draft buku putih bab ii pessel revisi
TRANSCRIPT
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN
2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI
2.1.1. KONDISI GEOGRAFIS
Luas daerah Pesisir Selatan 5.794,95 Km atau 13,70 persen dari luas total wilayah
Provinsi Sumatera Barat, yang terletak antara 0-59- 228,6 Lintang Selatan dan 10019 -
10118 Bujur Timur yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera
Tengah.
Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah
Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur dengan Kabupaten
Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.
Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk
wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu didukung oleh prasarana, baik transportasi
darat dan laut yang memadai, seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan
Carocok Painan.
2.1.2 KONDISI TOPOGRAFI
Kondisi topografi wilayah memiliki keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-
40% dan > 40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi :
1) Kemiringan 0 2% yang merupakan kemiringan datar, terdapat di seluruh kecamatan yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 181.654 Ha (31,59%).
2) Kemiringan 2 15% yang merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan Lunang
Silaut, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari
Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan Kecamatan Koto XI Tarusan,
dengan luas 5.102 Ha (0,89%).
3) Kemiringan 15 25% yang merupakan kemiringan Landai terdapat di seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%).
4) Kemiringan 25 40% yang merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha (10,34%).
5) Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%).
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 2
TABEL 2.1
Luas Dan Persebaran Kelas Lereng
Sumber : Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009
Berdasarkan peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah, diketahui bahwa sebagian
besar wilayah termasuk dalam kelas lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang
mencapai luas 304.235 Ha (52,91 %) terdapat pada seluruh Kecamatan Kabupaten Pesisir
Selatan. Sementara luas wilayah dengan kemiringan lereng datar 0 2 % dengan luas 181.654 Ha
(31,59) terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2 15% dengan luas 5.102 Ha (0,89%)
terdapat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti,
Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 25% dengan luas 24.562 Ha (4,27%)
terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25 40% dengan luas 304.235
Ha (52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan. Untuk lebih jelasnya mengenai kelas kelerengan dan
topografi (kelerengan) dapat dilihat pada peta 2.1 dan 2.2
NO NAMA KECAMATAN
KELAS KELERENGAN JUMLAH
0 2
%
2 - 15
%
15 - 25
%
25 - 40
%
> 40
%
(Ha)
1. Koto XI Tarusan 5.436 350 2.314 4.824 29.639 42.563
2. Bayang 3.668 - 1.152 2.088 1.624 8.532
3. IV Nagari Bayang Utara 724 - 1.080 4.104 18.384 24.292
4. IV Jurai 2.808 - 1.800 4.500 28.272 37.380
5. Batang Kapas 4.932 396 2.880 5.976 21.723 35.907
6. Sutera 9.792 468 2.304 6.408 25.593 44.565
7. Lengayang 9.432 - 252 3.348 46.028 59.060
8. Ranah Pesisir 6.804 - 1.296 13.428 34.911 56.439
9. Linggo Sari Baganti 9.720 396 1.584 8.388 11.453 31.541
10. Pancung Soal 34.380 504 3.672 2.124 33.330 74.010
11. Basa IV Balai Tapan 22.788 720 972 2.700 40.570 67.750
12. Lunang Silaut 71.170 2.268 5.256 1.548 12.708 92.950
TOTAL 181.654 5.102 24.562 59.436 304.235 574.989
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 3
Gambar 2.1 Peta Topografi (Ketinggian) Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber : RTRW Kab. Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 4
Gambar 2.1 Peta Ketinggian Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber : RTRW Kab. Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 5
2.1.3 KONDISI GEOHIDROLOGI
A. SUNGAI
Kondisi Geohidrologi di daerah ini terdiri dari 19 sungai besar dan sungai kecil yang
merupakan bagian dari sistem jaringan sungai yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan
struktur fisiografi terpapar dari timur ke barat. Seluruh sungai yang berada di daerah ini hulunya
berada di Kabupaten Solok Selatan dan kawasan Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) serta
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang debit rata-rata 29,696 M3/dt (tahun 2008) dengan
luas 6.232,02 km2. Selain dari sungai sebagai sumber daya air, potensi ketersediaan air tanah
cukup memedai yaitu 9.420,44 juta M3. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.3 Sungai
yang Mengalir Ke Pantai Barat Sumatera di bawah ini.
TABEL 2.2
Sungai-Sungai Yang Mengalir Kepantai Barat Sumatera
NO NAMA SUNGAI KECAMATAN YANG
DILALUI
PANJANG
SUNGAI
(KM)
LUAS
DAS
(KM2)
DEBIT
RATA-
RATA
(M3/DT)
1 Batang Lunang Lunang Silaut
93,70
1087,5 3,907
2 Batang Tapan Basa Iv Balai Tapan 711,12 2,55
3 Batang Inderapura Pancung Soal, Basa IV
Balai, Linggo Sari Baganti 2,035.89 7,315
4 Batang Air Haji Linggo Sari Baganti 45,85 367,37 1,319
5 Batang Pelangai Ranah Pesisir 51,11 498,86 1,792
6 Batang Kambang Lengayang 45,75 457,14 1,642
7 Batang Surantih Sutera 45,69 297,1 1,067
8 Batang Kapas Batang Kapas 37,12 449,67 1,620
9 Batang Lumpo Iv Jurai 32,71 120,53 0,430
10 Batang Bayang Bayang 43,86 396,17 1,423
11 Batang Tarusan Koto Xi Tarusan 52,47 508,34 1,826
12 Batang Salido IVJurai 18,16 85,1 0,305
13 Batang Painan IV Jurai 13,61 23,36 0,084
14 Batang Amping Parak Sutera 17,41 110,47 0,396
15 Batang Lakitan Lengayang 29,18 117,78 0,423
16 Batang Punggasan Linggo Sari Baganti 20,84 142,07 0,510
17 Batang Bantaian Linggo Sari Baganti 16,06 103,38 0,371
18 Batang Sindang Lunang Silaut 43,47 239,17 0,859
19 Batang Silaut Lunang Silaut 56,43 516,89 1,857
JUMLAH 663,42 6.232,02 29,696
Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode 2010 -2030
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 6
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Batang Inderapura merupakan Sungai terpanjang
dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan luas Daerah Aliran Sungai 2.035.89 km2 serta debit
aliran sebesar 7,315 M3/dt. Sungai ini melalui tiga kecamatan yaitu kecamatan Pancung soal, Basa
IV Balai dan Linggo Sari Baganti, sedangkan yang terpendek adalah Batang Painan dengan panjang
aliran sungai 13,61 Km dan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 serta debit aliran sebesar 0,084
M3/dt. Menurut hidrologi permukaan, sistem pengaliran terbuka sungai dan anak sungai tersebut
dimanfaatkan juga untuk mengaliri sawah penduduk dan keperluan irigasi yang dialirkan melalui
bendungan.
Sungai yang mengalir di Pesisir selatan sumber airnya berasal dari Solok Selatan, Kawasan
Suaka Alam dan Taman Kerinci Seblat, sebagian besar dari mata air yang cukup membentuk
spring belt pada kaki perbukitan. Pemanfaatan air sungai tersebut digunakan sebagai sumber air
bersih dan PDAM. Air permukaan tidak hanya berupa sungai tetapi juga berupa rawa seperti
yang disajikan pada Tabel 2.4 Daerah Genangan Rawa Kabupaten Pesisir Selatan.
TABEL 2.3
Darah Genangan Rawa Kabupaten Pesisir Selatan
NO NAMA PERAIRAN
LUAS (HA) MASALAH
Kec. Koto XI Tarusan
1 Carocok Ampang Pulai 3,00 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Gurun Panjang Kapuh 2,50 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Bayang
1 Cania Teluk Kabung 3,00 Terjadi genangan pada musim hujan dan
muara sering tertutup
2 Gurun Panjang 1,75 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. IV Jurai
1 Laban IV Jurai 1,80 Aliran sungai berbelok terjadi genangan pada
musim hujan
2 Koto Ranggo Sungai Putih - Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Batang Kapas
1 Taratak 2,00 Sudah dditangani dengan pengeringan rawa
dan dan banjir
2 Kampung Baru 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Sutera
1 Amping Parak 3,50 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Rimbo Kaling 2,00 Sudah dditangani dengan pengeringan rawa
dan dan banjir
3 Seberang Tarok 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Ranah Pesisir
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 7
1 Sumedang 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Sungai Tunu 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Linggo Sari Baganti
1 Pungasan 2,50 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Air Haji 4,00 Terjadi genangan pada musim hujan
3 Labuhan Tanjak 8,00 Terjadi genangan pada musim hujan
4 Lagan 3,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar
5 Sei. Sirah Mudik 3,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar
6 Lubuk Buaya 9,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar
Kec. Pancung Soal
1 Sungai Kunyung 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Ampang Tulak Tapan 10,00 Terjadi genangan pada musim hujan
3 Parit Merantih 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Lunang Silaut
1 Lunang 6,00 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Silaut V 8,00 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Lengayang
1 Sikabu Koto Rawang 4,00 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Pasar Lakitan 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
3 Talang 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan
4 Padang Panjang 1,80 Terjadi genangan pada musim hujan
Kec. Basa Ampek Balai
1 Sungai Pangatahan 3,50 Terjadi genangan pada musim hujan
2 Padang Cupak 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
3 Talang TS 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
4 Kampung Kalik 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan
Jumlah 118,85
Sumber : PSDA Kabupaten Pesisir Selatan 2009
B. AIR TANAH
Kondisi air tanah di Kabupaten Pesisir selatan pada umumnya memiliki sistem akuifer
berdasarkan letak kedalaman dan satuan litologinya, sebagai berikut:
1. Akuifer Permukaan
Litologi bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pelapukan dan batuan asal dengan
kedalaman maksimum 20 meter
2. Akuifer Dasar
Litologi merupakan batuan dasar pada kedalaman di bawah 20 meter. Produktifitas
akuifernya mampu menghasilkan debit 5 lt/dt dengan aliran tanah melalui ruang antar butir
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 8
dan setempat melalui rekahan dengan parameter transmissivity sebesar +600 meter/hari
dan ketebalan akuifernya dapat mencapai ketebalan +12 meter.
