f06rha
TRANSCRIPT
-
INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA
DENGAN MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO4)
Oleh
RHENI HAFIDIANA
F34102016
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
-
2
Inhibisi Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat (CuSO4)
Ringkasan
Sukrosa (glucose-1,2 fructose) merupakan pemanis yang banyak
dikonsumsi dalam kehidupan manusia. Gula biasanya diartikan sebagai sukrosa untuk penggunaan komersial. Sumber sukrosa umumnya didapatkan dari nira, seperti nira tebu, nira kelapa, nira siwalan maupun dari bit. Kandungan sukrosa dalam masing-masing nira tersebut berbeda, yaitu nira tebu mengandung 14 - 20% sukrosa, nira kelapa mengandung 15 - 20% sukrosa dan nira siwalan mengandung 10 - 15% sukrosa.
Degradasi sukrosa merupakan hal yang harus dihindari pada industri gula karena mempersulit proses kristalisasi. Hal ini disebabkan oleh hidrolisis sukrosa menjadi gula invert, disebut juga gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) atau senyawa turunan lainnya pada produk-produk gula seperti sukrosa, merupakan penyebab menurunnya kualitas produk tersebut. Inhibisi aktivitas enzim telah dilakukan dengan mengkombinasikan suhu dan tekanan tinggi, namun mempengaruhi kualitas produk. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi enzim konsentrasi substrat, serta adanya inhibitor. Inhibitor dapat berupa bahan alami, seperti kentang, tomat dan tembakau. Akan tetapi, selain mengandung inhibitor, bahan tersebut masih mengandung bahan lain, sehingga perlu pemurnian. Kation Cu (II) dalam bentuk garam logam CuCl2 talah diteliti dapat menghambat aktivitas invertase. Terdapat garam Cu (II) lainnya, yaitu CuSO4. Aktivitas invertase dengan penambahan garam logam CuSO4 pada kondisi konsentrasi, konsentrasi substrat, pH, suhu dan lama pemanasan yang berbeda perlu diteliti, sehingga diketahui kemampuan inhibisi garam logam tersebut. Selain itu, dapat diketahui model kinetika inhibisi yang penting untuk keperluan rekayasa proses.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan perubahan pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, suhu inkubasi dan lama pemanasan dengan adanya penambahan CuSO4 terhadap degradasi sukrosa. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan parameter kinetika laju degradasi (KM dan Vmaks) sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4. Keseluruhan pengujian menggunakan metode pengukuran gula pereduksi yang dihasilkan akibat hidrolisis sukrosa menggunakan DNS (dinitro salicylic acid). Pengaruh perubahan faktor pada setiap taraf ditentukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova) dan uji lanjut Duncan. Model dan parameter kinetika inhibisi yang paling sesuai ditentukan dengan menggunakan software SigmaPlot.
Inhibisi oleh CuSO4 terhadap invertase dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan. Pada rasio konsentrasi invertase terhadap sukrosa 1 : 5000 dan pH larutan invertase 4.5, CuSO4 0.75-1.25 mM berperan sebagai aktivator invertase, sedangkan mulai konsentrasi 2.5 mM berperan sebagai inhibitor. Konsentrasi CuSO4 0.125 mM memberikan inhibisi tertinggi (95.1%) pada suhu 60C, pH larutan invertase 4.5, rasio invertase terhadap sukrosa 1 : 2500. Aktivitas invertase sangat rendah pada
-
3
pH 3 dan pH 7 ke atas serta turun signifikan hingga 20 detik pemanasan. Inhibisi oleh CuSO4 0.125 mM terjadi pada lama pemanasan 0 10 detik.
Kinetika inhibisi laju degradasi sukrosa oleh CuSO4 yang dilakukan pada pH 7 dengan tiga titik suhu (40C, 50C, 60C) menghasilkan nilai KM dan Vmaks yang berbeda. Kecepatan reaksi meningkat dengan kenaikan suhu. Model kinetika inhibisi invertase oleh CuSO4 berbeda pada setiap suhu yang diujikan. Model inhibisi oleh CuSO4 pada suhu 40C adalah mixed (partial), dengan nilai KM 8.6 g/l, Vmaks 288.4 M/menit turun menjadi 64.1 M/menit, Ki 0.5817 mM, 75.1, 3.1. Model inhibisi oleh CuSO4 pada suhu 50C juga mixed (partial) dengan nilai KM 21.1 g/l, Vmaks 356.6 M/menit turun menjadi 69.02 M/menit, Ki 2.873e-9 mM, 1201.3, 232.5. Model inhibisi pada suhu 60C bersifat kompetitif (full), dengan nilai KM 3555e+6 g/l naik menjadi 4.622e+6 g/l, Vmaks 1.732e+7 M/menit, Ki 11.4 mM.
-
4
Inhibition on Invertase Activity in Sucrose Using Copper Sulphate (CuSO4)
Summary
Sucrose (glucose-1,2 fructose) is the most commonly used as sweetener
for human consumption. In commercial usage, the term sugar usually refers to sucrose. There are a number of sugars sources, such as sugarcane, coconut-palm juice, fan-palm juice and sugar beets which content of sucrose are different. Sugarcane contains 14-20% sucrose, coconut-palm juice contains 15-20% sucrose, while 10-15% in fan-palm juice.
Sucrose is widely used in industry for various purpose, but the degradation of sucrose is easily occured. Sucrose is converted into invert sugar, called reducing sugar or other derived compounds in many sugar products can cause decreasing quality of sugar. Enzyme inhibition is done by combining the temperature and high pressure, but its influence the quality of the product. Enzyme activity was influenced by temperature, pH value, enzyme concentration, substrate concentration, and presence of inhibitors. Inhibitors can be found natural sources, such as potato, tomato, and tobacco. Besides containing inhibitor, they still contain other ingredients, therefore purification is needed. Cu (II) cation as CuCl2 metal salt is known as element which can inhibit the activity of invertase. There are another Cu (II) as metal salt, it is CuSO4. The activity of invertase with addition of CuSO4 in different enzyme concentration, substrate concentration, pH, temperature and heat treatment should be learn, in order to recognize the inhibition capability of CuSO4. Besides that, the inhibition kinetic model can be figured out, which is needed for process engineering.
The objective of this research is to obtain the influence of substrate concentration, enzyme concentration, pH value, incubation temperature and heat treatment with present of CuSO4 concerning to sucrose degradation. Besides that, it was also to determine the inhibition kinetic parameter (KM and Vmaks) of the rate of sucrose degradation with addition of CuSO4. The whole research uses the reducing sugar measurement method, as a result of sucrose hydrolisis using DNS (dinitro salicylic acid). The influence of factors changes in each level are determined by using analysis of variance (ANOVA) and Duncan test. The most suitable model and parameter of inhibition kinetic is determined by using SigmaPlot software.
CuSO4 concentration, substrate concentration, enzyme concentration, pH value, incubation temperature and heat treatment affect inhibition by CuSO4. At the ratio of invertase to sucrose is 1 : 5000, CuSO4 0.75 - 1.25 mM can be used as an invertase activator, while as invertase inhibitor with the minimum concentration 2.5 mM. CuSO4 0.125 mM give maximum inhibition (95.1%) at 60C, pH value of invertase is 4.5, ratio of invertase to sucrose is 1 : 2500. Invertase activity is very low at pH 3 and more than pH 7. The activity was also decreases significantly until 20 second of heat treatment. Inhibition was occured by 0 10 second of heat treatment.
-
5
The kinetic inhibition of of sucrose degradation rate by CuSO4 0.125 mM done at pH 7 with three temperature treatment (40C, 50C, 60C) make KM and Vmaks value are vary. The reaction rate of it increases as well as the temperature. The inhibition kinetics model of invertase is different in each temperature. It is mixed (partial) when the temperature at 40C. KM 8.6 g/l, Vmaks 288.4 M/min decrease to 64.1 M/min, Ki 0.5817 mM, 75.1, 3.1. The inhibition kinetic model when the temperature at 50C was also mixed (partial). KM 21.1 g/l, Vmaks 356.6 M/menit decrease to 69.02 M/menit, Ki 2.873e-9 mM, 1201.3, 232.5, while competitive (full) at 60C with KM 3555e+6 g/l increase to 4.622e+6 g/l, Vmaks 1.732e+7 M/min, Ki 11.4 mM.
-
6
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Inhibisi
Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat (CuSO4)
adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik,
kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, 31 Agustus 2006
Yang membuat pernyataan,
Rheni Hafidiana F34102016
-
7
INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA
DENGAN MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO4)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RHENI HAFIDIANA
F34102016
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
-
8
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INHIBISI AKTIVITAS INVERTASE PADA SUKROSA DENGAN
MENGGUNAKAN TEMBAGA SULFAT (CuSO4)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RHENI HAFIDIANA
F34102016
Dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1984
di Boyolali
Tanggal lulus : 24 Agustus 2006
Menyetujui,
Bogor, September 2006
Prayoga Suryadarma, STP, MT. Pembimbing Akademik
-
9
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 18 Juni
1984. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara
dari pasangan Widodo (Alm) dan Muslichah. Pada
tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
di SDN 3 Boyolali. Penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah di SLTPN 1 Boyolali pada tahun 1999.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Boyolali dan lulus pada
tahun 2002.
Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, Institut
Pertanian Bogor tahun 2002 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama kuliah di IPB, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah
Laboratorium Lingkungan periode 2005/2006 dan Teknologi Minyak Atsiri dan
Kosmetika periode 2005/2006.
Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik
Penerapan Aspek Pengawasan Mutu pada Proses Produksi Biskuit Bayi di PT.
Arnotts Indonesia-Bekasi, Jawa Barat. Untuk menyelesaikan tugas akhir ini,
penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul Inhibisi
Aktivitas Invertase pada Sukrosa dengan Menggunakan Tembaga Sulfat
(CuSO4).
-
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat, dan hidayah serta kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prayoga Suryadarma, STP, MT selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan , pada saat penelitian dan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Erliza Noor selaku dosen penguji atas masukannya untuk
penyempurnaan skripsi ini.
3. Drs. Purwoko, MSi selaku dosen penguji atas masukannya untuk
penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu, kakak dan saudara kembarku yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa.
