f82cefedd34fc673

Upload: alohayahoo

Post on 09-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • iPENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAHSEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus

    albus ) DALAM MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKANKANDUNGAN FOSFOR DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK

    SKRIPSI

    OlehIsna Widyaningsih

    NPM 09320061

    IKIP PGRI SEMARANGFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGISEMARANG

    2013

  • ii

    PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAHSEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus

    albus ) DALAM MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKANKANDUNGAN FOSFOR DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK

    SkripsiDiajukan kepada IKIP PGRI Semarang

    Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikanProgram Sarjana Pendidikan Biologi

    OlehIsna Widyaningsih

    NPM 09320061

    IKIP PGRI SEMARANGFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGISEMARANG

    2013

  • iii

    Halaman Persetujuan

    Skripsi berjudul

    PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH SEBAGAIPAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAMMEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGAKATKAN KANDUNGAN FOSFOR

    DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK

    yang disusun oleh

    Isna WidyaningsihNPM 09320061

    Telah disetujui dan siap untuk diujikan

    Semarang,..

    Pembimbing I Pembimbing II

    Endah Rita, S.Si, M.Si Dr. Mei Sulistyoningsih, M.SiNPP.937001100 NPP. 936701099

  • iv

    Halaman Pengesahan

    Skripsi berjudul

    PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH SEBAGAIPAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAMMEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN FOSFOR

    DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK

    yang dipersiapkan dan disusun oleh

    Isna WidyaningsihNPM 009320061

    telah dipertahankan di depan Dewan PengujiPada hari Senin, tanggal 29 Juli 2013

    Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelarSarjana Pendidikan

    Panitia Ujian

    Ketua Sekretaris

    Drs. Nizaruddin, M.Si Endah Rita, S.Si, M.Si

    NIP. 196803251994031004 NPP.937001100

    AnggotaPenguji

    1. Penguji IEndah Rita, S.Si, M.Si (.)NPP.937001100

    2. Penguji IIDr. Mei Sulistyoningsih, M.Si (..)NPP. 936701099

    3. Penguji IIIMaria Ulfah, S.Si, M.Pd (.....................................................)NPP. 108001296

  • vPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Siapa yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Isna Widyaningsih

    NPM : 09320061

    Program Studi : Pendidikan Biologi

    Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN

    CACING TANAH SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN

    PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAM

    MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN

    KANDUNGAN FOSFOR DAN MENURUNKAN

    KANDUNGAN LEMAK

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya

    sendiri dengan bantuan dari berbagai pihak, serta berbagai kutipan yang telah saya

    sebutkan sumbernya, sehingga skripsi ini bukan plagiasi atau duplikasi dari karya

    ilmiah lain yang saya akui sebagai hasil karya saya sendiri. Pernyataan ini saya

    buat dengan sesugguhnya, apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan

    bahwa skripsi ini bukan merupakan karya asli saya sendiri, maka saya bersedia

    menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh, serta

    sanksi lainnya sesuai dengan hukum yang berlaku.

    Semarang, .....Agustus 2013Yang membuat pernyataan,

    Isna Widyaningsih

  • vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto :

    1. Keberhasilan dapat tercapai dengan adanya persiapan, kerja keras, dandoa.

    2. Tumbuhkanlah semangat dari diri sendiri sebelum datang semangat dariorang lain.

    3. Memberikan yang terbaik untuk mencapai hasil terbaik.

    Persembahan:

    Ucapan terimakasih dengan tulus,kupersembahkan skripsi ini kepada:

    1. Ayahku Isdi Tasihna, Ibuku Zaromahdan adikku Istika Praja Wulandari yangselalu ada di hati dan fikirankumemberikan doa dan semangatkepadaku.

    2. Sahabatku Ira Restiana, Fajar Astuti,Maediyana Sari, Rista Dwi Jayanti, WijiAstuti, Isma Khairulina, dan EviDamayanti.

    3. Teman-temanku kelas A dan kelas Byang memberikan semangat sertamengajariku ketulusan dalampersahabatan.

    4. Bapak dan Ibu dosen IKIP PGRISemarang, yang telah memberikan ilmuyang sangat berharga dan membimbingdemi kesempurnaan skripsi ini

    5. Almamater IKIP PGRI Semarang.

  • vii

    PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH SEBAGAIPAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAMMEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN FOSFOR

    DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK

    Isna WidyaningsihNPM 009320061

    ABSTRAK

    Ikan cetol dan cacing tanah memiliki kandungan fosfor dan lemak sehingga ikancetol dan cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan tambahan yang baik bagibelut. Dengan penambahan ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahanpada belut (Monopterus albus) diharapkan dapat meningkatkan kandungan fosfordan menurunkan kandungan lemak.

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian Ikan cetol dancacing tanah sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan belut (Monopterusalbus) pada media air bersih terhadap kandungan fosfor dan lemak danmengetahui dosis yang berbeda dengan besarnya kandungan fosfor dan lemak.Mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan hasil penelitian ini padapelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) Standar Kompetensi 2.Memahami pentingnya proses metabolisme pada organisme dan KompetensiDasar 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses metabolisme.

    Penelitian dilakukan di Rejomulyo V no 11 Kecamatan rejosari KabupatenSemarang Timur dimulai bulan Januari 2013 s/d Maret 2013. Analis uji sampeldilaksanakan di Laboratorium UNIKA Sogijaprnata Alamat Jl. Pawiyatan LuhurBendan Dhuwur Semarang 50133. Rancangan yang digunakan adalah RancanganAcak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Parameteryang diukur adalah kandungan fosfor dan lemak. Data yang diperoleh dianalisisdengan Analisis Varians.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fosfor tertinggi pada perlakuan C( X C = 1,954) yaitu perlakuan pellet 2,5 gr ditambah 1 gr ikan cetol dan 1 grcacing tanah sedangkan pada kandungan lemak tersebut yang memiliki nilaiterendah pada perlakuan A menghasilkan rata-rata ( X A = 0,566) yaitu perlakuanpellet 4,5 g tanpa pemberian ikan cetol dan tanpa pemberian cacing tanah.

    Kesimpulannya adalah pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanahpada belut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan lemak danfosfor.

    Kata kunci: Belut sawah (Monopoterus albus), ikan cetol dan cacing tanah,kandungan fosfor dan lemak.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan

    rahmat-Nya sehingga penulisan laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

    Kepada segenap pihak yang telah membantu, penulis sampaikan ucapan

    terimakasih yang tulus. Khususnya kepada:

    1. Endah Rita, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

    kesempatan, saran, petunjuk, dan bimbingan sejak persiapan penelitian

    hingga laporan penelitian ini terselesaikan.

    2. Dr. Mei Sulistyoningsih, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah

    memberikan kesempatan, saran, petunjuk, dan bimbingan sejak persiapan

    penelitian hingga laporan penelitian ini terselesaikan.

    3. Maria Ulfah, S.Si, M.Pd selaku dosen penguji 3 yang telah memberikan

    kesempatan, saran, petunjuk, dan bimbingan demi kelengkapan skripsi ini

    sehingga terselesaikan dengan baik.

    4. Pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu dari

    awal penelitian sampai selesainya penulisan laporan penelitian ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

    itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis

    berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi

    pembaca pada umumnya.

    Semarang, Juni 2013

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR SAMPUL............................................................................................i

    LEMBAR JUDUL ..............................................................................................ii

    LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii

    LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................v

    LEMBAR PENGESAHAN. ..............................................................................vi

    ABSTRAK ........................................................................................................vii

    KATA PENGANTAR .....................................................................................viii

    DAFTAR ISI......................................................................................................ix

    DAFTAR TABEL...............................................................................................x

    DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi

    DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xii

    BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1

    A. Latar Belakang ........................................................................................1

    B. Permasalahan...........................................................................................3

    C Tujuan Penelitian......................................................................................3

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................3

    E. Definisi Istilah .........................................................................................4

    BAB II. TELAAH PUSTAKA ...........................................................................6

    A.Telaah Pustaka ........................................................................................6

    1. Ikan Cetol ..........................................................................................6

    2. Cacing Tanah ....................................................................................8

    3. Pakan Tambahan...............................................................................9

    4. Belut Sawah (Monopterus albus)....................................................10

  • x5. Media Air Bersih .........................................................................12

    6. Kandungan Fosfor..........................................................................15

    7. Kandungan Lemak ..........................................................................17

    B. Kerangka Berfikir..................................................................................19

    C. Paradigma Penelitian.............................................................................20

    D. Hipotesis................................................................................................21

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................22

    A. Subjek....................................................................................................22

    B. Bahan.....................................................................................................22

    C. Alat yang Digunakan............................................................................ 22

    D. Variabel Penelitian ................................................................................22

    E. Parameter ...............................................................................................23

    F. Desain eksperimen.................................................................................23

    G. Prosedur pelaksanaan ............................................................................25

    H. Metode analisis data..............................................................................27

    BAB VI. HASIL PENELITIAN .......................................................................30

    BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................34

    KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................39

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Perbandingan Komposisi Kandungan Gizi Pada Belut Sawah Dengan Bahan

    Makanan Lainnya ........................................................................................ 13

    2. Pedoman Dosis Pembuatan Pakan. ...............................................................24

    3. Pedoman Pengelolaan Pakan.........................................................................24

    4. Data Kandungan Fosfor pada Belut Sawah (Monopterus albus)

    dengan 4 Perlakuan dan 3 kali Ulangan ......................................................27

    5. Data Kandungan Lemak pada Belut Sawah ( Monopterus

    albus) dengan 4 Perlakuan dan 3 kali Ulangan ............................................27

    6. Analisis Varian dari RAL (rancangan acak lengkap) ...................................28

    7. Kandungan fosfor pada Belut Sawah (Monopterus albus) ...........................30

    8. Analisis sidik ragam (RAL) Terhadap Kandungan Fosfor ...........................31

    9. Kandungan Lemak Pada Belut Sawah (Monopterus albus) .........................32

    10. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Lemak........................33

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Diagram Paradigma Penelitian......................................................................20

    2. Denah Rancangan Acak lengkap ..................................................................25

    3. Penataan Ember.............................................................................................26

    4. Diagram batang Kandungan fosfor pada pemeliharaan belut Sawah

    (Monopterus albus) secara intensif pada media air bersih dengan

    pemberian pakan ikan cetol dan cacing tanah ..............................................31

    5. Diagram batang Kandungan Lemak pada pemeliharaan belut Sawah

    (Monopterus albus) secara intensif pada media air bersih dengan

    pemberian pakan ikan cetol dan cacing tanah ..............................................33

    6. Benih Belut Sawah

    7. Pemotongan Peralon

    8. Penataan Belut Sawah dalam Ember

    9. Pembuatan Pelet

    10. Pencetakan pelet

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Belut sawah masih banyak dihasilkan dari tangkapan alam. Perubahan

    pola pertanian secara ekstrim dari organik ke non organik dan penangkapan besar-

    besaran tanpa disertai upaya budidaya turut berperan menurunkan populasi belut

    sawah alam (Junariyata, 2012 : 5).

    Pembudidayaan belut sawah patut dijadikan ladang bisnis yang

    menguntungkan. Kalau permintaan belut sawah hanya dipenuhi dari hasil

    tangkapan alam pasti pasar akan sangat kewalahan dan menimbulkan permintaan

    belut sawah yang semakin tinggi, oleh karena itu pembudidayaan belut sawah

    perlu dilakukan. Produksi belut sawah di Indonesia hanya mengandalkan

    tangkapan dari alam dan baru sedikit yang berasal dari budidaya sendiri (Warisno

    dan Kres : 2010 : 3).

    Prospek belut sawah cukup hebat dilihat dari potensi pemasaran, potensi

    lahan, kandungan gizi, obat dan variasi makanan. Usaha budidaya belut sawah

    memiliki modal dasar untuk dikembangkan menjadi lahan usaha. Budidaya belut

    sawah harus digarap dengan ketekunan dan keterampilan tersendiri agar menuai

    keberhasilan (Saparinto, 2009: 6).

    Belut sawah ( Monopterus albus ) adalah hewan yang tergolong dalam

    kelas ikan (pisces). Tubuh belut sawah menyerupai ular, yakni bulat memanjang

    dan mempunyai kerangka dalam seperti yang dipunyai ular. Belut sawah tidak

    bersisik dan seluruh tubuhnya dilapisi lendir. Belut sawah tergolong dalam kelas

    ikan, namun belut sawah tidak mempunyai sirip (Muktiani, 2009: 5).

    Pengelolaan dan penanganan budidaya belut sawah bisa dipelajari

    dengan mudah dan cepat, hal tersebut tentu membutuhkan ketelitian, keseriusan

    dan ketekunan. Populasi belut sawah di alam perlahan akan kembali normal.

    Kandungan gizi dalam tubuh belut sawah tersebut dapat memperbaiki gizi

    masyarakat.

  • 2Makanan belut sawah dapat diklasifikasikan atas kelas Insecta

    (serangga), Oligochaeta (cacing-cacingan), Gastropoda (siput), dan Pisces (ikan).

    Belut sawah yang masih anakan biasanya memangsa hewan-hewan kecil

    (mikroorganisme), seperti protozoa, zooplankton, mikrocrustacea (daphnia), larva

    serangga, kecebong, zoobentos, dan anakan ikan. Belut sawah dewasa menjadi

    lebih agresif dan mampu memangsa hewan-hewan yang lebih besar, seperti katak,

    serangga dewasa, kepiting sawah, bekicot, dan keong mas ( Muktiani, 2009:52).

    Belut sawah lebih menyukai pakan alami seperti cacing tanah karena

    cacing tanah mudah dicerna dan tidak memiliki tulang atau kulit yang keras

    sehingga sangat mudah bagi belut sawah untuk memakannya selain itu biaya

    produksi dapat hemat karena cacing tanah mudah untuk dibudidayakan

    (Prihatman, 2000). Jenis ikan yang bisa diberikan kepada belut sawah adalah ikan

    cetol. Ikan cetol bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai disekitar lokasi

    pembudidayaan. Pertumbuhan belut sawah paling bagus jika diberi pakan berupa

    ikan cetol (Hermawan, 2010: 42).

    Budidaya belut sawah yang dilakukan dengan cara yang sederhana dan

    pemeliharaan secara intensif akan menghasilkan belut sawah yang yang

    berkualitas yaitu pada media 100% air bersih dan memberikan pakan tambahan

    berupa ikan cetol dan cacing tanah.

    Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan pada mata pelajaran Biologi

    untuk Sekolah Menengah Atas kelas XII pada materi Metabolisme dan enzim

    dengan Standar Kompetensi 2. Memahami pentingnya proses metabolisme pada

    organisme. Kompetensi Dasar 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses

    metabolisme.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

    budidaya Belut sawah (Monopterus albus) dengan cara sederhana dan

    menghasilkan belut sawah yang mempunyai kandungan gizi yang optimal.

    Pemeliharaan belut sawah dilakukan secara intensif pada media air bersih dengan

    pakan utama pelet dan pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah.

  • 3B. PermasalahanPermasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah signifikasi pengaruh dari pemberian ikan cetol dan cacing

    tanah sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan belut sawah

    (Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan

    kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak?

    2. Bagaimanakah pengaruh pemberian pakan tambahan ikan cetol dan

    cacing tanah pada belut sawah (Monopterus albus) dengan dosis yang

    tepat dalam media air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor dan

    menurunkan kandungan lemak?

    3. Bagaimanakah wawasan implementasi hasil penelitian tentang pengaruh

    pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah pada belut sawah

    (Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan

    kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak dalam pembelajaran

    biologi di sekolah?

    C. Tujuan Penelitian

    Melihat permasalahan diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut:

    1. Mengetahui signifikasi pengaruh dari pemberian ikan cetol dan cacing

    tanah sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan belut sawah

    (Monopterus albus) pada media air bersih untuk meningkatkan

    kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak.

    2. Mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing

    tanah pada belut sawah (Monopterus albus) dengan dosis yang tepat dalam

    media air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor dan menurunkan

    kandungan lemak.

    3. Mengetahui wawasan implementasi hasil penelitian tentang pengaruh

    pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah pada belut sawah

    (Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan

    kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak dalam pembelajaran

    biologi di sekolah.

  • 4D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

    1. Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya peternak belut sawah

    tentang pengaruh pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah untuk

    meningkatkan kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak belut

    sawah (Monopterus albus) yang optimal pada pakan.

    2. Menambah sumbangan pengetahuan pada bidang akademik dan

    mahasiswa tentang pakan tambahan berupa ikan cetol dan cacing tanah

    dalam menigkatkan kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak

    pada belut sawah.

    3. Memberikan wawasan implementasi hasil penelitian pada pembelajaran

    biologi pada materi metabolisme dan enzim.

    E. Definisi Istilah

    Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari salah penafsiran

    dalam judul skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Ikan Cetol Dan Cacing

    Tanah Sebagai Pakan Tambahan Pada Belut Sawah ( Monopterus albus) Dalam

    Media Air Bersih Terhadap Kandungan Fosfor dan Lemak, maka penulis

    memberi batasan-batasan suatu definisi istilah yang dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    1. Ikan cetol

    Ikan cetol banyak ditemukan disaluran-saluran air, atau bisa juga membeli

    dipenjual ikan hias. Ikan ini terbukti cukup mudah dibudidayakan. Jantan dan

    betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan bentuk tubuhnya,

    maupun dari warnanya (dimorfisme seksual). Panjang total tubuh ikan betina

    antara 4-6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 23 cm

    (Http://Wikipedia.com).

    2. Cacing tanah

    Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang

    belakang. Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari

    kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae (Roy, 2009: 69 ).

  • 53. Pakan tambahan

    Pakan tambahan adalah makanan tambahan yang diberikan belut sawah untuk

    kelangsungan hidupnya, seperti aneka jenis ikan dan cacing. Hal ini berguna

    untuk menghindari pengaruh produktivitas belut sawah yang tidak maksimal

    akibat pemberian jenis pakan secara terus menerus (Muktiani, 2009: 85).

    4. Belut sawah

    Belut sawah memiliki panjang badan 20 kali tinggi tubuh .Letak permulaan

    sirip punggung sedikit dibelakang perut. Sementara alat pernafasan belut sawah

    dilengkapi dengan tiga lengkung insang. Rata-rata panjang tubuh maksimal

    belut sawah mencapai 80 cm dan berat maksimal 400 g ( Saparinto, 2009: 43).

    5. Media air bersih

    Media air bersih adalah media atau faktor utama yang sangat berpengaruh pada

    perkembangan belut sawah disaat pembesaran (Junariyata, 2012: 46).

    6. Kandungan Fosfor

    Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada

    metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan

    gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Belut

    sawah juga dua kali lipat fosfor pada telur (Muktiani, 2009: 21).

    7. Kandungan Lemak

    Lemak merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih berkerabat

    karena sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini mempunyai

    sifat umum yaitu: relatif tidak dapat larut dalam air, larut didalam pelarut non

    polar. (Murray, Robert K, dkk, 2009:128).

  • 6BAB II

    TELAAH PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka.

    1. Ikan Cetol

    Ikan cetol (Poecilia reticulata) ditemukan oleh Robert John

    Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris, di Trinidad pada

    tahun 1850. Nama cetol digunakan sebagai nama populer untuk ikan ini.

    Ikan cetol merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki

    penampilan morfologis cukup menarik dan toleransi yang tinggi terhadap

    kondisi perairan yang kurang baik. Ikan cetol hidup di perairan tawar, juga

    mampu beradaptasi di perairan payau, serta pada kisaran suhu antara 25-28C

    dengan pH sekitar 7,0. Ikan cetol bersifat omnivora dan memiliki panjang

    tubuh sekitar 5-6 cm (Nelson 1984, dikutip oleh Utomo, 2008).

    Klasifikasi ikan cetol :

    Filum : Chordata

    Sub Filum : Vertebrata

    Kelas : Pisces

    Sub Kelas : Teleostei

    Ordo : Cyprinodonoidi

    Sub Ordo : Poecilioidei

    Family : Poecilidae

    Genus : Poecilia

    Spesies : Poecilia reticulata (Nelson dikutip oleh Utomo 2008).

    Ikan cetol merupakan anggota suku Poecilidae yang berukuran kecil.

    Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan bentuk

    tubuhnya, maupun dari warnanya. Panjang total tubuh ikan betina antara 46

    cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 23 cm.

    Ikan cetol banyak ditemukan disaluran-saluran air, atau bisa juga

    membeli dipenjual ikan hias. Ikan ini terbukti cukup mudah dibudidayakan.

    Ikan cetol mudah menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di

  • 7Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan

    selokan. Ikan cetol di berbagai daerah juga dikenal dengan aneka nama lokal

    seperti gepi (Betawi), bungkreung (Sunda), cetol atau cithul (Jawa), klataw

    (Banjarnegara) (Http//:Wikipedia.com).

    Kandungan protein ikan cetol cukup tinggi yaitu 72,01 persen,

    kandungan abu 15,94 persen, tidak mengandung serat kasar (Hermawan,

    2010 :44). Kandungan fosfor ikan cetol 1,73 persen diperoleh dari Hasil uji

    Laboratorium Imu Nutrisi Dan Pakan Universitas Diponegoro Semarang.

    2. Cacing tanah

    Cacing tanah merupakan salah satu jenis fauna yang termasuk ke

    dalam kelompok hewan tingkat rendah dan merupakan kelompok annelid.

    Cacing tanah banyak ditemukan di lingkungan terrestrial basah. Cacing tanah

    bermanfaat bagi manusia, misalnya sebagai sumber pupuk organik,

    peningkatan manfaat limbah organik, sumber protein hewani, bahan baku

    obat dan kosmetik.

    Klasifikasi cacing tanah :

    Kingdom : Animalia

    Filum : Annelida

    Ordo : Haplotaxida

    Family : Lumbricidae

    Genus : Lumbricus

    Spesies : Lumbricus rubellus (Palungkun, 1999).

    Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok

    Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam

    filum Annelida. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh

    pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak

    pada segmen 27-32. Jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga

    tubuhnya lebih kecil. Besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.

    Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.

    Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang

    dan silindris berwarna merah keunguan. (Http://id.wikipedia.com)

  • 8Cacing tanah digolongkan kedalam filum annelida dan kelas

    oligochaeta, Bentuk tubuh cacing tanah panjang dan bersegmen menyerupai

    cincin. Warnanya merah kecoklatan. Panjang tubuhnya mencapai 10-15 cm

    dan berdiameter sekitar 0,5 cm. Cacing ini tidak memiliki kerangka luar.

    Tubuhnya dilindungi oleh kutikula (kulit bagian terluar) dan tidak memiliki

    alat gerak. Pergerakan cacing tanah hanya mengandalkan otot-otot yang

    melingkari tubuhnya. Pergerakan cacing tanah juga dibantu oleh lendir yang

    diproduksi oleh kelenjar epidermis pada tubuhnya. Lendir ini juga berguna

    untuk melicinkan tubuhnya sehingga mempermudah gerakannya saat

    membuat lubang kedalam tanah atau saat keluar dan masuk lubang ( Bachtiar,

    2003:24).

    Cacing tanah mengandung zat makanan dan mineral serta vitamin

    sangat baik untuk tubuh manusia. Cacing tanah mengandung protein yang

    tinggi dan mengandung enzim peroksidase, katalase dan selulase. Kandungan

    fosfor pada cacing tanah yaitu 1 persen. Cacing tanah ini juga mengandung

    vitamin yang bermanfaat bagi pertumbuhan ternak yang mengkonsumsi

    (Palungkun,1999).

    3. Pakan Tambahan

    Pakan tambahan adalah makanan tambahan yang diberikan belut

    sawah untuk kelangsungan hidupnya, seperti aneka jenis ikan dan cacing. Hal

    ini berguna untuk menghindari pengaruh produktivitas belut sawah yang

    tidak maksimal akibat pemberian jenis pakan secara terus menerus. Makanan

    belut sawah adalah berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh

    kedalam air, seperti siput, cacing, anak katak, dan anak ikan (Muktiani :

    2009: 85).

    Pakan yang diberikan pada sore hari karena belut sawah cenderung

    suka mencari makan pada malam hari. Pakan yang diberikan pada media air

    bersih sebagian besar sama seperti pada media lumpur, yaitu ikan-ikan kecil

    (cetol), kecebong, serangga kecil ( laron/rayap), keong mas, cacing tanah dan

    ayam yang dibakar. Pakan buatan yang bisa diberikan pada belut sawah

    adalah pelet. Pemeliharaan belut sawah dengan media air bersih dapat

  • 9dipanen dalam periode 3-4 bulan, tergantung ukuran benih yang ditebar

    (Sarwono, 2011:56).

    Menurut Roy (2009: 17), Belut sawah termasuk hewan yang aktif

    pada malam hari (nokturnal). Belut sawah akan keluar dari liangnya pada

    malam hari untuk mencari makan. Secara umum makanan belut sawah dapat

    diklasifikasikan atas kelas Insecta (serangga), Oligochaeta (cacing-cacingan),

    Gastropoda (siput), dan Pisces (ikan). Pakan yang diberikan harus segar dan

    hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung,

    dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00.

    Pada dasarnya belut sawah merupakan hewan nokturnal , aktif pada

    malam hari walau siang hari juga makan. Pakan yang diberikan pada sore dan

    malam hari bisa lebih banyak dibanding yang diberikan pagi dan siang hari.

    Pakan bisa diberikan pada pukul 17.00 pagi, pukul 22.00 (Ciptanto, 2010:

    62).

    Pakan alami merupakan pakan yang berada di perairan yaitu golongan

    hewan atau tumbuhan sedangkan pakan buatan yaitu pakan yang bisa dibuat

    sendiri dari berbagai bahan bernilai protein tinggi. Bahan tersebut bisa dibuat

    adonan selanjutnya dibentuk menjadi pelet.

    Urutan kegiatan untuk memproduksi pakan adalah sebagai berikut :

    a. Menentukan formula kebutuhan gizi sesuai dengan jenis ikan yang di

    budidaya.

    b. Melakukan seleksi dan memilih bahan baku yang tepat

    c. Menyiapkan bahan baku dengan pengeringan, menghilangkan bagian

    yang bisa beracun dan menggilingnya sampai homogen.

    d. Bahan baku ditimbang sesuai komposisi masing masing

    e. Melakukan percampuran bahan baku

    f. Pencetakan pelet sesuai dengan jenis ikan dan mulut ikan

    g. Melakukan pengukusan agar pelet lebih stabil dalam air.

    h. Melakukan pengeringan dan pendinginan. Pengeringan dilakukan

    dengan pemanasan suhu 60C. Sedangkan pendinginan dilakukan

    pada suhu kamar. Pakan siap dikemas dan disimpan. Penyimpanan

  • 10

    dilakukan pada ruangan yang bersih, tidak lembab dan sirkulasi

    udara bagus.

    4. Belut sawah

    Belut sawah (Monopterus albus) adalah hewan yang tergolong dalam

    kelas ikan (pisces). Bentuk tubuhnya menyerupai ular, yakni bulat

    memanjang dan mempunyai kerangka dalam seperti yang dipunyai ular. Belut

    sawah tidak bersisik dan seluruh tubuhnya dilapisi lendir. Belut sawah tidak

    mempunyai sirip (Muktiani, 2009: 5).

    Belut sawah termasuk ke dalam kelas pisces, akan tetapi ciri fisiknya

    agak sedikit berbeda dengan kelas pisces lainnya, tubuhnya hampir

    menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) memanjang. Sirip duburnya telah

    mengalami perubahan bentuk menyerupai lipatan kulit tanpa adanya

    penyangga jari-jari kuat atau lemah. Sirip dada dan sirip punggung hanya

    berbentuk semacam guratan kulit yang halus. Bentuk ekor pendek dan badan

    lebih panjang dari pada ekornya. Panjang belut sawah bisa mencapai 90 cm

    sebanding dengan ukuran lingkar tubuhnya.

    Klasifikasi Belut Sawah:

    Kingdom : Animalia

    Kelas : Pisces

    Subkelas : Teleostei

    Ordo : Synbrancoidae

    Family : Synbranchidae

    Genus : Monopterus

    Spesies : Monopterus albus (Roy, 2009 : 13).

    Belut sawah memiliki panjang badan 20 kali tinggi tubuh. Letak

    permulaan sirip punggung sedikit dibelakang perut. Alat pernafasan belut

    sawah dilengkapi dengan tiga lengkung insang. Rata-rata panjang tubuh belut

    sawah maksimal mencapai 80 cm dan berat maksimal 400g (Saparinto, 2009:

    43).

  • 11

    Belut sawah bernafas dengan cara mengambil oksigen langsung dari

    udara, belut sawah juga mampu menyerap oksigen melalui kulitnya.

    Kemampuan ini didapat karena belut sawah memiliki alat pernafasan

    tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulutnya. Alat

    ini berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara, insang menghisap

    oksigen dari dalam air. Kebiasaan menghirup langsung dari udara tampak

    ketika belut sawah menyembul dari liang tempat tinggalnya. Belut sawah

    yang dikenal sebagai hewan yang berasal dari tempat beriklim tropis ternyata

    diketahui dapat bertahan hidup melewati musim dingin dengan suhu yang

    sangat rendah. Belut sawah sangat suka dengan perairan yang bersih dan kaya

    oksigen (Muktiani, 2009: 10-11). Belut sawah (Monopterus albus) adalah

    salah satu jenis belut sawah yang banyak dijumpai di habitatnya berupa

    sawah. Belut sawah mempunyai ciri-ciri fisik, antara lain warna kulit lebih

    terang, mata lebih kecil, ukuran lebih kecil (belut sawah dewasa < 200 gram),

    perbandingan diameter dan panjang badan adalah 1:2. Belut sawah banyak

    dijumpai di pulau Jawa, Madura, dan Bali. Belut sawah termasuk alam

    golongan hewan hermaprodit protogini, yaitu pada masih muda berkelamin

    betina dan pada saat dewasa berkelamin jantan perubahan kelamin biasanya

    terjadi pada usia antara 4 hingga 6 bulan. Perubahan kelamin dipengaruhi

    oleh habitat belut sawah, jika dalam komunitas hanya terdapat dua ekor belut

    sawah maka belut sawah yang berukuran lebih besar bertindak sebagai

    pejantan dan yang lebih kecil bertindak seperti betina. Belut sawah jantan

    mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: warna kulit lebih gelap, kepala lebih

    besar dan tumpul, serta berukuran panjang lebih dari 40 cm. Belut sawah

    betina mempunyai ciri-ciri warna kulit lebih cerah, kepala lebih kecil, dan

    runcing, serta berukuran panjang 20-30 cm (Junariyata, 2012: 13-14).

  • 12

    Tabel 1. Perbandingan Komposisi Kandungan Gizi Pada Belut SawahDengan Bahan Makanan Lainnya

    Zat gizi Belut sawah Ikan Mas Telur Daging Sapi

    Kalori (kal) 82 69 146 207Protein (g) 6,7 128 11,5 18,8Lemak (g) 1 1,6 10,4 14Karbohidrat (mg) 10,9 0 0,6 0Fosfor (mg) 533 120 162 170Kalsium (mg) 390 16 48,6 11Zat besi (mg) 1,3 1,6 2,4 2,8Vitamin a( IU) 0 37,6 27,8 9Vitamin B1 (IU) 0 0,04 0,09 0,08Air 79,6 64 66,6 66

    Sumber: (Junariyata, 2012: 7)

    5. Media air bersih

    Air adalah faktor utama yang sangat berpengaruh pada

    perkembangan belut sawah pada pembesaran dengan menggunakan kolam air

    bersih. Air yang digunakan dalam budidaya belut sawah harus rutin dikontrol,

    sehingga tidak mempengaruhi perkembangan belut sawah. Air yang layak

    digunakan dalam budidaya belut sawah di air bersih adalah air yang jernih,

    memiliki suhu antara 25-28C, dan air yang tidak mengandung zat-zat kimia

    berbahaya. Aliran air kedalam kolam budidaya akan menambah kandungan

    oksigen didalamnya dan sangat berpengaruh untuk perkembangan serta

    pertumbuhan belut sawah, Jika kolam budidaya belut sawah tidak ada

    sirkulasi air dan pembuangan, air cepat kotor/keruh, maka harus sering

    mengganti air paling tidak 2 atau 3 hari sekali (Muktiani, 2009: 83:84).

    Menurut Roy (2009 : 24-25), Derajad keasaman (pH) air yang ideal

    bagi belut sawah adalah 5-7. Kandungan mineral di dalam air juga harus

    benar-benar alami, yakni terbebas dari minyak atau limbah kimia. Pendapat

    ini didukung oleh Junariyata (2012:46), Air yang mendukung kehidupan belut

    sawah harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti bersih, tidak beracun,

    mengandung banyak oksigen, bersih, pH antara 5-7 dan suhu antara 25-28C.

