executive summary pendidikan karakter.pdf
TRANSCRIPT
1
KAJIAN PENGEMBANGAN SEKOLAH UNGGULAN BERBASIS
PENDIDIKAN KARAKTER DI SUMATERA UTARA
(STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)
ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat tema besar tentang pengembangan sekolah unggulan
berbasis pendidikan karakter di Sumatera Utara dengan mengambil studi kasus di Medan.
Pendidikan karakter merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi pelajar. Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi pelajar
menurut ukuran normatif. Untuk merealisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap
orang, maka pembudayaan karakter mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran pendidikan
akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter.
Menyadari hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk meneliti masalah
pengembangan sekolah unggulan berbasis karakter dengan mengambil studi kasus di
sekolah-sekolah di Medan. Tujuan penelitian ini terutama adalah untuk: (1). Mengetahui
pengaruh nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pendidikan berbasis karakter. (2)
Mengetahui seberapa siap sekolah melaksanakan pendidikan berbasis karakter. (3)
Mengetahui model pengembangan kurikulum yang seperti apakah yang sesuai dengan
pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah di Medan.
Data penelitian dikumpulkan dari sekolah-sekolah (SMA, SMP dan SD) yang menjadi objek penelitian. Secara rinci, data penelitian dikumpulkan dengan mendatangi dan
menyampaikan secara langsung kuisioner kepada responden sekaligus melakukan
wawancara terkait dengan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian maupun terkait
dengan item-item yang ingin ditanyakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan karakter (Nilai dalan
hubungannya dengan Tuhan, Diri Sendiri, Sesama, Lingkungan dan Alam) berpengaruh
secara signifikan terhadap pendidikan karakter. (2) sekolah (baik SMA, SMP dan SD) telah
siap melaksanakan pendidikan karakter ditinjau dari kesiapan sarana prasarana, kurikulum
dan SDM Guru-guru di sekolah. Adapun saran yang dapat direkomendasikan adalah perlu di buat Perda tentang implementasi pendidikan berbasis karakter di Sekolah-sekolah di kota
Medan dan Pemda (Bupati/Walikota/Kadis Pendidikan) harus mendukung upaya
merumuskan kembali kurikulum yang ada sesuai dengan muatan bahan ajar yang berorientasi pada nilai-nilai pendidikan karakter.
Kata Kunci: Pendidikan, Nilai Karakter, Sarana Prasarana, Kurikulum, SDM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi pelajar.
Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
pelajar menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah harus
serius menangani bidang pendidikan karakter, sebab dengan sistem pendidikan
karakter yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan
mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global
2
sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan berbasis karakter
yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan
zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan karakter
harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak
azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal
guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Pembudayaan karakter (akhlak) mulia perlu dilakukan dan terwujudnya
karakter (akhlak) mulia yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan
sangat didambakan oleh setiap lembaga yang menyelenggarakan proses pendidikan.
Budaya atau kultur yang ada di lembaga, baik sekolah, kampus, maupun yang lain,
berperan penting dalam membangun akhlak mulia di kalangan sivitas akademika dan
para karyawannya. Karena itu, lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk melakukan pendidikan akhlak (pendidikan moral) bagi para peserta
didik dan juga membangun kultur akhlak mulia bagi masyarakatnya.
Untuk merealisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap orang, maka
pembudayaan karakter mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau
lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran
pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter.
Akhir-akhir ini di Indonesia misi ini diemban oleh dua mata pelajaran pokok, yakni
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua mata pelajaran ini
nampaknya belum dianggap mampu mengantarkan peserta didik memiliki akhlak
mulia seperti yang diharapkan, sehingga sejak 2003 melalui Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional 2003 dan dipertegas dengan dikeluarkannya PP 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan, setiap kelompok mata
pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing
kelompok mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta
didik
Menteri Pendidikan Nasional Prof. Ir. H Muhammad Nuh, DEA (Balitbang,
2009) menegaskan bahwa pendidikan budaya karakter bangsa perlu dimasukkan
dalam kebijakan pembangunan pendidikan nasional, karena tatakrama, etika dan
kreatifitas lulusan dianggap menurun dan menjadi keluhan masyarakat. Persoalan
tersebut harus dilihat dari dua konsep yaitu: konsep teoritis dan praktis pendidikan.
Secara konseptual bahwa undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional dengan jelas menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, kecerdasan ahlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya.
Penelitian ini dilakukan di Medan, peneliti menilai bahwa Medan merupakan
sebuah kota besar urutan ke tiga (3) di Indonesia, cukup memiliki persoalan yang
kompleks dalam menanggulangi kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh para
pelajarnya terutama pelajar tingkat atas. Mussen et al., (1994), mengatakan
kenakalan pelajar adalah perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang
biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini
dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973)
juga menyatakan kenakalan pelajar adalah tindakan pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pelajar, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu
3
yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976) dan Dusek
(1977) mendefinisikan kenakalan pelajar sebagai suatu kenakalan yang dilakukan
oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan
perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
Hampir setiap hari kasus kenakalan pelajar selalu kita temukan di media-media
massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan,
salah satu wujud dari kenakalan pelajar adalah tawuran yang dilakukan oleh para
pelajar atau remaja. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh pelajar di bawah usia
17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak
dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan pelajar tersebut
seperti: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan,
sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan
yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks
bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya. Misalnya
untuk penyalahgunaan narkoba, Kepolda Sumut Irjen Pol Nurdin Usman
mengungkapkan, bahwa kasus penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara dari tahun
ke tahun terus menunjukkan grafik menaik. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2007
terjadi trend peningkatan yang cukup signifikan. Hingga akhir Nopember tercatat
kasus penyalahgunaan narkoba yang ditangani Polda Sumut sepanjang tahun 2007
mencapai 2.769 kasus dengan jumlah tersangka 3.875 orang. Intinya, kejahatan-
kejahatan ini dapat dilihat dari lima segi: pertama, meningkatnya sikap dekadensi
moral mereka terhadap Tuhan yang Maha Esa, kedua terhadap dirinya sendiri, ketiga
terhadap sesama, keempat terhadap lingkungan dan kelima terhadap alam.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menilai bahwa pendidikan sangat penting
untuk membendung persoalan itu semua, khususnya pendidikan yang
mengedepankan nilai-nilai pendidikan berbasis karakter. Oleh karenanya, pendidikan
berbasis karakter ini merupakan sebuah keharusan untuk dikaji lebih lanjut dan
hasilnya diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi pengembangan pendidikan di
sekolah-sekolah di kota Medan.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji pengembangan sekolah
berbasis karakter di Medan. Tujuan spesifik penelitian ini terutama dimaksudkan
untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana yang tertuang pada sub-bab
perumusan masalah di atas, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pendidikan
berbasis karakter .
2. Mengetahui seberapa siap sekolah melaksanakan pendidikan berbasis karakter.
3. Mengetahui model pengembangan kurikulum yang seperti apakah yang sesuai
dengan pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah di Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch
(1967), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory)
dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan
kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.
Menurut Atkinson dan Hilgard (1991) persepsi adalah proses dimana kita
4
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan
Donely (1994) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh seorang individu.
Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius
menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik
diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi
Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus
diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi mengembangkan kemampuan
peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa yang bermartabat, (3) fungsi
mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan
kehidupan bangsa. Noeng Muhadjir (1987) menyebutkan bahwa, sebagai institusi
pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama, pendidikan berfungsi menumbuhkan
kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada
peserta didik; dan Ketiga, pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja
produktif peserta didik.
Konsep Karakter
Secara umum istilah “karakter” sering disamakan dengan istilah “temperamen”,
”tabiat”, “watak” atau “akhlak” yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang
menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks
lingkungan. Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis
yang dimiliki sejak lahir, Sehingga Kusuma (2007) istilah karakter dianggap sebagai
ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Lickona (1993) mendefinisikan
karakter sebagai kesadaran (knowing), perasaan (feeling), dan perilaku moral (moral
behaviour). Dengan kata lain, orang yang berkarakter adalah orang yang mengetahui
kebaikan, menginginkan kebaikan, dan berperilaku baik sesuai dengan nilai-nilai
yang diharapkan.
