estimasi kebutuhan hutan kota yang optimal …digilib.unila.ac.id/33834/3/skripsi tanpa bab...

52
ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL BERDASARKAN KEMAMPUAN PENYERAPAN EMISI KARBON DI KOTA METRO (Skripsi) Oleh DIYAH AYU RATNA NINGSIH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 19-May-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL

BERDASARKAN KEMAMPUAN PENYERAPAN EMISI KARBON DI

KOTA METRO

(Skripsi)

Oleh

DIYAH AYU RATNA NINGSIH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

ABSTRAK

ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMALBERDASARKAN KEMAMPUAN PENYERAPAN EMISI KARBON DI

KOTA METRO

Oleh

Diyah Ayu Ratna Ningsih

Hutan kota sebagai bentuk dari ruang terbuka hijau publik dinilai perlu ada pada

suatu kota. Hutan kota diperlukan sebagai penyeimbang aktivitas dari

pembangunan kota. Fungsi lainnya adalah membentuk iklim mikro dan menyerap

karbon. Dibandingkan dengan daerah lainnya, di perkotaan memproduksi karbon

lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk dan

penggunaan bahan bakar. Penyerapan karbon dapat dihitung dengan mengukur

biomassa dari vegetasi di hutan kota. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

luas hutan kota yang optimal dan jumlah karbon yang diserap oleh Hutan Kota

Metro. Penelitian dilakukan pada Februari-Mei 2018 di Hutan Kota Metro yang

terbagi atas enam lokasi hutan. Pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan plot persegi sesuai dengan fase pertumbuhan pohon. Perhitungan

biomassa dihitung menggunakan rumus Chave dkk. (2005) yaitu Y = 0,0509 x ρ x

DBH2 x T. Jumlah karbon tersimpan diperoleh dengan mengkonversikan 0,46

Page 3: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

Diyah Ayu Ratna Ningsihdari total biomassa, sedangkan karbon terserap adalah 3,67 dari karbon tersimpan.

Luas hutan kota yang ideal didapat berdasarkan metode Gerafkis yaitu jumlah

produksi emisi CO2 hasil resprasi dan penggunaan bahan bakar dibagi dengan

kemampuan penyerapan CO2 oleh Hutan Kota Metro. Luas hutan kota yang

optimal untuk ada di Kota Metro berdasarkan penyerapan CO2 yang berasal dari

respirasi manusia dan konsumsi BBM tahun 2017 yaitu 224,62 ha. Hutan Kota

Metro mampu menyerap CO2 sebesar 296,59 ton/ha. Hutan kota yang paling

banyak menyerap CO2 terdapat di Hutan Kota Tersarigaga yaitu sebesar 188,66

ton/tahun.

Kata kunci : biomassa, hutan kota, karbon, penyerapan emisi, produksi karbon

Page 4: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

ABSTRACT

OPTIMAL ESTIMATION OF URBAN FOREST AREA BASED ON THEABILITY TO ABSORB CARBON EMISSIONS IN METRO CITY

By

Diyah Ayu Ratna Ningsih

Urban forests as a form of public green open space are considered necessary in a

city. Urban forests are needed to balance the activities of urban development.

Another function was to form a microclimate and absorb carbon. Compared to

other regions, in urban areas it produces higher carbon. One of the reasons was

population and fuel use. Carbon absorption is calculated by the biomass of

vegetation in urban forests. The aim of this research was to find out the optimal

area of urban forest and the amount of carbon absorbed by Metro Urban Forest.

The research was conducted on February to May 2018 in Metro Urban Forest

which was divided into six forest locations. The data collection was carried out

by using a square plot according to the tree growth phase. The calculation of

biomass was calculated by using the formulation of Chave et al., (2005) namely Y

= 0,0509 x ρ x DBH2 x T. The amount of stored carbon was obtained by

converting 0.46 of the total of biomass, while the absorbed carbon was 3.67 of the

amount of stored carbon. The ideal area of an urban forest was obtained

Page 5: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

Diyah Ayu Ratna Ningsihaccording to Gerakis method namely the production amount of CO2 emission

from respiration and the use of fuel divided by the ability to absorb CO2 by Metro

Urban Forest. The optimal area of urban forest in Metro City based on the

absorption of CO2 derived from human respiration and fuel consumption in 2017

was 198,5 ha. Metro Urban Forest is able to absorb the amount of CO2 of 335,51

ton/ha. Tersarigaga Urban Forest absorbs the highest of CO2 which is 118,06

ton/year.

Key words : biomass, carbon, carbon production, emission absorption, urbanforest

Page 6: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMALBERDASARKAN KEMAMPUAN PENYERAPAN EMISI KARBON DI

KOTA METRO

Oleh

DIYAH AYU RATNA NINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 7: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk
Page 8: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk
Page 9: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalirejo pada tanggal 27 Maret

1996. Anak pertama dari Bapak Sarjono dan Ibu Nenti.

Penulis menamatkan pendidikan di Taman Kanak-Kanak

(TK) Pertiwi Bangunrejo pada tahun 2002, Sekolah

Dasar (SD) Negeri 6 Metro Selatan pada tahun 2008,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Metro

tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Kota Metro tahun

2014. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN) pada tahun 2014.

Penulis selama menjalankan masa kuliah pernah menjadi asisten dosen pada mata

kuliah Silvikultur Hutan, Statistika Kehutanan, Perencanaan Kehutanan, dan

Pengelolaan Jasa Lingkungan. Penulis juga aktif dalam organisasi

kemahasiswaan yaitu menjadi Anggota Utama Himpunan Mahasiswa Kehutanan

(Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Staf Pemberdayaan

Wanita Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung periode

2016/2017.

Page 10: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada Januari 2017 di Desa

Dono Arum, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah. Juli 2017

penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di KPH Pekalongan Barat Divisi

Regional Jawa Tengah. Selama melaksanakan perkuliahan penulis pernah

menjadi staff lapang dalam kegiatan penyusunan rencana induk Pengembangan

dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dan pemetaan sosial di sekitar PT.

Natarang Mining di Provinsi Lampung. Penulis juga mengikuti kegiatan magang

mahasiswa bakti rimbawan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

selama dua bulan di KPH VI Way Terusan.

Page 11: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

Kupersembahkan ini untuk kedua orang tuaku Bapak Sarjono dan Ibu Nenti, adik,sahabat, serta teman-teman yang selalu memberikan dukungan. Semoga mereka

selalu dalam perlindungan dan diberkahi oleh Allah SWT.

Page 12: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

ii

SANWACANA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia, dan

ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul

“Estimasi Kebutuhan Hutan Kota yang Optimal Berdasarkan Kemampuan

Penyerapan Emisi Karbon di Kota Metro” merupakan salah satu syarat untuk

dapat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung

dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku dosen pembimbing utama yang

telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

3. Bapak Dr. Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas saran

dan bimbingannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku penguji yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 13: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

ii

5. Pengelola Hutan Kota Metro dan pegawai di SPBU 24.341.09 PT. Nissa Intan

Cemerlang Kota Metro yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku pembimbing akademik atas saran

dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas

Lampung.

8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh

perkuliahan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

9. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sarjono dan Ibu Nenti, terimakasih

karena selalu memberikan dukungan, doa, dan motivasi.

10. Sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kebaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis

Diyah Ayu Ratna Ningsih

Page 14: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ..................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 11.1 Latar Belakang .............................................................................. 11.2 Tujuan .......................................................................................... 31.3 Kerangka Pemikiran...................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 72.1 Karbon........................................................................................... 7

2.1.1 Definisi Karbon.................................................................... 72.1.2 Penyerapan Karbon.............................................................. 82.1.3 Emisi Karbon ....................................................................... 92.1.4 Pemanasan Global................................................................ 10

2.2 Biomassa dan Allometrik .............................................................. 122.2.1 Definisi Biomassa ................................................................ 12

2.3 Pengukuran Diameter Pohon ........................................................ 132.4 Analisis Vegetasi .......................................................................... 152.5 Hutan Kota dan Fungsinya............................................................ 16

2.5.1 Hutan Kota ........................................................................... 162.5.2 Fungsi Hutan Kota ............................................................... 17

2.6 Kebijakan Hutan Kota................................................................... 18

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 203.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 203.2 Bahan dan Alat.............................................................................. 213.3 Jenis Data ...................................................................................... 213.4 Metode .......................................................................................... 22

3.4.1 Pengambilan Sampel Data ................................................... 223.4.2 Membuat Plot Contoh .......................................................... 223.4.3 Mengukur Biomassa ............................................................ 233.4.4 Mengukur Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah.......... 233.4.5 Mengukur Biomassa Kayu Mati .......................................... 24

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 253.5.1 Pengukuran Indeks Nilai Penting......................................... 253.5.2 Pengukuran Biomassa Pohon............................................... 25

Page 15: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

iv

Halaman3.5.3 Perhitungan Tumbuhan Bawah dan Serasah........................ 273.5.4 Jumlah Karbon Tersimpan................................................... 273.5.5 Jumlah CO2 yang Mampu Diserap ...................................... 283.5.6 Pengukuran Luas Ideal Hutan Kota ..................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 304.1 Emisi CO2 dari Respirasi Manusia di Kota Metro........................ 304.2 Luas Hutan Kota Metro ................................................................ 324.3 Kemampuan Menyerap Emisi Karbon Hutan Kota Metro ........... 344.4 Hutan Kota Terminal 16 C............................................................ 354.5 Hutan Kota Tesarigaga ................................................................. 364.6 Hutan Kota Bumi Perkemahan ..................................................... 394.7 Hutan Kota Linara......................................................................... 414.8 Hutan Kota Stadion....................................................................... 434.9 Hutan Kota Islamic Center ........................................................... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 485.1 Simpulan ....................................................................................... 485.2 Saran ............................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 49

LAMPIRAN............................................................................................... 55Gambar 9-12.......................................................................................... 56

Page 16: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Pengukuran diameter pohon ................................................................ 13

2. Jumlah plot pada masing-masing hutan kota ....................................... 22

3. Berat jenis pohon di Hutan Kota Metro ............................................... 26

4. Tahun tanam Hutan Kota Metro ............................................................... 28

5. Jumlah CO2 hasil respirasi penduduk Kota Metro............................... 30

6. Luas hutan kota berdasarkan kemampuan dalam penyerapan CO2 ..... 33

7. Kemampuan hutan kota dalam menyerap emisi karbon ...................... 34

8. Indek nilai penting di Hutan Kota Terminal 16 C ............................... 36

9. Indek Nilai Penting di Hutan Kota Tesarigaga .................................... 38

10. Indek Nilai Penting di Hutan Kota Bumi Perkemahan ........................ 40

11. Indek Nilai Penting di Hutan Kota Linara ........................................... 43

12. Indek Nilai Penting di Hutan Kota Stadion ......................................... 45

13. Indek Nilai Penting di Hutan Kota Islamic Center .............................. 47

Page 17: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1 Diagram alir kerangka pemikiran ........................................................ 6

2 Peta lokasi penelitian di Hutan Kota Metro ......................................... 20

3 Cotoh plot pengambilan sampel........................................................... 23

4 Hutan Kota Tesarigaga......................................................................... 37

5 Hutan Kota Bumi Perkemahan ............................................................ 40

6 Hutan Kota Linara................................................................................ 42

7 Hutan Kota Stadion Tejosari................................................................ 44

8 Hutan Kota Rejomulyo (Islamic Center) ............................................. 46

9 Peta Hutan Kota Terminal 16 C dan plot pengukuran. ........................ 56

10 Peta Hutan Kota Linara dan plot pengukuran. ..................................... 56

11 Pengukuran diameter pohon ................................................................ 57

12 Tegakan mangium di Hutan Islamic Center ........................................ 57

Page 18: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan kota adalah suatu lahan yang berisi vegetasi yang didominasi oleh pohon

yang ada di perkotaan. Lubis dkk. (2013) berpendapat hutan kota dibangun agar

dapat mengurangi pencemaran lingkungan di daerah kota. Vegetasi dalam hutan

kota secara alami dapat menyerap CO2 yang akan disimpan dalam bentuk

senyawa karbon. Keberadaan hutan dalam kota dinilai penting untuk

mengimbangi aktivitas yang ada di sebuah kota.

Kota Metro merupakan suatu kota yang berkembang ditandai dengan

meningkatnya aktivitas manusia. Kota Metro memiliki luas yaitu 6.874 ha

terletak pada 5º6’-5º8’ LS dan 105º17’-105º19’ BT. Menurut Trisnanta dan

Ummah (2016) saat ini Kota Metro telah menjadi pusat konsentrasi penduduk

dengan bermacam aspek kehidupan seperti pemerintahan, ekonomi, sosial, politik,

dan budaya. Berdasarkan data (BPS, 2016) jumlah penduduk di Kota Metro pada

tahun 2013 berjumlah 153.517 jiwa dan meningkat 4.898 jiwa pada tahun 2015

menjadi 158.415 jiwa. Data lainnya yaitu terkait jumlah kendaraan bermotor di

Kota Metro dari 14.056 unit pada tahun 2013 meningkat tiga kali lipat menjadi

44.452 unit pada tahun 2015 (BPS, 2016). Menurut Marligon (2017) Kota Metro

akan mengalami peningkatan mobilitas atau migrasi penduduk dikarenakan

Page 19: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

2lokasinya berada pada persimpangan empat jalur yang menjadi kota transit serta

kota pendidikan unggulan di Provinsi Lampung.

Meningkatnya aktivitas kota yang terjadi akan menambah produksi karbon yang

dikeluarkan di daerah kota. Cara untuk mengatasi masalah ini salah satunya

adalah dengan menjaga dan meningkatkan ruang terbuka hijau yang berupa hutan

kota. Luas hutan kota yang dibangun tidak terlepas dari peraturan dan perundang-

undangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun

2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan menyatakan bahwa luas proporsi ruang terbuka hijau

perkotaan minimal 30% yang terdiri atas 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

ruang terbuka hijau privat. Peraturan terkait penyediaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) di Kota Metro juga tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1

Tahun 2012 Pasal 30 Ayat 4 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro

2011-2031 dimana 20% dari RTH publik harus menyediakan sekurang-kurangnya

650 ha dari luas kota yang ada. Berdasarkan luas RTH publik yang telah

ditetapkan tersebut di dalamnya juga meliputi hutan kota dengan luasan yang

harus disediakan kurang lebih 175 ha atau 2,54% dari luas kota. Berdasarkan data

(BPS, 2016) luasan hutan kota yang telah tersedia hanya 27,2 ha atau 0,39% dari

luas kota yang ada.

Hutan kota yang ada diharapkan dapat membantu dalam proses penyerapan

karbon yang dihasilkan oleh aktivitas perkotaan. Karbon yang dilepasan ke udara

sebagai emisi akan menjadi pencemar sehingga dibutuhkan vegetasi untuk dapat

menyerap dan menyimpan dalam tubuhnya. Menurut Hikmatyar dkk. (2015)

Page 20: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

3pengukuran jumlah karbon tersimpan dalam bentuk total biomassa dari tumbuhan

dapat menggambarkan jumlah karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan.

Karbon yang berasal dari udara dan air sebagai substrat tumbuhan dengan dibantu

cahaya matahari menjadikannya karbohidrat yang disimpan pada seluruh organ

tanaman. Hasil dari fotosintesis kemudian disebarkan ke seluruh bagian

tumbuhan dan akhirnya menjadi biomassa. Pengukuran biomassa akan

memberikan informasi mengenai berapa banyak karbon yang mampu diserap oleh

vegetasi berdasarkan luasan hutan kota yang ada.

1.2 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah.

1. Mengetahui jumlah karbon yang mampu diserap oleh Hutan Kota Metro.

2. Mengetahui luas hutan kota yang ideal yang ada di Kota Metro berdasarkan

kemampuannya dalam menyerap karbon.

