitas tinggi. Hasil data

lapangan penelitian ini memberi indikasi

bahwa mayoritas responden merupakan

orang-orang yang cukup religius/taat

dengan rentang skor antara 160 hingga 202.

Sebaran Skor Pengetahuan

Tabel berikut menyajikan hasil

olahan dari rekapitulasi data yang diperoleh

melalui kuesioner pada penelitian ini

dimana didapatkan data skor Pengetahuan

Akan Praktek Tasamuh Nabi Muhammad

sebagai berikut :

Tabel. 6 Sebaran Skor Variabel Pengetahuan Akan Praktek Tasamuh Nabi Muhammad

Sebanyak 63% atau 33 responden

dari total 52 diketahui memiliki

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

tingkat sedang, dimana kelompok ini

mampu mengetahui dua hingga lima dari

delapan praktek tasamuh nabi Muhammad.

Sebaran Skor Tasamuh

Tabel berikut menyajikan hasil

olahan dari rekapitulasi data yang diperoleh

melalui kuesioner pada penelitian ini

dimana didapatkan data skor Tasamuh

sebagai berikut:

Tabel. 7 Sebaran Skor Variabel Tasamuh

Kategori Rumus Rentang Skor

Frekuensi Responden Persentase

Tinggi x > M+SD > 5,28 6 12%

Sedang M-SD ≤ x ≤

M+SD

2,14 – 5,28 33 63%

Rendah x < M-SD < 2,14 13 25%

∑ 52 100%

Kategori Rumus Rentang Skor

Frekuensi Responden Persentase

Tinggi x > M+SD

> 117,34 10 19%

Sedang M-SD ≤ x ≤

M+SD

87,74 – 117,34 29 56%

Rendah x < M- < 87,34 13 25%

Page 9: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

249

Data lapangan sebaran skor

tasamuh di atas menunjukkan bahwa

sebanyak 29 responden (56%) memiliki

sikap tasamuh tingkat sedang yang ditandai

dengan keberadaan mereka pada rentang

skor 88 hingga 117, dan hanya seperempat

dari jumlah keseluruhan responden yang

menempati tingkat tasamuh rendah.

Analisis Multivariat

Pada bagian ini akan dipaparkan

hasil uji hubungan antara dimensi-dimensi

yang terdapat dalam variabel bebas

terhadap variabel terikat dan hasil analisis

statistik yang dimaksudkan untuk

menjawab pertanyaan penelitian, serta

menganalisa hubungan mediator aditif yang

diteliti pada studi ini dalam kaitannya

dengan pengujian hipotesis.

Hasil Uji Korelasi Bivariat Dimensi

Variabel Bebas Terhadap Variabel

Terikat

Bagian ini dimaksudkan untuk

menampilkan hasil uji hubungan bivariat

dari seluruh dimensi yang ada pada kedua

variabel bebas (religiusitas dan

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

Muhammad) terhadap variabel terikat

(tasamuh) guna menjawab permasalahan

riset serta memperoleh gambaran tentang

keterkaitan dimensi-dimensi tersebut

terhadap kebertasamuhan.

Variabel Religiusitas

Dimensi Pilar Islam

Tabel. 8 Hasil Uji Hubungan Ritual Islam dengan Tasamuh

Data pada tabel di atas

menunjukkan bahwa Dimensi Pilar Islam

memiliki hubungan negatif dengan

Tasamuh yang ditunjukkan dengan nilai

korelasi Pearson -0,475. Dimensi Pilar

Islam ini terdiri dari sejumlah indikator,

yaitu; kepercayaan pada lima rukun iman,

menjalankan enam rukun Islam,

SD ∑ 52 100%

Page 10: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

250

mempraktekkan etika Islam, menghindari

hal-hal yang dilarang oleh Islam, dan

percaya adanya persaudaraan sesama

muslim.

Dimensi Etika Islam

Tabel. 9 Hasil Uji Hubungan Etika Islam dengan Tasamuh

Terjadi hubungan negatif pada

dimensi Etika Islam dengan Tasamuh yang

ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson

pada tabel di atas sebesar -0,347. Etika

merujuk pada sejumlah indikator seperti

penghormatan kepada orang tua, tetangga,

fakir miskin dan sikap toleransi.

Dimensi Metode Solusi Permasalahan

Hidup

Tabel. 10. Hasil Uji Hubungan Metode Islam dengan Tasamuh

Data pada tabel di atas

menunjukkan bahwa Dimensi Metode

Solusi Islam juga memiliki hubungan

negatif dengan Tasamuh pada sampel

penelitian ini, yang ditunjukkan dengan

nilai korelasi Pearson -0,255. Metode solusi

merujuk pada bagaimana seorang muslim

melihat Islam sebagai metode dalam

penyelesaian masalah dalam

kehidupannya.