Menurut Hendrojuwono (2008), karakter baik dan buruk tidak dapat terbentuk
secara otomatis, tetapi melalui proses; pendidikan, pengajaran, peneladanan, serta
belajar yang berlangsung sepanjang waktu. Melalui pendidikan karakter yang
dilakukan di sekolah anak akan diajarkan tentang nilai etika dasar, seperti kejujuran,
tanggung jawab, kebaikan hati, kemurahan hati, keteguhan hati, kebebasan,
kesetaraan, dan kepedulian yang diberikan secara simultan dan berkelanjutan.
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
5
Proses pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor
khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang sering juga disebut faktor bawaan
(nature) dan lingkungan (nurture) di mana orang yang bersangkutan tumbuh dan
berkembang. Jadi, dalam usaha pengembangan atau pembangunan karakter pada
tataran individu dan masyarakat, fokus perhatian kita adalah pada faktor yang bisa
kita pengaruhi atau lingkungan, yaitu pada pembentukan lingkungan. Dalam
pembentukan lingkungan inilah peran lingkungan pendidikan menjadi sangat
penting, bahkan sangat sentral, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi
seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik belajar secara formal maupun
informal (Raka, 2007). Berikut ditampilkan gambar tentang koherensi karakter
dalam konteks totalitas proses psikososial.
Gambar 1 Koherensi karakter dalam psikososial
Konsep Pendidikan karakter
Megawangi (2004) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha
yang dilakukan di sekolah untuk mendidik anak agar dapat menerapkan nilai-nilai
karakter dalam kehidupannya. Nilai karakter yang ditanamkan adalah nilai-nilai
universal atau pilar yang dijunjung tinggi oleh seluruh agama, tradisi dan budaya.
Lickona (1997) berpendapat bahwa pendidikan karakter di sekolah hanya akan
efektif jika pelaksanaannya dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Di
Amerika Serikat pelaksanaan program pendidikan karakter telah dipadukan ke dalam
sistem pendidikan, seperti kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan siswa
dan guru, penanganan disiplin, aktivitas kurikulum dan etos di lingkungan sekolah.
Gambar 2 berikut menampilkan pendekatan komprehensif pendidikan karakter.
Ryan dan Bohlin (1999) menyebutkan beberapa alasan mengapa sekolah harus
terlibat serius dalam pendidikan karakter. Pertama, pendidikan karakter membuat
siswa berbudi pekerti sekaligus pintar. Kedua, melalui pendidikan karakter,
penanaman nilai dasar moral akan dapat diberikan sejak usia dini. Ketiga, dengan
diberikannya pendidikan karakter maka para pakar perkembangan yakin berbagai
permasalahan yang akan timbul pada masa remaja dapat diantisipasi sejak dini.
Keempat, kurangnya waktu orang tua untuk mendidik dan mengajarkan nilai-nilai
moral kepada anak.
6
Gambar 2. Pendekatan Komprehensif Pendidikan Karakter
Tahapan Pengembangan Karakter
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting),
dan kebiasaan (habit). Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang
akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan
tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang
(perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap
(decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Pengembangan karakter
dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen
karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak
secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku
dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan
YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa
tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena
mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah,
bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu.
Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter
The Eleven Principles of Character Education Effectivenes yang disusun oleh
Lickona, Schaps dan Lewis (2006) adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan karakter
diterapkan sebagai dasar pembentukan karakter yang baik didasari dari prinsip-
prinsip nilai etika dasar yang dijadikan dasar, 2) Dalam Pendidikan karakter setiap
pilar karakter harus dijelaskan secara komprehensif, 3) Pendidikan karakter
menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif dan proaktif, 4) Pendidikan
karakter menciptakan komunitas sekolah yang mengayomi siswa. Tujuannya adalah
7
membentuk siswa memiliki karakter yang baik. 5) Pendidikan karakter memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan tindakan moral ke dalam berbagai
aktivitas. 6) Pendidikan karakter harus dimasukkan kedalam kurikulum akademik. 7)
Pendidikan karakter mengembangkan motivasi intrinsik siswa. 8) Pendidikan
karakter harus melibatkan seluruh staf sekolah sebagai suatu organisasi yang
bertanggungjawab dan berusaha patuh pada nilai yang sama untuk mengarahkan
siswa. 9) Dalam menerapkan pendidikan karakter harus ada komite pendidikan
karakter dan pimpinannya yang bertanggung jawab terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan mengevaluasi program pendidikan karakter.
METODE PENELITIAN
Populuasi dan Sampel
Populasi penelitian ini dibagi ke dalam tiga kelompok jejang sekolah. Kelompok
pertama, adalah populasi penelitian untuk tingkat Sekolah Menegah Atas di Medan.
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan sekolah terakhir
yang harus dijalani oleh seorang siswa sebelum ia memasuki dunia pendidikan
tinggi. Kriteria Populasi sekolah yang diambil dalam penelitian ini adalah Sekolah
Menengah Umum yang bukan dikelompokkan ke dalam Sekolah Menengah
Kejuruan dan Sekolah Madrasah. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bias
penelitian dikarenakan penerapan kurikulum sekolah yang berbeda antara Sekolah
Menengah Kejuruan dan Sekolah Madrasah. Populasi kelompok kedua adalah
sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP) di Medan.
Populasi kelompok ke dua ini digunakan untuk menguji pertanyaan penelitian ke dua
mengenai efektifitas pelaksanaan pendidikan berbasis karakter yang ada di Medan.
Pertanyaan mengenai efektifitas pelaksanaan pendidikan ini tertuang pada
perumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah
siswa SMA yang telah duduk di tahun ke tiga tahun ajarang. sekolah-sekolah yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 1. berikut.