    Kondisi perairan yang cocok untuk budidaya belut sawah adalah air

    yang bersih dan kaya oksigen, terutama untuk benih yang masih kecil dengan

  • 13

    ukuran 1-2 cm. Belut sawah adalah binatang air yang selalu mengeluarkan

    lendir dari tubuhnya. Pengeluaran lendir ini adalah mekanisme perlindungan

    tubuhnya yang sensitif. Lendir yang keluar dari tubuh belut sawah cukup

    banyak sehingga lama-kelamaan dapat berpengaruh pada air tempat hidupnya

    (Junariyata, 2012: 31).

    Belut sawah sudah bisa dibudidayakan dengan menggunakan media

    air bersih. Belut sawah merupakan ikan habitat alaminya adalah perairan

    berlumpur, belut sawah juga merupakan ikan yang hidupnya membutuhkan

    air sebagai media hidupnya. Belut sawah dapat dibudidayakan pada media air

    bersih menjadi sangat mungkin. Lingkungan harus tetap harus disesuaikan

    dengan kebutuhan serta nutrisinya yang juga harus diperhatikan. Penggunaan

    air bersih memiliki beberapa kelebihan sebagai media hidup belut sawah.

    Berikut adalah beberapa kelebihan yang didapatkan dengan

    menggunakan air bersih sebagai media hidup belut sawah diantaranya:

    a. Kemudahan dalam melakukan pengontrolan terhadap belut sawah

    yang dibesarkan, selain itu jika ada belut sawah yang terlihat sakit

    atau mati, akan mudah terlihat sehingga bisa segera diambil dari

    kolam budidaya.

    b. Penebaran benih belut sawah lebih banyak jumlah belut sawah yang di

    besarkan di kolam hingga bisa mencapai 30 kali lipat per m di

    banding budidaya belut sawah di media lumpur.

    c. Meminimalkan angka kanibalisme antara belut sawah satu dengan

    yang lainya justru saling membutuhkan, dalam metode budidaya belut

    sawah di air bersih, badan belut sawah adalah sebagai tempat untuk

    saling melindungi dan sebagai tempat persembunyian.

    d. Lebih efisien dan effektif, budidaya belut sawah di air bersih akan

    menghemat lahan karena dalam pembuatan kolam dengan media air

    bersih, bisa disusun menjadi 3 tingkat atau lebih. Pemberian pakan di

    media air bersih juga tidak cuma-cuma karena setiap kita tebar

    pakannya, belut sawah akan melihat sehingga belut sawah akan

    langsung memangsanya ( Junariyata, 2012: 31).

  • 14

    Pasokan air bersih penting untuk sirkulasi air didalam kolam, baik

    untuk pembibitan atau pembesaran belut sawah. Syarat air yang dibutuhkan

    dalam budidaya belut sawah harus bersih, kaya oksigen, dan tidak terlalu

    keruh. Selain itu, air yang bagus memiliki pH 6-7, yakni tidak asam tidak

    basa, dengan begitu pertumbuhan belut sawah dapat maksimal (Hermawan,

    2010: 11).

    Pembesaran belut sawah dengan media air bersih juga tidak serta

    merta hanya menebar benih pada media air bersih. Air bersih yang digunakan

    juga harus memenuhi syarat media yang cocok bagi pertumbuhan belut

    sawah. Air yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan belut sawah adalah

    memiliki suhu antara 25-28C, tidak mengandung logam berat atau bahan

    kimia berbahaya, serta memiliki pH yang tidak lebih dari 7 (Sarwono, 2011:

    50).

    Air yang harus dihindari adalah air yang sudah terkontaminasi,

    seperti air yang sudah tercampur pestisida, air limbah rumah tangga dan air

    limbah industri. Air sisa pakan seperti pelet yang tidak dibersihkan di dasar

    kolam dapat merusak kondisi air (Hermawan, 2010: 11).

    Air pemeliharaan harus diganti dengan frekuensi dua kali seminggu,

    yaitu dengan cara membuang seluruh air dalam bak pemeliharaan hingga

    habis dan menggantinya dengan air bersih. Pergantian air perlu dilakukan

    sekaligus membersihkan sisa-sisa pakan agar tidak menjadi racun. Pergantian

    air pada pagi hari juga bertujuan untuk menyediakan media yang segar dan

    mengandung banyak oksigen sehingga usai pergantian air, belut sawah dapat

    beristirahat dengan tenang dengan pasokan oksigen yang optimal.

    Metabolisme tubuh belut sawah menjadi lebih baik dan belut sawah menjadi

    segar serta tidak mudah terserang penyakit. Tinggi permukaan air pada wadah

    juga harus dikontrol karena mempengaruhi kandungan oksigen dalam media.

    Jika terlalu tinggi, pertukaran udara dengan air menjadi terhambat sehingga

    belut sawah yang ada dibagian bawah akan lebih cepat merasa letih. Kondisi

    tersebut membuat belut sawah merasa tidak nyaman dan mengalami stres.

  • 15

    Pergerakan belut sawah yang berlebihan juga mengakibatkan energinya

    banyak terbuang sehingga pertumbuhan terhambat (Sarwono, 2011: 58-59).

    6. Kandungan Fosfor

    Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh yaitu 1

    persen dari berat badan. Kurang lebih 85 persen fosfor didalam tubuh terdapat

    berbagai garam kalsium fosfat yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit didalam

    tulang dan gigi. Hidroksiapatit memberi kekuatan pada tulang. Fosfat

    selebihnya terdapat didalam sel tubuh, separuhnya didalam otot dan didalam

    cairan ekstraselular. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan

    RNA yang terdapat dalam tiap inti sel dan sitoplasma tiap sel hidup. Fosfat

    organik dan fosfat memegang peranan penting dalam reaksi yang berkaitan

    dalam penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenosin TriFosfat

    (ATP) (Almatsier,2009).

    Kebutuhan fosfor untuk anak-anak berfungsi untuk penunjang

    perkembangan disaat pertumbuhan, 70 persen dari fosfor yang berada dalam

    makanan dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan fosfor dibantu oleh vitamin D

    dan diekskresikan dalam urin. Kekurangan fosfor mengakibatkan

    demineralisasi tulang dan terjadi pertumbuhan yang kurang baik. Fosfor yang

    berbentuk kristal kalsium fosfat yang terdapat dalam tubuh sebanyak 80

    persen berada dalam tulang dan gigi (Poedjiadi, 2006).

    Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada

    metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan

    gusi untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Belut

    sawah juga mengandung fosfor nilainya dua kali lipat fosfor pada telur.

    Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang, jadi

    konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium agar tulang menjadi kokoh

    dan kuat (Muktiani,2011: 21).

    Menurut Aminudin (1998), fosfor sangat penting peran biokimia dan

    fisiologinya. Fosfor dideposit dalam tulang dalam bentuk kalsium

    hidroksiapetite. Fosfor merupakan komponen dari fosfolipid yang

    mempengaruhi permeabilitas sel dapat merupakan komponen dari mielin

  • 16

    pembungkus urat saraf, banyak transfer energi dalam sel melibatkan ikatan

    fosfat yang kaya energi dalam ATP. Fosfat memegang peranan dalam sistem

    buffer dari darah, mengakibatkan beberapa vitamin B (tiamin, niasin,

    piridoksin, riboflavin, biotin, dan asam pantotenik) untuk membentuk

    koenzim yang dibutuhkan dalam proses fosforilasi awal.

    Metabolisme fosfor sebagian besar berhubungan dengan metabolisme

    kalsium. Perbandingan Ca : P dalam makanan mempengaruhi absorpsi dan

    ekskresi unsur-unsur ini, jika salah satu unsur ini berlebihan, ekskresi unsur

    lainnya meningkat. Peningkatan metabolisme karbohidrat, seperti selama

    absorpsi karbohidrat, diikuti oleh penurunan senyawa fosfat serum.

    Penurunan yang serupa dapat terjadi selama absorpsi lemak (Harold A.

    Harper, dkk, 1979: 606).

    Fosfor merupakan unsur yang sangat banyak dujumpai di alam, secara

    keseluruhan menempati peringkat ke-12 di bumi. Dijumpai dalam bentuk

    ikatan kimia, biasanya dalam batuan fosfat, yang terutama terdiri dari

    senyawa yang mengandung kalsium fosfat. Fosfor mempunyai sejumlah

    peran yang sangat penting. Unit fosfat berperan dalam struktur DNA yang

    mengatur reaksi kimia sel dan mentransformasi genetik dari satu generasi

    kegenerasi selanjutnya. Unit fosfor juga dijumpai dalam fosfolipid dan sel

    yang membentuk dinding sel.

    7. Kandungan Lemak

    Lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon,

    hidrogen dan oksigen. Oksigen dalam lemak lebih sedikit dari pada yang

    terdapat dalam karbohidrat. Pembakaran lemak mengikat lebih banyak

    oksigen sehingga panas yang dihasilkan lebih banyak. Lemak disimpan

    dibawah kulit merupakan persediaan energi jangka panjang dan merupakan

    insulasi dalam tubuh. Lemak merupakan bahan penting dalam membran sel

    dan sifatnya tidak larut dalam air dimanfaatkan dalam sistem kedap air

    sejumlah organisme (Irianto, 2004: 28).

    Lemak merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih

    berkerabat karena sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini

  • 17

    mempunyai sifat umum yaitu: relatif tidak dapat larut dalam air, larut

    didalam pelarut non polar. Lemak merupakan konstituen diet penting bukan

    hanya karena nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya

    vitamin larut lemak dan asam lemak essensial didalam makanan (Murray, et

    al, 2003: 148 dan 152).

    Lemak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Trigliserida

    merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul

    asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda-beda), yang

    membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air (Herlina, 2002: 12).

    Lemak disimpan pada jaringan adiposa, tempat senyawa ini juga

    berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan sekitar organ

    tertentu. Kombinasi lipid dengan protein (lipoprotein) adalah konstituen sel

    yang penting, yang terdapat baik di membran sel maupun mitokondria, dan

    juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid dalam darah (Murray, et al, 2009

    : 128).

    Lipid dalam makanan terutama berupa triasil gliserol, dan mengalami

    hidrolisis menjadi monoasilgliserol dan asam lemak di usus yang kemudian

    mengalami re-estrifikasi di mukosa usus. Lipid di ekskresikan kedalam sistem

    limfe lalu kealiran darah sebagai kilomikron yaitu lipoprotein plasma terbesar

    (Murray, et al, 2009 : 143).

  • 18

    B. Kerangka Berpikir

    Prospek belut sawah cukup hebat, ditilik dari potensi pemasaran,

    potensi lahan, kandungan gizi sebagai makanan dan obat, variasi makanan,

    dan tidak sulitnya cara budidaya, usaha budidaya belut sawah memiliki modal

    dasar untuk dikembangkan menjadi lahan usaha. Budidaya belut sawah harus

    digarap dengan ketekunan dan keterampilan tersendiri agar menuai

    keberhasilan.

