faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU)
PADI HIBRIDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Oleh:
RETNO WURI W
H0407062
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU)
PADI HIBRIDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Disusun Oleh :
RETNO WURI W
H 0407062
Dosen Pembimbing:
1. Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi
2. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani
Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar yang dipersiapkan dan disusun oleh
Retno Wuri W
H 0407062
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal :
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Surakarta,
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS
NIP. 19560225 198601 1001
Ketua
Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi
NIP. 19681227 199403 1002
Anggota I
Bekti Wahyu Utami, SP, MSi
NIP. 19780715 200112 2001
Anggota II
Agung Wibowo, SP, MSi
19760226 200501 1003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat, Hidayah, dan Nikmat kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani Terhadap
Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar”. Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta.
3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta
4. Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi selaku pembimbing utama yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi ini.
5. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi selaku pembimbing pendamping sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi.
6. Agung Wibowo, SP, MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
masukan, saran, dan kritikan yang membangun sehingga penyu0sunan skripsi
menjadi lebih baik.
7. Seluruh karyawan Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam
menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
8. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan bantuannya dalam pengumpulan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
9. Kepala BPP dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan Karanganyar
yang telah memberikan bantuan dan informasi dalam pengumpulan data.
10. Ketua Gapoktan Kecamatan Karanganyar (Alm. Sutarno Yudoko) yang telah
memberikan informasi kepada penulis.
11. Kelompok Tani Makarti Tani IV, Rukun Tani IV, Makaryo Tani, Tani
Makmur I, Subur Makmur IV dan Ngudi Mulyo III, yang telah memberikan
informasi kepada penulis.
12. Keluarga tercinta, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, nasehat,
dukungan dan doanya.
13. Rahadian Yasin, terima kasih atas dukungan, motivasi, semangat dan
bantuannya.
14. Dina, Febri, Dewi, Ida, Nurul, Sofa, Arum, Alda, Ratih, Oktin, Pasol, Susi,
Mba Fitri yang telah bersedia membantu dan memberi dukungan kepada
penulis.
15. Teman-teman PKP 2007 terima kasih atas bantuan, motivasi dan dukungan
kepada penulis.
16. Kakak-kakak tingkat PKP 2006 terima kasih atas bantuan dan dukungan
kepada penulis.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang memerlukan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi RINGKASAN ................................................................................................... xii SUMMARY ..................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7 B. Kerangka Berfikir ................................................................................. 34 C. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34 D. Pembatasan Masalah ............................................................................. 34 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 35
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 41 B. Metode Penentuan Lokasi .................................................................... 41 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 44 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45 E. Metode Analisis Data ........................................................................... 45
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ............................................................................... 48 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 49 C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 53 D. Keadaan Sarana Perekonomian ........................................................... 54 E. Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida Di
Kecamatan Karanganyar ...................................................................... 56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Program BLBU Padi Hibrida .............................................................. 57 B. Identitas Responden ............................................................................. 58 C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap ............................... 61 D. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida ..................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
E. Hubungan Antara Variabel-Variabel Penelitian Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida ......................................................................................... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 84 B. Saran ................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Variabel Yang Berhubungan Dengan Sikap ...................................... 38
Tabel 2.2 Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida ................... 40
Tabel 3.1 Data Kelompok Tani Kecamatan Karanganyar Pada Program BLBU Padi Hibrida ............................................................................ 42
Tabel 3.2 Data Jumlah Sampel Sasaran Kelompok Tani Kecamatan Karanganyar ....................................................................................... 44
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Karanganyar ................................ 49
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ............................................................................... 49
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ...................................................................... 51
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 .................................................................... 52
Tabel 4.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ................................................................... 54
Tabel 4.6 Keadaan Lembaga Perekonomian Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .................................................................................................... 55
Tabel 5.1 Perbedaan Varietas Bernas, Arize dan Intani 2 ................................... 58
Tabel 5.2 Identitas Responden ............................................................................ 60
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Berusahatani Kecamatan Karanganyar ............................................... 63
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Orang Lain Kecamatan Karanganyar .................................................................... 65
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Kecamatan Karanganyar .................................................................... 67
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal Kecamatan Karanganyar .................................................................... 68
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Media Massa Kecamatan Karanganyar ......................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Kecamatan Karanganyar .................................................................... 71
Tabel 5.9 Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Kecamatan Karanganyar ................ 72
Tabel5.10 Hubungan Antar Variabel Penelitian Tingkat Pengalaman Berusahatani, Tingkat Pengaruh Orang Lain, Tingkat Pendidikan Formal, Tingkat Pendidikan Non Formal, Tingkat Penggunaan Media Massa dan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida ............................................................................ 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Variabel-Variabel Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida di Kecamatan Karanganyar .. 34
Gambar 5.1 Mekanisme Penetapan Kelompok Tani Penerimaan BLBU ......... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuisioner Penelitian .................................................................... 94
Lampiran 2 : Identitas Responden ................................................................... 104
Lampiran 3 : Variabel X .................................................................................. 107
Lampiran 4 : Variabel Y .................................................................................. 109
Lampiran 5 : Correlations ................................................................................ 111
Lampiran 6 : Frequency ................................................................................... 113
Lampiran 7 : Foto-Foto Kegiatan Penelitian .................................................... 114
Lampiran 8 : Peta Daerah Penelitian ................................................................ 115
Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian .................................................................... 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
RINGKASAN
Retno Wuri W, H 0407062 ”FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) PADI HIBRIDA DI KECAMATANKARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi dan Bekti Wahyu Utami, SP. MSi
Penyediaan pangan yang cukup harus didukung oleh produk hasil tanaman pangan yang cukup pula. Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian saat ini adalah upaya memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam negeri. Untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas padi serta meringankan beban petani dalam rangka peningkatan benih varietas unggul bermutu dan mendukung peningkatan produktivitas padi, maka pemerintah memberikan bantuan benih varietas unggul bermutu melalui program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida. Program BLBU padi hibrida dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2008, dengan harapan agar hasil produksi tanaman padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar meningkat serta menigkatkan kesadaran petani menggunakan benih unggul.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (1) Mengkaji sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida, (2) Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida, (3) Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Metode dasar penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik survei. Penelitian berlokasi di Kecamatan Karanganyar dengan responden sebanyak 50 orang yang diambil menggunakan teknik area sampling. Untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian digunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 34 orang atau 68 persen, sikap petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong netral yaitu sebanyak 34 orang atau 68 persen dan sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong tinggi yaitu sebanyak 38 orang atau 76 persen. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat pendidikan formal, dan tingkat pengaruh kepercayaan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida, sedangakan hubungan yang signifikan terdapat antara tingkat pendidikan non formal dan tingkat penggunaan media massa dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pd program BLBU padi hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
SUMMARY
Retno Wuri W, H 0407062 "RELATED FACTORS OF FARMER’S
ATTITUDE TOWARD HYBRIDA RICE SEED ULITILIZING ON BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) IN KARANGANYAR SUBDISTRICT OF KARANGANYAR REGENCY”. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University. Under guidance of Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi and Bekti Wahyu Utami, SP, MSi.
Adequate supplying of food should be supported by the adequate food production too. The hard defiance in agriculture sector on this time is the effort of fulfiil national rice consumption from domestic’s production. To support this effort of rice productivity improvement and demulcent farmer’s burfen in superior quality of variety seed improvement pregame and support rice productivity improvement, the goverment give superior quality hybrid rice seed trough Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) hybrid rice program. BLBU hybrid rice program seed held in Karanganyar sub district of Karanganyar regency since 2008, it hope to echancing the product of rice and the farmer awareness of using superior seed in Karanganyar sub district of Karanganyar regency.
The purpose of the research are (1) to investigate farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program, (2) to investigate the related factors of farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program, (3) to investigate the relationship between the hybrid rice utilizing with farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program. The base method of the research is quantitave research by using survey technique. The research located in Karanganyar sub district of Karanganyar regency with respondents 50 people taken by area sampling technique. This research using Rank Spearman (rs) correlation, it uses to know the relationship between research variables.
The result of the research show that farmer attitude toward the purpose of hybrid rice seed utilizing on BLBU hybrid rice program belonging to high category, it is 34 people or 68 %, farmer attitude toward the result of hybrid rice seed on BLBU hybrid rice program appertain to netral, it is 34 people or 68 % and farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program appertain to high, it is 38 people or 76 %. There is no significant relationship between farming experience, other influence level, formal education level and farmer’s belief with farmer’s attitude toward hybrid rice seed utulizing in BLBU hybrid rice program, whereas the significant relationship contained between non formal education and mass media utilizing with farmer’s attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
hidup atau bekerja pada sektor pertanian. Sebagai negara yang penduduknya
banyak maka stabilitas dalam penyediaan tanaman pangan menjadi hal yang
penting. Penyediaan pangan yang cukup harus didukung oleh produk hasil
tanaman pangan yang cukup pula.
Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian saat ini adalah
upaya memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam
negeri. Konsumsi beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk, karena sampai saat ini upaya diversifikasi pangan pokok
(sumber karbohidrat) belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Disisi lain luas lahan tanaman padi semakin sedikit karena pergeseran
industrialisasi. Luas pertanaman padi di Indonesia diperkirakan mencapai
11-12 juta ha, yang tersebar di berbagai tipologi lahan seperti sawah (5,10 juta
ha), lahan tadah hujan (2,10 juta ha), ladang (1,20 juta ha), dan lahan pasang
surut. Lebih dari 90% produksi beras nasional dihasilkan dari lahan sawah dan
lebih dari 80% total area pertanaman padi sawah telah ditanami varietas
unggul.
Berbagai upaya diprogramkan pemerintah untuk meningkatkan produksi
padi secara nasional, yaitu melalui peningkatan mutu intensifikasi yang
ditempuh melalui penggunaan benih unggul, khususnya padi hibrida dan padi
varietas unggul. Daerah-daerah yang biasa menanam varietas lokal akan terus
diusahakan beralih menanam varietas unggul dan pada akhirnya menanam
varietas hibrida. Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, kendala yang
dihadapi antara lain masih rendahnya produktivitas tanaman karena sebagian
petani belum menggunakan varietas unggul bermutu dalam budidayanya.
Rendahnya produktivitas padi juga dapat disebabkan beberapa faktor di
antaranya : daya dukung lahan, infrastruktur, kelangkaan pupuk akibat pola
distribusi yang belum optimal, belum menggunakan benih unggul yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bersertifikat, faktor iklim (curah hujan) yang tinggi, pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) belum optimal, dan permodalan petani.
Padi inbrida dan padi hibrida mempunyai beberapa perbedaan, yaitu padi
inbrida berasal dari galur murni yang melakukan penyerbukan sendiri, turunan
benih dapat ditanam kembali, tanaman padi kurang seragam, produksinya rata-
rata dan harga lebih murah. Padi hibrida merupakan perkawinan dari dua
genotip yang berbeda sifatnya, turunan keduanya tidak busa dibenihkan
kembali sehingga harus membeli benih yang baru, tanaman lebih tegak dan
seragam, hasil lebih tinggi 20-30% dari padi inbrida serta harga benih lebih
mahal karena proses produksinya yang rumit. Berdasarkan penjelasan diatas,
dapat diketahui bahwa kondisi genetik padi inbrida dan hibrida berbeda. Selain
itu, teknologi produksi benihnya juga berbeda. Produksi benih padi hibrida
lebih jauh rumit daripada produksi padi inbrida, sehingga wajar jika harganya
pun lebih mahal.
Kontribusi penggunaan benih varietas unggul bermutu dalam
meningkatkan produktivitas, produksi bahkan mutu hasil telah terbukti secara
signifikan, antara lain dengan keberhasilan peningkatan produksi komoditas
tanaman pangan yang terjadi selama ini. Hasil penelitian lapangan Fakultas
Pertanian UGM menunjukan bahwa hasil panen padi hibrida meningkat sekitar
14 persen dibandingkan hasil panen padi IR 64, produksi panen padi hibrida
menghasilkan 6,5-7,0 ton per hektar. Sedangakan panen padi IR64
menghasilkan 5,9 ton per hektar (UGM, 2007).
Penyebab rendahnya adopsi benih varietas unggul bermutu salah satunya
adalah daya beli dan tingkat kesadaran serta keyakinan petani terhadap manfaat
penggunaan benih varietas unggul bermutu masih relative rendah. Untuk
mendukung upaya peningkatan produktivitas padi serta meringankan beban
petani dalam rangka peningkatan benih varietas unggul bermutu dan
mendukung peningkatan produktivitas padi, maka pemerintah memberikan
bantuan benih varietas unggul bermutu melalui program Bantuan Langsung
Benih Unggul (BLBU) padi hibrida. BLBU padi hibrida merupakan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yang diberikan kepada petani
yang tergabung dalam kelompok tani.
Program BLBU padi hibrida dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2008, dengan harapan agar hasil panen
padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar meningkat serta
menigkatkan kesadaran petani menggunakan benih unggul. Akan tetapi
kesadaran petani untuk menggunakan benih padi hibrida masih rendah
dikarenakan mahalnya harga benih padi. Melalui program BLBU padi hibrida
diharapkan petani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar mau
beralih menggunakan benih padi hibrida sehingga dapat meningkatkan hasil
panen padi yang berkualitas secara berkelanjutan. Upaya program BLBU padi
hibrida dilakukan melalui pemberian benih padi hibrida secara gratis dari
pemerintah kemudian langsung disalurkan ke kelompok tani.
Usaha untuk mencapai keberhasilan penggunaan benih hibrida ini sangat
diperlukan sikap atau respon yang baik dari petani. Ketika diketahui sikap
petani maka pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan apa yang cocok
untuk pengembangan penggunaan benih hibrida. Sikap petani yang positif akan
membantu keberlangsungan dan kemajuan penggunaan benih padi hibrida,
akan tetapi ketika sikap petani negatif maka penggunaan benih padi hibrida
akan mengalami hambatan.
Dalam penelitian ini akan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Melalui program BLBU padi hibrida
diharapkan ke depan petani di Kecamatan Karanganyar mau beralih
menggunakan benih padi hibrida sehingga dapat meningkatkan hasil produksi
yang berkualitas secara berkelanjutan. Upaya program BLBU padi hibrida
dilakukan melalui pemberian benih padi hibrida secara gratis dari pemerintah
kemudian langsung disalurkan ke kelompok tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Perumusan Masalah
Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang memilki peranan
penting sebagai bahan pangan, pakan dan industri dalam negeri. Kebutuhan
padi setiap tahunnnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan.
Sejauh ini pengalaman menunjukkan bahwa tingkat produksi tahunan
lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada tingkat produktivitas. Namun
demikian upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktifitas masih
terbuka lebar. Untuk mengatasi permasalahan penurunan produktivitas padi,
pemerintah melakukan terobosan dalam memproduksi padi dengan inovasi
penggunaan benih padi hibrida yang hasil produksinya sangat menjanjikan.
Adapun keuntungan menggunakan benih padi hibrida antara lain tanaman
kokoh dan tahan roboh, toleran terhadap hama dan penyakit, kebutuhan benih
cukup 15kg/ha, cukup satu bibit per lubang, rasa nasi pulen dan wangi, tinggi
tanaman sedang 100-118 cm sehingga tidak mudah rebah, umur panen 115-120
hari setelah semai serta potensi hasil dapat mencapai 12,4 ton (Bayer, 2007).
Kendala yang dihadapi petani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar yaitu mahalnya harga benih padi hibrida, sehingga petani
cenderung memilih benih padi lokal dengan alasan harga benih padi
terjangkau. Selain itu, petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena
benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman
berikutnya.
Dari kendala di atas dapat dilihat bahwa sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida kurang diminati petani. Untuk dapat
meningkatkan hasil yang maksimal dan meningkatkan minat petani dalam
penggunaan benih padi hibrida maka pemerintah Karanganyar mencanangkan
program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida. Melalui
program ini, diharapkan para petani mau beralih menggunakan benih padi
hibrida yang diberikan gratis oleh pemerintah. Selain itu, diharapkan setelah
program selesai petani mau beralih menggunakan benih padi hibrida tanpa
tergantung pemerintah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mensejahterakan para petani. Demi terwujudnya program ini diperlukan
kesadaran petani terhadap penggunaan benih padi hibrida dibandingkan benih
padi lokal.