Perjuangan Iman

Page 11: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

251

Tabel. 11 Hasil Uji Hubungan Perjuangan Iman dengan Tasamuh

Hubungan dimensi Perjuangan

Iman dengan Tasamuh ditandai dengan

korelasi positif pada sampel penelitian ini

melalui nilai korelasi Pearson 0,056.

Perjuangan Iman merujuk pada sejumlah

indikator tentang bagaimana seorang

muslim mengalami terjadinya keragu-

raguan terhadap sejumlah aspek di dalam

Islam.

Eksklusivisme Islam

Tabel. 12 Hasil Uji Hubungan Eksklusivisme Islam dengan Tasamuh

Hubungan dimensi Eksklusivisme

Islam dengan Tasamuh ditandai dengan

korelasi negatif pada sampel penelitian ini

melalui nilai korelasi Pearson -0,238.

Dari ke-lima dimensi dalam

variabel religiusitas yang dikorelasikan

dengan variabel tasamuh, hasil uji statistika

dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa

rata-rata terjadi hubungan negatif pada ke

empat dimensi yang ada pada sampel

penelitian ini (Pilar, Etika, Metode Solusi

dan Eksklusivisme Islam).

Sedangkan pada dimensi

Perjuangan Iman terjadi hubungan positif

dengan variabel Tasamuh. Hal ini

mengindikasikan bahwa tingkat religiusitas

pada sampel penelitian tidak memiliki

keterkaitan dengan sikap tasamuh yang

dimiliki oleh seseorang, dan karenanya

tidak mampu memprediksi prilaku

kebertasamuhan dari seseorang.

Variabel Pengetahuan Akan Praktek

Tasamuh Nabi Muhammad

Dimensi Kebaikan Hati

Page 12: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

252

Tabel. 13. Hasil Uji Hubungan kebaikan dengan Tasamuh

Tabel di atas menunjukkan

terjadinya hubungan positif pada dimensi

pengetahuan seseorang akan kebaikan hati

nabi Muhammad dengan Tasamuh yang

ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson

sebesar 0,217. Hal ini menunjukkan bahwa

dimensi ini pada sampel populasi mampu

memprediksi munculnya sikap tasamuh

dari seseorang.

Dimensi Pemudahan

Tabel. 14. Hasil Uji Hubungan Pemudahan dengan Tasamuh

Dimensi pengetahuan seseorang

akan perilaku pemudahan yang diberikan

oleh nabi terhadap umat lain dengan sikap

tasamuh ditandai dengan hubungan positif

pada nilai korelasi Pearson sebesar 0,208.

Hal ini menunjukkan pada dimensi ini

dapat memprediksi munculnya sikap

tasamuh dari seseorang.

Dimensi Pemahaman

Tabel. 15. Hasil Uji Hubungan Pemahaman dengan Tasamuh

Data pada tabel di atas

menunjukkan bahwa dimensi pengetahuan

akan pemahaman nabi Muhammad

terhadap umat lain pada sampel populasi di

Page 13: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

253

sini memiliki hubungan positif dengan

sikap tasamuh yang dimunculkannya,

dimana hal tersebut ditunjukkan dengan

nilai korelasi Pearson 0,64.

Dimensi Penghargaan

Tabel. 16. Hasil Uji Hubungan Penghargaan dengan Tasamuh

Terjadi hubungan negatif pada

dimensi penghargaan nabi dengan sikap

tasamuh, yang ditunjukkan dengan nilai

korelasi Pearson pada tabel di atas sebesar

-0,041. Hal ini berarti bahwa pengetahuan

akan dimensi ini yang ada dalam populasi

penelitian tidak dapat memprediksi

munculnya sikap tasamuh.

Dimensi Perlindungan

Tabel. 17. Hasil Uji Hubungan Perlindungan dengan Tasamuh

Hubungan dimensi pengetahuan

akan perlindungan yang diberikan oleh nabi

kepada umat lain dengan sikap tasamuh

pada sampel penelitian ini ditandai dengan

korelasi positif pada nilai Pearson 0,125.

Hal ini memperlihatkan adanya potensi

untuk memprediksi munculnya sikap

tasamuh.