    Belut sawah (Monopterus albus) adalah hewan yang tergolong dalam

    kelas ikan (pisces). Tubuh belut sawah menyerupai ular, yakni bulat

    memanjang dan mempunyai kerangka dalam seperti yang dipunyai ular. Belut

    sawah mengandung gizi dan fosfor yang tinggi. Permintaan belut sawah yang

    tinggi membuat peternak belut sawah berinisiatif untuk memelihara belut

    sawah dengan media air bersih dan pemberian pakan utama maupun

    tambahan secara intensif. Makanan alami yang dikonsumsi belut sawah sudah

    tersedia di alam dan mudah untuk ditemukan. Makanan belut sawah tersebut

    contohnya adalah cacing tanah dan ikan cetol.

    Belut sawah dipelihara secara intensif dalam bak berisi air bersih

    dengan kondisi lingkungan yang mendukung yaitu lingkungan yang tenang

    dan teduh. Pemeliharaan intensif untuk meningkatkan kandungan fosfor dan

    menurunkan kandungan lemak pada daging belut sawah diharapkan dapat

    memenuhi gizi yang dibutuhkan masyarakat di Indonesia dan melestarikan

    spesies belut sawah itu sendiri. Pemberian pakan belut sawah di atur antara

    pakan tambahan berupa ikan cetol dan cacing tanah, sedangkan pakan utama

    berupa pelet.

  • 19

    C. Paradigma Penelitian

    Paradigma penelitian akan disajikan dalam bagan pada gambar berikut ini

    :

    D.

    E.

    Gambar 1. Diagram Paradigma Penelitian

    ManajemenPakan

    Permasalahan

    PemecahanMasalah

    Pemeliharaansecara

    intensif

    ManajemenKondisi

    Lingkungan

    Hasil yangdiharapkan

    PakanTambahan ikan

    cetol dancacing tanah

    Pakan utama( Pelet)

    Lingkunganyang tenang

    Kolam bakberisi air

    bersih

    Tempat yangteduh

    Belut sawah rendahkandungan Fosfor

    Belut sawah tinggikandungan Lemak

    Belut sawahdengan

    kandunganLemak rendah

    Belut sawahdengan

    kandunganFosfor tinggi

  • 20

    A. Hipotesis

    Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitiansebagai berikut :

    1. Hipotesis penelitian :

    Pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan

    berpengaruh untuk meningkatkan fosfor dan menurunkan kandungan

    lemak pada belut sawah (Monopterus albus).

    2. Hipotesis Statistik :

    Guna kepentingan hipotesis diajukan hipotesis statistik sebagai berikut:

    H0 = Tidak ada pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah,sebagaipakan tambahan berpengaruh untuk meningkatkan kandungan fosfordan menurunkan kandungan lemak pada belut sawah (Monopterusalbus).

    HA = Ada pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakantambahan berpengaruh untuk meningkatkan kandungan fosfor danmenurunkan kandungan lemak pada belut sawah (Monopterusalbus).

  • 21

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di jalan Rejomulyo V no.11, Kecamatan

    Tembalang Kabupaten Semarang. Analisis parameter dilakukan di Laboratorium

    Ilmu Pangan Jurusan Teknologi Pangan UNIKA SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG. Penelitian ini dilaksanakan dimulai Januari s/d Maret 2013.

    B. Bahan Penelitian

    1. Belut sawah : 45 ekor

    2. Cacing tanah : 300 g

    3. Ikan cetol : 100 g

    4. Eceng Gondok : 18 buah

    5. Garam : 3 bungkus

    6. Air

    7. Antibiotik Txcetracyclin

    C. Alat Penelitian

    1. pH meter : 1 buah

    2. Termometer : 1 buah

    3. Ember : 12 buah

    4. Jaring : 2 buah

    5. Jala (Wering ) : 3 m

    6. Terpal : 2 m

    7. Selang : 15 m.

    D. Variabel Penelitian

    Terdapat variabel utama yang diidentifikasikan menurut fungsinya dapat

    dibedakan menjadi :

    1. Variabel bebas

    Penelitian ini variabel bebasnya adalah belut sawah (Monopterus albus), ikan

    cetol dan cacing tanah.

    2. Variabel Tergantung

  • 22

    Penelitian ini variabel tergantung adalah Kandungan Fosfor dan Lemak.

    3. Variabel Kendali

    Penilitian ini variabel kontrol adalah Konsentrasi jenis pakan, Media air

    bersih, Suhu dan pH.

    E. Parameter Penelitian

    Pada penelitian ini parameter yang diamati adalah :

    1. Kandungan fosfor pada belut sawah yang dihasilkan dari pemberian pakan

    tambahan.

    2. Kandungan lemak pada belut sawah yang dihasilkan dari berupa

    pemberian pakan tambahan.

    F. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan penelitian True-Experimental Research atau

    eksperimental sesungguhnya karena bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan

    saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu atau lebih

    kelompok eksperimental satu atau lebih kelompok yang tidak dikenali kondisi

    perlakuan.

    Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

    (RAL). Unit eksperimen dibagi menjadi beberapa kelompok. Jumlah kelompok

    sama dengan jumlah ulangan. Setiap kelompok mengandung semua perlakuan

    yang diberikan (Gomez K.A dan Gomez A.A, 1995).

    Rancangan yang digunakan terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan,

    sehingga ada 12 ember eksperimen dan ditempatkan secara acak kelompok.

    Pengelompokan dilakukan pada seluruh materi percobaan secara merata sebelum

    percobaan dimulai. Rancangan yang digunakan terdiri dari 4 perlakuan yaitu:

    A : pelet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah

    B : pelet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah

    C : pelet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah

    D : pelet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.

    Cara untuk memberi makanan belut sawah agar pakan yang diberikan

    memenuhi kebutuhan yang sesuai dosis maka, masing-masing pakan harus

  • 23

    dihomogenkan terlebih dahulu sehingga kebutuhan belut sawah diharapkan dapat

    terpenuhi. Pelet yang digunakan dalam bahan pakan belut sawah adalah buatan

    sendiri yang dikombinasikan dengan bahan-bahan sebagai berikut:

    Tabel 2. Pedoman Dosis Pembuatan Pakan

    Bahan Takaran

    Cacing tanah 300 gramIkan cetol 100 gramTepung kanji 1000 gramBekatul 500 gramTepung ikan 500 gramAir 2500 gram

    Sumber : (Roy, 2006).

    Adapun dosis dan cara dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :

    Tabel 3. Pedoman Pengelolaan Pakan

    Bobot ikan (gram) Dosis Pemberian Pakan(bobot tubuh per hari)

    1 - 5 10 - 75 - 20 6 - 4

    20 - 100 4 - 2,5100 - 200 2,5 - 2200 - 400 2 - 1,5

    Sumber: (Ciptanto, 2010).

    Jumlah pakan yang diberikan per hari berkisar antara 3 5 % berat total

    biomassa ikan. Ikan dengan berat 50 gr/ekor jumlah pakan yang diberikan 5 %

    dari biomassa ikan. Ikan dengan berat lebih dari 50 gr jumlah pakan yag diberikan

    3 % biomassa ikan. Kebutuhan pakan ikan dapat di hitung dengan ketentuan

    sebagai berikut :

    1. Menentukan berat ikan per ekor ( A )

    2. Menentukan jumlah populasi ikan dalam 1 ember ( B )

    3. Menentukan dosis pemberian pakan per hari ( C )

    4. Menghitung dengan cara B x A x C

    5. Hasil dihitung bentuk hasil akhir dalam gram.

  • 24

    Pengamatan dilakukan setiap hari selama 11 minggu. Pengamatan setiap

    2 minggu terhadap pH air. Pergantian air pada tiap-tiap ember dilakukan 2

    minggu sekali. Uji kandungan fosfor dan lemak dilakukan pada akhir pengamatan

    dengan melakukan uji laboratorium.

    Gambar 2. Denah Rancangan Acak LengkapKeterangan :Huruf : perlakuanAngka : urutan tempatAngka indeks : ulangan ke-

    G. Prosedur Pelaksanaan1. Tahap perencanaan

    a. Merancang alat-alat dan bahan-bahan diperlukan untuk penelitian.

    b. Mencari dan tinjau tempat penjualan alat-alat dan bahan-bahan yang

    diperlukan untuk penelitian.

    c. Merancang dosis ikan cetol dan cacing tanah yang akan digunakan

    sebagai perlakuan.

    2. Persiapan

    a. Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk

    penelitian.

    b. Menyiapkan bibit belut sawah dan pakan tambahan pada belut sawah.

    c. Mencuci ember yang akan digunakan.

    d. Mengatur ember sesuai dengan parameter.

    e. Merendam ember selama 1 minggu untuk menghilangkan bau plastik

    yang terdapat didalamnya.

    f. Memasang terpal sebagi penutup.

    D1 B1 C1

    A1A2 D2

    C2 A3 D3

    C3 B2 B3

  • 25

    3. Pelabelan

    a. Menyiapkan kertas stiker yang bertuliskan rancangan perlakuan dan

    ulangan dengan spidol permanen.

    b. Mentempelkan kertas stiker pada sisi ember.

    c. Menutup label dengan lakban bersih.

    4. Pencampuran

    a. Mengambil pelet, ikan cetol dan cacing tanah dengan dengan takaran

    yang sesuai dengan prosedur yang telah di tentukan sehingga pakan

    berbentuk pelet.

    5. Tahap pelaksanaan

    a. Memasukkan bibit belut sawah sebanyak 5 ekor ke dalam masing

    masing ember berdiameter 21 cm dengan tinggi air 10 cm, tinggi ember

    18 cm , pH antara 78 dengan suhu 250C-280C.

    b. Menetralkan kondisi belut sawah dalam ember dengan cara

    memberikan pakan utama dengan dosis yang sama selama satu minggu

    sebagai proses adaptasi kehidupan belut sawah.

    c. Memasukkan ikan cetol, cacing tanah, tepung ikan, tepung kanji dan

    bekatul yang sudah dihomogenkan sehigga berbentuk pelet kedalam

    masing-masing ember.

    d. Mengatur kandungan pH air dan mengecek keadaan belut sawah setiap

    hari.

    e. Mengganti air setiap 2 minggu sekali.

    f. Menunggu sampai proses panen tiba.

    g. Melakukan pengujian kandungan fosfor dan lemak.

    D = 21 cmT air = 10 cmT = 18 cmSuhu = 25-28C

    Gambar 3. Penataan Dalam Ember.

    Peralon panjang= 10 cm

    Ember bahan plastik

  • 26

    H. Metode Analisis Data

    Dari data pengamatan dan perhitungan tentang kandungan fosfor dan

    lemak dengan pemberian pakan tambahan dalam berbagai dosis, maka dapat

    dimasukkan dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel 4. Data Kandungan Fosfor Pada Belut Sawah ( Monopterus albus) dengan 4Perlakuan dan 3 Kali Ulangan.

