fieldnote bagus 13040564020
DESCRIPTION
massosTRANSCRIPT
Fieldnote Masalah Sosial
Narasumber Pertama
pada dasarnya dalam hal ini yakni film mengenai masalah sosial
menceritakan mengenai mahasiswa bidik misi yang kurang bijak dalam
menggunakan uangnya. Tujuan dalam hal ini menguak akan kebenaran dalam
penyalagunaan uang bidik misi. Dalam hal ini terdapat berbagai macam hal yang
menyimpang. Sebagaimana dijelaskan pada narasumber saya hal ini. narasumber
merupakan anak dari pedesaan. Ia hidupnya bersama keluarga besar, yakni kakek,
nenek dan juga kedua orang tua. Dalam hal ini ayahnya berkerja sebagai petani,
sedangkan pada ibunya terkadang juga membantu ayahnya namun juga ia
mengurusi rumahnya. Ayahnya ini berkerja sebagai petani baik lahan milik keluarga
ataupun juga lahan milik orang lain atau sebagai buruh upah petani. Kehidupan
didesa pada narasumber dapat dikatakan sederhana, hal ini dikarenakan kondisi
desa yang tidak telalu banyak mall- mall seperti perkotaan.
Narasumber sendiri merupakan salah penerima bidik misi pada kouta
snmptn. Hal ini yang akan ditinjau lebih dalam apakah benar dan pantas mengenai
alokasi yang telah diterima dalam bidikmisi ini. dan apakah hal ini memang pantas
untuk dia tau tidak. Hal ini ditinjau dari poal konsumerisme pada diri narasumber
tersebut. yang dimana dikatakan pola konsumerisme narasumber ini sangat
berlebihan.
pada saat wawancara narasumber berpakain simpel, tidak menunjukkan pola
hidup yang mewah. Wawancara ini sendiri dilakukan pada waktu petang, dikos
narasumber, dengan kondisi yang terbilang agak rame dan terkadang pula ada orang
lewat maupun jualan dan juga ada yang bersepeda motor. Lebih tepatnya diteras
kos narasumber. Pada situasinya depan kos narasumber banyak sekali sepeda motor
yang pakir, sehingga bila wawancara tidak enak untuk dilihat. Sehingga peneliti tidak
mampu dalam mengkondisikan tempat kos tersebut. Namun hal ini tentunya tidak
menghilangkan semangat dalam mewawancarai narasumber saat itu. Pada saat itu
narasumber memang terlihat belum mandi, dan hal itu diakui oleh narasumber
sendiri. sehingga dapat dikatakan seperti orang yang ingin tidur dan kurang rapi.
Narasumber saat diwawancarai tidak memakai kerudung, sehingga terlihat
potongan rambutnya yang pendek.
Dalam kondisinya narsumber saat itu seperti agak terburu- buru dikarenakan
ada acara lain, namun meski begitu wawancara tetap pada jalannya. Narasumber
saat diwawancarai seringkali bergumam tidak jelas maupun tertawa dikarenakan
ada pula teman disampingnya yang menggodanya. Hal ini membuat narasumber
terkesan ada rasa sungkan saat diwawancarai. Selain hal itu jawaban narasumber
pun terkesan ada hal yang dilebih- lebihkan dan ada pula bantahannnya. Hal inilah
yang menjadi kroscek utama dalam hal mengimplementasi pada film nantinya.
narasumber sendiri memang terkesan senang bercanda dengan peneliti maupun
temannya.pada dasarnya penelitian tersebut berjalan lancar dikarenakan seperti
tidak ada kekangan antara narasumber dengan peneliti, meskipun awalnya sempat
canggung dikarenakan ada temannya disamping yang seringkali menggodanya.