5. Teman sebimbingan (Rian, Annisa, Mba Fitri, dan Pak Ikhsan) atas
bantuan dan kebersamaannya.
6. Teman-teman TIN 39 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis baik selama penelitian maupun semenjak menjadi
mahasiswa TIN yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dan bermanfaat demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Bogor, Agustus 2006
Penulis
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
B. TUJUAN.......................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3 A. SUKROSA....................................................................................... 3
B. INVERTASE ................................................................................... 3
C. AKTIVITAS DAN STABILITAS ENZIM..................................... 4
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU DEGRADASI SUKROSA .............................................................. 5
1. Pengaruh Suhu ............................................................................ 5 2. Pengaruh pH................................................................................ 5 3. Pengaruh Konsentrasi Substrat dan Enzim ................................ 6 4. Pengaruh Perubahan Kondisi Lingkungan ................................. 7 5. Pengaruh Inhibitor ..................................................................... 7
E. KINETIKA ENZIMATIK ............................................................... 10
III. METODOLOGI ................................................................................. 15 A. ALAT............................................................................................... 15
B. BAHAN ........................................................................................... 15
C. METODE PENELITIAN ................................................................ 15
1. Tahapan Penelitian ...................................................................... 15 2. Prosedur Percobaan ..................................................................... 17
-
xii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 21 A. Aktivitas Invertase............................................................................ 21
B. Pengaruh Konsentrasi CuSO4........................................................... 22
C. Hubungan Pengaruh Perubahan Faktor Terhadap Degradasi Sukrosa ............................................................................ 24
1. Pengaruh Konsentrasi Substrat ................................................... 24 2. Pengaruh Konsentrasi Enzim...................................................... 27 3. Pengaruh pH................................................................................ 30 4. Pengaruh Suhu ............................................................................ 33 5. Pengaruh Lama Pemanasan ....................................................... 36
D. Kinetika Inhibisi Reaksi Invertase .................................................. 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 45 A. KESIMPULAN................................................................................ 45
B. SARAN............................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 46
LAMPIRAN.................................................................................................... 49
-
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengaruh jenis logam dan bahan kimia pada konsentrasi 0.005 M terhadap aktivitas invertase ............................................ 8
Tabel 2. Parameter kinetika inhibisi invertase pada suhu 40C................... 39
Tabel 3. Parameter kinetika inhibisi invertase pada suhu 50C................... 41
Tabel 4. Parameter kinetika inhibisi invertase pada suhu 60C................... 43
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi hidrolisis sukrosa oleh invertase ..................................... 3
Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap aktivitas invertase dari nira tebu (Rahman et al., 2004) .................................................. 5 Gambar 3. Pengaruh nilai pH terhadap aktivitas invertase dari nira tebu (Rahman et al., 2004) .................................................. 6 Gambar 4. Ikatan ion logam bivalen (M2+) dan grup sulfhidril .................... 9
Gambar 5. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan awal reaksi enzimatik (Lehninger, 1988)....................................................... 10
Gambar 6. Kurva Lineweaver-Burk ............................................................. 11
Gambar 7. Mekanisme inhibisi kompetitif ................................................... 12
Gambar 8. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif ........................ 12 Gambar 9. Mekanisme inhibisi nonkompetitif. ............................................ 13 Gambar 10. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi nonkompetitif. ................. 13 Gambar 11. Mekanisme inhibisi unkompetitif. .............................................. 13 Gambar 12. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi unkompetitif. ................... 14 Gambar 13. Diagram alir tahapan penelitian. ................................................. 16 Gambar 14. Kurva aktivitas invertase berdasarkan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase
5 mg/l, konsentrasi sukrosa 25 g/l. Persamaan garis linier y = 3.2267 x, r2 = 0.9721. ........................................................... 21 Gambar 15. Kurva pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit ........................................................................................ 22 Gambar 16. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi substrat terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5mg/l, lama reaksi 5 menit ...................... 25
-
xv
Gambar 17. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada konsentrasi substrat yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit ........................................ 26
Gambar 18. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit ............... 28 Gambar 19. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada konsentrasi enzim yang berbeda, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit................................... 29 Gambar 20. Kurva pengaruh perubahan nilai pH terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit .................................................................... 30 Gambar 21. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada nilai pH yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l,
konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit ...................... 33 Gambar 22. Kurva pengaruh perubahan suhu terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertasi 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit .............................................................................. 34 Gambar 23. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 pada suhu yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit....................... 36 Gambar 24. Kurva pengaruh lama pemanasan terhadap konsentrasi gula
pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit .......... 37 Gambar 25. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 pada lama pemanasan yang berbeda dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit .......... 38 Gambar 26. Kurva Michaelis Menten invertase suhu 40C. .......................... 39 Gambar 27. Plot Lineweaver-Burk invertase suhu 40C................................ 40 Gambar 28. Kurva Michaelis Menten invertase suhu 50C. .......................... 41 Gambar 29. Plot Lineweaver-Burk invertase suhu 50C................................ 42 Gambar 30. Kurva Michaelis Menten invertase suhu 60C. .......................... 43
-
xvi
Gambar 31. Plot Lineweaver-Burk invertase suhu 60C................................ 43
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur penelitian................................................................... 49
Lampiran 2. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan penentuan konsentrasi CuSO4.................................................. 50 Lampiran 3. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi substrat .................................................. 51 Lampiran 4. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada konsentrasi substrat yang berbeda .......... 54 Lampiran 5. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi enzim..................................................... 55 Lampiran 6. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada konsentrasi enzim yang berbeda ............. 58 Lampiran 7. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh pH............................................................................. 59 Lampiran 8. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada pH yang berbeda ..................................... 62 Lampiran 9. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh suhu .......................................................................... 64 Lampiran 10. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada suhu yang berbeda................................... 67 Lampiran 11. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh lama pemanasan ....................................................... 69 Lampiran 12. Data hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan persen inhibisi pada lama pemanasan yang berbeda................ 71 Lampiran 13. Data kinetika inhibisi suhu 40C ............................................. 73
Lampiran 14. Data kinetika inhibisi suhu 50C ............................................. 74
Lampiran 15. Data kinetika inhibisi suhu 60C ............................................. 75
-
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sukrosa, dengan nama sistematisnya -D-fructofuranosyl--D-
glucopyranoside termasuk kelompok disakarida nonpereduksi. Senyawa
organik ini merupakan sejenis karbohidrat yang manis, putih dan termasuk
bahan dasar makanan. Sumber sukrosa umumnya didapatkan dari nira, seperti
nira tebu, nira kelapa, nira siwalan maupun dari bit. Kandungan sukrosa dalam
masing-masing nira tersebut berbeda. Nira tebu mengandung 14 - 20%
sukrosa, nira kelapa mengandung 15 - 20% sukrosa dan nira siwalan
mengandung 10 - 15% sukrosa.
Sukrosa banyak digunakan untuk berbagai keperluan dalam industri,
namun kerusakan sukrosa mudah terjadi. Proses degradasi sukrosa menjadi
gula invert, disebut juga gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) sering terjadi
karena lamanya waktu menunggu sebelum nira tebu diproses di industri gula.
Selain degradasi sukrosa, senyawa-senyawa hasil degradasi sukrosa tersebut
dapat mengganggu proses kristalisasi pada industri gula (sukrosa), sehingga
dapat menurunkan rendemen gula sukrosa. Astawan (2001) menyatakan
bahwa pembentukan gula invert juga tidak diharapkan pada pengolahan gula
semut. Jika kadar gula pereduksinya lebih dari 3 persen maka gula yang
dihasilkan akan menjadi lembek dan sangat higroskopis.
Kerusakan gula atau sukrosa dapat disebabkan oleh aktivitas enzim,
mikroorganisme ataupun perlakuan proses (misalnya asam, suhu tinggi, dan
lainnya). Invertase, merupakan salah satu enzim yang dihasilkan pada nira
tebu atau hasil aktivitas ekstraseluler mikroorganisme yang turut memicu
kerusakan sukrosa. Aktivitas invertase pada ekstrak nira tebu adalah
417.6 unit, sedangkan aktivitas spesifiknya 2.86 unit/mg (Rahman, 2004).
Upaya penghambatan perlu dilakukan untuk mengurangi kerusakan sukrosa,
salah satunya dengan menurunkan aktivitas invertase yang mendegradasi
sukrosa.
Upaya penghambatan laju kerusakan sukrosa melalui penurunan
aktivitas invertase telah dilakukan dengan perlakuan suhu, tekanan serta
-
2
penambahan inhibitor. Cavaille dan Didier (1996) mengkombinasikan
perlakuan tekanan tinggi dengan suhu untuk menginaktivasi invertase,
sedangkan Causette et al. (1998) melakukan inaktivasi enzim dengan
menggunakan gelembung gas inert. Akan tetapi, perlakuan suhu dan tekanan
yang tinggi akan mempengaruhi kualitas produk (sukrosa) akibat terjadinya
reaksi lain yang tidak diinginkan (lateral reaction). Inhibitor invertase juga
ditemukan di dalam umbi kentang (Ewing et al., 1977 dan Pressey, 1966),
tembakau, dan tomat (Pressey ,1994 dan Weil et al., 1994 dalam Greiner et
al., 1998). Inhibitor dari bahan alami tersebut juga memiliki kelemahan, yaitu
masih terdapat bahan lain selain inhibitor, bahkan mengandung invertase.
Jenis inhibitor lain yang dapat menghambat aktivitas invertase adalah
beberapa jenis garam logam, terutama HgCl2, FeCl2, CuCl2, dan CdCl2, yang
dapat menurunkan aktivitas hingga 45-99% (Rahman et al., 2004).
Terdapat garam logam lain, seperti CuSO4 yang juga tersusun dari
kation logam bivalen. Penggunaan garam logam ini memerlukan kondisi
tertentu agar dihasilkan kinerja inhibisi invertase yang optimal. Perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim, seperti konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan perlu dilakukan pada saat
garam logam CuSO4 ditambahkan. Perlakuan tersebut diharapkan dapat
menghasilkan profil inhibisi aktivitas invertase dalam mendegradasi sukrosa
serta diperoleh model kinetika inhibisi yang penting untuk keperluan rekayasa
proses.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penelitian ini antara lain untuk menentukan:
1. Pengaruh perubahan pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, suhu
inkubasi dan lama pemanasan dengan adanya penambahan CuSO4
terhadap degradasi sukrosa
2. Parameter kinetika (KM dan Vmaks) laju degradasi sukrosa dengan adanya
penambahan CuSO4
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SUKROSA
Sukrosa (glucose-1,2 fructose) merupakan pemanis yang banyak
dikonsumsi dalam kehidupan manusia. Salah satu sumber sukrosa terpenting
adalah tebu karena mengandung sukrosa hingga 20% (Glazer dan Nikaido,
1995 dalam Filho 1999). Sukrosa, dikenal sebagai gula meja (table sugar),
merupakan disakarida yang terbentuk dari satu molekul -D-glukosa dan satu
molekul -D-fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,2-glikosidik
(Rahman et al., 2004).
Degradasi sukrosa dapat terjadi melalui hidrolisis asam atau secara
enzimatis oleh invertase (Monsan et al., 1984 dalam Filho et al., 1999).
Degradasi secara enzimatis terjadi ketika ikatan -1,2-glikosidik dihidrolisis
oleh enzim invertase (D-fructofuranosidase, EC 3.2.1.26) atau sucrose
synthase (UDP glucose: D-fructose 2-D-glucosyltransferase, EC 2.4.1.13).
Hidrolisis sukrosa menghasilkan campuran glukosa dan fruktosa yang disebut
dengan gula invert (invert sugar) (Rahman et al., 2004). Reaksi hidrolisis
sukrosa oleh invertase (juga disebut sebagai sucrase atau saccharose) dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Reaksi hidrolisis sukrosa oleh invertase
B. INVERTASE
Sistem tatanama untuk invertase adalah beta-fructofuranosidase (EC
3.2.1.26), menunjukkan bahwa reaksi dikatalisasi oleh enzim ini adalah reaksi
H
-
4
hidrolisis (Wang, 2002). Invertase terdapat dalam jumlah yang beragam pada
tanaman maupun hewan dengan varietas yang luas. Sumber utama invertase
berasal dari ragi (yeast) dan fungi lainnya. Reed (1966) dalam Pancoast dan
Junk (1980) menyatakan bahwa ragi Saccharomyces cerevisiae dan S.
carlsbergensis merupakan sumber utama penghasil invertase untuk aplikasi
industri. Aspergillus orizae dan A. Niger adalah fungi yang juga merupakan
sumber invertase. Tanaman penghasil enzim ini antara lain tebu (Rahman et
al., 2004), buah mangga (Rahman et al., 2001), buah anggur (Nakanishi et al.,
1990), buah tomat (Konno et al., 1993 dalam Rahman et al., 2001), padi (Isla
et al., 1995) dan umbi kentang (Pressey et al., 1966).
Berbeda dengan sebagian besar enzim, invertase memiliki aktivitas
yang relatif tinggi pada kisaran pH yang luas antara 3.5 sampai 5.5, dengan
aktivitas optimum pada pH 4.5. Aktivitas maksimum dicapai pada suhu 55C.
Nilai Michaelis-Menten untuk jenis enzim yang berbeda bervariasi, tetapi
kebanyakan enzim memiliki nilai KM antara 2 mM 5 mM (Wang, 2002).
C. AKTIVITAS DAN STABILITAS ENZIM
Aktivitas enzim didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan substrat
atau kecepatan pembentukan produk pada kondisi optimum. Satu unit
aktivitas enzim didefinisikan sebagai satu mikromol (mol; 10-6 mol) substrat
yang bereaksi atau produk yang dikatalisis setiap menit (Rodwell, 1981).
Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, pH, dan
suhu. Setiap enzim berfungsi optimal pada suhu, pH dan konsentrasi substrat
tertentu. Konsentrasi substrat yang rendah menyebabkan daerah aktif pada
enzim tidak semuanya terikat pada substrat. Terdapat suhu optimal dimana
reaksi berlangsung sangat cepat. Ketika suhu di atas suhu optimal, kecepatan
reaksi menurun tajam karena enzim sebagai protein akan terdenaturasi,
sedangkan pada suhu terlalu rendah, beberapa enzim tidak dapat bekerja.
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH karena sifat ionik gugus karboksil
dan gugus amino mudah dipengaruhi pH (Pelczar dan Chan, 1986).
Enzim merupakan salah satu jenis protein globular. Stabilitas dan
aktivitas enzim ditentukan oleh konformasi tiga dimensinya yang dipengaruhi
-
5
oleh struktur tertier protein. Terdapat empat jenis interaksi yang menstabilkan
struktur tersebut pada suhu, pH dan konsentrasi ion normal, antara lain ikatan
hidrogen, gaya tarik ionik, interaksi hidrofobik dan jembatan kovalen.
(Lehninger, 1988).
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU DEGRADASI SUKROSA
Laju degradasi sukrosa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
suhu, pH, lama pemanasan, konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim. Laju
degradasi sukrosa dapat diperlambat atau bahkan dihambat dengan
penambahan inhibitor.
1. Pengaruh Suhu
Peningkatan suhu pada reaksi enzim memiliki dua pengaruh yang
tidak seimbang. Pengaruh tersebut adalah peningkatan laju reaksi dan di
sisi lain dapat menyebabkan inaktivasi enzim (Stauffer, 1989). Aktivitas
enzim invertase meningkat secara perlahan dengan kenaikan suhu. Suhu
maksimum aktivitas invertase adalah 60C, peningkatan suhu lebih lanjut
menyebabkan penurunan laju degradasi sukrosa (Rahman et al., 2004).
Pengaruh suhu terhadap aktivitas invertase di dalam tebu dapat dilihat
pada Gambar 2.
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100
suhu (oC)
Akt
ivita
s re
latif
(%)
Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap aktivitas invertase dari nira tebu
(Rahman et al., 2004)
2. Pengaruh pH
Invertase memberikan aktivitas maksimum pada pH 7.2. Aktivitas
turun perlahan pada pH asam, tetapi turun secara cepat pada pH basa.
-
6
Observasi ini menunjukkan bahwa enzim relatif stabil pada kisaran pH
asam sampai pH netral (Rahman et al., 2004). Nilai pH optimum invertase
dari benih padi adalah 7.0 (Chungliang et al. dalam Rahman et al., 2004).
Gambar 3 menunjukkan pengaruh pH terhadap aktivitas invertase pada
tebu (Rahman et al., 2004).
Gambar 3. Pengaruh nilai pH terhadap aktivitas invertase dari nira tebu
(Rahman et al., 2004)
Stauffer (1989) menyatakan bahwa perubahan pada laju reaksi
enzim oleh pH mungkin dapat disebabkan oleh tiga faktor, yakni:
a. Protonasi sisi aktif rantai asam amino pada kompleks enzim-
substrat (ES) berubah, menghasilkan perubahan kemampuan ES
dalam menghasilkan produk.
b. Perubahan muatan ion pada molekul substrat atau sisi aktif enzim
yang dapat mengubah kecenderungan dari dua molekul tersebut
untuk membentuk kompleks ES.
c. Perubahan pH dari netral dapat melemahkan stabilitas protein,
mempercepat denaturasi enzim yang bersifat irreversible.
3. Pengaruh Konsentrasi Substrat dan Enzim
Invertase dapat mengkatalisis sukrosa pada konsentrasi di atas
59%wt/vol. Peningkatan konsentrasi sukrosa lebih lanjut sampai
80%wt/vol menurunkan aktivitas enzim secara signifikan, mungkin
disebabkan oleh konsentrasi air rendah, inhibisi oleh substrat atau agregasi
substrat (Somiari dan Bielecki, 1995 dalam Filho et al., 1999).
Brown pada tahun 1902 melakukan penelitian tentang invertase,
menyatakan bahwa jika konsentrasi sukrosa lebih tinggi daripada
-
7
konsentrasi enzim, kecepatan reaksi menjadi tidak tergantung pada
konsentrasi sukrosa (Pancoast, 1980). Aktivitas enzimatik akan menurun
pada konsentrasi substrat yang tinggi dan cenderung membentuk asimtot.
Jenis penghambatan ini akan membentuk kompleks (dead end complex),
satu sisi molekul substrat terikat pada enzim dan molekul substrat lain
terikat pada sisi lain (sekunder) enzim (Suryani dan Mangunwidjaya,
2002).
4. Pengaruh Perubahan Kondisi Lingkungan
Inaktivasi enzim dan mikroorganisme dapat dilakukan dengan
perlakuan suhu yang tinggi. Akan tetapi perlakuan suhu yang tinggi juga
dapat menyebabkan perubahan produk, sehingga kualitasnya menurun.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menurunkan aktivitas enzim dan
mikroorganisme tanpa merusak produk yang diinginkan adalah dengan
cara pemberian gelembung gas inert. Pemberian gelembung gas inert
nitrogen mampu menurunkan aktivitas enzim (Causette et al., 1998).
5. Pengaruh Inhibitor
Banyak bahan yang dapat mengubah aktivitas suatu enzim dengan
menggabungkannya dalam suatu jalur yang mempengaruhi ikatan substrat.
Bahan-bahan yang mereduksi aktivitas suatu enzim dengan cara ini
dikenal sebagai inhibitor. Inhibitor terbagi menjadi dua jenis, yakni
inhibitor reversible yang membentuk kompleks dinamik dengan enzim dan
inhibitor irreversible yang dikenal dengan racun pengkatalis (contohnya
beberapa logam berat, seperti merkuri, Hg2+). Inhibitor mengikat molekul
enzim dan menurunkan aktivitasnya (Flickinger dan Drew, 1999). Stauffer
(1989) juga membagi inhibitor menjadi 3 golongan berdasarkan
affinitasnya terhadap molekul enzim sebagai berikut:
a. Inhibitor beraffinitas rendah
Molekul inhibitor ini memiliki konstanta affinitas antara 1 M
hingga 106 M. Inhibitor ini sering menyerupai substrat dengan
kereaktifan yang biasa.
-
8
b. Inhibitor beraffinitas tinggi
Molekul inhibitor ini memiliki konstanta affinitas antara
106 M hingga 1012 M. Inhibitor ini menjadi transisi dari kompleks
enzim-substrat menjadi kompleks enzim-produk atau sebagai molekul
yang mengikat kuat pada sisi aktif enzim.
c. Inhibitor irreversible
Molekul inhibitor ini membentuk ikatan kovalen dengan
molekul pada sisi aktif enzim. Ikatan yang dibentuk bersifat stabil.