1.3 Kerangka Pemikiran

Kota Metro merupakan salah satu kota yang berkembang. Perkembangan ini

terbukti dengan dipilihnya Kota Metro sebagai kota pendidikan dan kota transit

dari empat jalur yang terapit oleh empat kabupaten. Menurut Marligon (2017)

Kota Metro berada pada jalur strategis atas empat jalur yaitu Kota Metro sampai

Tegineneng di Kabupaten Pesawaran, Kota Metro sampai Gunung Sugih di

Kabupaten Lampung Tengah, Kota Metro sampai Natar di Kabupaten Lampung

Selatan, dan Kota Metro sampai Pekalongan di Kabupaten Lampung Timur. Kota

Metro memiliki luas sebesar 6.874 ha dengan jumlah penduduk tahun 2015 yaitu

Page 21: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

4158.415 (BPS, 2016). Menurut Putra (2012) kepadatan penduduk di Kota Metro

masih termasuk ke dalam kelompok sedang dengan tingkat kepadatan 2304

jiwa/km2. Meskipun demikian angka tersebut akan terus bertambah seiring

semakin berkembangnya suatu kota. Data lainnya yang diperoleh dari BPS

(2016) terkait jumlah kendaraan bermotor di Kota Metro dari 14.056 unit pada

tahun 2013 meningkat tiga kali lipat menjadi 44.452 unit pada tahun 2015.

Aktivitas kota yang terus berjalan ini tentunya akan semakin menambah produksi

karbon yang akan terlepas ke udara. Oleh karenanya diperlukan ruang terbuka

hijau seperti hutan kota agar dapat menjadi penyeimbang dalam pembangunan.

Pembangunan hutan kota bertujuan agar dapat menyerap karbon yang dihasilkan

dari aktivitas manusia sebagai penyumbang karbon ke udara.

Peraturan terkait penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Metro juga

tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2012 Pasal 30 Ayat

4 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011-2031 dimana 20% dari

RTH publik harus menyediakan sekurang-kurangnya 650 ha dari luas kota yang

ada. Berdasarkan luas RTH publik yang telah ditetapkan tersebut di dalamnya

juga meliputi hutan kota dengan luasan yang harus disediakan kurang lebih 175 ha

atau 2,54% dari luas kota. Realita yang ada dari peraturan tersebut belum tercapai

karena luas hutan kota yang ada seluas 27,2 ha atau 0,39% dari luas kota.

Pengukuran biomassa yang dilakukan dapat digunakan untuk mengetahui jumlah

karbon yang mampu diserap oleh vegetasi penyusun hutan kota berdasarkan

produksi karbon yang ada di Kota Metro. Produksi karbon yang diukur yaitu

berdasarkan respirasi pernafasan manusia dan perhitungan karbon yang dihasilkan

Page 22: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

5dari pembakaran BBM. Jumlah karbon dari keduanya diperoleh dengan

mengalikan jumlah penduduk pada tahun tertentu dengan koefisien jumlah CO2

dalam ton/tahun untuk respirasi pernafasan. Hasil emisi CO2 dari pembakaran

BBM diperoleh dari volume bahan bakar selama satu tahun yang dikalikan

dengan koefisien emisi selama setahun dalam satuan ton/tahun.

Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah karbon yang mampu

diserap oleh vegetasi berdasarkan luas hutan kota yang ada saat ini. Perhitungan

biomassa pohon dilakukan menggunakan persamaan allometrik dengan data yang

diambil menggunakan plot sesuai tingkat pertumbuhan pohon. Hasil dari

perhitungan biomassa tersebut akan dikalikan dengan konsentrasi karbon (C)

sehingga diperoleh estimasi jumlah karbon yang ada dalam hutan kota.

Konsentrasi C bahan organik yang digunakan adalah 46% (Hairiah dan Rahayu,

2007).

Hasil perbandingan produksi karbon dan kemampuan penyerapan karbon akan

dianalisis untuk mengetahui luas hutan kota yang ideal. Hasil tersebut selanjutnya

bisa menjadi bahan pertimbangan dalam pembangunan dan pengembangan Kota

Metro. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 23: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

6

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran.

Luas hutan kota

Menyerap karbon kota

Kebijakan penyediaanhutan kota

Estimasi produksi karbonberdasarkan respirasi

pernafasan manusia danpembakaran BBM di Kota

Metro

Aktivitas kota meningkatPenduduk kota

Kemampuan hutan kotan dalammenyerap karbon

Perhitungan biomassadi atas permukaan

Estimasi jumlah karbonyang diserap oleh hutan kota

Metode Gerafkis danperbandingan unsur C dalam

CO2

Menghitung luas hutan kota ideal berdasarkanproduksi karbon dan kemampuan hutan kota

dalam menyerap karbon

Plot sampel danpersamaan allometrik

Jumlah karbon yangmampu diserap Hutan

Kota Metro

Jumlah produksi karbonKota Metro

Page 24: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbon

2.1.1 Definisi karbon

Agus dkk. (2011) menyatakan bahwa karbon adalah unsur kimia bukan logam

dengan simbol atom C yang banyak terdapat pada bahan organik dan bahan

anorganik tertentu. Unsur ini dalam tabel periodik mempunyai nomor atom 6 dan

berat atom 12 g. Cadangan karbon (carbon stock) merupakan jumlah berat atau

massa karbon yang tersimpan pada suatu ekosistem pada waktu tertentu. Bentuk

karbon yang tersimpan tersebut dapat berupa biomasa tanaman, tanaman yang

mati, dan karbon di dalam tanah.

Komponen cadangan karbon terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Cadangan karbon diatas permukaan tanah. Komponen ini terbagi terbagi atas

tanaman hidup dan mati. Tanaman hidup yaitu pada bagian bagian batang,

cabang, daun, dan tumbuhan bawah sedangkan untuk tanaman mati merupakan

bagian tanaman yang sudah gugur, pohon yang tumbang atau pohon mati yang

masih berdiri, serta arang sisa pembakaran.

2. Cadangan karbon dibawah permukaan tanah. Komponen ini terdiri atas bahan

organik di dalam tanah, organisme lain yang ada disana dan akar tanaman yang

masih hidup ataupun sudah mati.

Page 25: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

83. Cadangan karbon lainnya. Komponen lainnya ini merupakan kegiatan yang

berkaitan dengan vegetasi. Kegiatan yang berkaitan tersebut salah satu

contohnya adalah pemanenan hasil hutan (resin, damar, dan buah-buahan) dan

erosi yang mengakibatkan hilangnya bahan organik tanah.

Unsur karbon terdapat pada bahan organik ataupun bahan anorganik. Unsur

karbon yang sering ditemukan dan erat hubungannnya dengan kehidupan manusia

adalah karbon dioksida CO2. Gas yang tidak berbau dan tidak berwarna dengan

rumus CO2 memiliki berat molekul sebesar 44 g. CO2 terbentuk dari berbagai

proses seperti pembakaran, dekomposisi bahan organik, dan letusan gunung

berapi. Konsentrasi CO2 cenderung meningkat dengan semakin banyaknya

penggunaan bahan bakar minyak dan gas bumi serta emisi dari bahan organik di

permukaan bumi (Agus dkk., 2011).

2.1.2 Penyerapan karbon

Karbon yang terdapat dalam CO2 diserap oleh tanaman melalui proses

fotosintesis. Penyerapan karbon (carbon sequestration) merupakan proses

penyerapan karbon dari atmosfir ke penyimpan karbon tertentu seperti tanah dan

tanaman (Agus dkk., 2011). Karbon yang diserap oleh tanaman akan diolah

menjadi karbohidrat dibantu cahaya matahari pada proses fotosintesis dan

kemudian akan disimpan dalam organ tumbuhan tersebut. Tanaman akan

menyerap CO2 yang akan disimpan dalam bentuk senyawa karbon dan

melepaskan O2 melalui proses fotosintesis sekaligus dapat memberikan manfaat

lain yang dibutuhkan oleh manusia (Aqualdo dkk., 2012; Lubis dkk., 2013).

Page 26: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

9Simpanan karbon hutan dipengaruhi oleh laju degradasi dan deforestrasi.

Menurut Ristiara dkk. (2017) degradasi dan deforestrasi yang terjadi di hutan

akan mempengaruhi serapan CO2. Fungsi hutan dalam penyerapan dan

menyimpan karbon akan menurun apabila degradasi semakin tinggi. Hutan akan

menyerap senyawa karbon dan kemudian akan menyimpannya di dalam tubuh

vegetasi. Komponen vegetasi hutan yang berperan untuk menyimpan karbon

diantaranya adalah pohon, tiang, pancang, tumbuhan bawah dan bahan organik

lainnya.