Sikap merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan
tanggapan bahkan dapat membentuk sikap seseorang terhadap suatu
rangsangan. Sikap yang terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara
pandangnya terhadap BLBU padi hibrida dan mempengaruhi tingkat
keberhasilan petani dalam penggunaan benih padi hibrida. Ketika petani
mempunyai sikap yang positif terhadap penggunaan benih padi hibrida maka
akan membantu keberhasilan program BLBU padi hibrida, akan tetapi apabila
petani mempunyai sikap yang negatif maka kemungkinan akan menghambat
keberlangsungan program BLBU padi hibrida. Sikap petani merupakan salah
satu ukuran keberhasilan dari suatu program, agar program dapat berjalan
sesuai tujuan maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
sikap petani dalam penggunaan benih padi hibrida.
Dari uraian di atas maka timbul beberapa permasalahan yang nantinya
akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada program Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida ?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar ?
3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap,
dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada program Bantuan Langsung
Benih Unggul (BLBU) padi hibrida ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Mengkaji sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida
di Kecamatan Karanganyar pada program Bantuan Langsung Benih Unggul
(BLBU) padi hibrida.
2. Mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan Langsung
Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar.
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap,
dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada program Bantuan Langsung
Benih Unggul (BLBU) padi hibrida.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berkut :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan landasan untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan
pengembangan program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi
hibrida.
3. Bagi peneliti lain, dapat dipergunakan sebagai referensi dalam penelitian
sejenis selanjutnya.
4. Bagi petani di Kecamatan Karanganyar, dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan budidaya padi hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan merupakan usaha yang dilakukan oleh masyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup melalui modernisasi,
industrialisasi untuk memajukan keadaan sosial termasuk keadilan yang
lebih besar, kebebasan dan kualitas terhadap lingkungannya. Pembangunan
berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara sedang berkembang
dari keadaan kemiskinan, pengangguran, dan ketidakpastian sosial
(Nasution, 2004).
Tiga kebiasaan mental yang sangat penting bagi pembangunan
pertanian. Pertama adalah kebiasaan melakukan pengukuran, berpikir dan
menghitung jumlah (kuantitatif). Kebiasaan ini membuat seseorang dalam
menilai suatu hasil panen misalnya, tidak merasa puas dengan hanya
menyebutkannya panen yang ”baik”, tetapi masih terus bertanya seberapa
baikkah panen itu jika dinyatakan dalam jumlah kilogram, bau atau patok.
Kedua adalah selalu bertanya mengapa, mengapa tanah ini tidak sesubur
tanah itu? Ketiga adalah kebiasaan untuk terus mencari alternatif lain,
mencari cara lain untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Selalu
mencari alternatif lain dapat dipupuk menjadi suatu kebiasaan, sama hal nya
dengan kebiasaan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang tetap sama
(Mosher, 1978).
Kemajuan keadaan sosial akan terwujud dengan adanya pembangunan
pertanian mencakup banyak kegiatan yang beraneka ragam yang semuanya
itu dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup petani. Perwujudannya
dapat beraneka ragam seperti misalnya pelayanan-pelayanan penyuluhan,
bantuan teknis, sampai dengan proyek-proyek yang dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf hidup petani. Selain itu perlu adanya proses-proses
dimana usaha-usaha dari orang-orang itu sendiri disatukan dengan usaha
pemerintah untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi, dan kultur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
masyarakat, menyatukan masyarakat itu menyumbangkan secara penuh bagi
kemajuan nasional (Slamet, 1993).
Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di
pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan
masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas
usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan
adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan
berusahatani lebih menguntungkan.
Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang optimal,
jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena penyuluhan
pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Pelaksanaan
penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem pelayanan yang teratur
akan menjadi jaminan yang efektif untuk tercapainya tujuan pembangunan
itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan pertanian adalah komunikasi gagasan
yang inovatif maupun produk teknologi yang inovatif yang dapat
memberikan nilai ekonomis yang lebih baik kapada petani dan keluarganya
(Levis, 1996).
2. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai
aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap
adalah pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk
bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluasi terhadap
suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana
seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap
(Van den Ban dan Hawkins, 2007).
Sikap dapat diungkapkan melalui reaksi baik perkataan maupun
perbuatan, reaksi tersebut dapat meliputi rasa suka dan tidak suka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek
lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak dan
kebijakan sosial. Sikap sangat terkait dengan kognisi khususnya dengan
keyakinan tentang sifat benda lebih lanjut. Sikap juga terkait dengan
tindakan yang kita ambil berkaitan dengan benda tersebut
(Alkinson et all, 1991).
Attitude is a mental and neural state of readiness, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individuals response to all object and situations with which it is related.
Menurut G. W. Allport (1935) dalam Taylor (1997), sikap adalah
suatu mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui
pengalaman, menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu
menjawab semua obyek dan situasi yang terkait.
Sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap
sesuatu. Sesuatu tersebut adalah obyek sikap. Mengukur sikap seseorang
adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum
afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu
obyek sikap. Dalam penskalaan likert kuantifikasi dilakukan dengan
mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan
negatif tentang obyek sikap (Mueller, 1996).
Attitude are relatively lasting organizations of beliefes which made you tend to respond to things in particular ways. Attitudes are never seem directly, you infer their existence from what people do. Attitude include positive or negative evaluations, emotional feelings and certain positive or negative tendencies in relation to objects, people and events. Attitude are human responses and can be examined along three dimensions, their directon, their intensity and their sabence.
Myers (1992) mendefinisikan sikap sebagai bentuk evaluasi yakni
sikap merupakan pengorganisasian terakhir secara relatif dari
kepercayaan dimana terdapat kecenderungan untuk merespons benda-
benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak pernah dilihat secara
langsung, seseorang harus mengambil kesimpulan keberadaan sikap dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
apa yang dilakukan orang lain. Sikap melibatkan evaluasi-evaluasi yang
positif dan negatif, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan
positif atau negatif secara pasti yang berhubungan dengan obyek, orang
dan kejadian atau peristiwa. Sikap merupakan respons manusia dan dapat
diuji melalui tiga dimensi yaitu arahnya, intensitasnya, dan
ketenangannya.
Attitudes are pivotal concept in social psychology. They are of special interest because other people attempt to influence our attitudes through persuasion, and attitudes are often reflected in our behavior toward other. Attitude as beliefs that predispose us to act and feel in certain ways. Note that definition has three components : (a) beliefs, such as the beliefe that door ro door salespeople are generally dishonest; (b) feelings, such as a strong dislike for door to door salespeople; (c) dispositions to behave, such as a readiness to be rude to them when they come to the door.
Sikap adalah konsep sangat yang sangat penting dalam psikologi
sosial. Sikap merupakan minat khusus yang disebabkan orang lain untuk
mencoba mempengaruhi sikap melalui bujukan, dan sikap sering
dicerminkan dalam perilaku kita ke arah orang lain. Sikap merupakan
kepercayaan yang mempengaruhi kita untuk bertindak dan merasakan
sesuatu. Perlu diperhartikan, definisi sikap mempunyai tiga komponen :
(a) kepercayaan, seperti rasa percaya kepada orang lain; (b) perasaan,
seperti prasangka buruk pada orang lain; (c) kecakapan untuk bertindak,
seperti suatu kesiapsiagaan untuk berlaku tidak sopan atau kasar pada
orang yang berlaku kasar kepada kita (Lahey,1973)
Menurut Ahmadi (1999), sikap tumbuh dan berkembang dalam
basis sosial yang tertentu, misalnya : ekonomi, politik, agama dan
sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan menyebabkan
perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena
perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan
terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
obyek. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap
meliputi :
1) Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan
mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terdapat
pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di
dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya,
interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang
sampai padanya melalui alat-alat komunikasi (surat kabar, radio,
televisi, majalah, dan sebagainya).
b. Ciri-Ciri Sikap
Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam
hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang atau
kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor
internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri
sikap sebagai berikut :
1) Sikap itu dipelajari (learnability), sikap merupakan hasil belajar.
Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran sebagian
individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan
sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih
baik untuk dirinya, membantu tujuan kelompok, atau memperoleh
sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2) Memiliki kestabilan (stability), sikap bermula dari dipelajari,
kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.
Misalnya, perasaaan senang dan tidak senang terhadap warna tertentu
(spesifik) yang sifatnya berulang-ulang atau memiliki frekuensi yang
tinggi.
3) Personal-societal significance, sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dan orang lain dan juga orang dan barang atau situasi. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta
hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya.
4) Berisi cognisi dan affeksi, komponen cognisi dari sikap adalah berisi
informasi yang faktual, misalnya obyek itu dirasakan menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
5) Approach-avoidance directionality, bila seseorang memiliki sikap
yang favorable terhadap sesuatu obyek, maka mereka akan mendekati
dan membantunya. Sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang
unfavorable, mereka akan menghindarinya.
Kesimpulanya, sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus
dipelajari selama perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu
berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap itu tidak semata-mata berdiri
sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan obyek. Sikap pada
umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi (Ahmadi, 1999).
c. Fungsi Sikap
Ahmadi (1999) mengelompokkan fungsi atau tugas sikap menjadi
empat golongan yaitu :
1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, sikap adalah
sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuati yang mudah
menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.
1) Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku, antara perangsang dan
reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan, yaitu sesuatu yang berwujud
pertimbangan/penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal
yang berdiri sendiri, tetapi sesuatu yang erat hubungannya dengan
cita-cita orang, tujuan hidup orang peraturan kesusilaan yang ada
dalam masyarakat.
2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman,
artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang
perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman
diberi penilaian, lalu dipilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Sikap berfungsi sebagai pernyataan pribadi, sikap sering
mencerminkan pribadi seseorang. Oleh karena itu dengan melihat
sikap pada obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui
pribadi orang tersebut.
Katz dalam Azwar (1995) mengatakan bahwa untuk memahami
bagaimana sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat
dari dasar motivasional sikap itu sendiri. Dasar motivasional merupakan
fungsi sikap bagi individu yang bersangkutan, fungsi sikap bagi manusia
telah dirumuskan menjadi empat macam, yaitu :
1) Fungsi Instrumental, Fungsi Penyesuaian atau Fungsi Manfaat
Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya
berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan
meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian,
individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang
dirasakanya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap
negatif terhadap hal-hal yang dirasakanya akan merugikan dirinya.
2) Fungsi Pertahanan Ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan
dirasa akan mengancam egonya sewaktu ia mengetahui fakta dan
kebenaran yang tidak mengenakan bagi dirinya maka sikapnya dapat
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan
melindunginya dari kepahitan kenyataan. Sikap dalam hal ini,
merefleksikan problem kepribadian yang tidak terselesaikan.
3) Fungsi Pernyataan Nilai
Seseorang seringkali mengembangkan sikap tertentu untuk
memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya sesuai
dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya. Sikap digunakan sebagai
sarana ekspresi nilai sentral dalam dirinya. Fungsi inilah yang
menyebabkan orang sering lupa diri sewaktu berada dalam situasi
massa seideologi atau sama nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) Fungsi Pengetahuan
Manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari
penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanyya
unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa
yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah
sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Jadi, sikap
berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar
dunia di sekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk
melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan
mengorganisasikannya.
d. Komponen Sikap
Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang
bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah
pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ketersediaan untuk
bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek. Komponen sikap ada tiga
yaitu, komponen kognisi yang hubungannya dengan belief, ide dan
konsep. Komponen afektif yang menyangkut kehidupan emosional
seseorang. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah
laku (Mar’at, 1984).
Dijelaskan Walgito (2003) bahwa, struktur sikap terdiri atas tiga
komponen yang saling menunjang, yaitu :
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), merupakan komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-
hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi
terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), merupakan komponen
yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap
objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa
tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini
menunjukkan arah sikap, yaitu arah positif dan negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Komponen konatif (komponen perilaku), merupakan komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap.
Menurut Ahmadi (1999), tiap-tiap sikap memiliki tiga aspek :
1) Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal
pikiran.
2) Aspek Afektif berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu.
3) Aspek Konatif berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk
berbuat sesuatu obyek.
Pyschologists often describe attitude as having three components, what we think or believe about something (the cognitive component), how we feel about it (the emotional component) and how we act toward it (the behavioral component). Sometimes these three components are consistent with another.
Psikologi pada umumnya menggambarkan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen antara lain komponen kognitif, yaitu apa
yang kita pikirkan atau percaya tentang suatu hal. Komponen emosional,
yaitu bagaimana kita merasakan tentang hal tersebut dan komponen
perilak, yaitu bagaimana kita bereaksi terhadap hal itu. (Wortman, 1999).
c. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami
oleh individu. Dalam berinteraksi sosial, individu beraksi membentuk
pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara faktor yang berhubungan dengan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
pendidikan formal dan pendidikan informal (Azwar, 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan
akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah
penghayatan itu kemudian aan membentuk sikap positif ataukah sikap
negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Pembentukan
kesan atau tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks
dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan,
situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri
obyektif yang memilki stimulus (Azwar, 1995).
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman
berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh
para petani, petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-
hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya. Semakin banyak
pengalaman yang diperoleh petani, diharapkan produktivitas petani
akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahan usahataninya akan
semakin baik (Hasan, 2000).
Mardikanto (1996), menyatakan bahwa pengalaman yang
dimiliki seseorang akan mempengaruhi semangatnya untuk belajar.
Contohnya petani yang pernah gagal dalam mengadopsi inovasi, akan
sulit untuk mengadopsi inovasi yang lain. Hal ini disebabkan, karena
pengalaman masa lalu yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi
kecenderungannya untuk merasa memerlukan dan siap menerima
pengetahuan baru.
2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap. Diantara orang yang biasanya dianggap penting
bagi individu adalah orang tua, orang yang berstatus sosial lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami.
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut. Mardikanto (1996) menyatakan
bahwa tokoh-tokoh informal (tokoh keagamaan, tokoh adat, politikus
dan guru) merupakan tokoh yang dianggap berpengaruh karena
memiliki katau wibawa untuk menumbuhkan opini publik dan/atau
yang dijadikan panutan oleh masyarakat setempat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat yang
tradisional masih tertanam penghormatan yang besar terhadap
pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk suksesnya
pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam masyarakat
sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu diubah dan disesuaikan
dengan cara yang tepat. Disinilah pentingnya peranan daripada faktor
kepemimpinan sebagai perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan
pendidikan masyarakat (Kamaluddin, 1998).
Orang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima suatu
pandangan, pendapat, atau norma-norma dan sebagainya, apabila
norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau
mayoritet, dimana sebagian besar dari kelompok atau golongan itu
memberikan sokongan atas pendapat, pandangan-pandangan tersebut.
Orang akan merasa terasing apabila ia menolak pendapat, pandangan
atau norma-norma dan sebagainya yang telah mendapatkan dukungan
dari mayoritet itu (Ahmadi, 1999).
3) Pengaruh Kebudayaan
Kehidupan di masyarakat dapat diamati dari sikap masyarakat
dengan kebudayaan yang ada di daerahnya. Kebudayaan dimana kita
hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan
pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang
menjadi anggota masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu
yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan domonasi
kebudayaan dalam pembentukan sikap individual (Azwar, 1995).
Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru
dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat
dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan
tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah
sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-
perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi wujud baru kepada
pola-pola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1988).
Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil manusia
hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain
kepandaian. Kata culture (budi-daya) dalam arti sempit berarti
mengerjakan, mengolah, menanam seperti cultivate, the lands are
cultured/cultivated, tanah-tanah itu sudah diolah/ditanam. A cultured
man adalah seseorang yang banyak belajar/membaca tentang
kebudayaan, sastra, music atau pandai bermain musik klasik.
(Shadily,1999)
Kebudayaan merupakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri
dari cara-cara dan aspek-aspek pemberian arti pada laku ujaran, laku
ritual dan berbagai jenis laku atau tindakan lain dari sejumlah manusia
yang mengadakan tindakan antar satu dengan lain. Kebudayaan yang
dianggap sebagai suatu sistem, sistem budaya berhubungan erat
dengan masyarakat yang ditanggapi sebagai suatu sistem sosial yang
dibentuk oleh tindakan antar sejumlah manusia biasanya berjumlah
besar. Sistem sosial yang lebih terbatas, seperti birokrasi pemerintah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berhubungan erat dengan sistem budaya yang juga lebih terbatas
(Alfian, 1985).
