female genital mutilation

23
Tradisi Sunat Perempuan (Female Genital Mutilation) dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi Karya Tulis Ilmiah Oleh Nama :Margareta Juminarty Sono NIM : 0808013576 Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana

Upload: frayen-blaugrana

Post on 14-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Female Genital Mutilation

Tradisi Sunat Perempuan (Female Genital Mutilation) dan

Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi

Karya Tulis Ilmiah

Oleh

Nama :Margareta Juminarty Sono

NIM : 0808013576

Fakultas Kedokteran

Universitas Nusa Cendana

Kupang

2010

Page 2: Female Genital Mutilation

Kata Pengantar

Syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan tuntunan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul ”Tradisi

Sunat Perempuan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi”. Adapun karya tulis ini

dibuat untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah dalam rangka memperingati dies natalis

Fakultas Kedokteran Undana tahun 2010.

Terima kasih penulis sampaikan kepada panitia lomba karya tulis ilmiah Fakultas

Kedokteran Undana yang telah menyiapkan kegiatan ini. Terima kasih kepada para dosen FK

Undana yang telah membekali penulis dengan begitu banyak ilmu. Terima kasih kepada rekan-

rekan FK Undana angkatan 2008/2009 yang telah membantu memotivasi penulis. Rasa syukur

dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis yang telah memberikan dukungan

baik dukungan material maupun moril.

Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari

sempurna. Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih dan hormat penulis.

Kupang, Agustus 2010

Penulis

i

Page 3: Female Genital Mutilation

Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................i

Daftar isi........................................................................................................................................ii

Bab Pendahuluan

Latar belakang........................................................................................................................1

Rumusan masalah..................................................................................................................2

Tujuan....................................................................................................................................2

Manfaat..................................................................................................................................2

Bab Isi

Tradisi sunat perempuan........................................................................................................3

Kesehatan Reproduksi............................................................................................................

Dampak tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi.........................................

Bab Penutup

Kesimpulan............................................................................................................................

Saran.......................................................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................................................

ii

Page 4: Female Genital Mutilation

BAB PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budaya sunat perempuan, atau sering dikenal dengan female genital mutilation

merupakan budaya kuno ribuan tahun lalu, jauh sebelum Islam turun. Budaya ini masih

berlangsung sampai saat ini khususnya di negara-negara Afrika seperti Mesir (terutama daerah

upper Mesir), Somalia, Sudan, Ghana, dan sedikit daerah di Semenanjung Arab seperti minoritas

di Syiria, Turki, dan Iraq.1

Praktek sunat perempuan ini juga berlaku di Indonesia. Population council dalam

sebuah riset yang dilakukan selama 18 bulan yakni dari oktober 2001 sampai Maret 2003,

menunjukkan adanya medikalisasi sunat perempuan di enam provinsi yang ada di Indonesia

yaitu, Sumatera Barat, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan

Gorontalo.2 Dalam sebuah sumber dengan judul ”Hentikan Medikalisasi Sunat Perempuan” yang

ditulis oleh Kompas online Juni 2005 dijelaskan bahwa praktek sunat di Indonesia dilakukan

ketika bayi perempuan baru lahir yang dilakukan oleh bidan dan dipraktekkan hanya dengan

melukai sedikit saja (lebih bersifat simbolis). Bahkan sebagian besar masyarakat melakukan

sunat yang bukan mutilasi yaitu hanya dengan memotong kunyit atau dengan menggosokkan

perhiasan di organ intim seorang bayi perempuan sebagai lambang. Hal ini disebut bukan

mutilasi karena tidak akan menyebabkan bayi perempuan mengalami kesakitan.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia dengan tegas melarang sunat pada perempuan

karena dianggap melanggar Undang-Undang kekerasan terhadap perempuan.3 Hal ini karena

tingginya resiko pada sunat perempuan seperti resiko syok dan kematian, resiko terkena penyakit

infeksi oleh karena penggunaan alat yang tidak steril, maupun resiko disfungsi sosial yang

memicu konflik dalam perkawinan. Adapun efek jangka panjang yang dapat timbul akibat taknik

infibulasi pada sunat perempuan adalah kesulitan dalam buang air kecil, dalam berhubungan

seksual, dan dalam proses bersalin. Tentunya berbeda dengan sunat pada laki-laki yang memiliki

manfaat seperti mengurangi resiko terkena kanker penis, penularan penyakit menular seksual,

dan lain-lain.