TABEL 1. DAFTAR SEKOLAH SMA DI MEDAN
No NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH
1 SMAN 2 Medan Jl. Karang Sari No. 35 Medan
2 SMAN 3 Medan Jl. Budi Kemasyarakatan No. 03
3 SMAN 6 Medan Jl. Ansari No. 34 Medan
4 SMAN 7 Medan Jl. Timor No. 36
5 SMAN 8 Medan Jl. Samplai No. 23 Medan
6 SMAN 9 Medan Jl. Sei Mati No. 9 Medan
7 SMAN 10 Medan Jl. Tilak No. 108 Medan Medan
8 SMAN 11 Medan Jl. Pertiwi No. 93 Medan
9 SMAN 12 Medan Jl. Cempaka No. 75 Medan
10 SMAN 14 Medan Jl. Pelajar Timur Ujung Medan
11 SMAN 15 Medan Jl. Sekolah Pembangunan No. 25 Medan
12 SMAN 17 Medan Jl. Letjend Jamin Ginting Medan
13 SMA Budi Murni 1 JL. Timor
14 SMA Budi Satria JL. Letda Sujono No. 166
15 SMA Dharma Sakti JL. Seksama No. 130 Medan
16 SMA Dwiwarna JL. Gedung Arca No.52 Medan
17 SMA Eria JL. Sisingamangaraja No. 195
8
18 SMA Harapan 1 JL. Imam Bonjol No.35
19 SMA Indonesia Membangun JL. Air Bersih No. 59 Medan
20 SMA Kesatria JL. Gedong Arca 24 Medan
21 SMA Mariana JL. Kapten Muslim 112 Medan
22 SMA Methodist 7 JL. Madong Lubis 7 Medan
23 SMA Advent 2 Jl. Air Bersih No. 98 A Medan
24 SMA Budaya Jl. Kepribadian No. 23 Medan
25 SMA Budi Luhur Jl. Gatot Subroto/Cendrawasih Medan
26 SMA Ira Jl. Pertiwi No. 111 Medan
27 SMA Kartika 1 Jl. S. Parman No. 240 Medan
28 SMA Kebangsaan Jl. Perguruan Tinggi Swadaya No. 3 Medan
29 SMA Muhammadiyah Jl. Kapt. Muslim Gg. Jawa Medan
30 SMA Nasrani 3 Jl. Turi No. 88 Medan
31 SMA Nurani Jl. Kakap No. 2 Medan
32 SMA Parulian 1 Jl. Sisingamangaraja Jati 1 Medan
33 SMA Pembangunan Nasional Jl. Mestika No. 39 Medan
34 SMA Perguruan Nasional Gultom Jl. Pelita IV No. 90 Medan
35 SMA Perguruan Panca Budi Jl. Jend. G. Subtoro Medan
36 SMA Santo Thomas 1 Jl. Letjend. S. Parman No. 109 Medan
37 SMA Santo Thomas 3 Jl. Gatot Subroto Gg. Banteng No. 7 Medan
38 SMA Sutan Oloan Jl. Sutan Oloan Medan
39 SMA Taman Siswa 2 Jl. Polonia Gg. B. No. 16 Medan
40 SMA Teladan Jl. Pertiwi No. 95 Medan
Sedangkan sekolah SMP yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sbb:
TABEL 2. DAFTAR SEKOLAH SMPN DI MEDAN
No NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH
1 SMPN 13 Jl. Sampali No. 47 Medan
2 SMPN 3 Jl. Pelajar No. 3 Medan
3 SMPN 8 Jl. Turi No. 96 Medan
4 SMPN 36 Jl. STM Medan
5 SMPN 12 Jl. H.M. Thamrin No. 52 Medan
6 SMPN 22 Jl. Pendidikan No. 36 Medan
7 SMPN 27 Jl. Pancing Psr IV Medan
8 SMPN 35 Jl. Willem Iskander Psr V Medan
9 SMPN 37 Jl. Timor No. 36 Medan
10 SMPN 6 Jl. Bahagia No. 42 Medan
11 SMPN 9 Jl. T.B. Simatupang Medan
12 SMPN 7 Jl. H. Adam Malik Medan
13 SMPN 17 Jl. M. Jamil Lubis, Medan
14 SMPN 28 Jl. Karya Bersama No. 17 Medan
15 SMPN 29 Jl. Letda Sujono Medan
16 SMPN 2 Jl. Brigjend Katamso Medan
17 SMPN 18 Jl. Kemunig Perumnas Helvetia Medan
9
Sedangkan sekolah SD yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sbb:
TABEL 3. DAFTAR SEKOLAH SDN DI MEDAN
No NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH
1 SDN 060877 Jl. Halat
2 SDN 060874 Jl. Medan Area Selatan
3 SDN 060790 Jl. Medan Area Selatan
4 SDN 060798 Jl. Medan Area Selatan
5 SDN 060809 Jl. Halat
6 SDN 060810 Jl. Halat
7 SDN 060811 Jl. Ismailiyah
8 SDN 060813 Jl. Halat
9 SDN 060815 Jl. Halat
10 SDN 060825 Jl. Ismailiyah
11 SDN 060855 Jl. Rakyat lr Gereja
12 SDN 060856 Jl. Rakyat lr Gereja
13 SDN 060858 Jl. Durung No. 30
14 SDN 060870 Jl. Gunung Krakatau
15 SDN 060878 Jl. Gunung Krakatau
16 SDN 060820 Jl. Sisingamangaraja
17 SDN 060851 Jl. Madong Lubis
18 SDN 060852 Jl. Madong Lubis
19 SDN 060853 Jl. Madong Lubis
20 SDN 060839 Jl. Danau Singkarak
21 SDN 060840 Jl. Danau Singkarak
22 SDN 060879 Jl. Pendidikan
23 SDN 060871 Jl. Pendidikan
24 SDN 060812 Jl. STM
25 SDN 060828 Jl. A.R.Hakim Gg. Rahayu
Strategi pemilihan sampel untuk masing-masing sekolah dilakukan dengan
cara pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) tanpa
mempertimbangkan ukuran rasio kekayaan, banyak siswa dan besar gedung sekolah.
Teknik pengambilan sampel dengan cara ini merupakan proses seleksi dari populasi
yang menyediakan tiap-tiap contoh ukuran sampel dari kesamaan probabilitas yang
dipilih. Dengan teknik pemilihan sampel ini, masing-masing elemen populasi
memiliki peluang untuk ditarik sebagai sampel penelitian tanpa mempertimbangkan
besar kecilnya ukuran elemen populasi.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari: (1) Nilai karakter terhadap Tuhan (terdiri dari
empat indikator), (2) Nilai karakter terhadap Diri Sendiri (teridiri dari sepuluh
indikator), (3) Nilai karakter terhadap Sesama (terdiri dari empat indikator), (4) Nilai
karakter terhadap lingkungan (terdiri dari tiga indikator), (5) Nilai karakter terhadap
alam (terdiri dari delapan indikator), (6) Prinsip pendidikan karakter (terdiri dari
sebelas indikator). Secara skematis variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini ditampilkan pada tabel berikut.
10
Tabel 4
Indikator Penelitian
Variabel dan Indikator Variabel
No Keterangan Indikator 1 Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Tuhan (Diupayakan selalu
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan
dan atau ajaran agama)
1. Religius
2. Pikiran
3. Perkataan
4. Tindakan
2 Nilai karakter dalam hubungannya
dengan diri sendiri (Jujur perilaku
yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan dan pekerjaan baik terhadap diri dan pihak lain).
1. Bertanggungjawab
2. Bergaya hidup
3. Disiplin
4. Kerja keras
5. Percaya diri
6. Berjiwa wirausaha 7. Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
8. Mandiri
9. Ingin tahu 10. Cinta ilmu
3 Nilai karakter dalam hubungannya
dengan sesama (Sadar akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain).
1. Patuh pada aturan sosial
2. Menghargai karya dan prestasi orang lain
3. Santun
4. Demokratis
4 Nilai karakter dalam hubungannya
dengan lingkungan (Sadar akan
lingkungan sosial)
1. Nilai kebangsaan
2. Nasionalis
3. Menghargai keberagaman
5 Nilai karakter dalam hubungannya
dengan alam (Sadar akan pentingnya
alam)
1. Menjaga kebersihan
2. Gemar memelihara tanaman
3. Senang memelihara hewan
4. Peka terhadap lingkungan alam
5. Senang berada di cagar alam, gunung, pantai dan hutan.
6. Gemar mengikuti kegiatan kepramu
kaan. 7. Menjadi aktivis lingkungan
8. Peduli Sosial dan Lingkungan
6 Pendidikan Karakter 1. Mengajarkan prinsip-prinsip etika.
2. Mengajarkan dan menanamkan nilai
etika
3. Berkomitmen melaksanakan pendidi kan
karakter
4. Mampu menunjukkan sikap kepedu lian
terhadap siswa 5. Memberi kesempatan mengaplikasikan
tindakan moral
6. Memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulum
7. Membantu melatih dan mengembangkan
motivasi intrinsik 8. Melibatkan seluruf staf sekolah untuk
bertanggungjawab dan berusaha patuh
11
pada nilai yang sama untuk mengarahkan
siswa.
9. Komite pendidikan karakter dan pimpinan sekolah bertanggungjawab
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
mengevaluasi program pendidikan
karakter.
10. Melibatkan keluarga sebagai mitra dalam
upaya pembentukan karakter siswa.
11. Melakukan evaluasi terhadap seluruh
program pendidikan berbasis karakter
Pengukuran Variabel
Pertanyaan atau pernyataan dalam kuisioner untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu suatu skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif
dikuantitatifkan, dimana jawaban responden diberi skor dengan menggunakan 5
(lima) poin skala Likert, yaitu; nilai 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 =
cukup penting, 4 = penting, 5 = sangat penting (Sekaran, 2000).