Dari ke-lima dimensi dalam

variabel pengetahuan akan praktek tasamuh

nabi Muhammad yang dikorelasikan

dengan variabel tasamuh, hasil uji statistika

dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa

rata-rata terjadi hubungan positif pada ke

empat dimensi yang ada (Kebaikan Hati,

Pemudahan, Pemahaman dan

Perlindungan) pada sampel penelitian.

Sedangkan pada dimensi Penghargaan,

terjadi hubungan negatif dengan variabel

Tasamuh. Hal ini mengindikasikan bahwa

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

yang terdapat pada sampel penelitian ini,

menunjukkan keterkaitan positif dengan

Page 14: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

254

tingkat tasamuh, serta dapat memprediksi

munculnya sikap tersebut.

Hasil Analisis Statistik terhadap

Pertanyaan Penelitian

Bagian ini memaparkan hasil

analisis statistik guna menjawab sejumlah

pertanyaan penelitian melalui uji hubungan

antar variabel di dalam suatu pasangan

variabel yang diujikan, serta analisis jalur

terhadap hubungan mediator aditif yang

menjadi fokus dalam penelitian ini.

Pertanyaan Penelitian 1: Apakah terdapat

hubungan antara Religiusitas dengan

Tasamuh?

Tabel. 18. Hasil Uji Hubungan Religiusitas dengan Tasamuh

Dari tabel uji hubungan antara

kedua variabel di atas, diketahui bahwa

terjadi hubungan negatif antara Religiusitas

sebagai variabel bebas dengan Tasamuh

sebagai variabel terikat pada sampel

penelitian ini, yang ditandai dengan nilai

korelasi Pearson sebesar -0,374. Jika

Religiusitas adalah variabel Independen,

maka Religiusitas hanya mampu

menjelaskan 14% (0,3742x100%) varian

dari variabel Tasamuh. Artinya, masih ada

variabel-variabel lain (sebesar 86%) yang

menentukan tingkat Tasamuh para

responden.

Hubungan antara religiusitas

dengan tasamuh tersebut signifikan karena

terjadi pada taraf Sig. (2-tailed) 0,006 yang

berarti di bawah atau lebih kecil dari nilai

Sg. (2-tailed) 0,01.

Pertanyaan Penelitian 2: Apakah terdapat

hubungan antara religiusitas seseorang

dengan pengetahuannya akan praktek

tasamuh nabi yang dimilikinya?

Page 15: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

255

Tabel. 19 Hasil Uji Hubungan Religiusitas dengan Pengetahuan Akan Praktek Tasamuh Nabi Muhammad

Pada kedua variabel di atas yakni

Religiusitas dengan Pengetahuan Akan

Praktek Tasamuh Nabi Muhammad, tidak

terdapat hubungan yang ditandai nilai

korelasi Pearson sebesar -0,120. Karena

religiusitas dan Pengetahuan adalah sama-

sama variabel Independen maka keduanya

(dapat) saling menjelaskan hanya 1% (-

0,1202 x 100%) varian dari masing-masing

variabel. Artinya, masih ada variabel-

variabel lain (sebesar 99%) yang

menentukan besaran kedua variabel.

Hubungan antara religiusitas

dengan Pengetahuan tersebut tidak

signifikan karena terjadi pada taraf Sig. (2-

tailed) 0,396 yang berarti di atas atau lebih

tinggi dari nilai Sg. (2-tailed) 0,01.

Pertanyaan Penelitian 3: Apakah

kebertasamuhan seseorang dipengaruhi

oleh pengetahuannya akan praktek toleransi

nabi Muhammad?

Tabel. 20. Hasil Uji Hubungan Religiusitas dengan Pengetahuan Akan Praktek Tasamuh Nabi Muhammad

Pada uji hubungan ini, terlihat

bahwa Pengetahuan Akan Praktek

Tasamuh Nabi Muhammad dengan

Tasamuh memiliki hubungan positif yang

ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson

sebesar 0.207. Jika Pengetahuan adalah

variabel Independen maka Pengetahuan

hanya mampu menjelaskan 4,3%

(0,2072x100%) varian dari variabel

Tasamuh. Artinya, masih ada variabel-

variabel lain (sebesar 95,7%) yang

menentukan Tasamuh para responden.

Page 16: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

256

Hubungan antara Pengetahuan

dengan Tasamuh tersebut tidak signifikan

karena terjadi pada taraf Sig. (2-tailed)

0,141 yang berarti di atas atau lebih tinggi

dari nilai Sg. (2-tailed) 0,05.

Pertanyaan 4: Apakah hubungan antara

Religiusitas dengan Tasamuh akan menjadi

lebih kuat bila ditambahkannya variabel

Pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

Muhammad?

