ekonomi islam pada masa zayd bin ali, abu hanifah, …
TRANSCRIPT
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
258
EKONOMI ISLAM PADA MASA ZAYD BIN ALI, ABU HANIFAH, ABU YUSUF DAN AS SYAIBANI
RAHMATULLOH
Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Purwokerto email: [email protected]
Alamat: Nusa Indak, Kec. Kesugihan Kab. Cilacap
ABSTRAK Dalam Al Qur’an memang tidak ada istilah ekonomi, istilah ekonomi bersal dari kata latin “ecos” dan “nomos”. Kata ini memang tidak dijumpai di Al Qur’an, hanya saja jika membuka kamus modern Bahasa Arab yang ditulis oleh hans Wehr dijumpai kata “Qashada” yang melahirkan kata “Qasd” yang mempunyai arti endeavor, aspiration, intentions, intent, design, purpose, resolution, object, goal, aim and frugality, thrift dan economy. Qasadan (intentionally, purposely, advisadly, on purpose’ deliberately). Qasdhi (intentionally, intended). Sistem Ekonomi Islam memiliki fungsi dan tujuan menciptakan insentif alokasi yang efisien atas keuangan dan sumberdaya yang mempunyai tujuan kompetisi untuk menembus ruang dan waktu. System keuangan yang baik akan menaikan investasi dan mendanai usaha yang baik. Islam sebagai prinsip hidup (Way of Life), prinsip kehidupan umat manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya Kata Kunci: Ekonomi, Skonomi Syariah
A. Pendahuluan
Sistem Ekonomi Islam memiliki fungsi dan tujuan menciptakan insentif
alokasi yang efisien atas keuangan dan sumberdaya yang mempunyai tujuan
kompetisi untuk menembus ruang dan waktu. System keuangan yang baik akan
menaikan investasi dan mendanai usaha yang baik.1 Islam sebagai prinsip hidup (Way
of Life), prinsip kehidupan umat manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu
kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan
perkembangan ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya.
Ekonomi konvensional dan ekonomi Islam mempunyai tujuan yang berbeda,
ekonomi konvensional memiliki tujuan yang bersifat material dan
mempertimbangkan aspek immaterial. Sedangkan tujuan ekonomi islam sangat
komprehensif mempertimbangkan aspek spiritual untuk kehidupan dunia dan
1 Aziz, Fathul Aminudin. "HUKUM DENDA DALAM KEUANGAN PUBLIK ISLAM DI
INDONESIA." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 12.2 (2018): 313-328. Hal. 314
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
259
akhirat.2 Buku-buku teks ekonomi barat sangat sedikit menyebutkan peranan kaum
muslimin, para sejarawan barat menulis sejarah ekonomi dengan asumsi periode
Yunani dan Skolastik adalah steril dan tidak produktif. Misalkan sejarawan ekonom
Joseph Schumpeter, ia sangat mengabaikan peranan kaum muslimin. 3
Sejalan dengan yang diajarkan oleh Islam tentang pemikiran yang berpegang
teguh pada Al Qur’an dan Hadits, konsep serta teori ekonomi pada Islam pada
hakekatnya merupakan respon cendekiawan muslim terhadap tantangan ekonomi
pada saat itu, ini juga berarti bahwa pemikiran ekonomi Islam sesuai apa yang
diajarkan oleh Islam. 4
Al Qur’an merupakan pesan Allah SWT. yang bersifat universal yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an berisi segala sesuatu yang
berhubungan dengan berbagai macam kandungan, diantaranya keimanan, ilmu
pengetahuan, sejarah, motivasi, komunikasi, filsafat, politik, peraturan-peraturan
yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk
individu maupun makhluk sosial, untuk berintraksi dengan sesama.5
Dalam Al Qur’an memang tidak ada istilah ekonomi, istilah ekonomi bersal
dari kata latin “ecos” dan “nomos”. Kata ini memang tidak dijumpai di Al Qur’an,
hanya saja jika membuka kamus modern Bahasa Arab yang ditulis oleh hans Wehr
dijumpai kata “Qashada” yang melahirkan kata “Qasd” yang mempunyai arti endeavor,
aspiration, intentions, intent, design, purpose, resolution, object, goal, aim and frugality,
thrift dan economy. Qasadan (intentionally, purposely, advisadly, on purpose’
deliberately). Qasdhi (intentionally, intended). Qashid (aspired, desired, aimed at,
intended). Maqsid (intentional, intended). Qashid (aspired, desaired, aimed at,
intended). Maqshid atau Maqhasid (destination) dan Iqtishad (Saving, Economization,
retrenchment, thriftiness, thrift, providence, economy). Dari kata ini lahirlah “Ilm al
Iqtishadi (Ilmu Ekonomi), Ilm al Iqtishadi al Syiasi (Politik Ekonomi), Iqtishadi fil waqti
(in order to save time) dan al Iqtishadiyah (Ekonomi). 6
2 Ibid.. Hal. 315
3 Adiwarman Azwar Karim, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” (PT. Raja Grafindo
Persada) Hal. 8 4 Ibid.. Hal. 10
5 AZIZ, Fathul Aminudin. MEMAHAMI MANAJEMEN ISLAM MELALUI PENDEKATAN
TAFSIR METODOLOGIS. Jurnal Ekonomi Islam| Islamic Economics Journal, 2018, 6.2. Hal. 181 6 Muhammad, “Metodelogi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam” Penerbit Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta. Hal. 4
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
260
Dalam menjalankan aktifitasnya dari berbagai aktifitas, tentunya seorang
muslim berbeda dengan Non Muslim, orang Islam harus mengedepankan Tauhid
sebagai landasan fundamental ajaran Islam, selain itu Tauhid sebagai pandangan
hidup bagi orang Islam. Olehkarena itu, dikarenakan Ekonomi bagian dari
kebudayaan, dan sebagai bagian dari kebudayaan ekonomi Islam tidak bisa
dipisahkan dari pandangan tauhid sebagai dasar pandangan hidup seorang muslim
yang memiliki dimensi teologi, kosmologi dan antropologi. 7
Dari situlah Ilmu Ekonomi Islam membahas tentang prilaku orang-orang
Islam dalam suatu masyarakat Muslim yang khas, bisa jadi kelihatannya seperti ilmu
ekonomi konvensional namun berdasarkan watak normative yang dimilikinya. Istilah
itu tidak tepat, yakni karena tidak dibatasi hanya membuat keputusan-keputusan
factual Ilmu Ekonomi Islam bebas dalam membuat keputusan-keputusan nilai,
khususnya keputusan nilai yang didasarkan pada agama.8
Pada dasarnya dalam Ekonomi Islam bertujuan keadilan dalam beraktifitas
Ekonomi. Keadilan merupakan nilai paling pokok dalam aktifitas ekonomi, baik
produksi maupun distribusi, dalam Al Qur’an terdapat beberapa istilah tentang
keadilan, selain kata al adl, yang disebutkan oleh Al Qur’an ialah akata al Qisth, Mizan,
hiss, Qasd dan Wasath.9 Zaman Rasululloh SAW dan Khulafa al Rasyidin dalam
menjalankan praktik dan kebijakan ekonomi, merupakan contoh empiris yang
dijadikan pijakan bagi cendekiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori
ekonominya.10
B. Zayd Bin Ali
1. Biografi Singkat Zayd Bin Ali
Nama lengkap Zayd bin Ali adalah Imam Zayd ibn Ali Zainal Abidin ibn
Husain sebagai Imam kelima dari dua belah Imam dalam tubuh Syi’ah. Zayd bin Ali
adalah putra Imam Syi’ah yang ke empat, yaitu Ali Zainal Abidin dan cucu dari
Husain bin Ali Imam Syi’ah yang kelima.
