f06rha

93
INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA DENGAN MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO 4 ) Oleh RHENI HAFIDIANA F34102016 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: madesta-dewi-oravi-erpa

Post on 12-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA

    DENGAN MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO4)

    Oleh

    RHENI HAFIDIANA

    F34102016

    2006

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 2

    Inhibisi Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat (CuSO4)

    Ringkasan

    Sukrosa (glucose-1,2 fructose) merupakan pemanis yang banyak

    dikonsumsi dalam kehidupan manusia. Gula biasanya diartikan sebagai sukrosa untuk penggunaan komersial. Sumber sukrosa umumnya didapatkan dari nira, seperti nira tebu, nira kelapa, nira siwalan maupun dari bit. Kandungan sukrosa dalam masing-masing nira tersebut berbeda, yaitu nira tebu mengandung 14 - 20% sukrosa, nira kelapa mengandung 15 - 20% sukrosa dan nira siwalan mengandung 10 - 15% sukrosa.

    Degradasi sukrosa merupakan hal yang harus dihindari pada industri gula karena mempersulit proses kristalisasi. Hal ini disebabkan oleh hidrolisis sukrosa menjadi gula invert, disebut juga gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) atau senyawa turunan lainnya pada produk-produk gula seperti sukrosa, merupakan penyebab menurunnya kualitas produk tersebut. Inhibisi aktivitas enzim telah dilakukan dengan mengkombinasikan suhu dan tekanan tinggi, namun mempengaruhi kualitas produk. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi enzim konsentrasi substrat, serta adanya inhibitor. Inhibitor dapat berupa bahan alami, seperti kentang, tomat dan tembakau. Akan tetapi, selain mengandung inhibitor, bahan tersebut masih mengandung bahan lain, sehingga perlu pemurnian. Kation Cu (II) dalam bentuk garam logam CuCl2 talah diteliti dapat menghambat aktivitas invertase. Terdapat garam Cu (II) lainnya, yaitu CuSO4. Aktivitas invertase dengan penambahan garam logam CuSO4 pada kondisi konsentrasi, konsentrasi substrat, pH, suhu dan lama pemanasan yang berbeda perlu diteliti, sehingga diketahui kemampuan inhibisi garam logam tersebut. Selain itu, dapat diketahui model kinetika inhibisi yang penting untuk keperluan rekayasa proses.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan perubahan pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, suhu inkubasi dan lama pemanasan dengan adanya penambahan CuSO4 terhadap degradasi sukrosa. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan parameter kinetika laju degradasi (KM dan Vmaks) sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4. Keseluruhan pengujian menggunakan metode pengukuran gula pereduksi yang dihasilkan akibat hidrolisis sukrosa menggunakan DNS (dinitro salicylic acid). Pengaruh perubahan faktor pada setiap taraf ditentukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova) dan uji lanjut Duncan. Model dan parameter kinetika inhibisi yang paling sesuai ditentukan dengan menggunakan software SigmaPlot.

    Inhibisi oleh CuSO4 terhadap invertase dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan. Pada rasio konsentrasi invertase terhadap sukrosa 1 : 5000 dan pH larutan invertase 4.5, CuSO4 0.75-1.25 mM berperan sebagai aktivator invertase, sedangkan mulai konsentrasi 2.5 mM berperan sebagai inhibitor. Konsentrasi CuSO4 0.125 mM memberikan inhibisi tertinggi (95.1%) pada suhu 60C, pH larutan invertase 4.5, rasio invertase terhadap sukrosa 1 : 2500. Aktivitas invertase sangat rendah pada

  • 3

    pH 3 dan pH 7 ke atas serta turun signifikan hingga 20 detik pemanasan. Inhibisi oleh CuSO4 0.125 mM terjadi pada lama pemanasan 0 10 detik.

    Kinetika inhibisi laju degradasi sukrosa oleh CuSO4 yang dilakukan pada pH 7 dengan tiga titik suhu (40C, 50C, 60C) menghasilkan nilai KM dan Vmaks yang berbeda. Kecepatan reaksi meningkat dengan kenaikan suhu. Model kinetika inhibisi invertase oleh CuSO4 berbeda pada setiap suhu yang diujikan. Model inhibisi oleh CuSO4 pada suhu 40C adalah mixed (partial), dengan nilai KM 8.6 g/l, Vmaks 288.4 M/menit turun menjadi 64.1 M/menit, Ki 0.5817 mM, 75.1, 3.1. Model inhibisi oleh CuSO4 pada suhu 50C juga mixed (partial) dengan nilai KM 21.1 g/l, Vmaks 356.6 M/menit turun menjadi 69.02 M/menit, Ki 2.873e-9 mM, 1201.3, 232.5. Model inhibisi pada suhu 60C bersifat kompetitif (full), dengan nilai KM 3555e+6 g/l naik menjadi 4.622e+6 g/l, Vmaks 1.732e+7 M/menit, Ki 11.4 mM.

  • 4

    Inhibition on Invertase Activity in Sucrose Using Copper Sulphate (CuSO4)

    Summary

    Sucrose (glucose-1,2 fructose) is the most commonly used as sweetener

    for human consumption. In commercial usage, the term sugar usually refers to sucrose. There are a number of sugars sources, such as sugarcane, coconut-palm juice, fan-palm juice and sugar beets which content of sucrose are different. Sugarcane contains 14-20% sucrose, coconut-palm juice contains 15-20% sucrose, while 10-15% in fan-palm juice.

    Sucrose is widely used in industry for various purpose, but the degradation of sucrose is easily occured. Sucrose is converted into invert sugar, called reducing sugar or other derived compounds in many sugar products can cause decreasing quality of sugar. Enzyme inhibition is done by combining the temperature and high pressure, but its influence the quality of the product. Enzyme activity was influenced by temperature, pH value, enzyme concentration, substrate concentration, and presence of inhibitors. Inhibitors can be found natural sources, such as potato, tomato, and tobacco. Besides containing inhibitor, they still contain other ingredients, therefore purification is needed. Cu (II) cation as CuCl2 metal salt is known as element which can inhibit the activity of invertase. There are another Cu (II) as metal salt, it is CuSO4. The activity of invertase with addition of CuSO4 in different enzyme concentration, substrate concentration, pH, temperature and heat treatment should be learn, in order to recognize the inhibition capability of CuSO4. Besides that, the inhibition kinetic model can be figured out, which is needed for process engineering.

    The objective of this research is to obtain the influence of substrate concentration, enzyme concentration, pH value, incubation temperature and heat treatment with present of CuSO4 concerning to sucrose degradation. Besides that, it was also to determine the inhibition kinetic parameter (KM and Vmaks) of the rate of sucrose degradation with addition of CuSO4. The whole research uses the reducing sugar measurement method, as a result of sucrose hydrolisis using DNS (dinitro salicylic acid). The influence of factors changes in each level are determined by using analysis of variance (ANOVA) and Duncan test. The most suitable model and parameter of inhibition kinetic is determined by using SigmaPlot software.

    CuSO4 concentration, substrate concentration, enzyme concentration, pH value, incubation temperature and heat treatment affect inhibition by CuSO4. At the ratio of invertase to sucrose is 1 : 5000, CuSO4 0.75 - 1.25 mM can be used as an invertase activator, while as invertase inhibitor with the minimum concentration 2.5 mM. CuSO4 0.125 mM give maximum inhibition (95.1%) at 60C, pH value of invertase is 4.5, ratio of invertase to sucrose is 1 : 2500. Invertase activity is very low at pH 3 and more than pH 7. The activity was also decreases significantly until 20 second of heat treatment. Inhibition was occured by 0 10 second of heat treatment.

  • 5

    The kinetic inhibition of of sucrose degradation rate by CuSO4 0.125 mM done at pH 7 with three temperature treatment (40C, 50C, 60C) make KM and Vmaks value are vary. The reaction rate of it increases as well as the temperature. The inhibition kinetics model of invertase is different in each temperature. It is mixed (partial) when the temperature at 40C. KM 8.6 g/l, Vmaks 288.4 M/min decrease to 64.1 M/min, Ki 0.5817 mM, 75.1, 3.1. The inhibition kinetic model when the temperature at 50C was also mixed (partial). KM 21.1 g/l, Vmaks 356.6 M/menit decrease to 69.02 M/menit, Ki 2.873e-9 mM, 1201.3, 232.5, while competitive (full) at 60C with KM 3555e+6 g/l increase to 4.622e+6 g/l, Vmaks 1.732e+7 M/min, Ki 11.4 mM.

  • 6

    SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Inhibisi

    Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat (CuSO4)

    adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik,

    kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

    Bogor, 31 Agustus 2006

    Yang membuat pernyataan,

    Rheni Hafidiana F34102016

  • 7

    INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA

    DENGAN MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO4)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    RHENI HAFIDIANA

    F34102016

    2006

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 8

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA DENGAN

    MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO4)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    RHENI HAFIDIANA

    F34102016

    Dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1984

    di Boyolali

    Tanggal lulus : 24 Agustus 2006

    Menyetujui,

    Bogor, September 2006

    Prayoga Suryadarma, STP, MT. Pembimbing Akademik

  • 9

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 18 Juni

    1984. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara

    dari pasangan Widodo (Alm) dan Muslichah. Pada

    tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar

    di SDN 3 Boyolali. Penulis menyelesaikan pendidikan

    sekolah menengah di SLTPN 1 Boyolali pada tahun 1999.

    Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Boyolali dan lulus pada

    tahun 2002.

    Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, Institut

    Pertanian Bogor tahun 2002 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)

    di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

    Selama kuliah di IPB, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah

    Laboratorium Lingkungan periode 2005/2006 dan Teknologi Minyak Atsiri dan

    Kosmetika periode 2005/2006.

    Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik

    Penerapan Aspek Pengawasan Mutu pada Proses Produksi Biskuit Bayi di PT.

    Arnotts Indonesia-Bekasi, Jawa Barat. Untuk menyelesaikan tugas akhir ini,

    penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul Inhibisi

    Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat

    (CuSO4).

  • KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan berkat, rahmat, dan hidayah serta kemudahan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi

    Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Prayoga Suryadarma, STP, MT selaku dosen pembimbing akademik yang

    telah banyak memberikan arahan dan bimbingan , pada saat penelitian dan

    dalam penyusunan skripsi ini.

    2. Dr. Ir. Erliza Noor selaku dosen penguji atas masukannya untuk

    penyempurnaan skripsi ini.

    3. Drs. Purwoko, MSi selaku dosen penguji atas masukannya untuk

    penyempurnaan skripsi ini.

    4. Ibu, kakak dan saudara kembarku yang selalu memberikan dukungan,

    semangat dan doa.