Dari pengamatan peneliti, narasumber saat berpakain saat dikampus
tergolong orang yang rapi dan sangat ceplos ceplos terhadap temannya. Dalam hal
kata rapi ini tentunya memiliki makna yang semacam ada beberapa hal yang
berlebih tidak ia tonjolkan dalam umum, tapi hanya beberapa orang saja yang
megetahuinya. Sebagaimana hal ini tentu peneliti mengetahui beberapa hal
mengenai narasumber. Secara tidak langsung dalam hal ini narasumber seringakali
juga tidak menggunakan uang bidik misi tersebut pada tempatnya. Meskipun tidak
dalam hal yang tergolong negatif dalam penggunaannya namun hal ini dapat
dikatakan sebagai penyimpangan yang dilakukan oleh narasumber. hal ini peneliti
lebih menekankan pada pola konsumtifnya dalam keseharian narasumber.
Pada implikasinya hal ini narasumber tidak sesuai sikap seorang bidik misi
yang seharusnya tidak mencerminkan pola konsumerisme secara berlebihan, namun
hal ini tidak mencerminkan hal itu. Ia lebih suka menghambur- hamburkan uang
bidik misi ini sesuka hatinya dan lebih mengutamakan kepentingan nafsunya dari
pada kepentingan dalam hal akademisnya. Pada kebiasaannya dalam kampus ia
seringkali berkumpul dengan sesama temannya, namun meski begitu dia tidak
janggung dengan kebiasaanya yang terbilang mewah. Teman- teman dari
narasumber ini adalah seorang dari berbagai kalangan, baik itu orang yang tidak
punya, atau proletar dan juga orang yang kaya atau borjuis. Dalam kesehariaan ia
terlihat senang saat berkumpul dengan teman- temannya, sehingga proses
berbaurnya dapat dikatakan lancar sehingga secara perlahaan ia terpengaruh oleh
sifat konsumtif temannya.
Diceritakan kebiasaan ia saat berada didesanya sangat berbanding terbalik
dengan kebiasaan yang ada dikampus. Ia terkadang lebih bersifat sederhana, dan
juga tidak melihatkan uang bidik misinya bila dikampungnya. Ia lebih mampu dalam
mengontrol apa yang ia bawa dan ia pakai. Berbanding terbalik dengan yang ia
lakukan saat di kampus. Ia terbilang suka menghabiskan uangnya saat kembbali ke
kota. Hal ini tentu dapat dikatakan tergantung dari teman- teman yang ia miliki. Hal
ini ia membeli apapun yang ia ingin beli terutama prihal yang menyakut dengan
keinginan pribadinya. Pada dasarnya hal ini narasumber tidak memungkiri hal itu
terjadi terutama saat ia menerangkan dengan barang- barang, ataupun pola makan
yang dilakukan dalam keseharian. Meski begitu dapat dikatakan memiliki gaya hidup
yang mewah, namun ia tidak sombong hanya terkadang terlihat glamor dimata
peneliti. Hal ini tentunya dikarenakan dia tidak mau kalah dengan teman yang ada di
sekitarnya yang terkadang pula bersifat mewah.
Dalam kesehariannya ia lebih memamerkan barang- barang hasil uang bidik
misinya. Hal ini dilihat dengan penggunaan gadget, ataupun makan yang terkadang
mewah bila ia inginkan. Uang bidik misi ini tidak hanya ia gunakan untuk membeli
barang- barang yang dirasa kurang berguna terkadang ia juga membeli barang-
barang berguna semisal buku ataupun keperluan perkuliaan lainnya. dalam hal ini
tentu tidak mencerminkan penyimpangan yang terjadi pada narasumber. Pada
dasarnya hal ini narasumber dapat dikatakan kepentingan yang tergantung pada
nafsunya sendiri, ia juga berargumen tidak membeli barang- barang yang mewah
sebagaimana nafsu tapi juga baginya hal tersebut atas dasar kebutuhannya saja. Hal
ini yang diutarakan oleh narasumber. Seperti halnya dengan handphone maupun
laptop yang ia miliki merupakan untuk kebutuhannya saja pada perkuliaan. Hal ini
baginya untuk meningkatkan prestasi dirinya dalam akademik. Namun meski begitu
dia tetap bersifat mewah dengan barang dan kesehariannya.