7 Musa Asy’arie, “Filsafat Ekonomi Islam”, Penerbit : Lembaga Studi Filsafat Islam 2015. Hal.
61 8 Sayed Nawab Haidar Naqvi, “Menggagas ilmu Ekonomi Islam”, Pustaka Pelajar Yogyakarta
2003. Hal. 17 9 Ija Suntana, “Politik Ekonomi Islam Siyasah Maliyah” Pustaka Setia 2010. Hal. 68
10 Adiwarman Azwar Karim, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” (PT. Raja
Grafindo Persada) Hal. 10
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
261
Zayd bin ali dilahirkan di Madinah tahun 80 H/ 699 M. pertama kali beliau
belajar kepada orang tuanya sendiri Ali zainal Abidin. Setelah Ali zainal Abidin
wafat pada tahun 94 H, pada saat itu Zayd berumur 14 tahun, kemudian beliau
berguru kepada Syekh ja’far As Shidiq, pada saat itu diasuh oleh Muhammad Al
Bahir.11
2. Pemikiran Ekonomi Zayd Bin Ali
Zayd bin Ali adalah penggagas penjualan secara kredit dengan harga yang
lebih tinggi disbanding harga tunai. Zayd bin Ali memperbolehkan penjualan hal
tersebut. Hanya saja Zayd bin Ali tidak memperbolehkan harga yang ditangguhkan
pembayarannya lebih tinggi dari pembayaran tunai, seperti penambahan
pembayaran dalam penundaan pengembalian pinjaman, dikarenakan penambahan
terhadap penundaan adalah riba.12
Pada perinsipnya transaksi barang atau jasa yang halal jika didasarkan atas
suka sama suka dan diperbolehkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An
Nisa’ Ayat 29 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”
Pada masanya Zayd bin Ali suadah mulai berkembang proses jual beli barang
dengan system kredit atau transaksi pembayaran yang ditangguhkan. Pada saat itu
harga yang lebih tinggi ditentukan oleh penjual, jika pembeli menangguhkan
pembayaran menyicil maka sebagai kompensasi kepada penjual, dikarenakan
penjual memberikan kemudahan kepada pembeli dalam pembayaran. Transaksi
ini sah dan dibenarkan selama transaksi tersebut dilandasi oleh prinsip sama sama
ridha diantara kedua pihak.13
C. Abu Hanifah
1. Biografi Singkat Abu Hanifah
11
http://gubuktatang.blogspot.com/2016/12/pemikiran-ekonomi-menurut-zyd-bin-ali.html
diakses pada tanggal 22-9-2019 pukul 9.17 WIB
12 Fahrur Ulum, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” Buku Perkuliahan S1 Program
Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel. Government of Indonesia. Hal. 77 13
Ibid.. 79
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
262
Abu Hanifah lahir di Kufah tahun 80 H/ 699 M, beliau dilahirkan pada
masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Beliau lahir diberi nama Nu’man bin
Tsabit bi Marzuban dari keturunan Persia. Abu hanifah berasal dari keturunan
Kabul Ibukota Afganistan. Kakek beliau Marzuban masuk Islam pada masa
Khalifah Umar bin Khatab, yang pada ahirnya membuat kakeknya Abu hanifah
pindah ke Kufah dan menetap disana.14
2. Pemikiran Abu Hanifah
Abu Hanifah mempunyai lima landasan adilah, yang terdiri dari : Al
Qur’an, As Sunah, Ijma’, Qiyas dan Istishsan. Beliau berpendapat karena
berdasarkan sunah Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Daud :
“Bahwa Rasulullah ketika akan mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman
beliau bersabda: Bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada sebuah
peradilan yang dihadapkan kepadamu? Mu'adz menjawab, Saya akan
memutuskan menggunakan Kitab Allah. Beliau bersabda: Seandainya engkau
tak mendapatkan dalam Kitab Allah? Mu'adz menjawab, Saya akan kembali
kepada sunnah Rasulullah . Beliau bersabda lagi: Seandainya engkau tak
mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah serta dalam Kitab Allah? Mu'adz
menjawab, Saya akan berijtihad menggunakan pendapat saya, & saya tak akan
mengurangi. Kemudian Rasulullah menepuk dadanya & berkata: Segala puji