Ali.A.H, The caged Virgin (Australia : koki, 2004a)2 Anonim, Female Genital Mutilaton, 2009, available from : http://www.popcouncil.org3 Saprinah, Medikalisasi Sunat Perempuan Membahayakan Kesehatan Reproduksi (Jakarta :2006a)

Page 5: Female Genital Mutilation

Hal tersebut di atas merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan, terutama yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Dikatakan demikian karena dampaknya terhadap

kesehatan reproduksi yang selanjutnya menjadi tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan

untuk menganalisa, dan kemudian berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut di atas.

Karena itu, penting bagi tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan untuk mengetahui dampak

dari sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Fakta inilah yang selanjutnya membuat

penulis membuat karya tulis dengan judul “Tradisi Sunat Perempuan dan Dampaknya Terhadap

Kesehatan Reproduksi”. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca.

Rumusan Masalah

Beberapa pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan adalah seberapa besar

bahaya yang ditimbulkan dari tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Pokok

permasalahan lain adalah bagaimana dengan kasus yang terjadi di Indonesia, dan bagaimana

upaya menanganinya.

Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini antara lain :

1.1.1 Untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka dies natalis Fakultas

Kedokteran Undana tahun 2010.

1.1.2 Untuk mengetahui dan memperkenalkan tradisi sunat perempuan, khususnya di

Indonesia.

1.1.3 Untuk mengetahui dan memahami masalah-masalah kesehatan reproduksi, kiat-kiat

pencegahan serta penanganannya.

1.1.4 Serta untuk mengetahui dampak tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi.

Manfaat

1.1.1 Bagi penulis : menambah pengetahuan penulis mengenai tradisi sunat perempuan serta

dampaknya terhadap kesehatan reproduksi.

1.1.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan : karya tulis ini diharapkan dapat menjadi salah

satu sumber materi baik bagi penelitian maupun kepentingan pendidikan lainnya.

1.1.3 Bagi masyarakat luas : diharapkan karya tulis ini dapat menjadi sumber informasi bagi m

asyarakat agar kelak dapat lebih memahami mengenai dampak tradisi sunat perempuan

terhadap kesehatan reproduksi.

Page 6: Female Genital Mutilation

BAB ISI

Tradisi Sunat Perempuan (Female Genital Mutilation)

Sunat perempuan (female circumcision) adalah setiap cara, baik memotong bagian

eksternal genitalia wanita atau infibulation.4 Infibulation adalah tindakan menyatukan atau

mengencangkan misalnya dengan pengancing, khususnya perlakuan untuk menyatukan

preputium atau labia minora untuk mencegah koitus. Sunat perempuan biasanya dilakukan baik

pada saat masih bayi, anak-anak, maupun saat sudah dewasa. World Health Organization (WHO)

memperkirakan sekitar 100 sampai 140 juta perempuan di seluruh dunia telah melakukan sunat

dan sekitar 3 juta perempuan di Afrika memiliki resiko tiap tahunnya.5

Sunat perempuan menurut WHO terbagi atas 4 tipe. Tipe 1 memotong kulit di sekitar

klitoris (sama dengan preputium pada penis) dan terkadang, seluruh bagian klitoris (bagian mirip

penis pada tubuh pria). Tipe 2, memotong sebagian klitoris dengan seluruh atau sebagian labia

minora. Tipe 3, termasuk di dalamnya memotong klitoris, sebagian atau seluruh labia minora dan

menjahit atau menyempitkan labia mayor dengan menyisakan sedikit area terbuka untuk saluran

keluarnya urin dan darah saat menstruasi (infibulasi). Tipe 4, menindik, menggores jaringan

sekitar lubang vagina, atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina agar terjadi perdarahan dengan

tujuan memperkencang atau mempesempit vagina.5

Tindakan-tindakan di atas tidak dikenal dalam dunia medis. Pemotongan kulit di

sekitar klitoris apalagi klitorisnya sangat merugikan. Tidak ada indikasi medis yang mendasari

tindakan tersebut.