    5. Teman sebimbingan (Rian, Annisa, Mba Fitri, dan Pak Ikhsan) atas

    bantuan dan kebersamaannya.

    6. Teman-teman TIN 39 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

    kepada penulis baik selama penelitian maupun semenjak menjadi

    mahasiswa TIN yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

    membangun dan bermanfaat demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

    memberikan manfaat bagi pembaca.

    Bogor, Agustus 2006

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR.................................................................................... x

    DAFTAR ISI................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

    I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1

    B. TUJUAN.......................................................................................... 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3 A. SUKROSA....................................................................................... 3

    B. INVERTASE ................................................................................... 3

    C. AKTIVITAS DAN STABILITAS ENZIM..................................... 4

    D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU DEGRADASI SUKROSA .............................................................. 5

    1. Pengaruh Suhu ............................................................................ 5 2. Pengaruh pH................................................................................ 5 3. Pengaruh Konsentrasi Substrat dan Enzim ................................ 6 4. Pengaruh Perubahan Kondisi Lingkungan ................................. 7 5. Pengaruh Inhibitor ..................................................................... 7

    E. KINETIKA ENZIMATIK ............................................................... 10

    III. METODOLOGI ................................................................................. 15 A. ALAT............................................................................................... 15

    B. BAHAN ........................................................................................... 15

    C. METODE PENELITIAN ................................................................ 15

    1. Tahapan Penelitian ...................................................................... 15 2. Prosedur Percobaan ..................................................................... 17

  • xii

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 21 A. Aktivitas Invertase............................................................................ 21

    B. Pengaruh Konsentrasi CuSO4........................................................... 22

    C. Hubungan Pengaruh Perubahan Faktor Terhadap Degradasi Sukrosa ............................................................................ 24

    1. Pengaruh Konsentrasi Substrat ................................................... 24 2. Pengaruh Konsentrasi Enzim...................................................... 27 3. Pengaruh pH................................................................................ 30 4. Pengaruh Suhu ............................................................................ 33 5. Pengaruh Lama Pemanasan ....................................................... 36

    D. Kinetika Inhibisi Reaksi Invertase .................................................. 38

    V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 45 A. KESIMPULAN................................................................................ 45

    B. SARAN............................................................................................ 45

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 46

    LAMPIRAN.................................................................................................... 49

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Pengaruh jenis logam dan bahan kimia pada konsentrasi 0.005 M terhadap aktivitas invertase ............................................ 8

    Tabel 2. Parameter kinetika inhibisi invertase pada suhu 40C................... 39

    Tabel 3. Parameter kinetika inhibisi invertase pada suhu 50C................... 41

    Tabel 4. Parameter kinetika inhibisi invertase pada suhu 60C................... 43

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Reaksi hidrolisis sukrosa oleh invertase ..................................... 3

    Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap aktivitas invertase dari nira tebu (Rahman et al., 2004) .................................................. 5 Gambar 3. Pengaruh nilai pH terhadap aktivitas invertase dari nira tebu (Rahman et al., 2004) .................................................. 6 Gambar 4. Ikatan ion logam bivalen (M2+) dan grup sulfhidril .................... 9

    Gambar 5. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan awal reaksi enzimatik (Lehninger, 1988)....................................................... 10

    Gambar 6. Kurva Lineweaver-Burk ............................................................. 11

    Gambar 7. Mekanisme inhibisi kompetitif ................................................... 12

    Gambar 8. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif ........................ 12 Gambar 9. Mekanisme inhibisi nonkompetitif. ............................................ 13 Gambar 10. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi nonkompetitif. ................. 13 Gambar 11. Mekanisme inhibisi unkompetitif. .............................................. 13 Gambar 12. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi unkompetitif. ................... 14 Gambar 13. Diagram alir tahapan penelitian. ................................................. 16 Gambar 14. Kurva aktivitas invertase berdasarkan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase

    5 mg/l, konsentrasi sukrosa 25 g/l. Persamaan garis linier y = 3.2267 x, r2 = 0.9721. ........................................................... 21 Gambar 15. Kurva pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit ........................................................................................ 22 Gambar 16. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi substrat terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5mg/l, lama reaksi 5 menit ...................... 25

  • xv

    Gambar 17. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada konsentrasi substrat yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit ........................................ 26

    Gambar 18. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit ............... 28 Gambar 19. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada konsentrasi enzim yang berbeda, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit................................... 29 Gambar 20. Kurva pengaruh perubahan nilai pH terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit .................................................................... 30 Gambar 21. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada nilai pH yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l,

    konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit ...................... 33 Gambar 22. Kurva pengaruh perubahan suhu terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertasi 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit .............................................................................. 34 Gambar 23. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 pada suhu yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit....................... 36 Gambar 24. Kurva pengaruh lama pemanasan terhadap konsentrasi gula

    pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit .......... 37 Gambar 25. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 pada lama pemanasan yang berbeda dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit .......... 38 Gambar 26. Kurva Michaelis Menten invertase suhu 40C. .......................... 39 Gambar 27. Plot Lineweaver-Burk invertase suhu 40C................................ 40 Gambar 28. Kurva Michaelis Menten invertase suhu 50C. .......................... 41 Gambar 29. Plot Lineweaver-Burk invertase suhu 50C................................ 42 Gambar 30. Kurva Michaelis Menten invertase suhu 60C. .......................... 43

  • xvi

    Gambar 31. Plot Lineweaver-Burk invertase suhu 60C................................ 43

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Prosedur penelitian................................................................... 49

    Lampiran 2. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan penentuan konsentrasi CuSO4.................................................. 50 Lampiran 3. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi substrat .................................................. 51 Lampiran 4. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada konsentrasi substrat yang berbeda .......... 54 Lampiran 5. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi enzim..................................................... 55 Lampiran 6. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada konsentrasi enzim yang berbeda ............. 58 Lampiran 7. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh pH............................................................................. 59 Lampiran 8. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada pH yang berbeda ..................................... 62 Lampiran 9. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh suhu .......................................................................... 64 Lampiran 10. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada suhu yang berbeda................................... 67 Lampiran 11. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh lama pemanasan ....................................................... 69 Lampiran 12. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada lama pemanasan yang berbeda................ 71 Lampiran 13. Data kinetika inhibisi suhu 40C ............................................. 73

    Lampiran 14. Data kinetika inhibisi suhu 50C ............................................. 74

    Lampiran 15. Data kinetika inhibisi suhu 60C ............................................. 75

  • I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sukrosa, dengan nama sistematisnya -D-fructofuranosyl--D-

    glucopyranoside termasuk kelompok disakarida nonpereduksi. Senyawa

    organik ini merupakan sejenis karbohidrat yang manis, putih dan termasuk

    bahan dasar makanan. Sumber sukrosa umumnya didapatkan dari nira, seperti

    nira tebu, nira kelapa, nira siwalan maupun dari bit. Kandungan sukrosa dalam

    masing-masing nira tersebut berbeda. Nira tebu mengandung 14 - 20%

    sukrosa, nira kelapa mengandung 15 - 20% sukrosa dan nira siwalan

    mengandung 10 - 15% sukrosa.

    Sukrosa banyak digunakan untuk berbagai keperluan dalam industri,

    namun kerusakan sukrosa mudah terjadi. Proses degradasi sukrosa menjadi

    gula invert, disebut juga gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) sering terjadi

    karena lamanya waktu menunggu sebelum nira tebu diproses di industri gula.

    Selain degradasi sukrosa, senyawa-senyawa hasil degradasi sukrosa tersebut

    dapat mengganggu proses kristalisasi pada industri gula (sukrosa), sehingga

    dapat menurunkan rendemen gula sukrosa. Astawan (2001) menyatakan

    bahwa pembentukan gula invert juga tidak diharapkan pada pengolahan gula

    semut. Jika kadar gula pereduksinya lebih dari 3 persen maka gula yang

    dihasilkan akan menjadi lembek dan sangat higroskopis.

    Kerusakan gula atau sukrosa dapat disebabkan oleh aktivitas enzim,

    mikroorganisme ataupun perlakuan proses (misalnya asam, suhu tinggi, dan

    lainnya). Invertase, merupakan salah satu enzim yang dihasilkan pada nira

    tebu atau hasil aktivitas ekstraseluler mikroorganisme yang turut memicu

    kerusakan sukrosa. Aktivitas invertase pada ekstrak nira tebu adalah

    417.6 unit, sedangkan aktivitas spesifiknya 2.86 unit/mg (Rahman, 2004).

    Upaya penghambatan perlu dilakukan untuk mengurangi kerusakan sukrosa,

    salah satunya dengan menurunkan aktivitas invertase yang mendegradasi

    sukrosa.

    Upaya penghambatan laju kerusakan sukrosa melalui penurunan

    aktivitas invertase telah dilakukan dengan perlakuan suhu, tekanan serta

  • 2

    penambahan inhibitor. Cavaille dan Didier (1996) mengkombinasikan

    perlakuan tekanan tinggi dengan suhu untuk menginaktivasi invertase,

    sedangkan Causette et al. (1998) melakukan inaktivasi enzim dengan

    menggunakan gelembung gas inert. Akan tetapi, perlakuan suhu dan tekanan

    yang tinggi akan mempengaruhi kualitas produk (sukrosa) akibat terjadinya

    reaksi lain yang tidak diinginkan (lateral reaction). Inhibitor invertase juga

    ditemukan di dalam umbi kentang (Ewing et al., 1977 dan Pressey, 1966),

    tembakau, dan tomat (Pressey ,1994 dan Weil et al., 1994 dalam Greiner et

    al., 1998). Inhibitor dari bahan alami tersebut juga memiliki kelemahan, yaitu

    masih terdapat bahan lain selain inhibitor, bahkan mengandung invertase.

    Jenis inhibitor lain yang dapat menghambat aktivitas invertase adalah

    beberapa jenis garam logam, terutama HgCl2, FeCl2, CuCl2, dan CdCl2, yang

    dapat menurunkan aktivitas hingga 45-99% (Rahman et al., 2004).

    Terdapat garam logam lain, seperti CuSO4 yang juga tersusun dari

    kation logam bivalen. Penggunaan garam logam ini memerlukan kondisi

    tertentu agar dihasilkan kinerja inhibisi invertase yang optimal. Perubahan

    faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim, seperti konsentrasi substrat,

    konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan perlu dilakukan pada saat

    garam logam CuSO4 ditambahkan. Perlakuan tersebut diharapkan dapat

    menghasilkan profil inhibisi aktivitas invertase dalam mendegradasi sukrosa

    serta diperoleh model kinetika inhibisi yang penting untuk keperluan rekayasa

    proses.