Selamatan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang
telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Selamatan itu tidak
terpisahkan dari pandangan alam pikiran dan erat hubungannya
dengan kepercayaan pada unsur-unsur kekuatan sakti. Upacara
selamatan dapat digolongkan ke dalam empat macam sesuai dengan
peristiwa atau kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu (a)
Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, seperti hamil
tujuh bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, sunat,
kematian. (b) Selamatan yang bertalian dengan bersih desa,
penggarapan tanah pertanian dan setelah panen padi. (c) Selamatan
berhubung dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam. (d)
Selamatan pada saat-saat tidak tertentu, berkenaan dengan
kejadian-kejadian, seperti menempati rumah baru, menolak bahaya
(ngruwat) (Koentjaraningrat, 1993).
4) Pendidikan Formal
Lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki
tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didiknya
menuju sikap yang kita harapkan. Pada hakekatnya tujuan pendidikan
adalah merubah sikap anak didik kearah tujuan pendidikan. Peranan
sekolah itu jauh lebih luas, didalamnya berlangsung beberapa bentuk-
bentuk dasar dari pada kelangsungan pendidikan pada umumnya ialah
pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan yang wajar (Azwar,1995).
Menurut Soekartawi (1988), pendidikan formal merupakan
sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan
pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek
pertanian yang lebih modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan
pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan
sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang
berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang
terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982).
Menurut Azwar (1995), mengemukakan bahwa pendidikan
non formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku
sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non
formal. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non
formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan
tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki
pengetahuan pertanian dan berusaha tani yang luas, memiliki sikap
progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi
sesuatu (informasi) baru, serta terampil melaksanakan kegiatan.
Menurut Sastraatmadja (1993), ciri-ciri pendidikan non formal
diantaranya :
a) Pendidikan non formal tidak mengenal batas umur bagi petani yang
akan mengikuti pendidikan penyuluhan.
b) Pendidikan non formal tidak mengenal kurikulum tertentu yang
harus diselesaikan, pokoknya tidak ditentukan kapan selesainya
batas waktu pendidikan.
c) Pendidikan non formal tidak mengenal uang sekolah, apakah itu
yang dinamakan uang pendaftaran, uang sekolah per bulan, dan
lain-lain.
d) Pendidikan non formal tidak mengenal ruangan tertentu artiinya
setiap pendidikan pertanian tidak harus menggunakan ruangan
beton, tembok, atau kelas.
e) Pendidikan non formal tidak mengenal waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Media Massa
Depari dan Colin (1995), mengemukakan peranan media massa
dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaru
(agent of social change). Letak peranannya adalah dalam hal
membantu mempercepat proses pengalihan masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat modern. Khususnya peralihan dari
kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap
baru yang tanggap terhadap pembaharuan demi pembanguan. Adapun
manfaat dari mass media antara lain :
a) Mass media dapat memperluas cakrawala pemikiran. Media
mampu memperdekat jarak yang jauh serta memperjelas hal-hal
yang kabur, menjembatani peralihan antara masyarakat tradisonal
ke arah masyarakat modern.
b) Mass media dapat memusatkan perhatian. Surat kabar, radio dan
majalah yang berperan sebagai pengawas dipelbagai tempat, harus
memutuskan apa yang tepat untuk disiarkan. Tindakan untuk
menentukan siapa yang harus menulis, berperan dalam siaran
televisi, peristiwa-peristiwa apa yang dilaporkan, banyak
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan serta apa yang menjadi
pokok pembicaraan masyarakat.
c) Mass media mampu menumbuhkan aspirasi, melalui aspirasi-
aspirasi pribadi yang ditumbuhkan, seluruh ide dapar diwujudkan
karena didukung masyarakat. Suatu kebijaksaan baru akan
menuntut persesuaian antara apa yang diinginkan masyarakat
dengan apa yang akan mereka peroleh. Tanpa aspirasi yang
meningkat, tanpa merangsang masyarakat bekerja untuk hidup
yang lebih baik, akan sulit mewujudkan pembangunan.
d) Mass media mampu menciptakan suasana membangun, melalui
peranan media menyebarluaskan informasi pada masyarakat
Negara sedang berkembang ia dapat memperluas cakrawala
pemikiran serta membangun empati ; memusatkan perhatian pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
persoalan serta tujuan pembangunan; menumbuhkan aspirasi
pribadi serta bangsa, semuanya dapat dilakukan sendiri oleh media.
e) Mass media mampu mengenalkan norma-norma sosial, bagi
masyarakat modern sebagian besar tugas-tugas penyampaian
penerangan umumnya dilaksanakan oleh media. Mereka akan
memberitahukan hal-hal yang serius yang harus diketahui
masyarakat. Jika norma-norma sosial baru tidak diketahui umum
sebagaimana halnya di negara sedang berkembang, maka sebagian
tugas media adalah memperluas serta mengenalkan norma-norma
tersebut. Oleh sebab itu, sangatlah mungkin untuk menumbuhkan
norma-norma yang berhubungan dengan pembentukan perilaku
pembangunan melalui media.
f) Mass media mampu menumbuhkan selera. Kekuatan utama media
terletak pada kemampuan mereka mempercepat proses keintiman
antara pelaku dalam media dengan masyarakat, sehingga
berpengaruh dalam pembentukan selera.
g) Mass media mampu merubah sikap yang lemah menjadi sikap yang
lebih kuat. Media mampu meningkatkan status serta mengenakan
norma-norma, memperluas dialog politik serta membentuk selera.
Jika sikap masyarakat lemah dalam menghadapi perubahan, maka
media mampu merubah sikap tersebut menjadi sikap yang kuat,
hanya apabila dibantu oleh pengaruh pribadi para pemuka
masyarakat.
h) Mass media sebagai pendidik. Banyak hal yang membuktikan
peranan media baik di dalam maupun di luar kelas sebagai alat
pendidikan. Di tempat mana sekolah dan guru langka jumlahnya,
media membuktikan kemampuannya memikul sebagian besar tugas
pendidikan, terutama di bidang pendidikan orang-orang dewasa
serta pemberantasan buta huruf.
Shannon dalam Saleh (2004), informasi adalah sesuatu yang
membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
perubahan, memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada
pengetahuan yang kita miliki. Sedangkan pengertian informasi seperti
yang disebutkan dalam Hartono (1989) adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya.
Saluran-saluran yang biasa dikenal sebagai media elektronika
adalah radio dan televisi. Seperti halnya surat kabar, kami selalu
menganggap bahwa media-media elektronika hanya berperan dalam
proses perubahan kesadaran dan penumbuhan minat. Hambatan
terbesar dalam membujuk masyarakat untuk melakukan perubahan
melalui penggunaan media massa adalah sifat siaran yang hanya
mampu menumbuhkan komunikasi satu arah. Di lain pihak, dalam
diskusi-diskusi, adanya komunikasi dua arah (timbal balik) hampir
selalu diperlukan sebelum masyarakat banyak mau mengikuti segala
cara menuju perubahan sikap atau cara kerjanya (Lionberger, 1982)
Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan
maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan
akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan
usaha taninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan
sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon),
media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani
keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka
memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan
dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan
usahatani mereka (Fauziah, 1999).
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya (Wawan, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Petani
Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai peran
yang jamak (multiple roles) yaitu sebagai manajer, sebagai juru tani dan
sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga petani dituntut untuk
dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada semua
anggota rumah tangganya. Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan
dengan kemampuan mengelola usahatani akan sangat dipengaruhi oleh
faktor didalam dan diluar pribadi petani itu sendiri yang sering disebut
karakteristik sosial ekonomi (Mosher, 1981).
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain
lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk
digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga
dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk
minuman beralkohol, buah untuk jus dan wol untuk penenunan dan
pembuatan-pakaian (Wikipedia, 2010).
Hernanto (1993) menyatakan, petani adalah setiap orang yang
melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan
hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut. Peranan petani
sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam
mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui. Pengambilan
keputusan akan melalui tiga tahapan, yaitu :
a. Menentukan data, keterangan untuk mengambil keputusan (intelegence
activity) atau pengkajian.
b. Mengetahui pilihan berbuat dari ragam pilihan yang ada (design activity).
c. Memilih diantara alternatif (choice alternative).
Dalam kegiatan usahatani, petani merangkap dua peranan yaitu
sebagai penggarap dan manajer. Peranan petani sebagai penggarap adalah
memelihara tanaman dan hewannya agar mendapatkan hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
diperlukan. Sedangkan petani berperan sebagai manajer yaitu ketrampilan
dalam menjalankan usahanya menyangkut kegiatan otak yang didorong oleh
keinginan dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman
atau ternak (Soetriono et all, 2006).
Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk
mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk
mengelola usahatani, dan pengetahuan baru itu dikembangkan tidak hanya
oleh lembaga penelitian, tetapi juga oleh banyak pelaku yang berbeda.
Untuk mengelola usahatani dengan baik, petani memerlukan pengetahuan
dan informasi mengenai berbagai topik seperti : hasil penemuan,
pengalaman petani lain, situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin
terjadi di pasaran input dan hasil-hasil produksi dan kebijakan pemerintah
(Van den ban hawkins, 2007).
The amount of land in farms and ranches has been relatively constant, this means the average farms size has increased considerably. Several factors have contributed to this change. First, labor-saving technology in the form of larger agricultural machinery, automated equipment and specialized livestock buildings has made it possible for fewer farm workers to produce more. Second, employment oppurtunities outside agriculture have become more attractive and plentiful, encouraging labor to move out of agriculture. Third, farms and ranch operators have aspired to earn higher levels of income and to enjoy a standard of living comparable to that of nonfarms families. Fourth, some new technology is available only in a minimum size or scale.
Kay dan William (1999), mengemukakan bahwa peranan bidang
pertanian selalu menjadi faktor yang utama dalam kelangsungan hidup
manusia. Oleh karena itu terdapat beberapa alasan seseorang (petani)
bekerja di bidang pertanian, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Tenaga kerja tidak hanya pada kegiatan di lapang, tetapi dalam sektor
pertanian yang luas sangat diperlukan tenaga terampil dalam pembuatan
mesin-mesin pertanian, peralatan pertanian, serta staf ahli di bidang
peternakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Bekerja di bidang pertanian menjadi menarik dan diminati banyak orang
karena memberi harapan bagi petani akan hasil panen yang nantinya akan
diperoleh.
c. Hasil yang diperoleh dari bekerja di bidang pertanian tidak kalah
pentingnya (keuntungan) dibanding dengan bekerja di bidang non
pertanian.
d. Teknologi yang tersedia hanya dalam ukuran atau skala minimum.
Sehingga ini mendorong petani untuk memperluas produksi dengan
biaya-biaya tetap menyangkut teknologi secara ekonomis dan efisien.
Di Indonesia, batasan petani kecil telah disepakati pada seminar
petani kecil di Jakarta pada tahun 1975. Pada pertemuan tersebut ditetapkan
bahwa yang dinamakan petani kecil adalah :
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras
per kapita per tahun.
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar
lahan sawah di Jawa atau 0,5 hektar di luar Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik
(Soekartawi, et all, 1984).
4. Adopsi dan Inovasi
Adopsi adalah proses sejak pertama kali seseorang mendengar hal
yang baru sampai orang tersebut mengadopsi hal baru tersebut. Inovasi
dapat berupa sesuatu yang benar-benar baru atau sudah lama tetapi masih
dianggap baru oleh petani. Keputusan menerima inovasi ini merupakan
proses mental, yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui suatu
inovasi sampai menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya
(Ibrahim, et all, 2003).
Proses adopsi inovasi merupakan proses mental yang terjadi pada
petani pada saat menghadapi suatu inovasi yaitu proses penerapan
suatu ide baru sejak diketahui sampai proses penerapan. Pada proses adopsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
akan terjadi perubahan perilaku sasaran dan dipengaruhi oleh banyak
faktor serta selalu terkait antara satu dengan yang lainnya (Junaidi, 2007).
The innovation-decision process merupakan proses mental yang
mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu
inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut,
membuat keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut,
mengimplementasikan gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi
keputusan ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai tahap
dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi ketidakyakinan tentang
akibat atau hasil dari inovasi tersebut (Alam Setiadi, 2009).
Lionberger dalam Mardikanto (1993), mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi
meliputi : (1) Luas usahatani; (2) Tingkat pendapatan; (3) Keberanian
mengambil resiko, individu yang mempunyai keberanian menghadapi resiko
biasanya lebih inovatif; (4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya
semakin lamban mengadopsi inovasi; (5) Tingkat partisipasinya dalam
kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri; (6) Aktivitas mencari
informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang aktif mencari
informasi dan ide-ide baru biasanya lebih inovatif; (7) Sumber informasi
yang dimanfaatkan. Golongan inovatif biasanya banyak memanfaatkan
sumber.
Menurut Rogers dalam Mardikanto (1996) proses adopsi melalui
tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima/menerapkan dengan
keyakinannya sendiri. Tahapan-tahapan adopsi itu adalah:
1) Awareness atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya
inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
2) Interes, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh
keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan
oleh penyuluh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Evaluation atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang
telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini,
masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek
teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek sosial budaya,
bahkan juga seringkali ditinjau dari aspek politis atau kesesuainnya
dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional.
4) Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih menyakinkan laiannya,
sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
5) Adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan
berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya
sendiri.
Rogers dalam Wawan (2010), menyimpulkan bahwa pengadopsian
perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
Sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran,
maka periku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama.
Menurut Roggers (1989), salah satu kritik terhadap model proses
adopsi ini menyimpulkan bahwa hanya dua tahap saja yang penting,
pengenalan dan adopsi. Tahap pengenalan selalu terjadi sebelum adopsi.
Selain itu terdapat suatu model proses keputusan inovasi yang terdiri dari
empat tahap, yaitu :
1) Pengenalan, dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan
memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu
berfungsi.
2) Persuasi, dimana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak
berkenaan terhadap inovasi.
3) Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya
pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
4) Konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi
yang telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah
keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), mereka yang cepat
mengadopsi inovasi dapat dicirikan sebagai berikut : (1) Banyak melakukan
kontak dengan penyuluh dan orang lain di luar kelompok sosialnya. (2)
Berpartisipasi aktif dalam organisasi. (3) Memanfaatkan secara intensif
informasi dari media massa terutama yang menyangkut informasi dari para
ahli. (4) Memiliki pendapatan dan taraf hidup yang relatif tinggi. (5)
Memiliki sikap yang positif terhadap perubahan. (6) Memiliki aspirasi yang
tinggi bagi dirinya sendiri.
Suhardiyono (1992) mengemukakan, dalam proses penerimaan
inovasi oleh seseorang terdapat perbedaan kemampuan untuk menyerap
inovasi tersebut, tergantung indera mana yang berperan dalam menyerap
inovasi tersebut, antara lain: (1) Indera mata atau dengan melihat 83%. (2)
Indera pendengaran atau dengan mendengar 11%. (3) Indera penciuman
atau dengan mencium 3,5%. (4) Indera perasa atau dengan meraba 1,5%. (5)
Indera pengecap atau dengan mengecap 1%.
5. Padi Hibirida
Teknologi hibrida adalah upaya manusia untuk merekonstruksi
seluruh pasangan gen pada tanaman menjadi heterozigot, dengan jalan
membuat benih berasal dari persilangan. Dampak dari seluruh pasangan
gen-gen yang heterozigot tersebut adalah timbulnya gejala heterosis, yaitu
produktivitas tanaman hibrida melebihi produktivitas varietas non-hibrida.
Tanaman padi yang secara alamiah memiliki konstruksi gen-gen homozigot
nampaknya telah melakukan adaptasi, bahwa tanaman homozigot
produktivitasnya cukup tinggi, dan konstruksi heterozigot kurang dapat
memacu timbulnya gejala heterosis yang terlalu tinggi, seperti pada tanaman
jagung. Hal ini bermakna, bahwa hibrida padi perbedaan hasilnya tidak
lebih banyak secara menyolok dibandingkan hasil non-hibrida
(Sumarno, 2007).
