endokrin - ca tiroid
TRANSCRIPT
LP CA TIROID
BAB I
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, di sebelah kanan-
kiri anterior trakea, melekat pada tulang laring dan pada dinding laring.
Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan sinistra yang saling
berhubungan oleh istmus. Masing-masing lobus tebalnya ±2 cm, panjangnya
±4 cm dan lebarnya ±2,5 cm. Struktur dari kelenjar tiroid terdiri dari banyak
folikel-folikel tertutup (100-300 mikrometer) yang dibatasi sel epitel kuboid.
Saraf vasomotor pada kelenjar tiroid sebagian besar tidak bermielin dan
terdapat pada dinding arteri tiroid, sedangkan saraf simpatis berakhir pada
lamina basal folikel yang merangsang langsung pada sel folikel.
Sel folikel mengeluarkan cairan lekat yaitu koloida tiroid (materi
proteinaseosa berwarna merah muda) mengandung yodium yang dinamakan
hormon tiroxin (T4) dan triiodotironin (T3). T4 dan T3 meningkatkan
kecepatan metabolisme basal tubuh (BMR) dengan mempercepat reaksi kimia
tubuh, mengatur penggunaan oksidasi dan udara pernapasan. Sekresinya
dipengaruhi hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu
tirotropik/TSH. T3 disekresikan oleh kelenjar tiroid hanya 7 % sehingga
jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan lebih sebentar daripada T4
namun T3 empat kali lebih kuat intensitas dan kecepatan kerjanya. T4 juga
3
nantinya akan diubah menjadi T3 di dalam jaringan, diantaranya karena faktor
stress, intake makanan dan minuman beryodium, suhu, dan kebutuhan
oksigen. Bila kelenjar tiroid tidak aktif maka koloid dihasilkan banyak serta
folikel akan membesar dan lapisan selnya datar.
Selain T4 dan T3, kelenjar tiroid mensekresikan juga
Tirokalsitonin/Kalsitonin untuk metabolisme kalsium tubuh, mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Kalsitonin memacu pengendapan
kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi kalsium dalam
cairan ekstravaskuler. Kelenjar tiroid akan meningkatkan pelepasan kalsitonin
bila kadar serum kalsium meningkat, dan sebaliknya.
4
BAB II
KONSEP DASAR KANKER TIROID
A. PENGERTIAN
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat (4)
tipe, yaitu papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.
( www.medicastore.com )
Kanker tiroid adalah pembesaran tiroid yang diskret.
( Price, Sylvia A., 1995 )
B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani
terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah
adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun
serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita kelainan
kelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih kepada pola hidup dan letak
geografis yang tidak mendukung pada pemenuhan intake yodium. Selain itu,
terdapat penyebab spesifik berdasarkan klasifikasi atau pembagian tipe kanker
tiroid, yaitu sebagai berikut:
1. Kanker Papiler
5
60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih sering
terjadi pada wanita. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang
muda, tetapi pada usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar.
Resiko tinggi terjadinya kanker papiler ditemukan pada orang yang pernah
menjalani terapi penyinaran di leher.
2. Kanker Folikuler
15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan jenis
kanker yang paling tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker folikuler
juga lebih sering ditemukan pada wanita, usia 20-50 tahun. Mirip tiroid
normal namun dapat berkembang lambat dan bermetastase cepat. Pada
penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan lokal
atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan keterlibatan
yang luas dari tulang dan paru-paru.
3. Kanker Anaplastik
Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Ini
merupakan jenis kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling sering
ditemukan pada wanita usia lanjut. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat
dan biasanya menyebabkan benjolan yang besar di leher. Kanker ini
mengakibatkan kematian dalam beberapa minggu (bulan). Biasanya terjadi
pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar
tiba-tiba (dalam waktu beberapa minggu atau bulan) mulai membesar dan
menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita
6
suara, kematian akibat perluasan lokal yang masif biasanya terjadi dalam
6-36 bulan. Kanker ini sangat resisten terhadap pengobatan.
4. Kanker Meduler
Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar
kalsitonin (dari sel C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan
merupakan penyakit keturunan. 5-10% dari semua kasus. Karakteristiknya
adalah bentuk tumor bulat, keras yang terletak di lobus tengah dan atas
kelenjar tiroid. Kanker cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke
kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang.
Pada metastase stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah
kelenjar lain (sindroma neoplasia endokrin multipel), yakni
Pheochromocytomo (kelainan pada kelenjar adrenal) dan pertumbuhan
pesat kelenjar paratiroid. Kanker ini lebih agresif dari pada kanker papiler
atau folikuler tetapi tidak seagresif kanker tiroid anaplastik.
5. Jenis-Jenis Lain
a. Limfoma
Satu-satunya jenis kanker tiroid yang tumbuh cepat yang berespon
baik terhadap pengobatan. Limfoma tiroid kadang-kadang timbul pada
pasien dengan tiroiditis Hashimoto yang lama dan sulit dibedakan dari
tiroiditis kronik. Invasi limfosit pada folikel tiroid dan dinding
7
pembuluh darah dapat membantu dalam membedakan limfoma tiroid
dari tiroiditis kronik.
b. Kanker Metastatik ke Tiroid
Kanker sistemik metastasis ke kelenjar tiroid, termasuk kanker
payudara dan ginjal, kanker bronkogenik dan melanoma maligna.
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala kanker tiroid adalah:
1. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah
bening di daerah leher (karena metastasis).
2. Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung
dalam minggu), tanpa nyeri.
3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan
menelan yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak
yang menunjukkan adanya desakan / infiltrasi ke trakea.
4. Suara penderita berubah atau menjadi serak.
5. Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.
D. PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah:
Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi
(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat
sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara
8
lain 60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua
lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah
operasi unilateral.
Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total
dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan
spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker.
Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter
berdiameter kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.
Terapi Supresi L-Tiroksin
Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan
karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan
merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga
dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada
jangka panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme
tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.
Secara khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kanker
tiroid adalah:
1. Penatalaksanaan Kanker Papiler
Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan
pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan diameter
9
lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di
sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat
seluruh kelenjar tiroid. Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan
kanker ini. Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk
menekan pelepasan TSH dan membantu mencegah kekambuhan. Jika
nodulnya lebih besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian
besar atau seluruh kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium
radioaktif, dengan harapan bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau kanker
yang telah menyebar akan menyerapnya dan hancur. Dosis yodium
radioaktif lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa
keseluruhan kanker telah dihancurkan. Kanker papiler hampir selalu dapat
disembuhkan.
2. Penatalaksanaan Kanker Folikuler
Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin
kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan
jaringan maupun sel kanker yang tersisa.
3. Penatalaksanaan Kanker Anaplastik
Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap
yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran
sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup
memuaskan. Operasi reseksi diikuti radiasi dan kemoterapi.
4. Penatalaksanaan Kanker Meduler
10
Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.
Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari
sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika
kanker meduler berdiri sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya
tidak sebaik itu. Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang
memiliki hubungan darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya
menjalani penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif, maka
hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker
meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler;
sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid
meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum
meningkat. Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin
yang berlebihan setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu
dalam meramalkan apakah seseorang akan menderita kanker meduler.
E. PATOFISIOLOGI
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang menderita
kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk sekampung
ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis) dapat mencetuskan
timbulnya neoplasma yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil
(nodul) di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh pelepasan
TRH oleh Hipotalamus. Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis anterior
akan merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai reaksi adanya neoplasma.
11
Peningkatan TSH ini akan meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi
sehingga memunculkan kanker tiroid. Kanker ini umumnya akan meluas
dengan metastasis dan invasi kelenjar dan organ tubuh. Berikut perluasan
kanker pada organ tubuh yang lain :
a. Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam
kelenjar dan dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-
tahun tumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi lebih
agresif dan menginvasi secara lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu,
dapat tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Pada
stadium lanjut, dapat menyebar ke paru-paru.
b. Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah,
menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit
lebih agresif dari pada kanker papiler dan menyebar dengan invasi lokal
kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai
metastasis jauh ke tulang atau paru. Kanker-kanker ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin radioaktif untuk
membentuk tiroglobulin dan jarang untuk mensintesis T3 dan T4.
c. Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur
di sekitar tiroid lalu bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran
darah.
d. Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah
bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase
12
stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain
(sindroma neoplasia endokrin multipel).
F. PATHWAY
13
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada,
riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium
timbul neoplasma, pertumbuhan kecil (nodul) di kelenjar tiroid
Hipotalamus melepas TRH
Hipofisis anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH
massa tiroid meningkat, berdiferensi
menyebar melalui aliran darah &
saluran getah bening
memunculkan kanker tiroid
T3,T4, Kalsitonin meningkat
Pembengkakan laring
Kurang pengetahuan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN KANKER TIROID
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian penting
dalam menegakkan diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik
jinak maupun ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut
timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan
keluhan, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat membesar dalam
beberapa minggu saja. Pasien umumnya mengeluh adanya gejala
penekanan pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit
menelan). Pada nodul dengan adanya perdarahan atau disertai infeksi, bisa
menimbul keluhan nyeri. Keluhan lain pada keganasan tiroid yang
mungkin timbul adalah suara serak.
14
meluas dengan metastasis dan
invasi kelenjar dan organ hati,
paru-paru dan tulang tubuh
Nyeri akut
Kerusakan menelanKerusakan
komunikasi verbal
Cedera pita suara, serak
2. Pemeriksaan fisik
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak, dari
riwayat keluarga: nodul jinak, strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya
relatif besarnya tetap. Konsistensinya lunak, rata dan tidak terfiksir. Gejala
penekanan dan penyebarannya tidak ada. Sedangkan yang ganas, dari
riwayat keluarga: karsinoma medulare, nodul soliter, Usia kurang dari 20
tahun atau di atas 60 tahun. Pria berisiko dua kali daripada wanita dan
riwayat terekspos radiasi leher. Pertumbuhannya cepat membesar.
Konsistensi, padat, keras, tidak rata dan terfiksir. Gejala penekanan, ada
gangguan menelan dan suara serak. Penyebarannya terjadi pembesaran
kelenjar limfe leher.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan untuk mengevaluasi nodul
tiroid dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status
fungsi dengan memeriksa kadar TSHs dan hormon tiroid, pemeriksaan
Ultrasonografi, sidik tiroid, CT scan atau MRI, serta biopsi aspirasi jarum
halus dan terapi supresi Tiroksin untuk diagnostik.
a. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil
pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang
dapat menditeksi kemungkinan keganasan. Pemeriksaan TSH yang
meningkat berguna untuk tiroiditis. Pemeriksaan kadar antibodi
15
antitiroid peroksidase dan antibodi antitiroglobulin penting untuk
diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto yang sering timbul nodul
uni/bilateral. Sehingga masih mungkin terdapat keganasan.
b. Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid
jenis medulare, sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup
sensitif untuk keganasan tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa
ditemukan pada keadaan lain seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan
noninvasif dan ideal. Khususnya dengan menggunakan ''high
frequency real-time'' (generasi baru USG). Dengan alat ini akan
diperoleh gambaran anatomik secara detail dari nodul tiroid, baik
volume (isi), perdarahan intra-noduler, serta membedakan nodul
solid/kistik/campuran solid-kistik. Gambaran yang mengarah
keganasan seperti massa solid yang hiperkoik, irregularitas,
sementara gambaran neovaskularisasi dapat dijumpai pada
pemeriksaan dengan USG. Dari satu penelitian USG nodul tiroid
didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari kista
tersebut hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid
atau campuran berkisar 20%.
d. Pemeriksaan sidik tiroid dapat memberikan gambaran morfologi
fugsional, hasil pencitraannya merupakan refleksi dari fungsi
jaringan tiroid. Bahan radioaktif yang digunakan I-131 dan Tc-
16
99m. Pada sidik tiroid 80-85% nodul tiroid memberikan hasil
dingin (cold), sedangkan 10-15% mempunyai risiko ganas. Nodul
panas (hot) dijumpai sekitar 5% dengan risiko ganas paling rendah,
sedang nodul hangat (warm) 10-15% dari seluruh nodul dengan
risiko ganas kurang dari 10%.
e. Pemeriksaan CT scan (Computed Tomographic scanning) dan
MRI (Magnetic Resonance Imaging) diperlukan bila ingin
mengetahui adanya perluasan struma substernal atau terdapat
kompresi/penekanan pada jalan nafas.
f. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus dianggap sebagai
metode yang efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas
pada nodul tiroid yang soliter maupun pada yang multinoduler.
Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus ini mempunyai sensitivitas
sebesar 83% dan spesifisitas 92%.
g. Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik). Rasionalisasi dari
tindakan ini adalah bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk
fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Tes ini akan
meminimalisasi hasil negatif palsu pada biopsi aspirasi jarum
halus.
17
B. ANALISIS DATA
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : -
DO : Kesulitan berbicara, suara
serak
Kerusakan saraf
laring, cedera pita
suara
Kerusakan
komunikasi verbal
2. DS : Pasien mengatakan nyeri
secara verbal atau nonverbal
DO : Pasien merintih nyeri
Cedera postoperasi Nyeri akut
3. DS : Pasien mengeluh sakit
ketika makan
DO : Pasien lambat dalam
menelan
Tumor laring-
kanker tiroid
Kerusakan
menelan
4. DS :
DO : Pasien terlihat bingung
dan sering bertanya mengenai
penyakitnya dan prosedur
Keterbatasan
paparan informasi
Kurang
pengetahuan
mengenai
penyakit, komdisi
18
penatalaksanaan penyakit dan prosedur
penatalaksanaan
penyakit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara,
kerusakan saraf laring.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pascaoperasi.
3. Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid).
4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, kondisi dan prosedur
penatalaksanaan penyakit berhubungan dengan keterbatasan paparan
informasi
D. NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)
1. Diagnosa I
NOC : Kemampuan berkomunikasi
Indikator : - menggunakan bahasa tertulis
- menggunakan bahasa lisan
- menggunakan bahasa nonverbal/isyarat
- menanggapi pesan yang diterima
19
2. Diagnosa II
NOC : Kontrol/Pengendalian nyeri
Indikator : - mengetahui factor penyebab
- mengetahui waktu muncul dan permulaan nyeri
- penggunaan analgetik yang tepat
- menggunakan sumber pendukung yang tepat
- mengetahui gejala nyeri
3. Diagnosa III
NOC : Status menelan: esofagial
Indikator : - nyaman saat menelan
- Makanan masuk
- tidak batuk saat menelan
- tidak ada nyeri epigastrial
- kandungan di lambung terjaga/tidak muntah
- tidak terjadi hematemesis
- pengulangan menelan tidak terjadi
4. Diagnosa IV
NOC (a) : Pengetahuan tentang proses penyakit
Indikator : - mengetahui tentang nama penyakit
- menjelaskan mengenai proses penyakit
- menjelaskan penyebab dan factor pendukung
- menjelaskan tanda dan gejala penyakit
- menjelaskan komplikasi penyakit
20
- menjelaskan tanda dan gejala penyakit
NOC (b) : Pengetahuan tentang prosedur
Indikator : - menjelaskan prosedur
- menjelaskan tujuan prosedur
- menjelaskan langkah/tahapan prosedur
- mendemonstrasikan prosedur
- menjelaskan efek samping yang potensial
NOC (c) : Pengetahuan tentang pengobatan
Indikator : - menjelaskan tentang cara penggunaan obat
- menjelaskan tentang efeks damping obat
- menyebutkan nama obat dengan benar
- menjelaskan tentang cara penyimpanan obat dengan
benar
E. NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC)
1. NOC I
NIC : Peningkatan komunikasi : defisit bicara
Aktivitas: :
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami apa yang
dibicarakan oleh pasien.
- Dengarkan pasien saat berbicara dengan penuh perhatian.
- Gunakan kata dan kalimat yang sederhana saat berbicara dengan
pasien.
21
- Gunakan papan tulis/gambar bagi pasien untuk mengungkapkan
kebutuhannya.
- Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk menggunakan alat bantu
suara.