bagi Allah yg telah memberikan petunjuk kepada utusan Rasulullah untuk
melakukan apa yg membuat senang Rasulullah.” [HR. Abudaud No.3119].15
Abu Hanifah masyhur sebagai pemuka madzhab pada persoalan persoalan
fiqh, sehingga sulit ditemukan kebijakan-kebijakan khusus tentang Ekonomi yang
ditawarkan oleh Abu Hanifah. Namun beliau mengemukakan banyak pendapat
dalam akad muamalat dalam persepektif fiqh. Adapun pemikiran Ekonomi abu
Hanifah adalah sebagai berikut :
a) Akad Salam
Pemikiran yang pertama dibahas terlebih dahulu oleh Abu Hanifah yaitu
mengenai akad salam. Salam adalah penjualan suatu barang dengan
14
Wahbi Sulaiman Ghawiji, “Abu Hanifah Nu’man Imam al-Aimmah al-Fuqaha” (Beirut: Darul
Qalam, 1993), h.47 15
Mohammad Ghozali, “Analisis Pemikiran Ekonomi Islam Imam Abu Hanifah” Al Falah:
Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, 2018. Hal. 35
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
263
menggunakan lafal salam atau salaf, menyebut sifat-sifatnya sebagai
persyaratan jual beli, sedangkan barangnya masih dalam tanggungan penjual.
Dalam pengertian sederhana, Bai’ salam berarti pemberian barang yang
diserahkan dikemudian hari, sementara pembayaran dilakukan dimuka.16
b) Zakat Madu
Pemikiran Abu Hanifah yang dibahas selanjutnya ialah zakat madu. Abu
Hanifah beserta murd-muridnya berpendapat bahawa madu juga wajib
dizakati, asalkan sarang lebah letaknya tidak dilahan kharja. Abu Hanifah
mewajibkan zakat madu berlandasan pada hadist yang 42 diriwayatkan oleh
Ibnu Majjah. Dari Amr bin Syu‟aib dari bapaknya, dari kakeknya, dari Abdullah
bin Amr, dari Nabi SAW bahwasanya ia telah memungut zakat dari madu
sebanyak sepersepuluh.17
c) Akad Hawalah
Abu Hanifah juga membahas terkait akad hawalah. Hawalah adalah akad
pengalihan tanggungan hutang dari pihak pertama kepada pihak kedua yang
memiliki hutang dari pihak pertama.18 Akad ini berlandasan pada Hadist dan
Ijma’ yang telah disepakati oleh para ulama termasuk Abu Hanifah. Hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda:
menunda pembayarah hutang bagi orang yang kaya adalah suatu kedzaliman,
dan jika dialihkan dari kamu kepada orang yang kaya, maka ia harus menerima
penyerahan itu19
D. Abu Yusuf
1. Biografi Singkat Abu Yusuf
Abu Yusuf memiliki nama lengkap yaitu Ya’qub bin Ibrahim bin Habib bin
Khunais bin Sa’ad al Anshari, beliau lahir di Kufah tahun 113 H (731 M) dan ia
wafat pada tahun 182 H (789 M). dari ibunya ia mempunyai nasab atau
mempunyai hubungan darah dengan seorang sahabat Rasululloh SAW. Sa’ad al
Anshari. Semenjak kecil ia berminat mempelajari ilmu pengetahuan , pada saat
16
Dumairi Nor “Ekonomi Syariah Versi Salaf” (Pustaka Sidogiri, 2008). Hal. 47 17
Mohammad Ghozali, “Analisis Pemikiran Ekonomi Islam Imam Abu Hanifah” Al Falah:
Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, 2018. Hal. 38 18
Dumairi Nor “Ekonomi Syariah Versi Salaf” (Pustaka Sidogiri, 2008). Hal. 47 19
Mohammad Ghozali, “Analisis Pemikiran Ekonomi Islam Imam Abu Hanifah” Al Falah:
Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, 2018. Hal. 39
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
264
itu ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan Kufah yang ketika itu merupakan
salah satu peradaban Islam, dan banyaknya cendekiawan Muslim dari penjuru
dunia berdatangan untuk saling bertukar pikiran tentang berbagai bidang
ilmu.20
2. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf
Abu Yusuf yang mempunyai latar belakang seoarng fuqoha yang
beraliran ah lar ra’yu, ia cenderung memaparkan berbagai pemikirannya
dibidang ekonomi dengan menggunakan analisis qiyas yang didahului melalu
kajian mendalam terhadap Al Qur’an, Hadist Nabi, Atsar Sahabi serta praktik
penguasa yang shalih.
Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah tentang keuangan publik,
Abu Yusuf menguraikan masalah keuangan dan menunjukan beberapa
kebijakan yang harus diadopsi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat.21
Pemikiran Abu Yusuf selain tentang keuangan publik, ia juga
mempunyai pemikiran tentang pasar. Pemikiran ini dapat dijumpai dalam
bukunya Al Kharaj. Selain membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran
negara yang menjadi pedoman pada masa Khalifah Al Rasyid di Baghdad. Buku
ini membahas beberapa prinsip dasar mekanisme pasar. Tulisan pertamanya
menjelaskan tentang naik dan turunnya produksi yang dapat mempengaruhi
harga. Abu Yusuf mengatakan :
There is no definite limit of cheapness and expensiveness that can be
ascertained. It is a matter decided from heaven ; the principles is unknown.
Cheapness is not due to abundance of food, nor expensiveness due to
scarcity. They are subject to the command and decision of God. Sometimes
food is plentiful but still very dear and sometimes is is too liitle but is cheap.
Pada saat itu masyarakat memahami bahwa harga barang hanya
ditentukan oleh jumlah penawarannya saja. Dengan kata lain, bila hanya
tersedia sedikit barang maka harga akan mahal, sebaliknya jika tersedia
banayak barang maka harga akan murah. Mengenai hal tersebut Abu Yusuf
20
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), Hal.
231 21
Ibid. Hal. 235
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
265
mengatakan, “tidak ada Batasan tertantu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya, prinsipnya tidak bisa
diketahui. Murah karena bukan melimpahnya makanan, begitu juga mahal
bukan karena langkanya makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan
Allah SWT. kadang-kadang makanan sangat sedikit, tetapi harganya murah.”
Secara implisit pernyataan ini menunjukan bahwa harga bukan hanya
ditentukan oleh penawaran, tetapi juga permintaan terhadap barang
tersebut.22
Bahkan Abu Yusuf mengindikasikan adanya variable-variabel lain yang
juga turut mempengaruhi harga misalnya jumlah uang beredar dinegara itu,
penimbunan suatu barang, atau lainnya. Pemikiran Abu Yusuf merupakan hasil
observasinya terhadap fakta empiris, sering kali terjadi melimpahnya barang
ternyata diikuti dengan tingginya tingkat harga, sementara kelangkaan barang
diikuti dengan harga yang rendah.23
E. As Syaibani
1. Biografi Singkat As Syaibani
Abu Abdillah Muhammad bin Al Hasan bin Farqad Al Syaibani lahir pada
tahun 132 H (750 M) di kota Wasith Ibukota Iraq pada masa pemerintahan
Bani Umayyah. Ayahnya berasal dari negeri Syaiban yang berada diwilayah
Jazirah arab, keluarganya pindah kekota Kufah yang pada saat itu merupakan
pusat kegiatan Ilmiah. Dikota tersebut ia belajar Fiqh, sastra dan Bahasa serta
Hadits pada ulama setempat, seperti Mus’ar bin Kadam, Sufyan Sauri, Umar bin
Dzar dan Malik bin Maghul. Pada waktu usia 14 tahun As Syaibani berguru
kepada Abu Hanifah selama 4 tahun, setelah itu ia berguru kepada Abu Yusuf
salah seorang murud terkemuka yang menggantikan Abu Hanifah, hingga
keduanya tercatat sebagai penyebar madzhab Hanafi. 24
2. Pemikiran Ekonomi As Syaibani
Menurut As Syaibani, usaha-usaha perekonomian terjadi atas empat
macam, yaitu sewa menyewa, perdagangan, pertanian dan perindustrian.