    B. TUJUAN

    Adapun tujuan penelitian ini antara lain untuk menentukan:

    1. Pengaruh perubahan pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, suhu

    inkubasi dan lama pemanasan dengan adanya penambahan CuSO4

    terhadap degradasi sukrosa

    2. Parameter kinetika (KM dan Vmaks) laju degradasi sukrosa dengan adanya

    penambahan CuSO4

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. SUKROSA

    Sukrosa (glucose-1,2 fructose) merupakan pemanis yang banyak

    dikonsumsi dalam kehidupan manusia. Salah satu sumber sukrosa terpenting

    adalah tebu karena mengandung sukrosa hingga 20% (Glazer dan Nikaido,

    1995 dalam Filho 1999). Sukrosa, dikenal sebagai gula meja (table sugar),

    merupakan disakarida yang terbentuk dari satu molekul -D-glukosa dan satu

    molekul -D-fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,2-glikosidik

    (Rahman et al., 2004).

    Degradasi sukrosa dapat terjadi melalui hidrolisis asam atau secara

    enzimatis oleh invertase (Monsan et al., 1984 dalam Filho et al., 1999).

    Degradasi secara enzimatis terjadi ketika ikatan -1,2-glikosidik dihidrolisis

    oleh enzim invertase (D-fructofuranosidase, EC 3.2.1.26) atau sucrose

    synthase (UDP glucose: D-fructose 2-D-glucosyltransferase, EC 2.4.1.13).

    Hidrolisis sukrosa menghasilkan campuran glukosa dan fruktosa yang disebut

    dengan gula invert (invert sugar) (Rahman et al., 2004). Reaksi hidrolisis

    sukrosa oleh invertase (juga disebut sebagai sucrase atau saccharose) dapat

    dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Reaksi hidrolisis sukrosa oleh invertase

    B. INVERTASE

    Sistem tatanama untuk invertase adalah beta-fructofuranosidase (EC

    3.2.1.26), menunjukkan bahwa reaksi dikatalisasi oleh enzim ini adalah reaksi

    H

  • 4

    hidrolisis (Wang, 2002). Invertase terdapat dalam jumlah yang beragam pada

    tanaman maupun hewan dengan varietas yang luas. Sumber utama invertase

    berasal dari ragi (yeast) dan fungi lainnya. Reed (1966) dalam Pancoast dan

    Junk (1980) menyatakan bahwa ragi Saccharomyces cerevisiae dan S.

    carlsbergensis merupakan sumber utama penghasil invertase untuk aplikasi

    industri. Aspergillus orizae dan A. Niger adalah fungi yang juga merupakan

    sumber invertase. Tanaman penghasil enzim ini antara lain tebu (Rahman et

    al., 2004), buah mangga (Rahman et al., 2001), buah anggur (Nakanishi et al.,

    1990), buah tomat (Konno et al., 1993 dalam Rahman et al., 2001), padi (Isla

    et al., 1995) dan umbi kentang (Pressey et al., 1966).

    Berbeda dengan sebagian besar enzim, invertase memiliki aktivitas

    yang relatif tinggi pada kisaran pH yang luas antara 3.5 sampai 5.5, dengan

    aktivitas optimum pada pH 4.5. Aktivitas maksimum dicapai pada suhu 55C.

    Nilai Michaelis-Menten untuk jenis enzim yang berbeda bervariasi, tetapi

    kebanyakan enzim memiliki nilai KM antara 2 mM 5 mM (Wang, 2002).

    C. AKTIVITAS DAN STABILITAS ENZIM

    Aktivitas enzim didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan substrat

    atau kecepatan pembentukan produk pada kondisi optimum. Satu unit

    aktivitas enzim didefinisikan sebagai satu mikromol (mol; 10-6 mol) substrat

    yang bereaksi atau produk yang dikatalisis setiap menit (Rodwell, 1981).

    Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, pH, dan

    suhu. Setiap enzim berfungsi optimal pada suhu, pH dan konsentrasi substrat

    tertentu. Konsentrasi substrat yang rendah menyebabkan daerah aktif pada

    enzim tidak semuanya terikat pada substrat. Terdapat suhu optimal dimana

    reaksi berlangsung sangat cepat. Ketika suhu di atas suhu optimal, kecepatan

    reaksi menurun tajam karena enzim sebagai protein akan terdenaturasi,

    sedangkan pada suhu terlalu rendah, beberapa enzim tidak dapat bekerja.

    Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH karena sifat ionik gugus karboksil

    dan gugus amino mudah dipengaruhi pH (Pelczar dan Chan, 1986).

    Enzim merupakan salah satu jenis protein globular. Stabilitas dan

    aktivitas enzim ditentukan oleh konformasi tiga dimensinya yang dipengaruhi

  • 5

    oleh struktur tertier protein. Terdapat empat jenis interaksi yang menstabilkan

    struktur tersebut pada suhu, pH dan konsentrasi ion normal, antara lain ikatan

    hidrogen, gaya tarik ionik, interaksi hidrofobik dan jembatan kovalen.

    (Lehninger, 1988).

    D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU DEGRADASI SUKROSA

    Laju degradasi sukrosa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

    suhu, pH, lama pemanasan, konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim. Laju

    degradasi sukrosa dapat diperlambat atau bahkan dihambat dengan

    penambahan inhibitor.

    1. Pengaruh Suhu

    Peningkatan suhu pada reaksi enzim memiliki dua pengaruh yang

    tidak seimbang. Pengaruh tersebut adalah peningkatan laju reaksi dan di

    sisi lain dapat menyebabkan inaktivasi enzim (Stauffer, 1989). Aktivitas

    enzim invertase meningkat secara perlahan dengan kenaikan suhu. Suhu

    maksimum aktivitas invertase adalah 60C, peningkatan suhu lebih lanjut

    menyebabkan penurunan laju degradasi sukrosa (Rahman et al., 2004).

    Pengaruh suhu terhadap aktivitas invertase di dalam tebu dapat dilihat

    pada Gambar 2.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 20 40 60 80 100

    suhu (oC)

    Akt

    ivita

    s re

    latif

    (%)

    Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap aktivitas invertase dari nira tebu

    (Rahman et al., 2004)

    2. Pengaruh pH

    Invertase memberikan aktivitas maksimum pada pH 7.2. Aktivitas

    turun perlahan pada pH asam, tetapi turun secara cepat pada pH basa.

  • 6

    Observasi ini menunjukkan bahwa enzim relatif stabil pada kisaran pH

    asam sampai pH netral (Rahman et al., 2004). Nilai pH optimum invertase

    dari benih padi adalah 7.0 (Chungliang et al. dalam Rahman et al., 2004).

    Gambar 3 menunjukkan pengaruh pH terhadap aktivitas invertase pada

    tebu (Rahman et al., 2004).

    Gambar 3. Pengaruh nilai pH terhadap aktivitas invertase dari nira tebu

    (Rahman et al., 2004)

    Stauffer (1989) menyatakan bahwa perubahan pada laju reaksi

    enzim oleh pH mungkin dapat disebabkan oleh tiga faktor, yakni:

    a. Protonasi sisi aktif rantai asam amino pada kompleks enzim-

    substrat (ES) berubah, menghasilkan perubahan kemampuan ES

    dalam menghasilkan produk.

    b. Perubahan muatan ion pada molekul substrat atau sisi aktif enzim

    yang dapat mengubah kecenderungan dari dua molekul tersebut

    untuk membentuk kompleks ES.

    c. Perubahan pH dari netral dapat melemahkan stabilitas protein,

    mempercepat denaturasi enzim yang bersifat irreversible.

    3. Pengaruh Konsentrasi Substrat dan Enzim

    Invertase dapat mengkatalisis sukrosa pada konsentrasi di atas

    59%wt/vol. Peningkatan konsentrasi sukrosa lebih lanjut sampai

    80%wt/vol menurunkan aktivitas enzim secara signifikan, mungkin

    disebabkan oleh konsentrasi air rendah, inhibisi oleh substrat atau agregasi

    substrat (Somiari dan Bielecki, 1995 dalam Filho et al., 1999).

    Brown pada tahun 1902 melakukan penelitian tentang invertase,

    menyatakan bahwa jika konsentrasi sukrosa lebih tinggi daripada

  • 7

    konsentrasi enzim, kecepatan reaksi menjadi tidak tergantung pada

    konsentrasi sukrosa (Pancoast, 1980). Aktivitas enzimatik akan menurun

    pada konsentrasi substrat yang tinggi dan cenderung membentuk asimtot.

    Jenis penghambatan ini akan membentuk kompleks (dead end complex),

    satu sisi molekul substrat terikat pada enzim dan molekul substrat lain

    terikat pada sisi lain (sekunder) enzim (Suryani dan Mangunwidjaya,

    2002).

    4. Pengaruh Perubahan Kondisi Lingkungan

    Inaktivasi enzim dan mikroorganisme dapat dilakukan dengan

    perlakuan suhu yang tinggi. Akan tetapi perlakuan suhu yang tinggi juga

    dapat menyebabkan perubahan produk, sehingga kualitasnya menurun.

    Metode lain yang dapat digunakan untuk menurunkan aktivitas enzim dan

    mikroorganisme tanpa merusak produk yang diinginkan adalah dengan

    cara pemberian gelembung gas inert. Pemberian gelembung gas inert

    nitrogen mampu menurunkan aktivitas enzim (Causette et al., 1998).

    5. Pengaruh Inhibitor

    Banyak bahan yang dapat mengubah aktivitas suatu enzim dengan

    menggabungkannya dalam suatu jalur yang mempengaruhi ikatan substrat.

    Bahan-bahan yang mereduksi aktivitas suatu enzim dengan cara ini

    dikenal sebagai inhibitor. Inhibitor terbagi menjadi dua jenis, yakni

    inhibitor reversible yang membentuk kompleks dinamik dengan enzim dan

    inhibitor irreversible yang dikenal dengan racun pengkatalis (contohnya

    beberapa logam berat, seperti merkuri, Hg2+). Inhibitor mengikat molekul

    enzim dan menurunkan aktivitasnya (Flickinger dan Drew, 1999). Stauffer

    (1989) juga membagi inhibitor menjadi 3 golongan berdasarkan

    affinitasnya terhadap molekul enzim sebagai berikut:

    a. Inhibitor beraffinitas rendah

    Molekul inhibitor ini memiliki konstanta affinitas antara 1 M

    hingga 106 M. Inhibitor ini sering menyerupai substrat dengan

    kereaktifan yang biasa.