Reaksi lebih jauh lagi dari enzim dengan inhibitor ini (inhibitor
berlebih) menyebabkan enzim menjadi tidak aktif.
Penambahan garam logam dan senyawa kimia lainnya dapat
menyebabkan peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Peningkatan
dan penurunan aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh jenis garam logam
ataupun senyawa kimia yang ditambahkan. Pengaruh penambahan
beberapa jenis garam logam dan senyawa kimia lainnya terhadap aktivitas
enzim dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh jenis garam logam dan bahan kimia pada konsentrasi 0.005 M terhadap aktivitas invertase
No. Garam/bahan kimia Aktivitas relatif (%) 1 Tanpa bahan tambahan 100.00 2 MgCl2 115.00 3 KCl 110.82 4 NaCl 120.00 5 MnCl2 120.00 6 CaCl2 114.24 7 HgCl2 1.02 8 CuCl2 30.00 9 FeCl2 20.25 10 ZnCl2 68.27 11 CdCl2 55.26 12 AgNO3 80.00 13 AlCl3 78.00 14 EDTA 52.74 15 Glukosa 76.00 16 Asam asetat 45.30
Sumber: Rahman et al. (2004)
-
9
Hampir semua ion logam selalu berinteraksi dengan kompleks
protein secara cepat. Interaksi kompleks antara ion logam dengan protein
ada dua bentuk:
1. Metaloenzim
Ikatan ini merupakan subkelas dari metaloprotein. Protein
berikatan kuat dengan ion logam sehingga dianggap sebagai ikatan
yang sangat stabil dan lama. Ion logam menjadi bagian dari struktur
protein dan hanya dapat dilepas dalam keadaan tertentu.
2. Metal protein
Sistem ikatan ini memungkinkan ion logam mudah saling
bertukar dengan protein lain (reversible). Laju pertukaran ion logam
dengan kondisi larutan lingkungannya sangat mudah. Ion logam sulit
dalam menempati sisi protein yang tepat karena ion logam ini bersifat
sangat labil.
Kekuatan ikatan ion logam dengan protein tergantung pada muatan kation
yang mengikatnya. Semakin tinggi muatan kation dari logam maka
semakin kuat ikatannya dengan protein, sehingga ikatan tersebut lebih
stabil dan konstan (Darmono, 1995).
Hochster dan Quastel (1963) menyatakan, ikatan ion logam bivalen
dengan grup sulfhidril yang terdapat pada enzim kemungkinan terjadi
sebagai berikut:
E dll
S
E-SH E-S- + H+ E-S -M
+ M 2+
E-SH E-SH E-S- + H+
Gambar 4. Ikatan ion logam bivalen (M2+) dan grup sulfhidril
Keterangan:
E-SH = enzim yang memiliki grup sulfhidril
H+ = ion H+ yang terlepas
M2+ = ion logam bivalen
-
10
E. KINETIKA ENZIMATIK
Enzim merupakan katalisator sejati. Molekul ini dapat meningkatkan
kecepatan reaksi kimia spesifik yang tanpa adanya enzim akan berlangsung
lambat. Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh
berbagai konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi awal apabila
konsentrasi enzim dijaga konstan (Lehninger, 1988).
Setiap enzim memiliki sifat yang khas, dinyatakan dalam suatu tetapan
yaitu KM (tetapan Michaelis-Menten). Hampir semua enzim memiliki kurva
kecepatan reaksi dengan bentuk umum yang hampir sama yaitu hiperbola.
Oleh sebab itu, Michaelis-Menten mendefinisikan suatu tetapan untuk
menyatakan hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi
enzimatik. KM didefinisikan sebagai konsentrasi substrat tertentu pada saat
enzim mencapai setengah kecepatan maksimumnya. Persamaan Michaelis-
Menten adalah:
Vmaks [S] V0 =
KM + [S]
Keterangan:
V0 = kecepatan awal pada konsentrasi substrat [S]
Vmaks = kecepatan maksimum
KM = tetapan Michaelis-Menten enzim pada substrat tertentu
[S] = konsentrasi substrat
Gambar 5. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan awal reaksi enzimatik (Lehninger, 1988)
Nilai KM dan Vmaks sulit untuk ditentukan secara tepat dari grafik
sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 5, karena Vmaks hanya diduga dan
-
11
tidak dapat diketahui nilai yang sebenarnya. Nilai KM yang lebih tepat dapat
diperoleh dengan memetakan data yang sama dengan cara yang berbeda,
yakni pemetaan kebalikan-ganda, didapat dari transformasi aljabar persamaan
Michaelis-Menten. Hasil transformasi persamaan Michaelis-Menten dikenal
dengan persamaan Lineweaver-Burk.
1 KM 1 1 = +
Vo Vmaks [S] Vmaks
Selain dapat menentukan Vmaks secara lebih tepat, persamaan ini bermanfaat
dalam menganalisa penghambatan enzim (Lehninger, 1988). Persamaan
Lineaweaver-Burk menghasilkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Kurva Lineweaver-Burk
Kinetika inhibisi enzim menyangkut penentuan fungsi laju reaksi
terhadap konsentrasi substrat dengan inhibitor pada berbagai konsentrasi.
Kurva Lineweaver-Burk memungkinkan untuk menentukan jenis inhibisi
yang bersifat reversible, antara lain sebagai berikut.
1. Inhibisi Kompetitif
Inhibitor pada model inhibisi ini bersaing dengan substrat untuk
memasuki sisi aktif enzim. Struktur kimia inhibitor umumnya menyerupai
substrat. Oleh sebab itu, inhibitor tersebut dapat berikatan secara
reversible dengan enzim (Rodwell, 2000). Mekanisme inhibisi kompetitif
dapat dilihat pada Gambar 7 .
-
12
Gambar 7. Mekanisme inhibisi kompetitif
Penyajian garis lurus pada kurva Lineweaver-Burk memotong
sumbu ordinat pada titik yang sama. Vmaks tidak dipengaruhi oleh inhibitor
(Suryani dan Mangunwidjaja, 2002). Kurva Lineweaver-Burk untuk
model inhibisi kompetitif ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif
2. Inhibisi Nonkompetitif
Model inhibisi nonkompetitif tidak menunjukkan adanya
persaingan antara inhibitor dengan substrat. Struktur inhibitor biasanya
tidak atau sedikit menyerupai struktur substrat. Inhibitor nonkompetitif
menurunkan kecepatan reaksi maksimal yang diperoleh pada pemberian
sejumlah enzim (Vmaks yang lebih rendah), tetapi biasanya tidak
mempengaruhi nilai KM, ditunjukkan oleh kurva Lineweaver-Burk pada
Gambar 10. Mekanisme reaksi inhibisi nonkompetitif dapat dilihat pada
Gambar 9.
EI (inaktif)
ES (aktif) E + P
E
I
S
Ditambah inhibitor
Tanpa inhibitor 1/V1
-1/KM -1/KM 1/Vmaks
1/[S] 0
-
13
Gambar 9. Mekanisme inhibisi nonkompetitif
Gambar 10. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi nonkompetitif
3. Inhibisi Unkompetitif
Inhibisi ini terjadi jika kompleks EI hilang, tetapi kompleks EIS
terbentuk. Inhibitor mengikat langsung pada kompleks enzim-substrat
(ES), bukan enzim bebas (Flickinger dan Drew, 1999). Mekanisme
inhibisi unkompetitif ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Mekanisme inhibisi unkompetitif
ES E EIS S I
E + P
EI
ES
E
I
S
E + P
EIS
S
Ditambah inhibitor
Tanpa inhibitor
1/Vmaks
1/[S]
1/V1
-1/KM
-1/Vmaks
0
-
14
Inhibitor yang bersifat unkompetitif akan mempengaruhi fungsi
enzim, tetapi tidak terhadap ikatannya dengan substrat. Plot Lineweaver-
Burk untuk inhibisi unkompetitif adalah linier dengan kemiringan atau
slope KM/Vmaks seperti pada reaksi tanpa inhibitor, dapat dilihat pada
Gambar 12 (Simanjutak dan Silalahi, 2003).
Gambar 12. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi unkompetitif
1/[S]
1/V1
-1/KM
-1/Vmaks
0
Ditambah inhibitor
Tanpa inhibitor
1/Vmaks
-
III. METODOLOGI
A. ALAT
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan
gelas (pipet tetes, corong, tabung reaksi); peralatan ukur (pipet mikro, pipet
volumetri, labu takar, termometer, spektrofotometer, stopwatch dan
timbangan); serta peralatan pendukung (water bath dan vortex).
B. BAHAN
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukrosa,
invertase (Sigma-Aldrich 19253: pH 4.5, 55C, 355 units/mg solid), dan
larutan CuSO4. Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisa adalah NaOH
0.1 N, HCl 0.1 N, indikator PP, glukosa, fruktosa, buffer pH 3-11, pereaksi
DNS (dinitro salicylic acid) dan aquades.
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dibagi menjadi tahapan penelitian dan prosedur
percobaan. Tahapan penelitian menjelaskan tentang langkah-langkah yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan penelitian, sedangkan prosedur percobaan
merupakan urutan kegiatan dan tatacara yang secara teknis dikerjakan dalam
setiap tahapan penelitian.
1. Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Penentuan
aktivitas invertase, (2) Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4,
(3) Penentuan hubungan perubahan faktor konsentrasi substrat, konsentrasi
enzim, pH, suhu dan lama pemanasan dengan adanya penambahan CuSO4
terhadap degradasi sukrosa, (4) Penentuan parameter kinetika (KM dan
Vmaks) laju degradasi sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4.
Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 13.
-
16
Gambar 13. Diagram alir tahapan penelitian
a. Penentuan aktivitas invertase Aktivitas enzim diukur berdasarkan definisi satu unit aktivitas
invertase, yaitu banyaknya invertase yang dapat membebaskan
1 mikromol gula pereduksi dari substrat sukrosa selama 1 menit pada
kondisi percobaan. Kondisi yang digunakan adalah kondisi optimum
invertase, yaitu pada suhu 55C, di dalam larutan buffer asetat pH 4.5.
Slope yang diperoleh dari gula pereduksi yang dihasilkan pada setiap
konsentrasi yang diujikan merupakan besarnya aktivitas enzim.
b. Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4
CuSO4 dengan konsentrasi yang berbeda diujikan pada reaksi
invertase dengan sukrosa. Nilai gula pereduksi yang lebih rendah dari
kontrol (perlakuan invertase tanpa CuSO4) menunjukkan adanya
inhibisi, sebaliknya jika lebih tinggi dari kontrol menunjukkan aktivasi.
Pengaruh yang berbeda nyata diukur berdasarkan analisis sidik ragam
(ANOVA) dan uji lanjut Duncan.
Mulai
Penentuan aktivitas invertase
Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4
Penentuan pengaruh perubahan faktor dengan adanya penambahan CuSO4 terhadap degradasi sukrosa
Penentuan parameter kinetika (KM dan Vmaks) laju degradasi sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4
Selesai
-
17
c. Penentuan pengaruh hubungan faktor dengan adanya penambahan CuSO4 terhadap degradasi sukrosa
Uji karakterisasi invertase yang dilakukan antara lain pengaruh
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan
dengan ditambahkan CuSO4. Pengaruh yang diidentifikasi adalah
adanya kenaikan atau penurunan konsentrasi gula pereduksi pada setiap
taraf yang diujikan berdasarkan analisis sidik ragam dan uji lanjut
Duncan. Inhibisi invertase diukur berdasarkan perbandingan dengan
perlakuan tanpa CuSO4, dinyatakan dalam bentuk persen.
d. Penentuan parameter kinetika laju degradasi (KM dan Vmaks) sukrosa dengan adanya penambahan CuSO4
Penentuan parameter kinetika dilakukan pada tiga suhu yang
berbeda dan pH tertentu yang optimum bagi inhibisi invertase. Model
kinetika inhibisi diidentifikasi berdasarkan jenis perubahan nilai
parameter kinetika (KM dan Vmaks) yang diperoleh dari plot Lineweaver-
Burk. Nilai KM diperoleh dari perpotongan garis linier dengan sumbu x,
sedangkan nilai Vmaks diperoleh dari perpotongan garis linier dengan
sumbu y.
2. Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Penentuan aktivitas invertase Larutan invertase 0.01 g/l dan larutan sukrosa 50 g/l disiapkan
pada tabung reaksi yang terpisah. Masing-masing tabung reaksi
kemudian diinkubasi di dalam water bath suhu 55C sehingga suhu
tersebut dicapai oleh larutan di dalam tabung reaksi. Selanjutnya
sukrosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi invertase dan mulai
diukur waktu reaksi (t = 0). Reaksi dihentikan pada masing-masing
waktu yang diujikan, yaitu 0, 30, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300
(detik), dengan memasukkan 2 ml pereaksi DNS. Kemudian tabung
tersebut dimasukkan ke dalam water bath pada suhu 95C. Setelah
-
18
10 menit, tabung reaksi dikeluarkan dan didinginkan untuk diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
b. Penentuan konsentrasi inhibitor Larutan CuSO4 dibuat dalam beberapa konsentrasi, 0 mM-
3.75 mM. Masing-masing larutan CuSO4 dalam berbagai konsentrasi
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan
sukrosa 50 g/l sebanyak 0.5 ml dan divortex. Selanjutnya ditambahkan
1 ml invertase 0.01 g/l pada masing-masing tabung reaksi (t = 0). Pada
saat t = 5 menit, reaksi dihentikan dengan perekasi DNS. Prosedur
untuk menghentikan reaksi mengikuti prosedur sebelumnya pada
penentuan aktivitas.
c. Penentuan pengaruh perubahan faktor Penentuan pengaruh perubahan faktor dilakukan dengan
maupun tanpa adanya penambahan inhibitor. Prosedur yang dilakukan
pada perlakuan tanpa inhibitor sama halnya dengan pengujian pada
karakterisasi invertase dengan inhibitor, hanya tidak ditambahkan
larutan CuSO4. Total volume larutan dalam tiap tabung reaksi tetap
sama yakni 2 ml, sehingga volume yang ditambah adalah aquades dan
buffer.
1. Pengaruh konsentrasi enzim
Larutan invertase 0.01 g/l disiapkan pada berbagai
konsentrasi sebanyak 0.0 - 0.83 ml dan ditambahkan larutan buffer
pH 7 hingga volumenya 1 ml. Kemudian ditambahkan larutan
CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml pada masing-masing tabung
reaksi. Selanjutnya larutan sukrosa 50 g/l sebanyak 1 ml
dimasukkan pada tiap-tiap tabung tersebut, dan mulai dihitung
waktunya (t = 0 menit). Pada waktu t = 5 menit, dimasukkan 2 ml
pereaksi DNS untuk menghentikan reaksi. Kemudian tabung
tersebut dimasukkan ke dalam water bath pada suhu 95C selama
10 menit. Setelah 10 menit, tabung reaksi dikeluarkan dan
didinginkan untuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang
540 nm.
-
19
2. Pengaruh konsentrasi substrat
Larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml dimasukkan pada
masing-masing tabung reaksi yang berisi larutan sukrosa 50 g/l
dalam konsentrasi yang berbeda. Kemudian aquades ditambahkan
hingga volume campuran mencapai 2.0 ml. Larutan invertase
0.01 g/l sebanyak 1.0 ml dimasukkan ke masing-masing tabung
reaksi (t = 0 menit). Pengukuran reaksi hidrolisis mengikuti
prosedur sebelumnya.
3. Pengaruh pH
Invertase 0.01g/l sebanyak 1.0 ml dilarutkan dengan
menggunakan buffer pH yang bervariasi (pH 3 - 11) pada tabung
reaksi. Selanjutnya masing-masing tabung reaksi ditambahkan
larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml dan 0.9 ml larutan sukrosa
50 g/l (t = 0 menit). Pengukuran reaksi hidrolisis mengikuti
prosedur sebelumnya.
4. Pengaruh suhu
Penangas air mulai suhu 0 - 90oC disiapkan dengan interval
suhu 10oC. Pada setiap kelipatan suhu 10oC tersebut, diuji aktivitas
invertase. Larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml, 0.4 ml air dan
larutan sukrosa 50 g/l sebanyak 0.5 ml dimasukkan ke dalam setiap
tabung untuk setiap kelipatan suhu 10oC. Tabung reaksi
selanjutnya dimasukkan ke dalam penangas air pada rentang suhu
tersebut dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian ditambahkan
invertase 0.01 g/l sebanyak 1.0 ml ke dalam masing-masing tabung
reaksi (t = 0 menit) pada suhu inkubasi. Pengukuran reaksi
hidrolisis mengikuti prosedur sebelumnya.
5. Pengaruh lama pemanasan
Larutan invertase 0.01 g/l sebanyak 1.0 ml dimasukkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi dan dipanaskan dengan waktu
yang bervariasi dari 0 - 5 (menit). Setelah waktu yang diperlukan
dicapai, tabung reaksi dikeluarkan dari water bath dan didinginkan.
-
20
Setelah itu larutan CuSO4 2.5 mM sebanyak 0.1 ml dan larutan
sukrosa 50 g/l sebanyak 0.5 ml dimasukkan ke dalamnya (t =
0 menit). Pengukuran reaksi hidrolisis mengikuti prosedur
sebelumnya.
d. Penentuan parameter kinetika
Kondisi inhibisi invertase oleh CuSO4 yang optimum dipilih
(suhu dan pH) yang kemudian pada selang konsentrasi substrat
tertentu diuji aktivitasnya dalam menghidrolisis sukrosa.. Hasil yang
diperoleh kemudian diplotkan pada kurva kinetika (Lineweaver-Burk),
dan dihitung parameter kinetikanya (KM dan Vmaks) serta dibandingkan
antara perlakuan tanpa CuSO4 dan dengan penambahan CuSO4. Nilai
KM dan Vmaks dapat diperoleh dari persamaan linier plot kurva
Lineweaver-Burk. Slope yang diperoleh merupakan KM/Vmaks,
sedangkan intersep menunjukkan 1/Vmaks. Bentuk kurva Lineweaver-
Burk yang diperoleh menunjukkan model kinetika ihibisi. Penentuan
model kinetika menggunakan alat bantu program SigmaPlot 2004 for
Windows Version 9.01. Program ini menentukan model kinetika
inhibisi yang paling tepat berdasarkan nilai r2 tertinggi.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan hidrolisis sukrosa oleh invertase dilakukan dengan mengukur
aktivitas enzim tersebut, sedangkan kemampuan inhibisi garam logam CuSO4 dilihat pada setiap perubahan faktor yang berpengaruh (konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, pH, suhu dan lama pemanasan) terhadap aktivitas enzim serta
perubahan parameter kinetika (KM dan Vmaks) inhibisi degradasi sukrosa.
A. Aktivitas Invertase
Penentuan aktivitas invertase penting dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan mikromol sukrosa menjadi gula pereduksi setiap
menit reaksi. Slope yang diperoleh dari persamaan garis linier adalah 3.2267,
yang berarti bahwa invertase mampu menghidrolisis sukrosa 3.2267 M
menjadi glukosa dan fruktosa dalam satu detik atau perubahan 0.3872 mol
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dalam satu menit. Aktivitas invertase
digambarkan dalam bentuk kurva pada Gambar 14.
0
200
400
600
800
1000
1200
0 50 100 150 200 250 300 350
lama reaksi (detik)
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (uM
)
Gambar 14. Kurva aktivitas invertase berdasarkan konsentrasi gula pereduksi
yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 25 g/l. Persamaan garis linier y = 3.2267 x, r2 = 0.9721
-
22
B. Pengaruh Konsentrasi CuSO4
Penentuan pengaruh konsentrasi CuSO4 sebagai inhibitor dilakukan
berdasarkan uji daya inhibisi CuSO4 terhadap aktivitas invertase. Adanya
inhibisi invertase ditunjukkan dengan menurunnya gula pereduksi yang
dihasilkan dari hidrolisis sukrosa oleh invertase. Analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa konsentrasi yang diujikan memberikan pengaruh yang
nyata terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dapat dilihat pada
Lampiran 2. Konsentrasi gula pereduksi tertinggi diperoleh dari penambahan
larutan CuSO4 1.25 mM sebesar 2064.5 M, sedangkan konsentrasi gula
pereduksi terkecil ditunjukkan oleh penambahan larutan CuSO4 3.75 mM
sebesar 1052 M. Kurva pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap aktivitas
invertase dapat dilihat pada Gambar 15.
0
500
1000
1500
2000
2500
0 0.75 1 1.25 1.5 1.875 2.25 2.5 3.75
konsentrasi CuSO4 (mM)
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (uM
)
Gambar 15. Kurva pengaruh konsentrasi CuSO4 terhadap konsentrasi gula
pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit
Hasil uji daya inhibisi menunjukkan bahwa tidak semua konsentrasi
CuSO4 yang diujikan menunjukkan adanya penghambatan aktivitas invertase.
Gula pereduksi meningkat signifikan dengan penambahan larutan CuSO4
0.75 mM. Hal ini menunjukkan bahwa CuSO4 pada konsentrasi yang rendah
tidak memberikan pengaruh inhibisi terhadap aktivitas invertase. CuSO4
mempunyai peranan sebagai aktivator invertase pada konsentrasi yang relatif
-
23
kecil. Perubahan muatan pada enzim akibat penambahan CuSO4 menyebabkan
enzim mudah dalam mengikat substrat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
logam yang ditambahkan dalam bentuk garam organik memberikan kestabilan
enzim dengan cara menetralkan kelebihan muatan elektrostatik yang
melindungi molekul enzim sehingga konformasi enzim dapat dipertahankan
(Monsan dan Combess, 1984). Kation seperti Cu (II) kemungkinan terlibat
langsung dalam proses katalisis enzim, yaitu dalam pengikatan substrat ke sisi
aktif enzim, dalam menjaga konformasi enzim dan kestabilan substrat
(Whitaker, 1996).
Berdasarkan Gambar 15, besarnya penghambatan setelah aktivitas
invertase mencapai maksimum meningkat sedikit demi sedikit hingga
akhirnya mengalami inhibisi pada konsentrasi CuSO4 2.5 mM. Kemampuan
aktivasi enzim menurun dengan semakin tingginya konsentrasi CuSO4.
Besarnya inhibisi ini berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan uji lanjut
Duncan, dapat dilihat pada Lampiran 2. Gula pereduksi yang dihasilkan pada
konsentrasi CuSO4 2.5 mM adalah 1503.25 M, sedangkan invertase tanpa
CuSO4 (kontrol) menghasilkan gula pereduksi 1669.5 M, sehingga inhibisi
yang diberikan sebesar 9.96 %.
Inhibisi terhadap aktivitas invertase disebabkan oleh penghambatan
substrat untuk memasuki daerah katalitik enzim dimana kation logam Cu (II)
terikat pada sisi aktif enzim. Inhibisi dapat terjadi pada sisi aktif enzim
maupun sisi sekunder enzim. Jika inhibitor terikat pada sisi aktif enzim,
substrat tidak dapat membentuk kompleks dengan enzim, sehingga produk
tidak akan terbentuk. Inhibisi juga dapat terjadi selain pada sisi aktif enzim,
yaitu pada sisi sekunder enzim. Pengikatan inhibitor pada sisi sekunder enzim
menyebabkan perubahan konformasi enzim, sehingga affinitas enzim pada
substrat berkurang. Inhibisi pada fungsi katalitik enzim dapat terjadi pada
residu asam amino, yang dapat terletak pada sisi aktif enzim. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa grup sulfhidril terdapat pada sisi aktif maupun di dekat
sisi aktif invertase yang penting dalam menjalankan fungsi katalitik enzim
tersebut (Sturm, 1999 dalam Hsiao et al., 2001).
-
24
Inhibisi terhadap aktivitas invertase juga disebabkan oleh adanya asam
yang terbentuk dari anion SO42- yang berikatan dengan kation H+ dari grup
sulfhidril invertase membentuk senyawa asam H2SO4. Penambahan CuSO4 dengan konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan terbentuknya senyawa
asam sulfat semakin banyak yang mengubah pH larutan menjadi lebih asam.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa ion H+ yang berlebihan mempengaruhi
keseimbangan muatan pada sisi aktif enzim, sehingga kemampuan enzim
untuk mengikat substrat berkurang (Rodwell, 1981).
Jika konsentrasi CuSO4 dinaikkan maka inhibisi akan semakin besar,
seperti yang ditunjukkan oleh penambahan konsentrasi CuSO4 3.75 mM.
Inaktivasi bahkan dapat terjadi jika konsentrasi tersebut masih dinaikkan,
karena semakin banyak grup sulfhidril invertase yang terikat oleh kation
logam Cu (II) atau semakin banyak senyawa asam yang terbentuk. Hal ini
membuktikan bahwa kation logam Cu (II) bersifat sangat reaktif terhadap
grup sulfhidril pada kondisi konsentrasi yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori bahwa pengaruh inhibisi dari ion-ion logam disebabkan oleh
affinitas (kereaktifan) ion logam. Affinitas enzim terhadap ion logam berbeda
disesuaikan dengan sifat ikatan spesifik grup enzim yang terlibat. Kereaktifan
unsur-unsur atau senyawa untuk melakukan ikatan kompleks ditunjukkan oleh
konstanta pembentukan (log k1) (Klotz, 1954). Konstanta pembentukan kation
logam Cu (II) dengan gugus sulfida adalah 41.5 (Gurd dan Wilcox, 1954).
C. Hubungan Pengaruh Perubahan Faktor Terhadap Degradasi Sukrosa
Aktivitas invertase dalam mendegradasi sukrosa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim antara lain
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu inkubasi dan lama
pemanasan. Perubahan faktor-faktor tersebut dengan penambahan CuSO4
dibahas sebagai berikut.
1. Pengaruh Konsentrasi Substrat
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan
konsentrasi sukrosa memberikan pengaruh yang nyata terhadap
konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dapat dilihat pada Lampiran 3.
-
25
Semakin tinggi konsentrasi sukrosa diberikan, semakin tinggi konsentrasi
gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji menunjukkan rentang gula
pereduksi dari 0 M hingga 2157 M, dengan konsentrasi paling rendah
pada perlakuan tidak diberikan sukrosa dan konsentrasi tertinggi pada
sukrosa 20.75 g/l tanpa penambahan CuSO4. Hasil pengujian pengaruh
perubahan konsentrasi sukrosa terhadap aktivitas invertase dapat dilihat
pada Gambar 16.
0
500
1000
1500
2000
2500
0 4.25 8.25 12.5 16.75 20.75konsentrasi sukrosa (g/l)
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (uM
)
Perlakuan konsentrasi substrat dengan penambahan CuSO4 0.125 mMPerlakuan konsentrasi substrat tanpa CuSO4
Gambar 16. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi substrat terhadap
konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit
Peningkatan konsentrasi sukrosa meningkatkan gula pereduksi
yang dihasilkan. Peningkatan terjadi dengan curam dari invertase yang
tidak ditambahkan sukrosa (sukrosa 0 g/l) hingga sukrosa 12.5 g/l, baik
pada perlakuan tanpa maupun dengan penambahan CuSO4. Rasio
invertase terhadap sukrosa pada konsentrasi sukrosa 12.5 g/l adalah 1
: 2500. Selanjutnya, peningkatan secara landai terjadi dari konsentrasi
sukrosa 12.5 g/l hingga 16.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 3350) pada
perlakuan tanpa CuSO4. Hal ini disebabkan oleh enzim yang bekerja
semakin aktif jika substrat yang diberikan semakin banyak, karena
semakin banyak substrat yang berpeluang untuk berikatan dengan sisi aktif
enzim. Lehninger (1988) menyatakan bahwa pada konsentrasi substrat
-
26
yang rendah, kecepatan reaksi akan sangat rendah, tetapi kecepatan ini
akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat.
Aktivitas invertase menjadi tidak berbeda nyata dari konsentrasi
sukrosa 16.75 g/l - 20.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 4150). Hal ini
disebabkan karena hampir semua sisi aktif invertase telah berikatan
dengan sukrosa membentuk kompleks enzim-substrat. Laju reaksi
meningkat dengan nilai yang semakin kecil hingga akhirnya tercapai titik
batas tertentu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bagaimanapun tingginya
konsentrasi substrat yang diberikan setelah titik batas ini tercapai,
kecepatan reaksi akan mendekati, tetapi tidak akan pernah mencapai garis
maksimum. Pada batas ini disebut dengan kecepatan maksimum (Vmaks),
enzim menjadi jenuh oleh substratnya dan tidak dapat berfungsi lebih
cepat (Lehninger, 1988).
Kedua perlakuan, baik tanpa maupun dengan penambahan CuSO4
menunjukkan pola aktivitas invertase yang hampir sama, hanya berbeda
pada tingkat gula pereduksi yang dihasilkan. Konsentrasi CuSO4 mampu
menghambat aktivitas invertase dari taraf konsentrasi sukrosa 4.25 g/l
(invertase : sukrosa = 1 : 850) hingga konsentrasi sukrosa tertinggi
20.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 4150). Besar inhibisi yang diberikan
pada berbagai konsentrasi sukrosa, dapat dilihat pada Gambar 17.
31.1
13.09.2
37.2
2.4
0.05.0
10.015.020.025.030.035.040.045.050.0
0 4.25 8.25 12.5 16.75 20.75
konsentrasi sukrosa (g/l)
inhi
bisi
(%)
0
123
4567
89
subs
et
Gambar 17. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada
konsentrasi substrat yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, lama reaksi 5 menit
-
27
Perbedaan konsentrasi sukrosa berpengaruh nyata terhadap
besarnya inhibisi aktivitas invertase berdasarkan analisis sidik ragam,
dapat dilihat pada Lampiran 4. Inhibisi berbeda nyata ketika konsentrasi
sukrosa dinaikkan dari sukrosa 0 g/l hingga 4.25 g/l. Penambahan CuSO4 menyebabkan kation logam Cu (II) terikat pada grup sulfhidril enzim
invertase, sehingga inhibisi terjadi. Inhibisi tidak berbeda nyata dengan
kenaikan konsentrasi sukrosa 8.25 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 1650). Hal
ini menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi sukrosa menjadi 8.25 g/l
belum menurunkan kemampuan inhibisi oleh CuSO4 0.125 mM.