Pada hal ini narasumber seringkali menggunakannya uang bidik misinya
dalam kesehariannya. Sebagaimana dalam kebiasaaannya dikampus, ia lebih
menonjolkan apa yang ia punya. Baginya dalam hal ini merupakan salah satu
kebanggaan sendiri dalam memiliki barang- barang yang ia miliki. Seperti halnya
dalam hal ini adalah pada saat ia berkumpul dengan temannya ia memamerkan
dengan barang ia miliki. Seperti yang ia katakan ini barangku yang baru, masih bagus
dan memiliki merek yang menarik, bagi narasumber hal ini dapat mendapat respon
halnya yang positif baginya. Tapi tidak pada orang lain baginya ia menyalagunakan
uang bidik misi yang ia gunakan selama ini. pada dasarnya hal ini merupakan imbas
dari pergaulan pada narasumber yang selalu menonjolkan kepopuleran dan juga
pada kepentingan materi saja. Sehingga ia kurang memahami pada uang bidik misi
yang harus ia gunakan. Dalam keseharian ia menonjolkan hal semacam itu pada
semestinya namun juga terkadang ia memahami kekurangan yang ia punya. Tapi
tidak ia tetap memaksakan kehendak untuk memperoleh kenikmatan sesaat pada
dirinya. Yang dimana dalam hal ini adalah ia telah mencoba mengoptimalkan uang
bidik misinya namun hal ini tetap salah dikarenakan pola konsumtif yang berlebihan.
Pada kesehariannya juga ia tetap dibantu perekonomiannya masih dibantu
oleh orang tuanya, namun hal ini bila ia pulang kekampung halamannya. Meski
begitu uang yang diterima oleh orang tuanya tersebut terkadang dikatakan
narsumber hanya bisa dipakai beberapa bulan saja. Dapat dikatakan narasumber
sendiri dalam menggunakan uang itu hanya dipergunakan untuk kebutuhan
makannya dan juga pada untuk membayar tempat kos yang dihuninya. Hal ini
merupakan salah satu bentuk penggunaan uang yang diperoleh narasumber dari
pualang kampung tersebut. sebagaimana hal ini tentunya menjadikan narasumber
setelah pualng dari kampungnya suka membeli makanan maupun barang sesuka
hatinya tanpa ada batasannya. Hal ini tentunya dapat dikatakan ia dikendalikan oleh
nafsunya. Ia membeli sesuka hatinya tanpa meperdulikan kondisi dalam
keuanggannya seperti apa. Baginya yang penting kebutuhannya tercukupi.
Narasumber sendiri juga tidak terkesan pelit jika memberi orang, baginya apa
adanya dan juga apa yang punya saat itu mungkin dari hal itu ia mendapat imbas
yang postif dan memperoleh teman yang beragam. Jika hal tersebut tetap berlajut
tentunya akan meruhikan bagi narasumber sendiri bagi pelaku pengguna uang bidik
misi yang tidak mampu ia gunakan secara optimal.
Hal yang ditimbulkan dari narasumber dengan pola konsumtif yang tinggi ini
menjadikan dia orang yang suka mengahmburkan uang sesuka hatinya. Sehingga ia
pun dalam memenuhi kepuasaanya, narasumber sampai pada rela menutang
kebutuhannya dalam kesheariannya. Pada dasarnya hal ini menjadikan narasumber
tidak mebatasi nilai konsumtifnya. Meski dalam hal ini dia terkadang pula merenungi
yang ia lakukan tapi hal itu tidak membatasi narasumber dalam pola
konsumtif.hutang yang ditinggalkan oleh narasumber tentunya berdampak pada
narasumber ini nantinya sehingga menimbulkan hal yang sekiranya merugikan
narasumber. Semisal yakni dengan berutang pada orang lain ia harus membayar
utangnya pada keesokan harinya sehingga uang yang diperoleh nantinya ia
pergunakan untuk mebayar utang ayng ditibunnya. Sebagaimana hal ini narasumber
menjadi terkuras uangnya, namun setelah ia berutang ia mengurangi pola
konsumnerismenya. Meski begitu penyakit konsumerismenya kumat lagi setelah
uang bidik misinya cair ataupun juga pula saat pualng mendapat uang sku dari orang
tuanya.
