efektifitas teknik self-instruction dalam mereduksi...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS TEKNIK SELF-INSTRUCTION DALAM MEREDUKSI
STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI MA YAROBI
KEC. GROBOGAN, KAB. GROBOGAN
TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh
ENGGAR SAYEKTI
111 11 132
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
i
ii
EFEKTIFITAS TEKNIK SELF-INSTRUCTION DALAM MEREDUKSI
STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI MA YAROBI
KEC. GROBOGAN, KAB. GROBOGAN
TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh
ENGGAR SAYEKTI
111 11 132
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
iii
iv
v
vi
MOTTO
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram”
(QS. Ar-Raad ayat 28)
Hidup itu adalah permainan, jika engkau tidak bisa maka mencobalah, jika
engkau gagal ulangilah, jika engkau berhasil satu tingkat naiklah ketingkat
berikutnya, jika engkau berhasil menyelesaikannya beralihlah ke permainan
yang lain, namun jika engkau telah melakukan semuanya dan masih gagal,
bersabarlah karena itu adalah takdir. (Penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap
mempunyai peran penting dalam hidup-Ku
1. Bp. Ibu. yang selalu memberikan motivasi, do’a dan bantuan material kepada
penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaiakan.
2. Adek Suryo Prayogo, Kakak Nur Endah Setyowati dan Imam Afan Mustofa,
Ponakan Gafar Arifudin dan M. Rijal Faras yang selalu mendampingi serta
mengobati lelah penulis.
3. Teman Nur Asyiyah, Faizin, Tegar, Lutvi, Saci, yang memberikan dorongan dan
menghibur penulis di setiap kejenuhan.
4. Almamater Ku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini
adalah “Efektifitas Teknik Self-Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik pada
Siswa Kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab. Grobogan Tahun 2016/2017”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan
tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal
proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
ix
x
ABSTRAK
Sayekti, Enggar. 2017. Efektifitas Teknik Self-Instruction dalam Mereduksi Stress
Akademik pada Siswa Kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab.
Grobogan Tahun 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci: self instruction dan stress akademik.
Fenomena stress akademik yang terjadi di MA Yarobi Kec. Grobogan, Kab.
Grobogan itu sendiri adalah banyaknya siswa yang bolos pada saat jam pelajaran
berlangsung, banyak juga siswa yang mengaku jarang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, menggerutu ketika guru memberikan tugas serta tidak merasakan
kepuasan terhadap penjelasan guru di depan kelas. Selain itu, prestasi belajar yang
diperoleh siswa menurun tidak memenuhi KKM baik dalam mata pelajaran maupun
KKM yang telah ditentukan sekolah. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu dasar
untuk melakukan penelitian ini secara lebih mendalam.
Adapun rumusan permasalahan yang penulis teliti, sebagai berikut: (1)
Bagaimana pelaksanaan teknik self-instruction pada siswa? (2) Bagaimana tingkat
stres akademik siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbingan dengan teknik self
instruction? (3) Apakah teknik self-instruction efektif untuk mereduksi stres
akademik siswa? Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
mendekatkan analisis data numerik (angka) yang dianalisis dengan metode statistik,
teknik pengumpulan data menggunakan angket, interview dan observasi. Analisa data
dengan penelitian jenis One-Group Pretest-Posttest Design (hasil perlakuan akan
dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan).
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan teknik self-instruction efektif
dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI, Kec.
Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017. 1) Pelaksanaan teknik self-instruction
guru bertindak sebagai model: (a) bertanya, (b) menjawab pertanyaan, (c)
membimbing diri dan memfokuskan perhatian, (d) mengevaluasi diri dan mengoreksi
kesalahan, (e) self-reinforcement. Kegiatan bimbingan dilaksanakan dalam 3 sesi,
yakni: sesi pertama sebagai perkenalan dan untuk mengetahui tingkat stress
akademik yang dialami siswa (siswa mengerjakan angket sebagai pre-test). Sesi
kedua, pemberian perlakuan teknik self instruction (evaluasi siswa terhadap guru
dalam menyampaikan materi, guru dan peneliti menilai siswa dilihat dari aspek
perilaku, pikiran dan emosi). Sesi ketiga, merupakan evaluasi yakni siswa
mengerjakan angket yang sama untuk menilai stress akademik setelah dilakukan
tindakan sebagai post-test; 2) Berdasarkan tabel perbandingan pre-test dan post-test,
menunjukkan terdapat 20 siswa pada variabel sesudah mengalami peningkatan dari
pada variabel sebelum. Rata-rata rangking (mean rank) = 10,50 merupakan
pengurangan nilai rata-rata post-test sebesar 67,65 dengan nilai pretest sebesar 56,60;
3) Berdasarkan tabel paired samples test nilai thitung sebesar -16,102 dengan sig 0.000.
xi
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat kebebasan (df) n-1
atau 20-1 = 19. Hasil perhitungan yang didapat dari nilai signifikansi 0,05 > 0,000
dan t hitung (-16.015) < t tabel (2.093).
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... iii
PERNYATAAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
E. Definisi Operasional ................................................................. 10
F. Hipotesis .................................................................................... 14
xiii
G. Metode Penelitian ..................................................................... 14
H. Sistematika Pembahasan ........................................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Self Instruction .......................................................................... 23
B. Stress Akademik ....................................................................... 28
C. Efektifitas Teknik Self Instruction dalam Mereduksi Stress
Akademik .................................................................................. 38
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian ...................................................... 43
B. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Analisis Diskriptif Penerapan Teknik Self Instruction ....... 67
2. Analisis Tingkat Stress Akademik Siswa Sebelum dan
Sesudah Pelaksanaan Teknik Self Instruction .................... 72
3. Analisi Uji Hipotesis ........................................................... 76
B. Pembahasan .............................................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 83
B. Saran ......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Keadaan Guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2017 ............................................ 45
Tabel 3.2 Keadaan Sarana Prasarana MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2017 .......................... 50
Tabel 3.3 Daftar Responden ............................................................................ 51
Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pada Siswa Kelas XI
MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
2016/2017 ........................................................................................ 53
Tabel 3.5 Desain Penelitian One-Group Pretest--Posttest Design ................... 54
Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Stress Akademik ................................................... 55
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Stress Akademik Siswa ................... 56
Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket .......................................... 58
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Stress Akademik Siswa ................................. 59
Tabel 3.10 Skor Jawaban Pre-Test ..................................................................... 60
Tabel 3.11 Lembar Evaluasi Guru ..................................................................... 64
Tabel 3.12 Evaluasi Penerapan Teknik Self Instruction Siswa ......................... 64
Tabel 3.13 Hasil Jawaban Post-Test .................................................................. 65
Tabel 4.1 Kriteria Penggolongan Skala Pre-Test ............................................. 68
Tabel 4.2 Analisis Hasil Pre-Test ................................................................... 70
Tabel 4.3 Kriteria Penggolongan Skala Post-Test ........................................... 71
Tabel 4.4 Analisis Hasil Post-Test ................................................................... 72
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Jawaban Pre-Test dan Post-Test ...................... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test ................................... 74
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Hipotesis ............................................................. 77
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan I Struktur Organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 .......................................... 47
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Perbedaan Hasil Jawaban Pre-Test dengan Post-Test ................... 73
Diagram 4.2 Grafik Uji Normalitas Skor Pre-Test ............................................ 75
Diagram 4.3 Grafik Uji Normalitas Skor Post-Test ........................................... 75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK
Lampiran 6 Angket Stress Akademik (Pre-Test dan Post-Test)
Lampiran 7 Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Pre Test)
“Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun
2016/2017”
Lampiran 8 Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Post Test)
“Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun
2016/2017”
Lampiran 9 Hasil Analisis Data Menggunakan SSPS
Lampiran 10 Evaluasi Kegiatan
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12 Pernyataan Publikasi Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu di dunia ini mengalami fase perkembangan dalam
hidupnya, tak terkecuali remaja. Erickson dalam Sobur (2003:136) menyatakan
bahwa remaja merupakan individu yang berada dalam rentang usia 12-18 tahun.
Pada masa ini individu mengalami transisi dari masa anak menuju masa dewasa.
Pada masa ini, individu mulai merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya
baik secara fisik, psikis, sosial serta intelektualnya. Transformasi intelektual
yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan mereka untuk mencapai
intergrasi dalam hubungan sosial dengan orang dewasa.
Harapan yang tinggi tersebut dapat membuat remaja mengalami konflik
dan rentan stres. Zaleski dalam Wilks (2008:107) menemukan bahwa jumlah
peristiwa dalam kehidupan yang penuh stres mengalami peningkatan pada saat
seseorang berstatus sebagai pelajar. Sebagian besar usia sekolah menengah
bertepatan dengan masa remaja. Remaja yang tidak mampu menghadapi tuntutan
pendidikan menunjukkan ketidaksenangan dengan menjadi orang yang
berprestasi rendah, bekerja dibawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau
dalam mata pelajaran yang tidak disukai. Stres akademik merupakan produk
kombinasi dari tuntutan terkait dengan bidang akademik yang melebihi
kemampuan yang dimiliki individu. Jika siswa tidak dapat mengatasi stres
2
akademik dengan efektif, maka kemungkinan akan menimbulkan konsekuensi
kesehatan psiko-sosial-emosional.
Goodman & Leroy dalam Mc Kean & Misra (2000: 41) menyatakan
bahwa sumber stres siswa dikategorisasikan menjadi: akademik, keuangan,
yang berkaitan dengan waktu dan kesehatan dan self-imposed. Para siswa juga
mengemukakan mengalami stres akademik pada setiap semester dengan sumber
stres akademik yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian, kompetisi nilai, dan
dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu yang singkat.
Senada dengan hal tersebut, Desmita (2011:297) menyatakan bahwa stresor
akademik merupakan sumber stres yang berasal dari proses belajar
mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, yang meliputi
tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai
ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan
dan karir, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu.
Greenberger dalam Rafidah (2009:16) menyatakan bahwa masalah
akademik merupakan sumber stres utama bagi pelajar. Beberapa penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa tingkat stres akademik siswa tergolong dalam
kategori tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurakhman (2009:66)
di SMA Pasundan 2 Bandung menunjukkan terdapat 48,3% siswa dengan
tingkat stres sangat tinggi, 45% siswa berada pada kategori tinggi, 6,67%
kategori sedang dan tidak ada seorangpun siswa (0%) yang berada pada
kategori rendah dan sangat rendah.
3
Perubahan tuntutan belajar dari masa sebelumnya juga menyebabkan
munculnya gejala stress. Kondisi ini, disebabkan oleh tuntutan yang tinggi
terhadap prestasi siswa dari tahun ke tahun Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan standar kelulusan yang selalu meningkat serta
pemerintah daerah kabupaten dan kota juga menuntut dan menekan pihak sekolah
agar mencapai prestasi yang tinggi serta tingkat kelulusan siswa yang harus
mendekati 100 %. Tuntutan yang tinggi, seringkali menjadi pemicu munculnya
stres pada peserta didik khususnya pada mereka yang tidak memiliki kesiapan
dan kedisiplinan dalam belajar. Menurut Baldwin (dalam Desmita, 2009) dalam
menghadapi beban pelajaran di rasa cukup berat di sekolah akan dapat
menimbulkan stress pada remaja, terutama bagi remaja midle school, mengingat
pada masa ini remaja pada umumnya mengalami tekanan dari pihak sekolah dan
kadangkala dari orang tua untuk memperoleh nilai yang tinggi agar dapat
melanjutkan pendidikan ke sekolah favorit. Lebih lanjut Rainham (dalam
Desmita, 2009) menyatakan bahwa pada masa-masa sekolah menengah pertama
di satu sisi merupakan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang sangat
berharga bagi remaja, tetapi di sisi lain mereka dihadapkan dengan banyaknya
tuntutan dan perubahan yang cepat yang pada akhirnya dapat membuat mereka
mengalami masa-masa yang penuh dengan stress. Stress di bidang akademik pada
anak muncul ketika harapan untuk meraih prestasi akademik meningkat, baik dari
orang tua, guru ataupun teman sebaya. Harapan tersebut seringkali tidak sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki (Shahmohammadi, 2011).
4
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurmalasari (2011:290) mengenai
tingkat stres akademik siswa SMP I Lembang menunjukkan bahwa 22,07% siswa
mengalami stres akademik pada area fisik; 19,03% pada area perilaku;
28,44% pada area pikiran dan 30,05% pada area emosi. Thoresen and
Eagleston (Roberson, 1985:5) menyatakan bahwa anak atau remaja yang
menghadapi seperangkat tuntutan tanpa kemampuan yang memadai akan
meresponnya dengan cara yang berbahaya atau maladaptif. Sehingga dapat
menimbulkan respon perilaku, seperti: menarik diri, penyalahgunaan alkohol
dan obat-obatan serta perilaku membolos. Dalam area kognitif,
ketidakseimbangan antara tuntutan dengan kemampuan ini dapat mengakibatkan
perasaan rendah diri dan selalu merasa gagal.
Berdasarkan berbagai penelitian (Nurdini, 2009: 6), siswa yang
mengalami stres akademik menunjukan perilaku seperti bolos sekolah,
cemas menghadapi ulangan atau ujian, mencontek, tidak peduli terhadap
materi, tidak menguasai kompetensi, tidak betah di sekolah, takut menghadapi
guru, tidak dapat berkonsentrasi di kelas, ingin pindah kelas, cemas terhadap
materi yang sulit, jenuh kalau ada pelajaran tambahan, takut terhadap
pelajaran tertentu, panik menghadapi tugas yang menumpuk atau sulit, tidak
percaya diri ketika mengisi jawaban soal-soal, dan lelah mengikuti
ekstrakurikuler. Stres akademik pada siswa dapat memberi dampak pada siswa
antara lain motivasi belajar rendah, tidak berhasil menguasai materi-materi
5
pelajaran, gagal dalam mencapai standar kelulusan yang ditetapkan, dan lebih
jauh berkonsekuensi pada keberhasilan siswa dalam proses pengembangan diri.
Stres akademik yang terjadi pada siswa maka diperlukan suatu pemberian
layanan bantuan. Kartadinata (Yusuf dan Nurihsan, 2006:7) menjelaskan
bahwa bimbingan merupakan upaya yang diberikan untuk membantu
individu untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan bimbingan
dan konseling yang membantu siswa dalam permasalahan akademik atau
belajar adalah bimbingan akademik. Bimbingan akademik adalah bimbingan
yang diarahkan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah akdemik. Bimbingan akademik diberikan agar siswa dapat
menghadapi tuntutan yang datang dari sekolah sehinga siswa dapat
melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal di sekolah (Yusuf dan
Nurihsan, 2006: 10). Siswa yang mengalami stres akademik memerlukan
upaya bantuan bimbingan akademik yang bersifat responsif. Layanan responsif
merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau
masalah yang memerlukan bantuan segera (Yusuf dan Nurihsan, 2006:28).