    Perlakuan Ulangan ke - Total / perlakuan

    Rataanperlakuan1 2 3

    ABCD

    Jumlah umum(G)

    Rataan umum

    Tabel 5. Data kandungan Kemak pada Belut Sawah ( Monopterus albus) dengan 4Perlakuan dan 3 Kali Ulangan.

    Perlakuan Ulangan ke - Total / perlakuan

    Rataanperlakuan1 2 3

    ABCD

    Jumlah umum(G)

    Rataan umum

  • 27

    Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam ( analisis

    varians) untuk data percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

    banyaknya ulangan yang sama akan dijelaskan sebagai berikut:

    Tabel 6. Analisis Varians dari RAL (Rancangan Acak Lengkap).

    Sk Db Jk KT FH F Tabel5% 1%Perlakuan t-1 JKP

    Galat (rt-1) (t-1) JKGTotal rt-1 JKP+JKG

    Sumber : Gomez, K.A dan Gomez, A.A: 1995Keterangan :

    t : Banyaknya perlakuanr : Banyaknya ulanganSk : Sumber keragamanJK : Jumlah kuadratKT : Kuadrat tengahJKP : Jumlah kuadrat perlakuandb : Derajat bebasn : Jumlah pengulanganFH : Fhitung.

    Untuk menghitung :a. Faktor koreksi (FK) =

    b. Untuk menghitung jumlah kuadrat (JK)

    JK Umum

    JK perlakuan = F.K

    JK Galat = JK umum JK perlakuan

    Dimana : Xi : Pengukurann : Banyaknya peta percobaanTi : Jumlah perlakuanG= x

    c. Untuk menghitung Kuadrat Tengah (KT)

    KT Perlakuan =

    KT Galat =

  • 28

    d. Untuk menghitung F (beda uji nyata perbedaan perlakuan)

    Nilai F diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

    F =

    Untuk menerima atau menolak hipotesis penelitian dengan kriteria sebagaiberikut :

    Jika nilai Fhitung> Ftabel pada teraf nyata 5% atau 1% dinyatakan berbeda sangatnyata signifikan, berarti H0 ditolak HA diterima. Bila hasil uji F tersebutdinyatakan beda nyata (signifikan), maka pengujian selanjutnya yaitu Uji JarakGanda Duncan (UJGD) dengan rumus :

    Rp =

    Dimana sd =

    Rp : Nilai t pada tabelsd : Galat baku perbedaan rataans2 : Ragam kuadrat tengah (KT)r : Ulangant : Banyaknya perlakuanp : JarakSumber : Gomez, K.A dan Gomez, A.A: 1995

  • 29

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Data hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing

    tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media

    air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor dan menurunkan kandungan

    lemak adalah sebagai berikut:

    A. Kandungan Fosfor

    Data tentang pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai

    pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media air bersih

    terhadap pada belut sawah fosfor dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

    Tabel 7. Kandungan Fosfor Pada Belut Sawah (Monopterus albus) (%)

    Perlakuan Ulangan

    JumlahPerlakuan

    (T)

    RataanPerlakuan

    1 2 3A 2, 020 1, 650 1, 429 5, 099 1, 700B 1, 243 1, 633 1, 585 4, 641 1, 547C 1, 126 2, 857 1, 881 5, 864 1, 954D 1, 229 2, 016 1, 481 4, 726 1, 575

    JumlahUmum

    (G) 5, 618 8, 156 6, 376 20, 330 6, 776Rataanumum 1,449 2,039 1,594 1, 694

    Keterangan :A: pelet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanahB: pelet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanahC: pelet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanahD: pelet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.

    Berdasarkan tabel 7. di atas dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian ikan

    cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus

    albus) dalam media air bersih terhadap kandungan fosfor memberikan hasil yang

    tertinggi pada perlakuan C yaitu ( X C = 1,954) sedangkan yang paling rendah

    terdapat pada perlakuan B yaitu ( X B = 1,547).

  • 30

    Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat Histogram kandungan fosfor

    sebagai berikut:

    Gambar 4. Histogram Kandungan Fosfor pada Pemeliharaan Belut Sawah(Monopterus albus) Secara Intensif pada Media Air Bersih dengan Pemberian

    pakan Ikan Cetol dan Cacing Tanah.

    Perhitungan homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik

    ragam. Hasil analisis sidik ragam (RAL) terhadap kandungan fosfor dapat dilihat

    dalam Tabel 8. di bawah ini :

    Tabel 8. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Fosfor.

    SumberKeragaman

    (Sk)

    DerajatBebas(db)

    JumlahKuadrat

    (Jk)

    KuadratTengah

    (Kt)

    FHitung

    Ftabel

    5% 1%

    Perlakuan 3 0,31 1,103 0,407ts 4,07 7,59

    Galat Percobaan 8 2,128 0,253

    Umum 11

    ts = tidak signifikan / beda nyata pada taraf nyata 5%kk = 38,6 %

    Berdasarkan tabel 8. Diketahui bahwa Fhitung (0,407)

  • 31

    cetol dan cacing tanah, sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus

    albus) berpengaruh terhadap kandungan fosfor diterima.

    B. Kandungan Lemak

    Berikut adalah data tentang pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing

    tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media

    air bersih terhadap kandungan lemak dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 9. Kandungan Lemak pada Belut Sawah (Monopterus albus) (%)

    PerlakanUlangan

    JmlahPerlakuan

    (T)

    RatanPerlakuan

    1 2 3A 0,429 0,467 0,802 1,698 0,566B 1,298 1,525 0,710 3,533 1,177C 0,503 0,851 0,449 1,803 0,601D 0,851 0,970 0,761 2,582 0,860

    JumlahUmum (G) 3,081 3,813 2,722 9,616 3,204Rataanumum 0,770 0,953 0,680 0,801Keterangan :A : pelet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanahB : pelet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanahC : pelet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanahD : pelet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.

    Berdasarkan tabel 9. Dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian ikan cetol

    dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus)

    dalam media air bersih terhadap kandungan lemak memberikan hasil yang

    tertinggi pada perlakuan B yaitu ( X B = 1,177) sedangkan yang paling rendah

    terdapat pada perlakuan A yaitu ( X A = 0,566).

    Berdasarkan data tabel 9, maka dapat dibuat diagram batang kandungan

    lemak sebagai berikut:

  • 32

    Gambar 5. Diagram Batang Kandungan Lemak pada Pemeliharaan Belut Sawah(Monopterus albus) Secara Intensif pada Media Air Bersih dengan Pemberian

    Pakan Ikan Cetol dan Cacing Tanah.

    Perhitungan homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik

    ragam. Hasil analisis sidik ragam (RAL) terhadap kandungan lemak dapat dilihat

    dalam Tabel 10. di bawah ini :

    Tabel 10. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Lemak

    SumberKeragaman

    (Sk)

    DerajatBebas(db)

    JumlahKuadrat

    (Jk)

    KuadratTengah

    (Kt)

    FHitung

    Ftabel

    5% 1%

    Perlakuan 3 0,274 0,241 3,492ts 4,07 7,59

    Galat Percobaan 8 0,552 0,069

    Umum 11= Tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%

    kk = 32,7 %

    Berdasarkan tabel 10. diketahui bahwa Fhitung (3,492)

  • 33

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan data hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ikan cetol

    dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus)

    dalam media air bersih terhadap kandungan fosfor dan lemak dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    A. Kandungan Fosfor pada Belut sawah (Monopterus albus) :

    Berdasarkan hasil analisis statistika tidak ada pengaruh pemberian ikan

    cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus

    albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor. Data

    tersebut yang memiliki nilai kandungan fosfor tertinggi pada perlakuan C ( X C =

    1,954) yaitu perlakuan pelet 2,5 g ditambah 1 gr ikan cetol dan 1 gr cacing tanah,

    sedangkan rata-rata kandungan fosfor terendah pada perlakuan B menghasilkan

    rata-rata ( X B = 1,547) yaitu perlakuan pelet 2,5 g ditambah 0,5 g ikan cetol dan

    1,5 g cacing tanah. Perbedaan kandungan fosfor ini disebabkan pola pemberian

    makan setiap belut sawah yang berbeda serta penyebaran sumber makanan yang

    berbeda pula sehingga kandungan fosfor belut sawah dari masing-masing

    perlakuan mendapat hasil yang berbeda pula. Perhitungan selengkapnya mengenai

    kandungan fosfor pada belut sawah dapat dilihat pada lampiran 1.

    Palungkun (1999: 12), Kandungan fosfor pada cacing tanah yaitu 1 persen.

    Hasil uji Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Universitas Diponegoro Semarang

    menyatakan bahwa kandungan ikan cetol yaitu 1,73 persen. Fosfor merupakan

    mineral yang dibutuhkan ikan, karena sangat berperan dalam pembentuk tulang

    dan berperan dalam proses metabolisme tubuh karena mampu menjaga tingkat

    keasaman lambung. Penambahan fosfor dalam pakan buatan dapat memperbaiki

    pertumbuhan ikan, kalsium dan fosfor dalam tubuh, dan nafsu makan (Afrianto

    dan Liviawati, 2005:81). Menurut Mashuri, Sumarjan, dan Zaenal (2012) pakan

    yang baik untuk belut sawah pada pemeliharaan dengan menggunakan air bersih

    yaitu cacing tanah karena menunjukkan pertumbuhan berat 7,38 g dan panjang

  • 34

    5,61 cm yang tertinggi di antara pakan jenis yang lain. Hal ini disebabkan protein

    cacing tanah memiliki nilai protein kasar yang tinggi yaitu 49,5%,

    Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejunum bagian tengah dan masuk ke dalam

    aliran darah melalui sirkulasi portal dan transport ini terjadi secara aktif yang

    membutuhkan natrium, maupun secara difusi. Pengaturan absorpsi fosfat diatur

    oleh 1,25-dehidroksikalsiferol. Fosfat ikut serta dalam siklus pengaturan derivat

    aktif vitamin D3. Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan 1,25-

    dehidroksikalsiferol dalam tubulus renalis dirangsang yang menyebabkan absorpsi

    fosfat dari usus. Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal. Fosfat plasma

    dengan jumlah 80 - 90% difiltrasi pada glomerulus ginjal, dan jumlah fosfat yang

    diekskresi dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan

    yang direabsorpsi oleh tubulus proksimal dan tubulus distal ginjal. 1,25

    dehidroksikalsiferol merangsang reabsorpsi fosfat bersama kalsium dalam tubulus

    proksimal. Tetapi hormon paratiroid mengurangi reabsorpsi fosfat oleh tubulus

    renalis dan dengan demikian mengurangi efek 1,25- dehidroksikalsiferol pada

    eksresi fosfat. Bila tidak ada efek kuat hormon paratiroid, ginjal mampu memberi

    respon terhadap 1,25-dehidroksikalsiferol dengan pengambilan semua fosfat yang

    difiltrasi. Absorpsi mineral dapat dipengaruhi oleh zat chelating (fitat dan oksalat),

    protein, lemak, mineral lain, dan serat dalam makanan. Adanya asam fitat pada

    pakan nabati mempengaruhi serapan fosfor. Amin et al (2011), menyatakan

    bahwa fosfor yang terkandung dalam bahan baku nabati tidak mampu

    dimanfaatkan oleh ikan karena keterbatasan enzim pemecah asam fitat yaitu

    fitase. Ikan tidak mampu mencerna asam fitat oleh karenanya akan dilepas ke

    perairan. Material pakan yang tidak dapat dicrena oleh ikan akan dikeluarkan

    melalui feses (Amin, et al. 2011). Widya, (2011) menyatakan pakan nabati berupa

    jamur kombucha yang diberikan pada ikan lele tidak dapat diserap oleh tubuh lele

    .