Dalam menjawab pertanyaan

keempat di atas, studi ini menggunakan

metode statistik analisis jalur atau path

analysis. Menurut Grath (2011), salah satu

metode statistik yang dapat diterapkan

dalam menganalisa dan menginvestigasi

model hubungan mediator aditif seperti

pada penelitian ini adalah melalui teknik

analisis jalur atau path analysis. Hal ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa

terdapat variabel bebas yang bersifat

dimensional pada penelitian ini (religiusitas

dan pengetahuan akan praktek tasamuh

nabi Muhammad), serta tujuan dari analisis

tersebut yakni mempertanyakan apakah

jenis hubungan mediator aditif di sini sudah

tepat.

Analisis Jalur (path analysis) Pada

Hubungan Mediator Aditif

Diagram 1. Diagram Path Atas Hubungan Ketiga Variabel Yang Diukur

Pada diagram path di atas terlihat

terdapat tiga variabel dengan tiga arah

hubungan berbeda yang diajukan dalam

penelitian ini, yakni hubungan AB dengan

nilai hubungan (c), hubungan AC dengan

nilai hubungan (a) dan hubungan BC

dengan nilai hubungan (b). Dari tiga

pasangan hubungan tersebut, dicari dan

didapatkan nilai korelasi pada ketiganya

sebagaimana pada tabel di bawah ini.

A

c

b

a

C

X1

RELIGIUSITAS

X2

PENGETAHUAN

Y

TASAMUH

B

Page 17: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

257

Tabel. 21. Hasil Uji Hubungan Pada Ketiga Variabel Yang Diukur

Dari hasil persamaan korelasi di

atas, langkah selanjutnya adalah dicari nilai

path coeffecient pada hubungan AC (a) dan

BC (b), sebagai mana persamaan ke 2 di

bawah ini:

β 1 = (AC – BC x C)/(1 – C2) = AC (a) AC (a) à β 1 = (-0,374 – 0,207 x -0,120)/(1 – -0,1202) = -0,354 β 2 = (BC – AC x C)/(1 – C2) = BC (b) BC (b) à β 2 = (0,207 – -0,374 x -0,120)/(1 – -0,1202) = 0,164 Dari hasil persamaan path coeficient di

atas, maka untuk sementara dapat diketahui

di sini bahwa pengaruh kausal Religiusitas

terhadap Tasamuh (AC) pada sampel

penelitian ini bernilai negatif -0,354,

sedangkan pengaruh kausal Pengetahuan

terhadap Tasamuh bernilai positif 0,164.

Intepretasi atas nilai path coeficient atau

biasa juga disebut sebagai nilai beta

weights pada jalur AC di atas yakni sebesar

-0,354. Hal ini menunjukkan bahwa faktor

Religiusitas (X1) pada sampel penelitian ini

relatif tidak memberi pengaruh dalam

membentuk sikap tasamuh (Y).

Sebaliknya nilai path coeficient atau

beta weights BC yang sebesar 0,164,

menempatkan faktor pengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad (X2)

yang ada pada sampel penelitian ini dapat

memberi pengaruh terhadap sikap tasamuh

(Y). Setelah diperoleh nilai beta weights

sebagaimana yang telah diuraikan di tas,

langkah selanjutnya adalah memasukkan

hasil nilai perhitungan tersebut ke dalam

skema hubungan mediator aditif, melalui

persamaan Squared Multiple Correlation

berikut:

Persamaan Squared Multiple Correlation:

R2C.AB = β1rAC + β2rBC R2C.AB = -0,354 X -0,374 + 0,164 X 0,207 = 0,167

Simbolisasi Hubungan Mediator Aditif: X1 + X2 à Y Atau 0,133 + 0,034 à 0,167

Page 18: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

258

Dari hasil persamaan Squared Multiple

Correlation di atas, maka dapat dketahui di

sini bahwa penjumlahan nilai path

Pengetahuan sebesar 0,034 sebagai variabel

mediator aditif dan bernilai positif kepada

nilai variabel Religiusitas (0,133),

menghasilkan kenaikan total senilai 0,167

dari sebelumnya 0,133. Hal ini dapat

dimaknai bahwa variabel pengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad (X2)

mampu berperan memberi pengaruh positif

dan memperbaiki prediksi atas hubungan

negatif yang terjadi antara Religiusitas

dengan sikap Tasamuh menjadi hubungan

yang positif pada sampel populasi dari

penelitian ini.