  • 8

    b. Inhibitor beraffinitas tinggi

    Molekul inhibitor ini memiliki konstanta affinitas antara

    106 M hingga 1012 M. Inhibitor ini menjadi transisi dari kompleks

    enzim-substrat menjadi kompleks enzim-produk atau sebagai molekul

    yang mengikat kuat pada sisi aktif enzim.

    c. Inhibitor irreversible

    Molekul inhibitor ini membentuk ikatan kovalen dengan

    molekul pada sisi aktif enzim. Ikatan yang dibentuk bersifat stabil.

    Reaksi lebih jauh lagi dari enzim dengan inhibitor ini (inhibitor

    berlebih) menyebabkan enzim menjadi tidak aktif.

    Penambahan garam logam dan senyawa kimia lainnya dapat

    menyebabkan peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Peningkatan

    dan penurunan aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh jenis garam logam

    ataupun senyawa kimia yang ditambahkan. Pengaruh penambahan

    beberapa jenis garam logam dan senyawa kimia lainnya terhadap aktivitas

    enzim dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Pengaruh jenis garam logam dan bahan kimia pada konsentrasi 0.005 M terhadap aktivitas invertase

    No. Garam/bahan kimia Aktivitas relatif (%) 1 Tanpa bahan tambahan 100.00 2 MgCl2 115.00 3 KCl 110.82 4 NaCl 120.00 5 MnCl2 120.00 6 CaCl2 114.24 7 HgCl2 1.02 8 CuCl2 30.00 9 FeCl2 20.25 10 ZnCl2 68.27 11 CdCl2 55.26 12 AgNO3 80.00 13 AlCl3 78.00 14 EDTA 52.74 15 Glukosa 76.00 16 Asam asetat 45.30

    Sumber: Rahman et al. (2004)

  • 9

    Hampir semua ion logam selalu berinteraksi dengan kompleks

    protein secara cepat. Interaksi kompleks antara ion logam dengan protein

    ada dua bentuk:

    1. Metaloenzim

    Ikatan ini merupakan subkelas dari metaloprotein. Protein

    berikatan kuat dengan ion logam sehingga dianggap sebagai ikatan

    yang sangat stabil dan lama. Ion logam menjadi bagian dari struktur

    protein dan hanya dapat dilepas dalam keadaan tertentu.

    2. Metal protein

    Sistem ikatan ini memungkinkan ion logam mudah saling

    bertukar dengan protein lain (reversible). Laju pertukaran ion logam

    dengan kondisi larutan lingkungannya sangat mudah. Ion logam sulit

    dalam menempati sisi protein yang tepat karena ion logam ini bersifat

    sangat labil.

    Kekuatan ikatan ion logam dengan protein tergantung pada muatan kation

    yang mengikatnya. Semakin tinggi muatan kation dari logam maka

    semakin kuat ikatannya dengan protein, sehingga ikatan tersebut lebih

    stabil dan konstan (Darmono, 1995).

    Hochster dan Quastel (1963) menyatakan, ikatan ion logam bivalen

    dengan grup sulfhidril yang terdapat pada enzim kemungkinan terjadi

    sebagai berikut:

    E dll

    S

    E-SH E-S- + H+ E-S -M

    + M 2+

    E-SH E-SH E-S- + H+

    Gambar 4. Ikatan ion logam bivalen (M2+) dan grup sulfhidril

    Keterangan:

    E-SH = enzim yang memiliki grup sulfhidril

    H+ = ion H+ yang terlepas

    M2+ = ion logam bivalen

  • 10

    E. KINETIKA ENZIMATIK

    Enzim merupakan katalisator sejati. Molekul ini dapat meningkatkan

    kecepatan reaksi kimia spesifik yang tanpa adanya enzim akan berlangsung

    lambat. Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh

    berbagai konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi awal apabila

    konsentrasi enzim dijaga konstan (Lehninger, 1988).

    Setiap enzim memiliki sifat yang khas, dinyatakan dalam suatu tetapan

    yaitu KM (tetapan Michaelis-Menten). Hampir semua enzim memiliki kurva

    kecepatan reaksi dengan bentuk umum yang hampir sama yaitu hiperbola.

    Oleh sebab itu, Michaelis-Menten mendefinisikan suatu tetapan untuk

    menyatakan hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi

    enzimatik. KM didefinisikan sebagai konsentrasi substrat tertentu pada saat

    enzim mencapai setengah kecepatan maksimumnya. Persamaan Michaelis-

    Menten adalah:

    Vmaks [S] V0 =

    KM + [S]

    Keterangan:

    V0 = kecepatan awal pada konsentrasi substrat [S]

    Vmaks = kecepatan maksimum

    KM = tetapan Michaelis-Menten enzim pada substrat tertentu

    [S] = konsentrasi substrat

    Gambar 5. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan awal reaksi enzimatik (Lehninger, 1988)

    Nilai KM dan Vmaks sulit untuk ditentukan secara tepat dari grafik

    sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 5, karena Vmaks hanya diduga dan

  • 11

    tidak dapat diketahui nilai yang sebenarnya. Nilai KM yang lebih tepat dapat

    diperoleh dengan memetakan data yang sama dengan cara yang berbeda,

    yakni pemetaan kebalikan-ganda, didapat dari transformasi aljabar persamaan

    Michaelis-Menten. Hasil transformasi persamaan Michaelis-Menten dikenal

    dengan persamaan Lineweaver-Burk.

    1 KM 1 1 = +

    Vo Vmaks [S] Vmaks

    Selain dapat menentukan Vmaks secara lebih tepat, persamaan ini bermanfaat

    dalam menganalisa penghambatan enzim (Lehninger, 1988). Persamaan

    Lineaweaver-Burk menghasilkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 6.

    Gambar 6. Kurva Lineweaver-Burk

    Kinetika inhibisi enzim menyangkut penentuan fungsi laju reaksi

    terhadap konsentrasi substrat dengan inhibitor pada berbagai konsentrasi.

    Kurva Lineweaver-Burk memungkinkan untuk menentukan jenis inhibisi

    yang bersifat reversible, antara lain sebagai berikut.

    1. Inhibisi Kompetitif

    Inhibitor pada model inhibisi ini bersaing dengan substrat untuk

    memasuki sisi aktif enzim. Struktur kimia inhibitor umumnya menyerupai

    substrat. Oleh sebab itu, inhibitor tersebut dapat berikatan secara

    reversible dengan enzim (Rodwell, 2000). Mekanisme inhibisi kompetitif

    dapat dilihat pada Gambar 7 .

  • 12

    Gambar 7. Mekanisme inhibisi kompetitif

    Penyajian garis lurus pada kurva Lineweaver-Burk memotong

    sumbu ordinat pada titik yang sama. Vmaks tidak dipengaruhi oleh inhibitor

    (Suryani dan Mangunwidjaja, 2002). Kurva Lineweaver-Burk untuk

    model inhibisi kompetitif ditunjukkan pada Gambar 8.

    Gambar 8. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif

    2. Inhibisi Nonkompetitif

    Model inhibisi nonkompetitif tidak menunjukkan adanya

    persaingan antara inhibitor dengan substrat. Struktur inhibitor biasanya

    tidak atau sedikit menyerupai struktur substrat. Inhibitor nonkompetitif

    menurunkan kecepatan reaksi maksimal yang diperoleh pada pemberian

    sejumlah enzim (Vmaks yang lebih rendah), tetapi biasanya tidak

    mempengaruhi nilai KM, ditunjukkan oleh kurva Lineweaver-Burk pada

    Gambar 10. Mekanisme reaksi inhibisi nonkompetitif dapat dilihat pada

    Gambar 9.

    EI (inaktif)

    ES (aktif) E + P

    E

    I

    S

    Ditambah inhibitor

    Tanpa inhibitor 1/V1

    -1/KM -1/KM 1/Vmaks

    1/[S] 0

  • 13

    Gambar 9. Mekanisme inhibisi nonkompetitif

    Gambar 10. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi nonkompetitif

    3. Inhibisi Unkompetitif

    Inhibisi ini terjadi jika kompleks EI hilang, tetapi kompleks EIS

    terbentuk. Inhibitor mengikat langsung pada kompleks enzim-substrat

    (ES), bukan enzim bebas (Flickinger dan Drew, 1999). Mekanisme

    inhibisi unkompetitif ditunjukkan pada Gambar 11.

    Gambar 11. Mekanisme inhibisi unkompetitif

    ES E EIS S I

    E + P

    EI

    ES

    E

    I

    S

    E + P

    EIS

    S

    Ditambah inhibitor

    Tanpa inhibitor

    1/Vmaks

    1/[S]

    1/V1

    -1/KM

    -1/Vmaks

    0

  • 14

    Inhibitor yang bersifat unkompetitif akan mempengaruhi fungsi

    enzim, tetapi tidak terhadap ikatannya dengan substrat. Plot Lineweaver-

    Burk untuk inhibisi unkompetitif adalah linier dengan kemiringan atau

    slope KM/Vmaks seperti pada reaksi tanpa inhibitor, dapat dilihat pada

    Gambar 12 (Simanjutak dan Silalahi, 2003).

    Gambar 12. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi unkompetitif

    1/[S]

    1/V1

    -1/KM

    -1/Vmaks

    0

    Ditambah inhibitor

    Tanpa inhibitor

    1/Vmaks

  • III. METODOLOGI

    A. ALAT

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan

    gelas (pipet tetes, corong, tabung reaksi); peralatan ukur (pipet mikro, pipet

    volumetri, labu takar, termometer, spektrofotometer, stopwatch dan

    timbangan); serta peralatan pendukung (water bath dan vortex).

    B. BAHAN

    Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukrosa,

    invertase (Sigma-Aldrich 19253: pH 4.5, 55C, 355 units/mg solid), dan

    larutan CuSO4. Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisa adalah NaOH

    0.1 N, HCl 0.1 N, indikator PP, glukosa, fruktosa, buffer pH 3-11, pereaksi

    DNS (dinitro salicylic acid) dan aquades.

    C. METODE PENELITIAN

    Metode penelitian ini dibagi menjadi tahapan penelitian dan prosedur

    percobaan. Tahapan penelitian menjelaskan tentang langkah-langkah yang

    harus dilalui untuk mencapai tujuan penelitian, sedangkan prosedur percobaan

    merupakan urutan kegiatan dan tatacara yang secara teknis dikerjakan dalam

    setiap tahapan penelitian.

    1. Tahapan Penelitian

    Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Penentuan

    aktivitas invertase, (2) Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4,

    (3) Penentuan hubungan perubahan faktor konsentrasi substrat, konsentrasi

    enzim, pH, suhu dan lama pemanasan dengan adanya penambahan CuSO4

    terhadap degradasi sukrosa, (4) Penentuan parameter kinetika (KM dan

    Vmaks) laju degradasi sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4.

    Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 13.

  • 16

    Gambar 13. Diagram alir tahapan penelitian

    a. Penentuan aktivitas invertase Aktivitas enzim diukur berdasarkan definisi satu unit aktivitas

    invertase, yaitu banyaknya invertase yang dapat membebaskan

    1 mikromol gula pereduksi dari substrat sukrosa selama 1 menit pada

    kondisi percobaan. Kondisi yang digunakan adalah kondisi optimum

    invertase, yaitu pada suhu 55C, di dalam larutan buffer asetat pH 4.5.

    Slope yang diperoleh dari gula pereduksi yang dihasilkan pada setiap

    konsentrasi yang diujikan merupakan besarnya aktivitas enzim.

    b. Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4

    CuSO4 dengan konsentrasi yang berbeda diujikan pada reaksi

    invertase dengan sukrosa. Nilai gula pereduksi yang lebih rendah dari

    kontrol (perlakuan invertase tanpa CuSO4) menunjukkan adanya

    inhibisi, sebaliknya jika lebih tinggi dari kontrol menunjukkan aktivasi.

    Pengaruh yang berbeda nyata diukur berdasarkan analisis sidik ragam

    (ANOVA) dan uji lanjut Duncan.

    Mulai

    Penentuan aktivitas invertase

    Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4

    Penentuan pengaruh perubahan faktor dengan adanya penambahan CuSO4 terhadap degradasi sukrosa

    Penentuan parameter kinetika (KM dan Vmaks) laju degradasi sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4

    Selesai

  • 17

    c. Penentuan pengaruh hubungan faktor dengan adanya penambahan CuSO4 terhadap degradasi sukrosa

    Uji karakterisasi invertase yang dilakukan antara lain pengaruh

    konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan

    dengan ditambahkan CuSO4. Pengaruh yang diidentifikasi adalah

    adanya kenaikan atau penurunan konsentrasi gula pereduksi pada setiap

    taraf yang diujikan berdasarkan analisis sidik ragam dan uji lanjut

    Duncan. Inhibisi invertase diukur berdasarkan perbandingan dengan

    perlakuan tanpa CuSO4, dinyatakan dalam bentuk persen.

    d. Penentuan parameter kinetika laju degradasi (KM dan Vmaks) sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4

    Penentuan parameter kinetika dilakukan pada tiga suhu yang

    berbeda dan pH tertentu yang optimum bagi inhibisi invertase. Model

    kinetika inhibisi diidentifikasi berdasarkan jenis perubahan nilai

    parameter kinetika (KM dan Vmaks) yang diperoleh dari plot Lineweaver-

    Burk. Nilai KM diperoleh dari perpotongan garis linier dengan sumbu x,

    sedangkan nilai Vmaks diperoleh dari perpotongan garis linier dengan

    sumbu y.

    2. Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

    a. Penentuan aktivitas invertase Larutan invertase 0.01 g/l dan larutan sukrosa 50 g/l disiapkan

    pada tabung reaksi yang terpisah. Masing-masing tabung reaksi

    kemudian diinkubasi di dalam water bath suhu 55C sehingga suhu

    tersebut dicapai oleh larutan di dalam tabung reaksi. Selanjutnya

    sukrosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi invertase dan mulai

    diukur waktu reaksi (t = 0). Reaksi dihentikan pada masing-masing

    waktu yang diujikan, yaitu 0, 30, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300

    (detik), dengan memasukkan 2 ml pereaksi DNS. Kemudian tabung

    tersebut dimasukkan ke dalam water bath pada suhu 95C. Setelah

  • 18

    10 menit, tabung reaksi dikeluarkan dan didinginkan untuk diukur

    absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.

    b. Penentuan konsentrasi inhibitor Larutan CuSO4 dibuat dalam beberapa konsentrasi, 0 mM-

    3.75 mM. Masing-masing larutan CuSO4 dalam berbagai konsentrasi

    dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan

    sukrosa 50 g/l sebanyak 0.5 ml dan divortex. Selanjutnya ditambahkan

    1 ml invertase 0.01 g/l pada masing-masing tabung reaksi (t = 0). Pada

    saat t = 5 menit, reaksi dihentikan dengan perekasi DNS. Prosedur

    untuk menghentikan reaksi mengikuti prosedur sebelumnya pada

    penentuan aktivitas.

    c. Penentuan pengaruh perubahan faktor Penentuan pengaruh perubahan faktor dilakukan dengan

    maupun tanpa adanya penambahan inhibitor. Prosedur yang dilakukan

    pada perlakuan tanpa inhibitor sama halnya dengan pengujian pada

    karakterisasi invertase dengan inhibitor, hanya tidak ditambahkan

    larutan CuSO4. Total volume larutan dalam tiap tabung reaksi tetap

    sama yakni 2 ml, sehingga volume yang ditambah adalah aquades dan

    buffer.

    1. Pengaruh konsentrasi enzim

    Larutan invertase 0.01 g/l disiapkan pada berbagai

    konsentrasi sebanyak 0.0 - 0.83 ml dan ditambahkan larutan buffer

    pH 7 hingga volumenya 1 ml. Kemudian ditambahkan larutan

    CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml pada masing-masing tabung

    reaksi. Selanjutnya larutan sukrosa 50 g/l sebanyak 1 ml

    dimasukkan pada tiap-tiap tabung tersebut, dan mulai dihitung

    waktunya (t = 0 menit). Pada waktu t = 5 menit, dimasukkan 2 ml

    pereaksi DNS untuk menghentikan reaksi. Kemudian tabung

    tersebut dimasukkan ke dalam water bath pada suhu 95C selama

    10 menit. Setelah 10 menit, tabung reaksi dikeluarkan dan

    didinginkan untuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang

    540 nm.

  • 19

    2. Pengaruh konsentrasi substrat

    Larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml dimasukkan pada

    masing-masing tabung reaksi yang berisi larutan sukrosa 50 g/l

    dalam konsentrasi yang berbeda. Kemudian aquades ditambahkan

    hingga volume campuran mencapai 2.0 ml. Larutan invertase

    0.01 g/l sebanyak 1.0 ml dimasukkan ke masing-masing tabung

    reaksi (t = 0 menit). Pengukuran reaksi hidrolisis mengikuti

    prosedur sebelumnya.

    3. Pengaruh pH

    Invertase 0.01g/l sebanyak 1.0 ml dilarutkan dengan

    menggunakan buffer pH yang bervariasi (pH 3 - 11) pada tabung

    reaksi. Selanjutnya masing-masing tabung reaksi ditambahkan

    larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml dan 0.9 ml larutan sukrosa

    50 g/l (t = 0 menit). Pengukuran reaksi hidrolisis mengikuti

    prosedur sebelumnya.

    4. Pengaruh suhu

    Penangas air mulai suhu 0 - 90oC disiapkan dengan interval

    suhu 10oC. Pada setiap kelipatan suhu 10oC tersebut, diuji aktivitas

    invertase. Larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml, 0.4 ml air dan

    larutan sukrosa 50 g/l sebanyak 0.5 ml dimasukkan ke dalam setiap

    tabung untuk setiap kelipatan suhu 10oC. Tabung reaksi

    selanjutnya dimasukkan ke dalam penangas air pada rentang suhu

    tersebut dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian ditambahkan

    invertase 0.01 g/l sebanyak 1.0 ml ke dalam masing-masing tabung

    reaksi (t = 0 menit) pada suhu inkubasi. Pengukuran reaksi

    hidrolisis mengikuti prosedur sebelumnya.

    5. Pengaruh lama pemanasan

    Larutan invertase 0.01 g/l sebanyak 1.0 ml dimasukkan ke

    dalam masing-masing tabung reaksi dan dipanaskan dengan waktu

    yang bervariasi dari 0 - 5 (menit). Setelah waktu yang diperlukan

    dicapai, tabung reaksi dikeluarkan dari water bath dan didinginkan.

  • 20

    Setelah itu larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml dan larutan

    sukrosa 50 g/l sebanyak 0.5 ml dimasukkan ke dalamnya (t =

    0 menit). Pengukuran reaksi hidrolisis mengikuti prosedur

    sebelumnya.

    d. Penentuan parameter kinetika

    Kondisi inhibisi invertase oleh CuSO4 yang optimum dipilih

    (suhu dan pH) yang kemudian pada selang konsentrasi substrat

    tertentu diuji aktivitasnya dalam menghidrolisis sukrosa.. Hasil yang

    diperoleh kemudian diplotkan pada kurva kinetika (Lineweaver-Burk),

    dan dihitung parameter kinetikanya (KM dan Vmaks) serta dibandingkan

    antara perlakuan tanpa CuSO4 dan dengan penambahan CuSO4. Nilai

    KM dan Vmaks dapat diperoleh dari persamaan linier plot kurva

    Lineweaver-Burk. Slope yang diperoleh merupakan KM/Vmaks,

    sedangkan intersep menunjukkan 1/Vmaks. Bentuk kurva Lineweaver-

    Burk yang diperoleh menunjukkan model kinetika ihibisi. Penentuan

    model kinetika menggunakan alat bantu program SigmaPlot 2004 for

    Windows Version 9.01. Program ini menentukan model kinetika

    inhibisi yang paling tepat berdasarkan nilai r2 tertinggi.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kemampuan hidrolisis sukrosa oleh invertase dilakukan dengan mengukur

    aktivitas enzim tersebut, sedangkan kemampuan inhibisi garam logam CuSO4 dilihat pada setiap perubahan faktor yang berpengaruh (konsentrasi substrat,

    konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan) terhadap aktivitas enzim serta

    perubahan parameter kinetika (KM dan Vmaks) inhibisi degradasi sukrosa.

