ffhyhyh

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida di Indonesia cukup tinggi mengingat Indonesia adalah negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian. Penggunaan pestisida bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian dengan melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan. Dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Petani yakin dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma (Girsang, 2009). Salah satu pestisida yang sering dipakai oleh petani di Indonesia adalah Deltamethrin. Senyawa ini adalah senyawa Piretroid yang dapat membunuh serangga melalui kontak langsung maupun melalui makanan. Pestisida ini banyak juga digunakan sebagai bahan untuk memberantas kutu pada beberapa hewan kesayangan misalnya anjing. Deltamethrin ini di campur dengan talk dan kemudian dikeringkan. Senyawa ini sangat dekat dengan masyarakat Indonesia walaupun keberadaannya sering dikesampingkan. Senyawa Piretroid ini termasuk dalam senyawa yang kurang dapat bertahan di lingkungan (Mutiatikum et al., 2002 ; Conell, Miller, 1995). Pestisida dengan golongan piretroid dihasilkan secara kimiawi dan mempunyai struktur yang mirip dengan piretrin. Piretroid bersifat lebih toksik untuk insekta maupun mamalia 1

Upload: ngakan-made-rudiarta

Post on 17-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ghh

TRANSCRIPT

Page 1: ffhyhyh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan pestisida di Indonesia cukup tinggi mengingat Indonesia adalah negara

agraris yang mengandalkan sektor pertanian. Penggunaan pestisida bermanfaat untuk

meningkatkan produksi pertanian dengan melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak

maupun ikan. Dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Petani yakin

dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari

kelompok hama, penyakit maupun gulma (Girsang, 2009).

Salah satu pestisida yang sering dipakai oleh petani di Indonesia adalah

Deltamethrin. Senyawa ini adalah senyawa Piretroid yang dapat membunuh serangga melalui

kontak langsung maupun melalui makanan. Pestisida ini banyak juga digunakan sebagai

bahan untuk memberantas kutu pada beberapa hewan kesayangan misalnya anjing.

Deltamethrin ini di campur dengan talk dan kemudian dikeringkan. Senyawa ini sangat dekat

dengan masyarakat Indonesia walaupun keberadaannya sering dikesampingkan. Senyawa

Piretroid ini termasuk dalam senyawa yang kurang dapat bertahan di lingkungan (Mutiatikum

et al., 2002 ; Conell, Miller, 1995).

Pestisida dengan golongan piretroid dihasilkan secara kimiawi dan mempunyai

struktur yang mirip dengan piretrin. Piretroid bersifat lebih toksik untuk insekta maupun

mamalia dan mampu bertahan lebih lama di lingkungan. Deltamethrin merupakan pestisida

golongan piretroid sintetis dengan nama International Union of Pure and Applied Chemistry

(IUPAC) yaitu (S)alph-cyano-3-phe-noxybenzyl-(1R)-cis-3-(2.2-dibromovinyl)-2,2-dime-

thylcyclopro- pane carboxylate. Deltamethrin dianggap sebagai golongan piretroid yang

paling kuat dan paling beracun (Kim et al., 2007).

Deltamethrin bersifat stabil dan dapat bertahan di lingkungan selama beberapa hari

hingga berbulan-bulan dalam kondisi penyinaran yang rendah. Konsumsi bahan makanan

yang mengandung residu pestisida dalam jangka waktu lama dapat membahayakan kesehatan.

Hal ini terjadi karena deltamethrin dapat menurunkan kualitas sel-sel tubuh dan menimbulkan

gangguan yang lebih kompleks (Satria, R.G.D., dkk., 2014).

Struktur kimia deltametrin terdiri dari dari dua cincin benzene yang mengakibatkan

senyawa ini memiliki sifat nonpolar sehingga larut pada pelarut yang nonpolar seperti

benzena, toluena, dan sikloheksana (FAO/WHO, 2009).

