empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
TRANSCRIPT
Emosi merupakan
keadaan dalam diri individu pada satu waktu sebagai akibat
adanya peristiwa yang pada umumnya berasal
dari luar dirinya (Walgito, 1997, h. 65).
• Emotion juga dapat didefinisikan sebagai respon terhadap stimulus yang meliputi physiological arousal, perasaan subjektif, interpretasi kognitif, and overt behavior.
• Psychological arousalUsually the stronger the arousal the more intense the emotional experience.
• Perasaan subjektif Sekalipun stimulusnya sama tetapi emosi yang ditimbulkan
berbeda2
• Kognitif Emosi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stimulus yang
mengenainya. Interpretasi kognitif terhadap stimulus tersebut menjadi faktor pencetus emosi. Interpretasi kognitif mendahului perasaan subjektif. (pada pengalaman emosional yang lebih komplek)ex : saya terinfeksi hiv, hidup saya akan segera berakhir, saya merasa sedih.
Tetapi terdapat kasus emosi dimana nampaknya tidak ada penilaian kognitif yg terlibat. Yaitu pada pengalaman emosional yang terbatas pada perasaan negatif atau positif)
ex: anda dipukul tiba2, maka anda akan merasakan emosi sebelum anda menginterpretasikan peristiwa
• Over behavior
emosi seringkali nampak dalam tingkah laku dan ekspresi
Tujuan pengendalian emosi
• Dalam persiapan diri demi pengabdian dalam bidang perawatan seorang perawat juga harus mengenal diri dan membentuk dirinya ke arah yang lebih baik dan mengurangi sifat/perilaku yang menghambat proses penyembuhan pasien
• Perawat juga harus mampu memahami kondisi emosi orang lain ( pasien, keluarga pasien, dokter, rekan sejawat dan petugas kesehatan lainnya) agar tercipta hubungan interpersonal yang baik yang mendukung proses penyembuhan pasien
Emosi PositifEmosi positif pasti akan menghasilkan karya yang positif.
NAMUN Emosi positif yang tidak dikelola dengan baik, bisa saja menghasilkan sesuatu yang akhirnya membawa petaka.
Emosi Negatifemosi negatif pun perlu dikelola dengan baik,
agar energi yang dihasilkan bisa mengarahkan kita untuk
menghasilkan sesuatu yang positif.
Jika tidakmaka akan merugikan diri sendiri.
Semua emosi yang kita miliki
memancarkan energi yang kuat
untuk membawa kita kepada kebaikan asalkan saja kita bisa :
mengelolanya dengan baik
Teori emosi
• Teori sentral/ tokoh : Cannon
Gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu.
emosi gejala kejasmanian
• Teori perifir/ tokoh James-lange
Emosi yang dialami individu akibat dari gejala kejasmanian.
Gejala kejasmanian emosi
• Teori kepribadian/ tokoh J. Linchoten
Emosi merupakan aktivitas pribadi dimana pribadi ini tidak bisa dipisahkan antara jasmani dan psikis
Selain bergantung pada stimulus dari luaremosi juga bergantung pada
• Keadaan jasmani individu yang bersangkutan :individu yang sedang sakit biasanya lebih perasa
• Keadaan dasar individuberhubungan dengan struktur pribadi individu
• Keadaan individu pada suatu waktuex : sedang kalut pikirannya karena memikirkan biaya pengobatan yang sangat mahal
SedihBerkaitan dengan kehilangan orang yang dicintai
TakutBerkaitan dengan ancaman
MarahBerkaitan dengan penghalang
GembiraJika bertemu dengan calon pasangan
PercayaKetika menjadi anggota kelompok
MuakBerhadapan dengan objek yang menjijikkan
AntisipasiJika mendapatkan kekuasaan baru
TerkejutBertemu dengan benda baru yang mendadak
Bayi yang baru lahir dapat memberikan
respon emosi pada rangsanganmenyenangkan
dan tidak menyenangkan
Bayi yang baru lahir dapat memberikan
respon emosi pada rangsanganmenyenangkan
dan tidak menyenangkan
Dengan meningkatknya usia anak,
emosi semakin dapat dibedakan.
seperti kegembiraan, ketakutan dan kebahagiaan.