    A. Aktivitas Invertase

    Penentuan aktivitas invertase penting dilakukan untuk mengetahui

    seberapa besar perubahan mikromol sukrosa menjadi gula pereduksi setiap

    menit reaksi. Slope yang diperoleh dari persamaan garis linier adalah 3.2267,

    yang berarti bahwa invertase mampu menghidrolisis sukrosa 3.2267 M

    menjadi glukosa dan fruktosa dalam satu detik atau perubahan 0.3872 mol

    sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dalam satu menit. Aktivitas invertase

    digambarkan dalam bentuk kurva pada Gambar 14.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    0 50 100 150 200 250 300 350

    lama reaksi (detik)

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (uM

    )

    Gambar 14. Kurva aktivitas invertase berdasarkan konsentrasi gula pereduksi

    yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 25 g/l. Persamaan garis linier y = 3.2267 x, r2 = 0.9721

  • 22

    B. Pengaruh Konsentrasi CuSO4

    Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4 sebagai inhibitor dilakukan

    berdasarkan uji daya inhibisi CuSO4 terhadap aktivitas invertase. Adanya

    inhibisi invertase ditunjukkan dengan menurunnya gula pereduksi yang

    dihasilkan dari hidrolisis sukrosa oleh invertase. Analisis sidik ragam

    menunjukkan bahwa konsentrasi yang diujikan memberikan pengaruh yang

    nyata terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dapat dilihat pada

    Lampiran 2. Konsentrasi gula pereduksi tertinggi diperoleh dari penambahan

    larutan CuSO4 1.25 mM sebesar 2064.5 M, sedangkan konsentrasi gula

    pereduksi terkecil ditunjukkan oleh penambahan larutan CuSO4 3.75 mM

    sebesar 1052 M. Kurva pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap aktivitas

    invertase dapat dilihat pada Gambar 15.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0.75 1 1.25 1.5 1.875 2.25 2.5 3.75

    konsentrasi CuSO4 (mM)

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (uM

    )

    Gambar 15. Kurva pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap konsentrasi gula

    pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit

    Hasil uji daya inhibisi menunjukkan bahwa tidak semua konsentrasi

    CuSO4 yang diujikan menunjukkan adanya penghambatan aktivitas invertase.

    Gula pereduksi meningkat signifikan dengan penambahan larutan CuSO4

    0.75 mM. Hal ini menunjukkan bahwa CuSO4 pada konsentrasi yang rendah

    tidak memberikan pengaruh inhibisi terhadap aktivitas invertase. CuSO4

    mempunyai peranan sebagai aktivator invertase pada konsentrasi yang relatif

  • 23

    kecil. Perubahan muatan pada enzim akibat penambahan CuSO4 menyebabkan

    enzim mudah dalam mengikat substrat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

    logam yang ditambahkan dalam bentuk garam organik memberikan kestabilan

    enzim dengan cara menetralkan kelebihan muatan elektrostatik yang

    melindungi molekul enzim sehingga konformasi enzim dapat dipertahankan

    (Monsan dan Combess, 1984). Kation seperti Cu (II) kemungkinan terlibat

    langsung dalam proses katalisis enzim, yaitu dalam pengikatan substrat ke sisi

    aktif enzim, dalam menjaga konformasi enzim dan kestabilan substrat

    (Whitaker, 1996).

    Berdasarkan Gambar 15, besarnya penghambatan setelah aktivitas

    invertase mencapai maksimum meningkat sedikit demi sedikit hingga

    akhirnya mengalami inhibisi pada konsentrasi CuSO4 2.5 mM. Kemampuan

    aktivasi enzim menurun dengan semakin tingginya konsentrasi CuSO4.

    Besarnya inhibisi ini berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan uji lanjut

    Duncan, dapat dilihat pada Lampiran 2. Gula pereduksi yang dihasilkan pada

    konsentrasi CuSO4 2.5 mM adalah 1503.25 M, sedangkan invertase tanpa

    CuSO4 (kontrol) menghasilkan gula pereduksi 1669.5 M, sehingga inhibisi

    yang diberikan sebesar 9.96 %.

    Inhibisi terhadap aktivitas invertase disebabkan oleh penghambatan

    substrat untuk memasuki daerah katalitik enzim dimana kation logam Cu (II)

    terikat pada sisi aktif enzim. Inhibisi dapat terjadi pada sisi aktif enzim

    maupun sisi sekunder enzim. Jika inhibitor terikat pada sisi aktif enzim,

    substrat tidak dapat membentuk kompleks dengan enzim, sehingga produk

    tidak akan terbentuk. Inhibisi juga dapat terjadi selain pada sisi aktif enzim,

    yaitu pada sisi sekunder enzim. Pengikatan inhibitor pada sisi sekunder enzim

    menyebabkan perubahan konformasi enzim, sehingga affinitas enzim pada

    substrat berkurang. Inhibisi pada fungsi katalitik enzim dapat terjadi pada

    residu asam amino, yang dapat terletak pada sisi aktif enzim. Hal ini sesuai

    dengan teori bahwa grup sulfhidril terdapat pada sisi aktif maupun di dekat

    sisi aktif invertase yang penting dalam menjalankan fungsi katalitik enzim

    tersebut (Sturm, 1999 dalam Hsiao et al., 2001).

  • 24

    Inhibisi terhadap aktivitas invertase juga disebabkan oleh adanya asam

    yang terbentuk dari anion SO42- yang berikatan dengan kation H+ dari grup

    sulfhidril invertase membentuk senyawa asam H2SO4. Penambahan CuSO4 dengan konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan terbentuknya senyawa

    asam sulfat semakin banyak yang mengubah pH larutan menjadi lebih asam.

    Hal ini sesuai dengan teori bahwa ion H+ yang berlebihan mempengaruhi

    keseimbangan muatan pada sisi aktif enzim, sehingga kemampuan enzim

    untuk mengikat substrat berkurang (Rodwell, 1981).

    Jika konsentrasi CuSO4 dinaikkan maka inhibisi akan semakin besar,

    seperti yang ditunjukkan oleh penambahan konsentrasi CuSO4 3.75 mM.

    Inaktivasi bahkan dapat terjadi jika konsentrasi tersebut masih dinaikkan,

    karena semakin banyak grup sulfhidril invertase yang terikat oleh kation

    logam Cu (II) atau semakin banyak senyawa asam yang terbentuk. Hal ini

    membuktikan bahwa kation logam Cu (II) bersifat sangat reaktif terhadap

    grup sulfhidril pada kondisi konsentrasi yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai

    dengan teori bahwa pengaruh inhibisi dari ion-ion logam disebabkan oleh

    affinitas (kereaktifan) ion logam. Affinitas enzim terhadap ion logam berbeda

    disesuaikan dengan sifat ikatan spesifik grup enzim yang terlibat. Kereaktifan

    unsur-unsur atau senyawa untuk melakukan ikatan kompleks ditunjukkan oleh

    konstanta pembentukan (log k1) (Klotz, 1954). Konstanta pembentukan kation

    logam Cu (II) dengan gugus sulfida adalah 41.5 (Gurd dan Wilcox, 1954).

    C. Hubungan Pengaruh Perubahan Faktor Terhadap Degradasi Sukrosa

    Aktivitas invertase dalam mendegradasi sukrosa dipengaruhi oleh

    beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim antara lain

    konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu inkubasi dan lama

    pemanasan. Perubahan faktor-faktor tersebut dengan penambahan CuSO4

    dibahas sebagai berikut.

    1. Pengaruh Konsentrasi Substrat

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan

    konsentrasi sukrosa memberikan pengaruh yang nyata terhadap

    konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dapat dilihat pada Lampiran 3.

  • 25

    Semakin tinggi konsentrasi sukrosa diberikan, semakin tinggi konsentrasi

    gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji menunjukkan rentang gula

    pereduksi dari 0 M hingga 2157 M, dengan konsentrasi paling rendah

    pada perlakuan tidak diberikan sukrosa dan konsentrasi tertinggi pada

    sukrosa 20.75 g/l tanpa penambahan CuSO4. Hasil pengujian pengaruh

    perubahan konsentrasi sukrosa terhadap aktivitas invertase dapat dilihat

    pada Gambar 16.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 4.25 8.25 12.5 16.75 20.75konsentrasi sukrosa (g/l)

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (uM

    )

    Perlakuan konsentrasi substrat dengan penambahan CuSO4 0.125 mMPerlakuan konsentrasi substrat tanpa CuSO4

    Gambar 16. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi substrat terhadap

    konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit

    Peningkatan konsentrasi sukrosa meningkatkan gula pereduksi

    yang dihasilkan. Peningkatan terjadi dengan curam dari invertase yang

    tidak ditambahkan sukrosa (sukrosa 0 g/l) hingga sukrosa 12.5 g/l, baik

    pada perlakuan tanpa maupun dengan penambahan CuSO4. Rasio

    invertase terhadap sukrosa pada konsentrasi sukrosa 12.5 g/l adalah 1

    : 2500. Selanjutnya, peningkatan secara landai terjadi dari konsentrasi

    sukrosa 12.5 g/l hingga 16.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 3350) pada

    perlakuan tanpa CuSO4. Hal ini disebabkan oleh enzim yang bekerja

    semakin aktif jika substrat yang diberikan semakin banyak, karena

    semakin banyak substrat yang berpeluang untuk berikatan dengan sisi aktif

    enzim. Lehninger (1988) menyatakan bahwa pada konsentrasi substrat

  • 26

    yang rendah, kecepatan reaksi akan sangat rendah, tetapi kecepatan ini

    akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat.

    Aktivitas invertase menjadi tidak berbeda nyata dari konsentrasi

    sukrosa 16.75 g/l - 20.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 4150). Hal ini

    disebabkan karena hampir semua sisi aktif invertase telah berikatan

    dengan sukrosa membentuk kompleks enzim-substrat. Laju reaksi

    meningkat dengan nilai yang semakin kecil hingga akhirnya tercapai titik

    batas tertentu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bagaimanapun tingginya

    konsentrasi substrat yang diberikan setelah titik batas ini tercapai,

    kecepatan reaksi akan mendekati, tetapi tidak akan pernah mencapai garis

    maksimum. Pada batas ini disebut dengan kecepatan maksimum (Vmaks),

    enzim menjadi jenuh oleh substratnya dan tidak dapat berfungsi lebih

    cepat (Lehninger, 1988).

    Kedua perlakuan, baik tanpa maupun dengan penambahan CuSO4

    menunjukkan pola aktivitas invertase yang hampir sama, hanya berbeda

    pada tingkat gula pereduksi yang dihasilkan. Konsentrasi CuSO4 mampu

    menghambat aktivitas invertase dari taraf konsentrasi sukrosa 4.25 g/l

    (invertase : sukrosa = 1 : 850) hingga konsentrasi sukrosa tertinggi

    20.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 4150). Besar inhibisi yang diberikan

    pada berbagai konsentrasi sukrosa, dapat dilihat pada Gambar 17.

    31.1

    13.09.2

    37.2

    2.4

    0.05.0

    10.015.020.025.030.035.040.045.050.0

    0 4.25 8.25 12.5 16.75 20.75

    konsentrasi sukrosa (g/l)

    inhi

    bisi

    (%)

    0

    123

    4567

    89

    subs

    et

    Gambar 17. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada

    konsentrasi substrat yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit

  • 27

    Perbedaan konsentrasi sukrosa berpengaruh nyata terhadap

    besarnya inhibisi aktivitas invertase berdasarkan analisis sidik ragam,

    dapat dilihat pada Lampiran 4. Inhibisi berbeda nyata ketika konsentrasi

    sukrosa dinaikkan dari sukrosa 0 g/l hingga 4.25 g/l. Penambahan CuSO4 menyebabkan kation logam Cu (II) terikat pada grup sulfhidril enzim

    invertase, sehingga inhibisi terjadi. Inhibisi tidak berbeda nyata dengan

    kenaikan konsentrasi sukrosa 8.25 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 1650). Hal

    ini menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi sukrosa menjadi 8.25 g/l

    belum menurunkan kemampuan inhibisi oleh CuSO4 0.125 mM.

    Kemampuan inhibisi turun secara tajam dengan kenaikan

    konsentrasi sukrosa menjadi 12.5 g/l. Hal ini disebabkan karena pada

    konsentrasi tersebut, laju pembentukan enzim-substrat pada perlakuan

    tanpa CuSO4 masih meningkat, sehingga menghasilkan nilai gula

    pereduksi yang tinggi di titik yang hampir sama dengan aktivitas enzim

    invertase dengan CuSO4 0.125 mM. Aktivitas invertase dengan

    penambahan CuSO4 0.125 mM pada rasio invertase terhadap sukrosa

    1 : 2500 telah jenuh oleh substrat. Hal ini juga merupakan penyebab

    inhibisi kembali meningkat dengan kenaikan sukrosa dari 12.5 g/l hingga

    16.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 3350).

    2. Pengaruh Konsentrasi Enzim

    Hasil hidrolisis sukrosa semakin meningkat dengan kenaikan

    konsentrasi invertase, baik pada perlakuan tanpa CuSO4 maupun dengan

    penambahan CuSO4. Gula pereduksi yang dihasilkan berada pada rentang

    80.75 M hingga 1725.75 M, dapat dilihat pada Gambar 18. Hasil

    analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi enzim yang diujikan

    menunjukkan pengaruh nyata terhadap gula pereduksi yang dihasilkan.

    Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.

  • 28

    0200400600800

    100012001400160018002000

    0 0.15 0.85 1.65 2.5 3.35 4.15

    konsentrasi invertase (mg/l)

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (uM

    )

    Perlakuan konsentrasi enzim dengan penambahan CuSO4 0.125 mM

    Perlakuan konsentrasi enzim tanpa CuSO4

    Gambar 18. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit

    Aktivitas invertase pada konsentrasi enzim 0 mg/l hingga 0.15 mg/l

    (invertase : sukrosa = 1 : 1.67 x 105) tidak memberikan respon pengaruh

    yang berbeda nyata, baik pada perlakuan dengan mupun tanpa CuSO4.

    Kedua taraf konsentrasi enzim tersebut memiliki kemampuan yang hampir

    sama dalam menghidrolisis sukrosa. Hal ini dapat disebabkan oleh sisi

    aktif enzim telah berikatan dengan sejumlah substrat dan menjadi jenuh,

    sehingga produk yang dihasilkan sedikit. Hal ini sesuai dengan teori

    bahwa konsentrasi enzim yang terbatas membuat substrat berlebih.

    Substrat dapat berperan sebagai inhibitor jika substrat mengikat sisi lain

    dari enzim karena dapat mengubah konformasi enzim. Substrat yang

    berlebih akan membatasi laju reaksi katalisis enzim (Suryani dan

    Mangunwidjaya, 2002).

    Peningkatan aktivitas terjadi ketika konsentrasi enzim invertase

    dinaikkan menjadi 0.85 mg/l ( invertase : sukrosa = 1 : 2.9 x 104) pada

    perlakuan dengan penambahan CuSO4 0.125 mM, dan 1.65 mg/l pada

    perlakuan tanpa CuSO4. Peningkatan gula pereduksi masih terjadi hingga

    taraf konsentrasi enzim tertinggi yaitu 4.15 mg/l (invertase : sukrosa =

    1 : 6 x 103), baik pada perlakuan dengan maupun tanpa penambahan

    CuSO4. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi pada perlakuan tanpa

  • 29

    CuSO4 lebih curam. Hal ini menunjukkan bahwa kation logam Cu (II)

    mampu menghambat laju pembentukan kompleks enzim-substrat.

    Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin banyak sisi aktif enzim yang

    berikatan dengan sukrosa sehingga semakin tinggi gula pereduksi yang

    dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kecepatan reaksi tergantung

    pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator di dalam suatu

    reaksi. Peningkatan konsentrasi enzim umumnya akan meningkatkan

    hidrolisis substrat menjadi produk (Simanjutak dan Silalahi, 2003).

    Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan taraf

    konsentrasi enzim berpengaruh nyata terhadap persen inhibisi, dapat

    dilihat pada Lampiran 6. Inhibisi oleh garam logam CuSO4 mulai terjadi

    pada konsentrasi invertase 2.5 mg/l (invertase : sukrosa = 1 : 104), dapat

    dilihat pada Gambar 19. Konsentrasi enzim di bawah konsentrasi tersebut

    belum menunjukkan inhibisi. Hal ini dapat terjadi karena adanya

    penurunan laju inversi oleh konsentrasi substrat yang berlebih, sehingga

    kation Cu (II) tidak dapat memasuki sisi aktif invertase. Inhibisi pada

    konsentrasi invertase 2.5 mg/l mulai terlihat karena substrat tidak berlebih

    atau telah diimbangi dengan kenaikan konsentrasi enzim, sehingga

    kompetisi mulai terjadi antara sukrosa dengan kation Cu (II) dalam

    mengikat sisi aktif enzim.

    15.8

    41.854.8

    -130.7

    -62.1-88.8

    -55.5

    -200.0

    -150.0

    -100.0

    -50.0

    0.0

    50.0

    100.0

    0 0.15 0.85 1.65 2.5 3.35 4.15

    konsentrasi invertase (mg/l)

    inhibisi (%

    )

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    4

    4.5su

    bset

    Gambar 19. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada

    konsentrasi enzim yang berbeda, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit

    Inhibisi pada konsentrasi invertase 2.5 3.35 mg/l

    (invertase : sukrosa = 1 : 7.5 x 103) tidak berbeda nyata. Begitu juga

  • 30

    dengan konsentrasi invertase 3.35 4.15 mg/l. Hal ini menunjukkan

    bahwa untuk mencapai inhibisi yang lebih besar, diperlukan konsentrasi

    CuSO4 yang lebih tinggi untuk mengikat sisi aktif enzim yang masih

    bebas.

    3. Pengaruh pH

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan nilai pH

    memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi gula pereduksi

    yang dihasilkan. Perubahan pH menyebabkan perubahan muatan pada

    gugus residu asam amino dan sisi aktif enzim. Gugus residu asam amino

    merupakan asam atau basa lemah yang dapat terprotonasi atau terionisasi

    oleh pengaruh pH lingkungan.

    Pengujian pengaruh nilai pH dilakukan pada rasio invertase

    terhadap sukrosa 1 : 4500, dan konsentrasi CuSO4 0.125 mM, sedangkan

    perlakuan tanpa CuSO4 menggunakan invertase : sukrosa 1 : 5000. Gula

    pereduksi yang dihasilkan berbeda pada rentang 85.75 M hingga

    2267 M, dapat dilihat pada Gambar 20. Konsentrasi gula pereduksi

    paling rendah diperlihatkan pada pH 11, perlakuan tanpa penambahan

    CuSO4 dan konsentrasi tertinggi pada pH 5, perlakuan dengan

    penambahan CuSO4 0.125 mM. Hasil uji statistik pengaruh pH dapat

    dilihat pada Lampiran 7.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 2 4 6 8 10 12

    pH

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (uM

    )

    Perlakuan pH dengan penambahan CuSO4 0.125 mM Perlakuan pH tanpa CuSO4

    Gambar 20. Kurva pengaruh perubahan nilai pH terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit

  • 31

    Invertase dengan maupun tanpa penambahan CuSO4 menunjukkan

    pola aktivitas yang hampir sama, yaitu aktivitas invertase meningkat dari

    pH 3 sampai titik optimum pada pH 5. Aktivitas menurun dengan

    peningkatan pH sampai pH 8 untuk invertase tanpa CuSO4 dan pH 7 untuk

    invertase dengan penambahan CuSO4 0.125 mM, setelah itu enzim

    menjadi inaktif.

    Adanya penambahan CuSO4 memberikan tambahan asam pada

    larutan, akan tetapi diimbangi dengan adanya buffer pH yang

    mempertahankan nilai pH. Hal ini sesuai dengan teori bahwa penambahan

    ion H+ atau OH- ke dalam buffer hanya menyebabkan perubahan kecil

    pada nisbah konsentrasi relatif asam lemah dan anionnya. Penurunan salah

    satu komponen dari sistem buffer dengan penambahan sedikit asam

    diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya. Jumlah

    komponen buffer tidak berubah, yang berubah hanya nisbahnya

    (Lehninger, 1988).

    Aktivitas hidrolisis sukrosa oleh invertase sangat rendah pada pH

    yang sangat asam (pH 3) dan basa tinggi (pH 8 - 11). Hal ini menunjukkan

    bahwa pada pH yang sangat asam, gugus fungsionil pada sisi aktif enzim

    terganggu oleh adanya ion H+ yang berlebihan, sedangkan pada pH basa

    tinggi aktivitas invertase rendah karena ion OH- yang berlebihan.

    Perubahan pH akan menyebabkan suatu bentuk kurva seperti yang

    diperlihatkan pada Gambar 20. Bentuk kurva tersebut dipengaruhi oleh

    faktor-faktor sebagai berkut.

    1. Denaturasi enzim pada pH yang sangat tinggi atau rendah

    Hasil pengujian perubahan pH, denaturasi enzim terjadi pada

    pH 3 ke bawah untuk pH asam dan pH 8 ke atas untuk pH basa. Hal

    ini terlihat pada Gambar 20, konsentrasi gula pereduksi yang

    dihasilkan pada pH 8 ke atas sangat rendah dan tidak berbeda nyata.

    Denaturasi enzim menyebabkan konformasi enzim rusak, karena

    struktur protein globular terbuka tanpa memecah ikatan kovalen dalam

    kerangka polipeptida. Ikatan hidrogen antara gugus residu atom

    nitrogen pada asam amino menjadi terbuka karena muatannya menjadi

  • 32

    tidak seimbang oleh pengaruh pH. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

    enzim terdenaturasi di suhu ruang pada pH tinggi atau rendah,

    sehingga enzim kehilangan aktivitasnya yang bersifat tidak dapat balik

    (irreversible) (Stauffer, 1989).