2.1.3 Emisi karbon

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

Tentang Pengendalian Pencemaran Udara menyatakan bahwa emisi adalah zat,

energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk

dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak

mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Zat atau komponen yang berpotensi

menjadi pencemar akan dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

Akibatnya udara bebas dipermukaan bumi yang dibutuhkan oleh manusia dan

makhluk hidup lainnya tidak layak digunakan.

Emisi sebagai pencemaran udara dihasilkan dari sumber yang bergerak dan

sumber tidak bergerak. Sumber emisi merupakan suatu usaha atau kegiatan yang

dapat menghasilkan emisi. Menurut Tiarani dkk. (2016) emisi yang berasal dari

sumber yang bergerak memiliki pengaruh yang besar. Hal tersebut dikarenakan

jumlah kendaraan bermotor di daerah perkotaan terus bertambah. Contoh sumber

emisi tidak bergerak yaitu pabrik industri dan kebakaran hutan.

Page 27: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

10Sumber pencemaran udara yang lain menurut Zakaria dan Azizah (2013)

disebabkan secara alami dan manusia. Pencemaran secara alami dapat disebabkan

karena adanya aktivitas vulkanik dari gunung berapi atau pembusukan bahan

organik sehingga partikel debunya bercampur dengan udara. Aktivitas manusia

menjadi penyebab paling besar terjadinya pencemaran. Penggunaan bahan kimia,

kegiatan industri, dan pembakaran bahan bakar adalah salah satu contohnya.

Emisi karbon merupakan adanya komponen karbon yang terkandung dalam udara.

Karbon tersebut berasal dari bermacam hal seperti pembakaran bahan bakar

ataupun respirasi manusia. Apabila emisi karbon terus terjadi akan berdampak

terhadap perubahan iklim, pemanasan global, serta terjadinya efek rumah kaca

(Tiarani dkk., 2016).

2.1.4 Pemanasan global

Pemanasan global yang terjadi akibat gas penyebab efek rumah kaca (CO2, CH4

dan N2O) makan panas dari matahari tidak dapat dipantulkan kembali ke

atmosfer. Menurut Putri dkk. (2016) mengatakan bahwa emisi dihasilkan dari

respirasi heterotrof. Respirasi pada autotrof dinilai tidak memiliki pengaruh

terhadap pemanasan global berbeda dengan respirasi heterotrof. Emisi yang

dihasilkan pada tanaman kelapa sawit rizosfer berdasarkan penelitian yang

dilakukan menunjukkkan bahwa pengaruhnya lebih tinggi dibandingakan dengan

non rizosfer.

Pemanasan global merupakan suatu dampak rusaknya lingkungan. Pemanasan

global disebabkan karena semakin bertambahnya efek rumah kaca. Menurut

Wijaya dan Hermana (2013) gas penyebab efek rumah kaca seperti karbon

Page 28: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

11dioksida (CO2), metana (CH4) yang secara alami telah ada di atmosfer, akan tetapi

dikarenakan jumlahnya telah terjadi peningkatan yang pesat dan global maka hal

ini perlu diperhatikan.

Pemanasan global berkaitan erat dengan meningkatnya aktivitas manusia.

Bertambahnya jumlah penduduk otomatis akan meningkatkan aktivitas yang

terjadi. Pemanasan global diartikan dengan meningkatnya suhu rata-rata yang ada

dipermukaan bumi akibat panas yang berasal dari matahari tidak dapat

dikembalikan atau menembus atmosfer bumi akibat adanya gas rumah kaca.

Aktivitas yang dilakukan oleh manusia dinilai berkontribusi terhadap naiknya

suhu bumi. Menurut Lintangrino dan Boedisantoso (2016) aktivitas manusia yang

menghasilkan efek rumah kaca adalah:

a. Aktivitas yang menggunaan bahan bakar sehingga menghasilkan gas CO2.

Contoh dari aktivitas yang menggunakan bahan bakar adalah kendaraan

bermotor, kegiatan industri, rumah tangga, dan kebakaran hutan.

b. Aktivitas yang menghasilkan gas CH4. Aktivitas tersebut diantaranya yaitu

ladang padi dan peternakan, pengangkutan batu bara serta minyak bumi, dan

aktivitas bakteri yang mengurai sampah.

c. Aktivitas penghasil gas N2O. Bentuk aktivitas tersebut salah satunya adalah

penggunaan pupuk nitrogen yang berlebih pada tanaman.

Peningkatan suhu di bumi salah satu penyebabnya adalah jumlah CO2 yang

meningkat Banjarnahor dkk. (2018). Fenomena yang terjadi ini sering disebut

sebagai pemanasan global. Emisi karbon yang bertambah mengakibatkan

temperatur atau suhu meningkat diseluruh bagian bumi termasuk lautan, daratan

Page 29: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

12dan atmosfir. Senyawa karbon akan menghalangi proses penerusan panas yang

datang dari matahari sehingga mamantul kembali ke permukaan bumi. Menurut

Rizki dkk. (2016) sumber penghasil karbon sering ditemui pada kehidupan sehari-

hari, diantaranya yaitu penggunaan LPG (Liquified Petroleum Gas), bensin, dan

listrik.

2.2 Biomassa dan Allometrik

2.2.1 Definisi biomassa

Biomassa merupakan suatu bagian dari vegetasi yang masih hidup terdiri atas

tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim (Hairiah dan

Rahayu, 2007). Menurut Uthbah dkk. (2017) biomassa dapat digunakan untuk

mengetahui kemampuan vegetasi dalam menyerap dan menyimpan karbon.

Karbondioksida merupakan komponen penting dalam proses fotosintesis. Unsur

tersebut akan diserap dan menyusun karbohidrat sebagai hasil fotosintesis dan

disimpan dalam bentuk biomassa. Mengukur besarnya biomassa tegakan dapat

menjadi dasar untuk menentukan jumlah cadangan karbon atau jumlah CO2 yang

diserap dan disimpan oleh tegakan.

Besar ataupun kecilnya diameter suatu batang akan mempengaruhi hasil dari

biomassa yang diukur. Jumlah karbon yang disimpan pada suatu tegakan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu jenis pohon, jenis tanah,

produksi serasah, dan umur pohon. Besar ataupun kecilnya biomassa yang ada

pada suatu tegakan tergantung ukuran diameter pohon. Semakin besar diameter

Page 30: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

13pohon maka biomassa yang tersimpan akan semakin besar dimana diameter ini

juga dipengaruhi oleh umur dari tegakan tersebut Uthbah dkk. (2017).

2.3 Pengukuran Diameter Pohon (DBH)

Diameter pohon adalah ukuran dari batas tepi batang apabila dilakukan panarikan

garis lurus dan melawati sumbu batang. Diameter pohon dapat juga menjadi

informasi terkait pertumbuhan pohon. Hardjana (2013) mengatakan bahwa

mengukur dimensi pohon yang dianggap paling mudah, murah dan mendapatkan

hasil yang akurat adalah pengukuran diameter pohon. Standar pengukuran

diameter pohon yaitu pada ketinggian 1,3 m di atas tanah atau 20 cm dari atas

banir (BSN, 2011; Abdurachman, 2013).

Mengukur diameter pohon memiliki perbedaan tergantung pada kondisi bentuk

fisik pohon dan lokasi tempat tumbuh. Cara pengukuran diameter pohon menurut

BSN (2011) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran diameter pohon

Gambar Keterangan

Pengukuran normal. DBH pohondiukur pada ketinggian 1,3 m daripermukaan tanah.

Page 31: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

14Tabel 1 (lanjutan)

Pohon cabang:Pengukuran diameter batang jika tinggi1,3 m berada di awal percabanganmaka nilai DBH diambil di bagianbawah cabang yang normal. Apabilapohob bercabang dengan ukuran 1,3 mberada di atas cabang maka DBHdiukur pada kedua cabang.

Pohon miring.DBH pohon 1,3 m diukur daripermukaan tanah yang paling dekat.Jika bentuk pohon normal maka diukurdari permukaan tanah yang tertinggi.

Pohon cacat.Pengukuran DBH pada pohon cacat,jika tinggi 1,3 m berada pada bentukbatang yang cacat maka diukur padabatas bagian yang normal dan palingdekat.

Pohon berbanir.Jika pohon memiliki banir maka DBHpohon 1,3 m diukur 20 cm dari bagianatas banir.