Analisis pengaruh variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan,
nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam
hubungannya dengan sesama, nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan,
nilai karakter dalam hubungannya dengan alam terhadap prinsp pendidikan karakter
dinyatakan dengan persamaan statistik sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Dalam hal ini :
Y = Pendidikan Karakter
X1 = Nilai karakter terhadap Tuhan
X2 = Nilai karakter terhadap Diri Sendiri
X3 = Nilai karakter terhadap Sesama
X4 = Nilai karakter terhadap Lingkungan
X5 = Nilai karakter terhadap Alam
b = Koefisien regresi
e = error
Teknik Analisa Data
Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk melihat: (1) gambaran
umum keseluruhan siswa yang berpartisipasi dalam penelitian, (2) gambaran umum
variabel penelitian yang digunakan. Secara rinci, hasil kuisioner yang diperoleh dari
lapangan adalah seperti berikut: (1) sebanyak 1317 eksemplar kuisioner dari para
siswa sekolah SMA di Medan yang tersebar di 40 sekolah, (2) sebanyak 40 kuisioner
untuk kepala sekolah SMA di Medan, (3) sebanyak 17 kuisioner untuk kepala
sekolah SMPN di Medan, (4) sebanyak 25 kuisioner untuk kepala sekolah SDN di
12
Medan. Rincian distribusi dan pengembalian kuesioner ditampilkan pada tabel
berikut.
Tabel 5
Sampel dan Tingkat Pengembalian
Kuesioner Jumlah Kuesioner
Hasil Pengembalian Kuisioner:
1. Siswa SMA 1317
2. Kepala sekolah SMA 40
3. Kepala sekolah SMP 17
4. Kepala sekolah SD 25
Kuisioner yang dapat dianalisis 1399
Sumber : data primer diolah
Data Demografi Siswa
Data demografi responden menjelaskan bagaimana kondisi dan karakteristik
responden yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel
berdasarkan teknik probability sampling. Demografi responden yang dipertanyakan
dalam penelitian ini menyangkut, jenis kelamin dan usia. Data demografi ini secara
rinci ditampilkan pada tabel 6. berikut.
Tabel 6
Demografi Siswa (n = 1317)
Responden No Karakteristik Responden
Jumlah (orang) Persentase (%)
1
2
Umur
16 tahun
17 tahun
18 > tahun
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
Jumlah
878
381
112
412
959
1317
64,0
27,8
8,2
30,1
69,9
100 %
Sumber : Penelitian
Deskriptif Variabel Penelitian
Deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
karakteristik variabel penelitian. Tabel 7. dibawah menjelaskan secara rinci hasil
pengolahan data atas deskripsi variabel penelitian.
13
Tabel 7
Statistik Deskriptif
Statistics
NKHTuhan NKHDSendiri NKHTSesama
NKHT Lingkungan NKHT Alam
Pend Karakter
Valid 1371 1371 1371 1371 1371 1371 N
Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 33,7185 43,7907 24,6185 11,9460 31,2203 49,1670 Median 34,0000 44,0000 25,0000 12,0000 31,0000 50,0000 Mode 33,00 42,00 26,00 13,00 32,00 55,00 Std. Deviation 3,28026 4,22289 2,78467 1,94599 4,95730 5,31289 Variance 10,760 17,833 7,754 3,787 24,575 28,227 Minimum 22,00 29,00 18,00 6,00 19,00 35,00 Maximum 40,00 54,00 30,00 15,00 45,00 55,00
Uji Kualitas Data
Hasil Uji Reliabilitas Data
Hair et al. (1998) menjelaskan bahwa kualitas data dari penggunaan instrumen
penelitian dapat dianalisis menggunakan pengujian reliabilitas dan validitas.
Pengujian reliabilitas data menunjukkan bahwa nilai reliabilitas dari masing-masing
variabel yang diuji menunjukkan angka diatas 0,60. Tabel 8 berikut menampilkan
hasil uji keseluruhan reliabilitas data penelitian.
Tabel 8
Hasil Uji Reliabilitas VARIABEL PENELITIAN CRONBACH
ALPHA
ITEM KETERANGAN
Nilai Karakter Hubungannya
Dengan Tuhan
0,693 9 Reliabel
Nilai Karakter Hubungannya
Dengan Diri Sendiri
0,681 12 Reliabel
Nilai Karakter Hubungannya Dengan Sesama
0,703 7 Reliabel
Nilai Karakter Hubungannya Dengan Lingkungan
0,765 4 Reliabel
Nilai Karakter Hubungannya Dengan Alam
0,711 10 Reliabel
Pendidikan Karakter 0,754 12 Reliabel
Pool 0,874 54
Hasil Uji Validitas Data
Pengujian validitas dimaksudkan bahwa temuan penelitian mencerminkan kebenaran
sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda. Validitas penelitian
ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukur dikatakan
valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Berdasarkan
hasil pengujian validitas data, dapat disimpulkan bahwa dari 48 instrumen penelitian
yang diolah dalam penelitian ini menunjukkan nilai pearson correlation dibawah
0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh indikator penelitian yang digunakan
adalah valid.
14
Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF dengan angka yang disyaratkan tidak
lebih besar dari 10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10 (lihat tabel 9). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi.
Tabel 9.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Correlations Collinearity Statistics Model
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
NKHTuhan ,239 ,106 ,100 ,769 1,300
NKHDSendiri ,243 ,077 ,072 ,697 1,436
NKHTSesama ,277 ,083 ,078 ,583 1,714
NKHTLingkungan ,255 ,147 ,139 ,832 1,203
1
NKHTAlam ,267 ,057 ,053 ,590 1,694
a. Dependent Variable: PendKarakter
Hasil Uji Auto Korelasi
Auto korelasi dideteksi dengan mengevaluasi Durbin Watson dari persaman regresi,
yaitu nilai DW harus berada diluar nilai batas atas (du) dan batas bawah (dl). Data
penelitian ini bebas dari autokorelasi dengan melihat nilai DW estimasi sebesar
1.536. Oleh karena nilai DW 1.536 lebih besar dari batas atas (du) 1.407 dan kurang
dari 9 – 1.017 (8 – du), maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat menolak Ho
yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat
simpulkan tidak terdapat autokorelasi (Tabel 10).
Tabel 10
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,366a ,134 ,131 4,95398 1.536
a. Predictors: (Constant), NKHTAlam, NKHTLingkungan, NKHDSendiri, NKHTuhan, NKHTSesama b. Dependent Variable: PendKarakter
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteros
kedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
distudentized. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa penelitian ini bebas
15
dari heteroskedastisitas dimana titik-titik pada normal P-P Plot tampak masih berada
dalam garis tidak melenceng keluar. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
gambar 3 berikut
Gambar 3.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat rasio skewness yaitu nilai
skewness yang ada. Skewness merupakan suatu ukuran distribusi dari bentuk
simetrisnya. Dalam suatu distribusi simetris, rata-rata hitung, median dan modus
terletak pada lokasi yang sama. Distribusi yang terletak kearah dari satu ekor atau
ekor lainnya disebut menjulur. Pengujian normalitas data ini menggunakan tingkat
signifikansi 0.10. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai skewness lebih kecil
dari p≤2.58. Berdasarkan tabel 5.13, data penelitian ini secara keseluruhan adalah
normal melihat pada nilai skewness lebih kecil dari p≤2.58.
Tabel 11.
Hasil Uji Normalitas Statistics
NKHTuhan NKHDSendiri NKHTSesama NKHTLingkungan NKHTAlam
Valid 1371 1371 1371 1371 1371 N
Missing 0 0 0 0 0 Mean 33,7185 43,7907 24,6185 11,9460 31,2203 Median 34,0000 44,0000 25,0000 12,0000 31,0000 Mode 33,00 42,00 26,00 13,00 32,00 Std. Deviation 3,28026 4,22289 2,78467 1,94599 4,95730 Skewness ,216 ,201 ,122 ,239 ,056 Std. Error of Skewness ,066 ,066 ,066 ,066 ,066 Kurtosis 1,474 ,153 -,351 ,181 ,036 Std. Error of Kurtosis ,132 ,132 ,132 ,132 ,132 Minimum 22,00 29,00 18,00 6,00 19,00 Maximum 40,00 54,00 30,00 15,00 45,00 Sum 46228,00 60037,00 33752,00 16378,00 42803,00
16
Hasil Uji Pertanyaan Penelitian 1
Uji pertanyaan penelitian 1 diestimasi menggunakan ordinary least sqaures (OLS).