WHO dalam survei epidemiologinya menemukan beberapa alasan dilakukannya

sunat perempuan, antara lain identitas kesukuan, tahapan menuju wanita dewasa, prasyarat

sebelum menikah, dan pemahaman seperti klitoris merupakan organ kotor. Alasan lainnya adalah

sunat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensitivitas jaringan di daerah genital

terutama klitoris, guna mengurangi gairah seks perempuan, menjaga keperawanan wanita dan

agar tetap setia dalam pernikahan. Alasan ini dilihat dari segi psikososial.

4 Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25,1998,hlm.2325 Kiragu K, Female Genital Mutilation a Reproductive Health Concern (USA : National Institutes of Health, 2008)

Page 7: Female Genital Mutilation

Dampak yang dapat timbul akibat sunat perempuan adalah , apabila klitoris dipotong,

maka fungsi klitoris juga akan terganggu. Adapun klitoris adalah organ kecil sebesar kacang

polong yang terletak pada pertemuan antara kedua labia minora dengan dasar mons pubis. Organ

ini penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah, sangat sensitive dan berperan besar

dalam fungsi seksual.6 Dampak langsungnya adalah rasa sakit, perdarahan, syok, retensi urin,

serta luka pada jarigan sekitar. Adapun dampak jangka panjang yang mungkin timbul adalah rasa

sakit saat berhubungan seksual, disfungsi seksual, timbulnya kista dan abses, keloid dan cacat,

serta kesulitan saat melahirkan. Sedangkan dampak yang timbul dilihat dasi sisi psikologi adalah

depresi, ketegangan, serta rasa rendah diri dan tidak sempurna.7

Guna mengatasi masalah tersebut Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran tentang larangan

medikalisasi sunat perempuan bagi petugas kesehatan. Surat Edaran bernomor

HK.00.07.1.3.104.1047a tertanggal 20 April 2006 yang ditandatangani Direktur Jendral Bina

Kesehatan Masyarakat Sri Astuti Suparmanto itu menyebutkan bahwa sunat perempuan tidak

bermanfaat bagi kesehatan namun justru merugikan dan menyakitkan sehingga tenaga medis

tidak boleh membantu melakukan praktik tersebut.8 Akan tetapi, larangan di atas tidak terlalu

efektif, karena filosofinya medikalisasi sunat perempuan dapat mengurangi resiko timbulnya

dampak negatif dibandingkan apabila dilakukan oleh tenaga bukan medis. Karena sebagian

masyarakat tetap menganggap sunat perempuan sebagai kewajiban, maka apabila tenaga medis

benar-benar dilarang untuk melayani sunat perempuan, justru membuka lebih lebar peluang

praktek secara tradisional.

Oleh karena itu, sebaiknya sunat yang dilakukan adalah sunat psikologis (beresiko

minimal), dan harus dilakukan oleh tenaga yang tersertifikasi. Selanjutnya untuk tenaga medis

dibuat aturan standar praktek sunat perempuan, dengan mengacu kepada resiko minimal.

Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi ialah keadaan sehat secara fisik, mental, maupun sosial yang

berkaitan dengan sistem reproduksi.9 Adapun menurut WHO kesehatan reproduksi adalah

kesejahteraan fisik,mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau 6 Munir L. Z, Sunat dan Pelanggaran Hak (Jakarta : 2007)7 El-Saadawi N, The Hidden Face of Eve : Women in the Arab World (Mesir : 2007)8 Saprinah, Medikalisasi Sunat Perempuan Membahayakan Kesehatan Reproduksi (Jakarta : 2006b)9 Akbidyo, Mengenal Organ Reproduksi, 2007, available from : http://oetjipop.multiply.com

Page 8: Female Genital Mutilation

kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya

serta proses- prosesnya.10 Oleh karena itu kesehatan reproduksi berarti setiap orang dapat

mempunyai kehidupan reproduksi yang aman, memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan

bebas menentukan apa yang mereka inginkan. Termasuk hak seorang pria atau wanita untuk

memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan

selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, kesempatan untuk memiliki bayi yang sehat,

hak untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap kesehatan reproduksi,

pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, dan sebagainya. Sejalan dengan itu,

pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode, teknik, dan pelayanan

yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian

masalah kesehatan reproduksi. Hal ini juga mencakup kesehatan seksual, yang bertujuan

meningkatkan status kehidupan, hubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling dan

perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan

seks.