Mengingat cukup besarnya kebutuhan beras tersebut dan makin
menyempitnya lahan pertanian, khususnya lahan sawah, maka diperlukan
teknologi yang mampu memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
alternatif yang dapat dipakai dalam usaha untuk meningkatkan produksi
beras adalah melalui penggunaan benih padi hibrida. Keunggulan benih padi
hibrida ini merupakan ungkapan gejala heterosis yang terdapat pada hasil
dan komponen hasil, pertumbuhan vegetatif, sistem perakaran, aktivitas
akar, kemampuan beradaptasi serta umur panen. Selain itu padi hibrida
mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan yang biasanya tidak dimiliki
oleh padi konvensional yaitu kualitas gabah dan umur yang hampir sama
dengan IR 64 (berumur antara 115 - 120 hari dengan kadar amilosa
25 - 27 %), toleran terhadap serangan hama dan penyakit utama seperti
wereng coklat dan BLB dan mempunyai berat 1000 biji sekitar 25 gram
(Anonim, 2010).
Menurut Virmani (1994) dalam Sukirman (2005), produksi padi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan varietas hibrida dengan memanfaatkan
gejala heterosis yang mampu meningkatkan potensi hasil 15-20% lebih
tinggi daripada varietas inbrida. Cina adalah negara pertama di dunia yang
menggunakan padi hibrida secara komersial pada tahun 1976. Di negara
tersebut, luas areal pertanaman padi hibrida mencapai 17 juta ha dengan
rata-rata hasil 6-7ton/ha. Sebagai dampaknya produksi padi di Cina
meningkat dari 136,9 juta ton pada tahun 1978 menjadi 169,1 juta ton pada
tahun 1988.
Padi adalah tanaman menyerbuk sendiri sehingga secara alami
kondisinya adalah homozygot-homogen, sedangkan kondisi tanaman hibrida
adalah heterozygot-homogen, atau dalam individu tanaman yang sama
konstruksi gen bersofat heterozygot, sedangkan antar individu tanaman
dalam populasi yang sama bersifat homogen. Hal ini membedakan antara
padi hibrida dengan padi inbrida. Pada padi inbrida, kondisi tanaman
bersifat homozygot-homogen yang memang merupakan sifat alami padi
pada umumnya. Empat landasan utama dalam mengambil keputusan untuk
membentuk varietas hibrida adalah :
a. Mekanisme genetik untuk menangani persilangan buatan dalam skala
besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Teknik perbanyakan yang mudah dan murah
c. Teknik perbanyakan (produksi) benih yang ekonomis
d. Produksi hibrida yang dilepas harus mempunyai keunggulan dibanding
varietas lainnya (Satoto dan Suprihanto, 2008).
Menurut Satoto (2007), peneliti padi hibrida pada Balai Besar
Penelitian Padi (BBP Padi), secara teknis ada lima kunci utama agar
pengembangan padi hibrida berhasil. Kelima kunci tersebut adalah varietas
yang cocok, benih yang bermutu, teknologi budidaya yang tepat, wilayah
yang sesuai dan respon petani. Sebenarnya setiap varietas padi hibrida
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam berproduksi. Varietas
yang cocok dikembangkan di wilayah yang satu belum tentu cocok di
wilayah yang lain. Dengan kata lain, varietas padi hibrida memiliki sifat
spesifik lokasi. Ketahanan terhadap hama penyakit dan memiliki mutu beras
padi hibrida juga beragam. Karena itu pengembangan varietas hibrida untuk
sekarang ini sebaiknya dilakukan terbatas pada daerah yang tidak termasuk
daerah endemik hama dan penyakit. Arah dan sasaran utama perakitan
varietas padi hibrida ke depan adalah untuk menghasilkan varietas yang
benar-benar adaptif di Indonesia, tahan terhadap berbagai hama dan
penyakit utama dengan mutu beras yang lebih baik.
Padi hibrida juga berpotensi dikembangkan untuk dapat mengatasi
kemandekan produktivitas padi saat ini. Padi hibrida dihasilkan melalui
pemanfaatan fenomena heterosis turunan pertama (F1) dari hasil persilangan
antara dua induk yang berbeda. Fenomena heterosis tersebut menyebabkan
tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak dan malai
lebih lebat sekitar 1t/ha lebih tinggi daripada varietas unggul biasa (inbrida).
Namun keunggulan tersebut, tidak diperoleh pada populasi generasi kedua
(F2) dan berikutnya. Oleh karena itu produksi benih F1 dalam
pengembangan padi hibrida memegang peran penting dan strategis
(Las Irsal et all, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
In crop breeding, the use of hybrid vigour in first-generation seeds (or F1) is well known. However, until about 30 years ago, its application in rice was limited because of the self-pollination character of that crop. Then, in 1974, Chinese scientists successfully transferred the male sterility gene from wild rice to create the cytoplasmic genetic male-sterile (CMS) line and hybrid combination. The first generation of hybrid rice varieties are three-lines hybrids and produce yields that are about 15 to 20 percent greater than those of improved or high-yielding varieties of the same growth duration. Developments in hybrid rice technology have resulted in two-lines hybrids with yield advantages of 5 to 10 percent over those of the equivalent three-lines hybrids. In China, the area under hybrid rice production is now about 15 million ha, and accounted for about 50 percent of the total rice area in 1995.
Dalam pemuliaan tanaman, penggunaan vigor hibrida pada benih
generasi pertama (F1) baik diketahui. Namun, sampai sekitar 30 tahun yang
lalu, aplikasi benih ini terbatas karena karakter diri penyerbukan tanaman
itu. Kemudian pada tahun 1974, ilmuwan Cina berhasil mentransfer gen
sterilitas jantan dari padi liar untuk menciptakan cytoplasmic genetic male-
sterile (CMS) dan kombinasi hibrida. Generasi pertama padi hibrida adalah
tiga baris hibrida dan menghasilkan hasil sekitar 15-20 persen lebih besar
daripada varietas lain. Perkembangan teknologi padi hibrida telah
menghasilkan dua baris hibrida dengan keunggulan hasil 5-10 persen dari
produksi sebelumnya. Di Cina, daerah yang menggunakan padi hibrida,
produksinya sekarang mencapai 15 juta ha dan menyumbang 50 persen dari
total padi di daerah pada tahun 1995 (FAO, 2004).
6. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida adalah
sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi hibrida yang
disalurkan oleh pemerintah secara gratis kepada petani (kelompok tani)
yang telah ditetapkan. Tujuan dari BLBU padi hibrida antara lain : untuk
meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas
unggul bermutu, meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas
unggul bermutu dan mendukung peningkatan produktivitas dan produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
padi. Selain itu, sasaran dari program BLBU padi hibrida antara lain :
meningkatnya penggunaan benih varietas unggul bermutu padi hibrida serta
meningkatnya produktivitas dan produksi pertanaman padi untuk
mendukung peningkatan ketahanan pangan (Departemen Pertanian, 2010).
B. Kerangka Berpikir
Penggunaan benih padi hibrida merupakan salah satu upaya pemerintah
Karanganyar untuk meningkatkan kualitas padi unggul sehingga terjadi
peningkatan pada pendapatan petani. Penggunaan benih padi hibrida diarahkan
agar para petani mau beralih dari menggunakan benih padi lokal ke benih padi
hibrida, karena padi hibrida mempunyai beberapa keunggulan, antara lain hasil
yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul biasa dan vigor lebih baik
sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.
Penggunaan benih padi hibrida dalam kehidupan petani akan
menimbulkan sikap dan kepuasan pada masing-masing petani dengan intensitas
yang berbeda-beda. Sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan
seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu
dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif
terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana
seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap
(Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida didefinisikan
sebagai respon petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Pengetahuan petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida meliputi tujuan, manfaat dan kualitas padi
hibrida. Sikap petani tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing petani
mengenai kepuasan pada penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida dan kemanfaatan bagi petani pada umumnya. Hasil akhir dari
pemikiran petani dalam merespon penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida adalah petani akan bersikap mencoba
menggunakan atau ragu-ragu menggunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Variabel-variabel yang berhubungan dengan sikap seseorang yang
relevan terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida adalah pengalaman berusahatani, pengaruh orang lain, pendidikan
formal dan non formal, tingkat penggunaan media massa serta tingkat
pengaruh kepercayaan. Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan secara
sistematis sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Variabel-Variabel Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
C. Hipotesis
Diduga ada hubungan signifikan antara pengalaman berusahatani,
pengaruh orang lain, pendidikan formal dan pendidikan non formal, tingkat
penggunaan media massa serta tingkat pengaruh kebudayaan dengan sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
D. Pembatasan Masalah
1. Responden penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani di
Kecamatan Karanganyar.
Sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida Y1 § Tujuan penggunaan padi hibrida (Y1.1) § Hasil penggunaan padi hibrida (Y1.2) § Kualitas padi hibrida (Y1.3)
1. Tingkat Pengalaman berusahatani (X1)
2. Tingkat Pengaruh Orang Lain (X2) a. Tingkat pengaruh PPL (X2.1) b. Tingkat pengaruh keluarga (X2.2) c. Tingkat pengaruh petani lain (X2.3) d. Tingkat pengaruh aparat desa
(X2.4)
5. Tingkat Penggunaan Media Massa (X5)
4. Tingkat Pendidikan Non Formal (X4)
3. Tingkat Pendidikan Formal (X3)
6. Tingkat Pengaruh Kepercayaan (X6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Walaupun dimungkinkan ada hubungan timbal balik antara faktor-faktor
yang berhubungan dengan sikap petani terhadap Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) Padi Hibrida, namun pada penelitian ini hanya mempelajari
hubungan searah yaitu antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap
dan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1) Definisi Operasional
a. Variabel-variabel yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor
mempengaruhi pola perilaku petani sehingga dapat membentuk sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida adalah :
1) Tingkat pengalaman berusahatani adalah lamanya responden
berusahatani mengikuti program BLBU padi hibrida (dinyatakan
dalam tahun).
2) Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran,
ajakan bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap
penting, seperti : keluarga, PPL, petani dan aparat desa diukur dengan
banyaknya frekuensi memperoleh informasi atau saran tentang
pertanian.
3) Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah
ditempuh oleh responden di bangku sekolah, yang diukur dengan
sejauh mana responden duduk dibangku sekolah.
4) Tingkat pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh
responden di luar pendidikan formal (kursus, pelatihan ataupun
penyuluhan-penyuluhan) diukur dengan banyaknya frekuensi
responden dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan dalam
satu tahun.
5) Tingkat penggunaan media massa adalah, frekuensi petani dalam
mengakses informasi seputar pertanian baik menggunakan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
cetak maupun elektronik (tv, radio, surat kabar, majalah, internet)
dalam satu bulan diukur dengan banyaknya frekuensi responden
mengakses informasi melalui media massa dan kandungan isi materi
dari media massa yang di akses.
6) Tingkat pengaruh kepercayaan merupakan tradisi atau kebiasaan yang
sudah melekat pada diri responden sejak dulu, dan mempengaruhi
pola pikir petani dalam budidaya padi terdiri diukur dengan sering
tidaknya responden melakukan tradisi kepercayaaan, seperti upacara
selamatan sebelum dan sesudah panen, rasulan, tirakat, bersih desa
serta penggunaan tanda-tanda alam untuk menentukan musim tanam
padi.
b. Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida diartikan sebagai
tanggapan atau respon evaluatif petani responden terhadap segala bentuk
kegiatan penggunaan benih padi hibrida dalam BLBU Padi Hibrida,
meliputi tiga komponen, yaitu :
1. Komponen kognitif dilihat dari pengetahuan responden tentang tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan atau
ingin dihasilkan, implikasi atau hal-hal yang perlu dilakukan sebagai
pemanfaatan hasil melalui penggunaan benih padi hibrida dalam
BLBU Padi Hibrida.
2. Komponen afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan
rasa senang atau tidak senang terhadap penggunaan benih padi
hibrida, yaitu dapat dilihat dari kualitas padi hibrida. Kualitas padi
hibrida merupakan ukuran nilai lebih atau kurang (baik buruknya padi
hibrida) yang diperoleh petani saat menggunakan padi hibrida.
3. Komponen konatif merupakan kecenderungan bertindak dari petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hasil merupakan keadaaan akhir dari penggunaan benih padi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
hibrida yang telah dicapai yang dapat dirasakan dan dinikmati serta
bermanfaat terhadap petani.
Responden kemudian diminta untuk memberikan respon berupa
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap
pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Pertanyaan yang berupa sikap
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju dilihat dari
pengetahuan responden tentang : (1) Tujuan penggunaan benih padi
hibrida (2) Hasil dari penggunaan padi hibrida (3) Kualitas padi hibrida
yang dilihat dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan
konasi, yang kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert. Untuk
itu dibedakan menjadi dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif
yang berupa pernyataan yang setuju dan mendukung terhadap adanya
benih padi hibrida, diberi skor 5 apabila sangat setuju terhadap
penggunaan benih padi hibrida; skor 4 setuju; skor 3 netral; skor 4 tidak
setuju dan skor 1 sangat tidak setuju terhadap BLBU Padi Hibrida.
Sedang pernyataan yang bersifat negatif yang berupa pernyataan yang
tidak setuju terhadap adanya penggunaan benih padi hibrida. Pemberian
skor untuk pernyataan negatif adalah kebalikan dari pernyataan positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Pengukuran Variabel
a. Variabel yang berhubungan dengan sikap
Variabel yang berhubungan dengan sikap antara lain tingkat
pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat
pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat penggunaan
media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan.
Tabel. 2.1 Variabel yang berhubungan dengan sikap
Variabel Indikator Skor Kategori 1. Tingkat
Pengalaman Berusaha Tani
2. Tingkat Pengaruh
Orang Lain a. Tingkat
pengaruh PPL b. Tingkat
pengaruh keluarga
c. Tingkat pengaruh petani lain
d. Tingkat pengaruh aparat desa
3. Tingkat Pendidikan
Formal
Lamanya keikutsertaan penggunaan benih padi hibrida Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh responden di bangku sekolah
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
3 tahun 2 tahun 1 tahun < 1 tahun Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah D3-Sarjana SMA SMP SD Tidak tamat SD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4. Tingkat Pendidikan Non Formal
5. Tingkat
Penggunaan Media Massa
6. Tingkat Pengaruh
Kepercayaan
Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan dalam setahun Frekuensi responden mengikuti kegiatan pelatihan di bidang pertanian dalam setahun Frekuensi petani mengakses informasi seputar pertanian melalui media cetak atau elektronik (TV, radio, surat kabar, majalah, internet) dalam satu bulan Isi materi yang terkandung dalam informasi yang diakses dari media massa Sering tidaknya melakukan tradisi kepercayaan (upacara selamatan sebelum penanaman padi dan setelah panen) Banyaknya partisipasi petani dalam membantu petani lain pada saat bercocok tanam
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
> 10 kali (aktif) 9-7 kali (sering) 6-4 kali (jarang) 3-2 kali (pernah) Tidak pernah > 10 kali (aktif) 9-7 kali (sering) 6-4 kali (jarang) 3-2 kali (pernah) Tidak pernah > 4 jenis 3 jenis 2 jenis 1 jenis Tidak menggunakan Sangat bermanfaat Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat Sangat tidak bermanfaat Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah > 20 orang 15 orang 10 orang 5 orang Tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Padi Hibrida
Sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida di lihat dari tujuan
penggunaan benih padi hibrida, hasil penggunaan benih padi hibrida dan
kualitas benih padi hibrida.
Tabel 2.2 Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida
Variabel Indikator 1. Tujuan Penggunaan
Padi Hibrida
2. Hasil
3. Kualitas
a. Penilaian petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida
b. Penilaian petani terhadap benih padi hibrida
a. Penilaian petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida a. Penilaian petani terhadap nilai lebih yang diperoleh dari penggunaan
benih padi hibrida b. Penilaian petani terhadap kekurangan dari padi hibrida c. Penilaian petani terhadap perilaku/kecenderungan bertindak dalam
menggunakan benih padi hibrida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Menurut Singgih dalam Suyanto dan Sutinah (2006), metode dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang melibatkan lima komponen
informasi ilmiah yaitu teori, hipotesis, observasi, generalisasi empiris dan
penerimaan atau penolakan hipotesis. Mengandalkan adanya populasi dan
teknik penarikan sampel. Kemudian menggunakan kuisioner untuk
mengumpulkan datanya. Selanjutya mengemukakan variabel penelitian dalam
analisis datanya dan yang terakir berusaha menghasilkan kesimpulan secara
umum, baik yang berlaku untuk populasi dan/atau sampel yang diteliti.
Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survai
yaitu penelitian dengan cara pengambilan sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dan menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis
(Singarimbun dan Effendi, 2006).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive) yaitu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Karanganyar dengan pertimbangan
bahwa di Kecamatan Karanganyar masih sedikit kelompok tani yang
menerapkan padi hibrida, selain itu jumlah kelompok tani yang mengikuti
program BLBU padi hibrida setiap tahun mengalami penurunan karena
rendahnya minat petani untuk beralih menggunakan benih padi hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 3.1 Data Kelompok Tani Kecamatan Karanganyar Pada Program BLBU Padi Hibrida.
No. Kelurahan Kelompok Tani Jumlah Anggota
Tahun 2008 2009 2010
1. Lalung Rukun Tani I Rukun Tani II Rukun Tani III Rukun Tani IV Rukun Tani V
265 190 190 276 173
- - - - v
- - v v -
- - - - -
2. Bolong Makaryo Tani I Makaryo Tani II Makaryo Tani III Makaryo Tani IV Makaryo Tani V
164 149 260 260 193
- v - - -
v - - - -
- - v - -
3. Jantiharjo Mahargyo Tani I Mahargyo Tani II Mahargyo Tani III Mahargyo Tani IV Mahargyo Tani V
116 150 140 198 148
- - v - -
- - - v -
- - - - -
4. Tegalgede Makarti Tani I Makarti Tani II Makarti Tani III Makarti Tani IV
150 160 134 144
v v v v
v v v v
- - - -
5. Jungke Sido Makmur I Sido Makmur II Sido Makmur III Sido Makmur IV
115 130 143 113
- - - v
- - - -
- v - -
6. Cangakan Ngudi Makmur I Ngudi Makmur II Ngudi Makmur III Ngudi Makmur IV
158 121 127 115
- - - -
v - - -
- - - -
7. Bejen Marbakti Tani I Marbakti Tani II Marbakti Tani III
190 175 175
v - -
- v -
- - -
8. Popongan Ngudi Mulyo I Ngudi Mulyo II Ngudi Mulyo III Ngudi Mulyo IV
290 272 160 172
- - - -
- - v -
- - - -
9. Gayamdompo Rukun Tani I Rukun Tani II Rukun Tani III Rukun Tani IV Rukun Tani V
272 270 270 166 167
- v - - -
- - - v -
v - - - -
10. Delingan Tani Makmur I Tani Makmur II Tani Makmur III Tani Makmur IV
145 168 163 138
- - - -
v - - -
- - - -
11. Gedong Subur Makmur I Subur Makmur II Subur Makmur III Subur Makmur IV
175 183 188 181
- - - -
- - v -
- - v -
Sumber : Data BPP Kecamatan Karanganyar
Keterangan :
§ Tidak Mengikuti Program BLBU Padi Hibrida ( - ) § Mengikuti Program BLBU Padi Hibrida ( v )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu, keadaan atau gejala yang
dijadikan obyek penelitian. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit
analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang telah mengikuti program
BLBU padi hibrida.
b. Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel wilayah (area sampling), yaitu pengambilan sampel
berdasarkan peta atau potret udara yang cukup jelas dan terinci dari
wilayah yang akan diteliti.
Tahap-tahap penentuan sample adalah :
1) Menyusun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah
2) Menentukan wilayah yang akan dijadikan populasi yaitu Kecamatan
Karanganyar
3) Menentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitian,
yaitu 6 desa. Sampel penelitian diambil berdasarkan letak wilayah
yang berdekatan dengan pusat kota sampai pelosok.
4) Memilih beberapa kelompok tani untuk dijadikan sampel dengan cara
proporsional random sampling, yaitu pengambilan responden dengan
menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau
kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2001).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Untuk
mengetahui jumlah sampel secara proporsional digunakan dengan
rumus sebagai berikut :
ni = nNnk
dimana :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
ni : Jumlah sampel dari masing-masing kelompok tani
nk : Jumlah petani dari masing-masing kelompok tani
N : Jumlah populasi atau jumlah petani seluruh kelompok tani
n : Jumlah petani responden yang diambil sebanyak 50 petani
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan rumus
diatas adalah :
Tabel 3.2 Data jumlah sampel sasaran kelompok tani Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
No. Desa Nama Kelompok Jml Anggota
Kel Tani
Jml Peserta Program
BLBU Sampel
1. Lalung Rukun Tani V 173 42 7 2. Gayamdompo Rukun Tani II 270 66 11 3. Tegalgede Makarti Tani II 160 42 7 4. Popongan Ngudi Mulyo III 160 42 7 5. Bolong Makaryo Tani III 260 60 10 6. Gedong Subur Makmur III 188 48 8
Jumlah 1.211 299 50
Sumber : Data BPP Kecamatan Karanganyar
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan
wawancara dengan menggunakan kuisioner sebagai alatnya. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tingkat pengalaman berusahatani,
tingkat pengaruh orang lain, tingkat pengaruh kebudayaan, tingkat
penggunaan media massa, tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan
non formal serta sikap responden terhadap Bantuan Langsung Bening
Unggul (BLBU) Padi Hibrida itu sendiri.
2. Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau
lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara mencatat langsung
data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data monografi daerah penelitian,
daftar kelompok tani yang menjadi responden dan data-data yang berkaitan
dengan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
D. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalan penelitian ini menggunakan cara-cara
sebagai berikut :
1. Wawancara adalah pengumpulan data primer dan sekunder dengan
mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada responden
dengan menggunakan pedoman kuisioner.
2. Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung kepada objek yang diteliti.
3. Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mengutip dan mencatat
sumber-sumber informasi dari pustaka, internet, maupun instansi-instansi
yang terkait dengan penelitian ini.
E. Metode Analisis
Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan skala Likert.
Menurut Mueller (1996), mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk
menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat
positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Dalam penskalaan
Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk
pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap diantaranya tingkat
pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat pendidikan
formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat penggunaan media massa dan
tingkat pengaruh budaya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dibagi
menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk,
begitu pula untuk sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada
program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida dibagi
menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk.
Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval kelas,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kelas kategori : kelasjumlah
terendahnilaitertingginilai -
Karena ukuran asosiasi yang ada pada variabel X dan Y adalah diukur
dengan skala ordinal dan obyek-obyeknya dapat diranking dalam rangkaian
berurut, maka untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap petani dan sikapnya terhadap penggunaan benih
padi hibrida pada program Bantuan Langsung Beenih Unggul (BLBU) padi
hibrida dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman
(Siegel, 1997) :
rs = 1 - NN
din
t
-
å-
31
26
Keterangan : rs = koefisien korelasi rang spearman
N = jumlah sampel petani
di = selisih ranking antara faktor pembentuk sikap petani
dengan sikap petani terhadap BLBU padi hibrida
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena
sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95%
dengan rumus (Siegel, 1997) :
t = rs 2)(1
2
rs
N
--
Kesimpulan :
1. Jika t hitung ³ t tabel (a = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan
signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dan sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar.
2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan
sikap dan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
Kecamatan Karanganyar merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar. Jarak Kecamatan Karanganyar dari Ibukota
Kabupaten 1 km arah timur. Kecamatan Karanganyar terdiri dari 12 kelurahan
yaitu: Lalung, Bolong, Jantiharjo, Tegalgede, Jungke, Cangakan, Karanganyar,
Bejen, Popongan, Gayamdompo, Delingan dan Gedong. Adapun batas wilayah
kecamatan Karanganyar yaitu sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Mojogedang
Sebelah Timur : Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Jumantono
Sebelah Barat : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Jaten
Suhu rata-rata Kecamatan Karanganyar adalah 35º-50°C dengan banyak
curah hujan sebesar 1.335 mm/tahun, ketinggian rata-rata 320 m di atas
permukaan laut. Kecamatan Karanganyar mempunyai potensi untuk
pengembangan tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
Potensi lain yang juga sedang dikembangkan adalah ternak besar (ternak sapi
dan ternak kerbau), ternak kecil (ternak kambing, ternak babi dan ternak
kelinci), serta unggas seperti ayam, itik dan puyuh.
Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah 4.302,6382 hektar yang
terdiri dari luas tanah sawah 7.784,90 hektar dan luas tanah kering 2.585,74
hektar. Adapun pembagian luas wilayah Kecamatan Karanganyar sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Karanganyar No. Jenis Tanah Luas (ha) Persen (%) 1. Tanah Sawah
a. Irigasi teknis b. Irigasi setengah teknis c. Irigasi sederhana d. Tadah hujan
2.126,58 1.342,99
618,41 119,33 45,85
27,02 17,06
7,86 1,51 0,58
2. Tanah Kering a. Pekarangan b. Perkebunan c. Hutan d. Lain-lain
5.743,11 5.117,24
122,00 117,00 386,87
72,98 65,02
1,56 1,49 4,92
Jumlah 7.869,69 100
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Dalam suatu masyarakat jumlah penduduk menurut umur diperlukan
untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja
atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan
jumlah penduduk non produktif. Keadaan penduduk berdasarkan
produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang dimiliki seseorang
pada saat itu, sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Kabupaten
Karanganyar dapat diketahui sebagai berikut :
Tabel 4.2. Penduduk Kecamatan Karanganyar menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No. Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persen (%) 1. 0-5 11.093 14,39 2. 6-16 7.868 10,20 3. 17-25 15.963 20,70 4. 26-55 34.086 44,20 5. 56 tahun ke atas 8.105 10,51
Jumlah 77.115 100
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Tabel 4.2 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban
Tanggungan (ABT) di Kecamatan Karanganyar. Jumlah penduduk usia non
produktif adalah 27.066 jiwa dan penduduk usia produktif adalah 50.049
jiwa. Angka Beban Tanggungan penduduk Kecamatan Karanganyar dapat
diketahui melalui rumus berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
ABT = 100Xproduktifusiapenduduk
produktifnonusiapenduduk
SS
ABT = 100 50.049
066.27X
ABT = 54,08 ≈ 54
Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) pada
Tabel 4.2, dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar
54. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 54
penduduk usia non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok
non produktif dan jumlah kelompok produktif berarti semakin besar beban
tanggungan bagi kelompok yang produktif. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap proses pembangunan perekonomian yang sedang dijalankan pada
suatu daerah.
2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk
laki-kaki dan perempuan. Penduduk Kecamatan Karanganyar berjumlah
77.115 jiwa, yang terdiri dari 38.242 penduduk laki-laki dan 38.873
penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersebut, maka dapat dihitung sex
ratio. Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah
penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex
ratio sama dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan
jumlah penduduk perempuan. Dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Adapun
perhitungan sex ratio adalah sebagai berikut :
37,98100873.38242.38
100 ==-
= xxuanudukPerempJumlahPendlakiudukLakiJumlahPend
SexRatio
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar
98,37. Artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
orang penduduk laki-laki. Selisih antara penduduk laki-laki dan perempuan
tidak begitu mencolok. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan yang hampir sama ini menunjukkan adanya pembagian
pekerjaan dalam bidang pertanian. Penduduk perempuan biasanya mendapat
pembagian pekerjaan dalam hal penanaman, penyiangan dan pemanenan.
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kualitas
penduduk di wilayah tersebut dan dapat dijadikan indikator pertumbuhan
pembangunan suatu wilayah. Karena dengan meningkatnya jumlah
penduduk yang berpendidikan tinggi diharapkan dapat menjadi pendorong
pembangunan daerah setempat. Pendidikan akan memberikan pengaruh
yang besar pada usaha peningkatan sumber daya manusia yang merupakan
pelancar pembangunan. Selain itu, tingkat pendidikan secara umum dapat
digunakan sebagai acuan penentuan pekerjaan karena biasanya semakin
tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan dan kemampuan seseorang
akan tinggi. Keadaan penduduk Kecamatan Karanganyar menurut tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persen )%) 1 Belum Sekolah 9.159 24,43 2 Tidak Tamat Sekolah Dasar 2.703 7,21 3 Tamat SD/sederajat 9.521 25,40 4 Tamat SLTP/sederajat 7.237 19,31 5 6 7
Tamat SLTA/sederajat Tamat Akademi/sederajat Tamat Perguruan Tinggi/sederajat
5.438 1.709 1.717
14,51 4,56 4,58
Jumlah 37.484 100
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan
Karanganyar sebagian besar 25,40 persen berpendidikan tamat SD,
sedangkan yang lain berturut-turut adalah belum sekolah sebesar
24,43 persen, tamat SLTP sebesar 19,31 persen, tamat SLTA sebesar
14,51 persen, tidak tamat SD sebesar 7,21 persen, tamat perguruan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sebesar 4,58 persen dan tamat akademi sebesar 4,56 persen. Hal ini dapat
dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Karanganyar
tergolong rendah, karena kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya
pendidikan. Tingginya jumlah penduduk yang hanya tamat SD umumnya
terjadi karena ketidakmampuan dari segi biaya untuk melanjutkan kejenjang
yang lebih tinggi, selain itu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan. Dalam bidang pertanian, tingkat pendidikan
penduduk yang tergolong rendah akan berdampak pada sikapnya dalam
menerima inovasi pertanian.
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur
perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian
penduduk di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar bersifat
heterogen. Adapun keadaan penduduk menurut mata pecaharian Kecamatan
Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut :
Table 4.4. Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persen (%) 1. Petani 14.074 24,64 2. Buruh tani 7.351 12,87 3. Pengrajin/industri kecil/jasa 608 1,06 4. Karyawan swasta 13.033 22,82 5. Pertukangan 2.064 3,62 6. Pedagang/wiraswasta 5.905 10,34 7. Pengangkutan 383 0,67 8. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2.461 4,31 9. ABRI 550 0,96 10. Pensiunan (ABRI/PNS) 973 1,70 11. Peternak 6.681 11,59 12. Nelayan/lainnya 3.094 5,42
Jumlah 57.114 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
penduduk Kecamatan Karanganyar bekerja pada sektor pertanian, baik
sebagai petani (24,64 persen) maupun buruh tani (12,87 persen). Jenis
pekerjaan lain memiliki persentase yang lebih kecil berturut-turut yaitu;
karyawan swasta 22,82 persen, buruh tani 12,87 persen, peternak 11,59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
persen, wiraswasta/ pedagang 10,34 persen, nelayan/lainnya 5,42 persen,
PNS 4,31 persen, pertukangan 3,62 persen, pensiunan 1,70 persen,
pengrajin/industri kecil/jasa 1,06 persen, ABRI 0,96 persen dan ABRI 0,96
persen. Berdasarkan persentase tersebut, dapat disimpulkan bahwa mata
pencaharian sebagai petani atau buruh tani di Kecamatan Karanganyar
masih banyak ditekuni oleh penduduk, hal ini disebabkan karena di
Kecamatan Karanganyar memiliki lahan pertanian yang cukup luas
disamping keadaan tanah dan irigasi yang mendukung. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi masyarakat
untuk menggantungkan hidupnya dalam mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari.
C. Keadaan Pertanian
Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor
pertanian karena sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian
sebagai petani, selain itu pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk
menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada
pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah
lainnya. Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan
ketersediaan lahan pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat
guna dan sumber daya manusia yang handal. Kecamatan Karanganyar
memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian karena kondisi alam yang
mendukung.
Table 4.5. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No. Tanaman Luas Panen (ha) Rata-Rata Produksi (Ton) 1. Padi 680 5,5 2. Jagung 168 4,5 3. Kacang tanah 584 2,1 4. Sayuran 6 3,5 5. Buah-buahan 175 9
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui komoditas pertanian yang terdapat
di Kecamatan Karanganyar adalah padi, jagung, kacang tanah, sayuran dan
buah-buahan. Padi merupakan komoditas pertanian yang paling banyak
ditanam oleh petani yaitu pada lahan seluas 680 ha dengan rata-rata produksi
sebesar 5,5 ton. Komoditas paling banyak kedua yang ditanam oleh petani
yaitu kacang tanah pada lahan seluas 584 ha dengan rata-rata produksi 2,1 ton.
Komoditas paling banyak ketiga yang ditanam oleh petani yaitu buah-buahan
pada lahan seluas 175 ha dengan rata-rata produksi 9 ton. Luas usahatani akan
mempengaruhi besarnya jumlah produksi suatu komoditas tanaman, dimana
semakin luas lahan maka jumlah produksi akan semakin besar.