  • 35

    B. Kandungan Lemak pada Daging Belut sawah (Monopterus albus) :

    Berdasarkan hasil analisis statistika tidak ada pengaruh pemberian ikan

    cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus

    albus) dalam media air bersih terhadap kandungan lemak. Hasil penelitian

    menunjukan bahwa pemberian ikan cetol dan cacing tanah tidak memberikan

    pengaruh terhadap rata-rata untuk menurunkan kandungan lemak pada

    pemeliharaan belut sawah (Monopterus albus) dengan media air bersih.

    Berdasarkan data kandungan lemak tersebut yang memiliki nilai tertinggi pada

    perlakuan B ( X B = 1,177) yaitu perlakuan pelet 2,5 g ditambah 0,5 g ikan

    cetol dan 1,5 g cacing tanah sedangkan rata-rata kandungan lemak terendah pada

    perlakuan A menghasilkan rata-rata ( X A = 0,566) yaitu perlakuan pelet 4,5 g

    tanpa pemberian ikan cetol dan tanpa pemberian cacing tanah.

    Tidak adanya pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai

    pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) terhadap kandungan lemak

    disebabkan jenis pakan yang berbeda akan menyebabkan nilai nutrisi atau gizi

    yang berbeda pula. Berdasarkan data hasil Uji Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan

    Pakan Universitas Diponegoro Semarang Ikan cetol mengandung lemak sebesar

    17, 56 persen dan kandungan lemak pada cacing tanah menurut Hermawan (

    2010: 44) sebesar 7,32 persen. Lemak pada pakan penting bagi ikan, karena

    berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan

    fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu,

    membantu dalam penyerapan vitamin yang terlarut dalam lemak, bahan baku

    hormon dan untuk mempertahankan daya apung tubuh.

    Lemak dalam bentuk trigliserida yang masuk dalam tubuh ikan akan

    dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak yang

    terbentuk akan segera diabsorpsi oleh tubuh melalui dinding usus halus dan

    dengan perantara sistem jaringan darah dialirkan keseluruh organ tubuh. Asam-

    asam lemak akan disusun kembali menjadi trigliserida (disimpan dalam jaringan

    tubuh dalam bentuk trigliserida) (Afrianto dan Liviawati, 2005: 56). Lemak pada

  • 36

    pada pakan yang berlebihan menghasilkan bau tengik sehingga tidak disukai belut

    sawah, hal ini akan mempengaruhi kadar lemak yang dapat diabsorpsi tubuh belut

    sawah menjadi lebih sedikit. Kebutuhan zat makanan lain juga dibutuhkan untuk

    pertumbuhan belut sawah seperti protein. Mashuri, Sumarjan, dan Zaenal (2012),

    menyatakan bahwa pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas

    proteinnya tetapi juga kualitasnya, serta kandungan zat gizi lainnya seperti lemak

    juga berpengaruh dalam pertumbuhan. Bobot tubuh belut sawah meningkat dari 30

    g menjadi 36 g. Pakan dengan kandungan lemak yang berlebihan tidak baik bagi

    kualitas pakan menurut Afrianto (2005), kandungan lemak pada pakan buatan

    sebaiknya tidak lebih dari 18 persen, sebagian besar ikan membutuhkan lemak

    antara 4-8 persen. Menurut Soediaoetama, (2004: 101) lemak dalam makanan

    tidak seluruhnya dicerna seluruhnya melainkan ada sebagian yang terbuang di

    dalam tinja.

    C. Wawasan Implementasi Hasil Penelitian Pembelajaran Biologi

    Penelitian mengenai pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah

    sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media air

    bersih terhadap kandungan fosfor dan lemak dapat diimplementasikan dalam

    pembelajaran di sekolah terutama untuk siswa kelas XII pelajaran Biologi Sekolah

    Menengah Atas (SMA).

    Standar Kompetensi 2: Memahami pentingnya proses metabolisme padaorganisme.

    Kompetensi Dasar : 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam prosesmetabolisme

    Skripsi ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana metabolisme

    fosfor dan lemak pada tubuh belut sawah. Diimplementasikan pada kegiatan

    pembelajaran dengan metode diskusi, presentasi dan tanya- jawab menggunakan

    model pembelajaran Think Pair and Share atau kelompok berpasangan. Sintak

    pembelajarannya yaitu Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, secara

    berpasangan, kemudian siswa mendapat tugas menjelaskan fungsi enzim dalam

    proses metabolisme dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan fungsi

  • 37

    enzim dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan ikan (belut sawah) dan

    masing-masing kelompok mengerjakannya. Mempresentasikan hasil kerjasama

    diskusi kelompoknya mengenai menjelaskan fungi enzim dalam proses

    metabolisme dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan fungsi enzim

    dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan ikan (belut sawah) setelah itu

    siswa yang lain memperhatikan dan menanggapi hasil presentasi. Guru

    merefleksi hasil pembelajaran dan membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil

    pembelajaran.

  • 38

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

    pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut

    sawah (Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan

    kandungan fosfor dan menurunkan lemak, dapat disimpulkan bahwa:

    1. Penambahan ikan cetol dan cacing tanah yang dibutuhkan sebagai

    pakan tambahan dalam pelet tidak dapat meningkatkan jumlah

    kandungan fosfor pada belut sawah ( Monopterus albus).

    2. Penambahan ikan cetol dan cacing tanah yang dibutuhkan sebagai

    pakan tambahan dalam pelet tidak dapat menurunkan jumlah

    kandungan lemak pada belut sawah ( Monopterus albus).

    Dari keempat perlakuan hasil belut sawah yang ideal yaitu pada perlakuan

    A dan perlakuan C, Karena perlakuan A paling rendah lemak dan tinggi

    kandungan fosfor ke-2 dan perlakuan C tertinggi kandungan fosfor dan

    terendah ke-2 kandungan lemaknya.

    B. Saran

    1. Sebelum melaksanakan penelitian hendaknya peneliti memiliki

    pengetahuan dasar mengenai teori yang mendasari penelitian.

    2. Bagi peternak belut sawah dapat menggunakan pakan ikan cetol dan

    cacing tanah manakala suplemen makanan yang diperlukan belut sawah

    tinggi dan ketersedian pakan tersebut melimpah. Peternak juga bisa

    menggunakan pakan pelet saja manakala pakan yang lain harganya

    mahal, hal ini akan mengurangi pengeluaran khususnya dalam budidaya

    belut sawah.

    3. Bagi pembaca skripsi ini yang akan melakukan penelitian lebih lanjut,

    dapat menggunakan perlakuan jenis pakan yang berbeda, campuran

    pakan yang berbeda serta dengan media berbeda pula maka akan

    mendapatkan hasil penelitian yang lebih bervariasi lagi.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Afrianto, E.,dan E. Liviawati.2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius

    Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Utama: Jakarta.

    Amin, M. Dedi, J dan Ing, Mokoginta. 2011. Penggunaaan Enzim Fitase untukMeningkatkan Ketersediaan Fosfor dari Sumber Bahan Nabati Pakandan Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias Sp. Jurnal Saintek Perikanan Vol.6.no.2,2011:52-60

    Bachtiar, Y. 2003. Menghasilkan Pakan Alami untuk Ikan Hias. Jakarta:Agromedia Pustaka.

    Ciptanto, S. 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Yoyakarta: ANDI

    Gomez, A.A dan Gomez, K.A.1995.Prosedur Statistik Untuk PenelitianPertanian. Jakarta : UI-Press.

    Herlina, N. dan M. Hendra G. 2002. Lemak dan Minyak: 1

    Hermawaan, I dan setiawan, W. 2010. Sukses Membibitkan Belut sawah di LahanSempit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

    Irianto, D.P. 2004. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.Yogyakarta : Andi Offset.

    Junariyata, F. M. 2010. Usaha Pembibitan Belut sawah di Lahan Sempit. Jakarta:Penebar Swadaya.

    Mashuri, Sumarjan dan Zaenal. A. 2012. Pengaruh Jenis Pakan yang BerbedaTerhadap Pertumbuhan Belut sawah (Monopterus albus).

    Muktiani. 2009. Seri Peternakan Modern Menggeluti Bisnis Belut sawah.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

    Murray ,R. K, Darly. K G, dan Victor. W. R,.2009. Biokimia Harper. Jakarta :Buku Kedokteran EGC.

    Palungkun, R. 1999. Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Penebarswadaya: Jakarta.

    Poedjiadi, A dan Titin S. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UniversitasIndonesia Press.

    Purnomo, H. 2011. Metodologi Penelitian. Semarang: IKIP PGRI Semarang.

  • 40

    Roy, R. 2009. Budi Daya dan Bisnis Belut sawah. Jakarta : PT AgromediaPustaka.

    Saparinto, C. 2009. Panduan Lengkap Belut sawah. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Sarwono, B. 2011. Budi Daya Belut Sawah dan Sidat. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Soediaoetama. D .A. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

    Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadapNisbah Kelamin Ikan Gapi(Poecilia reticulata Peter): 14

    Warisno dan Kres, D. 2010. Budidaya Belut sawah dan Rawa di Kolam

    Intensif dan Drum. Yogyakarta: Lily Publisher.

    Widya, S. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Jamur Kombuchasebagai Pakan Tambahan pada Lele Dumbo (Clarias gariepins) dalamPemeliharaan Intensif Terhadap Kandungan Lemak dan Kalsium.

  • 41

    LAMPIRAN

  • 42

    LAMPIRAN 1

    DATA KANDUNGAN FOSFOR PADA BELUT (Monopterus albus)

    Perlakuan Ulangan

    JumlahPerlakuan

    (T)

    RataanPerlakuan

    1 2 3A 2, 020 1, 650 1, 429 5, 099 1, 700B 1, 243 1, 633 1, 585 4, 641 1, 547C 1, 126 2, 857 1, 881 5, 864 1, 954D 1, 229 2, 016 1, 481 4, 726 1, 575

    JumlahUmum

    (G) 5, 618 8, 156 6, 376 20, 330 6, 776Rataanumum 1,449 2,039 1,594 1, 694

    Keterangan :P1 : pellet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah

    P2 : pellet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah

    P3 : pellet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah

    P4 : pellet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.