Pada umumnya air tanah di daerah dataran mempunyai kedalaman antara 0,5 3 meter
sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya + 15 m. Penyebaran air tanah ini terdapat di bagian
barat dimana air tanah membentuk mata air di lereng perbukitan. Selain air tanah, Kabupaten
Pesisir selatan juga memiliki beberapa sumber air dengan debit yang cukup besar yang bisa
dimanfaatkan untuk PDAM. sumber air ini jika diolah dengan baik dapat memenuhi kebutuhan
air bersih di Kabupaten Pesisir selatan.
Sumber Air Bersih pada Kabupaen Pesisir selatan berasal dari ledeng/PDAM, sumur,
sungai, hujan dan air kemasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 2.8 Jumlah
Rumah Tangga Berdasarkan Air Minum Yang Digunakan dan Tabel 2.9 Jumlah Pemakai Air
Minum Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009.
TABEL 2.4
Persentase Jumlah RT Berdasarkan Sumber Air Minum Yang Digunakan
NO SUMBER AIR 2007
(%)
2008
(%)
2009
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Air Kemasan Bermerk
Air Isi Ulang
Ledeng
Pompa
Sumur
Mata Air
Sungai
Hujan
Lainnya
0
0
19,41
1,72
59,18
16,42
2,80
0,15
0,32
0,2
2,9
11,30
0,90
67,30
11,90
5,00
0,00
0,50
0,59
4,80
14,93
3,80
63,02
7,23
2,96
2,51
0,15
100,00 100,00 100,00
Sumber : Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
TABEL 2.5
Jumlah Pemakai Air Minum
NO JENIS PEMAKAI
JUMLAH
PELANGGAN
JUMLAH
PEMAKAIAN AIR
(M3)
1
2
3
3
4
5
Sosial Umum
Sosial Khusus
Rumah Tangga
Kantor/Instansi Pemerintah
Niaga Kecil
Niaga Besar
46
52
7.209
149
186
20
60.126
23.451
1.112.622
69.051
2.899
9.385
7,662 1,277,534
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 9
C. KLIMATOLOGI
Kondisi iklim Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata
sebanyak 299,6 mm/tahun. Puncak curah hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan
Desember. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei. Untuk lebih jelasnya
mengenai kondisi curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.10 dibawah ini.
TABEL 2.6
Jumlah Curah Hujan Berdasarkan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1. Koto XI Tarusan 56.20 30.10 26.00 17.75 17.00 23.00 23.90 31.09 18.29 33.85 27 49.73
2. Bayang - - - - - - - - - - - -
3. IV Nag. Bayang Utara - - - - - - - - - - - -
4. IV Jurai - - - - - - - - - - - -
5. Batang Kapas - - - - - - - - - - - -
6. Sutera 17.73 29.08 69.00 20.85 7.69 14.10 11.56 23.67 21.22 18.72 15.8 17.67
7. Lengayang - - - - - - - - - - - -
8. Ranah Pesisir - - - - - - - - - - - -
9. Linggo Sari Baganti - - - - - - - - - - - -
10. Pancung Soal - - - - - - - - - - - -
11. Basa IV Balai Tapan 23.13 43.80 21.14 18.75 38.00 43.78 27.00 19.42 38.75 69.67 83.67 71.45
12. Lunang Silaut 60.70 44.90 31.00 30.90 16.80 44.80 39.10 27.50 23.40 19.30 14.9 40.4
TOTAL 157.76 147.88 147.14 88.25 79.49 125.68 101.56 101.68 101.66 141.54 99.47 179.25
NO KECAMATANCURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN (mm)
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab.Pesisir Selatan, Tahun 2009
Sedangkan Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu
maksimum terjadi antara bulan Oktober dan Januari dengan temperatur suhu udara berkisar
antara 22 C 28 C dan 23 C 32 C serta kelembaban rata-rata 80 %. Hujan terjadi hampir
sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar antara 13-15
hari perbulan. Suhu rata-rata bulanan secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 10
TABEL 2.7
Data Suhu Berdasarkan Hujan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1. Koto XI Tarusan 33.21 33.57 32.45 27.28 26.23 27.11 32.15 33.19 32.86 33.21 28.33 26.79
2. Bayang 33.22 31.07 31.53 27.28 26.32 26.18 31.51 33.21 31.16 32.65 27.34 26.27
3. IV Nag. Bayang Utara 33.13 32.27 32.25 27.28 26.23 26.32 32.05 32.21 32.18 31.25 26.54 27.86
4. IV Jurai 33.12 31.33 32.45 27.28 26.23 27.13 31.57 32.31 31.76 32.27 26.18 28.15
5. Batang Kapas 33.15 32.42 31.15 27.28 26.23 26.87 31.89 32.14 32.23 32.12 27.12 28.23
6. Sutera 32.43 33.11 31.73 26.79 26.97 27.16 32.19 33.03 32.45 32.97 32.97 29.13
7. Lengayang 31.51 32.77 31.13 26.29 26.17 26.19 32.24 32.03 32.15 33.17 27.53 26.96
8. Ranah Pesisir 32.42 33.21 31.14 27.13 27.77 26.17 31.56 33.12 31.55 32.24 26.34 26.79
9. Linggo Sari Baganti 33.03 33.13 31.27 26.43 27.21 26.65 31.65 33.24 32.36 31.27 28.54 27.86
10. Pancung Soal 32.13 31.67 32.12 26.77 26.87 26.46 32.34 32.11 31.51 32.67 27.38 28.57
11. Basa IV Balai Tapan 31.53 32.66 31.24 27.17 27.57 27.62 31.14 33.45 32.15 31.13 26.15 27.93
12. Lunang Silaut 32.23 31.32 31.19 26.81 26.88 26.45 32.08 32.23 31.57 33.35 27.17 26.87
TOTAL 391.11 388.53 379.65 323.79 320.68 320.31 382.37 392.27 383.93 388.30 331.59 331.41
NO KECAMATANSUHU RATA-RATA BULANAN (mm)
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab.Pesisir Selatan, Tahun 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 11
Gambar 2.3 Peta Hidrologi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 12
2.2 ADMINISTRATIF
Kabupaten Pesisir Selatan terdapat di Bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat yang
memiliki Luas daratan 5.794,95 km atau sebesar 13,70 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera
Barat. Secara administrasi Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 Kecamatan dan 76 Nagari.
Lebih jelasnya mengenai letak dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.13
TABEL 2.8
Luas Berdasarkan Kecamatan
NO KECAMATAN NAGARI KAMPUNG
LUAS
WILAYAH PERSENTASE
(km2) (%)
1. Koto XI Tarusan 12 34 425,63 7,40
2. Bayang 4 32 78,00 1,36
3. IV Nagari Bayang Utara 4 15 250,24 4,35
4. IV Jurai 6 30 373,80 6,50
5. Batang Kapas 5 23 359,07 6,24
6. Sutera 4 27 445,65 7,75
7. Lengayang 9 45 590,60 10,27
8. Ranah Pesisir 4 27 564,39 9,82
9. Linggo Sari Baganti 7 40 315,41 5,49
10. Pacung Soal 8 32 740,10 12,87
11. Basa IV Balai Tapan 8 22 677,50 11,78
12. Lunang Silaut 5 36 929,50 16,17
Jumlah 76 363 5.794,95 100,00
Sumber : Kabupaten Pesisir Selatan Angka, Tahun 2009
Dari tabel 2.13 tersebut, diketahui bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan
Lunang Silaut (929,50 Km2) dan Kecamatan Pancung Soal (740,10 Km2) serta Kecamatan Basa IV
Balai Tapan (677,50 Km2), Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah
Kecamatan Bayang dengan luas (78,00 Km2) dan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dengan luas
(250,24 Km2).
Dari jumlah nagari dan kampung, Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan nagari yang
terbanyak yaitu, mempunyai 12 nagari (dua belas) dan 34 kampung. Kecamatan Lengayang
merupakan kecamatan yang mempunyai nagari terbanyak kedua dengan 9 nagari (sembilan) dan
45(empat puluh lima) kampung, sedangkan Kecamatan Bayang merupakan kecamatan yang
memiliki nagari paling sedikit yaitu 4 (empat) Nagari dan 32 kampung.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 13
GAMBAR 2.4 PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Sumber : RTRW Kab. Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 14
2.3. KEPENDUDUKAN
Dalam perencanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang penting, karena
tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk/ masyarakat.
Peyebarannya, jumlah, kepadatan dan pola penduduk merupakan faktor pembentuk suatu
kegiatan dan pembentuk karakteristik suatu wilayah. Pertumbuhan suatu wilayah banyak
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonominya.
Keberadaan penduduk harus direncanakan, baik pola persebaran maupun jumlah
kepadatannya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayah. Selain itu, hal yang lebih
penting adalah masalah kualitas penduduk. Dengan kualitas penduduk yang rata-rata baik akan
berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Kualitas penduduk juga akan menentukan
pertumbuhan wilayah terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang dimiliki untuk
pembangunan daerah.
2.3.1. PERTUMBUHAN PENDUDUK
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008 jumlah penduduk sebanyak 442,257
jiwa, sedang pada tahun 2009 jumlah penduduk sebanyak 448.488 jiwa. Jumlah ini mengalami
peningkatan sebesar 6.231 jiwa atau 97,96%, jika dilihat pada tahun 2009 jumlah penduduk
terbanyak terdapat di Kecamatan Lengayang yaitu 53.991 jiwa, sedangkan yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 7.590 jiwa.