Setelah semua asumsi klasik pada model regresi dipenuhi, data diregres secara
keseluruhan (multivariate), kemudian diperoleh hasil regresi sebagaimana
ditampilkan pada tabel 12. Berdasarkan tabel 12 model summary besarnya adjusted
R2 adalah 0.631, hal ini berarti 63.1% pendidikan karakter dapat dijelaskan oleh
nilai-nilai pendidikan karakter. Sisanya (100% - 63.1% = 39,9%) dijelaskan oleh
sebab-sebab lain diluar model. Untuk koefisien regresi dan nilai t dari masing-
masing variabel independen yang terdapat pada model secara keseluruhan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 12.
Hasil Uji Pertanyaan 1
Model Summaryb
Change Statistics Model
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,366a ,653 ,631 4,95398 ,634 42,140 5 1365 ,000
a. Predictors: (Constant), NKHTAlam, NKHTLingkungan, NKHDSendiri, NKHTuhan, NKHTSesama b. Dependent Variable: PendKarakter
ANOVAb
Model
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Regression 5171,020 5 1034,204 42,140 ,000a
Residual 33499,729 1365 24,542
1
Total 38670,750 1370
a. Predictors: (Constant), NKHTAlam, NKHTLingkungan, NKHDSendiri, NKHTuhan, NKHTSesama b. Dependent Variable: PendKarakter
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 26,119 1,771 14,748 ,000
NKHTuhan ,184 ,047 ,114 3,956 ,000
NKHDSendiri ,109 ,038 ,087 2,869 ,004
NKHTSesama ,195 ,063 ,102 3,093 ,002
NKHTLingkungan ,415 ,075 ,152 5,503 ,000
1
NKHTAlam ,074 ,035 ,069 2,116 ,035
a. Dependent Variable: PendKarakter
1. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan
Tuhan adalah sebesar .114 dan nilai t sebesar 3.956 (sig=0.000). Hasil ini
menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
17
terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1 %.
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya
dengan Tuhan berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan
karakter.
2. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan diri
sendiri adalah sebesar .087 dan nilai t sebesar 2.869 (sig=0.004). Hasil ini
menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan diri
sendiri terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1
%. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya
dengan diri sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan
karakter.
3. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan
sesama adalah sebesar .102 dan nilai t sebesar 3.093 (sig=0.002). Hasil ini
menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1 %.
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya
dengan sesama berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan
karakter.
4. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan
lingkungan adalah sebesar .152 dan nilai t sebesar 5.503 (sig=0.000). Hasil ini
menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan
lingkungan terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada
α = 1 %. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam
hubungannya dengan lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip
pendidikan karakter.
5. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan alam
adalah sebesar .069 dan nilai t sebesar 2.116 (sig=0.035). Hasil ini menunjukkan
bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan alam terhadap
pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1 %. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya dengan alam
berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan karakter.
Dari hasil pengolahan data di atas, berikut ditampilkan gambar 4 yang
menampilkan hasil pengujian secara keseluruhan data ke dalam model penelitian.
Hasil Uji Pertanyaan Penelitian 2
Pertanyaan penelitian dua diuji dengan pendekatan uji beda (uji t satu sampel). Uji t
satu sampel bebas digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok kasus.
Agar hasil penelitiannya baik, subyek yang diteliti harus dipilih secara random untuk
kedua kelompok yang dibandingkan.
18
Sig. 0,000
Sig. 0,004
Sig. 0,002
F = 42,140
Sig. 0,000 Adjusted
R2 = 0,631
Sig. 0,035
Gambar 4. Hasil Pengujian Pertanyaan 1
Kesiapan Sekolah SMA
Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji t terhadap sarana
prasarana sekolah SMA dapat disimpulkan bahwa semua sekolah SMA siap
melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05.
Tabel 13
Hasil Uji Kesiapan Sarana Prasarana SMA
One-Sample Test
Test Value = 40
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
SMA2 702,813 24 ,000 38,92000 39,0343 38,8057 SMA3 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMA6 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMA7 974,000 24 ,000 38,96000 39,0426 38,8774 SMA8 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMA9 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMA10 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMA11 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMA12 394,368 24 ,000 38,64000 38,8422 38,4378 SMA14 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMA15 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMA17 386,000 24 ,000 38,60000 38,8064 38,3936 SMABUDIMURNI1 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMABUDISATRIA 384,000 24 ,000 38,40000 38,6064 38,1936 SMADHARMASAKTI 406,221 24 ,000 38,68000 38,8765 38,4835 SMADWIWARNA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAERIA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAHARAPAN1 379,375 24 ,000 38,44000 38,6491 38,2309 SMAINDMEMBANGUN 974,000 24 ,000 38,96000 39,0426 38,8774 SMAKESATRIA 384,000 24 ,000 38,40000 38,6064 38,1936
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Tuhan
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Diri Sendiri
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Sesama
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Lingkungan
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Alam
PENDIDIKAN
KARAKTER
19
Sedangkan hasil uji t terhadap kesiapan kurikulum sekolah SMA dapat
disimpulkan bahwa semua kurikulum sekolah SMA siap melaksanakan pendidikan
berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan
dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 14 berikut menampilkan
hasil uji t untuk kesiapan kurikulum SMA.
Tabel 14
Hasil Uji Kesiapan Kurikulum SMA
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
SMA2 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA3 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA6 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA7 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA8 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA9 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA10 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA11 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA12 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA14 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA15 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA17 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMABUDIMURNI1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMABUDISATRIA 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMADHARMASAKTI 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMADWIWARNA 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAERIA 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAHARAPAN1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAINDMEMBANGUN 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMAKESATRIA 11,000 5 ,000 1,83333 1,4049 2,2618 SMAMARIANA 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SMAMETHODIST7 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SMABUDAYA 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SMABUDILUHUR 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMAIRA 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SMAKARTIKA1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAKEBANGSAAN 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAMHDYH 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMANASRANI3 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMANURANI 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951
SMAMARIANA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAMETHODIST7 380,559 24 ,000 38,56000 38,7691 38,3509 SMAADVENT2 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMABUDAYA 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMABUDILUHUR 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMAIRA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAKARTIKA1 422,470 24 ,000 38,72000 38,9092 38,5308 SMAKEBANGSAAN 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMAMHDYH 406,221 24 ,000 38,68000 38,8765 38,4835 SMANASRANI3 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMANURANI 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAPARULIAN1 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMAPNASIONAL 380,559 24 ,000 38,56000 38,7691 38,3509 SMAPNGULTOM 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMAPPBUDI 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMASTTHOMAS1 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMASTTHOMAS3 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMASTNOLOAN 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMATMNSISWA2 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMATELADAN 394,368 24 ,000 38,64000 38,8422 38,4378
20
SMAPARULIAN1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAPNASIONAL 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAPNGULTOM 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAPPBUDI 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMASTTHOMAS1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMASTTHOMAS3 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMASTNOLOAN 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMATMNSISWA2 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMATELADAN 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951
Untuk hasil uji t terhadap kesiapan SDM sekolah SMA dapat disimpulkan
bahwa semua SDM sekolah SMA siap melaksanakan pendidikan berbasis karakter.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan dimana tingkat
signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 15 berikut menampilkan hasil uji t untuk
kesiapan SDM SMA.
Kesiapan Sekolah SMP
Berdasarkan tabel 5.18. diketahui bahwa berdasarkan hasil uji t terhadap sarana
prasarana sekolah SMP dapat disimpulkan bahwa semua sekolah SMP siap
melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05.