Sumber: BSN (2011).

Page 32: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

152.4 Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mengetahui sturktur dan komposisi dari

suatu komunitas pada lokasi tertentu. Analisis vegetasi ini dapat dibedakan

berdasarkan tingkat pertumbuhan yaitu pohon, tiang, semai, dan pancang. Hal

tersebut menurut Munawwaroh (2016) perlu dilakukan karena dapat berguna

dalam pemeliharaan dan pengelolaan hutan. Berdasarkan Peraturan Direktur

Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor 1 (2017) maka

analisis vegetasi dapat dilakukan dengan mengetahui parameter berikut:

A. Kerapatan

Kerapatan (K) merupakan suatu yang dapat menggambarkan jumlah individu dari

spesies dalam petak ukur.

B. Frekuensi

Frekuensi dilambangkan dengan simbol F. Frekuensi pada analisis vegetasi

memberikan gambaran terhadap jumlah penyebaran tempat ditemukannya suatu

jenis pada seluruh petak ukur. Intensitas ditemukan suatu jenis dapat diketahui

dengan menghitung frekuensi.

C. Dominansi

Dominansi (D) dapat memberikan gambaran terkait banyak atau sedikitnya suatu

jenis sehingga diketahui yang paling dominan pada suatu tempat pertumbuhan.

Selain itu, dominansi dapat mengetahui jenis apa yang pertumbuhannya paling

besar.

Page 33: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

16D. Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting (INP) merupakan suatu paramater kuantitatif untuk dapat

mengetahui tingkat penguasaan suatu spesies di dalam komunitas tumbuhan atau

untuk mengetahui vegetasi yang paling dominan (Aprianto dkk., 2016). Menurut

Zulkarnain dkk. (2015) INP dapat memberikan informasi terkait kemampuan

untuk bertahan dari suatu jenis dalam komunitas.

2.5 Hutan Kota dan Fungsinya

2.5.1 Hutan kota

Kawasan Perkotaan merupakan wilayah terjadinya suatu perkembangan yang

pesat. Aktivitas yang berkembang dan telah menjadi ciri khas dari suatu kawasan

perkotaan adalah aktivitas non agraris, seperti industri, pemerintahan,

perdagangan, dan jasa (Novananda dan Setiawan, 2015). Kota merupakan daerah

pemusatan dari berbagai sektor. Jumlah penduduk, kendaraan bermotor serta

industri yang banyak ditemui di daerah perkotaan mengakibatkan daerah ini

memiliki tingkat emisi gas rumah kaca khususnya CO2 yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah pedesaan.

Hutan kota merupakan kumpulan vegetasi yang mempunyai peran penting dalam

suatu ekosistem hal ini merupakan fungsi ekologi dari hutan kota. Hutan kota

selain memiliki fungsi ekologis, fungsi lainnya yaitu estetika, proteksi, dan

manfaat khusus lainnya. Vegetasi penyusun hutan kota merupakan komponen

ekosistem yang yang berfungsi untuk memberikan manfaat terkait perbaikan

kualitas lingkungan. Keberadaa hutan dalam kota yang merupakan pusat dari

Page 34: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

17berbagai aktivitas seperti perdagangan, pemukiman, pendidikan, industri dan

lainnya maka perlu ada pembangunan hutan kota (Formen, 2012).

2.5.2 Fungsi hutan kota

Menurut Imansari dan Khadiyanta (2015) tujuan dari pembangunan hutan kota

adalah sebagai penyangga lingkungan untuk memperbaiki dan menjaga iklim

mikro dan milai estetika kota, penyeimbang antara lingungan fisik kota, daerah

resapan air, serta menjadi tempat perlindungan dan menjaga keanekaragaman

hayati. Struktur hutan kota yang idealnya memiliki luas minimal 2500 m2 terbagi

atas dua macam yaitu hutan kota berstrata dua dan berstrata banyak. Hutan kota

berstrata dua hanya memiliki komunitas pepohonan dan rumput sedangkan hutan

kota berstrata banyak memiliki komunitas tumbuhan selain terdiri dari pepohonan

dan rumput, juga terdiri dari semak dan penutup tanah dengan jarak tanam tidak

beraturan.

Pohon yang ada di hutan kota memiliki fungsi lain yaitu menyerap karbon yang

ada di udara. Oleh karena iKarbon yang terserap akan disipan dalam tubuh

tanaman. Jumlah karbon yang tersimpan tersebut dapat diketahui dengan

mengukur berat keringnya (Lubis dkk., 2013). Menurut Hamdaningsih (2010)

hutan kota berisi komunitas vegetasi yang berguna dalam penyimpan dan

penyerap karbon dan dalam satu hektar hutan dapat menyerap 6,24 ton karbon

setiap tahun.

Pelestarian dan pengembangan hutan kota merupakan salah satu upaya strategis

dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Hal tersebut dikarenakan pohon

Page 35: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

18secara alami dapat menyerap gas CO2 yang disimpan dalam bentuk senyawa

karbon. Sisa dari proses tersebut dikeluarkan dalam bentuk oksigen. Hutan kota

juga memiliki manfaat sebagai wahana konservasi flora dan fauna.

Keberhasilan pengelolaan hutan salah satunya dapat dilihat dari aspek karbon

tersimpan atau cadangan karbon. Hutan memiliki peran penting sebagai

penyimpan karbon. Hutan dengan keanekaragaman spesies yang tinggi dan

seresah yang melimpah merupakan penyimpan karbon yang baik. Perubahan

komposisi dan struktur tegakan hutan berpengaruh pada cadangan karbon.

Pendataan cadangan karbon hutan secara berkala penting dilakukan dalam rangka

penyediaan salah satu indikator untuk menilai kualitas sumberdaya hutan (Idris

dkk., 2013).

2.6 Kebijakan terkait Hutan Kota

Kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan hutan kota diantaranya:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang PenataanRuang

Perencanaan tata ruang wilayah kota terdapa pada paragraf. Menurut pasal 29

proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal adalah 30% dari luas

wilayah kota. Ruang terbuka hijau publik yang harus ada minimal 20% dari luas

wilayah kota.

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 Tentang PedomanPenyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Hutan kota masuk ke dalam bagian dari ruang terbuka hijau (RTH). Hutan kota

merupakan suatu hamparan lahan sebagai tempat tumbuh pohon-pohon di dalam

Page 36: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

19wilayah kota baik pada tanah negara ataupun tanah hak yang ditetapkan sebagai

hutan kota oleh pejabat yang berwenang. RTH merupakan daerah

memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka

sebagai tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alami atau disengaja.

RTH privat merupakan RTH yang dimiliki institusi tertentu atau orang

perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa

gedung atau kebun mili masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. RTH

publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah

kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat umum.

3. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana TataRuang Wilayah Kota Metro 2011-2031.

Proporsi RTH pada kota metro telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Metro

Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011-

203. Luas hutan kota yang harus ada pada Kota Metro juga dijelaskan dalam

peraturan tersebut. Berdasarkan pasal 30 ayat 4 hutan kota sebagai bagian dari

RTH publik harus memiliki luas kurang lebih 175 ha dari luas wilayah kota.

Hutan kota ini terdiri atas Hutan kota Kota Linara yang berada di Kelurahan

Tejoagung, Hutan Kota Stadion yang berada di Kelurahan Tejosari, Hutan Kota

Terminal 16 C di Kelurahan Mulyojati, Hutan Kota Tesarigaga di Kelurahan

Ganjar Agung dan di Kelurahan Ganjar Asri. Keseluruhan luas RTH publik yang

ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 20% dari luas kota yaitu 650 ha.

Sehingga proporsi luas hutan kota yaitu 26,92% dari luas RTH publik yang harus

disediakan.

Page 37: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terdiri atas enam hutan kota seluas 27,2 ha. Hutan kota yang

berada di Kecamatan Timur yaitu Hutan Kota Linara Desa Tejoagung seluas 0,8

ha dan Hutan Kota Stadion Desa Tejosari seluas 7,5 ha. Di Kecamatan Metro

Barat terdapat Hutan Kota Terminal 16 C Desa Mulyojati seluas 0,5 ha dan Hutan

Kota Tesarigaga Desa Ganjarasri dan Ganjaragung 8,4 ha. Dua hutan kota

terakhir adalah Bumi Perkemahan Desa Sumbersari 7 ha dan Islamic Centre Desa

Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan 3 ha. Peta lokasi penelitian yang dilakukan

bulan Februari-Mei 2018 ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Hutan Kota Metro.

Page 38: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

213.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah penduduk Kota

Metro, data penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk transportasi di Kota

Metro, pohon, tiang, pancang, seresah, tumbuhan bawah, dan nekromassa

penyusun hutan kota yang ada dalam plot sampel. Peralatan yang digunakan yaitu

pita ukur (meteran), tali dan kantong plastik, tongkat kayu/bambu sepanjang

1,3 m, spidol, parang, timbangan, oven, kalkulator, alat pengukur tinggi pohon

(christen hypsometer), Global Positioning System (GPS), tally sheet, alat tulis,

dan kamera.

3.3 Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian pada saat

berlangsungnya penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada.

A. Data primer

Data primer dalam penelitian ini berupa tinggi pohon, diameter pohon, berat

basah tumbuhan bawah dan seresah.

B. Data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data jenis pohon, luas

Hutan Kota Metro, jumlah penduduk Kota Metro berguna untuk mengetahui hasil

respirasi dari manusia, jumlah penggunaan BBM untuk transportasi di Kota

Metro, dan study literature yang berkaitan dengan pengukuran karbon di atas

tanah.

Page 39: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

223.4 Metode

3.4.1 Pengambilan sampel data

Data diambil dalam plot sampel berbentuk bujur sangkar berukuran 20m x 20m

(Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2011). Jumlah plot yang digunakan yaitu 34

plot dengan Intensitas Sampling (IS) sebesar 5%. Jumlah plot pada masing-

masing hutan kota dapat dilihat pada Tabel 2.

Perhitungan jumlah plot = (luas hutan kota x IS) /ukuran plot

= (27,2 x 0,05)/ 0,04

= 1,36/0,04

=34 plot

Tabel 2. Jumlah plot pada masing-masing hutan kota

No. Hutan Kota Jumlah plot1 Linara 12 Terminal 16 c 13 Stadion 94 Islamic Center 45 Bumi Perkemahan 96 Tesarigaga 10

3.4.2 Membuat plot contoh

Plot yang digunakan adalah plot berbentuk persegi dengan ukuran berbeda setiap

tingkat pertumbuhan vegetasi. Ukuran plot untuk tiap tingkatan pertumbuhan

vegetasi menurut BSN (2011) dan contohnya terdapat pada Gambar 3 yaitu.

Page 40: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

23

1. 20m x 20m

2. 10m x 10m

3. 5m x 5m

4. 2m x 2m

Gambar 3. Cotoh plot pengambilan sampel.

Keterangan:1. Luasan minimal = 400 m2 (mengukur pohon dan nekromassa)2. Luasan minimal = 100 m2 (mengukur tiang)3. Luasan minimal = 25 m2 (mengukur pancang)4. Luasan minimal = 4 m2 (mengukur semai dan serasah)

3.4.3 Mengukur biomassa pohon

Pengukuran biomassa pohon dilakukan dengan cara tanpa merusak bagian

tanaman (non destructive) menggunakan persamaan allometrik. Persamaan

allometrik memiliki kelebihan yaitu lebih efisien dan efektif untuk digunakan

selain itu tidak melakukan penebangan atau perusakan pada pohon hutan (Lubis

dkk., 2013). Pengukuran dilakukan dengan mencatat nama, diameter batang

setinggi dada/ Diameter at Breast Height (DBH), dan tinggi semua pohon yang

dalam plot pengukuran, kemudian menghitung biomassanya.

3.4.4 Mengukur biomassa tumbuhan bawah dan serasah

Pengambilan biomassa tumbuhan bawah dilakukan dengan merusak bagian

tanaman (destuctive) pada petak contoh berukuran 0,5 m x 0,5 m. Tumbuhan

400m2

100 m2

25 m2

4 m2

Page 41: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

24bawah dan serasah yang ada pada plot sampel diambil kemudian ditimbang berat

basahnya. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan pengeringan dengan suhu 80°C

hingga mencapai berat konstan. Menimbang berat kering konstan tumbuhan

bawah dan serasah yang selanjutnya akan dihitung biomassanya (BSN, 2011).

3.4.5 Mengukur biomassa kayu mati

Pengukuran dilakukan pada plot yang terdapat kayu mati di dalamnya.

Pengukuran ini dimaksudkan agar hasil dari biomassa lahan hutan menjadi lebih

akurat. Mengukur biomassa pohon mati hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu

menghitung volume batang kayu mati. Tahapan yang dilakukan adalah mengukur

diameter pangkal serta ujung kayu mati selanjutnya mengukur panjang

keseluruhan dari kayu mati. Persamaan yang digunakan untuk mengitung volume

kayu mati menggunakan rumus Brereton (BSN, 2011).

Vkm = 0,25π x p

Keterangan:Vkm = Volume kayu mati (m3)dp = Diameter pangkal kayu mati (cm)du = Diameter ujung kayu mati (cm)p = panjang kayu mati (m)π = 22/7 atau 3,14

Perhitungan biomassa dilakukan setelah diperoleh hasil volume kayu mati dengan

persamaan yaitu.

Bkm = Vkm x BJkm

Keterangan:Bkm = Biomassa kayu mati (m3)Vkm = Voume kayu mati (m3)BJkm = Berat jenis kayu mati (kg/m3)

Page 42: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

253.5 Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1 Pengukuran indeks nilai penting

Mengukur INP dalam penelitian ini dapat menunjukkan spesies dominan yang ada

di Hutan Kota Metro. Spesies yang paling dominan dalam suatu komunitas akan

memiliki nilai INP yang tinggi dibandingkan dengan spesies yang lainnya.

Persamaan yang digunakan untuk mengukur INP berdasarkan Peraturan Direktur

Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (2017).

INP = KR + FR + DR

Keterangan:Jumlah individu suatu spesies

Kerapatan (K) = Luas seluruh petak contoh

Kerapatan suatu spesies x 100%Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan seluruh spesies

Jumlah petak ditemukannya suatu spesiesFrekuensi (F) = Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu spesies x 100%Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi seluruh spesies

Luas basal areaDominansi (D) = Luas seluruh petak contoh

Dominansi suatu spesies x 100%Dominansi Relatif (DR) = Dominansi seluruh spesies

3.5.2 Perhitungan biomassa pohon

Perhitungan biomassa pohon diukur menggunakan persamaan allometrik.

Perhitungan dengan permasaan ini data yang digunakan yaitu diameter pohon.

Page 43: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

26Rumus allometrik yang digunakan untuk mengukur biomassa menurut Chave dkk.

(2005).

Y = 0,0509 x ρ x DBH2 x H

Keterangan:Y = Berat Kering (kg/pohon)H = Tinggi Total Tanaman (cm)DBH = Diameter Setinggi Dada (cm)ρ = Berat jenis masing-masing spesies

(Sumber: ICRAF, 2018)

Berat jenis dari masing-masing spesies vegetasi yang ada di Hutan Kota Metro

dapat dilihat pada Tabel 3. Data berat jenis didapat berdasarkan data yang

dimiliki oleh ICRAF. Data diakses melalui web resmi ICRAF terkait atribut

fungsi pohon dan ekologis pada db.worldagroforestry.org.

Tabel 3. Berat jenis pohon di Hutan Kota Metro

No. Nama Lokal Nama IlmiahBerat jenis

g/cm3

1. Sengon laut Falcataria moluccana 0,31062. Akasia Acacia auriculiformis 0,5813. Mangium Acacia mangium 0,53174. Jati Tectona grandis 0,61275. Mahoni daun kecil Switenia mahagony 0,666. Mahoni daun lebar Switenia macrophylla 0,53347. Ketapang Terminalia catappa 0,54048. Cempaka Magnolia champaca 0,579. Angsana Pterocarpus indicus 0,742710. Trembesi Samanea samman 0,523711. Bayur Pterosperium javanicum 0,459012. Petai cina Leucaena leucocephala 0,641113. Johar Cassia siamea 0,682314. Medang Phoeba hunanensis 0,4915. Bungur lilin Lagerstroemia speciosa 0,632516. Jeluak Microcos tomentosa 0,7217. Waru Hibiscus tillaceus 0,3718. Flamboyan Delonix regia 0,592519. Kupu-kupu Bauhinia purpurea 0,72

Page 44: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

27Tabel 3 (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama IlmiahBerat jenis

g/cm320. Sonokeling Dalbergia latifolia 0,77421. Wareng Gmelina arborea 0,4389

Sumber: ICRAF (2018).