TABEL 2.9
Distribusi, Jumlah, Kepadatan Dan Pertambahan Penduduk
Tahun 2008 - 2009
PERNAGARI PER KM2 PERNAGARI PER KM2
2008 2009 2008 2009
1 Koto XI Tarusan 425,63 53.266 50.115 12.087 10.667 5,918,44 125,15 5,568,33 117,74
2 Bayang 77,50 44.318 38.304 10.189 8.854 11,079,50 571,85 9,576,00 494,25
3 IV Nagari Bayang Utara 250,74 8.280 7.590 1.901 1.798 2,070,00 33,02 1,897,50 30,27
4 IV Jurai 373,80 43.891 45.250 10.201 10.538 10,972,75 117,42 7,541,67 121,05
5 Batang Kapas 359,07 32.185 32.150 7.569 7.079 10,728,33 89,63 6,430,00 89,54
6 Sutera 445,65 44.516 48.011 9.942 10.123 14,838,67 99,89 12,002,75 107,73
7 Lengayang 590,60 54.411 53.911 11.999 12.554 27,205,50 92,13 5,990,11 91,28
8 Ranah Pesisir 564,39 32.435 31.406 7.784 7.674 16,271,50 57,47 7,851,50 55,65
9 Linggo Sari Baganti 315,41 42.013 44.145 10.079 10.188 21,006,50 133,20 6,306,43 139,96
10 Pancung Soal 740,10 34.287 39.080 6.110 8.396 34,287,00 46,33 4,885,00 52,80
11 Basa IV Balai Tapan 677,50 24.646 26.833 5.548 6.211 24,646,00 36,38 3,354,13 39,61
12 Lunang Silaut 929,50 28.009 31.693 6.627 8.038 14,004,50 30,13 6,338,60 34,10
5,749,89 442.257 448.488 100.036 102.138 11,952,89 76,92 6,143,67 78,00
2009
LUAS
WILAYAHNO NAMA KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK RUMAH TANGGA
2008
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 15
Dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 telah
mencapai 78 jiwa/km2 mengalami peningkatan 1 jiwa perkilometer di banding tahun 2008.
Gambaran menarik yang dapat dilihat adalah semakin ke utara kepadatan penduduk cendrung
semakin naik, dalam artian bahwa kecamatan yang berada disebelah selatan kota painan
mempunyai kepadatan penduduk yang lebih rendah dari pada kecamatan yang berada di utara
kota painan. Hal ini terjadi karena ketiga kecamatan IV Jurai, Bayang, Koto XI Tarusan memiliki
luas 12,25% dari wilayah kabupaten pesisir selatan, tetapi dilihat dari sebaran penduduknya
ketiga kecamatan tersebut memiliki penduduk sepertiga dari penduduk kabupaten pesisir
selatan.
Sedangkan Proyeksi pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2011
2015 dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 2.10
Proyeksi pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan
pada tahun 2011 sampai 2015
NO. KECAMATAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
1 Koto XI Tarusan 55,099 55,724 56,355 56,995 57,641
2 Bayang 45,843 46,363 46,888 47,420 47,958
3 Bayang Utara 8,565 8,662 8,760 8,860 8,960
4 IV Jurai 45,401 45,916 46,437 46,963 47,496
5 Batang Kapas 33,292 33,670 34,052 34,438 34,828
6 Sutera 46,048 46,570 47,098 47,632 48,172
7 Lengayang 56,283 56,921 57,567 58,220 58,880
8 Ranah Pesisir 33,551 33,931 34,316 34,705 35,099
9 Linggo Sari Baganti 43,459 43,951 44,450 44,954 45,464
10 Pancung Soal 35,467 35,869 36,276 36,687 37,103
11 Basa Ampek Balai 25,494 25,783 26,075 26,371 26,670
12 Lunang Silaut 28,973 29,301 29,634 29,970 30,309
JUMLAH 457,474 462,662 467,908 473,214 478,581
Sumber : RTRW Kab.Pesisir Selatan 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 16
Gambar 2.5 Peta Demografi Kependudukan Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 17
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada tabel 2.17
berikut ini : Angka kemiskinan yang relatif tinggi yakni sebanyak 41.414 keluarga pada tahun
2006 telah berhasil ditekan hingga 29.117 KK atau 24.08% pada tahun 2009. Data ini sebenarnya
telah menunjukan penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2006. Walaupun demikian
Kabupaten Pesisir Selatan masih harus bekerja keras karena angka tersebut masih berada diatas
rata-rata kemiskinan propinsi dan nasional. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.
TABEL 2.11
Data Keluarga Miskin Per Kecamatan
Kabupaten Pesisir Selatan 2006 2009
NO KECAMATAN DATA KELUARGA MISKIN
2006 2007 2008 2009
1 Koto XI Tarusan 3,783 3,205 3,206 3,046
2 Bayang 4,248 3,707 3,415 3,244
3 IV Nagari Bayang Utara 910 992 985 936
4 IV Jurai 3,024 2,643 3,027 2,876
5 Batang Kapas 2,314 2,219 2,115 2,009
6 Sutera 4,877 5,353 2,930 2,784
7 Lengayang 5,074 4,271 3,781 3,592
8 Ranah Pesisir 2,782 2,301 2,227 2,116
9 Linggo Sari Baganti 5,474 4,942 2,499 2,374
10 Pancung Soal 3,330 4,005 2,636 2,504
11 Basa Ampek Balai Tapan 2,232 2,160 2,003 1,903
12 Lunang Silaut 3,366 2,682 1,825 1,734
Jumlah 41,414 38,480 30,649 29,118
Sumber : Bappeda Kab.Pesisir Selatan Tahun 2009
2.3.2. PERSEBARAN DAN KEPADATAN
Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan
akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi
penduduk akan relatif terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan
sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan,
kabupaten). Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana
kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari.
Oleh karena itu, perkembangan wilayah kota kabupaten dan kecamatan di masa yang akan
datang perlu diantisipasi karena dinamika akan terus berlanjut. Hal ini didasari dengan tingkat daya
dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang terbatas di mana pada kondisi tertentu terjadi
penipisan SDA (nature resource deplation) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental
degradation). Di samping itu juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya disparitas
perkembangan antar wilayah secara horisontal dan perilaku sosial ekonomi sebagai faktor
pengikutnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan sistem pendistribusian
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 18
penduduk ke semua wilayah secara merata dengan penyediaan dan kelengkapan faktor pengikat
(sarana dan prasarana pendukung aktivitas sosial ekonomi termasuk infrastruktur yang lebih baik),
sehingga penduduk tidak lagi terkonsentrasi pada wilayah terpadat, terutama pada daerah
perkotaan. Selain itu pembangunan usaha ekonomi potensial yang berbasis pada kemampuan dan
nilai potensi wilayah yang dapat dikembangkan, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk
meningkat.
2.3.3. STRUKTUR PENDUDUK
Struktur penduduk diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik penduduk,
terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, baik saat ini
maupun masa mendatang.
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk tahun 2009 menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini ditunjukkan
oleh rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 97,97%, dimana jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 221,939 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 226,549 jiwa. Untuk lebih
jelasnya mengenai struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin ini dapat dilihat pada Tabel
3.11.
Tabel 3.12
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009
NO NAMA KECAMATAN JENIS KELAMIN (JIWA)
JUMLAH
PENDUDUK RUMAH
TANGGA
SEK
RASIO LAKI-LAKI PEREMPUAN (JIWA)
1. Koto XI Tarusan 24,844 25,271 50,115 10,667 98,31
2. Bayang 18,404 19,900 38,304 8,854 92,48
3. IV Nagari Bayang Utara 3,619 3,971 7,590 1,798 91,14
4. IV Jurai 22,317 22,933 45,250 10,538 97,31
5. Batang Kapas 15,745 16,405 32,150 7,079 95,98
6. Sutera 23,914 24,097 48,011 10,123 99,24
7. Lengayang 26,336 27,575 53,911 12,554 95,51
8. Ranah Pesisir 15,252 16,154 31,406 7,674 94,42
9. Linggo Sari Baganti 22,043 22,102 44,145 10,188 99,73
10. Pancung Soal 19,849 19,231 39,080 8,396 103,21
11. Basa IV Balai Tapan 13,335 13,498 26,833 6,211 98,79
12. Lunang Silaut 16,281 15,412 31,693 8,038 105,64
221,939 226,549 448,488 102,138 97,97
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
2. Berdasarkan Kelompok Umur
Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2009 menunjukkan bahwa sebagian
besar jumlah penduduk didominasi kelompok umur (usia 10-14 tahun) yaitu sebanyak 51,085
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 19
jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur terendah yaitu usia 65-69
sebanyak 12,333 jiwa. Sebaran jumlah penduduk menurut kelompok umur yang dirinci
berdasarkan jenjang umur masing-masing seperti yang disajikan dalam Tabel 2.12
Tabel 2.13
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009
NO. GOLONGAN
UMUR
JENIS KELAMIN (JIWA)
TOTAL
JUMLAH
PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAAN (JIWA)
1. 0-4 24,547 19,431 43,978
2. 5-9 27,087 20,937 48,025
3. 10-14 26,490 24,595 51,085
4. 15-19 18,192 22,894 41,086
5. 20-24 15,723 13,883 29,605
6. 25-29 15,070 17,039 32,723
7. 30-34 15,191 17,039 32,230
8. 35-39 15,235 14,287 29,522
9. 40-44 12,362 14,062 26,424
10. 45-49 13,964 14,214 28,178
11. 50-54 10,135 14,426 24,562
12. 55-59 8,427 8,557 16,984
13. 60-64 6,135 7,173 13,308
14. 65-69 6,160 6,172 12,333
15. 70+ 7,219 11,227 18,455
221,938 226,550 448,488
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
3. Berdasarkan Mata Pencaharian
Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2007-2009 sebagian besar
didominasi oleh pekerja di sektor pertanian (petani). Tahun 2009 tercatat 55,51 persen
penduduk bekerja disektor pertanian mengalami penurunan jika di banding tahun 2008.
Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian yang dirinci berdasarkan sektor / lapangan
pekerjaan disajikan dalam Tabel 2.13.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 20
Tabel 2.14
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009
NO LAPANGAN USAHA
JUMLAH
PEND PERS
JUMLAH
PEND PERS
JUMLAH
PEND PERS
(JIWA) (%) (JIWA) (%) (JIWA) (%)
2007 2008 2009
1. Pertanian 95,872
58,72 95.898 59,59 94,668 55,51
2. Industri Pengelolaan 6,780
4,15 6.791 4,22 4,174 2,45
3.
Perdagangan, Hotel Dan
Restoran 27,085
16,39 24.783 15,40 34,934 20,48
4. Jasa Jasa 14,957
9,16 13.518 8,40 19,134 11,22
5. Lainnya 11,38
11,38 19.939 12,39 17,626 10,34
JUMLAH 163,282 100,00 160.929 100,00 170,536 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009
2.3.4 ANGKATAN KERJA
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah banyaknya penduduk usia kerja yang terserap
dalam pasar kerja atau penduduk umur 15 tahun dan lebih yang bekerja. Dalam pengertian ini,
kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang
terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang akan datang. Pada suatu waktu, lapangan
pekerjaan yang masih terbuka cukup banyak, sementara jumlah pencari kerja juga banyak. Hal ini
dapat terjadi karena kurang baiknya distribusi lapangan pekerjaan yang masih terbuka serta
bertalian dengan pola penyebaran penduduk, ataupun karena alasan lain seperti faktor
keterampilan keahlian dari pada pencari kerja.
Jumlah angkatan kerja tahun 2008, tercatat sebanyak 176,690 jiwa sedangkan pada tahun
2009 tercatat sebanyak 188,906 jiwa. Bila dilihat dari angkatan kerja jumlah penduduk yang
bekerja pada tahun 2008 sebanyak 160,929 jiwa dan pada tahun 2009 sebanyak 170,536 jiwa.
Dan jumlah penggangguran pada tahun 2008 sebanyak 15,761 jiwa dan pada tahun 2009
sebanyak 18,370 jiwa.
Perkembangan di sektor ketenagakerjaan ditandai dengan semakin banyaknya jumlah
perusahaan yang tentunya membutuhkan tenaga kerja. Hubungan timbal balik antara industri
dengan tenaga kerja akan menimbulkan persoalan mengenai hubungan industrial, kesejahteraan
tenaga kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja dari berbagai resiko kecelakaan kerja.
Resiko kecelakaan kerja yang terjadi dapat ditimbulkan oleh pemanfaatkan ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi dalam proses produksi guna meningkatkan produktifitas.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 21
Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang ekonomi,
yang keterkaitannya sangat kuat dengan sektor lainnya. Menyusun kebijakan sektor
ketenagakerjaan adalah identik dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
notabene dibutuhkan oleh sektor pembangunan lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan
tenaga kerja, maka pemerintah harus bisa mendorong atau memberikan fasilitas. Dengan
dibuatnya fasilitas Balai Latihan kerja maupun pelatihan pelatihan maka akan meningkatkan
daya saing kemampuan tenaga kerja. Berikut ini ditampilkan data proyeksi angkatan kerja yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan.
Tabel 2.15
Data Angkatan Kerja Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2006-2009
2006 2007 2008 2009
ANGKATAN KERJA 197.484 184.916 176.69 188.906
- Bekerja 146.846 163.282 160.929 170.536
- Pencari Kerja 50.638 21.634 15.761 18.37
Terdaftar
BUKAN ANGK. KERJA 230.664 248.265 265.567 259.582
- Sekolah 66.038 25.459 24.67 26.549
- Penddk berusia 15
164.626 222.806 240.897 233.033 th ke bawah dan
60 th ke atas
JUMLAH PENDUDUK 428.148 433.181 442.257 448.488
Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Pesisir Selatan, 2009
2.4 PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kualitas sumberdaya manusia yang akan
menjadi pelaku pembangunan di daerah. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan didukung
dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses mengajar dan mendidik
dapat berlangsung dengan baik. Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009,
sebagian besar didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tidak/belum tamat sekolah
dasar yaitu berjumlah sekitar 127,192 jiwa (34.42%) dan yang paling rendah adalah penduduk
dengan tingkat pendidikan S1/Diploma 11,996 jiwa (3.25%). Untuk lebih jelasnya mengenai
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.34.
Bertenun kain
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 22
Tabel 2.16
Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Berdasarkan Jenis Kegiatan
TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
PENDUDUK PERSENTASE
1. Tidak / Belum Pernah Sekolah 8,362 2.26
2. Tidak / Belum Tamat SD 127,192 34.42
3. SD 84,606 22.9
4. SMTP 69,561 18.83
5. SMTA 67,759 18.34
6. D 1 / universitas 11,996 3.25
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009
Perkembangan akses pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan selama 5 tahun terakhir
menunjukkan peningkatan yang signifikan, ditandai dengan bertambahnya anak usia sekolah yang
ada disetiap jenjang pendidikan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah murid SD/MI
menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005, jumlah murid SD/MI berjumlah 59.716 siswa,
meningkat menjadi 65.232 siswa pada tahun 2009 atau rata-rata meningkat 1.85%. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kesadaran penduduk dalam menyekolahkan anaknya dan
meningkatnya kemampuan pemerintah daerah menyediakan fasilitas pendidikan.
Meningkatnya partisipasi pendidikan ini disebabkan kerena tingginya kepedulian dan
keseriusan pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya pembangunan sarana prasarana pendukung pendidikan. Pada tahun 2005 jumlah
SD/MI adalah sebanyak 400 unit, sedang pada tahun 2009 menjadi 401 unit atau bertambah 1
(satu) unit sekolah. Jumlah sekolah SD/MI ini hanya bertambah satu unit tetapi masih mampu
menampung anak-anak usia sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan untuk ruang kelas
tahun 2005 sebanyak 2.297 lokal, bertambah menjadi 2.786 lokal pada tahun 2009 atau
meningkat rata-rata sebesar 4.26%. Dengan meningkatnya ruang kelas ini maka daya tampung
sekolah semakin meningkat.
Di bidang peningkatan mutu pendidikan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah
berupaya meningkatkan jumlah guru. Pada tahun 2005 jumlah guru SD/MI masih 2.613 orang
meningkat pada tahun 2009 menjadi 4.939 orang, meningkat rata-rata sebesar 17,80% dengan
meningkatnya jumlah guru diharapkan mutu pendidikan akan semakin membaik. Rasio antara
murid dengan ruang kelas pada SD/MI semakin membaik dari tahun ke tahun dan sudah
mencapai titik ideal. Tahun 2005 rasio murid terhadap ruang kelas adalah 26 orang per lokal dan
pada tahun 2009 menjadi 24 orang per lokal, hal ini disebabkan dengan semakin banyaknya ruang
kelas yang dibangun dan direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan walaupun
jumlah murid juga mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan
grafik dibawah ini.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 23
Tabel 2.17
Jumlah Sekolah, Jumlah Murid, Jumlah Guru Dan Jumlah
Ruang Kelas Sd/Mi Tahun 2005 -2009
No. Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah Sekolah 400 399 399 401 401
2 Jumlah Murid 59.710 61.471 62.003 63.590 65.232
3 Jumlah Guru 2.013 3.555 3.750 4.050 4.939
4 Jumlah Ruang Kelas 2.297 2.409 2.050 2.704 2.750
Sumber: data diolah, AMJ 5 th Bupati
GAMBAR 2.6
JUMLAH SEKOLAH, JUMLAH MURID, JUMLAH GURU DAN JUMLAH
RUANG KELAS SD/MI TAHUN 2005 -2009
Sumber: data diolah, AMJ 5 th Bupati
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah membangun dan meningkatkan sarana dan
prasarana pendukung seperti pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) di beberapa Kecamatan,
penambahan dan rehabilitasi ruang kelas dan penambahan jumlah guru serta peningkatan kualitas
guru. Perkembangan siswa SLTP dari tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan
yang cukup pesat, dimana jumlah siswa pada tahun 2005 sebanyak 18.252 siswa meningkat
menjadi 27.428 siswa pada tahun 2009. Meningkat rata-rata sebesar 10.25% per tahun.
Meningkatnya jumlah siswa pada jenjang SLTP ini menunjukkan Wajib Belajar Sembilan Tahun
cukup berhasil di Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah siswa dari
tahun ke tahun maka perlu upaya peningkatan sarana dan prasarana sekolah terutama
pembangunan dan rehabilitasi Unit Sekolah Baru (USB).
Jumlah SLTP tahun 2005 sebanyak 65 unit dan pada tahun 2009 menjadi 96 unit, atau
meningkat rata-rata sebesar 9,54%. Demikian juga dengan jumlah ruang kelas, tahun 2005 jumlah
ruang kelas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan masih sebanyak 492 lokal meningkat menjadi
691 lokal pada tahun 2009. Rasio murid terhadap ruang kelas, pada tahun 2005 adalah 37 dan
pada tahun 2009 naik menjadi 39. ini disebabkan karena tingginya partisipasi orang tua murid
untuk menyekolahkan anaknya di jenjang SLTP yang berdampak positif terhadap penurunan
angka putus sekolah.
0
20000
40000
60000
80000
JUMLAH SEKOLAH 400 399 399 401 401 JUMLAH MURID 59,716 61,471 62,663 63,896 65,232 JUMLAH RUANG KELAS 2,297 2469 2585 2764 2786 JUMLAH GURU 2613 3555 3785 4685 4939
2005 2006 2007 2008 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 24
Seiring perkembangan jumlah siswa yang meningkat setiap tahunnya berdampak pula
terhadap pertumbuhan tenaga pendidik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu,
penerimaan CPNSD Kabupaten Pesisir Selatan beberapa tahun terakhir ini diutamakan untuk
tenaga pendidik. Pada tahun 2005 jumlah guru SLTP di Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah
1.223 orang dan pada tahun 2009 menjadi 2.233 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah
guru pada tingkat SLTP naik rata-rata sebesar 16,52 %. Angka putus sekolah pada tingkat SLTP
mengalami penurunan, jika pada tahun 2005 berjumlah 182 anak dan tahun 2009 turun menjadi
71 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 12,20%. Berikut ini adalah gambaran jumlah sekolah,
murid, guru dan ruang kelas SLTP pada tahun 2005-2009.