Faktor-faktor yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi secara

garis besar dapat dikelompokkan ke dalam empat golongan yakni :

1. Faktor sosial ekonomi dan demografi

Terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan tentang

perkembangan kesehatan reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil.

2. Faktor budaya dan lingkungan

Praktek tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, kepercayaan

banyak anak banyak rejeki, informasi tentang kesehatan reproduksi yang

membingungkan karena banyaknya informasi yang bertentangan. Adapun female genital

mutilation merupakan contoh praktek tradisional yang dapat berdampak buruk terhadap

kesehatan reproduksi.

3. Faktor psikologis

Dampak dari keretakan rumah tangga terhadap anak atau remaja adalah depresi yang

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal termasuk hormon-hormon yang

mengatur fungsi reproduksi. Faktor psikologis lainnya adalah rasa tidak berharga wanita

terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi, dan sebagainya.11

10Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009a, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com11 Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009c, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com

Page 9: Female Genital Mutilation

4. Faktor biologis

Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dan

sebagainya.12

Adapun klasifikasi lain faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

adalah umur, gaya hidup, kebiasaan, genetik, penggunaan obat-obat tertentu, dan pajanan

terhadap bahan-bahan kimia di lingkungan sekitar.

Pengaruh dari semua faktor di atas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang

tepat, terfokus pada penerapan hak rproduksi wanita dan pria dengan dukungan dari semua

tingkat administrasi sehingga dapat diintegrasikan ke dalam berbagai program kesehatan,

pendidikan, sosial, dan pelayanan non kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Dampak Tradisi Sunat Perempuan Terhadap Kesehatan Reproduksi

Menurut WHO, praktek sunat perempuan yang umumnya dilakukan dengan

memotong klitoris dengan disertai pemotongan sebagian atau seluruh labia minora alat genital

dapat menyebabkan disfungsi seksual yang memicu konflik dalam perkawinan.13

Menghilangkan klitoris akan menurunkan kepekaan perempuan terhadap rangsangan

seksual. Klitoris berefek pada lubrikasi vagina, di mana semakin banyak lubrikasi pada vagina,

maka masuknya penis akan lancar dalam arti tidak menimbulkan rasa sakit. Dibandingkan jika

tidak ada klitoris, vagina akan kering dan masuknya penis akan menyebabkan rasa sakit pada

vagina sehingga timbul rasa takut pada perempuan untuk melakukan hubungan badan

berikutnya.

Dampak langsung adalah sebagai berikut :

1. Nyeri hebat atau perdarahan yang dapat mengakibatkan syok selama dan setelah proses

sunat berlangsung. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sierra Leone pada tahun 1985

menemukan bahwa sekitar 97% dari 296 wanita yang diwawancarai mengatakan

merasakan nyeri selama dan setelah dilakukan female genital mutilation, dan lebih dari

13% yang terserang syok.14

12 Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009b, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com13 Ali.A.H, The caged Virgin (Australia : koki, 2004b)14Koso-Thomas O, The Circumcision of Women : A Strategy for Eradication (London : Dotesios Ltd, 2001), hal.54

Page 10: Female Genital Mutilation

2. Perdarahan yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya anemia.

3. Infeksi pada luka termasuk tetanus. Sebuah penelitian klinik oleh Sierra Leone

menunjukkan bahwa dari 100 perempuan yang melakukan female genital mutilation, 1

yang menginggal, dan 12 dirawat di rumah sakit. Dari 12 perempuan yang dirawat di

rumah sakit, 5 orang yang terkena tetanus.15

4. Kerusakan organ karena praktek oleh tenaga yang tidak terlatih.

5. Retensi urin oleh karena pembengkakan uretra.

Dampak jangka panjang atau komplikasi akibat female genital mutilation adalah :

1. Nyeri saat menstruasi oleh karena penyembuhan luka yang tidak sempurna.

2. Infeksi saluran kencing karena penggunaan alat yang tidak steril.

3. Timbulnya abses, kista dermoid, dan skar keloid (skar yang mengeras)

4. Meningkatnya resiko morbiditas dan mortalitas kasus-kasus maternal.

5. Perempuan yang telah disunat memiliki resiko kematian dua kali lebih banyak pada saat

melahirkan anak dibanding dengan perempuan lain.

