faringitis patogenesis

4
Patogenesis Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisanepitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal (Soepardi, 2006). Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung (Soepardi, 2006). Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibatterbentuknya kompleks antigen- antibodi (Soepardi, 2006). Daftar pustaka Soepardi, Efianty Arshad, et. all. 2006. Buku ajar ilmu penyakit TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN. Jakarta: FKUI a. Faringitis Viral Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian

Upload: tata-salim

Post on 08-Dec-2015

109 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

ISPA ringan

TRANSCRIPT

Page 1: faringitis patogenesis

PatogenesisPada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisanepitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal (Soepardi, 2006). Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung (Soepardi, 2006). Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibatterbentuknya kompleks antigen-antibodi (Soepardi, 2006).

Daftar pustakaSoepardi, Efianty Arshad, et. all. 2006. Buku ajar ilmu penyakit TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN. Jakarta: FKUI  

a. Faringitis ViralRinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkanfaringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaantampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,Coxsachievirus,dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesikulit berupa maculopapular rash (Soepardi, 2006).

Page 2: faringitis patogenesis

Gambar 2.4. Viral PharyngitisAdenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitisterutama pada anak.Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksieksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutamaretroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhannyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah (Soepardi, 2006).

b. Faringitis Bakterial Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yangtinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dantonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan (Soepardi, 2006).

Page 3: faringitis patogenesis

Gambar 2.4. Streptococcal PharyngitisFaringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria yaitu : - Demam- Anterior Cervical lymphadenopathy- Tonsillar exudates- absence of coughTiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40%terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksistreptococcus group A