Pola konsumerisme dari narasumber ini dapat dikatakan berlibihan
dikarenakan ia terlalu mengutamakan kepentingannya dari pada kepentingan
akademisnya. Sehingga uang yang digunakan kurang lebih habis untuk
mengkonsumsi nafsunya saja tidak lebih. Sedangkan baginya akdemisnya hanya
keperluan seadanya sehingga pola konstruk semacam inilah yang dijelaskan oleh
narasumber. Pengalokasianya narasumber dan akademisnya lebih digolongkan lebih
banyak pada kebutuhannya, seperti membeli buku ataupun membeli keperluan
akademis lainnya dikiranya hanya beberapa persen saja tidak sepenuhnya untuk
akademis. Hal ini lah yang perlu disikapi pada tindakan narasumber yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi tanpa adanya mementingkan akademisnya.
Semacam halnya bila ada kebutuhan buku ia lebih untuk meminjam diperpus
ataupun bisa dengan hanya meminjam ke temannya. Tindakan hal yang dilakukan ini
tentunya berguna untuk mengurangi pembiayaan pada narasumber dalam hal
akademis. Sebagaimana hal tersebut bila bisa dipergunakan untuk membeli yang
lain kan yang itu bisa meminjam, kan teman- teman juga ada.
Selain dalam hal ini juga ditekankan pada penggunaan uang narasumber
dipergunakan untuk membeli makanan yang berlebihan. Hal inilah merupakan
bentuk pola konsumerisme pada narasumber yang berlebihan. Dimana ia membeli
makanan sesuka hatinya tanpa melihat apa yang dibeli dan berapa harganya. Pada
dasarnya hal ini merupakan bentuk nafsu dari arasumber yang tidak dicegah dan
menjadikan kerugian tersendiri pada narasumber. Dengan tidak memperhatikan
uang yang digunakan ataupun uang yang ada dalam dompetnya akan tentunya
menguras dari uang narasumber sendiri dan menjadikan uangnya akan habis secara
perlahan dan menciptkan masalah baru sendiri bagi narasumber selain dari pada
hutang yang ditimbulkan oleh narasumber sendiri. pad dasarnya narasumber sendiri
bisa dikatakan juga mengikuti pola konsumerisme teman- temannya yang dapat
dikatakan memiliki uang yang berlimpah sedangkan narasumber kurang lebih
sedang pas- pasan namun hal ini ia paksakan sehingga permasalahan semacam ini
timbul.
Selain pada pola konsumersime dalam hal makanan selain itu juga pada
benda- benda yang diguanakan. Hal ini tentunya pada teknologi semisal hanya
gadged ataupun laptop. Hal ini juga termasuk salah satu jenis kebutuhan yang dalam
akademis. Namun hal ini tentu berbeda bila dimaknai pada pola gensi yang
ditimbulkan pada narasumber. Gadged yang digunakan dapat dimakani simbol
kekayaan yang ia miliki terlebih dalam hal ini juga merupakan tindakan yang
sekiranya merugikan dikarenakan seharusnya bisa dipergunakan untuk hal yang
lebih bermanfaat dari pada hal yang merugikan sperti yang dilakukan oleh
narsaumber. Narasumber sendiri mengatakan bahwa ia membeli hal semacam ini
adalah dari uangnya sendiri atas ia menabung selama bertahun- tahun
Dapat dikatakan bidikmisi dari narasumber kurang dipergunakans ecara bijak
sehingga nantinya akan menimbulkan pola konsumerisme yang secara berlebihan
pada narasumber. Kemunculan konsumerisme dari narasumber sendiri dikarenakan
nafsunya yang selalu ingin memiliki ini itu tapi dengan jalan yang salah sehingga
uang yang dipergunakan melalui jalan bidik misi. Sebagaimana mestinya hal ini tak
seharusnya seperti itu baik dalam tindakan maupun dalam kenyataanya. Dan lebih
bijak lagi kalau hanya dipergunakan untuk kepentingan akademis saja. Seperti
halnya penggunaan bidikmisi secara umum.