Sehingga total biomassa pohon yang didapat = BK1 + BK2 + .......... + BKn

Menghitung biomassa tiap saluan luas (ton/ha) yaitu

Total biomassa (ton)Satuan area (ha)

3.5.3 Perhitungan biomassa tumbuhan bawah dan serasah

Menurut Hairiah dan Rahayu (2007) rumus yang digunakan dalam pengukuran

biomassa tumbuhan bawah dan serasah yaitu.

BK sub contoh x total BBTotal BK = BB sub contoh

Keterangan:BK = Berat Kering (kg)BB = Berat Basah (kg)

3.5.4 Jumlah karbon tersimpan

Seluruh hasil dari perhitungan seluruh komponen biomassa akan dikalikan dengan

konsentrasi karbon. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007) dalam mengukur

estimasi jumlah karbon yang tersimpan dapat dihitung dengan mengalikan total

berat massanya dengan konsentrasi C yang biasanya pada bahan organik sebesar

46%. Sehingga persamaannya yaitu.

Page 45: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

28Karbon tersimpan (ton/ha) = Berat kering (biomassa) (ton/ha) x 0,46

3.5.5 Jumlah CO2 yang tersimpan atau terserap

Nilai serapan CO2 dihitung dengan mengalikan banyaknya karbon tersimpan

dikalikan dengan 3,67 yang merupakan angka ekivalen/konversi unsur karbon (C)

ke CO2 [massa atom C=12 dan O=16, CO2= (1x12)+(2x16)= 44; konversinya =

(44:12)= 3,67]. Persamaan yang diperoleh menurut Agus dkk. (2011) yaitu

Jumlah CO2 yang tersimpan (ton/ha) = Karbon tersimpan (ton/ha) x 3,67

Persamaan jumlah CO2 yang diserap hutan kota per tahun yaitu

Jumlah CO2 yang diserap atau yang disimpan (ton/ha) x luas hutan kota (ha)Umur pohon (tahun)

Hutan Kota Metro ditanam pada tahun yang berbeda. Berdasarkan data yang

didapat dari pengelola hutan kota maka tahun tanam pohon pengisi Hutan Kota

Metro dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tahun tanam Hutan Kota Metro

No Hutan KotaLuas(ha)

Tahun tanamUmur

(tahun)

1 Linara 0,8 1999 192 Terminal 16 c 0,5 1999 193 Stadion 7,5 1999 194 Islamic Center 3 2012 65 Bumi Perkemahan 7 2003 156 Tesarigaga 8,4 1999 19

Sumber: Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta hasil wawancarapengelola Hutan Kota Metro.

Page 46: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

293.5.6 Pengukuran luas ideal hutan kota

A. Perhitungan emisi CO2 yang dikeluarkan manusia

Jumlah yang dikeluarkan oleh setiap manusia diasumsikan sama, menurut

Suryaningsih dkk. (2015) manusia bernafas CO2 yang dihasilkan sebanyak

0,0396 kg/jam atau 0,9504 kg/hari, atau 0,347 ton/tahun sehingga dapat dihitung

melalui persamaan.

Emisi(ton/tahun) = Jumlah penduduk x 0,347 ton/tahun

B. Perhitungan CO2 yang dihasilkan dari pembakaran BBM berdasarKementerian Lingkungan Hidup (2012).

Konsumsi Energi = Konsumsi energi (liter) x Nilai kalor (TJ/liter)

Emisi CO2 = Konsumsi BB x Faktor emisi

Emisi = Emisi CO2 (kg)Konsumsi energi = Jumlah bahan bakar dikonsumsi = dijual (TJ)Faktor emisi = Faktor emisi CO2 menurut jenis bahan bakar (kg/TJ)Premium = 33x10-6 TJ/literSolar = 36x10-6 TJ/liter

C. Perhitungan estimasi luas berdasarkan kebutuhan karbon

Perhitungan estimasi luas berdasarkan kebutuhan karbon dikembangkanmenggunakan Metode Gerafkis (Fandeli dkk., 2004) yaitu.

At + Bt x m2

L = Total CO2 yang diserap

Keterangan:L = Luas hutan kota (m2)At = Produksi CO2 oleh proses respirasi penduduk (ton/tahun)Bt = Produksi CO2 oleh kendaraan bermotor (ton/tahun)Total CO2 = CO2 yang diserap oleh hutan kota (ton/tahun)

Page 47: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu.

1. Jumlah CO2 yang diserap oleh Hutan Kota Metro adalah 296,59 ton.ha/tahun.

2. Luas hutan kota yang optimal untuk ada di Kota Metro seluas 224,62 ha. Luas

optimal tersebut diperoleh berdasarkan kemampuan hutan kota dalam

menyerap CO2 dari respirasi dari jumlah penduduk tahun 2017 dan konsumsi

BBM tahun 2017 yang diperoleh dari SPBU 24.341.09 PT. Nissa Intan

Cemerlang di Kota Metro.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu agar pengelola Hutan Kota Metro dapat

meningkatkan pemeliharaan dan perbaikan hutan kota serta menambah RTH pada

fasilitas umum diperkotaan. Selain itu dilakukan perbanyakan tanaman pada

hutan kota yang masih dapat ditanami agar kerapatan tegakan semakin meningkat.

Page 48: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman. 2013. Model pendugaan volume pohon dipterocarpus confertus v.slooten di wahau kutai timur, kalimantan timur. J. PenelitianDipterokarpa. 7(1): 29-34.

Agus, F., Hairiah, K. dan Mulyani, A. 2011. Pengukuran Cadangan KarbonTanah Gambut. Petunjuk Praktis. Buku. World Agroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Office dan Balai Besar Penelitian danPengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Bogor. 58 hlm.

Aprianto, D., Wulandari, C. dan Masruri, N.W. 2016. Karbon tersimpan padakawasan sistem agroforestri di register 39 datar setuju kphl batu tegikabupaten tanggamus. J. Sylva Lestari. 4(1):21-30.

Aqualdo, N., Eriyati, dan Indrawati, T. 2012. Penyeimbang lingkungan akibatpencemaran karbon yang ditimbulkan industri warung internet di kotapekanbaru. J. Ekonomi. 20(3): 1-11.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. Pengukuran dan PerhitunganCadangan Carbon: Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran CadanganKarbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Buku. BSN.Jakarta. 24 hlm.

Baiquni, M. 2009. Revolusi industri, ledakan penduduk dan masalah lingkungan.J. Sains dan Teknologi Lingkungan. 1(1): 38-59.

Baliton, R.S., Wulandari, C., Landicho, L.D., Cabahug, R.E.D., Paelmo, R.F.,Comia, R.A., Visco, R.G., Budiono, P., Hermawanti, S., Rusita, danCastillo, A.K.S. Ecological services of agroforestry landscapes in selectedwatershed areas in the philippines and indonesia. Biotropia. 24(1): 71-84.

Banjarnahor, K. G., Setiawan, A. dan Darmawan, A. 2018. Estimasi perubahankarbon tersimpan di atas tanah di arboretum universitas lampung. J. SylvaLestari. 6(2): 51-59.

BPS Kota Metro. 2016. Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut JenisKendaraan di Kota Metro Tahun 2013-2015. https://metrokota.bps.go.id/.diakses bulan November 2017.

Page 49: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

51BPS Kota Metro. 2016. Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin di Kota Metro Tahun 2015. https://metrokota.bps.go.id/. diaksesbulan November 2017.

Chanan, M. 2012. Pendugaan cadangan karbon (c) tersimpan di atas permukaantanah pada vegetasi hutan tanaman jati (tectona grandis linn. f) di rphsengguruh bpkh sengguruh kph malang perum perhutani ii jawa timur. J.Gamma. 7(2): 61-73.