Hasil uji statistik yang telah

dilakukan di atas, di saat yang bersamaan

juga digunakan untuk menjawab uji

hipotesa yang diajukan pada penelitian ini,

sebagaimana tertera pada tabel hipotesa di

bawah ini.

Tabel. 22. Hasil Uji Hipotesa

No Hipotesa Hasil Uji Statistik

1

Penggabungan pengetahuan akan praktek tasamuh nabi Muhammad dengan religiusitas akan memperkuat kebertasamuhan. Oleh karena itu, semakin tinggi pengetahuan seseorang akan praktek tasamuh nabi Muhammad, maka hal tersebut semakin memperkuat hubungan positif antara religiusitas dengan kebertasamuhan

Diterima

PEMBAHASAN

Sebagaimana yang telah dijabarkan

pada hasil analisis uji hubungan semua

dimensi pada variable bebas di atas,

diketahui bahwa pada sampel populasi ini

tidak terdapat keterkaitan antara dimensi-

dimensi variable religiusitas terhadap

tasamuh, seperti pada dimensi; pilar Islam

yang memiliki hubungan korelasi Pearson

negatif sebesar -0,475, etika Islam dengan

nilai korelasi Pearson negatif sebesar -

0,347, metode solusi permasalahan hidup

dengan nilai korelasi Pearson negatif

sebesar -0,255, hingga eksklusivisme Islam

dengan nilai korelasi Pearson negatif

sebesar -0,238. Satu-satunya dimensi yang

berkaitan secara positif, hanyalah dimensi

perjuangan iman yang memiliki nilai

korelasi Pearson sebesar 0,56 terhadap

tasamuh.

Akan halnya dengan keterkaitan

antara dimensi-dimensi yang terdapat

dalam variabel pengetahuan akan praktek

tasamuh nabi Muhammad terhadap sikap

tasamuh, diketahui bahwa terjadi sejumlah

hubungan positif pada empat dimensi yang

ada pada variabel pengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad, yaitu;

dimensi pengetahuan akan kebaikan hati

nabi yang ditandai dengan nilai korelasi

Page 19: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

259

Pearson sebesar 0,217, kemudian dimensi

pengetahuan akan pemudahan yang

diberikan oleh nabi dengan nilai korelasi

Pearson sebesar 0,208, dimensi

pengetahuan akan perlindungan yang

diberikan nabi dengan nilai sebesar korelasi

Pearson sebesar 0,125, serta dimensi

pengetahuan akan pemahaman nabi yang

nyaris tidak mempunyai hubungan terhadap

sikap tasamuh yang ditandai dengan nilai

korelasi Pearson sebesar 0,064.

Satu-satunya dimensi yang bernilai

negatif pada variabel pengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad ini

adalah dimensi pengetahuan akan

penghargaan yang diberikan nabi yang

ditandai dengan nilai korelasi Pearson

sebesar -0,041.

Hasil temuan di atas

menggambarkan bahwa dalam sampel

populasi penelitian ini, sejumlah dimensi

pembentuk variabel sikap religiusitas tidak

memiliki kaitan atau hubungan dengan

terbentuknya sikap tasamuh dari seseorang.

Hal sebaliknya justru terjadi pada sejumlah

besar dimensi yang ada pada variabel

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

Muhammad, dimana terjadi keterkaitan

atau hubungan dengan terbentuknya sikap

tasamuh pada studi di sini.

Hubungan Religiusitas Dengan

Tasamuh

Sejalan dengan temuan di atas, hasil

analisis statistik atas hubungan variabel

religiusitas dengan variabel tasamuh yang

dilakukan pada sampel studi ini

mengungkapkan hal yang sama akan

adanya hubungan negatif pada keduanya,

yang mana ditunjukkan dengan nilai

koefisien korelasi sebesar -0,374. Hal ini

dapat diartikan bahwa sikap religiusitas

pada sampel studi ini tidak memiliki

hubungan atau keterkaitan dalam

menjelaskan sikap tasamuh yang ada atau,

sebagaimana yang telah diutarakan pada

halaman 69, hanya mampu menjelaskan

sebesar 14% dari sikap tasamuh yang

dimunculkannya. Masih terdapat 86%

faktor-faktor lain yang menjadi penentu

dalam sikap tasamuh pada sampel studi ini.

Temuan ini sekaligus juga menjawab

pertanyaan penelitan pertama tentang ada

tidaknya hubungan antara religiusitas dan

tasamuh yang dilihat secara hubungan antar

variable.

Selain itu, fakta adanya hubungan

negatif antara religiusitas dengan

tasamuh/toleransi yang terjadi pada sampel

studi ini, memiliki kesamaan dengan

temuan-temuan pada penelitian sejenis

yang terjadi di tempat dan sampel lain,

seperti Arya Gaduh (2012) di Indonesia,

Teun Vermeer (2012) di 42 negara Eropa,

serta Ani Sarkissian (2011) yang merujuk

pada pengalaman di dunia Kristen Barat.

Page 20: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

260

Adanya kesamaan fenomena yang

terjadi pada penelitian ini dan yang ada

pada wilayah lain terkait hubungan negatif

antara religiusitas dengan

tasamuh/toleransi ini, tentunya tak serta

merta dapat digeneralisir menjadi suatu

kebenaran umum yang menyatakan bahwa

tingkat religiusitas yang tinggi tidak diikuti

dengan tingkat tasamuh yang tinggi pula.

Karena, sebagaimana yang dapat dilihat

dari karakter temuan di atas, variabel

religiusitas pada penelitian ini hanya dapat

menjelaskan 14% dari sikap tasamuh dan

hanyalah salah satu faktor yang

teridentifikasi dari banyaknya faktor-faktor

lain yang mampu menjelaskan sikap

tasamuh yang ada.

Hubungan Pengetahuan Dengan

Tasamuh

Hasil penelitian pada sampel studi

ini mengungkapkan adanya hubungan

positif antara keberpengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad yang

dimiliki seseorang dengan munculnya sikap

tasamuh, dimana hal ini ditandai dengan

nilai koefisien korelasi sebesar 0,207. Hal

tersebut mempertegas tentang peran

penting pengetahuan terhadap terbentuknya

suatu sikap dan perilaku (Notoatmodjo,

1993). Meskipun begitu, hasil nilai korelasi

sebesar 0,207 tersebut juga

mengindikasikan bahwa peran pengetahuan

seseorang akan praktek tasamuh nabi

Muhammad hanya menjelaskan 4,3%

terhadap munculnya sikap tasamuh, yang

berarti masih ada variabel-variabel lain

sebesar 95,7% yang menentukan sikap

tasamuh para responden pada penelitian ini.

Dalam pada ini, bila melihat pada

penelitian serupa yang berhasil

dieksperimenkan oleh Ismail H.

Demircioglu (2008) di Turki, dimana

Ismail mengadakan suatu penelitan

eksperimental terhadap sejumlah anak

didik melalui pemberian pengetahuan akan

praktek toleransi masyarakat Islam pada

zaman kekhalifan Ottoman, studinya

menunjukkan bahwa pengetahuan tentang

toleransi dapat meningkatkan sikap toleran

atas anak didiknya. Oleh karena itu, temuan

dan fakta di depan sekaligus juga menjawab

pertanyaan penelitian tentang apakah

terdapat kaitan pada kedua variable

tersebut, yang mana dapat diketahui

bersama bahwa kaitan tersebut bernilai

positif, dimana pengetahuan akan praktek

tasamuh nabi Muhammad dapat

memprediksi lahirnya sikap tasamuh

seseorang.

Hubungan Religiusitas Dengan

Pengetahuan Akan Praktek Tasamuh

Nabi

Akan halnya hubungan religiusitas

dengan pengetahuan akan praktek tasamuh

nabi Muhammad, studi ini mengungkapkan

adanya hubungan negatif pada kedua

Page 21: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

261

variable bebas tersebut yang ditandai oleh

nilai korelasi negatif sebesar -0,120. Hasil

uji statistik ini menunjukkan bahwa tingkat

religiusitas pada sampel penelitian studi ini

tidak memiliki kaitan dengan pengetahuan

akan praktek tasamuh nabi Muhammad

yang ada padanya. Dan seperti dijelaskan

pada uraian analisis hubungan keduanya

pada halaman di atas, kedua variabel hanya

dapat menjelaskan sebesar 1% varian dari

masing-masing variabel, yang artinya

masih ada variabel-variabel lain sebesar

99% yang dapat menentukan

keterhubungan dari kedua variabel tersebut.