Tabel 2.18
Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Sltp
Tahun 2005 2009
No. Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah Sekolah 85 85 89 90 96
2 Jumlah Murid 18.252 24.152 26.092 26.366 27.428
3 Jumlah Guru 1.222 1.720 1.908 2.174 2.222
4 Jumlah Ruang Kelas 492 621 642 672 691
Sumber : data diolah, AMJ 5 tahun Bupati
Gambar 2.7
Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Sltp
Tahun 2005 2009.
Sumber: data diolah, AMJ 5 tahun Bupati
Jumlah murid juga mengalami perkembangan yang cukup baik, hal ini menandakan
masyarakat Pesisir Selatan telah sadar bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan ini.
Kesadaran masyarakat tentang pendidikan ini dapat dilihat dari jumlah murid yang naik dari
tahun ke tahun pada tingkat SLTA. Dimana jumlah pada tahun 2005 adalah 11.463 siswa dan
meningkat pada tahun 2009 menjadi 19.539 siswa, naik rata-rata sebesar 14,09%. Dengan
pertambahan jumlah murid ini maka kebutuhan akan sekolah juga semakin naik, hal ini diatasi
dengan penambahan jumlah sekolah. Pada tahun 2005 jumlah sekolah SMA sebanyak 20 buah
dan pada tahun 2009 jumlah sekolah menjadi 49 buah, bertambah rata-rata sebesar 29%. Karena
0 5000
10000 15000 20000 25000 30000
JUMLAH SEKOLAH 65 85 89 90 96 JUMLAH MURID 18,252 24,183 26,093 26,366 27,428 JUMLAH RUANG KELAS 492 621 643 672 691 JUMLAH GURU 1223 1720 1908 2174 2233
2005 2006 2007 2008 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 25
pertambahan sekolah baru membutuhkan dana yang cukup besar, maka solusi untuk menampung
siswa yang semakin naik juga dilakukan dengan menambah jumlah ruang kelas. Dimana jumlah
ruang kelas untuk tahun 2005 masih berjumlah 295 lokal menjadi 589 lokal pada tahun 2009,
meningkat sebesar 19.93%. Rasio antara jumlah murid dengan jumlah ruang kelas untuk SLTA
pada tahun 2005 adalah 1:39 dan pada tahun 2009 turun menjadi 1:33, ini menunjukkan bahwa
rasio masih cukup jauh dari ideal dan diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya rasio ini bisa
diturunkan lagi.
Dengan pertambahan murid ini maka jumlah guru juga harus ditingkatkan, sehingga mutu
dari pendidikan SLTA tidak turun. Pada tahun 2005 jumlah guru untuk SLTA adalah 896 orang
dan meningkat sebesar 15.60 % per tahun menjadi 1.595 orang pada tahun 2009. demikian juga
dengan rasio murid terhadap guru juga mengalami penurunan, pada tahun 2005 adalah 1:12 dan
tahun 2009 sebanyak 1:0 atau turun sebanyak 3,33 %. Angka putus sekolah pada tingkat SMA
mengalami penurunan, jika pada tahun 2005 berjumlah 150 anak dan tahun 2009 turun menjadi
58 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 12,27%. Secara lengkap jumlah sekolah, murid, Guru
daqqn ruang kelas dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 2.19
Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Pada Sma
Tahun 2005 2009
No. Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah Sekolah 20 41 41 46 49
2 Jumlah Murid 11.463 16.366 16.862 17.982 19.536
3 Jumlah Guru 896 1242 1274 1414 1595
4 Jumlah Ruang Kelas 295 408 449 509 589
Sumber : data diolah, AMJ 5 tahun Bupati
Gambar 2.8
Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Pada Sma
Tahun 2005 2009
Sumber: data diolah, AMJ 5 tahun Bupati
0
5000
10000
15000
20000
JUMLAH SEKOLAH 20 41 41 46 49 JUMLAH MURID 11,463 16,366 16,862 17,982 19,536 JUMLAH RUANG KELAS 295 408 449 509 589 JUMLAH GURU 896 1242 1274 1414 1595
2005 2006 2007 2008 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 26
2.5 KESEHATAN
Selain pendidikan, kesehatan juga menjadi prioritas pada pemerintahan Kabupaten Pesisir
Selatan, karena dengan kesehatan pembangunan manusia bisa menjadi lebih baik lagi.
Perkembangan jumlah tenaga medis atau paramedis mengalami pertumbuhan yang semakin baik.
Hal ini sejalan dengan program nasional Indonesia Sehat 2010 dan dijabarkan oleh Dinas
Kesehatan melalui strategi pelayanan publik dengan visi Pesisir Selatan Sehat 2010. Dengan
memanfaatkan dana yang tersedia dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi maupun APBN.
Untuk merealisasikan kebijakan itu, selain bekerjasama dengan pihak ASKES (Asuransi
Kesehatan), pemerintah daerah juga menganggarkan dana sendiri untuk membayar jasa dokter
atau tenaga-tenaga medis, sebagai pendukung gerakan sehat yang dilakukan. Kebijakan ini,
disambut baik oleh masyarakat, ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan warga berobat
ke Puskesmas, Polindes dan Posyandu di daerah-daerah mereka setempat. Sampai tahun 2009,
perkembangan tenaga medis atau paramedis mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Ini
terlihat seperti grafik dibawah ini.
Gambar 2.9
Jumlah Tenaga Medis/Paramedis
Sumber: data diolah, AMJ 5 tahun Bupati
TABEL 2.35
Tabel 2.20
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010
NO FASILITAS KESEHATAN PEMDA SWASTA JUMLAH
1 Rumah Sakit Umum 1 1
2 Puskesmas 18 18
3 Puskesmas Pembantu 86 86
4 Puskesmas Keliling 18 18
050
100150200250300350
2006 2007 2008 2009 2010Perawat 234 262 259 282 299
Bidan 168 202 238 341 278
Dok.Gigi 8 9 10 12 9
Dok. Umum 28 28 44 49 33
Dok. Spesialis 5 6 8 12 14
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 27
5 Posyandu 642 642
6 Polindes/Poskesri 282 282
7 Balai Pengobatan 1 1
8 Apotik 4 4
9 Toko Obat 21 21
10 Gfk 1 1
11 Praktek Dokter Bersama 1 1
12 Praktek Dokter Perorangan 30 30
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2010
Gambar 2.10
Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan
Tahun 2006 - 2010
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2010
Agar penambahan tenaga medis ini dapat tertampung pada semua sarana kesehatan.
Untuk puskesmas ada dua jenis yaitu puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap. Bila
dilihat dari tabel diatas dimana untuk sarana kesehatan puskesmas dari tahun 2006 sampai tahun
2010 tidak ada peningkatan terdapat 18 unit. Belum adanya penambahan puskesmas ini
dikarenakan masih terlayaninya kunjungan masyarakat pada puskesmas yang tersedia. Untuk
mendukung kegiatan pada puskesmas ini di bantu dengan puskesmas keliling yaitu mobil
ambulance yang bisa mencapai sampai kedaerah-daerah terpencil sehingga masyarakat daerah
terpencil yang belum bisa pergi berobat ke puskesmas dapat dilayani dengan puskesmas keliling
pada tahun 2006 berjumlah 18 unit dan pada tahun 2010 masih belum ada penambahan, untuk
tahun 2009 ini setiap satu puskesmas mempunyai 1 buah mobil ambulance atau puskesmas
keliling. Dan pada tahun 2008 Kabupaten Pesisir Selatan mendapat bantuan mobil BSB (Brigade
Siaga Bencana) sebanyak 1 buah dan pada tahun 2009 mendapat 2 buah. Dimana fungsi dari
mobil ini adalah untuk membantu jika terjadi bencana di Kabupaten Pesisir Selatan. Pustu pada
0 100 200 300 400 500 600 700
2006 2007 2008 2009 2010 Puskesmas 18 18 18 18 18
Puskesmas Keliling 18 18 18 18 18
Pustu 86 86 86 87 87
Posyandu 620 620 620 632 644
Polindes/Poskesri 178 178 185 191 181
Desa Siaga/Kampung 18 88 108 280
RSUD 1 1 1 1 1
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 28
tahun 2006 berjumlah 86 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 87 unit terjadi penambahan 1
unit, untuk posyandu pada tahun 2006 berjumlah 620 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 644
unit terjadi penambahan 24 unit, polindes dan poskesri tahun 2006 berjumlah 178 unit dan
tahun 2010 berjumlah 181 unit terjadi penambahan 3 unit, desa siaga kampung pada tahun 2006
berjumlah 18 unit dan pada tahun 2010 tidak ada kegiatan, sedangkan untuk RSUD pada tahun
2006 berjumlah 1 unit dan tahun 2010 tetap 1 unit. Dilihat perkembangannya posyandu dan
polindes cukup mengalami peningkatan untuk memberikan pelayanan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terutama pada ibu hamil dan balita menyusui.
RSUD M. Zein, Painan, yang telah lulus tahap penilaian oleh Tim Komite Akreditasi Pusat
(KARS) untuk menjadi Type B pada tahun 2007 semakin melengkapi ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan masyarakat yang dimiliki oleh daerah Pesisir Selatan.
RSUD melakukan pelayanan medis pada unit rawat jalan, rawat inap, kamar operasi dan
Instalasi Gawat Darurat. Sedangkan dengan poliklinik/rawat jalan dapat melayani untuk penyakit
dalam, umum, anak, kebidanan, bedah, mata, jiwa, THT, gigi dan mulut serta fisioterapi. Khusus
untuk Pelayanan rawat jalan jiwa dilakukan dua kali sebulan yang dilayani oleh dokter spesialis
jiwa dari RSJ Padang. Pelayanan rawat jalan THT dilaksanakan sekali seminggu oleh dokter
spesialis THT dari RSUP Dr. M. Jamil Padang.