Kemampuan inhibisi turun secara tajam dengan kenaikan
konsentrasi sukrosa menjadi 12.5 g/l. Hal ini disebabkan karena pada
konsentrasi tersebut, laju pembentukan enzim-substrat pada perlakuan
tanpa CuSO4 masih meningkat, sehingga menghasilkan nilai gula
pereduksi yang tinggi di titik yang hampir sama dengan aktivitas enzim
invertase dengan CuSO4 0.125 mM. Aktivitas invertase dengan
penambahan CuSO4 0.125 mM pada rasio invertase terhadap sukrosa
1 : 2500 telah jenuh oleh substrat. Hal ini juga merupakan penyebab
inhibisi kembali meningkat dengan kenaikan sukrosa dari 12.5 g/l hingga
16.75 g/l (invertase : sukrosa = 1 : 3350).
2. Pengaruh Konsentrasi Enzim
Hasil hidrolisis sukrosa semakin meningkat dengan kenaikan
konsentrasi invertase, baik pada perlakuan tanpa CuSO4 maupun dengan
penambahan CuSO4. Gula pereduksi yang dihasilkan berada pada rentang
80.75 M hingga 1725.75 M, dapat dilihat pada Gambar 18. Hasil
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi enzim yang diujikan
menunjukkan pengaruh nyata terhadap gula pereduksi yang dihasilkan.
Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.
-
28
0200400600800
100012001400160018002000
0 0.15 0.85 1.65 2.5 3.35 4.15
konsentrasi invertase (mg/l)
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (uM
)
Perlakuan konsentrasi enzim dengan penambahan CuSO4 0.125 mM
Perlakuan konsentrasi enzim tanpa CuSO4
Gambar 18. Kurva pengaruh perubahan konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit
Aktivitas invertase pada konsentrasi enzim 0 mg/l hingga 0.15 mg/l
(invertase : sukrosa = 1 : 1.67 x 105) tidak memberikan respon pengaruh
yang berbeda nyata, baik pada perlakuan dengan mupun tanpa CuSO4.
Kedua taraf konsentrasi enzim tersebut memiliki kemampuan yang hampir
sama dalam menghidrolisis sukrosa. Hal ini dapat disebabkan oleh sisi
aktif enzim telah berikatan dengan sejumlah substrat dan menjadi jenuh,
sehingga produk yang dihasilkan sedikit. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa konsentrasi enzim yang terbatas membuat substrat berlebih.
Substrat dapat berperan sebagai inhibitor jika substrat mengikat sisi lain
dari enzim karena dapat mengubah konformasi enzim. Substrat yang
berlebih akan membatasi laju reaksi katalisis enzim (Suryani dan
Mangunwidjaya, 2002).
Peningkatan aktivitas terjadi ketika konsentrasi enzim invertase
dinaikkan menjadi 0.85 mg/l ( invertase : sukrosa = 1 : 2.9 x 104) pada
perlakuan dengan penambahan CuSO4 0.125 mM, dan 1.65 mg/l pada
perlakuan tanpa CuSO4. Peningkatan gula pereduksi masih terjadi hingga
taraf konsentrasi enzim tertinggi yaitu 4.15 mg/l (invertase : sukrosa =
1 : 6 x 103), baik pada perlakuan dengan maupun tanpa penambahan
CuSO4. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi pada perlakuan tanpa
-
29
CuSO4 lebih curam. Hal ini menunjukkan bahwa kation logam Cu (II)
mampu menghambat laju pembentukan kompleks enzim-substrat.
Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin banyak sisi aktif enzim yang
berikatan dengan sukrosa sehingga semakin tinggi gula pereduksi yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kecepatan reaksi tergantung
pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator di dalam suatu
reaksi. Peningkatan konsentrasi enzim umumnya akan meningkatkan
hidrolisis substrat menjadi produk (Simanjutak dan Silalahi, 2003).
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan taraf
konsentrasi enzim berpengaruh nyata terhadap persen inhibisi, dapat
dilihat pada Lampiran 6. Inhibisi oleh garam logam CuSO4 mulai terjadi
pada konsentrasi invertase 2.5 mg/l (invertase : sukrosa = 1 : 104), dapat
dilihat pada Gambar 19. Konsentrasi enzim di bawah konsentrasi tersebut
belum menunjukkan inhibisi. Hal ini dapat terjadi karena adanya
penurunan laju inversi oleh konsentrasi substrat yang berlebih, sehingga
kation Cu (II) tidak dapat memasuki sisi aktif invertase. Inhibisi pada
konsentrasi invertase 2.5 mg/l mulai terlihat karena substrat tidak berlebih
atau telah diimbangi dengan kenaikan konsentrasi enzim, sehingga
kompetisi mulai terjadi antara sukrosa dengan kation Cu (II) dalam
mengikat sisi aktif enzim.
15.8
41.854.8
-130.7
-62.1-88.8
-55.5
-200.0
-150.0
-100.0
-50.0
0.0
50.0
100.0
0 0.15 0.85 1.65 2.5 3.35 4.15
konsentrasi invertase (mg/l)
inhibisi (%
)
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5su
bset
Gambar 19. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada
konsentrasi enzim yang berbeda, dengan konsentrasi sukrosa 25 g/l, pH 7, lama reaksi 5 menit
Inhibisi pada konsentrasi invertase 2.5 3.35 mg/l
(invertase : sukrosa = 1 : 7.5 x 103) tidak berbeda nyata. Begitu juga
-
30
dengan konsentrasi invertase 3.35 4.15 mg/l. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk mencapai inhibisi yang lebih besar, diperlukan konsentrasi
CuSO4 yang lebih tinggi untuk mengikat sisi aktif enzim yang masih
bebas.
3. Pengaruh pH
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan nilai pH
memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi gula pereduksi
yang dihasilkan. Perubahan pH menyebabkan perubahan muatan pada
gugus residu asam amino dan sisi aktif enzim. Gugus residu asam amino
merupakan asam atau basa lemah yang dapat terprotonasi atau terionisasi
oleh pengaruh pH lingkungan.
Pengujian pengaruh nilai pH dilakukan pada rasio invertase
terhadap sukrosa 1 : 4500, dan konsentrasi CuSO4 0.125 mM, sedangkan
perlakuan tanpa CuSO4 menggunakan invertase : sukrosa 1 : 5000. Gula
pereduksi yang dihasilkan berbeda pada rentang 85.75 M hingga
2267 M, dapat dilihat pada Gambar 20. Konsentrasi gula pereduksi
paling rendah diperlihatkan pada pH 11, perlakuan tanpa penambahan
CuSO4 dan konsentrasi tertinggi pada pH 5, perlakuan dengan
penambahan CuSO4 0.125 mM. Hasil uji statistik pengaruh pH dapat
dilihat pada Lampiran 7.
0
500
1000
1500
2000
2500
0 2 4 6 8 10 12
pH
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (uM
)
Perlakuan pH dengan penambahan CuSO4 0.125 mM Perlakuan pH tanpa CuSO4
Gambar 20. Kurva pengaruh perubahan nilai pH terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit
-
31
Invertase dengan maupun tanpa penambahan CuSO4 menunjukkan
pola aktivitas yang hampir sama, yaitu aktivitas invertase meningkat dari
pH 3 sampai titik optimum pada pH 5. Aktivitas menurun dengan
peningkatan pH sampai pH 8 untuk invertase tanpa CuSO4 dan pH 7 untuk
invertase dengan penambahan CuSO4 0.125 mM, setelah itu enzim
menjadi inaktif.
Adanya penambahan CuSO4 memberikan tambahan asam pada
larutan, akan tetapi diimbangi dengan adanya buffer pH yang
mempertahankan nilai pH. Hal ini sesuai dengan teori bahwa penambahan
ion H+ atau OH- ke dalam buffer hanya menyebabkan perubahan kecil
pada nisbah konsentrasi relatif asam lemah dan anionnya. Penurunan salah
satu komponen dari sistem buffer dengan penambahan sedikit asam
diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya. Jumlah
komponen buffer tidak berubah, yang berubah hanya nisbahnya
(Lehninger, 1988).
Aktivitas hidrolisis sukrosa oleh invertase sangat rendah pada pH
yang sangat asam (pH 3) dan basa tinggi (pH 8 - 11). Hal ini menunjukkan
bahwa pada pH yang sangat asam, gugus fungsionil pada sisi aktif enzim
terganggu oleh adanya ion H+ yang berlebihan, sedangkan pada pH basa
tinggi aktivitas invertase rendah karena ion OH- yang berlebihan.
Perubahan pH akan menyebabkan suatu bentuk kurva seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 20. Bentuk kurva tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berkut.
1. Denaturasi enzim pada pH yang sangat tinggi atau rendah
Hasil pengujian perubahan pH, denaturasi enzim terjadi pada
pH 3 ke bawah untuk pH asam dan pH 8 ke atas untuk pH basa. Hal
ini terlihat pada Gambar 20, konsentrasi gula pereduksi yang
dihasilkan pada pH 8 ke atas sangat rendah dan tidak berbeda nyata.
Denaturasi enzim menyebabkan konformasi enzim rusak, karena
struktur protein globular terbuka tanpa memecah ikatan kovalen dalam
kerangka polipeptida. Ikatan hidrogen antara gugus residu atom
nitrogen pada asam amino menjadi terbuka karena muatannya menjadi
-
32
tidak seimbang oleh pengaruh pH. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
enzim terdenaturasi di suhu ruang pada pH tinggi atau rendah,
sehingga enzim kehilangan aktivitasnya yang bersifat tidak dapat balik
(irreversible) (Stauffer, 1989).
2. Pengaruh terhadap keadaan muatan substrat atau enzim
Enzim merupakan protein yang sangat dipengaruhi oleh pH.
pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim karena sifat ionik
gugus karboksil dan gugus asam amino, yang menyebabkan enzim
tidak dapat berinteraksi dengan substrat atau sebaliknya, menjadi
mudah berikatan dengan substrat. Rodwell (1981) menyatakan bahwa
perubahan muatan pada enzim dapat mempengaruhi aktivitas baik
dengan perubahan struktur maupun dengan perubahan muatan pada
residu asam amino yang berfungsi mengikat substrat atau katalisis.