Narasumber kedua
Pada dasarnya antara narasumber pertama dan kedua memiliki beberapa
kesamaan yakni mengenai kesalahan dalam penggunaan uang bidik misi. Namun
letak penggunaannya agak berbeda dengan narasumber yang pertama. Hal ini
dikarenakan narasumber kedua ini dapat bersifat lebih realitis dalam melakukan
transaksi tapi juga terkadang boros bila ada sesuatu yang diinginkan secara
mendalam. Narasumber kedua ini merupakan salah satu mahasiswa yang tinggal
dipedesaan seperti halnya dengan narasumber pertama, namun beda lokasi tempat
tinggal cuma sama dalam kondisi pedesaan. Dalam hal ini narasumber memiliki
keluarga yang lengkap dia merupakan salah satu anak tunggal dikeluarganya. Dapat
dikatakan juga dia merupakan salah seorang anak kesayangan keluarganya.
Narasumber sendiri memiliki seorang ayah dan seorang ibu. Mereka hidup dalam
kondisi yang penuh dengan kesederhanaan, namun juga dapat dikatakan
terkecukupi. Orang tua narasumber kedua- duanya merupakan pekerja petani
diladang garapan orang. Hal ini terkadang membuat uang diperoleh dari orang tua
narasumber tidak menentu, dan mengakibatkan pada narasumber terkadang bila
pulang kedesa kembalinya tidak membawa uang namun juga terkadang bila ada
cukup buat uang saku bagi narasumber.
Pada kesehariannya narasumber memang tidak terlihat glamor ataupun
seperti orang mewah. Namun hal ini narasumber memiliki barang yang sekiranya
dapat dikatakan wow, bagi seorang yang menjadi penerima uang bidik misi, entah
itu dari hasil kerjanya ataupun dari uang bidik misi secara langsung. narasumber
dalam cirinya ini memiliki kebiasaan yang baik, dan juga santun. Hal ini tentu dapat
dikatakan jika dia tidak mungkin nantinya akan menyalagunakan uang bidik misi
tersebut.narasumber dalam hal ini memiliki ciri fisik, ia berjilbab, memang dapat
dikatakan seluruh mahasiswa diunesa ini mayoritas berjilba begitu pula dengan
narasumber kedua yang peneliti amati ini. tinggi kira- kira 160 cm dengan badan
yang sekiranya tidak agak kurus maupun tidak gemuk, sedang- sedang saja.
Narasumber waktu itu memakai baju berwarna merah muda dan bersepatu.
Sehingga narasumber terkesan rapi. Pada dasarnya narasumber sendiri memang
orang yang tergolong rapi. Dan ini ia tunjukkan dalam kesehariiannya. Sebagaimana
hal ini tentunya menjadikan narasumber terkesan anak yang tidak neko- neko,
namun bagi peneliti hal itu bukanlah sebuah tolak ukur bagi anak yang baik dan bijak
dalam menggunakan uang bidik misinya.
Dalam proses wawancara sendiri dilakukan diruangan dalam gedung. Hal ini
bertujuan untuk menimbulkan kesan nyaman dan mampu mengakomodasikan
situasi sefleksibel mungkin. Pada dasarnya saat itu narasumber sedang dalam
kondisi yang tergesa- gesa, namun wawancara tetap berjalan sesuai dengan
keinginan pada peneliti namun data yang diambil tidak sebegitu banyak.
Dikarenakan tadi narasumber kedua terkesan terburu- buru dikarenakan ada acara
lain yang menunggunya. Pada saat kejadian narasumber dan peneliti sedang
bercengkrama, banyak hal yang ditanyakan dalam kondisi yang ramai dan bising. Hal
ini menjadikan situasi yang mulanya kondusif menjadi tidak kondusif dikarenakan
kebisingan yang dibuat oleh orang- orang saat sedang wawancara dilakukan. Secara
tidaK sadar hal ini tentunya menjadikan narasumber dan peneliti tidak nyaman
dengan keadaan tersebut namun wawancara tetap dilanjutkan. Kondis yang lain
dalam situasi ini narasumber saat itu juga dikelilingi beberapa orang yang tidak
dikenalnya dikarenakan dalam kondisi membaur dengan yang lainnya. pada situasi
itu narasumber agak sedikit canggung dikarenakan apa yang menjadi bahan
pertanyaan ini adalah mengenai bidik misi yang telah ia terima dalam beberapa
bulan terakhir. Selain hal itu narasumber juga saat wawancara merasa kecapekan
dikarenakan telah menyelasaikan beberapa tugas dan selesai kelas.
Pada kesehariannya narasumber kedua tidak berbeda jauh dengan
narasumber pertama. Hal ini ditunjukkannya dengan membaur dengan teman-
temannya. Hal ini menunjukkan kesan jikalau tidak ada perbedaan antara satu
dengan lainnya yakni teman pada narasumber ini. selain hal itu tentunya tidak
mengindikasikan narasumber dalam menyalagunakan uang bidik misi yang telah ia
terima. Teman- teman pada narasumber sendiri juga tidak begitu terlalu
menghambur- hamburkan uang dimilikinya, ia kurang lebih digunakan untuk
secukupnya. Namun juga antara narasumber dan temannya itu terkadang
menggunakan uang dierpgunakan untuk makan, membeli buku ataupun membeli
barang- barang elektronik, juga membeli kebutuhannya sehari- hari. Sebagaimana
hal ini tentunya menjadikan narasumber terkadang juga canggung bila mengeuarkan
barang- barang yang sekiranya mewah dihadapan teman- temannya meskiun dalam
hal ini teman- temannya juga memiliki barang- barang yang mewah selayaknya yang
ia miliki. Pada dasarnya hl ini tentu ditakutkan bahwa ia bila diketahui teman-
temannya bila tidak menggunakan uang bidik misi secara bijak tentunya namanya
akan tercoreng dan merasa dirinya akan terkucilkan nantinya.
Pada dasarnya dalam hal ini uang bidik misi yang digunakan oleh narasumber
dipergunakan untuk keperluan- keperluan pribadinya dan terkadang juga ia gunakan
untuk membeli kebutuhan akademis sebagaimana umumnya. Hal ini ia tidak
mengalokasikan khusus dalam membeli buku berapa hanya sesuai kebutuhan saja,
tidak secara berlebihan. Pada dasarnya ini ia gunakan juga untuk membeli tiket
pulang ataupun juga hanya sekedar membelikan orangtuanya oleh- oleh. Pada
dasarnya narasumber yang kali ini tidak terlalu boros, namun bila uangnya sudah
kelaur dapat dikatakan tidak dapat berhenti sesuai keinginannya, jadi dapat dibilang
uang itu disimpan terlebih dahulu dan nantinya ia pergunakan sesuai dengan
keinginnannya. Narasumber sendiri saat wawancara juga mengatakan bahwa
uangnya juga ada yang dari bisnis yang dijalaninya dengan temannya, dan terkadnag
pula ia mendapat kiriman uang dari ayah maupun ibunya. Hal ini tentu akan
membantu ekonomi dari narasumber sehingga ia sendiri tidak sampai menahan
nafsunya dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya.
Pada dasarnya sendiri pola konsumtif dari narasumber sendiri tidak terlalu
terkuat saat wawancara. Sebagaimana semestinya ini narasumber dalam menjalani
wawancara seringkali ada hal yang ditutupi. Pada implikasinya narasumber dalam
kesehariannya selalu berbaur dengan teman- teman yang ada disekitarnya. Hal ini
bertujuan untuk menutupi bahwa dirinya nanti akan menggunakan uang bidik
misinya, dan bilang kalau itu adalah miliknya sendiri. sebagaimana keterangand ari
narasumber kedua ini saat ia pulang tentunya ia mampu menghabiskan uangnya.