Kapasitas tempat tidur untuk rawat inap RSUD berjumlah 100 tempat tidur (unit anak,
kebidanan dan kandungan, bedah, penyakit dalam, perinatologi dan unit perawatan terpadu VIP)
pada tahun 2005, dan meningkat menjadi 160 tempat tidur pada tahun 2009 atau meningkat
rata-rata sebesar 12%. Hal ini untuk mengantisipasi semakin meningkatnya jumlah kunjungan
pasien rumah sakit, dimana pada tahun 2005 jumlah kunjungan pasien rumah sakit adalah 21.283
kunjungan dan pada tahun 2009 menjadi 39.239 kunjungan, meningkat rata-rata sebesar 16,87%
Pelayanan kamar operasi juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2005 pelayanan kamar operasi mencapai 964 operasi yang terdiri dari bedah umum, bedah
obgyn dan bedah mata, dan pada tahun 2009 menjadi 1.439 operasi yang terdiri dari bedah
umum, bedah obsgin, bedah mata, bedah tulang dan bedah THT. Berarti mengalami peningkatan
rata-rata pertahun sebesar 9,85%. berikut ini adalah tabel tentang jumlah kunjungan pasien
rumah sakit dari tahun 2005 2009 :
Gambar 2.11
Jumlah Kunjungan Pasien Rsud M. Zein Painan
Tahun 2005 - 2009
Sumber : RSUD M.Zein Painan
- 5,000
10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000
JUMLAH KUNJUNGAN RSUD
Jml Kunjungan RSUD 21,283 26,786 31,915 33,865 39,239 2005 2006 2007 2008 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 29
2.6 SOSIAL MASYARAKAT
Beragamnya permasalahan sosial saat ini menjadi suatu dilema bagi daerah daerah
dalam pelaksanaan pembangunan termasuk Kabupaten Pesisir Selatan. Adapun bentuk
permasalahan tersebut antara lain tingginya angka kemiskinan dan masih rendah tingkat
kesejahteraan sosial. Masyarakat yang menyandang masalah sosial diantaranya adalah keluarga
yang tergolong miskin, cacat, lanjut usia dan anak terlantar dan masyarakat yang terkena
bencana. Dari jumlah tersebut, yang menonjol masalah sosialnya adalah keluarga miskin.
Tingginya angka kemiskinan di Pesisir Selatan juga berdampak buruk terhadap kesehatan
lingkungan antar lain rendahnya kondisi sanitasi perumahan, timbulnya ancaman penyakit,
rawannya pencemaran lingkungan, dan rawannya keracunan makanan akibat rendahnya higienes
dan sanitasi.
Disamping itu timbulnya permasalahan sosial tersebut akibat kurangnya perhatian
masyarakat terhadap prilaku hidup sehat dan bersih. Faktor penting yang sangat menentukan
adalah rendahnya akses masyarakat terhadap lingkungan pemukiman dan kwalitas air bersih. Hal
ini menyebabkan tingginya resiko dan gangguan kesehatan akibat penyebaran penyakit yang
berbasis lingkungan. Jika kondisi ini terjadi, maka pada akhirnya akan menghambat produktifitas
masyarakat untuk meningkatkan prikehidupan dan penghidupannya.
Sementara itu masalah kemiskinan, masalah kecacatan juga merupakan permasalahan
yang cukup mendasar, karena hilangnya normalitas dari fungsi atau struktur anatomi, psikologi
maupun psiologi seseorang. Dengan kecacatan seseorang menjadi hidup terbatas serta memiliki
ketergantungan kepada orang lain tidak mempunyai kepercayaan diri, harga diri, interaksi dengan
orang lain maupun lingkungan. Kondisi seperti ini juga berakibat pada keterbatasan kesempatan
bergaul, bersekolah, bekerja dan bahkan menimbulkan perlakukan diskriminatif dari mereka yang
tidak cacat.
Anak merupakan aset dan generasi penerus yang dijadikan modal dasar bagi
pembangunan nasional. Untuk itu anak perlu mendapat perhatian khusus dan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sementara dilihat dari kepercayaan Penduduk Pesisir Selatan hampir seluruhnya
beragama Islam, hanya 0,01% saja yang non-muslim. Dengan demikian, ketersediaan sarana dan
prasarana ibadah, masjid dan mushalla, menjadi keharusan untuk kenyamanan mereka dalam
menjalankan ibadah. Sampai 2009, kabupaten ini mempunyai 1.208 masjid/ mushalla yang
tersebar hampir merata di seluruh kecamatan. Lebih lengkapnya sarana prasarana ibadah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.21
Jumlah Sarana Prasarana Ibadah Perkecamatan
NO KECAMATAN JUMLAH UNIT
JUMLAH MESJID MUSHALA
1. KOTO XI TARUSAN 34 79 113
2. BAYANG 41 50 91
3. IV NAGARI BAYANG UTARA 15 9 24
4. IV JURAI PAINAN 43 64 107
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 30
5. BATANG KAPAS 34 59 74
6. SUTERA 42 84 126
7. LENGAYANG 75 69 144
8. RANAH PESISIR 44 77 121
9. LINGGO SARI BAGANTI 52 80 132
10. PANCUNG SOAL 38 68 106
11. BASA IV BALAI TAPAN 29 25 54
12. LUNANG SILAUT 45 51 96
JUMLAH TOTAL 493 715 1.208
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
Partisipasi dalam pembangunan di daerah ini sangat tinggi. Hampir semua sarana dan
prasarana publik dibangun di atas tanah adat yang diserahkan oleh masyarakat hukum adat baik
tanah pusako maupun tanah ulayat nagari. Potensi ini bisa menjadi keunggulan bagi daerah ini
dalam pengadaan tanah untuk pembangunan. Sebagaimana lazimnya orang Minang, masyarakat
Pesisir Selatan juga terkenal dengan budaya lisan. Hal ini melahirkan jenis kesenian anak nagari
yang populer di daerah ini yaitu kesenian lisan Rabab Pasisie yang menggunakan biola dan
nyanyian vokal. Sementara itu, seni bela diri Pencak Silat juga berkembang baik di daerah ini.
2.7 PEREKONOMIAN
2.7.1 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Kondisi kesejahteraan dan perekonomian daerah dapat dilihat dari salah satu indikator
makro yaitu pendapatan regional. Perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan dalam kurun waktu 5
tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel PDRB dibawah ini:
Tabel 2.22
Pdrb Pesisir Selatan Tahun 2005 - 2009
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
2005 2.274,86 1.625,74 5,10
2006 2.654,32 1.710,57 5,22
2007 3.082,92 1.801,34 5,31
2008 3.580,15 1.898,90 5,42
2009 4.080,69 2.002,25 5,44
PDRB (Milyar Rp.)Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka 2005 -2009
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 sampai tahun 2009
terus menunjukan peningkatan. Tahun 2007 PDRB Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 3.082,92
Milyar rupiah kemudian meningkat menjadi 3.581,15 Milyar tahun 2008. Selanjutnya di tahun
2009 terjadi peningkatan sebesar 5,4 persen menjadi 4.080,69 Milyar Rupiah. Hal ini menunjukan
bahwa secara makro telah terjadi peningkatan perekonomian daerah.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 31
Tabel 2.23
Perkembangan Struktur Perekonomian Kab. Pesisir Selatan Terhadap Pdrb
Berdasarkan Tahun Berlaku ( 2005 -2009 )
2005 2006 2007 2008 2009
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1 Pertanian 781.424,60 34,35 936.914,02 35,30 1.087.676,75 35,281.253.188,76 34,981.409.756,29 34,68
2 Pertambangan dan penggalian 36.564,94 1,61 42.553,14 1,60 51.376,83 1,67 '61.825,23 1,73 71.041,91 1,79
3 Industri Pengolahan 288.737,67 12,69 337.753,43 12,72 396.563,29 12,86 464.371,16 12,97 532.876,51 13,08
4 Listrik,gas dan air bersih 16.512,19 0,73 19.242,01 0,72 22.372,75 0,73 25.881,88 0,72 29.006,29 0,71
5 Bangunan/konstruksi 100.803,99 4,43 118.745,23 4,47 141.494,37 4,59 172.644,31 4,82 201.134,64 5,05
6 Perdagangan, hotel dan restoran 473,288.52 20,81 537,017,52 20,23 629.860,04 20,43 745.979,88 20,84 864.417,96 21,25
7 Pengangkutan dan komunikasi 71.171,78 3,13 89.752,77 3,38 104.341,69 3,38 120.791,09 3,37 139.815,53 3,36
8 Keu. Persewaan dan jasa perusahaan 88.884,49 3,91 101.426,50 3,82 117.256,82 3,80 135.925,91 3,80 155.821,44 3,80
9 Jasa-jasa 417.469,02 18,35 470.942,64 17,74 531.976,90 17,26 600.545,16 16,77 677.819,13 16,28
Jumlah 2.274.857,20100,002.654.320,26 100,003.082.919,44 100,003.581.153,38 100,004.080.689,70 100,00
SektorNo.
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka 2005 - 2009
Dalam PDRB Kabupaten Pesisir Selatan terdapat 4 sektor utama yang memberikan
kontribusi terbesar bagi daerah. Sektor pertanian berada diurutan teratas, perdagangan,hotel
dan restoran, sektor jasa dan selanjutnya sektor industri pengolahan. Masing masing sektor
tersebut memberikan kontribusi sebesar 34,98 persen, 20,84%, 16,77% dan 12,97% dapat dilihat
pada tabel di atas.
Sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan nilai tambah
PDRB yaitu sebesar 34,68 persen.Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya walaupun tidak
terlalu siknifikan tapi cukup menggambarkan adanya sedikit peningkatan dalam sektor
perdagangan, hotel dan restoran dari 20,84 persen menjadi 21,25 persen. Tetapi secara umum
pertanian masih menjadi kontributor utama dalam PDRB.
2.7.2 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PER
KAPITA
PDRB Per Kapita Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 terus
menunjukan peningkatan. Hal ini dapat terwujud akibat dari pertumbuhan PDRB atas dasar
harga berlaku jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk itu sendiri. Dari tabel dibawah
ini dapat terlihat nilai PDRB Per Kapita Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 adalah sebesar
9,10 juta rupiah per tahun. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibanding tahun 2005 yaitu 5,52 juta
rupiah, sedangkan tahun 2006 adalah sebesar 6,24 juta rupiah dan tahun 2007 adalah 7,07 juta
rupiah. Selanjutnya 8,10 juta rupiah pada tahun 2008.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 32
Tabel 2.24
Pdrb Perkapita Tahun 2005 2009 Kabupaten Pesisir Selatan
URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009
Nilai PDRB (Juta Rp) ADH Berlaku 2.274.857,20 2.654.320,26 3.082.919,44 3.581.153,38 4.080.689,70
Nilai PDRB (Juta Rp) ADH Konstan 1.625.743,40 1.710.569,67 1.801.336,27 1.899.032,79 2.002.248,56
Jumlah Penduduk (jiwa) 423.609 428.128 433.181 442.257 448.488
PDRB perkapita ADH Berlaku 5.519.622,46 6.235.966,09 7.067.900,94 8.099.957,88 9.098.771,20
PDRB perkapita ADH Konstan 3.944.638,71 4.018.751,85 4.129.743,44 4.295.288,13 4.464.441,77
Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka 2005 -2009
Dengan lebih tingginya PDRB Perkapita tahun 2009 ini mencerminkan bahwa secara rata-
rata tingkat kesejahteraan penduduk semakin baik. Diharapkan tingkat kesejahteraan ini dapat
terdistribusi secara adil, sehingga tidak ada lagi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.
2.7.3 SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
a) KOPERASI DAN UMKM
Koperasi merupakan asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan kegiatan
ekonomi koperasi atas dasar prinsip-prinsip koperasi, nilai dan jati diri koperasi sehingga
mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah, melalui usaha bersama yang
dimodali, dikelola dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya. Tujuan koperasi adalah
memberikan nilai tambah secara ekonomi kepada anggotanya. Koperasi berperan sebagai
gerakan ekonomi rakyat berdasarkan azas kekeluargaan. Perkembangan koperasi di Indonesia
pada umumnya dan Kabupaten Pesisir Selatan khususnya mencerminkan bahwa kemampuan
masyarakat untuk menjalankan organisasi kecil telah meningkat, karena pendirian koperasi ini
biasanya hanya pada lingkup kecil suatu instansi, atau sekelompok orang yang mempunyai tujuan
yang sama.
Perkembangan koperasi di Kabupaten Pesisir Selatan selama empat tahun terakhir terus
berfluktuasi jumlahnya. Peningkatan jumlah koperasi terbesar terjadi tahun 2007 yang bertambah
sebesar 49 unit koperasi. Sementara pada tahun 2008 jumlah koperasi berkurang sebanyak 26
unit koperasi. Jumlah koperasi tahun 2009 ini mengalami penambahan sebesar 9 unit koperasi
(2,50%), yaitu dari 360 unit koperasi tahun 2008 lalu menjadi 369 unit koperasi tahun 2009 ini.
Dengan rincian sebagai berikut : Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) adalah 46 unit turun 2,13%,
koperasi pertanian sebanyak 163 unit naik hingga 5,84%, koperasi jasa-jasa adalah 42 unit turun
hingga 4,55%, koperasi fungsional sebanyak 118 unit naik sebesar 2,61% dari tahun 2008 lalu.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 33
Tabel 2.25
Perkembangan Jumlah Koperasi Menurut Jenis Koperasi
2006 2007 2008 2009
Koperasi Unit Desa (KUD) 47 46 47 46
Koperasi pertanian 148 173 154 163
Koperasi jasa-jasa 35 42 44 42
Koperasi Fungsional 107 125 115 118
Jumlah 337 386 360 369
Jenis KoperasiTahun
Sumber: Indikator Ekonomi Tahun 2009
Seiring meningkatnya jumlah koperasi di Kabupaten Pesisir Selatan mengakibatkan
bertambahnya jumlah anggota koperasi tahun 2009 ini. Jumlah anggota koperasi tahun 2009
mengalami penambahan sebesar 167 anggota (0,50%) dibanding dengan jumlah anggota pada
tahun 2008 lalu. Dari anggota koperasi sebanyak 33.339 orang pada tahun 2008 lalu menjadi
33.506 anggota tahun 2009. Rincian jumlah anggota untuk masing-masing jenis koperasi adalah
KUD sebanyak 16.830 orang anggota, koperasi pertanian sebanyak 6.188 orang anggota,
koperasi jasa-jasa sebanyak 2.171 orang anggota dan koperasi fungsional mempunyai 8.317 orang
anggota. Penurunan terbesar terjadi pada koperasi jasa-jasa, yang anggotanya berkurang hingga
986 anggota dari 3.157 anggota tahun 2008 menjadi 2171 anggota tahun 2009 ini. Jumlah
anggota koperasi fungsional tahun 2009 mengalami pertambahan cukup besar sebesar 1.063
anggota dari tahun 2008 lalu.
Tabel 2.26
Perkembangan Anggota Koperasi Menurut jenis Koperasi
2006 2007 2008 2009
Koperasi Unit Desa (KUD) 16.830 16.830 16.830 16.830
Koperasi pertanian 6.290 6.571 6.098 6.188
Koperasi Jasa-jasa 1.972 2.008 3.157 2.171
Koperasi Fungsional 11.439 11.650 7.254 8.317
Jumlah 36.531 37.059 33.339 33.506
Jenis KoperasiTahun
Sumber: Indikator Ekonomi Tahun 2009
Hal positif yang dapat disimpulkan dari uraian di atas adalah berkurangnya jumlah hutang
memberikan dampak positif bagi para anggota koperasi yang berarti memberikan peluang
kemudahan bagi para anggota untuk mendapatkan pinjaman koperasi. Sedangkan meningkatnya
jumlah simpanan, cadangan serta SHU koperasi memberikan dampak positif bagi perkembangan
masing-masing usaha koperasi yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.
Selain koperasi, juga telah berkembang Usaha masyarakat yang tergolong ke dalam
kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang terdiri dari usaha perindustrian,
perdagangan dan jasa. UMKM ini dari tahun 2006 sampai 2009 mengalami kenaikan
pertumbuhan setiap tahun rata-rata 13,2%, dimana jumlah UMKM pada tahun 2006 sebanyak
4.289 UMKM dan tahun 2009 sebanyak 6.554 UMKM.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 34
Tabel 2.27
Jumlah UMKM di Kabupaten Pesisir Selatan
2006 2007 2008 2009
UMKM 4.289 4.993 5.895 6.554 Sumber : Dinas Kumperintamben Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
b) PENANAMAN MODAL
Penanaman modal merupakan urusan yang mendapat perhatian yang lebih besar di
banding dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan pembentukan
SKPD yang khusus mengurus urusan perizinan dan penanaman modal. Ada dua manfaat yang
dapat diambil dengan lahirnya SKPD ini, pertama jumlah investasi yang masuk tercatat dengan
baik dan yang kedua, kemudahan perizinan yang dilaksanakan satu pintu membuat kesadaran
masyarakat dan pengusaha dalam mengurus izin usaha menjadi meningkat.
Hal ini tentu berimplikasi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang akhirnya juga
meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah. Pembentukan SKPD ini, telah menampilkan citra
pelayanan pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan semakin baik. Masyarakat merasakan
pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau serta meningkatkan
koordinasi, perencanaan dan pengembangan sistim informasi penanaman modal.
c) PELUANG INVESTASI
Setelah melihat tabel struktur dan kontribusi perekonomian, maka beberapa peluang
investasi yang dapat ditanamkan adalah pada sektor-sektor yang merupakan penggerak
perekonomian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi
untuk dapat dijadikan peluang berinvestasi tersebut diantaranya adalah :
a. Sektor pertanian.
Pengembangan Komoditi Jagung
Pengembangan perikanan penangkapan tuna
b. Sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Hotel
Sampai saat ini, Pesisir Selatan belum memiliki hotel berbintang tiga. Padahal daerah ini
dikenal sebagai salah satu kawasan pesisir terindah di Sumatera Barat bahkan nasional.
Belum adanya hotel, telah menjadi pembatas jumlah pendatang dan lama tinggal
wisatawan di Pesisir Selatan. Untuk itu, peluang bagi investasi perhotelan bintang III
menjadi sangat terbuka. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 92.345 orang wisatawan
yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan dengan perincian 894 orang wisatawan
asing dan 91.451 wisatawan domestik.
c. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Perbankan
Jasa keuangan Bank saat ini dijalani oleh dua Bank besar yakni BRI dan Bank Nagari.
Kedua Bank tersebut selama ini telah sangat membantu transaksi perekonomian daerah.
Namun seiring dengan semakin berkembangnya perokonomian sebuah wilayah,
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 35
kebutuhan akan peningkatan pelayanan jasa perbankan tentunya akan semakin mendesak.
Untuk itu, diharapkan pada beberapa tahun mendatang peluang investasi sektor keuangan
ini segera diisi oleh Bank besar lainya di Indonesia.
d. Sektor industri pengolahan.
Industri makanan ringan dan pangan
Pesisir Selatan dikenal sebagai pemasok beras Sumatera Barat, penghasil jagung, penghasil
durian berkualitas, penghasil daging sapi dan penghasil ikan. Namun kesemua produksi
tersebut masih dijual dalam bentuk bahan mentah dan belum diolah untuk memberi nilai
tambah.