D. Keadaan Sarana Perekonomian
Keberadaan sarana perekonomian merupakan suatu hal yang dibutuhkan
untuk mendukung kegiatan perekonomian penduduk pada suatu wilayah
tertentu. Sarana perekonomian yang terdapat dalam suatu wilayah akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah gambaran sarana
perekonomian di Kecamatan Karanganyar
Tabel 4.6. Keadaan Lembaga Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010.
No. Jenis Lembaga Jumlah (unit) 1. Koperasi
a. Koperasi Simpan Pinjam b. Koperasi Unit Desa (KUD) c. BKK d. BPKD e. Koperasi Produksi f. Koperasi Lainnya
90 1 1 1 3
39 2. Pasar Selapan/Umum
a. Umum b. Hewan
5 1
3. Pasar Tanpa Bangunan Semi Permanen 5 4. Toko/Kios/Warung 980 5. Bank 13 6. Lumbung Desa 12 7. Stasiun Bus 1 8. Telepon Umum 5
Jumlah 1.157
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang
terdapat di Kecamatan Karanganyar cukup lengkap mulai dari pasar hingga
terdapatnya stasiun bus. Sarana perekonomian yang terbanyak adalah
toko/kios/warung sebanyak 980 unit yang tersebar setiap Kelurahan di
Kecamatan Karanganyar. Kecamatan Karanganyar mempunyai koperasi yang
terdiri dari koperasi simpan pinjam 90 unit, koperasi unit desa (KUD) 1 unit,
BKK 1 unit, BPKD 1 unit, koperasi produksi 3 unit dan koperasi lainnya 19
unit. Selain koperasi, Kecamatan Karanganyar terdapat 11 pasar, terdiri dari
pasar umum sebanyak 5 unit, pasar hewan sebanyak 1 unit dan pasar tanpa
bangunan semi permanen sebanyak 5 unit. Untuk memudahkan masyarakat
menabung, kecamatan Karanganyar memiliki 13 unit bank. Selain itu terdapat
12 unit lumbung desa, 5 unit telepon umum dan 1 unit stasiun bus.
Lembaga perekonomian di Kecamatan Karanganyar dapat dikatakan
cukup berkembang mengingat ini adalah sebuah kecamatan pada pusat kota
yang ditunjang dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pendidikan
yang cukup tinggi, sehingga menunjang kegiatan perekonomian di daerah
tersebut. Penduduk setempat juga lebih dimudahkan karena hanya perlu
menempuh jarak yang cukup dekat untuk memenuhi kebutuhan perekonomian.
E. Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida merupakan
sejumlah bantuan benih unggul padi hibrida yang disalurkan oleh pemerintah
pusat melalui pemerintah daerah dan diberikan secara gratis kepada kelompok
tani. Program BLBU padi hibrida dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar mulai tahun 2008 sampai tahun 2010. Pada tahun
2008 terdapat 10 kelompok tani dan tahun 2009 terdapat 13 kelompok tani
yang mengikuti program BLBU padi hibrida. Terjadinya peningkatan jumlah
peserta karena pada tahun 2008 terjadi peningkatan hasil produksi padi hibrida.
Dengan adanya bukti nyata maka pada tahun 2009 jumlah peserta BLBU padi
hibrida meningkat, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah peserta
BLBU padi hibrida. Hal ini disebabkan karena varietas yang digunakan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tahun 2010 tidak sama dengan varietas yang digunakan pada tahun 2008.
Varietas yang digunakan pada tahun 2008 yaitu arize dan bernas, sedangkan
varietas yang digunakan pada tahun 2010 yaitu intani. Varietas intani hasilnya
lebih rendah daripada varietas arize dan bernas, karena varietas intani tidak
toleran terhadap hama penyakit, sehingga untuk tahun 2011 program BLBU
padi hibrida sudah tidak dilakukan di Kecamatan Karanganyar karena petani
atau kelompok tani tidak tertarik dengan benih yang ditawarkan. Petani atau
kelompok tani lebih tertarik menggunakan varietas arize dan bernas karena
berumur antara 115 – 120, toleran terhadap hama penyakit dan hasil produksi
yang lebih tinggi dibandingkan padi inbrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Program BLBU Padi Hibrida
Program BLBU padi hibrida adalah sejumlah benih padi hibrida yang
disalurkan oleh pemerintah secara gratis kepada petani atau kelompok tani
yang telah ditetapkan. Program BLBU padi hibrida di laksanakan di
Kecamatan Karanganyar mulai tahun 2008-2010, dengan tujuan meringankan
beban petani dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas unggul bermutu
dan meningkatkan kesadaran petani dalam penggunaan benih varietas unggul
bermutu sehingga terjadi peningkatan hasil produksi padi.
Tahun pertama program BLBU padi hibrida dijalankan petani merespon
baik, karena petani mempunyai harapan dengan adanya program BLBU padi
hibrida dapat meningkatkan hasil produksi. Petani merasa senang diberi
bantuan benih padi hibrida, karena di pasaran harga benih padi hibrida lebih
mahal dibandingkan harga benih padi inbrida. Harga benih padi hibrida
Rp 60.000,00 per kilogram sedangkan harga benih padi inbrida Rp 30.000,00-
Rp 40.000,00 per kilogram. Selain itu, varietas yang diberikan adalah varietas
arize dan bernas. Hasil produksi padi hibrida meningkat sekitar 4 ton/ha, dari 4
ton/ha menjadi 8 ton/ha, rasa nasi pulen, wangi dan tahan hama dan penyakit.
Petani merasa puas dengan hasil panen yang dicapai, sehingga untuk tahun ke
dua penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida terjadi
peningkatan jumlah peserta progam BLBU padi hibrida, dari 10 peserta
menjadi 14 peserta. Terjadinya peningkatan jumlah peserta program karena
petani melihat secara langsung keunggulan benih padi hibrida.
Tahun ke dua program BLBU padi hibrida, varietas yang diberikan
berbeda dengan tahun pertama yaitu varietas Intani 2. Hasil produksi yang
dihasilkan varietas intani sekitar 3 ton/ha, tetapi varietas ini tidak tahan hama
dan penyakit, serta rasa nasi tidak pulen. Sehingga untuk tahun ke tiga program
BLBU padi hibrida terjadi penurunan jumlah peserta program BLBU padi
hibrida, dari 14 peserta menjadi 4 peserta. Selain tidak tahan hama dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
penyakit, harga jual padi hibrida turun. Hal ini disebabkan karena persedian di
pasaran terbatas, sehingga petani menjadi rugi karena biaya produksi lebih
tinggi dibandingkan harga jual padi hibrida. Adapun perbedaan varietas bernas,
arize dan intani 2 dapat di lihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Perbedaan Varietas Bernas, Arize dan Intani II
No. Varietas Tahun Di Lepas
Umur (hari)
Potensi Hasil GKG
(ton/ha)
Rasa Nasi
Ketahanan Terhadap Hama
& Penyakit
Anjuran Tanam
1. Bernas 2006 111-112 10 Enak Agak tahan terhadap tungro dan HDB strain III, IV dan VIII
SDR-OPT
2. Arize 2003 108-129 10 Enak Tahan WCK biotipe 2 dan strain IV, VIII
SDR-OPT3
3. Intani II 2001 108-116 10 Enak Agak tahan WCK biotipe 3. Agak tahan HDB strain III, IV
SDR-OPT
Sumber : Balitbang Deptan 2007
Keterangan : § HDB = Hawar daun bakteri § WCK = Wereng coklat
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program BLBU padi
hibrida di Kecamatan Karanganyar tidak berhasil karena petani tidak mau
beralih menggunakan benih padi hibrida. Petani di Kecamtan Karanganyar mau
untuk menggunakan benih padi hibrida, tetapi dengan catatan menggunakan
varietas arize dan bernas.
B. Mekanisme Penyaluran BLBU Padi Hibrida
Mekanisme penyaluran BLBU diawali dari pengajuan pihak
kabupaten/kota dengan mengusulkan CPCL yang dikuatkan oleh SK Kepala
Dinas Pertanian pada Pemprov Jateng. Selanjutnya, Pemprov Jateng
memverifikasi CPCL tersebut hingga merekomendasikan CPCL yang akan
menjadi target penerima BLBU yang juga dikuatkan melalui SK Kepala Dinas
Pertanian setempat. Data CPCL selanjutnya diberikan pada PT Sang Hyang Sri
(SHS) dan PT Pertani dan tembusannya diberikan pada Dirjen Tanaman
Pangan Kementan. SHS dan Pertani adalah perusahaan yang mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
jatah untuk pengadaan dari berbagai jenis bibit, seperti padi non hibrida, padi
lahan kering, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai. Setelah itu, SHS dan
Pertani lah yang akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten/kota
untuk penyaluran BLBU yang telah ditetapkan besar luasan lahan yang akan
mendapatkan bantuan sesuai CPCL.
Sosialisaisi
Sosialisasi
Sosialisasi & Desiminasi
Rembuk
Gambar 5.1 Mekanisme Penetapan Kelompok Tani Penerimaan BLBU
C. Identitas Responden
Identitas responden penting untuk mengetahui sebagian dari latar
belakang kehidupan petani. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi
nama, jenis kelamin, umur, jumlah tanggungan keluarga dan status petani
dalam penguasaan lahan. Adapun identitas responden dapat dilihat pada tabel
5.2 sebagai berikut :
Dinas Propinsi
Dinas Kab/Kota
Kelompok Tani
Petani
Verifikasi & Persetujuan CPCL
Verifikasi & CPCL Secara Resmi
DITJEN Perjanjuan dg BUMN
Penyaluran Benih Sesuai CPCL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 5.2 Identitas Responden
No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki b. Perempuan
50 -
100
- 2. Umur
a. Usia Produktif (15-59 th) b. Usia Non Produktif (> 60 th)
48 2
96 4
3. Jumlah Anggota Keluarga Keluarga a. Sedikit (2-4 orang) b. Sedang (5-7 orang) c. Banyak (8-10 orang)
39 10 1
78 20 2
4.
Status Petani Dalam Penguasaan Lahan a. Penggarap b. Penyewa c. Pemilik dan Penggarap
8 23 19
16 46 38
Jumlah 50 100
Sumber : Analisis Data Primer
1. Jenis Kelamin
Semua responden dalam penelitian ini adalah laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak berperan di dalam kegiatan usahatani dibandingkan dengan
responden yang berjenis kelamin perempuan. Keadaan ini diperkuat bahwa
yang sering bekerja di sawah adalah responden laki-laki. Seperti pada Tabel
5.2 terlihat bahwa 100 persen responden adalah berjenis kelamin laki-laki.
Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan usahatani kaum laki-laki
selalu yang diandalkan dalam pengambil segala keputusan pada kegiatan
usahatani di Kecamatan Karanganyar.
2. Umur
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang produktif atau
tidak produktif, seseorang dikatakan produktif jika berumur antara 15-59
tahun dan dikatakan tidak produktif jika berumur antara 0-14 tahun dan 60
tahun ke atas. Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia responden terdiri
dari usia produktif dan usia non produktif. Sebanyak 48 responden atau 96
persen termasuk dalam usia produktif. Sedangkan untuk usia non produktif
yaitu 60 tahun ke atas sebanyak 2 responden atau 4 persen. Dengan melihat
kelompok umur responden di atas, maka dapat dikatakan sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
responden tergolong dalam usia produktif. Usia yang masih produktif
biasanya masih mempunyai semangat yang lebih besar dibandingkan usia
yang non produktif, sehingga usia produktif sangat potensial untuk lebih
meningkatkan peran sertanya dalam setiap kegiatan. Usia non produktif
masih aktif melakukan usahatani karena responden sudah terbiasa bekerja
sejak kecil, selain itu responden juga mencari kesibukan untuk
menghilangkan rasa jenuh. Kegiatan berusahatani wajar dilakukan oleh
responden yang berusia non produktif karena sudah menjadi rutinitas
sehari-hari, meskipun kegiatan yang dilakukan bersifat ringan, misalnya
mengawasi saluran air, mengirim makan, dan lain lain.
3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat produksi dan
pendapatan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi
biaya yang harus ditanggung oleh kepala keluarga. Namun, hal ini dapat
diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja yang lebih besar yang
bersumber dari dalam keluarga. Apabila semua anggota masih berada di
bawah umur angkatan kerja, maka beban biaya yang harus ditanggung oleh
kepala keluarga semakin besar.
Tabel 5.2 menunjukkan jumlah anggota keluarga responden sebagian
besar (78 persen) tergolong sedikit yaitu rata-rata 2-4 orang. Adapun sisanya
sebanyak 20 persen termasuk dalam kategori sedang dengan jumlah
rata-rata anggota keluarga 5-7 orang, dan sebanyak 2 persen tergolong
kategori banyak dengan jumlah anggota keluarga rata-rata sebanyak 8-10
orang. Sedikitnya tanggungan keluarga petani disebabkan karena sebagian
besar anak petani sudah bekerja di luar kota Karanganyar kemudian
menetap disana dan sudah menikah, sehingga tanggungan keluarga petani
semakin sedikit. Hal ini juga menunjukkan bahwa jumlah keluarga
mempengaruhi ekonomi keluarga responden. Masyarakat semakin sadar
bahwa biaya hidup semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh masing-masing anggota
keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4. Status Petani Dalam Penguasaan Lahan
Lahan sawah di Kecamatan Karanganyar sebagian besar merupakan
lahan milik pribadi. Hal ini dikarenakan bahwa kepemilikan lahan diperoleh
petani melalui pembagian warisan dari beberapa anggota keluarganya.
Status kepemilikan lahan pertanian terbagi menjadi tiga kategori yaitu
penyakap, penyewa serta pemilik dan penggarap. Status responden untuk
penggarap sebesar 16 persen, karena responden tidak mempunyai lahan
sendiri untuk melakukan usahatani dan tidak mempunyai modal untuk
menyewa lahan, sehingga responden menggarap sawah milik orang lain.
Status penyewa sebesar 46 persen, karena responden tidak mempunyai lahan
sendiri untuk melakukan usahatani sehingga menyewa lahan milik orang
lain. Selain itu responden menganggap lebih menguntungkan menyewakan
lahan sawahnya daripada dikerjakan sendiri, misalnya efisien tenaga kerja
karena tidak membutuhkan buruh tani untuk mengerjakan sawah.
Sedangkan untuk pemilik dan penggarap sebesar 38 persen, hal ini
disebabkan karena responden menganggap dirinya masih mampu untuk
mengerjakan lahan sawahnya sendiri dan menghemat biaya produksi.
Biasanya responden mengerjakan lahan sawah dibantu oleh kerabat dekat,
seperti anak, istri dan saudara dekat.
D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani merupakan
faktor-faktor yang berhubungan dengan respon petani terhadap penggunaan
benih padi hibrida di Kecamatan Karanganyar. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap meliputi tingkat pengalaman berusahatani, tingkat
pengaruh orang lain, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal,
tingkat penggunaan media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap maka
diperlukan indikator untuk mengukurnya. Tinggi rendahnya faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap dapat diketahui dari skor atas tanggapan atau
jawaban yang diberikan responden dari berbagai pertanyaan yang diajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berdasarkan kriteria yang digunakan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
sikap dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi
dan sangat tinggi.
1. Tingkat Pengalaman Berusahatani
Pengalaman merupakan suatu proses pendidikan di luar bangku
sekolah dan diperoleh dari suatu peristiwa-peristiwa yang dialami atau
keterangan yang bersumber dari petani lain, tetangga dan penyuluh. Selain
umur dan tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani sangat menentukan
langkah-langkah keputusan kearah yang lebih baik sehubungan dengan
usahanya. Seorang petani akan merubah sikapnya dalam bertindak
tergantung dari pengalaman yang diperoleh pada masa lalu. Dengan
demikian dapat diasumsikan bahwa semakin lama seseorang aktif dalam
berusahatani, maka akan cenderung semakin terampil dalam mengambil
keputusan yang tepat dalam mengelola usahataninya sehingga dapat
meningkatkan produksinya.