  • 43

    LAMPIRAN 2

    PERHITUNGAN ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN FOSFORPADA BELUT (Monopterus albus)

    1. db = derajat bebasdb Galat = t(r-1)

    = 4(3-1)= 8

    db perlakuan = t 1= 4 1= 3

    db total = t.r 1= (4.3)-1= 11

    Keterangan = t : Banyaknya perlakuanr : banyaknya kelompok / ulangan

    2. Faktor Koreksi

    3. Jumlah kuadrat (JK)

    = (4,080) + (2,772) + (2,042) + (2,024) + (2.666) + (2,512) + (1,267)

    +(8,162) + (3,538) + (1,510) + (4,064) + (2,193) 34,442

  • 44

    4.

    JK perlakuan = F.K

    5.

    6. Kuadrat tengah (KT)

    KT Perlakuan =

    KT Galat =

    7. F hitung

    F hitung =

  • 45

    F Tabel = (db P = 3, db G = 8))

    F Tabel 5% = 4,07

    1% = 7,59

    8. Koefisien Keragaman (KK)

  • 46

    LAMPIRAN 3

    ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN FOSFORPADA BELUT

    (Monopterus albus)

    SK Db JK KT F hitung F tabel

    5% 1%

    Perlakuan 3 0,310 1,103 0,407ts 4,07 7,59

    Galat 8 2,028 0,253

    Umum 11 2,338

    Keterangan:

    ts = Tidak Signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%

    Kk =38,6%

  • 47

    LAMPIRAN 4PERHITUNGAN UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP

    KANDUNGAN FOSFOR

    P rp(0,05)2 3,263 3,394 3,47

    , nilai

    Dimana := Ragam = Kuadrat Tengah Galat (KTG)

    r =Ulangan

    sd =

    sd =

  • 48

    LAMPIRAN 5

    DAFTAR UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP KANDUNGANFOSFOR

    Perlakuan RataanHasilNilai

    UJGD 5%

    Selisih rata-rata nilaitiapperlakuan

    C A D B

    C 1,954 - - - - -

    A 1,700 0,942 - - -

    D 1,575 0,980 - -

    B 1,547 1,003 -

    Keterangan:

    ts = Tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%

  • 49

    LAMPIRAN 6

    DATA KANDUNGAN LEMAK PADA BELUT (Monopterus albus)

    PerlakuanUlangan

    JumlahPerlakuan

    (T)

    RataanPerlakuan

    1 2 3A 0,429 0,467 0,802 1,698 0,566B 1,298 1,525 0,710 3,533 1,177C 0,503 0,851 0,449 1,803 0,601D 0,851 0,970 0,761 2,582 0,860

    JumlahUmum (G) 3,081 3,813 2,722 9,616 3,204Rataanumum 0,770 0,953 0,680 0,801

    Keterangan :P1 : pellet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah

    P2 : pellet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah

    P3 : pellet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah

    P4 : pellet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.

  • 50

    LAMPIRAN 7

    PERHITUNGAN ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN LEMAKPADA BELUT (Monopterus albus)

    1. db = derajat bebasdb Galat = t (r-1)

    = 4 (3-1)= 8

    db perlakuan = t 1= 4 1= 3

    db total = t.r 1= (4.3)-1= 11

    Keterangan = t : Banyaknya perlakuanr : banyaknya kelompok / ulangan

    2. Faktor Koreksi

    3. J

    JK perlakuan = F.K

  • 51

    4. Jumlah kuadrat (JK)

    = (0,184) + (0,218) + (0,643) + (1,684) + (2,325) + (0,504) +

    (0,253) +(0,274) + (0,201) + (0,724) + (0,940) + (0,579) 7,703

    5.

    6. Kuadrat tengah (KT)

    KT Perlakuan =

    KT Galat =

    7. F hitungF hitung =

  • 52

    F Tabel = (db P = 3, db G = 8))

    F Tabel 5% = 4,07

    1% = 7,59

    8. Koefisien Keragaman (KK)

  • 53

    LAMPIRAN 8

    ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN LEMAK PADA BELUT(Monopterus albus)

    SK Db JK KT F hitung F tabel

    5% 1%

    Perlakuan 3 0,274 0,241 3,492ts 4,07 7,59

    Galat 8 0,552 0,069

    Umum 11 0,826

    Keterangan:

    ts = tidak Signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%

    Kk =32,7%

  • 54

    LAMPIRAN 9PERHITUNGAN UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP

    KANDUNGAN LEMAKP rp(0,05)2 3,263 3,394 3,47

    , nilai

    Dimana := Ragam = Kuadrat Tengah Galat (KTG)

    r =Ulangan

    sd =

    sd =

  • 55

    LAMPIRAN 10

    DAFTAR UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP KANDUNGANLEMAK

    Perlakuan RataanHasilNilai

    UJGD 5%

    Selisih rata-rata nilaitiapperlakuan

    B D C A

    B 1,177 - - - - -

    D 0,860 0,124 0,317* - - -

    C 0,601 0,129 0,576* 0,259* - -

    A 0,566 0,132 0,611* 0,294* 0,035ts -

    Keterangan:

    * = Signifikan / beda nyata pada taraf 5%

    ts = Tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%

  • 56

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    (RPP)

    A. Identitas

    Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 NALUMSARI JEPARA

    Mata Pelajaran : BIOLOGI

    Kelas, Semester : XII / 1

    Standar Kompetensi : 2. Memahami pentingnya proses metabolisme

    pada organisme

    Kompetensi Dasar : 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses

    metabolisme

    Indikator Pencapaian Kompetensi :

    a. Melalui pembelajaran siswa diharap dapat

    menjelaskan struktur, fungsi dan cara kerja

    enzim pada proses metabolisme pada

    organisme dengan benar

    b. Melalui pembelajaran siswa diharap dapat

    menjelaskan fungsi enzim dalam proses

    metabolisme lemak pada pencernaan ikan

    (belut sawah).

    Alokasi Waktu : 2x45 menit

    B. Tujuan Pembelajaran

    a. Siswa diharap dapat menjelaskan struktur, fungsi dan cara kerja

    enzim pada proses metabolisme pada organisme dengan benar

    b. Siswa diharap dapat menjelaskan fungsi enzim dalam proses

    metabolisme lemak pada pencernaan ikan (Belut sawah).

  • 57

    C. Materi Pembelajaran

    Metabolisme dan enzim

    Metabolisme pada organisme

    Sifat dan ciri-ciri enzim

    Fungsi enzim dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan

    ikan (Belut sawah).

    D. Strategi Pembelajaran

    a) Metode : Diskusi, ceramah dan presentasi

    b)Model pembelajaran : Think Pairs and Share

    E. Kegiatan Pembelajaran

    Langkah-langkah :

    Pertemuan 1 (2 X 45 menit)

    1. Kegiatan Awal

    a) Orientasi:

    Salam pembuka, presensi, doa dan menanyakan kesiapan

    mengikuti pembelajaran(membiasakan untuk memiliki sikap

    disiplin, dan religius)

    b) Apersepsi

    Guru menunjukkan beberapa aktivitas yang membutuhkan energi.

    Guru menanyakan asal energi yang digunakan oleh tubuh dan

    peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi di dalam sel?

    c) Motivasi:.

    Memahami pentingnya proses metabolisme dalam tubuh manusia

    dengan menjawab pertanyaan guru (Menumbuhkan rasa ingin

    tahu)

    2. Kegiatan Inti

    Eksplorasi :

  • 58

    Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, secara berpasangan

    (membiasakan siswa untuk disiplin)

    Siswa mendapat tugas menjelaskan fungsi enzim dalam proses

    metabolisme dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan

    fungsi enzim dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan

    ikan (belut sawah) ( menumbuhkan sikap gemar membaca dan

    rasa ingin tahu).

    Masing-masing kelompok mengerjakannya (membiasakan siswa

    untuk memiliki sikap komunikatif, tanggung jawab, dan jujur).

    Siswa mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

    anggota kelompok dapat mengerjakannya / mengetahui

    jawabannya ( membiasakan rasa tanggung jawab)

    Elaborasi:.

    Siswa mempresentasikan hasil kerjasama diskusi kelompoknya

    mengenai menjelaskan funngi enzim dalam proses metabolisme

    dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan fungsi enzim

    dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan ikan (belut

    sawah) ( menumbuhkan rasa tanggung jawab)

    Siswa yang lain memperhatikan dan menanggapi hasil presentasi (

    menumbuhkan rasa Menghargai Prestasi)

    Konfirmasi:

    Siswa bertanya jika ada hal yang belum faham( menumbuhkan

    rasa ingin tahu)

    siswa diberi penguatan menggunakan gambar atau video

    3. Kegiatan Penutup

    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

    Evaluasi hasil presentasi pada proses pembelajaran yang telah

    dilaksanakan

  • 59

    F. Sumber dan bahan Belajar

    1. Pratiwi, D.A, Maryati. M, Srikini, Suharno, dan S. Bambang. 2006.

    BIOLOGI SMA Jilid 3 untuk Kelas XII. Erlangga. Jakarta.

    2. Http. Slide share.net

    1. Bahan Presentasi :Video cara kerja enzim

    2. Kertas manila, spidol, papan tulis, laptop,LCD.

    G. Penilaian

    a. Posedur : Postes

    b. Jenis Tes : Tertulis

    c. Bentuk Tes : Isian (Terlampir).

    d.

    PENILAIAN KOGNITIF

    Teknis Skoring Lembar Diskusi Siswa (LDS)

    Benar skor 5

    Nilai akhir : 5 x 2 =10

    Keterangan:

    Skor 5 : Sangat Baik

    Skor 4 : Baik

    Skor 3 : Cukup

    Skor 2 : Kurang

    Skor 1 : Sangat kurang.

    Teknik Skoring

    Nilai akhir : Skor Perolehan X 100

    Skor maksimal

    Teknik Skor yang Evaluasi

    Pilihan Ganda = 10 x 1 = 10.

  • 60

    Aspek psikomotor : keaktifan siswa dalam mengikuti Presentasi dan

    tanya jawab dari diskusi. Penilaian ini dilakukan dengan mengamati

    seluruh kegiatan siswa satu per satu. Hasilnya dicatat untuk dimasukan

    tabel penilaian.

    Format penilaiannya sebagai berikut:

    Hari/Tanggal : ....

    Kelas/Semester : ....

    Judul kegiatan : ....

    Rubik penilaian

    No Aspek yang dinilai Skor

    1 Mengemukakan pendapat

    - Selalu berpendapat dengan jelas dan benar

    - Selalu berpendapat kurang jelas dan kurang benar

    - Jarang berpendapat dan dan jelas dan benar

    - Jarang berpendapat dan tidak jelas

    - Tidak berpendapat

    5

    4

    3

    2

    1

    2 Bertanya

    - Mengemukakan pertanyaan dengan jelas dan relevan

    - Mengemukakan pertanyaan dengan jelas dan kurang relevan

    - Mengemukakan pertanyaan kurang jelas dan tidak relevan

    - Mengemukakan pertanyaan tidak jelas dan tidak relevan

    - Tidak mengemukakan pertanyaan

    5

    4

    3

    2

    1

  • 61

    3 Menjawab pertanyaan

    - Me