1

Page 2: ffhyhyh

Pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi

pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang

ditinggalkan melalui berbagai siklus, langsung atau tidak langsung dapat sampai ke manusia,

terhirup melalui pernafasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan dan air

minum (Atmawidjaja et al., 2004 ; Abadi, 2005). Residu pestisida yang termakan manusia

dapat menimbulkan gangguan. Efek toksik yang dapat muncul dapat berupa mual, pusing,

sakit perut, diare, pingsan, gangguan saraf, dan dalam skala berat dapat menimbulkan

kematian jaringan. Konsumsi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan yang

akan sangat membahayakan manusia karena akan menurunkan kualitas sel-sel tubuh dan

menimbulkan gangguan yang lebih kompleks (Nurlaila et al., 2005 ; Mutiatikum et al., 2002 ;

Raini, 2008).

Instrumen analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah dikembangkan

sebagai alat analisis residu deltamethrin sebagai alternatif penggunaan alat kromatografi gas

atau alat lain yang lebih sulit penggunaannya. Banyak penelitian yang pernah dilakukan

namun beberapa menunjukkan hasil yang kurang optimal atau menggunakan alat maupun

bahan kimia yang relatif mahal atau sulit didapatkan (Kim et al., 2006; Satria et al., 2011).

Metoda kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang digabung dengan ekstraksi fasa

padat C8 cartridges, telah digunakan untuk penentuan 15 jenis residu pestisida secara simultan

dalam anggur dengan menggunakan kolom RP18 dan asetonitril-air sebagai fasa gerak

(Cabras, et al, 1992). Perez et al (2000) telah menggunakan metoda off-line ekstraksi fasa

padat dan on-line fasa terbalik gabungan HPLC dan kromatografi gas (GC) untuk penentuan

residu pestisida dengan menggunakan fasa gerak campuran metanol – air (Herbele, et al.,

2000). Residu pestisida deltamethrin dari golongan piretroid telah ditentukan secara HPLC

dengan menggunakan fasa gerak asetonitril-air dengan limit detaksi 0,2 mg/L dan hasil

recovery sebesar 84,95% (Pavan, et al., 1999). 

Alat KCKT dapat memisahkan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun

senyawa biologis, analisis ketidakmurnian, dan analisis senyawa nonvolatil. Kelebihan KCKT

antara lain mudah dalam pelaksanaan, kemampuan resolusi yang baik, kecepatan analisis dan

kepekaan yang tinggi, mudah dalam pelaksanaan, dan tidak menimbulkan kerusakan bahan

2

Gambar 1. Struktur Delthametrin

Page 3: ffhyhyh

yang dianalisis. Komponen yang terdapat dalam KCKT adalah solvent reservoir, pompa,

injektor, kolom, dan detektor (Gandjar dan Rohman, 2010).

Validasi merupakan aksi konfirmasi bahwa prosedur analisis yang akan digunakan

sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Suatu metode harus divalidasi untuk melakukan

verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem

analisis. Parameter yang biasa digunakan dalam validasi metode dengan KCKT antara lain

spesifisitas, presisi, akurasi, batas deteksi (limit of detection), batas kuantifikasi (limit of

quantification), linearitas, kekasaran, dan ketahanan (Gandjar dan Rohman, 2010).

Penelitian ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum dilakukan

analisis terhadap sampel. Penelitian secara umum bertujuan untuk mendapatkan prosedur atau

metode KCKT yang paling valid dan optimal dalam analisis deltamethrin sebagai senyawa

yang berpotensi menjadi residu dalam produk hewan. Diharapkan dari hasil penelitian dapat

dijadikan dasar atau pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan atau melakukan

analisis residu deltamethrin pada produk hewan menggunakan KCKT.

1.2 Rumusan Masalah:

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang adalah prosedur atau

metode KCKT yang paling valid dan optimal dalam analisis deltamethrin sebagai senyawa

yang berpotensi menjadi residu dalam produk hewan.

1.3 Tujuan:

Berdasarkan atas rumusan masalah, penelitian secara umum bertujuan untuk mendapatkan

prosedur atau metode KCKT yang paling valid dan optimal dalam analisis deltamethrin

sebagai senyawa yang berpotensi menjadi residu dalam produk hewan.

3

Page 4: ffhyhyh

4