2. NOC II
NIC : Manajemen nyeri
Aktivitas: :
- Kaji ulang secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, penjalaran, keparahan, kualitas, factor pencetus
- Observasi isyarat non verbal atas ketidaknyamanan
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
tanggapan pasien terhadap nyeri yang dialami
- Monitoring perubahan nyeri
- Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien atas ketidak nyamanan misalnya suhu ruang
- Ajarkan teknik nonfarmakologikal (kompres dingin, relaksasi,
guided imagery) sebelum, selama, dan setelah nyeri
- Kolaborasi medis pemberian analgetik
- Pastikan pasien menerima perawatan analgetik yang tepat
3. NOC III
NIC : Terapi menelan
Aktivitas: :
- Hindarkan minum minuman bersoda
22
- Bantu pasien memilih posisi yang nyaman saat makan
- Anjurkan pasien untuk memfleksikan kepalanya ke depan saat
makan unutk mendukung menelan
- Monitor tanda dan gejala aspirasi
- Monitor pergerakkan lidah saat makan
- Anjurkan pasien menjangkau makanan yang ada di bibir dan
sekitar mulut dengan lidah
- Monitor intake dan output makanan dan minuman, turgor kulit,
mukosa mulut
- Sediakan perawatan mulut
- Kolaborasi dengan ahli diet konsultasi tentang kebutuhan nutrisi
pasien
3. NOC IV
NIC (a) : Pengajaran : Proses Penyakit
Aktivitas: :
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi
dan fisiologi
- Jelaskan tanda dan gejala penyakit
- Jelaskan kemungkinan komplikasi penyakit
- Identifikasi penyebab
- Informasikan tentang kondisi pasien
- Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi dan
mengontrol penyakit
23
- Diskusikan pilihan terapi
- Instruksikan pasien agar melaporkan bila terjadi tanda dan gejala
guna tindakan perawatan
- Kolaborasi tenaga kesehatan lain untuk memberikan informasi
kepada pasien tentang penyakit.
NIC (b) : Pengajaran : Prosedur treatment
Aktivitas :
- Informasikan kepada pasien tentang prosedur meliputi, waktu,
durasi, tempat
- Jelaskan tujuan prosedur treament
- Anjurkan pasien agar ia kooperatif selama prosedur treatment
- Diskusikan alternatif treatment
- Libatkan keluarga dalam treatment
NIC (c) : Pengajaran : Medikasi
Aktivitas :
- Anjurkan pasien untuk mematuhi tindakan pengobatan
- Informasikan pada pasien tentang obat meliputi jenis, merk ,
kandungan, reaksi, dosis, dan durasi efektif obat
- Anjurkan pasien untuk mengikuti prosedur sebelum pelaksanaan
medikasi
- Informasikan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan bila
terjadi pengobatan yang terlupa/terlambat
24
- Informasikan tentang tanda dan gejala bila terjadi kekurangan atau
kelebihan dosis obat
- Informasikan tentang penyimpanan obat
- Libatkan keluarga dalam proses medikasi
F. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan Nursing Outcomes Classification
yang telah ditetapkan guna mengetahui perkembangan kondisi pasien setelah
dilakukan implementasi sesuai Nursing Intervention Classification. Beberapa
hasil evaluasi yang ideal adalah sebagai berikut
1. Diagnosa I : Pasien mampu berkomunikasi dengan nyaman
2. Diagnosa II : Pasien mampu mengontrol/mengendalikan nyeri
3. Diagnosa III : Status menelan: esofagial pasien normal
4. Diagnosa IV : Pasien mengetahui tentang proses penyakit
Pasien mengetahui tentang prosedur treatment
Pasien mengetahui tentang pengobatan/medikasi
25
BAB IV
PENUTUP
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat (4) tipe,
yaitu papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler. Kanker tiroid lebih sering
ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di kepala,
leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang
menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk
sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih
kepada pola hidup dan letak geografis yang tidak mendukung pada pemenuhan
intake yodium. Penatalaksanaannya diantaranya adalah Operasi, Terapi Ablasi
Iodium Radioaktif, Terapi Supresi L-Tiroksin.
26
DAFTAR PUSTAKA
Closkey, J.C, Bulecheck, G.M, 1996. Iowa Intervention Project: Nursing
Intervention Classification (NIC) 2nd, Mosby, St.Louis.
Greenspan & Baxter, 2000, Endokrinologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.
Isselbacher, Kurt J, 2000, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC,
Jakarta.
Johnson, M, dkk, 2000, Iowa Intervention Project: Nursing Outomes
Classification (NOC) 2nd. Mosby, St.Louis.
Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius,
Jakarta.
NANDA, 2005, NANDA:Nursing Diagnosis Definition & Classification 2005-
2006, Philadelphia.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine M.W., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
27
Ragg, M. , 1999, Memahami Masalah Tiroid, ARCAN, Jakarta.
Suastika, K., 1995, Penyakit Kelenjar Tiroid, EGC, Jakarta.
http: //www.medicastore.com/med/detail/ Kanker Tiroid/ 231206/19.46 WIB @id.
28