22
Nur Rianto Al Arif, “Dasar-dasar Ekonomi Islam”, PT. Era Adicitra Intermedia 2011. Hal.
179 23
Ibid.. Hal. 180 24
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), Hal.
254
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
266
Sedangkan para pakar ekonom kontemporer mambgi tiga, yaitu pertanian,
perindustrian dan jasa. Dari keempat tersebut As Syaibani mengutamakan
pertanian daripada yang lainnya. Ia berpendapat bahwa pertanian
memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menjunjung
dalam melaksnakan berbagai macam kewajibannya.
Dari segi hukum As Syaibani membagi usaha perekonomian menjadi
dua, yaitu fardhu kifayah dan fardu ‘ain. Usaha perekonomian memiliki atau
dihukumi fardhu kifayah jika telah ada orang yang mengusahakannya atau
menjalankannya dan roda perekonomian akan terus berjalan. 25
Usaha yang dihukumi fardhu ‘ain karena usha-usaha perekonomian itu
mutlak dilakukan oleh seorang untuk memenuhi kehidupan hidupnya dan
kebutuhan orang yang ditanggungnya, jika tidak melakukan usaha
perekonomian maka kebutuhan dirinya dan yang ditanggungnya tidak
terpenuhi sehingga akan menimbulkan kebinasaan bagi dirinya dan
tanggungannya.26
F. Analisis
Ekonomi sudah berkembang pada masa Islam, seperti halnya pada masa Zayd
Bin Ali yang sudah memiliki pemikiran ekonomi seperti halnya sekarang yaitu tentang
jual beli kredit yang diperbolehkan. Abu Hanifah juga mempunyai konsep pemikiran
Ekonomi pada masa 699 M, sehingga beliau dijadikan tokoh Islam yang memunculkan
Ekonomi Islam, misalnya yang diterapkan pada masa itu ialah akad Salam, Hiwalah dan
Zakat Madu.
Selain kedua tokoh diatas diantaranya Abu Yusuf dan As Syaibani. Abu Yusuf
memiliki pemikiran Keuangan Publik dan Pasar, sehingga muncul pemikiran pemikiran
perpajakan dan anggaran negara pada masa Khalifah al rasyid. Sedangkan As Syaibani
memiliki pemikiran Ekonomi, bahkan ketika membaca konsep As Syaibani para
Ekonom Kontemporer mengadopsi pemikiran As Syaibani, misalkan pembagian macam
macam perekonomian.
Disini kita sudah bisa membaca, antara perbandingan Ilmu Ekonomi pada masa
Islam sebetulnya sudah lebih maju, hanya saja pada saat ini, buku buku yang menjadi
25
Ibid.. Hal. 261 26
Ibid.. Hal. 261
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
267
rujukan para siswa atau mahasiswa yang sedang belajar Ilmu Ekonomi lebih
didominasi oleh buku yang bersumber dari Ekonomi Barat.
G. Kesimpulan
1. Zayd bin Ali
Pada masa Zayd bin Ali, ia sudah memiliki pemikiran tentang ekonomi
yang hari ini sudah berjalan dimana-mana, misalkan system pembelian kredit.
Zayd bin Ali tidak memperbolehkan harga yang ditangguhkan pembayarannya
lebih tinggi dari pembayaran tunai, seperti penambahan pembayaran dalam
penundaan pengembalian pinjaman, dikarenakan penambahan terhadap
penundaan adalah riba. Menurut Zayd bin Ali, perinsipnya transaksi barang atau
jasa yang halal jika didasarkan atas suka sama suka dan diperbolehkan.