Hal ini dikarenakan ia kangen dengan orang tuanya dan menimbulkan hasrat
untuknya untuk pulang. Sebagaimana ongkosnya ia menghabiskan uang 1 juta dalam
satu bulan dikarenakan ia tidak bisa mengontrol hasratnya untuk pulang, dan
membelikan oleh- oleh orang tuanya, dan terkadang uang itu juga sudah termasuk
dalam membeli buku ataupun juga menyelesaikan tugas perkuliaan. Hal itu bila
dihitung secara maksimal secara minimalnya ia menghabiskan uang 400 ribu dalam
1 bulan itu. Hal ini tenunya berimbas pada pola konsumerisme yang diperlihatkan
oleh narasumber. Hal ini baginya sudah yang paling hemat atas tindakannya
tersebut.
Baginya dalam hal ini narasumber mulanya dalam semester awal uang yang
diberikan ini merasa sangat berlebih. Namun setelah kini menginjak mulai semester
pertengahan ia merasa uang yang diterimanya saat ini kurang. Hal ini tentu
dikeranakan banyakanya tugas yang diberikan untuk mengeprint ataupun hanya
sekdar untuk browsing diwarnet. Pada dasarnya ini tidak saja narasumber yang
mengeluh akan hal tersebut tapi juga para penerima uang bidikmisi lainnya. selain
hal itu padapandangan narasumber ini juga menerima uang buku setiap satu
semester sekali. Ia gunakan uang itu untuk ditabung dan terkadang untuk membeli
kebutuhan lainnya. dalam kebiasaanya Ia membeli buku, ia terkadnag membeli buku
di toga mas. Hal ini dikarenakan refrensi yang ada disana lumayan banyak dan
baginya buku- bukunya menarik pada narasumber. Sebagaimana hal ini tentunya
merupakan upaya untuk menggunakan uang bidik misi ini secara bijak dan baik.
Namun hal ini dirasa kurang baginya uang buku yang dikasih seratus ribu, masih
kurang dikarenakan buku yang saat ini sudah mahal- mahal dan menjadikan dirinya
untuk memikir dahulu uang ada dan masih ada tidak untuk hidup di surabaya.
Penyimpangan yang ditunjukkan pada narasumber ini pada umumnya
merupakan hasil refleksi dikarenakanpolakonsumtif dari mahasiswa ini tidak
terkontrol, namun secara umum ia lebih baik dalam mengontrol kebiasaannya dari
pada narasumber pertama. Pada umumnya hal yang mereka lakukan tidak jauh
berbeda. Hal ini pula yang ditunjukkan oleh narasumber kedua. Narasumber kedua
dalam bentuknya ia selalu bergumbul dengans emua temannya, namun ia juga
terkadang meniruh kaum borjuis. Baginya hal ini adalah sebuah apresiasi atapun
prestise untuk bisa menikmati uang yang diterimanaya. Sehingga hal ini nantinya
menjadikan narasumber memiliki pola konsumtif yang tinggi, dari pada teman-
teman yang lainnya. secara umum pola konsumtif pada narasumber kedua ini
hampir sama dengan narasumber pertama. Mulai dari konsumtif pada gadget,
makanan ataupun juga keperluan sehari- harinya.
Pada gadget sendiri ia memiliki handphone dan laptop yang memiliki harga
yang lumayan. Bila hal ini disorot pada harganya tentu tidak etis, namun bila peneliti
tinaju dari segi fungsinya hal ini tentu berbeda. Pada pemahaan narasumber ia
membeli gadget ini diataskan karena kebutuhan untuk mencari refrensi tugas,
mendapat info ataupun lain sebagainya. Namun hal itu hanya dilihat secara nyata,
bil kita lihat pada fungsi latennya ini handphone ini tidak hanya diperguanakn untuk
keperluan tugasnya tapi juga pada kebanggan bisa membeli handphone yang
dimilikinya itu. Tenunya hal ini natinya akan menjadikan narasumber kedua
golongan atas secara simbolik. Meski begitu narasumber tidak menunjukkan secara
terang- terangan dan ia lebih untuk memilih memendam apa yang ia punya. Dan
bila hal itu sudah menjadi biasa digolongan publik maka, ia akan mengeluarkannya.