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman berusahatani
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situsasi yang
melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas. Pengalaman berusahatani responden antara lain dilihat dari
lamanya petani berusahatani dan lamanya responden mengikuti program
BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar. Pengalaman berusahatani
petani di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Berusahatani Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah - 0 2 Rendah 22 44 3 Sedang 26 52 4 Tinggi 2 4 5 Sangat Tinggi - 0
Jumlah 50 100
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa tingkat pengalaman
berusahatani responden termasuk kategori sedang. Petani yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tingkat pengalaman berusahatani dalam kategori sedang sebanyak 26 petani
atau 52 persen. Pengalaman berusahatani petani di Kecamatan Karanganyar
termasuk dalam kategori sedang karena, dalam penggunaan benih padi
hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar baru
dilaksanakan tiga tahun, yaitu pada tahun 2008-2010. Hal ini mempengaruhi
pengalaman berusahatani dalam menggunakan benih padi hibrida, sehingga
dalam pemenuhan usahatani petani masih banyak menggunakan benih padi
non hibrida. Semakin lama petani menjalankan usahataninya maka
pengalaman yang diperoleh semakin banyak, sehingga petani akan
memberikan respon positif terhadap penggunaan benih padi hibrida.
2. Tingkat Pengaruh Orang Lain
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting,
seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan
pendapat, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung
untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting (Azwar, 1995).
Tingkat pengaruh orang lain dalam penelitian ini adalah orang-orang
yang oleh petani dianggap penting sebagai panutan ataupun yang
berperanan dalam menunjang usaha tani yang dilakukan petani melalui
saran, ajakan atau bahkan perintah. Orang lain yang dimaksud oleh petani
meliputi, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), keluarga, petani lain dan aparat
desa. Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting dapat dilihat pada
Tabel 5.4 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Orang Lain Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
No. Pengaruh Orang Lain Skor Kategori Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. Pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)
1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
- - 6 28 16
0 0
12 56 32
2. Pengaruh Keluarga 1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
- 15 24 6 5
0 30 48 12 10
3. Pengaruh Petani Lain 1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
- 1 10 32 7
0 2
20 64 14
4. Pengaruh Aparat Desa 1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
25 15 8 2 -
50 30 16 4 0
Tingkat Pengaruh Orang Lain 1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
- 6 29 14 1
0 12 58 28 2
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel 5.4 diketahui bahwa tingkat pengaruh orang lain yang
dianggap penting yang berupa tingkat pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang
(PPL) dalam kategori tinggi sebanyak 28 responden atau 56 persen, tingkat
pengaruh keluarga dalam kategori sedang sebanyak 24 responden atau 48
persen, tingkat pengaruh petani lain dalam kategori tinggi sebanyak 32
responden atau 64 persen dan tingkat pengaruh aparat desa dalam kategori
sangat rendah sebanyak 25 responden atau 50 persen. Tingkat pengaruh
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam kategori tinggi ditunjukan dengan
keaktifan petani untuk datang ke acara rapat rutin kelompok tani dan selalu
berkomunikasi untuk mendapatkan informasi-informasi seputar pertanian,
khususnya informasi seputar benih padi hibrida. Tingkat pengaruh keluarga
dalam kategori sedang, karena pada dasarnya peran keluarga dalam
usahatani hanya sedikit, mereka sebagian berperan di luar usahatani yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sebagai ibu rumah tangga dan sebagian besar anak dari responden rata-rata
masih bersekolah. Tingkat pengaruh petani lain dalam kategori tinggi,
karena frekuensi bertemu dengan petani lain sangat intensif dibandingkan
dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan aparat desa. Selain itu, saat
para petani bertemu biasanya mereka membicarakan informasi terbaru,
masalah yang sedang dihadapi dan mencari solusi terbaik untuk
memecahkan masalah. Saran dari petani lain dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tingkat pengaruh aparat desa
dalam kategori sangat rendah karena, pada umumnya aparat desa bekerja di
balai desa, sehingga frekuensi bertemu dengan petani sangat kurang.
Ajakan, saran dan informasi banyak disampaikan oleh Penyuluh Pertanian
Lapang (PPL) dan petani lain.
Tingkat pengaruh orang lain (PPL dan petani lain) termasuk dalam
kategori tinggi. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengaruh orang lain cukup mempengaruhi sikap petani dalam penggunaan
benih padi hibrida. Hal ini dikarenakan sejak awal kegiatan BLBU padi
hibrida, pada proses perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan baik
penyuluh, keluarga, petani lain dan aparat desa turut berperan dalam
mendukung kegiatan penggunaan benih padi hibrida. Bentuk dukungan
yang diberikan oleh orang lain (PPL dan petani lain) diantaranya melalui
ajakan untuk membudidayakan padi hibrida agar hasil produksi meningkat,
saran untuk mengikuti pertemuan rutin, saran dan informasi seputar
teknologi baru.
3. Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat menunjang proses
penyerapan teknologi dan informasi. Secara teoritis semakin tinggi tingkat
pendidikan formal dan semakin banyak mengikuti pendidikan non formal
dari seseorang maka akan memberikan atau menambah kemampuan dari
orang tersebut untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-
masalah yang diperoleh. Dalam hal ini masalah-masalah yang dimaksud
dalam bidang pertanian seperti pengendalian hama, mengambil keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan pemeliharaan. Pendidikan
formal merupakan salah satu usaha untuk mengadakan perubahan perilaku
berdasarkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh di bangku sekolah
(Hasan, 2000).
Tingkat pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkat
pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani di bangku sekolah. Untuk
mengetahui bagaimana tingkat pendidikan formal petani yang menggunakan
benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida dapat dilihat pada
Tabel 5.5 sebagai berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tidak SD/Tidak Tamat SD - 0 2 SD 15 30 3 SMP 12 24 4 SMA 19 38 5 D3/Sarjana 4 8
Jumlah 50 100
Sumber : Analisi Data Primer
Tingkat pendidikan akan sangat menentukan tingkat pemahaman,
ketrampilan berkomunikasi serta sikap petani terhadap suatu inovasi yang
diterapkan. Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
formal responden termasuk kategori tinggi yaitu SLTA sebanyak 19 orang
atau 38 persen. Tingkat pendidikan mempengaruhi kualitas sumberdaya
manusia, jika semakin banyak pengalaman yang diperoleh dari tingkat
pendidikan yang diselesaikannya, maka semakin maju pola berpikirnya.
Hal ini menunjukan bahwa responden sudah mempunyai kesadaran akan
pentingnya pendidikan untuk menambah ilmu pengetahuan dan menunjang
kelancaran aktivitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida.
4. Tingkat Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal bagi petani biasanya diperoleh melalui
pendidikan luar sekolah, misalnya penyuluhan, kursus dan pelatihan. Tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
utama pendidikan non formal adalah untuk menambah kesanggupan petani
dalam mengelola usahataninya, dengan ini diharapkan ada perubahan
perilaku sehingga dapat memperbaiki cara-cara dalam mengelola
usahataninya. Semakin tinggi atau banyak petani mengikuti kegiatan seperti
penyuluhan, kursus dan pelatihan maka semakin tinggi tingkat kemampuan
petani dalam mengelola usahataninya sehingga produksi yang dihasilkan
semakin tinggi.
Pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah penyuluhan dan
pelatihan yang pernah diikuti oleh petani. Untuk mengetahui bagaimana
tingkat pendidikan non formal petani yang menggunakan benih padi hibrida
pada program BLBU padi hibrida dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai
berikut :
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah 23 46 2 Rendah 23 46 3 Sedang 3 6 4 Tinggi 1 2 5 Sangat Tinggi - 0
Jumlah 50 100
Sumber : Analisis Data Primer
Pendidikan non formal yang diukur dalam penelitian ini adalah
kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh petani selama
kurun waktu satu tahun terakhir. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang
bagaimana cara mengelola tanaman yang baik (khususnya padi hibrida),
sehingga nantinya dapat menambah produktivitas. Kegiatan pelatihan yang
pernah dilaksanakan adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SLPTT). Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya
dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam
upaya peningkatan produksi padi nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui tingkat pendidikan non formal
responden termasuk kategori rendah dan sangat rendah yaitu sebanyak 23
orang atau 46 persen. Tingkat pendidikan non formal dikatakan rendah atau
sangat rendah karena petani jarang mengikuti dan hanya sedikit petani yang
rutin mengikuti pelatihan. Untuk kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh
Dinas Pertanian tidak semua petani dilibatkan, hanya perwakilan dari
kelompok tani yang diikutsertakan. Hal ini diharapkan perwakilan
kelompok tani yang mengikuti pelatihan dapat menyampaikan informasi
dan ilmu yang diperoleh pada saat mengikuti pelatihan kepada anggota
kelompok tani yang lain. Dengan harapan, melalui kegiatan penyuluhan dan
pelatihan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan mengelola
usahataninya, sehingga kesejahteraan petani dapat semakin meningkat.
5. Tingkat Penggunaan Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain lain. mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi, apabila cukup kuat,
akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu (Azwar,1995).
Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk
memberikan informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan.
Media massa yang ada diantaranya radio, televisi, koran, tabloid/majalah
dan leaflet/brosur. Tingkat penggunaan media massa tersebut dilihat dari
jumlah media massa yang dimanfaatkan responden dan bagaimana isi media
massa yang diakses responden tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap
petani dalam berusahatani, khususnya penggunaan benih padi hibrida.
Dibawah ini dapat dilihat tabel tingkat penggunaan media massa sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Media Massa Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah - 0 2 Rendah 7 14 3 Sedang 30 60 4 Tinggi 11 22 5 Sangat Tinggi 2 4
Jumlah 50 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarlam Tabel 5.7 dapat diketahui tingkat penggunaan media
massa yang dimanfaatkan responden termasuk kategori sedang yaitu
sebanyak 30 orang atau 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
responden mempunyai minat yang cukup baik dalam memanfaatkan media
massa. Media massa yang biasa digunakan responden untuk mengakses
informasi seputar pertanian yaitu tv, radio, majalah, brosur atau leaflet.
Acara televisi yang biasa di lihat responden seputar pertanian, biasanya
responden melihat acara “mbangun desa” yang disiarakan oleh stasiun
televisi nasional (TVRI) setiap satu minggu sekali, selain itu juga terdapat
liputan singkat seputar pertanian di televisi swasta tetapi waktunya tidak
menentu (kadang-kadang). Radio yang biasa di dengarkan responden
seputar pertanian adalah Radio Siaran Pemerintah Daerah (SWIBA), seputar
pertanian biasanya disiarkan sore hari setiap satu minggu sekali. Majalah
yang biasa diakses responden adalah majalah sinartani, responden
mendapatkan majalah sinartani pada saat penyuluhan yang dibagikan oleh
penyuluh kepada petani secara gratis. Kandungan isi materi dari media
massa yang diakses respoonden dinilai bermanfaat, karena media massa
mampu menumbuhkan aspirasi dan memperluas pengetahuan. Kesadaran
responden mendapatkan informasi melalui media massa dapat dikatakan
sedang, karena responden lebih senang berdiskusi langsung antara petani
dan penyuluh untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
sekedar bertukar informasi seputar pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
6. Tingkat Pengaruh Kepercayaan
Tingkat pengaruh kepercayaan merupakan nilai-nilai kepercayaan
tradisional dan budaya kerukunan yang masih melekat pada petani yang
berhubungan dengan budidaya padi, hal ini akan berpengaruh terhadap
petani dalam budidaya padi. Dibawah ini dapat dilihat kategori tingkat
pengaruh kepercayaan sebagai berikut :
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah 12 24 2 Rendah 35 70 3 Sedang 3 6 4 Tinggi - 0 5 Sangat Tinggi - 0
Jumlah 50 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa tingkat pengaruh
kepercayaan dalam kategori rendah sebanyak 35 orang atau 70 persen,
kategori sedang sebanyak 3 orang atau 6 persen dan kategori sangat rendah
sebanyak 12 orang atau 24 persen. Dari data di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa sebagian responden mempunyai tingkat kepercayaan
dalam kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden
sudah banyak meninggalkan kepercayaan yang ada atau pengaruh
kepercayaan sudah mulai luntur, selain itu sistem gotong royong seperti
penanaman padi, pemeliharaan dan pemanenan juga sudah mulai
ditinggalkan karena di Kecamatan Karanganyar untuk mengelola sawah
biasanya memperkerjakan tenaga dari luar. Adapun tradisi menanam padi
yang masih biasa dilakukan petani antara lain mengadakan rasulan sesudah
menanam padi, mengadakan tirakat (kondangan) setelah menanam padi dan
mengadakan bersih desa setelah panen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
E. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida
Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida dalam penelitian ini
menggunakan penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat
penguatan respon dan untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif tentang
penggunaan benih padi hibrida yang diperlihatkan petani terhadap tujuan, hasil
dan kualitas penggunaan benih padi hibrida.
Tabel 5.9 Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
No. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida
Skor Kategori Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. Sikap Petani Terhadap Tujuan Penggunaan Benih Padi Hibrida
1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi
- 2 26 22 -
0 4
52 44 0
2. Sikap Petani Terhadap Hasil Penggunaan Benih Padi Hibrida
1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi
- 12 34 3 1
0 24 68 6 2
3. Sikap Petani Terhadap Kualitas Penggunaan Benih Padi Hibrida
1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi
- -
16 34 -
0 0
32 68 0
Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida
1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi
3 16 21 9 1
6 32 42 18 2
Sumber : Analisis Data Primer
1. Sikap Petani Terhadap Tujuan Penggunaan Benih Padi Hibrida
Suatu program yang baik didasarkan pada tujuan yang selalu merujuk
pada upaya perbaikan baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial
budaya. Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan dan
perlu dilakukan untuk dapat memanfaatkan hasil. Berdasarkan Tabel 5.9
dapat diketahui sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida
pada program BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori netral yaitu
sebanyak 26 orang atau 52 persen. Hal ini berarti sebagian petani
mengetahui dan memahami tujuan penggunaan benih padi hibrida pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
program BLBU padi hibrida, disamping itu petani memiliki harapan akan
peningkatan hasil usahataninya dengan adanya program BLBU padi hibrida.
Sebagian petani mengetahui tujuan penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida dari sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan
oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) setiap satu bulan sekali pada saat
pertemuan rutin kelompok. Program BLBU padi hibrida bertujuan positif,
karena meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan benih varietas
bermutu khususnya benih padi hibria. Tujuan dari diadakanya program
BLBU padi hibrida adalah agar petani mampu merubah perilaku pada saat
bercocok tanam untuk memilih menggunakan benih padi hibrida.
2. Sikap Petani Terhadap Hasil Penggunaan Benih Padi Hibrida
Hasil merupakan keadaan akhir dari program yang telah dicapai yang
dapat dirasakan atau dinikmati serta bermanfaat bagi petani. Sikap petani ini
akan menunjukkan apakah kegiatan penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida telah dirasakan hasilnya oleh petani. Hasil
dalam penelitian ini diukur dari sejauh mana hasil yang diperoleh dari
kegiatan penggunaan benih padi hibrida dalam menunjang peningkatan
usahatani dan penilaian petani terhadap hasil yang diperoleh.
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sikap petani terhadap
hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida
tergolong netral yaitu sebanyak 34 orang atau 68 persen. Hal ini disebabkan
karena petani dalam pemanfaatan benih padi hibrida belum seluruhnya
mengalami keberhasilan. Petani mengakui akan hasil produksi padi hibrida
yang memuaskan, tetapi sebagian petani mengeluhkan harga jual padi
hibrida tidak sesuai dengan biaya produksi, sehingga petani merasa rugi.
Hal ini disebabkan karena rendahnya harga jual padi hibrida dibandingkan
dengan padi inbrida dan masyarakat sudah terbiasa menggunakan beras
inbrida untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenyataan bertolak
belakang dengan kualitas karena hasil yang dihasilkan padi hibrida tidak
sesuai dengan teori yanga ada, yaitu gabah yang kurang bagus dan rasa nasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
yang tidak pulen. Hanya jenis varietas tertentu yang hasilnya bagus dan
sesuai teori yang ada yaitu varietas arize dan bernas.
3. Sikap Petani Terhadap Kualitas Penggunaan Benih Padi Hibrida
Kualitas penggunaan benih padi hibrida merupakan ukuran nilai lebih
atau kurang (baik buruknya padi hibrida) yang diperoleh petani saat
menggunakan padi hibrida. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa
sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program
BLBU padi hibrida tergolong sedang yaitu sebanyak 34 orang atau 68
persen. Sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida dikatakan sedang, karena seagian petani
mengakui keunggulan dari kualitas yang dihasilkan oleh padi hibrida.
Keunggulan dari kualitas padi hibrida antara lain padi hibrida memiliki
potensi hasil 15-35 persen lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida terbaik
yang ditanam dengan kondisi yang serupa. Selain itu, padi hibrida juga
terbukti lebih toleran dalam kondisi tanah atau iklim yang kurang
mendukung bagi pertanaman padi. Bayer (2007), menyatakan Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah menggarisbawahi beberapa
keunggulan padi hibrida, yaitu potensi peningkatan hasil, padi hibrida
memberikan hasil lebih tinggi 15-20 persen atau lebih dari 1 ton per hektar
di atas varietas inbrida terbaik. Program intensifikasi padi hibrida yang
sukses di Cina telah mengoptimalkan penggunaan lahan, dan dapat juga
ditanami tanaman yang lain. Dengan penduduknya yang lebih dari satu
milyar orang, padi hibrida berperan besar dalam meningkatkan produktivitas
padi Cina dari 3,5 menjadi 6,2 ton/hektar.
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong
sedang yaitu sebanyak 21 orang atau 42 persen. Sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida dikatakan
sedang, karena sebagian besar responden mau beralih menggunakan benih padi
hibrida jika pemerintah memberikan varietas benih hibrida tertentu, yaitu arize
dan bernas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
F. Hubungan Antara Variabel-Variabel Penelitian Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibirda Pada Program BLBU Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih
padi hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap yang
diteliti antara lain tingkat pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang
lain, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat
penggunaan media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan. Sedangkan sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida diukur dengan tiga parameter,
yaitu : sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida, sikap
petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida dan sikap petani terhadap
kualitas penggunaan benih padi hibrida.
Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida
digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan bantuan SPSS for windows
12. Untuk mengetahui tingkat signifikasi dengan membandingkan besarnya
nilai t hitung dengan t tabel menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Jika t hitung < t tabel, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap, dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Berikut adalah hasil analisis hubungan faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida
dapat dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 5.10 Hubungan Antar Variabel Penelitian Tingkat Pengalaman Berusahatani, Tingkat Pengaruh Orang Lain, Tingkat Pendidikan Formal, Tingkat Pendidikan Non Formal, Tingkat Penggunaan Media Massa dan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida.
No. Y
X Y1 Y2 Y3 YTotal
rs tHitung rs tHitung rs tHitung rs tHitung 1. X1 0,003 0,020 0,030 0,207 0,066 0,459 0,041 0,284 2. X2 -0,032 -0,221 0,121 0,844 0,048 0,332 0,016 0,110 3. X3 -0,086 -0,593 0,164 0,151 0,208 1,473 0,137 0,958 4. X4 0,210 1,488 0,344** 2,538 -0,005 -0,381 0,209 1,480 5. X5 0,557** 4,894 0,535** 4,387 0,550** 4,562 0,733** 7,465 6. X6 0,192 1,355 0,075 0,521 0,111 0,773 0,154 1,079
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan : X1 : Tingkat Pengalaman Berusahatani Y1 : Tujuan Penggunaan Benih Padi Hibrida X2 : Tingkat Pengaruh Orang Lain Y2 : Hasil Penggunaan Benih Padi Hibrida X3 : Tingkat Pendidikan Formal Y3 : Kualitas Penggunaan Benih Padi Hibrida X4 : Tingkat Pendidikan Non Formal * : Signifikan pada a = 0,05 (2,000) X5 : Tingkat Penggunaan Media Massa ** : Sangat Signifikan pada a = 0,01 (2,660) X6 : Tingkat Pengaruh Kepercayaan
1. Hubungan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan sikap petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10, maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan
tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,020) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,003 dengan arah
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya dengan
tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan
hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal
ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,207) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,030 dengan arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya dengan
hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan
kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,459) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,066 dengan arah
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya dengan
kualitas pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan
sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,284) < tTabel (2,000),
pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,041
dengan arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima,
hal ini berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya
dengan sikap petani terhadap pengguanaan benih padi hibrida pada program
BLBU padi hibrida. Menurut Hasan (2000) menyatakan, pengalaman
berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam
menerima suatu inovasi. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh
petani, diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam
mengusahan usahataninya akan semakin baik.
Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani tidak
dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani tetapi dipengaruhi oleh bukti
yang telah dilihat di lingkungan sekitar mereka tinggal. Petani cenderung
mengamati dan menilai hasil dari petani lain yang lebih awal menggunakan
benih padi hirbrida. Setelah mengetahui keunggulan benih padi hibrida
dibanding benih padi inbrida, mereka baru tertarik untuk menggunakan
benih padi hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Hubungan antara tingkat pengaruh orang lain dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
dapat dilihat dari nilai tHitung (-0,221) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi
95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah -0,032 dengan arah hubungan
negatif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat
pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan tujuan pengguanaan
benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan hasil
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
dapat dilihat dari nilai tHitung (0,844) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi
95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,121 dengan arah hubungan
positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat
pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan manfaat penggunaan
benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan
kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,332) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,048 dengan arah
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan kualitas
pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,110) < tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,016 dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan sikap
petani terhadap pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida.
Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani tidak
dipengaruhi oleh pengaruh orang lain karena hanya orang-orang tertentu
yang memberikan saran serta ajakan kepada petani untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik, seperti Penyuluh Pertanian Lapang
(PPL) dan petani lain. Pengaruh aparat desa dianggap kurang dalam proses
perubahan sikap petani karena frekuensi pertemuan antara aparat desa
dengan petani sangat kurang, sehingga saran serta ajakan banyak
disampaikan oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan petani lain.
3. Hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
dapat dilihat dari nilai tHitung (-0,593) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi
95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah -0,086 dengan arah hubungan
negatif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat
pendidikan formal tidak ada hubungannya dengan tujuan penggunaan benih
padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan hasil
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
dapat dilihat dari nilai tHitung (1,151) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi
95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,164 dengan arah hubungan
positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat
pendidikan formal tidak ada hubungannya dengan hasil penggunaan benih
padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan kualitas
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
dapat dilihat dari nilai tHitung (1,473) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi
95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,208 dengan arah hubungan
positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat
pendidikan formal tidak berhubungan dengan kualitas pengguanaan benih
padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,958) < tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,137 dengan
arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pendidikan formal tidak ada hubungannya dengan sikap
petani terhadap pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Petani yang tingkat pendidikan formalnya tinggi (sarjana) atau
rendah (SD atau tidak tamat SD) melakukan hal yang sama dalam
penggunaan benih padi hibrida.
Pendidikan formal merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya
diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan
menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern
(Soekartawi 1988). Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani
tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi dipengaruhi oleh bukti
nyata lingkungan sekitar mereka tinggal dan pengalaman berusahatani.
Semakin tinggi pendidikan formal responden belum tentu sikap terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida juga
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
4. Hubungan antara tingkat pendidikan non formal dengan sikap petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan non formal dengan
tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,488) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,210 dengan arah
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pendidikan non formal tidak berhubungan dengan tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan non formal
dengan hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (2,538) > tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,344 dengan
arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini
berarti tingkat pendidikan non formal berhubungan dengan hasil
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Semakin
tinggi pendidikan non formal yang dimiliki petani maka akan semakin
tinggi hasil yang diperoleh petani dalam penggunaan benih padi hibrida
pada program BLBU padi hibrida. Dengan diadakannya pendidikan non
formal (penyuluhan dan pelatihan) maka responden akan lebih banyak
mengetahui manfaat dari penggunaan benih padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pendidikan non formal
dengan kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (-0,381) < tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah -0,005 dengan
arah hubungan negatif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pendidikan non formal tidak ada hubungannya dengan
kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Hal ini disebabkan karena sebagian petani ada yang mengakui keunggulan
padi hibrida dan ada juga yang masih meremehkan keunggulan dari padi
hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan non formal dengan
sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,480) < tTabel (2,000),
pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,209
dengan arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima,
hal ini berarti tingkat pendidikan non formal tidak berhubungan dengan
sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida.
Pendidikan non formal diukur dengan frekuensi petani mengikuti
kegiatan penyuluhan dan pelatihan selama satu tahun. Petani mengikuti
kegiatan non formal seperti penyuluhan, Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT), cara pembuatan pupuk organik dan cara
budidaya padi hibrida. Materi pendidikan non formal, banyak memberikan
pengetahuan petani mengenani budidaya padi hibrida dan menangani atau
mengelola tanaman agar terbebas dari gangguan hama penyakit.
5. Hubungan antara tingkat penggunaan media massa dengan sikap petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa
dengan tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (4,894) > tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,557 dengan
arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini
berarti tingkat penggunaan media massa ada hubungannya dengan tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media massa maka tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
semakin tinggi. Dengan adanya media massa akan lebih membantu
responden agar paham dan mengerti tentang tujuan dari penggunaan benih
padi hibrida. Jika tujuan penggunaan benih padi hibrida sudah dipahami,
maka diharapkan responden beralih untuk menggunakan benih padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa
dengan hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (4,387) > tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,535 dengan
arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media massa maka hasil
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida akan
semakin tinggi. Media massa bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai padi hibrida. Dengan adanya media massa, diharapkan responden
mengetahui hasil yang akan diperoleh dalam penggunaan benih padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa
dengan kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (4,562) > tTabel (2,000), pada
taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,550 dengan
arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media massa maka
kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida
akan semakin tinggi.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa
dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program
BLBU padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (7,465) > tTabel
(2,000), pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah
0,733 dengan arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0
ditolak, hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
massa maka sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida akan semakin tinggi.
Media massa merupakan sarana komunikasi yang mempunyai
pengaruh dalam opini dan kepercayaan. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1995).
Hubungan yang signifikan disebabkan karena media massa
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Media
massa yang biasa digunakan responden untuk memperoleh informasi
seputar pertanian khususnya padi hibrida adalah media cetak dan media
elektronik, seperti radio, televisi, majalah dan koran atau surat kabar.
Menurut responden, media massa bermanfaat karena mampu menumbuhkan
aspirasi dan memperluas pengetahuan. Tingkat penggunaan media massa
yang tinggi memiliki tingkat sikap terhadap penggunaan benih padi hibrida
pada program BLBU padi hibrida tinggi.
6. Hubungan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan sikap petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan
tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,355) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,192 dengan arah
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengaruh kepercayaan tidak berhubungan dengan sikap
petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat penagruh kepercayaan dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini
dapat dilihat dari nilai tHitung (0,521) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi
95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,075 dengan arah hubungan
positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat
pengaruh kepercayaan tidak ada hubungannya dengan hasil penggunaan
benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan
kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,773) < tTabel (2,000), pada taraf
signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,111 dengan arah
hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini
berarti tingkat pengaruh kepercayaan tidak ada hubungannya dengan
kualitas pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan
sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,079) < tTabel (2,000),
pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,154
dengan arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima,
hal ini berarti tingkat pengaruh kepercayaan tidak ada hubungannya dengan
sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida.
Tingkat pengaruh kepercayaan diukur dengan sering tidaknya
responden melakukan tradisi, tradisi yang dimaksud antara lain selalu
membuat sesaji sebelum menggarap sawah dan sebelum panen, mengadakan
rasulan sesudah menanam padi, mengadakan kondangan (tirakat) setelah
panen padi, mengadakan bersih desa setelah panen dan menggunakan
tanda-tanda alam untuk menentukan musim tanam padi. Tingkat pengaruh
kepercayaan dikatakan tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida karena sudah lunturnya (hilang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tradisi-tradisi yang ada. Hanya sebagian petani yang masih melakukan
tradisi tersebut, biasanya petani yang melakukan tradisi rata-rata umurnya
50 tahun ke atas. Petani yang masih muda jarang melakukan tradisi
kepercayaan, bahkan tidak melakukan tradisi kepercayaan tersebut, karena
mereka menganggap jaman sudah semakin modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program
BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori netral yaitu sebanyak 52
persen, sebagian petani merasa mengetahui dan memahami tujuan
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Sikap
petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU
padi hibrida tergolong netral yaitu sebanyak 68 persen, karena petani dalam
pemanfaatan benih padi hibrida belum seluruhnya mengalami keberhasilan.
Sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program
BLBU padi hibrida tergolong tinggi yaitu 68 persen, karena petani
mengakui keunggulan dari kualitas yang dihasilkan oleh padi hibrida
2. Variabel-variabel yang diduga berhubungan dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dapat diketahui sebagai
berikut :
a. Tingkat pengalaman berusahatani termasuk kategori sedang karena,
dalam penggunaan benih padi hibrida masih belum lama.
b. Tingkat pengaruh orang lain termasuk kategori sedang karena sejak awal
kegiatan BLBU padi hibrida, pada proses perencanaan sampai
pelaksanaan kegiatan baik penyuluh, keluarga, petani lain dan aparat desa
turut berperan dalam mendukung kegiatan penggunaan benih padi
hibrida.
c. Tingkat pendidikan formal termasuk kategori tinggi karena responden
sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk
menambah ilmu pengetahuan dan menunjang kelancaran aktivitas
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
d. Tingkat pendidikan non formal termasuk kategori rendah dan sangat
rendah karena, petani jarang mengikuti dan hanya sedikit petani yang
rutin mengikuti pelatihan.
e. Tingkat pengaruh media massa termasuk kategori sedang karena
sebagian responden sudah mempunyai minat yang cukup baik dalam
memanfaatkan media massa.
f. Tingkat pengaruh kepercayaan termasuk kategori rendah karena sebagian
responden sudah banyak meninggalkan kepercayaan yang ada atau
pengaruh kepercayaan sudah mulai luntur.
3. Hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang berhubungan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi
hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyatr adalah
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman
berusahatani dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi
hibrida pada program BLBU padi hibrida, semakin tinggi atau rendah
tingkat pengalaman berusahatani tidak akan ada hubungannya dengan
kualitas penggunaan padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang
lain dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida, semakin tinggi atau rendah tingkat
pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan kualitas penggunaan
padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
formal dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida, semakin tinggi atau rendah tingkat
pendidikan non formal tidak ada hubungannya dengan kualitas
penggunaan padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan non
formal dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada
program BLBU padi hibrida, semakin tinggi tingkat pendidikan non
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
formal yang dimiliki petani tidak ada hubungan dengan sikapnya untuk
mengikuti penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi
hibrida.
e. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan
media massa dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi
hibrida pada program BLBU padi hibrida, semakin tinggi tingkat
penggunaan media massa maka sikap petani terhadap penggunaan benih
padi hibrida pada program BLBU padi hibrida akan semakin tinggi.
f. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh
kepercayaan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida
pada program BLBU padi hibrida. Semakin tinggi atau rendah tingkat
kepercayaan tidak ada hubungannya dengan sikap petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat
diajukan beberapa saran terkait penelitian tersebut antara lain :
1. Tingkat pendidikan non formal dalam sikap petani terhadap penggunaan
benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong sangat
rendah karena masih sedikit petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan.
Dinas terkait (dinas pertanian dan PPL) hendaknya memberikan penyuluhan
melalui pendekatan kelompok dengan menggunakan teknik diskusi dan
demonstrasi, sehingga petani mengetahui secara langsung bagaimana cara
budidaya padi hibrida yang benar dan jika mengalami kesulitan atau
masalah terhadap budidaya padi hibrida dapat langsung di pecahkan
bersama-sama.
2. Tingkat penggunaan media massa dalam sikap petani terhadap penggunaan
benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong kategori
sedang karena informasi yang di muat dalam media massa mengenai bidang
pertanian, khususnya tentang penggunaan padi hibrida masih terbatas.
Hanya media tertentu yang mengupas mengenai bidang pertanian, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
untuk mengakses informasi seputar pertanian masih terbatas. Dinas terkait
(dinas pertanian dan PPL) hendaknya memberikan fasilitas media massa
kepada petani, seperti majalalah dan surat kabar, sehingga petani lebih
mudah untuk mendapatkan informasi seputar pertanian khususnya budidaya
padi hibrida. Setelah diberikan fasilitas media massa hendaknya dinas
terkait memotivasi petani agar mau menggunakan media massa yang telah
disediakan, sehingga dapat menambah pengetahuan petani dalam melakukan
usahatani.