Tabel 15
Hasil Uji Kesiapan SDM SMA One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Lower Upper
SMA2 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA3 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMA6 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SMA7 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA8 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMA9 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA10 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA11 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA12 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA14 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA15 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA17 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMABUDIMURNI1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMABUDISATRIA 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMADHARMASAKTI 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMADWIWARNA 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAERIA 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAHARAPAN1 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAINDMEMBANGUN 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAKESATRIA 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SMAMARIANA 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAMETHODIST7 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAADVENT2 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMABUDAYA 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMABUDILUHUR 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMAIRA 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAKARTIKA1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAKEBANGSAAN 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAMHDYH 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMANASRANI3 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMANURANI 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAPARULIAN1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553
21
SMAPNASIONAL 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAPNGULTOM 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAPPBUDI 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMASTTHOMAS1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMASTTHOMAS3 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMASTNOLOAN 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMATMNSISWA2 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMATELADAN 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801
Tabel 16
Hasil Uji Kesiapan Sarana Prasarana Sekolah SMP
One-Sample Test
Test Value = 17
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Lower Upper
SMPN13 159,625 24 ,000 15,64000 15,8422 15,4378 SMPN3 164,673 24 ,000 15,68000 15,8765 15,4835 SMPN8 193,510 24 ,000 15,80000 15,9685 15,6315 SMPN38 159,625 24 ,000 15,64000 15,8422 15,4378 SMPN12 180,780 24 ,000 15,76000 15,9399 15,5801 SMPN22 193,510 24 ,000 15,80000 15,9685 15,6315 SMPN27 156,000 24 ,000 15,60000 15,8064 15,3936 SMPN35 153,566 24 ,000 15,56000 15,7691 15,3509 SMPN37 154,000 24 ,000 15,40000 15,6064 15,1936 SMPN36 164,673 24 ,000 15,68000 15,8765 15,4835 SMPN9 211,671 24 ,000 15,84000 15,9944 15,6856 SMPN7 156,767 24 ,000 15,36000 15,5622 15,1578 SMPN17 151,794 24 ,000 15,48000 15,6905 15,2695 SMPN28 152,186 24 ,000 15,52000 15,7305 15,3095 SMPN29 164,673 24 ,000 15,68000 15,8765 15,4835 SMPN2 153,566 24 ,000 15,56000 15,7691 15,3509 SMPN18 159,625 24 ,000 15,64000 15,8422 15,4378
Sedangkan hasil uji t terhadap kesiapan kurikulum sekolah SMP dapat
disimpulkan bahwa semua kurikulum sekolah SMP siap melaksanakan pendidikan
berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan
dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 17. berikut menampilkan
hasil uji t untuk kesiapan kurikulum SMP.
Tabel 17
Hasil Uji Kesiapan Kurikulum SMP
One-Sample Test
Test Value = 17
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
SMPN13 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN3 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN8 72,732 5 ,000 15,33333 15,8753 14,7914 SMPN38 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN12 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN22 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN27 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN35 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN37 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247
22
SMPN36 95,000 5 ,000 15,83333 16,2618 15,4049 SMPN9 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN7 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN17 72,732 5 ,000 15,33333 15,8753 14,7914 SMPN28 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN29 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN2 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN18 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252
Untuk hasil uji t terhadap kesiapan SDM sekolah SMP dapat disimpulkan
bahwa semua SDM sekolah SMP siap melaksanakan pendidikan berbasis karakter.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan dimana tingkat
signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 18 berikut menampilkan hasil uji t untuk
kesiapan SDM SMP.
Tabel 18
Hasil Uji Kesiapan SDM SMP
One-Sample Test
Test Value = 17
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
SMPN13 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN3 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN8 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN38 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN12 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN22 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN27 76,000 4 ,000 15,20000 15,7553 14,6447 SMPN35 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN37 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN36 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN9 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN7 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN17 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN28 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN29 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN2 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN18 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199
Kesiapan Sekolah SD
Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji t terhadap sarana
prasarana sekolah SD dapat disimpulkan bahwa semua sekolah SD siap
melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05.
Tabel 19
Hasil Uji Kesiapan Sarana Prasarana Sekolah SD One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Lower Upper
SDN060877 19,503 24 ,000 1,08000 ,9657 1,1943 SDN060874 16,885 24 ,000 1,12000 ,9831 1,2569 SDN060790 14,697 24 ,000 1,20000 1,0315 1,3685 SDN060798 26,000 24 ,000 1,04000 ,9574 1,1226
23
SDN060809 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060810 14,697 24 ,000 1,20000 1,0315 1,3685 SDN060811 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060813 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060815 13,880 24 ,000 1,36000 1,1578 1,5622 SDN060825 15,501 24 ,000 1,16000 1,0056 1,3144 SDN060855 15,501 24 ,000 1,16000 1,0056 1,3144 SDN060856 14,000 24 ,000 1,40000 1,1936 1,6064 SDN060858 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060878 16,000 24 ,000 1,60000 1,3936 1,8064 SDN060820 13,863 24 ,000 1,32000 1,1235 1,5165 SDN060851 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060852 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060853 15,396 24 ,000 1,56000 1,3509 1,7691 SDN060839 26,000 24 ,000 1,04000 ,9574 1,1226 SDN060840 16,000 24 ,000 1,60000 1,3936 1,8064 SDN060871 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060879 14,212 24 ,000 1,44000 1,2309 1,6491 SDN060812 16,885 24 ,000 1,12000 ,9831 1,2569 SDN060828 15,501 24 ,000 1,16000 1,0056 1,3144 SDN060870 14,697 24 ,000 1,20000 1,0315 1,3685
Sedangkan hasil uji t terhadap kesiapan kurikulum sekolah SD dapat
disimpulkan bahwa semua kurikulum sekolah SD siap melaksanakan pendidikan
berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan
dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 20 berikut menampilkan
hasil uji t untuk kesiapan kurikulum SD.
Tabel 20
Hasil Uji Kesiapan Kurikulum SD One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Lower Upper
SDN060877 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060874 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060790 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060798 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060809 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060810 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SDN060811 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060813 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060815 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060825 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060855 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060856 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060858 11,000 5 ,000 1,83333 1,4049 2,2618 SDN060820 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060851 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060852 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060853 11,000 5 ,000 1,83333 1,4049 2,2618 SDN060839 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060840 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060871 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060879 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060812 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060828 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060870 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086
24
Untuk hasil uji t terhadap kesiapan SDM sekolah SD dapat disimpulkan bahwa
semua SDM sekolah SD siap melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini
dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi
berada dibawah α = 0,05. Tabel 21 berikut menampilkan hasil uji t untuk kesiapan
SDM SD.
Tabel 21
Hasil Uji Kesiapan SDM SD One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Lower Upper
SDN060877 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060874 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060790 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060798 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060809 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060810 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060811 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060813 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060815 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060825 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060855 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060856 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060858 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060820 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060851 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060852 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060853 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060839 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060840 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060871 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060879 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060828 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060870 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801
Dari keseluruhan hasil pengujian sebagaimana yang ditampilkan pada beberapa
tabel di atas tentang kesiapan sarana prasarana sekolah, kurikulum sekolah dan
sumberdaya manusia (SDM) sekolah baik jenjang tingkat sekolah SMA, SMP
maupun SD dapat disimpulkan bahwa sekolah telah siap dalam melaksanakan
pendidikan berbasis karakter.
Hasil Uji Pertanyaan Penelitian 3
Pertanyaan penelitian ke 3 dalam penelitian ini adalah mengetahui model
pengembangan kurikulum yang sesuai dengan pendidikan berbasis karakter di
sekolah-sekolah di Medan. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dan telah di
analisis berkaitan dengan pengembangan model kurikulum sekolah melalui sejumlah
indikator-indikator seperti nilai-nilai pendidikan karakter (karakter dalam
hubungannya terhadap Tuhan, karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri,
karakter dalam hubungannya dengan sesama, karakter dalam hubungannya dengan
lingkungan, karakter dalam hubungannya dengan alam), prinsip-prinsip pendidikan
25
karakter, kesiapan sarana prasarana, kesiapan kurikulum dan kesiapan sumberdaya
manusia dari tenaga pengajar yang ada di sekolah. Maka dapat diusulkan dan
dikembangkan sebuah model kurikulum pendidikan berbasis karakter baik di tingkat
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA) di Medan khususnya dan di Sumatera Utara pada umumnya. Adapun hasil
model pengembangan kurikulum pendidikan berbasis karakter di kota medan
ditampilkan pada gambar 5.
26
Gambar 5.
Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter
.
NILAI-NILAI
YANG
MEMPENGARUHI
PEMEBENTUKAN
KARAKTER
1
Tuhan /Religius
2
Diri
Sendiri
5
Alam
4
Lingku
ngan
3
Sesama
PRINSIP
PENDIDIKAN
KARAKTER DI
SEKOLAH
KESIAPAN
SEKOLAH DALAM
MELAKSANAKAN
PENDIDIKAN
KARAKTER
1
Sarana
Prasarana
2
Kuriku
lum
Sendiri
3
SDM
Prinsip
Etika
Komit
men
Moral
Nilai
Etika
Motivasi
Intrinsik
Kepedul
ian
Pimpinan
Guru
Staf Keterlibatan
Keluar
ga
Perenca
naan
Program
Evaluasi
Program
27
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan sekolah berbasis karakteris di
Sumatera Utara dengan mengambil studi kasus di sekolah-sekolah di Medan. Adapun
tingkat sekolah yang dijadikan objek penelitian adalah Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA). Adapun
pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan. Ketiga
pertanyaan tersebut adalah: (1) Apakah nilai-nilai pendidikan berbasis karakter
berpengaruh terhadap pendidikan karakter? (2) Seberapa siapkah sekolah
melaksanakan pendidikan berbasis karakter? (3) Model kurikulum yang
bagaimanakah yang sesuai dengan pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah
di Medan?.
Berdasarkan hasil pengujian pertanyaan penelitian, simpulan yang dapat
ditarik dari masing-masing pengujian pertanyaan tersebut seperti berikut. Pertama,
nilai karakter dalam hubungannya terhadap Tuhan berpengaruh secara signifikan
terhadap pendidikan karakter. Kedua, nilai karakter dalam hubungannya terhadap diri
sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap pendidikan karakter. Ketiga, nilai
karakter dalam hubungannya terhadap sesama berpengaruh secara signifikan
terhadap pendidikan karakter. Keempat, nilai karakter dalam hubungannya terhadap
lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap pendidikan karakter. Kelima,
nilai karakter dalam hubungannya terhadap alam berpengaruh secara signifikan
terhadap pendidikan karakter. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan
karakter siswa seperti nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai
karakter dalam hubungannya dengan Diri Sendiri, nilai karakter dalam hubungannya
dengan Sesama, nilai karakter dalam hubungannya dengan Lingkungan dan nilai
karakter dalam hubungannya dengan Alam menjadi faktor penting yang dapat
meningkatkan prinsip pendidikan karakter. Dari temuan ini diharapkan para kepala
sekolah yang memimpin sekolah harus meningkatkan kepeduliannya terhadap nilai-
nilai karakter dan kurikulum pendidikan berbasis karakter guna menunjang
pencapaian sekolah unggulan berbasis karakter. Temuan ini memberikan kontribusi
penting dimana penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang semakin luas akan
berdampak pada sikap dan perilaku siswa di sekolah, masyarakat maupun lingkungan
dimana ia bergaul.
Kedua, secara keseluruhan, kesiapan sarana prasarana sekolah untuk tingkat
sekolah SD, SMP dan SMA di seluruh kota Medan dinyatakan telah siap dalam
melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Kesiapan ini dapat dilihat dari dominasi
jawaban pada kepala sekolah dan pengamatan peneliti dari indikator-indikator sarana
prasarana yang ada yang sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti.
Walaupun ada beberapa indikator lain yang belum sepenuhnya tersedia untuk
beberapa sekolah seperti ketiadaan ruang sirkulasi dan ketiadaan infokus, tidak
memiliki lahan praktik, lahan untuk prasarana penunjang dan lahan pertamanan.
Akan tetapi ketiadaan sarana dan prasarana dari indikator ini tidak dapat dijadikan
alasan sebagai dasar untuk menolak bahwa sekolah tidak siap dalam menerapkan
pendidikan karakter, karena sarana dan prasarana vital lainnya telah memadai.
Ketiga, Indikator ke dua dari kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter
adalah kesiapan kurikulum sekolah. Salah satu elemen penting dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan agar peserta didik mampu bersaing adalah elemen
28
kurikulum. Melalui perbaikan dan pengembangan kurikulum diharapkan proses
pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif serta relevan
dengan arah pembangunan di Indonesia. Kurikulum merupakan rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan mengenai
kesiapan kurikulum Sekolah SD, SMP dan SMA tentang efektifitas pelaksanaan
pendidikan berbasis karakter, diketahui bahwa kurikulum yang dikembangkan di
sekolah dasar di kota Medan saat ini telah memiliki kandungan nilai-nilai pendidikan
karakter sekalipun indikator kurikulum pendidikan karakter untuk tingkat SD
berbeda dengan tingkat SMP dan SMA. Indikator yang digunakan untuk pendidikan
karakter pada tingkat sekolah tersebut telah disesuaikan dengan kondisi sekolah
dasar yang ada. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara
umum muatan kurikulum di sekolah-sekolah di Medan telah memuat nilai-nilai
pendidikan berbasis karakter Dari kesimpulan ini kita dapat mengatakan bahwa
sekalipun sekolah tidak menyatakan bahwa mereka melaksanakan pendidikan
karakter, namun muatau kurikulum mereka pada dasarnya telah mencerminkan nilai-
nilai pendidikan berbasis karakter.
Keempat, mengenai kesiapan sumberdaya manusia guru-guru sekolah dasar
negeri (SDN) dalam menunjang kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter diketahui
bahwa sumberdaya manusia dari guru-guru SDN saat ini diseluruh kota Medan yang
menjadi bagian dari sampel penelitian lebih banyak di dominasi tingkat pendidikan
SPG (sekolah pendidikan guru). Hanya 32 persen dari guru-guru SDN sekarang yang
memiliki pendidikan tingkat sarjana atau setara dengan akta IV. Sedangkan kesiapan
sumberdaya manusia guru-guru sekolah menengah pertama (SMPN) dalam
menunjang kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter diketahui bahwa sumberdaya
manusia dari guru-guru SMPN saat ini diseluruh kota Medan lebih banyak di
dominasi tingkat pendidikan sarjana yang dalam hal ini sarjana pendidikan (S.Pd).
Namun, sudah banyak juga guru-guru SMPN yang melanjudkan pendidikannya ke
jenjang strata-2 (S-2) dimana rata-rata guru-guru yang mengambil jenjang
pendidikan strata-2 ini lebih banyak di dominasi oleh pejabat kepala sekolah atau
pembantu kepala sekolah, maka sudah sewajarnya menjadi kewajiban sekolah atau
pemerintah daerah untuk membenahi/meningkatkan tingkat pendidikan guru-guru
tersebut. Untuk kesiapan sumberdaya manusia guru-guru sekolah menengah atas
(SMA) dalam menunjang kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter diketahui bahwa
sumberdaya manusia dari guru-guru SMA saat ini diseluruh kota Medan lebih
banyak di dominasi tingkat pendidikan Sarjana (S.1), hanya beberapa orang guru saja
dalam satu sekolah yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan strata 2
dan sudah menyelesaikan pendidikan tersebut. Sama halnya dengan temuan di
tingkat SDN dan SMPN, diketahui bahwa guru-guru SMA yang sudah berusia lanjut
saat ini yang justru lebih mampu mengayomi dan mengembangkan potensi diri anak
dan juga mampu mendidik anak siswa lebih mengenal tentang etika dan nilai-nilai
karakter yang ada pada dirinya dibandingkan dengan guru-guru baru yang masih
berusia muda yang nota bene jenjang pendidikannya lebih tinggi. Guru-guru muda
yang ada di SMA saat ini lebih banyak mengedepankan sikap individualis dan lebih
mementikan diri sendiri. Faktor ini ditengarai disebabkan oleh perkembangan
29
teknologi informasi yang semakin maju. Sehingga sikap untuk berbagi dan sikap
toleransi sudah mulai pudar.
Saran
Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk kepentingan
dunia pendidikan. Beberapa saran tesebut antara lain: (1) Perlu di buat Perda Baru
tentang implementasi pendidikan berbasis karakter di Sekolah-sekolah di kota
Medan, (2) Pemda (Bupati/Walikota/Kadis Pendidikan) harus mendukung upaya
merumuskan kembali kurikulum yang ada sesuai dengan muatan bahan ajar yang
berorientasi pada nilai-nilai pendidikan karakter, (3) Sekolah harus membuat,
melasakanakan, mengkaji dan mengevaluasi pengembangan kurikulum pendidikan
berbasis karakter, (4) Sekolah harus mampu mengembangkan kurikulum ekstra
kokurikuler yang mengarahkan siswa memperdalam nilai-nilai karakter yang ada
pada dirinya, (5) Membuat perlombaan tentang kegiatan pendidikan berbasis
karakter melalui game (permainan) dalam bentuk kerjasama tim untuk merangsa
sikap kerjasama dalam diri anak didik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Benninga, J, Berkowitz, M, Kuehn, P., & Smith, K. (2006). Character and
Academics: What Good Schools Do. Phi Delta Kappan, 87 (6), 448-459.
Berkowitz.M. (2004).Research Based Character Education. American Academy of
Political and Social Science Journal, 59 (1), 72- 97
Bernice, L, 2007. Historical Perspective on Character Education. The Journal of
Education, 18 (7), 3 -15
Bruce M.W, Philip H.P. & Kerstin, H., 2007. Does Active Learning Enhance Learner
Outcomes? Evidence from Discussion Participation in Online Classes.
Journal of Political Science Education, 3, 131–142,
Davis, M., 2003. What’s Wrong with Character Education? American Journal of
Education, 11.0 3.2-57. (Diambil May 1, 2009). www.goodcharacter.
com/Article_4.html
Dwiningrum, Siti Irene A, 2010, Pendekatan Holistik dan Kontekstual Dalam
Mengatasi Krisis Karakter di Indonesia, Cakrawala Pendidikan, Mei
Gage, N.K & Berliner, D.C., 1988. Educational Psychology, Boston: Houghton-
Mifllin.
Gillies, R., 2006. Teacher and student verbal behaviours during cooperative and
small - group learning. British Journal of Educational Psychology ,76,
271-287.
Hamalik, O., 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Bumi Aksara
Hendrojuwono, W., 2008. Menciptakan Trasformasional dalamMembangun Karakter
Bangsa. Makalah Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Perkembangan –
Bandung.
Johnson, E. B., 2002. Contextual teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar MengajarMengasyikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning
Center
Johnson & Johnson, 2001. Impact of Group Processing on Achievment in
Cooperative Group. The Journal of Social Psychology, 130, 507-516
Jones. H.J., David B. E & Joyce, M. A., 2008. Friends, Classmates, and Selfregulated
learning: discussions with peers inside and outside the classroom.
Metacognition Learning journal ,3, 1-15.
JoeI, Klein , Resiliensi and Character Development Part II, october 2009, Office of
school and Youth Development NYE of Departement of Education.
Kartina, Tien. 2011. Pendidikan Karakter. Yahoo.com
Kebijakan Nasional, Pembangunan karakter Bangsa, tahun 2010-2025.
Kompas, 2009. Pendidikan membangun Karakter Bangsa, Edisi 7 Mei 2009
Koesoma, Dony, 2004. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo
Lehr, D, Lauren K & Clinton L.R., 2007. Character Education and Student With
Disabilities. The Journal Of Education, 187, 3-15
Lickona, T., 1997. The Teacher’s role in character education. Journal of Education.
179, 18-30
31
Lickona, Thomas (1991), Educating for Character : How Our School Can Do Teach
Respect and Responsibility; Brantam Book, New York
---------------------- (1999). Eleven Principles of Effective Character , Scholastic
Early Childhood To day, November/December 1998, 13.1, PreQuest
Education Journals
Megawangi, R, Dona, R, Yulisinta F & Wahyu, F., 2007. Pendidikan yang Patut dan
Menyenangkan. Cimanggis; Indonesia Heritage Foundation.
Megawangi Ratna, 2010. Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter di PAUD.
Makalah disajikan dalam seminar tentang PAUD. Bogor.
Megawangi, R, Latifah, M & Dina, F., 2005. Pendidikan Holistik.Cimanggis:
Indonesia Heritage Foundation.
Mudjiman, H., 2008. Belajar Mandiri. Cetakan 2 Surakarta. LPP UNS.
Muis, S. 2004. Pendidikan Partisipatif, Yogyakarta, Safria Insani Pers.
Musfiroh, T., Kuswarwanti., Sarjiwo., & Puspitorini, 2005. Cerita Untuk
Perkembangan Anak. Yogyakarta: Navala
Ormrod, J.E., 2003. Educational Psychology. Developing Learners (fourth edition).
New Jersey: Pearson Education inc.
Peter, H., 2000. Active Learning. Handbook for Farmacy Educators. by The
Haworth Press, Inc..
Pemerintah RI, 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter , Kementrian Pendidikan
Nasional 2010.
Pugach, C. M., 2006. Because Teaching Matters, Jhon Willey & Son River street.
Hoboken
Raka, Gede, 2006.Guru Tranformasional dalam Pembangunan Karakter dan
Pembangunan Bangsa, Makalah, Orasi Dosen Berpretasi Tingkat Poltekes
dan Tingkat Nasional, Jakarta: 10 Nopember 2006.
----------- (2006), Pendidikan Untuk Kehidupan Bermakna. Makalah, Orasi Ilmiah
pada Hari Wisuda Universitas Kristen Maranatha Bandung, 25 Maret 2006
--------- (2007), Pendidikan Membangun Karakter, Makalah, Orasi Perguruan
Taman Siswa, Bandung 10 Februari 2007
Ratih Megawati (2005), Pendidikan Karakter :Sebuah Agenda Perbaikan Moral
Bangsa. EDUKASI : Jakarta, September 2005
Raksa, Teguh Yoga, 2009. Arti Kejujuran,Wisdom from Expert, Rabu, 1 Juli 2009
Republika, 2008. Mencari Pola Pendidikan Ideal. Edisi 15 September 2008
Santrock, J.W., 2004, Educational Psychology. Boston. University of Dallas
Saphiro, L.E., 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta:
gramedia.
Slavin, R., 1991. Synthesis of Research on Cooperative Learning. Educational
Leadership, (2), 71-82
Slavin, R. 2000. Educational Psychology: Theory into Practice. Prentice Hall:
Ennelwood.
Suryati, A. 2009. Implementasi Pendidikan Kontekstual untuk meningkatkan
Kemampuan Kreativitas Siswa. Journal Pendidikan dan Budaya.
Http://educare-e.fkipunia (diambil 15 April 2009)
Susilo, J., 2007. Pembodohan Siswa Secara Sistematis. Yogyakarta. Pinus Publisher.
32
Sukandi, U., Karim S., Belen S., Maskur, 2001. Belajar aktif dan Terpadu: Apa,
Mengapa dan Bagaimana. Jakarta. The British Council Prima Centra
Indonesia.
Trigwell, K, 2005,. Teaching–research relations,cross-disciplinary collegiality and
student learning. Higher Education Journal 49 : 235–254.
Widiantri Efri, 2007. Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok,
Penyimpangan Seks pada Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman
Keras/Narkoba. Universitas Padjajaran.
Whidaryanto, Pranowo, W., Setiyaningsih & Nugraha, YFS, 2003. Student Active
Learning. Jogjakarta: FKIP .Universitas Sanata Dharma.
Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M, 1990. Student differences in self regulated
learning: Relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use.
Journal of Educational Psychology, 82, 51-59.
33
34
35