2. Abu Hanifah
Abu Hanifah Mashur sebagai ulama Ahli Fiqh, tetapi ia juga mempunyai
pemikiran Ekonomi diantaranya ialah tentang :
1. Akad Salam
2. Zakat Madu dan
3. Akad Hawalah
3. Abu Yusuf
Pemikiran Abu Yusuf tentang ekonomi diantaranya adalah tentang keuangan
publik, Abu Yusuf menguraikan masalah keuangan dan menunjukan beberapa
kebijakan yang harus diadopsi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat. Pemikiran Abu Yusuf selain tentang keuangan publik, ia juga mempunyai
pemikiran tentang pasar.
4. As Syaibani
Hal yang dibicarakan As Syaibani tentang Ekonomi diantaranya ialah,
usaha-usaha perekonomian terjadi atas empat macam, yaitu sewa menyewa,
perdagangan, pertanian dan perindustrian.
Menurut As Syaibani, dari segi hukum As Syaibani membagi usaha
perekonomian menjadi dua, yaitu fardhu kifayah dan fardu ‘ain. Usaha
perekonomian memiliki atau dihukumi fardhu kifayah jika telah ada orang yang
mengusahakannya atau menjalankannya dan roda perekonomian akan terus
berjalan.
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
268
Pada dasarnya perekonomian konvensional merupakan adopsi dari
Ekonomi Islam, dari beberpa refrensi yang saya baca para pakar ekonom
konvensional menyembunyikan sejarah perkembangan ekonomi Islam, padahal
mereka mengadopsinya. Untuk mengembangkan kembali, kaum Muslim harus
mempelajari dan menyiapkan sumberdaya manusia yang lebih memadai terkait
ekonomi. Supaya bisa menjalankan sesuai apa yang ditentukan oleh Ekonomi
Islam. Supaya dalam menjalankan perekonomian sesuai Teologi Ekonomi Islam,
Kosmologi Ekonomi Islam dan Antropologi Ekonomi Islam, sehingga mencapai
kesejahteraan bagi umat Islam.
Daftar Pustaka Adiwarman Azwar Karim, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2012
Aziz, Fathul Aminudin. "HUKUM DENDA DALAM KEUANGAN PUBLIK ISLAM DI INDONESIA." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 12.2 (2018): 313-328
AZIZ, Fathul Aminudin. MEMAHAMI MANAJEMEN ISLAM MELALUI PENDEKATAN TAFSIR METODOLOGIS. Jurnal Ekonomi Islam| Islamic Economics Journal, 2018, 6.2
Dumairi Nor “Ekonomi Syariah Versi Salaf” Pasuruan : Pustaka Sidogiri, 2008
Fahrur Ulum, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” Buku Perkuliahan S1 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel. Government of Indonesia.
Muhammad, “Metodelogi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam” Yogyakarta : Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta 2003
Mohammad Ghozali, “Analisis Pemikiran Ekonomi Islam Imam Abu Hanifah” Al Falah: Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, 2018.
Musa Asy’arie, “Filsafat Ekonomi Islam”, Yogyakarta :Penerbit Lembaga Studi Filsafat Islam 2015.
Nur Rianto Al Arif, “Dasar-dasar Ekonomi Islam”,Solo : PT. Era Adicitra Intermedia 2011 Ija Suntana, “Politik Ekonomi Islam Siyasah Maliyah” Bandung : Pustaka Setia 2010 Wahbi Sulaiman Ghawiji, “Abu Hanifah Nu’man Imam al-Aimmah al-Fuqaha” Beirut: Darul
Qalam, 1993 Sayed Nawab Haidar Naqvi, “Menggagas ilmu Ekonomi Islam”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
2003. http://gubuktatang.blogspot.com/2016/12/pemikiran-ekonomi-menurut-zyd-bin-
ali.html
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
269