    2. Pengaruh terhadap keadaan muatan substrat atau enzim

    Enzim merupakan protein yang sangat dipengaruhi oleh pH.

    pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim karena sifat ionik

    gugus karboksil dan gugus asam amino, yang menyebabkan enzim

    tidak dapat berinteraksi dengan substrat atau sebaliknya, menjadi

    mudah berikatan dengan substrat. Rodwell (1981) menyatakan bahwa

    perubahan muatan pada enzim dapat mempengaruhi aktivitas baik

    dengan perubahan struktur maupun dengan perubahan muatan pada

    residu asam amino yang berfungsi mengikat substrat atau katalisis.

    Tingkat pH yang rendah menyebabkan enzim mengalami protonasi

    dan kehilangan muatan negatif:

    Enz - + H+ Enz-H

    Tingkat pH yang tinggi menyebabkan ion substrat (SH+) mengalami

    ionisasi dan kehilangan muatan positif:

    SH+ S + H+

    3. Perubahan konformasi enzim

    Perubahan konformasi enzim juga dipengaruhi oleh perubahan

    muatan asam amino. Aktivitas dapat menjadi rendah pada pH yang

    sangat tinggi atau sangat rendah atau sebaliknya menjadi maksimum

    pada pH tertentu. Berdasarkan Gambar 20, perubahan konformasi

    enzim yang berpengaruh pada tingginya aktivitas di pH 5 dapat terjadi

    karena struktur enzim menjadi lebih kompak. Rodwell (1981)

    menyatakan, suatu gugus yang bermuatan jauh dari bagian dimana

    substrat terikat, mungkin perlu untuk mempertahankan struktur tersier

    atau kuartener yang aktif. Apabila muatan pada gugus ini diubah,

    molekul protein dapat terbuka atau menjadi lebih kompak.

  • 33

    Inhibisi oleh CuSO4 terhadap invertase tidak terjadi pada pH yang

    diujikan kecuali pada pH 7. Akan tetapi persen inhibisi yang dihasilkan

    pada pH 7 tidak berbeda nyata dengan pH 4 6, dapat dilihat pada

    Lampiran 8. Hal ini membuktikan bahwa ikatan antara enzim invertase

    dengan kation logam Cu (II) sangat dipengaruhi oleh tingkat pH.

    Perubahan pH menyebabkan kereaktifan Cu (II) berkurang karena

    perubahan muatan pada enzim, sehingga inhibisi tidak terjadi.

    15.0

    -6.8-14.2

    -196.0

    -29.6

    -261.4

    -186.8

    -255.0-281.3

    -400.0

    -350.0

    -300.0

    -250.0

    -200.0

    -150.0

    -100.0

    -50.0

    0.0

    50.0

    3 4 5 6 7 8 9 10 11

    pH

    inhi

    bisi

    (%)

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    subs

    et

    Gambar 21. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada nilai

    pH yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit

    4. Pengaruh Suhu

    Pengujian pengaruh perubahan suhu dilakukan pada rasio invertase

    terhadap sukrosa 1 : 2500, dengan konsentrasi CuSO4 0.125 mM. Analisis

    sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan suhu berpengaruh nyata

    terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji statistik

    tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. Perubahan suhu menghasilkan

    konsentrasi gula pereduksi pada rentang 140.75 M hingga 3537 M.

    Konsentrasi tertinggi pada suhu 50C dengan perlakuan tanpa CuSO4 dan

    konsentrasi terkecil pada suhu 70C dengan penambahan CuSO4

    0.125 mM. Kurva pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas invertase

    dapat dilihat pada Gambar 22.

  • 34

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90suhu (oC)

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (uM

    )

    Perlakuan suhu dengan penambahan CuSO4 0.125 mM Perlakuan suhu tanpa CuSO4

    Gambar 22. Kurva pengaruh perubahan suhu terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit

    Aktivitas invertase semakin meningkat dengan kenaikan suhu

    hingga mencapai aktivitas maksimum. Peningkatan suhu lebih lanjut

    setelah titik maksimum menyebabkan penurunan aktivitas invertase dalam

    menghidrolisis sukrosa. Kedua perlakuan terhadap invertase, dengan

    maupun tanpa penambahan CuSO4 menunjukkan pola aktivitas tersebut.

    Peningkatan aktivitas invertase tanpa CuSO4 terjadi ketika suhu

    dinaikkan dari 0C - 50C dan 0C - 40C pada perlakuan dengan

    penambahan CuSO4 0.125 mM. Peningkatan suhu menyebabkan kenaikan

    energi kinetik yang membuat molekul enzim dan substrat saling

    bertumbukan sehingga semakin banyak kompleks enzim-substrat yang

    terbentuk. Energi kinetik tersebut mampu meningkatkan aktivitas enzim

    hingga maksimal pada suhu 50C, kemudian aktivitas enzim turun dengan

    tajam pada suhu yang lebih tinggi hingga 70C. Webb (1963) menyatakan

    bahwa suhu pada saat aktivitas enzim maksimum disebut dengan suhu

    optimum. Rodwell (1981) juga menyatakan, suhu optimum kebanyakan

    enzim adalah suhu sel atau di atas suhu sel tempat enzim-enzim berada.

    Aktivitas enzim di bawah maupun di atas suhu optimum enzim

    lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh rusaknya ikatan-ikatan yang

    mempertahankan struktur enzim. Jika ikatan sekunder rusak, keadaan

    katalitik enzim aktif menjadi berubah. Rusaknya struktur dan konformasi

    enzim dapat menyebabkan enzim kehilangan aktivitas biologisnya yang

    disebut dengan denaturasi enzim oleh suhu tinggi. Ikatan-ikatan sekunder

  • 35

    enzim yang lemah, seperti ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik

    semakin lemah ikatannya dengan meningkatnya suhu. Hal ini

    menyebabkan denaturasi yang bersifat reversible pada suhu 60 - 70C

    dengan perlakuan tanpa CuSO4 dan 50C dengan penambahan CuSO4

    0.125 mM. Denaturasi irreversible terjadi jika ikatan kovalen pada enzim

    telah rusak, yaitu mulai suhu 70C pada perlakuan tanpa CuSO4 dan mulai

    suhu 60C pada dengan penambahan CuSO4 0.125 mM. Hal ini sesuai

    dengan teori bahwa kenaikan kecepatan aktivitas enzim di bawah suhu

    optimum disebabkan oleh kenaikan energi kinetik molekul-molekul yang

    bereaksi. Akan tetapi apabila suhu tetap dinaikkan, energi kinetik

    molekul-molekul enzim menjadi demikian besar sehingga melampaui

    penghalang energi untuk memecahkan ikatan sekunder (Rodwell, 1981).

    Penambahan CuSO4 0.125 mM menyebabkan invertase menjadi

    lebih stabil oleh perubahan suhu, karena perubahan terjadi tidak secara

    tajam atau signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas invertase pada

    perubahan suhu 10C menjadi 20C tidak berbeda nyata. Kenaikan

    aktivitas menjadi 30C terjadi secara landai, dan perubahan menjadi suhu

    40C juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Begitu juga dengan pola

    penurunan aktivitas invertase dari suhu optimum enzim ke suhu yang

    lebih tinggi juga tidak sebesar yang terjadi pada perlakuan tanpa CuSO4.

    Inhibisi oleh CuSO4 terjadi mulai suhu 10C hingga 90C, dapat

    dilihat pada Gambar 23. Inhibisi aktivitas invertase tidak terjadi pada suhu

    0C. Hal ini dapat disebabkan selain invertase kurang aktif pada suhu

    rendah karena energi kinetik yang rendah, reaksi pengikatan oleh kation

    logam Cu (II) juga tidak terjadi pada suhu yang sangat rendah. Suhu dapat

    mempengaruhi perubahan konfigurasi dari sisi aktif enzim. Jika sisi aktif

    enzim mudah mengalami perubahan struktur, fleksibilitas enzim akan

    berubah sehingga manyebabkan inhibitor lebih mudah atau lebih sulit

    untuk mengikat enzim (Webb, 1963).

    Daya inhibisi CuSO4 dipengaruhi oleh perubahan suhu pada taraf

    0 - 90C, dapat dilihat pada Lampiran 10. Besarnya persen inhibisi oleh

  • 36

    perubahan suhu dapat dilihat pada Gambar 23. Hasil uji pengaruh suhu

    menunjukkan besarnya inhibisi meningkat seiring dengan kenaikan

    sampai dengan suhu 60C, kemudian turun secara tajam. Hal ini

    menunjukkan bahwa perubahan konfigurasi sisi aktif enzim oleh suhu

    dapat menyebabkan inhibitor mudah atau sulit untuk mengikat enzim.

    Inhibisi menjadi sangat besar pada saat suhu 60C karena aktivitas

    invertase tanpa CuSO4 masih tinggi, sedangkan aktivitas invertase dengan

    penambahan CuSO4 0.125 mM sangat rendah karena telah mengalami

    denaturasi. Inhibisi menurun setelah suhu optimum karena aktivitas

    invertase baik dengan maupun tanpa CuSO4 telah turun. Hal ini

    menunjukkan bahwa CuSO4 0.125 mM efektif dalam menghambat

    aktivitas invertase pada suhu optimum enzim pada rasio konsentrasi

    invertase : sukrosa 1 : 2500.

    -12.2

    6.8

    37.6

    53.5

    69.7

    85.595.1

    83.6

    68.4

    12.3

    -20

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

    suhu (oC)

    %in

    hibi

    si

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    subs

    et

    Gambar 23. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada suhu yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit

    5. Pengaruh Lama Pemanasan

    Pengujian pengaruh lama pemanasan dilakukan pada rasio

    invertase terhadap sukrosa 1 : 2500, dengan konsentrasi CuSO4 0.125 mM.

    Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemanasan invertase yang

    dilakukan pada waktu yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata

    terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji statistik

    tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11. Gula pereduksi yang dihasilkan

  • 37

    berda pada rentang 82 M hingga 1467 M, dengan konsentrasi tertinggi

    pada invertase yang tidak dipanaskan dan konsentrasi terkecil pada

    pemanasan 60 detik dan 300 detik pada perlakuan tanpa CuSO4. Pengaruh

    lama pemanasan terhadap aktivitas invertase dapat dilihat pada Gambar

    24.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    0 10 20 30 40 50 60 300

    lama pemanasan (detik)

    kons

    entra

    si g

    ula

    pere

    duks

    i (u

    M)

    Perlakuan lama pemanasan dengan penambahan CuSO4 0.125 mM

    Perlakuan lama pemanasan tanpa CuSO4

    Gambar 24. Kurva pengaruh lama pemanasan terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit

    Pengujian pengaruh lama pemasan ini memberikan hasil bahwa

    semakin lama waktu pemanasan, semakin rendah aktivitas invertase dalam

    menghidrolisis sukrosa. Invertase menunjukkan kestabilan terhadap panas

    dalam waktu yang sangat singkat. Aktivitas enzim terus menurun