Strategi yang digunakan adalah dengan teknik konseling yang dapat dilakukan
secara individual ataupun kelompok.
Menurut Sarafino (1990:87) salah satu faktor eksternal stres adalah faktor
komunitas dan masyarakat. Contohnya yaitu pengalaman stres anak-anak di
sekolah dan di beberapa kejadian kompetitif. Pada penelitian Armacort (dalam
Rice, 1993:274) tentang stressor pada 1301 pelajar di daerah pinggir kota di
6
Wisconsin. Dia menemukan bahwa stres yang dialami oleh pelajar disana adalah
karena merasa takut, aktivitas sekolah, tekanan teman sebaya, dan kecocokan
dengan lingkungan sekolah. Sumber utama stres di sekolah adalah adanya
harapan agar siswa sukses di bidang akademik, kompetisi antar siswa yang
terlihat lebih cerdas. Banyaknya kasus-kasus yang terjadi dan semakin banyak
stresor yang timbul, semakin meningkat pula tingkat stres pada remaja. Oleh
karenanya penelitian ini dilakukan merupakan langkah awal untuk mendeskripsi
tingkat stress akademik yang terjadi di siswa kelas XI MA Yarobi Kec.
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. Sehingga dapat menjadi data
awal untuk menentukan langkah lanjut bagi terentasnya permasalahan stress di
kalangan siswa.
Hollon and Beck (Lazarus & Folkman, 1984: 336) memaparkan beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani stres yang dialami
individu yaitu behavioral affective yang digunakan untuk menangani
kecemasan yang menghambat perilaku berpotensi, pendekatan dinamis yang
dapat digunakan untuk mengatasi kemarahan serta pendekatan cognitive yang
digunakan untuk menangani pemikiran maladaptif serta penyimpangan
pemrosesan informasi. Selain itu, pendekatan lain yang dapat digunakan dalam
mereduksi stres akademik siswa adalah dengan self instruction training. Bush
(2003) mengungkapkan bahwa self instruction training digunakan untuk
melakukan intervensi pada masalah-masalah emosional dan perilaku.
Meichenbaum (Dobson, 2010:15) menyatakan bahwa perubahan kognitif
7
individu dapat dilakukan dengan menggunakan verbalisasi diri. Teknik yang
dapat digunakan dalam verbalisasi diri tersebut adalah self-instruction training.
Menurut Bryant dan Budd (1982:259) self-instruction training merupakan
teknik yang cocok digunakan dalam mengatasi masalah emosional dan perilaku.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik self-instruction
dapat digunakan dalam menangani masalah emosi dan perilaku. Bryant dan Budd
(1982:266) menyatakan bahwa teknik self-instruction efektif untuk meningkatkan
kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas. Begitu juga Baker dan Butler
(1984) yang menemukan keefektivan self-instruction dalam menurunkan
kecemasan siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, teknik self-instruction dapat
digunakan sebagai salah satu intervensi untuk mereduksi stres akademik yang
dialami siswa. Manusia dilahirkan dengan segenap potensi dan seperangkat
kemampuan dari Tuhan untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan.
Perilaku merupakan salah satu perantara manusia untuk mencapai tujuan dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Perilaku dalam psikologi, dipandang sebagai
sesuatu yang dapat diubah dan dapat dipelajari. Sebagaimana dalam firman Allah
QS. Al-Baqarah ayat 286, berbunyi:
8
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir."
Hasil pra penelitian fenomena stress akademik yang terjadi di MA Yarobi
Kec. Grobogan, Kab. Grobogan itu sendiri adalah banyaknya siswa yang bolos
pada saat jam pelajaran berlangsung, banyak juga siswa yang mengaku jarang
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, menggerutu ketika guru
memberikan tugas serta tidak merasakan kepuasan terhadap penjelasan guru di
depan kelas. Selain itu, prestasi belajar yang diperoleh siswa menurun tidak
memenuhi KKM baik dalam mata pelajaran maupun KKM yang telah ditentukan
sekolah. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu dasar untuk melakukan penelitian
ini secara lebih mendalam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk membahas lebih dalam tentang hal tersebut. Sehingga penulis
mengambil judul skripsi: “Efektifitas Teknik Self-Instruction dalam Mereduksi
Stress Akademik pada Siswa Kelas XI MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai
berikut :
9
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dengan menggunakan teknik self-
instruction pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017?
2. Bagaimana tingkat stres akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi
Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 sebelum dan
sesudah pelaksanaan bimbingan dengan teknik self instruction?
3. Apakah teknik self-instruction efektif untuk mereduksi stres akademik siswa
kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan yang
ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dengan menggunakan teknik self-
instruction pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan Tahun 2016/2017.
2. Untuk mengetahui tingkat stres akademik yang dialami siswa kelas XI
MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017
sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbingan dengan teknik self instruction.
3. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan teknik self-instruction dalam
menangani stres akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017.
D. Kegunaan Penelitian
Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang
efektifitas teknik self-instruction dalam mereduksi stress akademik pada siswa
kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
10
2016/2017, maka harapan peneliti dari penelitian ini dapat memberikan manfaat
secara praktis maupun teoritis, yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah
diperoleh selama kuliah, sehingga penelitian ini merupakan wahana
untuk mengembangkan ilmu yang dimiliki penulis.
b. Penelitian ini digunakan sebagai referensi atau bahan kajian di bidang
ilmu pengetahuan.
c. Dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang
teknik self instruction dalam mengurangi stress akademik pada siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, dapat membantu menangani stres akademik yang dialami
siswa dengan menerapkan teknik self-instruction.
b. Bagi siswa, diharapkan dapat memiliki keterampilan bantuan diri melalui
teknik self-instruction dalam mereduksi stres akademik.
c. Bagi sekolah, penerapan teknik self-instruction untuk menurunkan tingkat
stres akademik bukan hanya berimplikasi pada pemahaman seorang
konselor terhadap pendekatan teknik self-instruction, tetapi juga
menuntun konselor untuk memiliki kepribadian yang mampu menjadi
model (sabar, empati, respek kepada orang lain).
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu
penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas.
Istilah-istilah tersebut adalah :
11
1. Teknik Self Instruction
Self instruction, merupakan sebuah metode yang diadaptasi dari
modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh
Meichenbaum pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa
perilaku maladaptif dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan
verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker & Butler, 1984). Dengan kata lain,
merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan kontrol diri dengan
menggunakan verbalisasi diri sebagai rangsangan dan penguatan selama
menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam Tang, 2006:76 ). Self
instruction adalah suatu teknik untuk membantu klien terhadap apa yang
konseli katakan kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri yang lebih
adaptif (Ilfiandra, 2008). Hal ini berdasarkan pada asumsi Meichenbaum
(Baker & Butler, 1984) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami
perilaku salah dikarenakan pikiran irasional yang diakibatkan kesalahan
dalam melakukan verbalisasi diri.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang dimaksud teknik self
instruction adalah suatu cara mengubah perilaku sesuai tujuan yang hendak
dicapai dengan mengganti verbalisasi diri yang kurang tepat menjadi
verbalisasi yang lebih dapat diterima.
Adapun indikator teknik self instruction, sebagai berikut:
a. Aspek keberartian (significance), adanya kepedulian, perhatian dan afeksi
yang diterima oleh individu dari lingkungan.
12
b. Aspek kekuatan (power), kemampuan individu untuk bisa mengatur
perilaku sendiri dan mempengaruhi perilaku orang lain.
c. Aspek kemampuan (competence), ditandai dengan perfomansi individu
dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dengan baik sesuai dengan
tingkat usia dan tugas perkembangannya.
d. Aspek kebajikan (virtue), ditandai dengan ketaatan individu terhadap
standar moral, etika dan prinsip-prinsip religius.
2. Stress akademik
Stress akademik merupakan stress yang disebabkan oleh academic
stressor. Academic stressor yaitu stress siswa yang bersumber dari proses
belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang
meliputi: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas,
mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan
menentukan jurusan dan karir serta kecemasan ujian dan manajemen waktu
(Desmita, 2011: 297).
Penelitian Wilks (2008:106-125) menunjukkan bahwa masa
menempuh pendidikan di sekolah menengah merupakan suatu pengalaman
yang berharga bagi remaja, tetapi disisi lain banyak siswa
berpendapat bahwa menempuh pendidikan yang lebih tinggi merupakan masa
transisi yang ditandai dengan seperangkat tuntutan yang berkaitan dengan
pengaturan. Stress akademik merupakan produk kombinasi dari tuntutan
13
terkait dengan bidang akademik yang melebihi kemampuan yang dimiliki
individu.
Menurut peneliti stress di bidang akademik adalah respon individu
akibat kesenjangan antara tuntutan lingkungan terhadap prestasi akademik
dengan kemampuan untuk mencapainya sehingga situasi tersebut
mengakibatkan perubahan respon dalam diri individu tersebut, baik secara
fisik maupun psikologis.
Adapun indikator-indikator dalam stress akademik, sebagai berikut:
a. Indikator fisik (objektif dalam bentuk keluhan fisik, seperti: muka
memerah, pucat, lemah dan merasa tidak sehat, jantung berdebar-debar,
gemetar, sakit perut, pusing, badan kaku dan berkeringat dingin).
b. Indikator perilaku (tampak dari perilaku-perilaku menyimpang, seperti:
munculnya rasa cemas, sensitif, sedih, kemarahan, frustasi).
c. Indikator pikiran (tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa
dan sulit mengambil keputusan, seperti: kesulitan memusatkan perhatian
dalam belajar, sulit mengingat pelajaran atau mudah lupa, sulit
memahami bahan pelajaran, berpikir negatif pada diri dan lingkungan).
d. Indikator psikologis (lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti: mudah
marah, sedih dan tersinggung merusak, menghindar, membantah, berkata
kotor, menghina, menunda-nunda penyelesaian tugas sekolah, malas
sekolah dan terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan secara berlebih-
lebihan dan beresiko).
14
F. Hipotesis
Hipotesis diartikan suatu jawaban yang sementara terhadap suatu
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan paparan diatas maka hipotesis penelitian dirumuskan, sebagai
berikut: “penerapan teknik self-instruction efektif dalam menangani stres
akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan Tahun 2016/2017”.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang
mendekatkan analisis pada data numerik (angka) yang dianalisis dengan
metode statistik. Menurut Creswell, pendekatan kuantitatif merupakan
penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, dan
datanya dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan
atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi
bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Hasa,
2004:13). Pada dasarnya pendekatan kuantitatif melaksanakan penelitian
dengan cara sistematis, terkontrol, empirik, dan bisa menengahi hipótesis
yang diasumsikan menengahi fenomena alam (Hasa, 2004:2).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
korelasional yang ingin mengukur hubungan variabel bebas dan variabel
15
terikat. Menurut Sumadi, tujuan penelitian dengan pendekatan korelasional ini
adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan faktor dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdsarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 1990:82).
2. Instrumen pengukuran
Penelitian ini status peneliti diketahui oleh informan atau responden.
Peneliti bersifat terbuka dan menampakkan bahwa dirinya adalah seorang
peneliti yang sedang melakukan penelitian serta mengharap ada respon dari
responden. Adapun cara yang digunakan untuk mengungkap pelaksanaan
teknik self instruction menggunakan wawancara dan observasi secara
langsung, sedangkan untuk stress akademik menggunakan angket/quesioner
scoring menggunakan skala yang ditetapkan alat ukur DASS (depression
anxiety stress scale) yaitu selalu (3), sering (2), kadang-kadang (1) dan tidak
pernah (0).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah MA Yarobi Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. Sedangkan waktu
penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai
dengan selesai.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
16
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah jumlah siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017.
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Suharsimi Arikunto,
1991:104). Tehnik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil
sampel (Suharsimi Arikunto, 1991:106). Dalam hal ini Sutrisno Hadi
(1995:73), berpendapat bahwa tidak ada ketentuan yang mutlak berapa
sampel yang harus diambil dari populasi. Ketidakpastian ini menimbulkan
keraguan dalam penyelidikan. Adapun teknik sampling yang penulis gunakan
adalah teknik purposive random sampling. Adapun dalam penelitian
mengambil sampel secara acak yakni 20 responden/siswa dari keseluruhan
jumlah siswa kelas XI A dan XI B dengan mendasarkan pada prestasi
akademik siswa dan saran dari guru MA Yarobi Grobogan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan
fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi :
a. Metode Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti
(Mardalis, 2002:67). Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk
17
mengetahui tingkat stress akademik pada siswa kelas XI MA Yarobi
Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017.
b. Metode Interview
Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden.
Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan
responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Hadi, 2000:196).
Metode ini ditujukan kepada guru dan siswa kelas XI MA Yarobi
Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 untuk
mengetahui pelaksanaan bimbingan menggunakan teknik self instruction.
c. Metode Observasi
Observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000:136). Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang pelaksanaan teknik self instruction siswa kelas
XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
2016/2017.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data pada penelitian merupakan penelitian eksperimen jenis
One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan
akan dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun desain
penelitian ini, sebagai berikut:
18
Sebelum Perlakuan Sesudah
O1 X O2 Sumber: Sugiyono(2010: 111)
Keterangan :
O1 = nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan)
O2 = nilai posttest (sesudah diberikan perlakuan)
X = perlakuan yang diberikan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas merupakan tingkat dimana suatu alat pengukur mengukur
apa yang akan diukur. Data penelitian tidak akan berguna apabila
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Teknik korelasi yang
digunakan adalah. (Sudjana, 2002: 369)
Keterangan :
r ; koefisien korelasi antara item (X) dengan skor total (Y)
X ; skor setiap item
Y ; skor total
N ; jumlah responden
19
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang
sama pula (Siregar, 2010: 173).
Dalam setiap penelitian adanya kesalahan pengukuran ini cukup
besar. Karena itu untuk mengetahui hasil penelitian pengukuran yang
sebenarnya, kesalahan pengukuran itu sangat diperhitungkan.
c. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Salah satu cara termudah
untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram
serta melihat nilai signifikan dari uji Kolmogrov-Smirnov.
d. Uji Partial (t-test)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi
(dapat digeneralisasikan). Dimana t tabel > t hitung, H0 diterima. Jika ttabel <
20
thitung, maka H1 diterima, begitupun jika sig > α (0,05), maka H0 diterima
H1 ditolak dan jika sig < α (0,05), maka Ho ditolak H1 diterima.
7. Alat Analisis
Penelitian kali ini adalah merupakan data kuantitatif dimana data dapat
dinyatakan dalam bentuk angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke
dalam olah data SPSS 16 for windows. SPSS merupakan sebuah program
komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses data-
data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang
dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Statistik dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data, meringkas atau
menyajikan data kemudian menganalisis data dengan menggunakan metode
tertentu, dan menginterpretasikan hasil dari analisis tersebut. Dalam
penghitungan statistik, alat yang sering digunakan adalah olah data SPSS.
Program olah data SPSS ini sangat membantu dalam proses pengolahan data,
sehingga hasil olah data yang dicapai juga dapat dipertanggungjawabkan dan
terpercaya.
H. Sistematika Pembahasan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian
pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut
kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai
berikut :
21
BAB I : PENDAHULUAN.
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran
yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara
lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA.
Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang:
Pertama, teknik self instruction. Kedua, stress akademik. Ketiga,
efektifitas tehnik self instruction dalam mereduksi stress akademik.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum MA Yarobi Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017; tinjauan historis;
letak geografis, sarana dan pra sarana sekolah, struktur organisasi dan
data hasil uji coba/try out angket: uji validitas dan uji reliabilitas, hasil
penskoran angket.
BAB IV : ANALISIS DATA
Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terkumpul sehingga
diketahui tentang efektifitas teknik self instruction dalam mereduksi
22
stress akademik pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017.
BAB V : PENUTUP
Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari
penulisan skripsi ini.
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Self Instruction
1. Definisi Self Instruction
Metode self-instruction merupakan salah satu metode dari pendekatan
cognitive-behavior, yang melibatkan identifikasi keyakinan-keyakinan
disfungsional yang dimiliki seseorang dan mengubahnya menjadi lebih
realistis serta melibatkan teknik-teknik modifikasi perilaku. Pada metode
self-instruction ini, terdapat strategi-strategi kognitif yang bisa digunakan,
seperti self-verbalization atau self-talk yang bertujuan untuk menuntun
seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya.
Sementara itu, teknik self-instruction sendiri merupakan suatu teknik
modifikasi perilaku yang memiliki dua kegunaan, yaitu untuk mengganti
pemikiran negatif terhadap diri sendiri menjadi pemikiran yang positif serta
dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku.
2. Kegunaan Self Instruction
Kegunaan metode self-instruction untuk mengganti pemikiran negatif
menjadi positif, didasari oleh pemikiran bahwa pandangan seseorang
mengenai dirinya dapat diarahkan. Sementara itu, keguanaan teknik ini untuk
mengarahkan perilaku didasari oleh pemikiran bahwa pemberian instruksi
merupakan bagian penting pada perkembangan manusia dalam mengarahkan
perilaku (dalam Rock, 1977). Sejak kecil, manusia menggunakan instruksi
24
untuk mengarahkan perilakunya. Pada masa anak-anak awal, anak-anak
mengarahkan perilakunya berdasarkan instruksi yang diberikan orang tua,
kemudian anak mulai mengembangkan instruksi lisan secara overt untuk
mengarahkan perilakunya. Semakin besar, anak mulai belajar mengatur
perilaku menggunakan covert speech.
Intervensi menggunakan self-instruction ini bisa melibatkan berbagai
strategi seperti; modeling, rehearsal, verbal cueing, visual cueing, role-
playing dan sub-vocalization. Salah satu strategi lain pada teknik self-
instruction adalah thought stopping. Langkah ini dilakukan untuk membantu
individu untuk menghentikan pemikiran self-defeating yang dilakukan secara
berlebihan. Misalnya, seseorang yang sedang diliputi pemikiran negatif
tentang dirinya, perlu diajarkan untuk mengatakan stop kepada dirinya untuk
menghentikan pikiran negatif, lalu mengarahkan pemikiran yang lebih
produktif.
3. Tahap-tahap Self-instruction
Melalui metode self-instruction, pandangan negatif seseorang
mengenai dirinya dapat diarahkan menjadi lebih positif sehingga dapat
meningkatkan self-esteem. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa pernyataan positif tentang diri sendiri (positive self-statement) dapat
meningkatkan self-esteem. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian yang
menggunakan metode self-instruction dalam meningkatkan remaja dengan
self-esteem yang rendah. Metode self-instruction berhasil meningkatkan self-
esteem pada remaja dengan cara meminta para partisipan yang merupakan
25
remaja dengan self-esteem rendah untuk membaca berulang kali positive
self-statement mengenai diri mereka sebanyak dua kali sehari selama tiga
minggu. Selain itu, penelitian juga menunjukkan keberhasilan dalam
menggunakan positive self-talk untuk meningkatkan self-esteem remaja.
Hingga saat ini, metode self-instruction masih terus berkembang.
Langkah-langkah serta jumlah sesi yang digunakan dalam intervensi
menggunakan metode self-instruction pada dasarnya dapat disesuaikan
sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang dihadapi. Teknik self-
instruction yang pernah dilakukan oleh Meichenbaum dan Goodman terdiri
dari lima sesi dengan masing-masing sesi berdurasi satu setengah jam.
Langkah-langkah intervensi yang dilakukan oleh Meichenbaum
menggunakan teknik self-instruction adalah:
a. Identifikasi keyakinan diri yang negatif
Pengalaman negatif seseorang di masa lalu berkaitan erat
dengan cara seseorang mengatasi situasi tersebut dengan melibatkan
pikiran, perasaan, dan perilakunya. Ketika pikiran negatif
mendominasi dalam menghadapi sebuah situasi maka akan muncul
perasaan yang tidak menyenangkan dan perilaku yang tidak tepat.
Akibat dari interaksi semacam itu adalah kegagalan dalam mengatasi
sebuah situasi yang berujung pada menguatnya evaluasi negatif diri
individu, seperti aku tidak menarik atau aku tidak mampu.
26
Dalam pendekatan cognitive-behavioral, identifikasi keyakinan
diri dapat membantu individu untuk memahami mengapa ia selalu
memiliki cara berpikir yang sama dan terjebak dalam perangkap
negatifnya sendiri dan mengapa masalah yang sama terus terjadi.
Meichenbaum (dalam Martin dan Pear, 2003) menambahkan bahwa
keyakinan diri negatif ini kerap dipicu oleh pernyataan-pernyataan negatif
(negative self-statement) diri yang kerap digunakan individu untuk
menggambarkan dirinya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki evaluasi
negatif diri, perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap
keyakinan diri yang dimiliki oleh individu.
b. Pembelajaran positive self-talk untuk melawan negative self-statement
Salah satu cara untuk mengontrol pikiran-pikiran negatif atau
kesalahan berpikir yang sering dilakukan oleh individu adalah dengan
mengajarkan strategi kognitif berupa positive self-talk. Positive self-talk
membantu individu untuk menemukan dan mengenali kualitas-kualitas
positif yang ia miliki dan bukan memfokuskan diri pada apa yang telah
gagal ia raih. Daripada mencari apa yang belum berhasil dicapai, subjek
didorong untuk mencari dan memuji keberhasilannya. Dengan demikian,
evaluasi diri individu akan berkembang lebih positif sehingga mampu
berdampak pada self-esteemnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang membuktikan bahwa positive self-talk berhasil dalam meningkatkan
self-esteem remaja.
27
c. Pembelajaran teknik self-instruction untuk melakukan langkah-langkah
perilaku yang akan dilakukan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika pikiran negatif
mendominasi dalam menghadapi sebuah situasi maka akan muncul
perasaan yang tidak menyenangkan dan perilaku yang tidak tepat
(Stallard, 2002). Perilaku yang kurang tepat dapat mendatangkan
respon dari lingkungan yang kurang positif sehingga memperkuat
pikiran negatif yang dimiliki subjek. Oleh karena itu, selain memperbaiki
keyakinan negatif, perubahan perilaku menjadi lebih efektif juga
diperlukan dalam usaha untuk membentuk keyakinan positif yang baru.
Salah satu teknik yang dapat dilakukan dalam mengarahkan perilaku
adalah self-instruction. Teknik self-instruction digunakan oleh individu
sepanjang perkembangan hidupnya untuk mengarahkan perilaku. Dengan
demikian, penggunaan self-instruction ini menjadi penting bagi individu
dalam mengarahkan perilakunya, terutama dalam mempraktekkan perilaku
baru yang hendak dipelajari.
d. Menentukan self-reinforcement apabila berhasil mengatasi situasi.
Self-reinfoncement perlu dilakukan begitu individu berhasil mengatasi
situasi yang dihadapinya dengan mengarahkan perilakunya (Meichenbaum
dalam Martin & Pear, 2003).
28
B. Stress Akademik
a. Pengertian Stress Akademik
Stress merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh
seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari
padanya. Berdasarkan terminologinya, istilah stress berasal dari bahasa Latin
“singere” yang berarti keras atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari
waktu ke waktu dari straise, stresst, stressce, dan stresss (Yosep, 2007).
Menurut Santrock (2005), stress merupakan respon individu terhadap
keadaan atau kejadian yang memicu stress (stressor) yang mengancam dan
mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Stress
adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan
oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Sarafino (1990)
mendefinisikan stress sebagai kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara
individu dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya dari sistem-
sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.
Sekolah adalah pengalaman yang penuh dengan stress atau tekanan.
Stress akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik
meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan stresss ini
meningkat setiap tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang
berbakat dan berprestasi yang tidak pernah berhenti. Baumel dalam Wulandari
(2011) menyatakan bahwa stress akademik merupakan stress yang disebabkan
29
oleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar
atau yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi lama belajar,
banyak tugas, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan
jurusan, dan karir serta kecemasan ujian dan manajemen waktu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress di bidang
akademik adalah respon individu akibat kesenjangan antara tuntutan
lingkungan terhadap prestasi akademik dengan kemampuan untuk
mencapainya sehingga situasi tersebut mengakibatkan perubahan respon
dalam diri individu tersebut, baik secara fisik maupun psikologis.
b. Faktor-faktor Penyebab Stress
Penyebab stress atau stressor adalah setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang
tersebut terpaksa mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang
timbul (Yosep, 2007). Menurut Yosep (2007), pada umumnya penyebab stress
dapat digolongkan, sebagai berikut:
1) Masalah orang tua, yaitu permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya
kebanyakan anak, kenakalan anak, anak yang sakit dan kondisi
pertengkaran dengan mertua, besan dan ipar yang tidak baik.
2) Hubungan interpersonal, berupa gangguan yang timbul dari hubungan
dengan orang terdekat seperti teman dekat, konflik dengan kekasih,
konflik antara bawahan dan atasan.
30
3) Lingkungan hidup, berupa gangguan yang dialami di daerah tempat
tinggal, misalnya: disebabkan oleh hidup dalam lingkungan yang tingkat
kriminalitas tinggi, penggusuran dan pindah tempat tinggal.
4) Perkembangan, yaitu gangguan yang timbul akibat perkembangan fisik
dan mental seseorang yang tidak baik sehingga menimbulkan kondisi
stress, bahkan jatuh dalam kondisi cemas dan depresi.
5) Penyakit fisik atau cedera, misalnya: akibat penyakit, kecelakaan, operasi,
aborsi, dan lain sebagainya.
6) Faktor keluarga, yaitu faktor penyebab stress yang dialami oleh anak dan
remaja yang disebabkan hubungan keluarga yang tidak baik, misalnya
komunikasi orang tua dan anak yang tidak baik, kedua orang tua jarang di
rumah, orang tua kurang sabar dalam mendidik anak, dan lain sebagainya.
7) Faktor penyebab stress lainnya, seperti: bencana alam, kebakaran, dan lain
sebagainya.
c. Faktor-faktor Penyebab Stress Akademik
Stressor adalah situasi atau keadaan yang menimbulkan stress atau
memicu terjadinya stress (Santrock, 2005). Wilks dalam Calaguas (2011),
menyatakan bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman
stress siswa, tetapi secara khusus stress akademik yang dialami berkaitan
dengan manajemen waktu, masalah keuangan, interaksi dengan guru, tujuan
pribadi, kegiatan sosial, penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan
kurangnya dukungan.
Berdasarkan penelitian Ross dkk (1999), terdapat empat kategori
sumber stress, yaitu: 1) masalah interpersonal berupa pertengkaran dengan
31
teman atau masalah dengan orang tua; 2) masalah intrapersonal misalnya
perubahan pola makan dan waktu tidur; 3) masalah akademik yang berupa
aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan beban tugas siswa yang harus
dikerjakan, pindah sekolah, ketinggalan pelajaran dan perselisihan dengan
guru; dan 4) lingkungan, misalnya kendaraan yang mogok, komputer yang
rusak, dan masalah keuangan.
Kohn & Frazer (1986) mendeskripsikan pengalaman penyebab stress
menjadi tiga bagian, yaitu: 1) physical stressors berupa suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan; 2) psychological stressor berupa belajar untuk
menghadapi ujian, tugas yang berlebihan, lupa mengerjakan tugas; 3)
psychosocial stressor yang terjadi akibat interaksi interpersonal.
Berdasarkan penelitian Calaguas (2011), faktor penyebab stress yang
sering dialami oleh siswa di Philipina ada delapan kategori, yaitu:
1) Stressor yang berkaitan dengan pendaftaran dan penerimaan siswa, yaitu
mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil/menambahkan mata
pelajaran, dan validasi mata pelajaran.
2) Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, yaitu mempersiapkan
ujian, melewati ujian tertulis, melewati ujian lisan, lulus dalam ujian
praktek, berpartisipasi dalam diskusi kelas, memahami diskusi kelas,
melakukan penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi,
menyelesaikan tugas, berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.
3) Stressor yang berkaitan dengan guru, yaitu menghadapi guru pengajar
yang perfectionist, metode pengajaran guru, penyesuaian dengan guru
32
yang memperlakukan mahasiswa dengan tidak adil, permasalahan dengan
guru.
4) Stressor yang berkaitan dengan teman sekelas, yaitu berdebat dengan
teman sekelas, tidak menyukai teman sekelas, persaingan dengan teman
sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, tingkah laku teman
sekelas.
5) Stressor yang berkaitan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti
pelajaran, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu
sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan
organisasi dan menghadiri kegiatan kampus.
6) Stressor yang berkaitan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat
penuh, ventilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas
yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat yang terbatas, dan
gangguan dari dalam dan luar kelas.
7) Stressor yang berkaitan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan,
pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencana-
rencana.
8) Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa
depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang
tua, harapan kerabat, harapan guru, dan menangani harapan diri.
d. Tahapan Stress
Gejala-gejala stress pada seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stress berjalan secara lambat dan baru dirasakan saat
33
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.
Amberg dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stress sebagai
berikut:
1) Stress tahap I
Merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan
“tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya tanpa menyadari cadangan energi
dihabiskan, disertai rasa gugup yang berlebihan, merasa senang dengan
pekerjaan tersebut dan semakin bertambah semangat tetapi tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
2) Stress tahap II
Pada tahap ini dampak stress yang semula “menyenangkan” mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang
istirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah merasa letih
ketika bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas
merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut
tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari
biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
dan tidak bisa santai.
3) Stress tahap III
Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang tetap
memaksakan dirinya dalam pekerjaan tanpa menghiraukan keluhan-
keluhan pada stress tahap II. Keluhan-keluhan pada tahap ini seperti
34
gangguan usus dan lambung yang semakin nyata, ketegangan otot-otot,
perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional yang semakin
meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), koordinasi tubuh terganggu.
Pada tahapan ini, seseorang harus berkonsultasi pada dokter atau terapis,
beban stress hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.
4) Stress tahap IV
Tidak jarang seseorang yang memeriksakan diri ke dokter karena
keluhan-keluhan yang dialami pada stress tahap III, dinyatakan tidak sakit
oleh dokter dikarenakan tidak adanya kelainan fisik yang ditemukan pada
organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan orang tersebut tetap memaksakan
diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stress tahap IV
akan muncul. Gejalanya adalah bosan terhadap aktivitas kerja yang
semula terasa menyenangkan, kehilangan kemampuan untuk merespon
secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan
rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai mimpi-mimpi yang
menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada
semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun dan
timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
5) Stress tahap V
Keadaan lanjutan yang ditandai dengan keadaan kelelahan fisik
dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological
exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat
35
(gastro-intestinal disorder) dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan
yang semakin meningkat serta mudah bingung dan panik.
6) Stress tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang akan
mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Stress
pada tahap ini ditandai dengan gejala debaran jantung teramat keras, susah
bernapas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin
dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk melakukan hal-hal yang
ringan, pingsan atau kolaps (collapse).
e. Reaksi Stress
Menurut Helmi dalam Safaria & Saputra (2009), ada empat macam
reaksi stress, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir dan tingkah
laku. Keempat reaksi ini dapat berwujud negatif maupun positif. Reaksi yang
bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
1) Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti
mudah marah, sedih dan tersinggung.
2) Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti
pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di
kulit dan rambut rontok.
3) Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit
berkonsentrasi, mudah lupa, dan sulit megambil keputusan.
4) Reaksi perilaku, biasanya tampak dari perilaku-perilaku menyimpang
seperti minum-minuman beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan,
frekuensi merokok meningkat, dan menghindari bertemunya teman.
36
f. Dampak Stressor
Menurut Kozier dan Erb dalam Keliat (1998), dampak stressor
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1) Sifat stressor
Jika seseorang mempersepsikan stressor sebagai keadaan yang
mengancam kehidupannya dan berakibat buruk baginya, maka tingkat
stress yang dialami akan terasa berat. Namun, bila stressor yang sama
dipersepsikan dengan baik, maka tingkat stress yang dialami akan lebih
ringan.
2) Jumlah stressor yang dihadapi dalam waktu bersamaan
Apabila terdapat banyak stressor sedang dialami oleh seseorang, maka
penambahan stressor kecil dapat menjadi pencetus yang mengakibatkan
reaksi yang berlebihan.
3) Lamanya pemaparan terhadap stressor
Pemaparan yang intensif terhadap stressor dapat menyebabkan kelelahan
dan ketidakmampuan menghadapi stressor.
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi
stressor yang sama. Misalnya, seseorang yang dirawat di rumah sakit satu
tahun yang lalu dengan pengalaman negatif terhadap perawat, maka akan
merasa lebih cemas lagi ketika harus di rawat di rumah sakit yang sama
untuk kedua kalinya.
37
5) Tingkat perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu, terdapat jumlah dan intensitas
stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap tingkat
perkembangan berbeda-beda.
g. Pandangan Islam terhadap Stress
Perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia, baik menyenangkan
atau menyusahkan, selalu memerlukan penyesuaian kembali. Ada orang yang
kesulitan melakukan penyesuaian terhadap perubahan itu, sehingga muncul
stres berkepanjangan. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa perubahan
mendadak karena kehilangan seorang yang sangat dicintai menjadi
pemicupaling tinggi bagi kemunculan stress berat. Stress dapat merusak
struktur fisik “high stress is capable of damaging or destroying a physical
structure”. Itu sebabnya Al-Qur`an mengingatkan manusia agar selalu
bersabar (menyesuaikan diri secara baik terhadap sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan). Pemicu stress memang bermacam-macam, sebagaimana pesan
dalam QS. Al-Baqarah 286, sebagai berikut:
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah
38
Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang
tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah
kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka
tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir".
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa segala tekanan dan dugaan dalam
kehidupan seperti kesempitan hidup. Permasalahan yang melanda, misalnya:
merupakan karunia Allah kepada manusia berdasarkan kemampuan manusia
itu sendiri. Stress juga dikategorikan sebagai ujian hidup. Boleh jadi
disebabkan kesempitan hidup mengundang stress dan tekanan yang negatif.
Namun, hanya diri kita sendiri yang dapat menjadikan tekanan tersebut
mendatangkan kesan yang baik atau sebaliknya.
Penulis berpendapat seseorang manusia yang tidak mampu
menjalankan kehidupan sebagai seorang manusia mengalami tekanan atau
stress. Penyebab stress adalah disebabkan ketidak-sempurnaan ketiga-tiga
komponen ini berfungsi dengan baik. Maka, untuk mengembalikan
kefungsiaan manusia agar dapat menjalani kehidupan harian dengan baik serta
mampu mengurus stress dan tekanan, Islam melihat arti pentingnya ketiga
faktor tersebut. Hal ini dikemukakan oleh Al Ghazali mengambil bahwa
manusia itu terdiri daripada 3 komponen utama yaitu roh, jasad dan akal
(Al- Ghazali, 1996:342).
C. Efektifitas Teknik Self Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik
Self-Instruction merupakan sebuah metodologi yang diadaptasi dari
modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum
39
pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku maladaptif
dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak
tepat (Baker & Butler, 1984). Pendekatan self-instruction ini merupakan sebuah
latihan untuk meningkatkan kontrol diri dengan menggunakan verbalisasi diri
sebagai rangsangan dan penguatan selama menjalani treatment (Blackwood, et al.,
dalam Tang, 2006:76). Self instruction training adalah suatu teknik untuk
membantu klien terhadap apa yang konseli katakan kepada dirinya dan
menggantikan pernyataan diri yang lebih adaptif (Ilfiandra, 2008). Hal ini
berdasarkan pada asumsi Meichenbaum (Baker & Butler, 1984) yang menyatakan
bahwa individu yang mengalami perilaku salah sesuai dikarenakan pikiran
irasional yang diakibatkan kesalahan dalam melakukan verbalisasi diri. Oleh
karena itu, teknik self- instruction berperan untuk mengganti verbalisasi diri yang
kurang tepat dengan verbalisasi yang lebih dapat diterima. Safaria (2004:75)
menjelaskan ada tiga cara dalam menerapkan teknik self-instruction, yaitu :
1. Metode non direktif yaitu dengan memberikan instruksi kepada konseli,
kemudian konseli mencobanya secara berulang-ulang melalui aktivitas dan
verbalisasi.
2. Metode interaktif yang dipasangkan dengan teknik kontrol diri, seperti:
monitoring diri, evaluasi diri dan penguatan diri.
3. Metode penerapan modeling, imitasi dan eksekusi yakni terapis pertama-tama
mencontohkan, kemudian konseli menirukannya bersama terapis, setelah
konseli mampu maka konseli diinstruksikan untuk mengerjakannya sendiri.
Dalam menangani masalah stresss akademik, teknik self-instruction yang
digunakan adalah model Meichenbaum & Goodman (Rokke & Rehm dalam
40
Sugara, 2011:36) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang digunakan
dalam teknik ini yaitu :
1. Tahapan pertama yaitu pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
konseptualisasi masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli diharapkan
ebih sensitif terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola
reaksi terhadap orang lain dan lingkungan belajar.
2. Tahapan kedua yaitu melakukan konseptualisasi terhadap masalah. Pada
tahapan ini konselor merencanakan intervensi dalam konteks melakukan
observasi terhadap masalah. Konselor mengidentifikasi pikiran dan perasaan
yang irasional yang menyebabkan terjadinya masalah.
3. Tahapan ketiga yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan
tahapan perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri.
Modifikasi perilaku dengan teknik self instruction yang digunakan dalam
mereduksi stress akademik, bertujuan untuk melakukan restrukturisasi sistem
berpikir melalui perubahan verbalisasi diri yang positif sehingga melahirkan
perilaku yang lebih adaptif. Adapun prosedur dalam melakukan teknik self-
instruction untuk mereduksi stress akademik yang disebutkan, sebagai berikut :
1. Konselor menjadi model dengan memverbalisasikan langkah-langkah dalam
self-instruction dengan suara keras.
2. Konseli melakukan verbalisasi, seperti: yang dicontohkan oleh konselor
dengan suara keras.
3. Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara yang keras, seperti: apa
yang konselor bisikkan kepadanya.
41
4. Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara berbisik dengan
melihat gerak bibir konselor yang memberikan isyarat kepadanya.
5. Konseli melakukan tugasnya dengan hanya menggerakkan bibir dan tanpa
suara.
6. Konseli diminta untuk mengucapkan kata-kata untuk dirinya sendiri saat
melakukan teknik ini.
Verbalisasi dalam self-instruction yang diajarkan disini mencakup lima
tipe, yaitu: a) berhenti dan lihat; b) bertanya mengenai tugas yang diberikan
(misalnya “Apa yang guru inginkan dari saya”); c) menjawab pertanyaan
mengenai tugas yang diberikan (misalnya: “Benar, saya harus bisa memenuhi
harapan mereka); d) self-instruction untuk membimbing konseli melalui tugas
(misalnya, “yang ini terlihat sama dengan yang itu, jadi saya memilih yang
berbeda dari keduanya); dan e) pengakuan diri bahwa tugas telah terselesaikan
(misalnya, “saya telah melakukan pekerjaan ini dengan sangat baik”) (Bryant &
Budd, 1982: 265).
Self-instruction training dimaksudkan sebagai strategi pemecahan masalah
modifikasi perilaku yang dialami oleh anak. Sesuai dengan pendapat
Meichenbaum dan Asarnow bahwa seharusnya mengajarkan anak untuk tidak
berpikir “apa” melainkan “bagaimana” dalam melakukan sesuatu, serta untuk
memfasilitasi prosedur mediasi kognitif dalam memecahkan permasalahan
anak (Bryant & Budd, 1982: 260). Self-instruction training telah terbukti efektif
dalam meningkatkan performa anak-anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolah (Douglas, Parry, Marton, & Garson, 1976; Kendall & Finch, 1978;
Meichenbaum & Goodman, 1971; Palkes, Stewart & Freedman, 1972; Palkes,
Stewart & Kahana, 1968; Robin, Armel & O'Leary, 1975 dalam Bryant & Budd,
42
1982: 260). Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil peneletian Gueveremont
et al., (1988) yang menyatakan bahwa self-instruction training yang diterapkan
pada beberapa anak usia pra sekolah dapat mengubah cara anak tersebut dalam
merespon tugas akademik (Vintere et al., 2004:306). Mischel (Safaria, 2004:75)
mengemukakan hasil studi bahwa anak dapat menunda keinginan dan mengatasi
godaan melalui penggunaan strategi coping verbal seperti self-talk, self-
instruction, self-sugestion. Sedangkan menurut Rusch& Kostewicz (O’Donohue
& Fisher, 2009:235) self-instruction training dapat meningkatkan tanggung jawab
siswa untuk memberi tanggapan secara tegas berdasarkan situasi yang mereka
hadapi untuk mencari solusi atas permasalahannya secara mandiri.
Menurut peneliti pelaksanaan teknik ini sangat efektif karena didalamnya
berisi tentang perubahan sikap/kebiasaan buruk siswa menjadi lebih baik.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Yusuf ayat 18:
Artinya: “mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan
darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang
memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang
baik Itulah (kesabaranku, dalam hal ini Ya'qub memilih kesabaran yang
baik, setelah mendengar cerita yang menyedihkan itu). dan Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu
ceritakan".
Ayat ini mengandung makna bahwa baik/buruknya persepsi terhadap sesuatu hal
tergantung pada diri sendiri yang memaknai dimana juga diimbangi dengan
kesabaran dalam menyikapi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
43
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan
MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan memasuki
dalam jajaran yang terakreditasi “C” dengan fasilitas penunjang yang cukup
memadai seperti: ruang kelas; perpustakaan; ruang pimpinan; ruang guru;
ruang tata usaha; tempat ibadah; jamban dan sarana penunjangan lainnya.
Sebuah prestasi yang menggembirakan dan hal ini karena perjuangan dari
yayasan, kepala sekolah, dewan guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan serta dukungan masyarakat sekitarnya.
Selanjutnya berdasarkan keputusan Departemen Pendidikan Agama
tentang persetujuan pendirian sekolah swasta memutuskan menyetujui
pendirian sekolah swasta yang memiliki identitas:
Nama : MA YAROBI.
Alamat : Jl. P. Puger Gg. Kauman No. 10 Km 06 Grobogan.
Yayasan : Roudlotu Baitil Izzah
Daerah : Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan.
Status : MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan
dengan jenjang terakreditasi “C”.
44
Berkat kegigihan dan doa semua pihak baik dari yayasan, lembaga pendidikan
dan masyarakat, sehingga sekolah ini berstatus diakui dan semakin banyak
peminatnya.
2. Keadaan Geografis MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan
a. Letak Geografis
Yayasan Roudlotu Baitil Izzah MA YAROBI Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan terletak di Jl. P. Puger Gg. Kauman No.
10 Km. 06 Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa
Tengah. Mayoritas penduduk sekitar beragama Islam dengan kondisi yang
asri syarat akan tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif, nyaman,
aman serta Islami.
b. Dukungan Masyarakat
Dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga kami
cukup tinggi, hal ini terbukti dengan animo masyarakat dalam
menyekolahkan putra-putrinya di lembaga kami. Bahkan banyak
masyarakat yang mentasyarufkan sebagian hartanya untuk dikelola
sebagai modal membangun Lembaga Pendidikan Islam yang professional.
Selain daripada itu, kerjasama dalam hal pendidikan khususnya life skill
juga dilakukan.
c. Keadaan Guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan
45
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena guru
adalah faktor yang menentukan bagi keberhasilan pengajaran karena tanpa
guru proses belajar mengajar tidak akan langsung sehingga tujuan
pendidikan akan tercapai.
Saat ini guru di MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan terdapat 14 guru yaitu berstatus sebagai guru tetap yayasan, dari
14 guru yang ada di MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan ini tentunya memegang masing-masing mata pelajaran yang
diajarkan di Madrasah.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel berikut:
Tabel 3.1
Keadaan Guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama Guru Pendidikan
Terakhir Bidang studi Jabatan
1. Achmad
Nurrofiq, M. Pd.
S.1 Matematika Kepala
Madrasah
2. M. AL Qowi,
S.Pd.I
S.1 1. Fiqih
2. SKI
3. BTA
Wakil
Kepala
Kurikulum
3. Apriyani, S. Pd S.1 Biologi Wakil
Kepala
Kesiswaan
4. H. Ali Anwar,
A. Ma
D3 Wakil
Kepala
Sarana dan
Prasarana
5. Lu’luul
Makmunah,
S.Pd.I
S.1 1. Bahasa Arab
2. Aqidah Akhlaq
3. BTA
Bendara
46
No Nama Guru Pendidikan
Terakhir Bidang studi Jabatan
6. Ria Setyawan,
S.Pd.
S.1 Bahasa Inggris Wali Kelas
XIA
7. Sutiyono, S.Pd. S.1 1. Kimia
2. Matematika
3. BTA
Wali Kelas
XIB
8. Galuh Novita A,
S.Kom
S.1 1. Fisika
2. TIK
3. BTA
Wali Kelas
XA
9. Ishan
Ulufinnuwa,
S.Pd
S.1 1. Sejarah
2. Pkn
3. Bahasa Jawa
4. BTA
Wali Kelas
XB
10. Ahmad Mujib,
S.Pd.I
S.1 1. Al-Qur’an
Hadist
2. BTA
Wali Kelas
XIIB
11. H. SM. Anshori,
S.Pd.I
S.I Aqidah Akhlaq GTY
12. Ali Mahfud,
S.Pd.I
S.I TIK GTY
13. Evi
Yulianawati,
S.Pd.
S.1 Bahasa Indonesia GTY
14. M. Syaeful
Anam, S.Pd.
S.I. Penjasorkes GTY
Sumber : Dokumentasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan, tanggal 18 Juli 2016
3. Struktur Organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan
Organisasi sekolah merupakan wadah kesatuan kerja dan tanggung
jawab sebagai pelaksanaan administrasi yang masing-masing komponen
berusaha menerapkan fungsinya berdasarkan garis-garis struktur yang
membawahinya. Demi kelancaran mekanisme kerja di suatu lembaga
pendidikan maka perlu adanya suatu pembagian kerja, karena pembagian
47
struktur yang tegas pada masing-masing bidang bisa memudahkan ruang kerja
berdasarkan jabatan masing-masing.
Berikut ini adalah struktur organisasi MA YAROBI Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017.
: Garis Komando
: Garis Kordinasi
Bagan I
Struktur Organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017
KEPALA SEKOLAH
Wakil Kepala Sekolah
Dewan / Komite
Unit Perpustakaan Tata Usaha
Urusan Kurikulum
Urusan Kesiswaan
Urusan Sarana
Prasarana
Urusan Humas
JABATAN
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
GURU
Guru Agama
Guru PKn
Guru Bahasa
Indonesia
Guru IPA
Guru Bahasa Inggris
Guru Matematika
Guru Biologi
Guru Kimia
Guru Fisika
Guru SKI
Guru Muatan Lokal
Guru Fiqih
Guru Qur’an Hadist
Guru Akidah Akhlaq
Guru Bahasa
Arab
Guru TIK
Guru Penjasorker
Guru BTA
SISWA
MASYARAKAT
PENJAGA
48
4. Visi, Misi, Tujuan dan Target MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan.
a. Visi
Visi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
2016/2017 adalah unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa serta
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Misi
Misi dari MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan
Tahun 2016/2017, sebagai berikut :
1) Membimbing siswa menjadi manusia yang mampu menjawab
tantangan globalisasi yang mempunyai pijakan yang kuat pada
akhlakul karimah, mengoptimalkan potensi positif sumber daya siswa
dalam berkarya, berkarsa untuk agama, nusa dan bangsa.
2) Mengintegrasikan ilmu teori dan praktek, Iman-Ilmu-Amal, Rohani
dan Jasmani dalam lingkungan pendidikan yang aman, nyaman dan
Islami
3) Menghasilkan lulusan yang beraqidah kuat, beribadah secara benar,
berakhlak mulia, berfikir ilmiah, berkeperibadian sehat, kuat dan
terampil.
4) Mengembangkan School Based Management (Menejemen berbasis
Sekolah) dengan pelibatan para stakeholder, termasuk didalamnya
anggota masyarakat.
49
c. Tujuan
Tujuan MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
2016/2017 dapat dibedakan menjadi dua tujuan umum dan khusus dengan
perincian, sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Ikhtiar mencetak generasi muda yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, berwawasan kebangsaan, berakhlak mulia, berkepribadian
mandiri, jujur, tangguh, ikhlas, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,
memiliki integritas dan etos kerja, responsibilitas yang tinggi, sehat
jasmani dan rohani serta berorientasi masa depan.
2) Tujuan Khusus
Menghasilkan lulusan yang memilki :
a) Keimanan dan ketaqwaan
b) Akhlak yang mulia
c) Wawasan IPTEK serta kebangsaan yang mendalam dan luas
d) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi di
bidang akademik dan ekstra-kulikuler
e) Kepekaan social dan kepemimpinan
f) Disiplin tinggi yang ditunjukkan oleh kondisi fisik yang prima
g) Kecintaan dank kepatuhan terhadap orang tua, guru dan mencintai
almamater
d. Strategi
Strategi yang dimiliki MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan Tahun 2016/2017, sebagai berikut:
1) Memberdayakan semua potensi yang ada di lingkungan sekolah
50
2) Melakukan tugas tepat waktu dengan perangkatt yang lengkap dan
memadai
3) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman
4) Mengembangkan bakat dan minat serta potensi tenaga pendidik
5) Menanamkan kepercayaan masyarakat
6) Menyediakan sarana dan prasarana peribadatan
5. Keadaan Sarana dan Prasarana di MA YAROBI Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar perlu di tunjang oleh adanya
sarana dan prasarana yang memadai. Dengan terpenuhinya sarana dan
prasarana yang diperlukan, maka proses belajar mengajar akan berjalan
dengan mudah dan lancar. Adapun sarana dan prasarana MA YAROBI
Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan yang ada saat ini, sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Keadaan Sarana Prasarana
MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan
Tahun 2016/2017
No. Jenis Kondisi
Jumlah Baik Rusak
1. Ruang Kelas 6 - 6
2. Perpustakaan 1 - 1
3. Ruang Pimpinan 1 - 1
4. Ruang Guru 1 - 1
51
No. Jenis Kondisi
Jumlah Baik Rusak
5. Ruang Tata Usaha 1 - 1
6. Tempat Ibadah 1 - 1
7. Jamban 2 - 2
6. Daftar Responden
Objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI MA
YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017
berjumlah 20 orang, sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Responden
No Nama Siswa Kelas
1. Siti Ratna Diyana XI A
2. Dewi Nur P XI A
3. Ayu Dwi Ningsih XI A
4. A. Marianto XI A
5. Tri Kartika Sari XI A
6. Anggi Widiastuti XI A
7. Sania Prihatina XI A
8. Haqiqi XI A
9. Deni Setyawan XI A
10. Dwi Prasanti XI A
11. Annisa’aul Fatikah XI B
12. Hesti Herintanti XI B
13. M. Ismi Aziz XI B
14. Dwi Sugiyarto XI B
52
No Nama Siswa Kelas
15. Andriyan F XI B
16. Hanifah Assabilla XI B
17. Fitri Widiyaningsih XI B
18. Arjuna Jiwa P XI B
19. Dimas Aji W.P. XI B
20. Anis Fitriyani XI B
B. Pelaksanaan Penelitian
Diagraman pelaksanaan penelitian, dilakukan pada kelompok eksperimen
yang diteliti untuk mengetahui keefektifan teknik self-instruction untuk
mereduksi stress akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 dengan tujuan supaya guru dapat
memahami dan berlatih menggunakan teknik self-instruction yang akan
digunakan penelitian dalam mereduksi stress akademik siswa. Hal ini bertujuan
agar dalam proses penelitian yang sebenarnya dapat memahami teknik yang
digunakan.
Pelaksanaan penelitian pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 dilakukan dengan 3 sesi.
Jadwal kegiatan yang dilaksanakan, sebagai berikut:
Tabel 3.4
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pada Siswa Kelas XI
MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan
Tahun 2016/2017
53
No Hari / Tanggal Uraian Kegiatan
1. Senin, 27 Januari 2017 Sesi I merupakan tahap assesment dan
menetapkan inti masalah yaitu siswa
mengerjakan angket stress akademik
(pre-test) bertujuan untuk mengetahui
kondisi awal stress akademik siswa.
2. Rabu, 15 Februari 2017
Rabu, 22 Februari 2017
Sesi II merupakan pelaksanaan teknik
self instruction guna mereduksi stress
akademik yang dialami siswa, yakni:
a. Mengelompokkan siswa yang akan
dikenai tindakan.
b. Memberikan pemahaman dan
pengarahan bimbingan dengan teknik
self instruction.
c. Guru BK menyediakan tempat yang
nyaman untuk siswa agar bisa
mengutarakan segala keluhan yang
dihadapi.
d. Guru BK memberi pemahaman
bahwa perilaku dan pikiran yang ada
pada siswa tidak benar, seperti: tidak
mengerjakan tugas yang diberikan
salah satu guru mata pelajaran
tertentu dikarenakan tidak suka
dengan guru bersangkutan.
e. Guru BK memotivasi siswa dalam
segala hal dari aspek perilaku,
pikiran dan emosi.
f. Guru BK memberikan contoh cara
pemahaman suatu materi pelajaran
tertentu dengan penjelasan secara
sistematis dan suara keras.
g. Guru BK memberikan beberapa
tugas/pekerjaan rumah bertujuan
untuk mengetahui tingkat
keberhasilan suatu materi yang telah
diajarkan.
3. Sabtu, 25 Februari 2017 Sesi III merupakan evaluasi dan
terminasi pelaksanaan teknik self-
instruction, yakni:
a. Siswa di minta mengisi instrumen
stress akademik.
54
No Hari / Tanggal Uraian Kegiatan
b. Mengamati perilaku siswa/siswa di
sekolah dan di kelas dengan bantuan
guru kelas
c. Guru BK dapat memberikan layanan
bimbingan belajar terhadap siswa
yang mengalami stress karena
ketidak-percayaan diri dalam
mencapai tuntutan hasil yang
dipersyaratkan salah satu pelajaran
dalam sekolah.
Berdasarkan jadwal penelitian tersebut, proses pembelajaran di sekolah
berjalan sebagaimana telah dijadwalkan. Pelaksanaan keefektifan teknik self-
instruction untuk mereduksi stress akademik siswa kelas XI MA Yarobi
Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 hasilnya lebih
efektif walaupun dalam penerapan belum sepenuhnya menggikuti sintak teknik
self instruction untuk memperjelas data mengenai keterlaksanaannya. Desain
penelitian, merupakan penelitian eksperimen jenis One-Group Pretest-Posttest
Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan akan dibandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan. Adapun desain penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel `3.5
Desain Penelitian One-Group Pretest--Posttest Design
Sebelum Perlakuan Sesudah
O1 X O2
Sumber: Sugiyono (2010: 111)
Keterangan :
O1 = nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan)
O2 = nilai posttest (sesudah diberikan perlakuan)
X = perlakuan yang diberikan.
55
Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu : memberikan pre-test
untuk mengukur variabel terikat sebelum treatment atau perlakuan dilakukan;
memberikan perlakuan kepada subjek penelitian yaitu menggunakan teknik self
instruction dalam bimbingan siswa; memberikan post-test untuk mengukur
variabel terikat setelah treatment atau perlakuan dilakukan. Adapun instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket untuk
mengetahui tingkat stress akademik yang dialami siswa dan lembar observasi
serta wawancara yang digunakan untuk efektifitas teknik self instruction dalam
bimbingan siswa. Kisi-kisi pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat stress
akademik siswa kelas XI MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten
Grobogan Tahun 2016/2017. Kisi-kisi angket stress akademik, sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kisi-kisi Angket Stress Akademik
No. Indikator Aspek yang diamati
1 Fisik a. Denyut jantung meningkat
b. Sakit kepala
c. Berkeringat dingin
d. Kelelahan fisik
e. Tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal
2 Perilaku a. Menggerutu
b. Gugup
c. Membolos atau mabal
d. Tidak mampu menolong diri sendiri
e. Mengambil jalan pintas
f. Sulit mendisiplinkan diri
3 Pikiran a. Mudah lupa
b. Tidak bisa menentukan prioritas hidup
c. Merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi
d. Berpikir menghadapi jalan buntu
e. Prestasi menurun
56
No. Indikator Aspek yang diamati
f. Berpikir negatif
4 Psikologis a. Gelisah
b. Mudah marah
c. Takut
d. Mudah tersinggung
e. Cemas
f. Mudah panik
Sebelum pelaksanaan penelitian instrumen tes yang akan digunakan dalam
penelitian perlu dilakukan uji validitas terlebih dahulu untuk mengetahui
kelayakan soal yang dibuat. Arikunto dalam Ridwan (2011:97) menyatakan
bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur”. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Meteran
yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena
meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak
valid jika digunakan untuk mengukur berat.
Mengukur validitas digunakan program komputer SPSS 16 for windows
dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi
antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai
r tabel. Kriteria soal dikatakan valid, jika nilai r hitung > 0,3 (Sugiyono, 2010: 178).
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen
Stress Akademik Siswa
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 1 .450 0,30 Valid
Pernyataan 2 .485 0,30 Valid
57
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 3 .428 0,30 Valid
Pernyataan 4 .489 0,30 Valid
Pernyataan 5 .449 0,30 Valid
Pernyataan 6 .430 0,30 Valid
Pernyataan 7 .542 0,30 Valid
Pernyataan 8 .452 0,30 Valid
Pernyataan 9 .469 0,30 Valid
Pernyataan 10 .375 0,30 Valid
Pernyataan 11 .396 0,30 Valid
Pernyataan 12 .438 0,30 Valid
Pernyataan 13 .390 0,30 Valid
Pernyataan 14 .506 0,30 Valid
Pernyataan 15 .436 0,30 Valid
Pernyataan 16 .361 0,30 Valid
Pernyataan 17 .439 0,30 Valid
Pernyataan 18 .366 0,30 Valid
Pernyataan 19 .482 0,30 Valid
Pernyataan 20 .361 0,30 Valid
Pernyataan 21 .517 0,30 Valid
Pernyataan 22 .410 0,30 Valid
Pernyataan 23 .538 0,30 Valid
Pernyataan 24 .341 0,30 Valid
Pernyataan 25 .321 0,30 Valid
Pernyataan 26 .361 0,30 Valid
Pernyataan 27 .450 0,30 Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.7 menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel “stress
akademik siswa” yang dilakukan oleh peneliti pada 20 responden, pada tanggal
27 Januari 2017 pukul 08.00 WIB. Instrumen angket berjumlah 27 pernyataan
58
dengan jawaban yang telah disediakan peneliti. Setelah dianalisis dengan
menggunakan program SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected
Item-Total Correlation dan dibandingkan dengan r kritis, diketahui 27 pernyataan
dalam angket penelitian dinyatakan valid.
Setelah uji validitas langkah selanjutnya diperlukan pengujian reliabilitas.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil
penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam dalam waktu yang
berbeda. Reliabilitas berarti suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik
(Ridwan, 2009:348). Pengujian reliabilitas menggunakan program komputer
SPSS 16 for windows dengan menggunakan Gutman Split Half Coefficien.
Tingkat reliabilitas instrumen menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (2002: 155) sebagai berikut :
Tabel 3.8
Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat rendah (tidak berkorelasi)
Sumber:Suharsimi Arikunto.
59
Hasil uji reliabilitas item pernyataan angket dengan bantuan SPSS 16 for windows
dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Stress Akademik Siswa
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.448 27
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.9 menunjukkan jumlah item pernyataan angket adalah 27, dengan nilai
Alhpa 0,448. Berdasarkan kriteria reliabilitas soal pada tabel 3.8, maka nilai
Alpha 0,448 dikategorikan reliabilitas agak rendah sehingga instrumen angket ini
dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.
1. Pelaksanaan Sesi I
Langkah-langkah yang hendak dilakukan pada sesi ini, sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian
sesi I.
b. Mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi.
c. Kemudian dari 20 siswa diberikan angket untuk dijawab.
d. Hasil Jawaban Angket
Untuk mengetahui tingkat stress akademik siswa diperoleh dengan
cara menilai masing-masing jawaban dari tiap item pernyataan kemudian
menjumlahnya sehingga diperoleh total nilai jawaban dari masing-masing
responden. Untuk point jawaban alternatif dapat dijelaskan, sebagai
berikut:
1) Pernyataan positif, point nilai jawaban Selalu = 4, Sering = 3,
Kadang-kadang = 2 dan Tidak pernah = 1
60
2) Pernyataan negatif, point jawaban Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-
kadang = 3 dan Tidak pernah = 4
Adapun hasil jawaban angket, dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tabel 3.10
Skor Jawaban Pre-Test
No Nama Responden Skor
1. Siti Ratna Diyana 64
2. Dewi Nur P 56
3. Ayu Dwi Ningsih 57
4. A. Marianto 62
5. Tri Kartika Sari 62
6. Anggi Widiastuti 59
7. Sania Prihatina 57
8. Haqiqi 52
9. Deni Setyawan 51
10. Dwi Prasanti 54
11. Annisa’aul Fatikah 55
12. Hesti Herintanti 60
13. M. Ismi Aziz 53
14. Dwi Sugiyarto 52
15. Andriyan F 53
16. Hanifah Assabilla 60
17. Fitri Widiyaningsih 51
18. Arjuna Jiwa P 53
19. Dimas Aji W.P. 64
20. Anis Fitriyani 57
Dari paparan hasil penelitian sesi I diperoleh nilai total tertinggi 64 dan
nilai total terendah nilai 51. Untuk perhitungan jawaban angket angka
kasar (terlampir).
2. Pelaksanaan Sesi II
Stress akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi dipengaruhi
beberapa faktor, umumnya terkait dengan prestasi akademik dan mereka
merasa tidak percaya pada kemampuan yang dimiliki. Selain itu, juga
61
disebabkan oleh adanya masalah dalam pergaulan dan hubungan dengan
orang lain. Siswa yang mengalami masalah stress akademik, mewujudkannya
dalam perilaku misalnya: observasi dari siswa dan pengerjaan angket.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa permasalahan stress akademik
di sekolah ini masih belum ditangani secara optimal. Pendekatan cognitive-
behavior merupakan suatu bentuk pendekatan psikoterapi yang terstruktur.
Pendekatan ini dinamakan “terapi kognitif” karena teknik-teknik yang dipakai
pada pendekatan ini bertujuan merubah kesalahan (error) atau penyimpangan
(bias) dalam pikiran siswa teknik self-instruction memiliki keunggulan, yaitu
selain dapat mengganti pandangan negatif siswa menjadi positif, metode ini
juga dapat mengarahkan siswa untuk mengubah kondisi dirinya agar
memperoleh konsekuensi yang efektif dari lingkungan. Siswa tidak hanya
diajak untuk mengubah pandangannya, tetapi juga diarahkan untuk mengubah
perilaku yang lebih efektif. Berkaitan dengan usaha untuk menurunkan tingkat
stress akademik siswa, teknik self-instruction ini memiliki keunggulan yang
dapat dilihat dari beberapa pernyataan para tokoh serta penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Pernyataan diri (self-statement) akan mempengaruhi
tingkah laku seseorang, sebagaimana pernyataan yang diberikan oleh orang
lain.
Proses tahapan teknik self-instruction ke dalam 2 tahapan, sebagai
berikut:
62
a. Tahapan pertama (15 Februari 2017)
Guru memberikan assesment kepada siswa dan melakukan
wawancara untuk mengetahui hal-hal yang dapat memicu stress akademik.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut:
1) Siswa di minta untuk mengenali diri mereka dan karakteristik
pernyataan negatif yang ada. Proses ini melibatkan kegiatan
meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi
fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain.
2) Setelah siswa belajar untuk mengenali tingkah laku maladaptifnya,
mereka mulai mencari kesempatan untuk mengembangkan alternatif
tingkah laku adaptif dengan cara merubah dialog internal dalam diri
mereka. Dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan
tingkah laku baru, yang sebaliknya akan memberikan dampak terhadap
struktur kognisi siswa.
3) Siswa kemudian belajar teknik mengatasi masalah yang secara praktis
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat yang sama,
siswa diharapkan untuk tetap memusatkan perhatian kepada tugas
membuat pernyataan baru dan mengamati perbedaan hasilnya
(pembagian angket)
b. Tahapan kedua (16 Februari 2017)
Pemberian treatment pada siswa, langkah-langkah yang dilakukan
dalam sesi ini, sebagai berikut:
1) Data yang sudah terkumpul dalam sesi I digunakan untuk menentukan
subjek yang teridentifikasi mempunyai stress akademik.
63
2) Memberikan perlakuan pada subyek penelitian dengan salah satu
teknik dari Cognitive Behavior Therapy yaitu teknik self instruction.
3) Guru menjelaskan prosedur tindakan dan manfaatnya,
4) Guru bertindak sebagai model, memberikan contoh verbalisasi self-
statement yang positif dengan suara lantang/keras kepada siswa,
5) Siswa kemudian mengikuti apa yang sudah dicontohkan konselor,
memverbalisasikan self-statement yang positif secara lantang/keras
(overt),
6) Siswa diintruksikan untuk mengulang kembali memverbalisasikan
self-statement yang positif secara lantang/keras (overt),
7) Siswa diinstruksikan untuk memverbalisasikan self-statement yang
positif dengan cara berbisik,
8) Terakhir, siswa menginstruksikan pada dirinya sendiri yaitu dengan
memverbalisasikan self-statement yang positif hanya dalam hatinya
saja (covert),
9) Homework and follow up.
Berdasarkan kriteria penggolongan siswa yang mengalami stress
akademik terdapat 20 siswa yang akan dilakukan bimbingan dengan teknik
self instruction dan melihat pada prestasi akademik diperoleh siswa. Guru
memberikan pemahaman tentang teknik self instruction, menyediakan tempat
dan melaksanakan penerapan bimbingan. Hasil pelaksanaan sesi II tentang
evaluasi guru dapat peneliti paparkan, sebagai berikut:
64
Tabel 3.11
Lembar Evaluasi Guru
No Aspek Penilaian
1 Materi yang disampaikan 20 responden/siswa memberikan
penilaian guru dalam menyampaikan
materi kurang begitu jelas
2 Metode yang digunakan 12 responden/siswa memberikan
penilaian metode yang digunakan guru
dalam menyampaikan materi terlalu
rumit, sedang 8 responden/siswa
metode yang digunakan mudah
diterapkan dan efisien
3 Waktu pelaksanaan 20 responden/siswa dalam hal waktu
sangat kurang efektif dan terbatas
4 Tempat pelaksanaan 20 responden/siswa memberi penilaian
kurang kondusif karena keterbatasan
tempat
Tabel 3.12
Evaluasi Penerapan Teknik Self Instruction Siswa
No Aspek Hasil
1 Aspek perilaku, meliputi:
menggerutu saat menerima tugas
Siswa menjadi mulai
senang/tidak menggerutu saat
menerima tugas dan
mengerjakan dengan baik
2 Aspek pikiran, meliputi: sulit
konsentrasi sehingga prestasi
menurun
Siswa menjadi mudah
berkonsentrasi hasilnya prestasi
mulai meningkat.
3 Aspek emosi, meliputi: merasa
takut
Siswa menjadi merasa berani
dan percaya diri untuk
berinteraksi
Berdasarkan tabel 3.12, dapat peneliti paparkan bahwa hasil dari pelaksanaan
teknik self instruction menitik-beratkan pada ketiga aspek yaitu perilaku,
65
pikiran dan emosi perilaku dari para responden (20 siswa) mengalami
perubahan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di rumah.
3. Pelaksanaan Sesi III
Pelaksaan sesi ini bertujuan untuk melihat perubahan perilaku, pikiran
dan emosi siswa/konseli setelah diberikan perlakuan. Guru memberikan
penugasan yaitu melakukan pengisian kembali instrumen post test, instrumen
disini sama dengan instrumen pada pre test; mengamati perilaku siswa/konseli
di sekolah dan di kelas dengan bantuan guru kelas. Adapun hasil pelaksanaan
sesi ini dapat peneliti paparkan, sebagai berikut:
Tabel 3.13
Hasil Jawaban Post-Test
No Nama Responden Skor
1. Siti Ratna Diyana 78
2. Dewi Nur P 66
3. Ayu Dwi Ningsih 67
4. A. Marianto 72
5. Tri Kartika Sari 69
6. Anggi Widiastuti 65
7. Sania Prihatina 69
8. Haqiqi 67
9. Deni Setyawan 64
10. Dwi Prasanti 66
11. Annisa’aul Fatikah 64
12. Hesti Herintanti 70
13. M. Ismi Aziz 67
14. Dwi Sugiyarto 61
15. Andriyan F 62
16. Hanifah Assabilla 71
17. Fitri Widiyaningsih 66
18. Arjuna Jiwa P 71
19. Dimas Aji W.P. 71
20. Anis Fitriyani 67
66
Dari paparan hasil penelitian sesi I diperoleh nilai total tertinggi 78 dan nilai
total terendah nilai 61. Untuk perhitungan jawaban angket angka kasar
(terlampir).
67
BAB IV
NALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Analisis Diskriptif Penerapan Teknik Self-Instruction
Stress akademik dalam diri setiap peserta bimbingan diawali dengan
adanya kesadaran bahwa mereka tidak ingin mengalami stress akademik yang
sangat menghambat dan merugikan diri mereka untuk dapat lebih
meningkatkan prestasi belajar. Setelah adanya kesadaran itu, maka mereka
mulai memotivasi diri untuk keluar dari stress akademik dengan
menggunakan verbalisasi diri. Hasilnya, stress akademik mereka mengalami
penurunan yang diukur dengan skala stress akademik melalui pre-test dan
post-test.
Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode self-instruction. Sementara
variabel terikat yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini adalah stress
akademik. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu: (1) bahan
perlakuan (stimulus material); dan (2) instrumen pengumpulan data berupa
skala stress akademik dan telah teruji validitas dan reliabilitas-nya. Validitas
butir antara 0,321 sampai 0,542 dan reliabilitas kuesioner sebesar 0,448, yang
berarti bahwa skala stress akademik layak digunakan dalam penelitian.
68
Mendasarkan pada total nilai jawaban pre-test masing-masing
responden dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya
dengan menggunakan rumus :
Ki
XrXti
1
Keterangan :
i : Interval
xt : Nilai tertinggi
xr : Nilai terendah
ki : Kelas interval (sangat tinggi, tinggi, rendah, sangat rendah)
Dari data hasil angket pre-test, diperoleh nilai tertinggi adalah 64 dan nilai
terendah adalah 51. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 4 kelas
maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
dibulatkan menjadi 3
Tabel 4.1
Kriteria Penggolongan Skala Pre-Test
No Interval Kriteria
1 61-64 Sangat Tinggi (ST)
2 58-60 Tinggi (T)
3 55-57 Rendah(S)
4 51-54 Sangat Rendah (R)
69
Kemudian dicari prosentasi jawaban soal pre-test. Hal ini
menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
%100XN
FP
a. Untuk kategori sangat tinggi, ada 4 responden :
= 20 %
b. Untuk kategori tinggi, ada 3 responden :
= 15 %
c. Untuk kategori rendah, ada 6 responden :
= 25 %
d. Untuk kategori sangat rendah, ada 8 responden :
= 40 %
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa stress
akademik siswa sebelum tindakan adalah 20 % dengan jumlah 4 responden
dalam kategori sangat tinggi, 15 % dengan jumlah 3 responden dalam
kategori tinggi, 25 % dengan jumlah 6 responden dalam kategori rendah dan
70
40 % dengan jumlah 8 responden. Dengan demikian, tingkat stress akademik
siswa sebelum tindakan dalam kategori sangat rendah.
Tabel 4.2
Analisis Hasil Pre-Test
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Stress Akademik Siswa Sebelum Tindakan (pre-test)
20 51.00 64.00 56.6000 .96081 4.29688
Valid N (listwise) 20
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Mendasarkan pada total nilai jawaban post-test masing-masing
responden dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya
dengan menggunakan rumus :
Ki
XrXti
1
Keterangan :
i : Interval
xt : Nilai tertinggi
xr : Nilai terendah
ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket post-test, diperoleh nilai tertinggi adalah 78 dan nilai
terendah adalah 61. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 4 kelas
maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
71
dibulatkan menjadi 4
Tabel 4.3
Kriteria Penggolongan Skala Post-Test
No Interval Kriteria
1 75-78 Sangat Tinggi (ST)
2 71-74 Tinggi (T)
3 66-70 Rendah(SR)
4 61-65 Sangat Rendah (R)
Kemudian dicari prosentasi jawaban soal post-test. Hal ini
menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
%100XN
FP
a. Untuk kategori sangat tinggi, ada 1 responden :
= 5 %
b. Untuk kategori tinggi, ada 4 responden :
= 20 %
c. Untuk kategori rendah, ada 10 responden :
= 50 %
72
d. Untuk kategori sangat rendah, ada 5 responden :
= 25 %
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa stress
akademik siswa sesudah tindakan adalah 5 % dengan jumlah 1 responden
dalam kategori sangat tinggi, 20 % dengan jumlah 4 responden dalam
kategori tinggi, 50 % dengan jumlah 10 responden dalam kategori rendah dan
25 % dengan jumlah 5 responden. Dengan demikian, tingkat stress akademik
siswa sebelum tindakan dalam kategori rendah.
Tabel 4.4
Analisis Hasil Post-Test
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Stress Akademik Siswa Sesudah Tindakan (post test)
20 61.00 78.00 67.6500 .87140 3.89703
Valid N (listwise) 20
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
2. Analisis Tingkat Stress Akademik Siswa Sebelum dan Sesudah
Pelaksanaan Teknik Self-Instruction
Rekapitulasi hasil analisis deskriptif antara pretest dan posttest
disajikan pada:
73
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
PostTestPreTest
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Jawaban Pre-Test dan Post-Test
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Stress Akademik Siswa Sebelum (pre-test)
20 51.00 64.00 56.6000 .96081 4.29688
Stress Akademik Siswa Sesudah (post test)
20 61.00 78.00 67.6500 .87140 3.89703
20
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tingkat stress akademik siswa menunjukkan bahwa kenaikan pada skor rata-
rata stress akademik siswa sebelum diberikan kegiatan bimbingan dengan
teknik self-instruction sebesar 56,6 mengalami peningkatan setelah
mendapatkan kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction menjadi 67,6.
Perbandingan pre-test dan post-test dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan
dengan teknik self-instruction dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.1
Perbedaan Hasil Jawaban Pre-Test dengan Post-Test
74
Sebelum dilaksanakan analisis uji t-test, agar data tidak menyimpang
maka harus dilakukan uji normalitas dahulu. Dengan uji normalitas dapat
dilihat data dalam penelitian normal atau tidak. Syarat data yang digunakan
dalam penelitian harus normal. Uji normalitas dengan menggunakan bantuan
SPSS 16,0 for windows.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PRE-TEST POST-TEST
N 20 20
Normal Parametersa Mean 56.6000 67.6500
Std. Deviation 4.29688 3.89703
Most Extreme
Differences
Absolute .149 .166
Positive .149 .166
Negative -.096 -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .666 .743
Asymp. Sig. (2-tailed) .767 .638
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji normalitas data pretest dan posttest
dari Kolmogorof Smirnof. Data pretest sebesar 0,666 dengan tingkat
signifikansi 0,767. Data post test sebesar 0,743 dengan tingkat signifikansi
0,638. Singnifikansi data pre test dan post test semuanya > 0,05, oleh karena
itu hasil pengukuran data pre test dan post test berdistribusi normal.
75
Diagram 4.2 Grafik Uji Normalitas Skor Pre-Test
Pada Diagram 4.2 grafik hubungan variabel menunjukkan arah positif.
Garis diagonal mengDiagramkan keadaan ideal dari data yang mengikuti
distribusi normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji.
Jika titik-titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada
garis maka dapat disimpulkan bahwa data mengikuti distribusi normal.
Diagram 4.3 Grafik Uji Normalitas Skor Post Test
Pada Diagram 4.3 grafik variabel menunjukkan arah positif. Garis
diagonal menggambarkan keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi
normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji. Jika titik-
76
titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis maka
dapat disimpulkan bahwa data mengikuti distribusi normal.
3. Analisis Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil kegiatan yang dilakukan setelah treatment, nilai tes
untuk pre test dan post test tersebut dianalisis menggunakan t-test. Sebelum
melakukan uji t-test (Independent Sample T-Test) sebelumnya dilakukan uji
kesamaan varian (homogenitas) dengan F-test (Levenes Test), artinya jika
varian sama, maka uji t menggunakan Egual Variances Assumsed
(diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Egual
Variances Not Assumsed (diasumsikan varian berbeda). Kriteria berdasarkan
signifikansi adalah jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan jika
signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesisnya sebagai
berikut:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Ho : Teknik self-instruction tidak efektif dalam mereduksi stress
akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab.
Grobogan tahun 2016/2017
Ha : Teknik self-instruction efektif dalam mereduksi stress akademik
pada siswa kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab. Grobogan
tahun 2016/2017
77
Tabel 4.7
Hasil Analisis Uji Hipotesis
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig
.
(2-t
aile
d)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre
Test –
Post
Test
-11.05000 3.06894 .68624 -12.48631 -9.61369 -16.102 19 .000
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α =
5% atau 0,05. Berdasarkan tabel paired samples test nilai t hitung adalah
sebesar -16,102 dengan sig 0.000. Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 =
2,5% dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 20-1 = 19. Maka diterima,
artinya pelaksanaan teknik self instruction lebih efektif untuk mereduksi
stress akademik siswa kelas XI MA Yarobi Grobogan.
B. Pembahasan
Pelaksanaan teknik self-instruction dikembangkan oleh peneliti dengan
bantuan guru di MA Yarobi dengan mengadaptasi tahap-tahap metode self-
instruction dari Cormier (2003). Dalam proses teknik ini, guru bertindak sebagai
model. Ketika bertindak sebagai model, guru berpedoman pada lima langkah,
yaitu: (1) bertanya, dalam tahap ini guru memberikan contoh kepada siswa untuk
bertanya kepada dirinya terkait dengan stress akademik, (2) menjawab pertanyaan
dengan sebuah rencana, dalam tahap ini guru mencontohkan dan mendorong
78
siswa untuk merencanakan hal-hal yang bisa digunakan untuk mengatasi
masalahnya dan menggali munculnya harapan-harapan positif pada siswa, (3)
membimbing diri dan memfokuskan perhatian, dalam tahap ini guru
mencontohkan kepada siswa untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi pada
rencana dan harapan positif yang telah dirancang, (4) mengevaluasi diri dan
mengoreksi kesalahan, dalam tahap ini guru mencontohkan kepada siswa dan
mendorong siswa agar mampu mengidentifikasi dan menganalisis pikiran-pikiran
yang menyebabkan dialog internal negatif terkait dengan stress akademik yang
dialami, sehingga siswa mampu mengolah pikiran (kognitif) dan perasaan
(afektif) untuk menggagas dialog internal baru yang positif, (5) self-
reinforcement, dalam tahap ini guru mencontohkan kepada siswa untuk
memberikan reward kepada diri sendiri dengan menggunakan pujian atau kata-
kata motivasi.
Penerapan teknik self instruction dalam mereduksi stress akademik siswa
merupakan upaya ada usaha dalam mengatasi stress yang dialami siswa,
sebagaimana dalam QS. Ar-Raad ayat 28 ditegaskan:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.
Ayat ini menegaskan bahwa dengan mengingat dan mengembalikan segalanya
dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi sesuai Al-Quran,
79
“TATHMAINN AL-QULUB “ (Mengingat Allah, hati akan tenang). Mengatasi
stres sesuai Al-Quran disamping mencari solusi berupa pengobatan lahir, juga
diperlukan pengobatan batin, yaitu meyakini kesempurnaan Tuhan, dan meyakini
kekurangan manusia, serta kaifiatnya, banyak bersabar, salat, istigfar dan zikir.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan ini dilakukan dalam 3 sesi, yakni: sesi
pertama sebagai perkenalan dan untuk mengetahui tingkat stress akademik yang
dialami siswa. Pada sesi ini responden dalam hal ini siswa kelas XI yang
terkategori mengalami stress akademik di minta mengerjakan angket sebagai pre-
test. Sesi kedua, setelah diketahui skala stress akademik siswa kemudian
diberikan perlakuan dengan teknik self instruction. Pada sesi ini siswa dapat
menilai guru dalam menyampaikan materi, selain itu guru dan peneliti bisa
menilai siswa dilihat dari aspek perilaku, pikiran dan emosi. Sesi ketiga,
merupakan evaluasi yakni siswa di minta mengerjakan angket yang sama untuk
menilai stress akademik setelah dilakukan tindakan sebagai post-test. Tujuannya
pada sesi ketiga untuk mengetahui keefektifan teknik self instruction untuk
mereduksi stress akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi.
Berdasarkan tabel 4.5, tingkat stress akademik siswa menunjukkan bahwa
kenaikan pada skor rata-rata stress akademik siswa sebelum diberikan kegiatan
bimbingan dengan teknik self-instruction sebesar 56,6 mengalami peningkatan
setelah mendapatkan kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction menjadi
67,6. Siswa yang ikut kegiatan bimbingan merasakan manfaat dari pelaksanaan
teknik self instruction ini yaitu (1) melalui teknik metode self-instruction ini,
80
siswa menjadi lebih bebas mengekspresikan dirinya dengan selalu memerintah
dirinya dalam hati untuk melakukan hal-hal positif yang bagus untuk
perkembangannya, (2) melalui teknik metode self-instruction ini, siswa menjadi
lebih berani berbicara dengan menghilangkan pandangan yang negatif tentang
dirinya menjadi hal yang positif, (3) melalui teknik metode self-instruction ini,
guru dan siswa saling memberikan dukungan dan motivasi untuk keluar dari
masalah stress akademik, (4) melalui teknik metode self-instruction ini, dapat
memerintah diri melakukan hal-hal yang positif kapanpun dan di manapun sesuai
dengan kebutuhan.
Adapun indikitor keefektifan pelaksanaan teknik self instruction
maka siswa yang ikut kegiatan bimbingan merasakan beberapa manfaat, yaitu:
(1) siswa menjadi lebih bebas mengekspresikan dirinya dengan selalu
memerintah dirinya dalam hati untuk melakukan hal-hal positif yang bagus untuk
perkembangannya, (2) siswa menjadi lebih berani berbicara dengan
menghilangkan pandangan yang negatif tentang dirinya menjadi hal yang positif,
(3) guru dan siswa saling memberikan dukungan dan motivasi untuk keluar dari
masalah stress akademik, (4) dapat memerintah diri melakukan hal-hal yang
positif kapanpun dan di manapun sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan indikator keberhasilan pelaksanaan teknik ini dapat peneliti
kemukakan berdasarkan tabel 3.12, ditinjau dari aspek perilaku yaitu menggerutu
pada saat diberikan tugas, dari ke 20 siswa mengalami perubahan yaitu mulai
senang dan tidak menggerutu ketika diberikan tugas serta mengerjakannya secara
81
baik; aspek pikiran yaitu sulit konsentrasi sehingga prestasi menurun, ke 20 siswa
mudah berkonsentrasi dalam menerima penjelasan materi hal ini dilihat dari
adanya peningkatan prestasi hasil belajar; aspek emosi yaitu merasa takut dalam
hal ini siswa mulai berani dan percaya diri untuk berinteraksi maupun
menyampaikan ide/pendapat maupun bertanya ketika belum jelas tentang materi
yang disampaikan kepada guru maupun teman sebaya yang di anggap menguasai
materi tersebut.
Berdasarkan tabel perbandingan pre-test dan post-test, menunjukkan
terdapat 20 siswa pada variabel sesudah yang lebih dari observasi pada variabel
sebelum dengan rata-rata rangking (mean rank) = 10,50 dan tidak terdapat subjek
yang nilai post-testnya kurang dari nilai pretest. Sedangkan hasil analisis data,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan stress akademik
siswa sebelum mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction
dengan stress akademik siswa setelah mengikuti kegiatan bimbingan dengan
teknik self-instruction. Skor rata-rata stress akademik siswa setelah mengikuti
kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction lebih tinggi daripada skor rata-
rata sebelum mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction.
Berkenaan dengan hasil penelitian, maka penerapan teknik self instruction efektif
dapat mereduksi stress akademik yang dialami siswa dan diharapkan dapat
diterapkan dan dikembangkan khususnya oleh guru di sekolah dalam rangka
mereduksi stress akademik siswa.
82
Pada bagian ini dikemukakan hasil pembahasan dari hasil penelitian.
Hasil perhitungan yang didapat dari nilai signifikansi 0,05 > 0,000 dan t hitung
(-16.015) < t tabel (2.093). Dengan demikian, penggunaan teknik self-instruction
efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI, Kec.
Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017. Teknik ini mengajarkan siswa untuk
saling membantu, dapat memberikan penjelasan kepada teman yang
membutuhkan, saling menghargai dan peduli antara siswa yang satu dengan siswa
lain. Selain itu, juga mendorong siswa untuk belajar secara aktif memiliki
semangat kerjasama, memiliki tanggung jawab individual, mampu
berekspresi/mengeluarkan pendapat, memiliki jiwa kompetisi yang sehat dan
terlibat total dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan siswa dalam
kelompok, tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan, bahwa:
1. Pelaksanaan teknik self-instruction guru bertindak sebagai model.
Ketika bertindak sebagai model, guru berpedoman pada lima langkah, yaitu:
(1) bertanya, (2) menjawab pertanyaan dengan sebuah rencana,
(3) membimbing diri dan memfokuskan perhatian, (4) mengevaluasi diri dan
mengoreksi kesalahan, (5) self-reinforcement. Pelaksanaan kegiatan
bimbingan ini dilakukan dalam 3 sesi, yakni: sesi pertama sebagai perkenalan
dan untuk mengetahui tingkat stress akademik yang dialami siswa. Responden
mengerjakan angket sebagai pre-test. Sesi kedua, setelah diketahui skala
stress akademik siswa kemudian diberikan perlakuan dengan teknik self
instruction. Sesi ketiga, merupakan evaluasi yakni siswa di minta
mengerjakan angket yang sama untuk menilai stress akademik setelah
dilakukan tindakan sebagai post-test.
2. Berdasarkan tabel perbandingan pre-test dan post-test, menunjukkan terdapat
20 siswa pada variabel sesudah mengalami peningkatan dari pada variabel
sebelum. Rata-rata rangking (mean rank) = 10,50 merupakan pengurangan
nilai rata-rata post-test sebesar 67,65 dengan nilai pretest sebesar 56,60.
84
3. Sedangkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan
yang signifikan stress akademik siswa sebelum mengikuti kegiatan bimbingan
dengan teknik self-instruction dengan stress akademik siswa setelah
mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction. Hasil
perhitungan uji-t (paired samples test) di dapat nilai signifikansi 0,05 > 0,000
dan t hitung (-16.015) < t tabel (2.093). Dengan demikian, penggunaan teknik
self-instruction efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI
MA YAROBI, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan baru untuk meningkatkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya untuk membantu
siswa yang mengalami stress akademik dengan teknik self-instruction.
2. Bagi Siswa
Diharapkan tetap mempraktekkan pelatihan yang diberikan dengan cara
menjalankan sedikit demi sedikit dalam kehidupan sehari-hari untuk
memperlancar interaksi dengan orang lain, mampu mengoptimalkan potensi
dengan baik, mampu memahami orang lain dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Stanley B. & James N. Butler. 1984. Effect of Preventife Cognitive Self-
Instruction Training on Adolescent Attitudes, Experiences and State
Anxiety. Journal of Premary Prevention. Vol. 5(1), 17-25.
Bryant, Lorrie E & Karren S. Budd. 1982. Self Instructional Training to Increase
Independent Work Performance in Pre School. Journal of Applied
Behaviour Analysis. Vol. 15(2), 56-67.
Bush, J.W. 2003. Cognitive Behaviour Therapy: The Basics. (Online).
tersedia:www.cognitivetherapy.com/basic.html. diunduh pada 22
September 2016.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua
dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Yogyakarta).
Hasa, Asmadi. 2004. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam
Penelitian Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Ilfiandra. 2008. Model Konseling Kelompok Berbasis Pendekatan Kognitif Perilaku
untuk Mengurangi Gejala Prokrastinasi Akademik-Disertasi (Bandung:
SPS UPI).
Mardalis. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi
Aksara)
Martin, G. Joseph, P. 2003. Behavior Modification: What It Is and How to Do It.
Seventh Edition (New Jersey: Prentice Hall. Inc).
Mc Kean, Michelle. dan Misra, Ranjita. 2000. College And Its Relation To Their
Anxiety, Time Management, And Leisure Satisfaction. American
Journal Of Health Studies: 16(1).
Nurakhman, Arif. 2009. Program Bimbingan untuk Mengelola Stress Siswa (Skripsi
PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan).
Nurdini, Khamisah. 2009. Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku untuk Mengelola
Stres Akademik Siswa SMK (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak
diterbitkan).
Nurmalasari, Yuli. 2011. Efektivitas Rekonstruksi Kognitif dalam Menangani Stres
Akademik (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan).
Safaria, T & Saputra, N. 2009. Manajemen Emosi (Jakarta : Bumi Aksara).
Sarafino. E.P. 2012. Applied Behavior Analysis: principles and procedures for
modifying behavior (Hoboken: Wiley & Son).
Shahmohammadi. 2011. Students` coping with stress at hight school level particulary
at 11th & 12th grade. Jurnal social and behavioral sciences. 30, 395-
401.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 16 (Bandung: PT. Raja
Grafindo Persada).
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia).
Stallard, P. 2002. Think Good and Feel Good : A Cognitive Behavior Therapy
Workbook for Children and Young People (Great Britain : John Wiley
and Sons, Ltd).
Sudjana. 2002. Metode Statistik (Bandung: Tarsito).
Sugara, Gian Sugiana. 2011. Efektivitas Teknik Self-Instruction dalam Menangani
Kejenuhan Belajar (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan).
Suryabrata, Sumadi. 1990. Metode Penelitian (Jakarta: CV. Rajawali).
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya).
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka).
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
Rosdakarya).
http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/penggunaan-teknik-self-instruction.html
ANGKET STRESS AKADEMIK
(Pre-Test dan Post-Test)
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap
pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan
tersebut sesuai dengan diri anda sebenarnya dengan cara memberi tanda checklist (√)
pada salah satu dari lima pilihan yang tersedia. Pastikan tidak ada nomor yang
terlewat.
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1 Saya mudah marah dengan hal-hal
sepele
2 Mulut saya kering saat proses
pembelajaran
3 Saya sullit berpikir positif di setiap
aspek
4 Saya sesak nafas saat diberi pertanyaan
guru
5 Saya sulit memulai melakukan sesuatu
6 Saya bereaksi lebih ketika situasi tidak
sesuai harapan
7 Saya merasa ragu saat presentasi di
kelas
8 Saya sulit untuk bersantai
9 Saya lega setelah mengerjakan tugas
10 Saya mudah marah di banding teman-
teman saya
11 Saya berpikir maksimal dalam
mengerjakan tugas sekolah
12 Saya tertekan dengan suasana kelas
13 Saya tidak sabar terhadap sesuatu yang
ditunda-tunda
14 Saya mudah tersinggung sindiran
15 Saya kehilangan motivasi melakukan
sesuatu dalam segala hal
16 Saya takut ketika menjawab pertanyaan
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
teman atau guru di kelas
17 Saya ceroboh melakukan sesuatu
18 Saya tidak dapat melakukan sesuatu di
luar kemampuan
19 Tindakan yang dilakukan berpengaruh
pada kondisi fisik
20 Saya tidak antusias pada materi mata
pelajaran tertentu
21 Saya takut jika nilai tidak sesuai dengan
KKM sekolah
22 Saya sulit berkonsentrasi dalam belajar
23 Saya suka melakukan hal-hal yang baru
24 Saya tidak terburu dalam mengerjakan
tugas sekolah
25 Saya fokus mendengarkan materi di
kelas meskipun bosan
26 Saya merasa sulit beradaptasi dengan
teman sekelas
27 Saya dapat memahami materi pelajaran
yang diberikan guru
Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Pre Test)
“Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun 2016/2017”
No
Responden Item Pernyataan Jumlah
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 1 3 1 2 1 2 2 1 2 4 4 3 1 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 64
2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 4 2 3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 56
3 3 2 1 1 1 2 1 1 2 4 2 4 1 3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 3 3 4 1 3 57
4 4 2 1 2 1 1 2 3 1 4 1 4 1 4 1 1 3 3 2 2 3 3 1 4 2 4 3 3 62
5 5 2 2 3 1 2 2 2 2 4 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 3 62
6 6 2 1 2 1 3 4 2 1 4 2 3 1 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 59
7 7 2 1 2 1 2 3 2 1 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 57
8 8 2 1 2 1 1 1 4 1 4 1 3 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 1 2 52
9 9 2 1 1 1 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 51
10 10 2 1 1 1 2 1 2 2 4 2 3 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 3 54
11 11 2 1 2 1 2 2 2 1 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 55
12 12 2 1 2 1 2 2 3 2 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 60
13 13 1 2 3 3 1 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 2 4 2 1 4 2 3 3 3 2 1 2 53
14 14 2 2 2 1 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 2 52
15 15 2 1 1 1 2 2 2 1 4 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 53
16 16 2 1 3 1 2 3 2 2 4 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 4 3 2 2 2 60
17 17 2 2 1 1 2 2 2 2 4 1 3 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 51
18 18 2 1 1 1 2 2 4 2 3 2 2 0 4 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 53
19 19 1 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 4 64
20 20 2 2 2 1 2 2 2 2 4 1 3 1 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 3 3 1 3 57
*) Penentuan responden menurut saran dari wali kelas dan guru BP MA Yarobi Kabupaten Grobogan 2016/2017, mendasarkan pada
tingkat kemampuan/prestasi siswa dalam mengikuti pelajaran
*) Jawaban telah diberikan skor, sebagai berikut: point alternatif jawaban Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-Kadang = 2, Tidak Pernah =
1.
Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Post Test)
“Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun 2016/2017”
No
Responden Item Pernyataan Jumlah
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 1 4 3 4 4 2 4 4 2 4 4 3 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 3 78
2 2 3 3 3 3 2 3 4 2 4 2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 66
3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 4 2 4 1 3 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3 4 1 3 67
4 4 4 2 2 4 3 2 3 1 4 1 4 1 4 1 3 3 3 2 2 3 3 1 4 2 4 3 3 72
5 5 3 2 3 4 2 3 2 2 4 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 69
6 6 2 2 2 3 3 4 4 1 4 2 3 1 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 65
7 7 4 3 3 3 2 4 4 1 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 69
8 8 3 3 4 4 2 3 3 1 4 1 3 1 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 2 67
9 9 2 3 4 4 3 2 3 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 64
10 10 4 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 66
11 11 3 3 2 3 2 3 4 1 4 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 64
12 12 2 2 3 4 3 4 4 2 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 70
13 13 4 2 3 4 2 4 3 1 4 1 1 1 1 2 2 2 4 3 3 4 2 3 3 3 2 1 2 67
14 14 3 2 2 3 2 3 3 2 4 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 61
15 15 4 3 2 3 3 2 2 1 4 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 62
16 16 3 3 3 4 3 2 4 2 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 4 3 2 2 2 71
17 17 4 2 4 4 2 3 4 2 4 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 66
18 18 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 71
19 19 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 4 2 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 71
20 20 2 3 3 4 3 3 2 2 4 1 3 1 3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 3 3 1 3 67
*) Penentuan responden menurut saran dari wali kelas dan guru BP MA Yarobi Kabupaten Grobogan 2016/2017, mendasarkan pada
tingkat kemampuan/prestasi siswa dalam mengikuti pelajaran
*) Jawaban telah diberikan skor, sebagai berikut: point alternatif jawaban Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-Kadang = 2, Tidak
Pernah = 1.
ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS
Uji Reliabilitas Angket Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.448 .364 27
Uji Validitas Angket
Item-Total Statistics
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keterangan
PRE-TEST .450 Valid
POST-TEST .485 Valid
VAR00003 .428 Valid
VAR00004 .489 Valid
VAR00005 .449 Valid
VAR00006 .430 Valid
VAR00007 .542 Valid
VAR00008 .452 Valid
VAR00009 .469 Valid
VAR00010 .375 Valid
VAR00011 .396 Valid
VAR00012 .438 Valid
VAR00013 .390 Valid
VAR00014 .506 Valid
VAR00015 .436 Valid
VAR00016 .361 Valid
VAR00017 .439 Valid
VAR00019 .366 Valid
VAR00020 .482 Valid
VAR00021 .361 Valid
VAR00022 .517 Valid
VAR00023 .410 Valid
VAR00024 .538 Valid
VAR00025 .341 Valid
VAR00026 .321 Valid
VAR00027 .361 Valid
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Total Item Pre-Test 20 51.00 64.00 56.6000 .96081 4.29688
Valid N (listwise) 20
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Total Item Post-Test 20 61.00 78.00 67.6500 .87140 3.89703
Valid N (listwise) 20
Analisis
No Responden Total Nilai Pre-Test Total Nilai Post Test
1 1 64 78
2 2 56 66
3 3 57 67
4 4 62 72
5 5 62 69
6 6 59 65
7 7 57 69
8 8 52 67
9 9 51 64
10 10 54 66
11 11 55 64
12 12 60 70
13 13 53 67
14 14 52 61
15 15 53 62
16 16 60 71
17 17 51 66
18 18 53 71
19 19 64 71
20 20 57 67
Pre-Test
Nilai Terendah : 51
Nilai Tertinggi : 64
Post-Test
Nilai Terendah : 61
Nilai Tertinggi : 78
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00001 VAR00002
N 20 20
Normal Parametersa Mean 56.6000 67.6500
Std. Deviation 4.29688 3.89703
Most Extreme Differences Absolute .149 .166
Positive .149 .166
Negative -.096 -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .666 .743
Asymp. Sig. (2-tailed) .767 .638
a. Test distribution is Normal.
Uji T (Paired Samples Statistics) Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 VAR00001 56.6000 20 4.29688 .96081
VAR00002 67.6500 20 3.89703 .87140
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 VAR00001 & VAR00002 20 .724 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig.
(2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 VAR00001 - VAR00002
-11.05000 3.06894 .68624 -12.48631 -9.61369 -16.102 19 .000
EVALUASI KEGIATAN
No. Aspek Jawaban
A B C
1 Guru datang 5 menit sebelum waktu kegiatan
bimbingan dilaksanakan, kemudian mengawali dengan
berdoa.
2 Guru sebelum kegiatan dimulai, menjelaskan maksud
dan tujuan yang hendak dilaksanakan
3 Guru mampu memotivasi siswa pada saat membuka
dan mengawali dengan mengaitkan materi
sebelumnya.
4 Guru menggunakan metode yang menunjang
kreatifitas siswa dan menyesuaikan dengan
karakteristik siswa.
5 Guru memberikan kesimpulan materi di setiap akhir
kemudian menginformasikan materi kegiatan
selanjutnya.
6 Guru menyajikan materi sesuai dengan langkah proses
dan memberikan contoh-contoh nyata dalam
menjelaskan kegiatan.
7 Guru menentukan metode sesuai dengan tujuan dan
karakteristik siswa di kelas.
8 Guru memilih media sesuai metode yang digunakan
dan merumuskan instrumen penilaian sesuai dengan
tujuan
*) A = Selalu, B = Kadang-kadang, C = Tidak Pernah
DOKUMENTASI PENELITIAN