Karena baginya ini tentu perbuatan yang salah tapi juga ia butuhkan. Pada dasarnya
hal yang dilakukan oleh narasumber ini merupakan akabit dorongan temannya.
Temannya yang memakai gadget keren, cangggih dan menarik tentu narasumber
kedua ini ingin memilikinya. Dan pada akhirnya ini narasmuber menggunakan cara
apa adanya untuk memperoleh barang itu.
Selain hal ini tentu ditinjau pada pembudidayaan buku yang dimilikinya.
Pada dasarnya sikap untuk mengalokasikan uang bidik misi ini untuk membeli buku
sudah benar. Namun hal ini tentu perlu ditinaju ulang, apa ia membelinya habis
berapa persen dari pada hanya untuk mementingkan keperluannya sehari- hari.
Pada dasarnya ini menjadikan narasumber lebih mngarah sifat konsumtif secara
negatif dari pada positifnya. Pada dasarnya ini tentu menjadikan narasumber
merasa tidak berslaah dikarenakan hal yang dilakukan ini sudah benar sudah
dibelikannya buku, namun sayangnya pengalokasiannya ini masih kurang. Sehingga
pola konsumtif ini lebih bersifat pribadi dari pada kebutuhan akademik. Pola hidup
yang konsumtif ini tergantung pada dirinya yang menitu kebiasaan temannya dalam
mebeli hal- hal yang seiranya bagi narasmuber kedua ini menarik. Bila ini tentu
membeli kebutuhannya ia tidak bisa untuk mencegah apa yang ia beli. Hal ini
dikarenakan kebutuhan bagi narasumber dapat dikatakan banyak dibutuhkan.
Narasumber sendiri mengalami kendala lain dalam mengalokasikan uang
bidikmisinya secara benar. Dalam hal ini adalah mengenai dalam mengontrol dirinya
untuk tidak pualng dan lebih uneuk menetap disurabaya. Hasrat inilah yang
seharunya ditahan oleh narasumber, karenan tentunya sering dalam pulang
kampung akan merugikan bagi narasumber. Secara tidak langusng ia menghabiskan
uangnya untuk naik bus, dan juga terkadang untuk membeli oleh- oleh bagi
keluarga. Hal inilah yang sepantasnya tidak terjadi pada narasumber dikarenakan hal
itu akan menguras keuangan narasumber. Lebih baik disurabaya lebih
mengoptimalkan diri dalam bidang akademik, sehingga ia nantinya tidak akan
kecewa dikarenakan ia sudah berusaha semaksimal mungkin dalam bidang
akademiknya. Dalam hal ini narasumber suka pulang dikarenakan tidak nyaman
berada di surabaya dan juga ia lebih suka suasana pedesaan dari pada kota yang
banyak polusinya.
Pada dasarnya ini narasumber tidak bisa menahan nafsunya maupun
mengontrol keingananya dalam pulang maupun hanya sekedar membeli barang-
barang kebutuhannya. Meski begitu hasrat dari narasumber ini tidak dapat dicegah
dan lebih ia mengabaikan hal penting tersebut. sehingga uangnya habis. Tanpa sadar
hal ini pula yang mendasari tindakan narasumber untuk pulang ia juga nantinya akan
memperleh uang sebagai tambahannya nanti dikampus. Hal ini yang patut untuk
menjadi perhatian, dikarenakan tidak bisa mengontrol hasratnya untuk membeli
sesuatu dan juga dikarenakan ia keinginnya juga ingin pulang saja menjadi kendala
untuk mempergunakan uang bidik misi ini secara bijak dan benar. Dan ia lebih
memilih menghabiskan uangnya dari pada menyimpan uangnya dengan baik- baik