Dalam analisis Raiya (2008) akan

kedudukan tasamuh sebagai salah satu

keutamaan dalam ajaran Islam, sayangnya

pengetahuan tentang hal ini jarang disentuh

dalam banyak pengajaran agama di dunia

muslim. Oleh karenanya, dalam alat ukur

yang dimodifikasi oleh Raiya tersebut, ia

menyertakan pula dimensi toleransi sebagai

bahan untuk penelitian lanjutan terkait

dengan religiusitas Islam. Hal ini juga yang

pada akhirnya menjadi keputusan penulis

untuk memilih model pengukuran

religiusitas secara psikologis yang

dikembang oleh Raiya itu karena

dipandang lebih komprehensif dalam

menggambarkan religiusitas Islam

dibandingkan pengukuran religiusitas yang

ada pada Allport dan Ross (1967) serta

Glock and Stark (1966) yang sangat

bernuansa dunia non-muslim, meski

terdapat sejumlah kesamaan.

Peran Pengetahuan Terhadap

Hubungan pada Religiusitas dan Sikap

Tasamuh

Sebagaimana yang telah diuraikan

pada bagian analisis jalur hubungan

mediator aditif di atas dan hasil dari uji

statistik terhadapnya, penjumlahan path

coefficient antara religiusitas dan

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

Muhammad yang yang menghasilkan nilai

0,167, dipahami dapat merubah hubungan

negatif yang terdapat pada variabel

religiusitas dan sikap tasamuh. Hal ini

berarti pula bahwa peran pengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad pada

sampel populasi studi ini mampu

memperbaiki hubungan negatif tersebut

menjadi hubungan positif.

Temuan ini tentunya

mengkonfirmasi jejak penelitian

sebelumnya yang telah diungkapkan oleh

Ismail H. Demircioglu (2008) di Turki,

tentang peran pengetahuan toleransi dalam

memperkuat sikap tasamuh seseorang.

Hasil analisis peran pengetahuan akan

praktek tasamuh nabi Muhammad pada

studi ini pada akhirnya juga menyatakan

diterimanya hipotesis dalam penelitian ini,

yang berbunyi; “penggabungan

pengetahuan akan praktek tasamuh nabi

Muhammad pada religiusitas akan

Page 22: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

262

membentuk hubungan positif terhadap

sikap tasamuh seseorang. Oleh karena itu,

semakin tinggi level pengetahuan

seseorang akan praktek tasamuh nabi

Muhammad, maka hal tersebut semakin

memperkuat hubungan positif antara

religiusitas dengan sikap tasamuh yang

dimilikinya”.

Dalam kaitannya dengan situasi

nyata yang ada di masyarakat, temuan

Ismail dan juga hasil dari studi ini dapat

menjadi masukan praktis bagi kehidupan

kaum muslimin terkait bagaimana

melakukan pembentukan perilaku

(behaviour shaping) tasamuh dengan cara

mempelajari segala praktek tasamuh yang

pernah dilakukan oleh nabi Muhammad

sebagai model ideal yang memang menjadi

tujuan bagi setiap kaum muslimin.

Karakteristik Responden Terhadap

Temuan Lapangan

Diketahui bahwa rentang usia

responden yang ada pada populasi

penelitian ini adalah; 25 – 40 tahun.

Mengacu pada teori Tahapan Kepercayaan

(stages of faith) dari Fowler (1981), rentang

usia tersebut masuk dalam karakteristik

Individuatif-Reflektif dimana mereka

tengah memasuki tahapan percobaan dan

pergolakan iman yang ditandai dengan

usaha untuk mempertanyakan kembali

segala asumsi-asumsi yang selama ini telah

dibangun atau merekonstruksi kepercayaan

baru/berbeda (Hasan, 2006, Thompson,

1999). Namun, bila melihat hasil data

lapangan terkait dimensi perjuangan iman

dalam variabel religiusitas di bawah ini,

maka dapat diketahui di sini bahwa nilai

rata-rata (mean) dimensi Perjuangan Iman

dari 52 responden adalah 23.40 - dimana

diketahui pula bahwa nilai maksimum

dimensi ini sebesar 24.

Tabel 23. Gambaran Dimensi

Perjuangan Iman Populasi

KESIMPULAN

Berdasarkan beberapa temuan

lapangan di atas, nyaris seluruh responden

memberikan nilai penuh terhadap

ketiadaaan keraguan iman yang menjadi

obyek dari dimensi ini. Karena itu, dapat

dikatakan bahwa pada sampel populasi ini

tidak diketemukan adanya gejala yang

digambarkan dan diprediksi pada teori

tersebut, yang menyebutkan bahwa pada

rentang umur tersebut akan terjadi

pengalaman untuk mempertanyakan

kembali asumsi-asumsi kepercayaan yang

selama ini dianut. Selain itu, temuan ini

sekaligus juga dapat menjadi tambahan

fakta bahwa gejala-gejala psikologi tidak

sepenuhnya dapat digeneralisir pada setiap

konteks dan keadaan pada semua

Page 23: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

263

masyarakat dimanapun di dunia ini

sebagaimana yang diajukan dalam arus

pemikiran indigeous psychology (Kim,

1990).