Dengan meningkatknya usia anak,
emosi semakin dapat dibedakan.
seperti kegembiraan, ketakutan dan kebahagiaan.
Dengan bertambahnya usia, reaksi yang berupa
kata-kata meningkat, sedangkan reaksi
gerak otot berkurang.
Dengan bertambahnya usia, reaksi yang berupa
kata-kata meningkat, sedangkan reaksi
gerak otot berkurang.
Puncak ledakan marah usia
2 hingga 4 tahundan kemudian
pola ekspresi kemarahan yang lebih matang.
Puncak ledakan marah usia
2 hingga 4 tahundan kemudian
pola ekspresi kemarahan yang lebih matang.
Keadaan fisik anak
Taraf kemampuan intelektual
Besar kecilnya keluarga
Reaksi sosial
Kebutuhan anak
Jenis Kelamin
Urutan kelahiran
Pola asuh
Status sosial ekonomi
Faktor belajar
Belajar dengan try and errorModellingIdentifikasi
Conditioning Pelatihan
Peran kematangan
IntelektualMengingat & menduga
Kel. endokrin
A. Rangsangan yang menimbulkan kemarahanA. Rangsangan yang menimbulkan kemarahan
Bayi bereaksi dengan ledakan marah terhadap ketidakenakan fisik
Anak-anak hampir sama dg bayi, ditambahgangguan terhadap milik mereka,
mainan atau objek lain tidak seperti yang mereka kehendaki disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka lakukan saat itu.
Anak yg lebih tuarintangan terhadap keinginan, gangguan terhadap aktivitas,
diperbandingakan dengan anak lain secara tidak menyenangkan, gagal mencapai tujuan,
dihukum secara tidak adil, diremehkan, diabaikan dan dicemooh
Bayi bereaksi dengan ledakan marah terhadap ketidakenakan fisik
Anak-anak hampir sama dg bayi, ditambahgangguan terhadap milik mereka,
mainan atau objek lain tidak seperti yang mereka kehendaki disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka lakukan saat itu.
Anak yg lebih tuarintangan terhadap keinginan, gangguan terhadap aktivitas,
diperbandingakan dengan anak lain secara tidak menyenangkan, gagal mencapai tujuan,
dihukum secara tidak adil, diremehkan, diabaikan dan dicemooh
1). Reaksi impulsif
2). Tidak ditampakkan
B. Reaksi kemarahan
Ekspresi
Ekspresi positif• Menuliskannya / membicarakannya• Menyalurkan lewat olahraga• Berjalan-jalan sampai jauh• Meditasi / mengarahkan fokus• Melukis, musik, menulis, main drama
Ekspresi negatif :
Kehilangan kendali diriPenyiksaan fisik dan verbalMelemparkan / menendang barangTindak sabotase atau pembalasan dendamMelukai diri sendiri
Aspek mental dan emosi jugamemerlukan bimbingan.
Jika tidakmaka
keadaan emosional itu akan menyala terus
dan menyebabkan seseorang bereaksi emosional terhadap rangsangan
yang muncul kemudian
untuk dapat mengendalikan emosi, seseorang seharusnya :
1. mampu mengenali emosinya2. mengelola emosinya : self instuctional, relaxasi,
melihat dari sudut pandang orang lain3. berempati dan kemudian
4. membina hubungan.
1. mampu mengenali emosinya
• Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
• Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri.
• Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan.
• Akibatnya tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya
yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
2. mengelola emosinya
• Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri.
• Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu.
• Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
Pengelolaan emosi berkaitan dengan motivasi seseorang.
Sebab dengan adanya kemampuan memotivasi diri maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja
seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek.
3. berempati
• Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.
• Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.
• Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
4. membina hubungan
• Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.
• Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan