edisi xxxix

1
Edisi XXXIX / Januari 2015 Koran Tempel ini diterbitkan oleh Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Penanggung Jawab: Imam Abu Hanifah. Staf Redaksi: Latifatun Nasihah, Salis Fahrudin. Editor: Imam Abu Hanifah, Anisatun Sholihah. Layouter: Salis Fahrudin. Alamat Redaksi: Gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto Lt.1 UIN Maliki Malang Jl. Gajayana 50 Malang (65145). Email: [email protected], Website: www.uapminovasi.com Twitter: @uapminovasi 27 Januari 2015 Oleh Latifatun Nasihah Kriminalisasi KPK Tidak Bisa Dibenarkan KORBAN PERS? GUNAKAN HAK JAWAB Masyarakat yang mengkonsolidasikan diri dalam aksi #MalangforKPK, menyatakan bahwa upaya penghancuran terhadap institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan mengkriminalisasikan para petingginya tidak bisa dibenarkan. Pernyataan sikap tersebut, mereka sampaikan dalam aksi yang diadakan di Jalan Simpang Balapan Malang, dengan tema “Bersih- bersih Polri dan Save KPK” (26/1). Menurut In'amul Mushoffa, selaku juru bicara aksi, dasar yang paling kuat diadakannya aksi tersebut karena ia dan rekannya melihat banyaknya upaya yang dilakukan elit tertentu, untuk melemahkan KPK. Padahal, menurutnya kinerja KPK dalam beberapa tahun terakhir sudah sangat baik. KPK telah berhasil menguak berbagai kasus korupsi, mulai dari politisi, pimpinan partai, pejabat, kepala daerah hingga menteri. “Kinerja itulah yang kemudian dicoba dilemahkan, sehingga kami sebagai koalisi masyarakat Malang anti korupsi menilai jangan sampai ada kriminalisasi terhadap pimpinan KPK” terang In'am. Koalisi Masyarakat Malang anti korupsi terdiri dari akademisi, budayawan, rohaniawan, advokad, aktivis ornop, aktivis mahasiswa, dan masyarakat sipil. Mereka menuntut joko widodo, selaku presiden RI untuk mengambil tindakan tegas terhadap upaya kriminalisasi pimpinan KPK. Wakil ketua KPK, Bambang widjojanto, ditangkap saat mengantarkan anak bungsunya, Muhammad Yattaqi, ke sekolah. Bambang dituduh merekayasa keterangan saksi saat menjadi pengacara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK), dalam kasus sengketa pilkada di Kotawaringin barat pada 2010 lalu. Bambang dilaporkan oleh Sugiarto Sabran, bekas calon bupati kota Waringin Barat ke Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri. Dalam Press Releasenya, aksi #MalangforKPK mengutip pernyataan Budayawan Butet Kertaradjasa “Segoblok- gobloknya orang, pasti tahu apa motif Polri Menahan Bambang Widjojanto.” In'am sangat menyayangkan tuntutan pada Bambang yang mengungkit kasus pada 2010 silam tersebut. “kami menuntut Joko Widodo untuk turun tangan tegas. Dengan cara kasus Bambang Widjojanto harus di-SP III (Surat Peringatan_Red)” tambahnya. Selain itu, ia juga mengecam keras pernyataan Tedjo Edhi Purdijanto, selaku Menteri Koordinatot Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) yang menyatakan bahwa dukungan rakyat terhadap KPK sebagai sesuatu yang tidak jelas. Dalam salah satu papan yang dibawa peserta aksi bahkan tertulis “#saya rakyat saya jelas dukung KPK” dan “Saya rakyat gak jelas, Save KPK.” Tuntutan-tuntutan tersebut dideklarasikan oleh Prof Ahmad Erani Yustika Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, yang juga menjadi moderator dalam debat kandidat capres-cawapres pada pemilu 2014. Deklarasi tersebut dibacakan oleh Erani, diikuti oleh semua massa aksi. Aksi yang dibuka untuk masyarakat sipil tersebut memberi kesempatan bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap isu-isu pemberantasan korupsi. Masyarakat juga difasilitasi untuk menyampaikan pendapatnya dalam aksi terbuka tersebut. Damanhuri, selaku pewakilan dari kaum difabel kota Malang juga ikut menyampaikan orasi dan menentang korupsi yang menurutnya telah mematikan mimpi anak-anak Indonesia. “Koruptor harus dibumihanguskan dari bumi pertiwi ini!” teriaknya dengan lantang.[] Oleh Salis Fahrudin Tak Kompak Lawan Korupsi Upaya tindak penegakan korupsi memang tidak selamanya mendapat dukungan dari seluruh pihak. Justru ada pihak-pihak yang menginginkan tindakan anti korupsi itu dimusnahkan. Setidaknya itu pesan yang coba disampaikan dalam aksi demo “Bersih-bersih Polri dan Save KPK” di Jalan Simpang Balapan (26/1). Aksi yang diikuti oleh sejumlah organisasi mahasiswa dan masyarakat sipil ini, timbul akibat kekhawatiran akan tindak kriminalisasi yang diterima KPK sebagai bentuk pelemahan penindakan korupsi. Wakil ketua KPK, Bambang Widjajato ditangkap terkait laporan kasus perekayasaan keterangan saksi dalam sengketa Pilkada Kota Waringin Barat tahun 2010. Peristiwa tersebut terjadi tepat Setelah KPK menetapkan Budi Gunawan, calon tunggal Kapolri sebagai tersangka. Begitu pula Adnan Pandu Praja, wakil ketua KPK lainnya yang dilaporkan ke Bareskrim terkait kasus perampasan saham di PT Desy Timber. Abraham Samad yang merupakan ketua KPK pun diisukan memiliki foto mesra dengan perempuan mirip Puteri Indonesia 2014. Beberapa masalah yang menyangkut petinggi KPK tersebut dianggap In'amul Mushoffa, selaku juru bicara aksi sebagai upaya penghancuran terhadap institusi KPK yang tidak bisa dibenarkan. “Padahal selama ini Kinerja KPK cukup baik dengan menangkap sejumlah koruptor,” ungkapnya. Dalam press realeasenya, massa aksi juga menuliskan bahwa mereka siap bertarung dengan siapapun, yang berusaha menghalangi setiap upaya pemberantasan korupsi. Abdur Rahman Sofyan, salah satu orator berteriak lantang, “Satu kata, lawan korupsi! lawan korupsi! Hidup rakyat.” Sofyan menambahkan “demi Allah! adalah sebuah kemunafikan mereka yang tidak berani menyuarakan kebenaran. Bahkan mereka tidak berani berpikir benar!” Ia juga menyinggung masalah korupsi yang menimpa kampusnya, “Kampus saya, UIN Maliki Malang yang notabene kampus islam, petingginya telah terjerat kasus korupsi yang berjalan lima tahun tanpa kejelasan!” Ketidakjelasan yang dimaksud Sofyan adalah proses yang sangat lamban dari kejaksaan Negeri (Kejari) Malang, “Kejari tidak serius dan main- main dengan kasus Imam. Hal itu diindikasikan dari Kejari yang sudah berkali-kali berganti susunan kepengurusan” jelasnya. Imam Suprayogo, mantan rektor UIN Malang yang berkuasa selama 16 tahun telah ditetapkan sebagai tersangka pada 8 Mei 2014, dalam kasus dugaan korupsi pengadaan lahan UIN II di Batu. Menurut Rizky setyo, pihak Kejari yang ditugaskan di pos pidana khusus, staff Kejari baru saja melakukan proses pergantian kepengurusan. “Baru tadi pagi saya mendapat surat keputusan untuk pindah ke pos pidana khusus” ungkap Rizky. Sebelumnya ia ditugaskan di posisi pidana umum, alasan perpindahan posisi itu dianggap Rizky sebagai ajang pembelajaran. “Karena saya pegawai baru disini, perpindahan posisi itu agar faham setiap bagian itu seperti apa, ya belajarlah” ungkapnya. Karena alasan perpindahan posisi tersebut, Rizky tidak bisa memberikan penjelasan perihal kelanjutan proses hukum Imam Suprayogo, “Saya belum membaca kasusnya” belanya. Namun Rizky menolak bila Kejari dianggap memperlambat proses hukum Imam Suprayogo. “Kasus orang korupsi itu penetapan hukumnya tidak secepat kasus orang bermain togel, prosesnya panjang” ungkapnya. Sofyan menuturkan, tidak mudah untuk memperjuangkan gerakan anti korupsi, “Banyak yang tidak suka kepada kita saat meneriakkan Imam Suprayogo sebagai koruptor, karena Imam itu orang besar” katanya. Sofyan merasa ia dan rekan- rekannya hanya dianggap sebagai kelompok kecil yang kerjanya hanya merecoki kampus yang sudah dibesarkan oleh Imam Suprayogo, “Padahal kita ingin bersih-bersih kampus,” katanya. Posisi Budi Gunawan dan Imam Suprayogo pun cenderung mirip, mereka adalah dua tokoh yang disegani di lembaganya masing- masing. Namun penegakan korupsi seyogyanya tidak memandang siapa dia, atau apa jabatannya. Proses hukum harus berjalan secara objektif dan bebas dari intervensi pihak manapun. [] Damanhuri perwakilan kaum Difabel Malang saat berorasi dalam aksi Bersih-bersih Polri dan Save KPK di Jalan Simpang Balapan (26/1) UAPM / Salis UAPM / Salis

Upload: aran

Post on 22-Jul-2016

237 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

  • Edisi XXXIX / Januari 2015

    Koran Tempel ini diterbitkan oleh Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Penanggung Jawab: Imam Abu Hanifah. Staf Redaksi: Latifatun Nasihah, Salis Fahrudin. Editor: Imam Abu Hanifah, Anisatun Sholihah.

    Layouter: Salis Fahrudin. Alamat Redaksi: Gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto Lt.1 UIN Maliki Malang

    Jl. Gajayana 50 Malang (65145). Email: [email protected], Website: www.uapminovasi.com Twitter: @uapminovasi

    27 Januari 2015

    Oleh Latifatun Nasihah

    Kriminalisasi KPK Tidak Bisa Dibenarkan

    KORBAN PERS?

    GUNAKAN HAK JAWAB

    Masyarakat yang mengkonsolidasikan diri

    dalam aksi #MalangforKPK, menyatakan bahwa

    upaya penghancuran terhadap institusi Komisi

    Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan

    mengkriminalisasikan para petingginya tidak bisa

    dibenarkan. Pernyataan sikap tersebut, mereka

    sampaikan dalam aksi yang diadakan di Jalan

    Simpang Balapan Malang, dengan tema Bersih-

    bersih Polri dan Save KPK (26/1).

    Menurut In'amul Mushoffa, selaku juru

    bicara aksi, dasar yang paling kuat diadakannya

    aksi tersebut karena ia dan rekannya melihat

    banyaknya upaya yang dilakukan elit tertentu,

    untuk melemahkan KPK. Padahal, menurutnya

    kinerja KPK dalam beberapa tahun terakhir

    sudah sangat baik. KPK telah berhasil menguak

    berbagai kasus korupsi, mulai dari politisi,

    pimpinan partai, pejabat, kepala daerah hingga

    menteri. Kinerja itulah yang kemudian dicoba

    dilemahkan, sehingga kami sebagai koalisi

    masyarakat Malang anti korupsi menilai jangan

    sampai ada kriminalisasi terhadap pimpinan

    KPK terang In'am.

    Koalisi Masyarakat Malang anti korupsi terdiri

    dari akademisi, budayawan, rohaniawan,

    advokad, aktivis ornop, aktivis mahasiswa,

    dan masyarakat sipil. Mereka menuntut

    joko widodo, selaku presiden RI untuk

    mengambil tindakan tegas terhadap upaya

    kriminalisasi pimpinan KPK.

    Wa k i l ke t u a K P K , B a m b a n g

    widjojanto, ditangkap saat mengantarkan

    anak bungsunya, Muhammad Yattaqi, ke

    sekolah. Bambang dituduh merekayasa

    keterangan saksi saat menjadi pengacara

    pada persidangan di Mahkamah Konstitusi

    (MK), dalam kasus sengketa pilkada di

    Kotawaringin barat pada 2010 lalu.

    Bambang dilaporkan oleh Sugiarto Sabran,

    bekas calon bupati kota Waringin Barat ke

    Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim)

    Polri. Dalam Press Releasenya, aksi

    #MalangforKPK mengutip pernyataan

    Budayawan Butet Kertaradjasa Segoblok-

    gobloknya orang, pasti tahu apa motif Polri

    Menahan Bambang Widjojanto.

    In'am sangat menyayangkan tuntutan

    pada Bambang yang mengungkit kasus

    pada 2010 silam tersebut. kami menuntut

    Joko Widodo untuk turun tangan tegas.

    Dengan cara kasus Bambang Widjojanto

    harus di-SP III (Surat Peringatan_Red)

    tambahnya. Selain itu, ia juga mengecam

    keras pernyataan Tedjo Edhi Purdijanto,

    selaku Menteri Koordinatot Politik Hukum

    dan HAM (Menkopolhukam) yang

    menyatakan bahwa dukungan rakyat

    terhadap KPK sebagai sesuatu yang

    tidak jelas. Dalam salah satu papan yang

    dibawa peserta aksi bahkan tertulis

    #saya rakyat saya jelas dukung KPK

    dan Saya rakyat gak jelas, Save KPK.

    Tuntu t an - tun tu t an t e r s ebu t

    dideklarasikan oleh Prof Ahmad Erani

    Yustika Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Brawijaya, yang juga

    menjadi moderator dalam debat

    kandidat capres-cawapres pada pemilu

    2014. Deklarasi tersebut dibacakan oleh

    Erani, diikuti oleh semua massa aksi.

    Aksi yang dibuka untuk masyarakat

    sipil tersebut memberi kesempatan bagi

    masyarakat untuk lebih peka terhadap

    isu-isu pemberantasan korupsi .

    Masyarakat juga difasilitasi untuk

    menyampaikan pendapatnya dalam aksi

    terbuka tersebut. Damanhuri, selaku

    pewakilan dari kaum difabel kota Malang

    juga ikut menyampaikan orasi dan

    menentang korupsi yang menurutnya

    telah mematikan mimpi anak-anak

    I n d o n e s i a . K o r u p t o r h a r u s

    dibumihanguskan dari bumi pertiwi ini!

    teriaknya dengan lantang.[]

    Oleh Salis Fahrudin

    Tak Kompak Lawan Korupsi

    Upaya tindak penegakan korupsi memang

    tidak selamanya mendapat dukungan dari

    seluruh pihak. Justru ada pihak-pihak yang

    menginginkan tindakan anti korupsi itu

    dimusnahkan. Setidaknya itu pesan yang coba

    disampaikan dalam aksi demo Bersih-bersih

    Polri dan Save KPK di Jalan Simpang Balapan

    (26/1). Aksi yang diikuti oleh sejumlah

    organisasi mahasiswa dan masyarakat sipil ini,

    timbul akibat kekhawatiran akan tindak

    kriminalisasi yang diterima KPK sebagai bentuk

    pelemahan penindakan korupsi.

    Wakil ketua KPK, Bambang Widjajato

    ditangkap terkait laporan kasus perekayasaan

    keterangan saksi dalam sengketa Pilkada Kota

    Waringin Barat tahun 2010. Peristiwa tersebut

    terjadi tepat Setelah KPK menetapkan Budi

    Gunawan, calon tunggal Kapolri sebagai

    tersangka. Begitu pula Adnan Pandu Praja, wakil

    ketua KPK lainnya yang dilaporkan ke

    Bareskrim terkait kasus perampasan saham di PT

    Desy Timber. Abraham Samad yang merupakan

    ketua KPK pun diisukan memiliki foto mesra

    dengan perempuan mirip Puteri Indonesia 2014.

    Beberapa masalah yang menyangkut petinggi

    KPK tersebut dianggap In'amul Mushoffa,

    selaku juru bicara aksi sebagai upaya

    penghancuran terhadap institusi KPK yang tidak

    bisa dibenarkan. Padahal selama ini Kinerja

    KPK cukup baik dengan menangkap sejumlah

    koruptor, ungkapnya. Dalam press realeasenya,

    massa aksi juga menuliskan bahwa mereka siap

    bertarung dengan siapapun, yang berusaha

    menghalangi setiap upaya pemberantasan

    korupsi.

    Abdur Rahman Sofyan, salah satu orator

    berteriak lantang, Satu kata, lawan korupsi!

    lawan korupsi! Hidup rakyat. Sofyan

    menambahkan demi Allah! adalah sebuah

    kemunafikan mereka yang tidak berani

    menyuarakan kebenaran. Bahkan mereka tidak

    berani berpikir benar! Ia juga menyinggung

    masalah korupsi yang menimpa kampusnya,

    Kampus saya, UIN Maliki Malang yang

    notabene kampus islam, petingginya telah terjerat

    kasus korupsi yang berjalan lima tahun tanpa

    kejelasan!

    Ketidakjelasan yang dimaksud Sofyan adalah

    proses yang sangat lamban dari kejaksaan Negeri

    (Kejari) Malang, Kejari tidak serius dan main-

    main dengan kasus Imam. Hal itu diindikasikan

    dari Kejari yang sudah berkali-kali berganti

    susunan kepengurusan jelasnya. Imam

    Suprayogo, mantan rektor UIN Malang yang

    berkuasa selama 16 tahun telah ditetapkan

    sebagai tersangka pada 8 Mei 2014, dalam kasus

    dugaan korupsi pengadaan lahan UIN II di Batu.

    Menurut Rizky setyo, pihak Kejari yang

    ditugaskan di pos pidana khusus, staff Kejari baru

    saja melakukan proses pergantian kepengurusan.

    Baru tadi pagi saya mendapat surat

    keputusan untuk pindah ke pos pidana

    khusus ungkap Rizky. Sebelumnya ia

    ditugaskan di posisi pidana umum, alasan

    perpindahan posisi itu dianggap Rizky

    sebagai ajang pembelajaran. Karena saya

    pegawai baru disini, perpindahan posisi itu

    agar faham setiap bagian itu seperti apa, ya

    belajarlah ungkapnya.

    Karena alasan perpindahan posisi

    tersebut, Rizky tidak bisa memberikan

    penjelasan perihal kelanjutan proses hukum

    Imam Suprayogo, Saya belum membaca

    kasusnya belanya. Namun Rizky menolak

    bila Kejari dianggap memperlambat proses

    hukum Imam Suprayogo. Kasus orang

    korupsi itu penetapan hukumnya tidak

    secepat kasus orang bermain togel,

    prosesnya panjang ungkapnya.

    Sofyan menuturkan, tidak mudah untuk

    memperjuangkan gerakan anti korupsi,

    Banyak yang tidak suka kepada kita saat

    meneriakkan Imam Suprayogo sebagai

    koruptor, karena Imam itu orang besar

    katanya. Sofyan merasa ia dan rekan-

    rekannya hanya dianggap sebagai

    kelompok kecil yang kerjanya hanya

    merecoki kampus yang sudah dibesarkan

    oleh Imam Suprayogo, Padahal kita ingin

    bersih-bersih kampus, katanya.

    Posisi Budi Gunawan dan Imam

    Suprayogo pun cenderung mirip,

    mereka adalah dua tokoh yang

    disegani di lembaganya masing-

    masing. Namun penegakan korupsi

    seyogyanya tidak memandang siapa

    dia, atau apa jabatannya. Proses

    hukum harus berjalan secara objektif

    dan bebas dari intervensi pihak

    manapun. []

    Damanhuri perwakilan kaum Difabel Malang saat

    berorasi dalam aksi Bersih-bersih Polri dan Save KPK

    di Jalan Simpang Balapan (26/1)

    UAPM / Salis

    UAPM / Salis

    Page 1