Chave, J., Andalo, C., Brown, S., Cairns, M. A., Chambers, J. Q., Eamus, D.,Folster, H., Fromard, F., Higuchi, N., Kira, T., Lescure, J. P., Nelson, B.W., Ogawa, H., Puig, H., Riera, B. dan Yamakura, T. 2005. Treeallometry and improved estimation of carbon stocks and balance intropical forests. Oecologia. 145: 87-99.

Fandeli, C., Kaharuddin, dan Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota. Buku. FakultasKehutanan Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta. 203 hlm.

Formen, R. 2012. Analisis strategi pembangunan hutan kota (studi kasus kawasandanau raja kabupaten ndragiri hulu). J. Ilmu Lingkungan. 6(1): 1-14.

Hamdaningsih, S. S. 2010. Studi kebutuhan hutan kota berdasarkan kemampuanvegtasi dalam penyerapan karbon di kota mataram. Majalah GeografiIndonesia. 24(1): 1-9.

Hardjana, A. K. 2013. Model hubungan tinggi dan diameter tajuk dengandiameter setinggi dada pada tegakan tengkawang tungkul putih (shoreaacrophylla (de vriese) p.s. ashton) dan tungkul merah (shorea stenopteraburck.) di semboja, kabupaten sanggau. J. Penelitian Dipterokarpa. 7(1):7-18.

Hariah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di berbagaiMacam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Centre. ICRAF,SEA Regional Office, Universitas of Brawijaya. Bogor. 77 hlm.

Hikmatyar, M. F., Ishak, T. M., Pamungkas, A. P., Soffie, S. dan Rajaludin, A.2015. Estimasi karbon tersimpan pada tegakan pohon di hutan pantau pulaubesar, bagian barat, kepulauan seribu. J. Biologi. 8(1): 40-45.

ICRAF. 2018. Wood Density. db.worldagroforestry.org. diakses bulan September2018.

Idris, M. H., Latifah, S., Aji, I. M. L., Wahyuningsih, E., Indriyatno, dan Ningsih,R. V. 2013. Studi vegetasi dan cadangan karbon di kawasan hutan dengantujuan khusus (khdtk) senaru, bayan lombok utara. J. Ilmu Kehutanan.7(1): 25-36.

Page 50: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

52Imansari, N. dan Khadiyanta, P. 2015. Penyediaan hutan kota dan taman kota

sebagai ruang terbuka hijau (rth) publik menurut preferensi masyarakat dikawasan pusat kota tangerang. J. Ruang. 1(3): 101-110.

Istomo, dan Farida, N. E. 2017. Potensi simpanan karbon di atas permukaan tanahtegakan acacia nilotica l. (willd) ex. del. di taman nasional baluran, jawatimur. J. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7(2): 155-162.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Penyelenggaraan InventarisasiGas Rumah Kaca Nasional. Buku. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.116 hlm.

Latifah, S., Patana, P. dan Rahmawaty. 2016. Potensi biomassa permukaan tanahpada jalur hijau di kota medan. J. Abdimas Talenta. 1(1). 70-75.

Lintangrino, M.C. dan Boedisantoso, R. 2016. Inventarisasi emisi gas rumah kacapada sektor pertanian dan peternakan di kota surabaya. J. Teknik ITS. 5(2):53-57.

Lubis, S. H., Arifin, H. S. dan Samsoedin, I. 2013. Analisis cadangan karbonpohon pada lanskap hutan kota di dki jakarta. J. Penelitian Sosial danekonomi Kehutanan. 10(1): 1-20.

Marligon. 2017. Inventarisasi dan Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau(RTH) di Kota Metro, Provinsi Lampung. Tesis. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. 104 hlm.

Munawwaroh, A. 2016. Penerapan analisis vegetasi di hutan mbeji daerahwonosalam jombang. J. Pedagogia. 5(1): 103-110.

Novananda, E. dan Setiawan, R.P. 2015. Persebaran spasial produksi emisi karbondioksida (co2) dari penggunaan lahan permukiman di kawasan perkotaangresik bagian timur. J. Teknik ITS. 4(1): 11-16.

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah KotaMetro 2011-2031. Lembaga Daerah Kota Metro. Kota Metro. 98 hlm.

Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor 1.2017. Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan dan Sosial Budaya Masyarakatpada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kementerian Lingkungan Hidupdan Kehutanan. Jakarta. 4 hlm.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5. 2008. Pedoman Penyediaan danPemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. DirektoratJendral Penataan Ruang: Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. 84 hlm.

Page 51: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

53Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4. 1999. Pengendalian

Pencemaran Udara. Presiden Republik Indonesia. Jakarta. 25 hlm.

Putra, A. A. M. 2012. Analisis sistem geografis kepadatan penduduk kotadenpasar dengan menggunakan arc view 3.3. J. Elektronik Ilmu Komputer.1(2): 35-47.

Putri, T. T. A., Syaufina, L. dan Anshari, G. Z. 2016. Emisi karbon dioksida (co2)rizosfer dan non rizosfer dari perkebunan kelapa sawit (elaeis guineensis)pada lahan gambut dangkal. J. Tanah dan Iklim. 40(1): 43-50.

Raynaldo, A., Rafdinal, dan Linda, R. 2018. Kerapatan dan biomassa pohon dikampus universitas tanjungpura sebagai kantong karbon kota pontianak. J.Protobiont. 7(1): 6-12.

Ristiara, L., Hilmanto, R. dan Duryat. 2017. Estimasi karbon tersimpan padahutan rakyat di pekon kelungu kabupaten tanggamus. J. Sylva Lestari.5(1): 128-138.

Rizki, G.M., Bintoro, A. dan Hilmanto, R. 2016. Perbandingan emisi karbondengan karbon tersimpan di hutan rakyat desa buana sakti kecamatanbatanghari kabupaten lampung timur. J. Sylva Lestari. 4(1): 89-96.

Suryaningsih, L., Haji. A. T. S. dan Wirosoedarmo, S. 2015. Defisinsi ruangterbuka hijau (rth) di kota mojokerto dengan analisis spasial. J.Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 2(2): 1-10.

Syaufina, L. dan Ikhsan, M. 2013. Estimasi simpanan karbon di atas permukaanlahan reklamasi pasca tambang. J. Silvikultur Tropika. 4: 100-107.

Tiarani, V. L., Sutrisno, E. dan Huboyo, H. S. 2016. Kajian beban emisi pencemarudara (tsp, nox, so2, hc, co) dan gas rumah kaca (co2, ch4, n2o) sektortransportasi darat kota yogyakarta dengan metode tier 1 dan tier 2. J. TeknikLingkungan. 5(1): 1-10.

Trisnanta, H. S. dan Ummah, R. 2016. Ruang terbuka hijau kota metro lampungdan pandangan aspek keagamaan. Kontekstual. 31(1): 55-80.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26. 2007. Penataan Ruang.Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. 107 hlm.

Uthbah, Z., Sudiana, E. dan Yani, E. 2017. Analisis biomasa dan cadangan karbonpada berbagai umur tegakan damar (agathis dammara (lamb.) rich.) di kphbanyumas timur. J. Scripta Biologica. 4(2): 119-124.

Page 52: ESTIMASI KEBUTUHAN HUTAN KOTA YANG OPTIMAL …digilib.unila.ac.id/33834/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lebih tinggi. Penyebab hal tersebut salah satunya yaitu jumlah penduduk

54Wijaya, R.W. dan Hermana, J. 2016. Efektivitas removal massa gas karbon

dioksida (co2) yang dihasilkan lumpur tinja dari tangki septik denganmenggunakan media briket arang dan kapur tohor. J. Teknik Pomits.2(3):197-201.

Zakaria, N. dan Azizah, R. 2013. Analisis pencemaran udara (so2), keluhan iritasitenggorokan dan keluhan kesehatan iritasi mata pada pedagang makanandi sekitar terminal joyoboyo surabaya. J. Occupational Safety and Health.2(1): 75-81.

Zuhri, M. S. 2014. Pengaruh faktor-faktor demografi terhadap emisi udara diIndonesia. J. Ilmu Ekonomi dan Pembangunan. 14(2): 13-37.

Zulkarnain, S., Kasim, dan Hamid. 2015. Analisis vegetasi dan visualisasi strukturvegetasi hutan kota baruga, kota kendari. J. Hutan Tropis. 3(2): 99-109.