6. Infertilitas

7. Beberapa penelitian membuktikan adanya dampak psikologis sunat terhadap peningkatan

angka terjadinya kecemasan, depresi dan penyakit psikosomatik lainnya.

8. Meningkatnya penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya

akibat penggunaan alat yang sama untuk banyak perempuan yang disunat.

Hal ini tentunya berbeda dengan dampak sunat terhadap laki-laki yang banyak

manfaatnya. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa sunat mengurangi resiko kanker

penis, infeksi saluran kemih dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual,

termasuk HIV/AIDS, human papiloma virus, dan lain-lain. Berbeda dengan akibat sunat pada

laki-laki yang bermanfaat, sunat pada perempuan justru lebih banyak kerugiannya.

15Hosken F, The Hosken Report : Genital and Sexual Mutilation of Females, edisi 4 (Lexington : Women’s International Network, 2000), hal.25316Reymond L, Mohamud A, and Ali N, Female Genital Mutilation-the Facts (USA : Wallace Global, 2006)

BAB PENUTUP

Page 11: Female Genital Mutilation

Kesimpulan

1. Sunat perempuan (female genital mutilation) merupakan sebuah tradisi yang sudah ada

bahkan jauh sebelum Islam turun, dan masih dipraktekkan di beberapa negara, termasuk

Indonesia.

2. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, maupun sosial

yang berkaitan dengan sisitem reproduksi, di mana keadaan sehat itu dipengaruhi oleh

banyak faktor, termasuk salah satunya adalah faktor budaya berupa tradisi sunat

perempuan (female genital mutilation).

3. Berbeda dengan dampak sunat pada laki-laki yang bermanfaat, sunat pada perempuan

justru banyak kerugiannya bagi kesehatan reproduksi.

4. Karena dampak praktek sunat perempuan banyak mempengaruhi kesehatan reproduksi

seseorang, maka penting bagi tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan untuk

memahami masalah seputar tradisi sunat perempuan, terutama kiat-kiat pencegahan dan

penanganannya.

Saran

1. Sebagai calon tenaga kesehatan, hendaknya mahasiswa fakultas kedokteran mengetahui

dan memahami mengenai female genital mutilation dan ruang lingkup pembahasannya

termasuk dampaknya terhadap kesehatan reproduksi.

2. Karya tulis ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu sumber informasi mengenai tradisi

sunat perempuan, manfaat dan kerugiannya.

3. Karya tulis ini hendaknya menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tradisi sunat perempuan di

Indonesia.

Daftar Pustaka

Page 12: Female Genital Mutilation

Akbidyo, Mengenal Organ Reproduksi, 2007, available from : http://oetjipop.multiply.com. Akses : 14 Agustus 2010

Ali.A.H, The caged Virgin (Australia : koki, 2004)

Anonim, Female Genital Mutilaton, 2009, available from : http://www.popcouncil.org. Akses : 14 Agustus 2010

Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com. Akses : 18 Agustus 2010

El-Saadawi N, The Hidden Face of Eve : Women in the Arab World (Mesir : 2007)

Hosken F, The Hosken Report : Genital and Sexual Mutilation of Females, edisi 4 (Lexington : Women’s International Network, 2000), hal.253

Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25,1998,hlm.232

Kiragu K, Female Genital Mutilation a Reproductive Health Concern (USA : National Institutes of Health, 2008)

Koso-Thomas O, The Circumcision of Women : A Strategy for Eradication (London : Dotesios Ltd, 2001), hal.54

Munir L. Z, Sunat dan Pelanggaran Hak (Jakarta : 2007)

Reymond L, Mohamud A, and Ali N, Female Genital Mutilation-the Facts (USA : Wallace Global, 2006)

Saprinah, Medikalisasi Sunat Perempuan Membahayakan Kesehatan Reproduksi (Jakarta :2006)

Lampiran

Page 13: Female Genital Mutilation

Hasil Penelitian Sierra Leone mengenai dampak langsung dari female genital mutilation pada 1.222 perempuan di Four Kenyan Districts pada tahun 2001

Immediate FGM-Related Complications in Four Kenyan Districts

Page 14: Female Genital Mutilation
Page 15: Female Genital Mutilation

4