Akan halnya dengan tingkat

pendidikan pada sampel populasi studi ini

yang mengungkapkan bahwa lebih dari

separuh (56%) sampel merupakan lulusan

sarjana, dan sepertiganya (38%) lulusan

diploma, maka bila dikaitkan dengan

hubungan yang terjadi antara religiusitas

dan sikap tasamuh yang bernilai negatif,

maka hal tersebut perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut, utamanya bila ia

dikaitkan dengan situasi perkembangan

religiusitas mereka pada rentang usia yang

ada.

Sebaliknya, bila menyangkut profil

jenis kelamin responden pada sampel

populasi penelitian ini, dimana terdapat

lebih banyak yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 33 responden atau sebesar

64% serta terjadinya hubungan negatif

antara religiusitas dengan sikap tasamuh,

maka studi-studi lanjutan perlu lebih

mengungkapkan keterhubungan dari sisi

jenis kelamin ini. Hal ini sebagaimana yang

dilakukan pada penelitian serupa oleh

Bondarenko (2008) yang meneliti tingkat

toleransi antara pemeluk muslim dan

nasrani di Tanzania – Afrika dari sisi

gender, mengungkapkan hasil yang

berbeda dimana 187 dari 831 responden

yang tergolong tidak toleran, golongan

wanita (99 orang atau 23,5%) melebihi

jumlah golongan prianya (88 orang atau

21,7%). Oleh karena itu, adanya perbedaan

temuan hubungan religiusitas dan toleransi

yang didasarkan pada jenis kelamin, tidak

sepenuhnya bisa menggambarkan

keterhubungan tersebut sejauh ini.

DAFTAR PUSTAKA Allport, G. (1954). The nature of prejudice.

Reading, MA: Addison-Wesley Bondarenko, D. (2008). Interriligious

tolerance in contemporary Tanzania: The gender aspect of Christian-Muslim mutual attitudes. Moscow: Institute for African Studies.

Boujnourdi, M. (2005) “Islam and Tolerance in Voices Within Islam; Four Perspectives on Tolerance and Diversity” New York: Current History 104, No. 678 (January 2005).

Castillo, J. J. (2009). Convenience Sampling. Retrieved Jul 10, 2013 from Explorable.com: http://explorable.com/convenience-sampling.

Clingingsmith, K K, (2008). Estimating The Impact of the Hajj: Religion and Tolerance in Islam’s Global Gathering. Harvard Kennedy School.

Demircioglu, I. H. (2008). Using Historical Stories to Teach Tolerance: The Experiences of Turkish Eighth-Grade Students. The Social Studies.

Ferrara, C, (2012). Religious Tolerance and Understanding in the French Education System. London: Routledge.

Fernandez, C, (2008). Toleration in the 21st Century. CFE Working Papers Series No. 34.

Gaduh, Arya (2012). Uniter or Divider? Religion and Social Cooperation. University of Southern California.

Page 24: File MEIS 6

MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017

264

Ghazali, A. (2009). Argumen Pluralisme Agama. Jakarta: KataKita.

Hanafi, M M. (2013). Moderasi Islam. Jakarta: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an.

McGarth, R, E. (2011). Quantitive Models in Psychology. American Psychological Association; 1 edition.

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nurgiyantoro, B. (2002). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Qaradawi, Y. (1977). Ghair al-Muslimin fil Mujtama` al-Islami (Non-Muslims in Muslim Society). Cairo, Egypt: Dar Wahbah P. 45.

Raiya, H, A, (2008). A Psychological Measure of Islamic Religiousness. Bowling Green State University.

Saada-gendron (1999) La tolerance. Paris; Corpus.

Sarkissian, A, (2011). The Determinants of Tolerance in Arab Societies. Seattle: American Political Science Association.

Setara Institute. (2013). Laporan Tahunan 2012. www.setara-institute.org.

Vermeer, T. (2012). The Influence of Religion on Social Tolerance in East-West Europe: Multi-level analysis. Tilburg University.

Winseman, A. L. (2003). Religious Tolerance: The Faith Factor. Religion and Social trends.

Wuensch, K.L. (2012). An introduction to path analysis.

Wullf, D. M. (1997). Psychology of religion: Classic and contemporary (2nd ed.). New York: Wiley.