Tingkat pH yang rendah menyebabkan enzim mengalami protonasi
dan kehilangan muatan negatif:
Enz - + H+ Enz-H
Tingkat pH yang tinggi menyebabkan ion substrat (SH+) mengalami
ionisasi dan kehilangan muatan positif:
SH+ S + H+
3. Perubahan konformasi enzim
Perubahan konformasi enzim juga dipengaruhi oleh perubahan
muatan asam amino. Aktivitas dapat menjadi rendah pada pH yang
sangat tinggi atau sangat rendah atau sebaliknya menjadi maksimum
pada pH tertentu. Berdasarkan Gambar 20, perubahan konformasi
enzim yang berpengaruh pada tingginya aktivitas di pH 5 dapat terjadi
karena struktur enzim menjadi lebih kompak. Rodwell (1981)
menyatakan, suatu gugus yang bermuatan jauh dari bagian dimana
substrat terikat, mungkin perlu untuk mempertahankan struktur tersier
atau kuartener yang aktif. Apabila muatan pada gugus ini diubah,
molekul protein dapat terbuka atau menjadi lebih kompak.
-
33
Inhibisi oleh CuSO4 terhadap invertase tidak terjadi pada pH yang
diujikan kecuali pada pH 7. Akan tetapi persen inhibisi yang dihasilkan
pada pH 7 tidak berbeda nyata dengan pH 4 6, dapat dilihat pada
Lampiran 8. Hal ini membuktikan bahwa ikatan antara enzim invertase
dengan kation logam Cu (II) sangat dipengaruhi oleh tingkat pH.
Perubahan pH menyebabkan kereaktifan Cu (II) berkurang karena
perubahan muatan pada enzim, sehingga inhibisi tidak terjadi.
15.0
-6.8-14.2
-196.0
-29.6
-261.4
-186.8
-255.0-281.3
-400.0
-350.0
-300.0
-250.0
-200.0
-150.0
-100.0
-50.0
0.0
50.0
3 4 5 6 7 8 9 10 11
pH
inhi
bisi
(%)
0
1
2
3
4
5
subs
et
Gambar 21. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada nilai
pH yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 22.5 g/l, lama reaksi 5 menit
4. Pengaruh Suhu
Pengujian pengaruh perubahan suhu dilakukan pada rasio invertase
terhadap sukrosa 1 : 2500, dengan konsentrasi CuSO4 0.125 mM. Analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan suhu berpengaruh nyata
terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji statistik
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. Perubahan suhu menghasilkan
konsentrasi gula pereduksi pada rentang 140.75 M hingga 3537 M.
Konsentrasi tertinggi pada suhu 50C dengan perlakuan tanpa CuSO4 dan
konsentrasi terkecil pada suhu 70C dengan penambahan CuSO4
0.125 mM. Kurva pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas invertase
dapat dilihat pada Gambar 22.
-
34
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90suhu (oC)
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (uM
)
Perlakuan suhu dengan penambahan CuSO4 0.125 mM Perlakuan suhu tanpa CuSO4
Gambar 22. Kurva pengaruh perubahan suhu terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit
Aktivitas invertase semakin meningkat dengan kenaikan suhu
hingga mencapai aktivitas maksimum. Peningkatan suhu lebih lanjut
setelah titik maksimum menyebabkan penurunan aktivitas invertase dalam
menghidrolisis sukrosa. Kedua perlakuan terhadap invertase, dengan
maupun tanpa penambahan CuSO4 menunjukkan pola aktivitas tersebut.
Peningkatan aktivitas invertase tanpa CuSO4 terjadi ketika suhu
dinaikkan dari 0C - 50C dan 0C - 40C pada perlakuan dengan
penambahan CuSO4 0.125 mM. Peningkatan suhu menyebabkan kenaikan
energi kinetik yang membuat molekul enzim dan substrat saling
bertumbukan sehingga semakin banyak kompleks enzim-substrat yang
terbentuk. Energi kinetik tersebut mampu meningkatkan aktivitas enzim
hingga maksimal pada suhu 50C, kemudian aktivitas enzim turun dengan
tajam pada suhu yang lebih tinggi hingga 70C. Webb (1963) menyatakan
bahwa suhu pada saat aktivitas enzim maksimum disebut dengan suhu
optimum. Rodwell (1981) juga menyatakan, suhu optimum kebanyakan
enzim adalah suhu sel atau di atas suhu sel tempat enzim-enzim berada.
Aktivitas enzim di bawah maupun di atas suhu optimum enzim
lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh rusaknya ikatan-ikatan yang
mempertahankan struktur enzim. Jika ikatan sekunder rusak, keadaan
katalitik enzim aktif menjadi berubah. Rusaknya struktur dan konformasi
enzim dapat menyebabkan enzim kehilangan aktivitas biologisnya yang
disebut dengan denaturasi enzim oleh suhu tinggi. Ikatan-ikatan sekunder
-
35
enzim yang lemah, seperti ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik
semakin lemah ikatannya dengan meningkatnya suhu. Hal ini
menyebabkan denaturasi yang bersifat reversible pada suhu 60 - 70C
dengan perlakuan tanpa CuSO4 dan 50C dengan penambahan CuSO4
0.125 mM. Denaturasi irreversible terjadi jika ikatan kovalen pada enzim
telah rusak, yaitu mulai suhu 70C pada perlakuan tanpa CuSO4 dan mulai
suhu 60C pada dengan penambahan CuSO4 0.125 mM. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa kenaikan kecepatan aktivitas enzim di bawah suhu
optimum disebabkan oleh kenaikan energi kinetik molekul-molekul yang
bereaksi. Akan tetapi apabila suhu tetap dinaikkan, energi kinetik
molekul-molekul enzim menjadi demikian besar sehingga melampaui
penghalang energi untuk memecahkan ikatan sekunder (Rodwell, 1981).
Penambahan CuSO4 0.125 mM menyebabkan invertase menjadi
lebih stabil oleh perubahan suhu, karena perubahan terjadi tidak secara
tajam atau signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas invertase pada
perubahan suhu 10C menjadi 20C tidak berbeda nyata. Kenaikan
aktivitas menjadi 30C terjadi secara landai, dan perubahan menjadi suhu
40C juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Begitu juga dengan pola
penurunan aktivitas invertase dari suhu optimum enzim ke suhu yang
lebih tinggi juga tidak sebesar yang terjadi pada perlakuan tanpa CuSO4.
Inhibisi oleh CuSO4 terjadi mulai suhu 10C hingga 90C, dapat
dilihat pada Gambar 23. Inhibisi aktivitas invertase tidak terjadi pada suhu
0C. Hal ini dapat disebabkan selain invertase kurang aktif pada suhu
rendah karena energi kinetik yang rendah, reaksi pengikatan oleh kation
logam Cu (II) juga tidak terjadi pada suhu yang sangat rendah. Suhu dapat
mempengaruhi perubahan konfigurasi dari sisi aktif enzim. Jika sisi aktif
enzim mudah mengalami perubahan struktur, fleksibilitas enzim akan
berubah sehingga manyebabkan inhibitor lebih mudah atau lebih sulit
untuk mengikat enzim (Webb, 1963).
Daya inhibisi CuSO4 dipengaruhi oleh perubahan suhu pada taraf
0 - 90C, dapat dilihat pada Lampiran 10. Besarnya persen inhibisi oleh
-
36
perubahan suhu dapat dilihat pada Gambar 23. Hasil uji pengaruh suhu
menunjukkan besarnya inhibisi meningkat seiring dengan kenaikan
sampai dengan suhu 60C, kemudian turun secara tajam. Hal ini
menunjukkan bahwa perubahan konfigurasi sisi aktif enzim oleh suhu
dapat menyebabkan inhibitor mudah atau sulit untuk mengikat enzim.
Inhibisi menjadi sangat besar pada saat suhu 60C karena aktivitas
invertase tanpa CuSO4 masih tinggi, sedangkan aktivitas invertase dengan
penambahan CuSO4 0.125 mM sangat rendah karena telah mengalami
denaturasi. Inhibisi menurun setelah suhu optimum karena aktivitas
invertase baik dengan maupun tanpa CuSO4 telah turun. Hal ini
menunjukkan bahwa CuSO4 0.125 mM efektif dalam menghambat
aktivitas invertase pada suhu optimum enzim pada rasio konsentrasi
invertase : sukrosa 1 : 2500.
-12.2
6.8
37.6
53.5
69.7
85.595.1
83.6
68.4
12.3
-20
0
20
40
60
80
100
120
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
suhu (oC)
%in
hibi
si
0
1
2
3
4
5
6
7
8
subs
et
Gambar 23. Inhibisi aktivitas invertase oleh CuSO4 0.125 mM pada suhu yang berbeda, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit
5. Pengaruh Lama Pemanasan
Pengujian pengaruh lama pemanasan dilakukan pada rasio
invertase terhadap sukrosa 1 : 2500, dengan konsentrasi CuSO4 0.125 mM.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemanasan invertase yang
dilakukan pada waktu yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata
terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji statistik
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11. Gula pereduksi yang dihasilkan
-
37
berda pada rentang 82 M hingga 1467 M, dengan konsentrasi tertinggi
pada invertase yang tidak dipanaskan dan konsentrasi terkecil pada
pemanasan 60 detik dan 300 detik pada perlakuan tanpa CuSO4. Pengaruh
lama pemanasan terhadap aktivitas invertase dapat dilihat pada Gambar
24.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60 300
lama pemanasan (detik)
kons
entra
si g
ula
pere
duks
i (u
M)
Perlakuan lama pemanasan dengan penambahan CuSO4 0.125 mM
Perlakuan lama pemanasan tanpa CuSO4
Gambar 24. Kurva pengaruh lama pemanasan terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan, dengan konsentrasi invertase 5 mg/l, konsentrasi sukrosa 12.5 g/l, lama reaksi 5 menit
Pengujian pengaruh lama pemasan ini memberikan hasil bahwa
semakin lama waktu pemanasan, semakin rendah aktivitas invertase dalam
menghidrolisis sukrosa. Invertase menunjukkan kestabilan terhadap panas
dalam waktu yang sangat singkat. Aktivitas enzim terus menurun