Sehingga harga sangat sering berfluktuatif sesuai dengan kondisi produksi. Jika dalam
kondisi panen raya, maka harga akan langsung tertekan dan sebaliknya.
Hal ini tentu sangat merugikan petani penghasil produk-produk pertanian tersebut.
Untuk itu, beberapa peluang pengembangan industri makanan ringan terbuka luas
diantaranya: peluang investasi makanan rasa durian, makanan ringan dari jagung, bubur
beras dan sosis daging sapi atau ikan.
Industri Cinderamata (souvenir)
Meningkatnya wisatawan ke daerah ini, maka permintaan terhadap cinderamata khas
daerah juga akan meningkat. Berbagai cinderamata yang dapat dikembangkan antara lain
batik tanah liat, sulaman bayangan, batu akik, gantungan kunci, baju trade mark daerah
wisata dan lain-lainya.
2.7.4 FASILITAS PEREKONOMIAN
Fasilitas perekonomian berupa perdagangan dan jasa antara lain pasar, toko, kios,
warung, dan jasa perbankan. Pasar sebagai tempat melakukan transaksi barang sangat dibutuhkan
sebagai media pemasaran hasil-hasil pertanian, industri kecil, industri kerajinan penduduk
sehingga mempunyai nilai ekonomi. Untuk mendorong sektor perekonomian sektor koperasi
dan UKM mempunyai peran dalam pembentukan pertumbuhan produk domestik bruto (PDRB).
Usaha masyarakat yang tergolong kedalam kelompok usaha mikro kecil menengah sudah
tumbuh dan berkembang seperti usaha perindustrian, perdagangan dan jas. UMKM sejak tahun
2005 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan pertumbuhan setiap rata-rata kenaikan sebesar
14,49 % di mana jumlah UKM pada tahun 2005 sebanyak 3.800 meningkat pada tahun 2009
sebanyak 6.554. dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan usaha kecil dan menengah
memberikan KPER kepada 13 koperasi.
Koperasi yang mendapatkan dana KPER tersebut adalah Kopasta Tarusan, Koperasi
Usaha Bersama Tarusan, Kopersi Maju Bersama IV Jurai, Koperasi Mia IV Jurai, Koperasi
Nyanyian Ombak Batang Kapas, KSU Eko Raya Lengayang, KSU Al Uswah Lengayang, Koperasi
Pedagang Pasar Ternak Saiyo Lengayang, Koptamela Ranah Pesisir, Koperasi Kinantan Suci
Ranah Pesisir Koptarama Ranah Pesisir, Koptan Maju Bersama Pc.Soal dan Koperasi Maju Mapan
Lunang Silaut.merupakan bentuk program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, dan
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (PPIKM).
Fasilitas perekonomian berupa perdagangan dan jasa yang ada di daerah ini tahun 2009
terdiri dari pasar, toko, kios, warung, dan jasa perbankan. Pasar sebagai tempat melakukan
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 36
transaksi barang sangat dibutuhkan sebagai media pemasaran hasil-hasil pertanian, industri kecil,
industri kerajinan penduduk sehingga mempunyai nilai ekonomi. Industri yang ada di daerah ini
dibedakan menjadi industri formal dan non-formal.
Tabel 2.28
Industri Kecil Menurut Kelompok Industri
NO
KELOMPOK
INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA JUMLAH TENAGA KERJA
FORMAL NON
FORMAL JUMLAH FORMAL
NON
FORMAL JUMLAH
1 Pangan 15 267 282 38 746 784
2 Sandang dan
Kulit - 25 25 - 85 85
3 Kimia& Bahan
Bangunan 46 39 85 247 17 404
4 Logam dan
Elektronika 4 53 67 50 280 330
5 Kerajinan - 32 32 - 293 293
Jumlah 75 416 491 335 156 1896
Sumber : Dinas Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
Bedasarkan tabel diatas industri kecil untuk kelompok industri formal berjumlah 75 unit
dimana di diminasi oleh kegiatan kimia dan bahan bagunan merupakan jumlah terbanyak yaitu 46
unit dengan jumlah tenaga kerja 247 orang, sedangkan kegiatan non formal berjumlah 416 unit
dimana di dominasi oleh kegiatan industri pangan yaitu 267 unit dengan jumlah tenaga kerja 746
orang. Kegiatan industri kecil tersebut mempunyai potensi untuk di kembangkan guna
meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi angka pencari kerja dan pengangguran.
Tabel 2.29
Industri Kecil Menurut Tingkat Produksi/ Investasi
N
O
KELOMPOK
INDUSTRI
NILAI PRODUKSI (RP.000,-) NILAI INVESTASI (RP.000,-)
FORMAL NON
FORMAL JUMLAH FORMAL
NON
FORMAL JUMLAH
1 Pangan 470.000 750.000 1.220.000 860.000 425.000 1.285.000
2 Sandang dan
Kulit - 275.000 275.000 - 256.000 256.000
3 Kimia& Bahan
Bangunan 1.975.000 437.000 2.412.000 3.495.000 645.000 4.140.000
4 Logam dan
Elektronika 850.000 325.000 1.175.000 972.000 1.068.250 2.040.250
5 Kerajinan - 532.000 532.000 - 565.000 565.000
Jumlah 3.295.000 2,319.000 5.614.000 5.327.000 2.959.250 8.286.250
Sumber : Dinas Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 37
2.8. VISI, MISI KABUPATEN
2.8.1. VISI RPJMD KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011-2015
Pesisir Selatan merupakan Kabupaten dengan wilayah yang cukup luas di Provinsi
Sumatera Barat. Daerah ini memiliki keberagaman kandungan sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam
perioderisasi pemerintah sebelumnya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ini
telah dilakukan, sehingga kondisi kehidupan masyarakat dan infrastrukutur dasar yang
dibutuhkan telah mengalami perbaikan yang cukup berarti.
Visi Pembangunan merupakan lanjutan dari periode pembangunan lima tahun
sebelumnya. Untuk Visi Pembangunan tahun 2010 2015 Kabupaten Pesisir Selatan adalah
TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA.
Masyarakat sejahtera adalah masyarakat dengan pendapatan perkapita yang telah mampu
memenuhi segala kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yakni kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan dan berdemokrasi. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka dapat
diartikan masyarakat Pesisir Selatan telah merdeka dari berbagai tekanan yang akan menganggu
kebutuhan hidupnya. Visi ideal ini tentu sangat sulit diwujudkan, akan tetapi hal ini merupakan
amanat yang termaktub dalam undang-undang yang mesti direalisasikan melalui berbagai tahapan
pembangunan.
Kesejahteraan juga ditunjukkan dengan perolehan tingkat kehidupan yang layak dipandang
dari kelayakan ekonomi dan berkeseimbangan baik dilihat sisi agama mapun sosial budaya.
Perwujudan visi tersebut dilaksanakan melalui Pembangunan Ekonomi, Agama dan Sosial Budaya,
secara menyeluruh (holistik), dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2.8.2. MISI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Misi pembangunan 2011-2015 adalah rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk
mencapai Visi 2015 yaitu Terwujudnya Masyarakat Pesisir Selatan sejahtera. Misi pembangunan
2011-2015 diarahkan untuk meletakkan fondasi yang lebih kokoh bagi pembangunan Pesisir
Selatan ke depan. Usaha-usaha Perwujudan Visi 2015 akan dijabarkan dalam misi daerah tahun
2011-2015 sebagai berikut.
Misi 1.
Melanjutkan mengembangkan perekonomian lokal dan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dengan mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi secara
terpadu
Misi 2.
Melanjutkan pembangunan sumberdaya manusia berkualitas yang siap menghadapi
tantangan dunia global
Misi 3
Revitalisasi prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik serta meningkatkan kapasitas
kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 38
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010
2015.
Arah Kebijakan untuk Misi 1
Diperlukan arah kebijakan yang bermuara kepada program dan kegiatan yang tepat untuk
mengimplementasikan strategi yang telah disebutkan diatas. Arah kebijakan untuk melaksanakan
strategi pada misi 1 adalah: Meningkatkan kualitas dan keterampilan tenaga, Menambah lapangan
usaha bagi angkatan kerja, Menyediakan databasependuduk miskin, Memberikan bantuan biaya
pendidikan dan kesehatan bagi penduduk, Melakukan koordinasi program pengentasan
kemiskinan, Meningkatkan keterampilan penduduk miskin, Memanfaatkan media massa dan
event pameran untuk promosi wisata, Mengembangkan kawasan Carocok dan Bukit Langkisau
Painan, Mengembangkan Kawasan Mandeh, Mengembangkan dan menata Kawasan Mande
Rubiah, Membangun dan merehabilitasi pasar Nagari yang potensial, Meningkatkan informasi
harga pasar bagi produsen dan konsumen, Meningkatkan luas tanam komoditi unggulan,
Meningkatkan jumlah koperasi yang telah melaksanakan RAT, Memanfaatkan sumberdaya air dan
sumber energi terbaharukan untuk pemenuhan kebutuhan energy masyarakat, Peningkatan
perencanaan sumberdaya energy, Peningkatan kualitas jalan Kabupaten, Pengembangan jalan-
jalan agopolitan dan minapolitan, Pembangunan jalan-jalan menuju daerah tertinggal,
Meningkatkan sarana transportasi daerah, Pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan di
daerah tertinggal, Pembangunan jalan-jalan primer dan sekunder, Menyediakan peta dan
informasi wilayah rawan bencana, Meningkatkan sarana prasarana evakuasi bencana dan
Memberikan sosialisasi dan simulasi tentang kebencanaan. Hubungan antara srategi dan arah
kebijakan untuk Misi 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.30
Hubungan Antara Strategi Dan Arah Kebijakan Pada Misi 1
VISI: TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA.
MISI 1: Mengembangkan perekonomian lokal dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan
mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi secara terpadu
TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1. Menurunkan jumlah
pengangguran dan
kemiskinan
1. Meningkatkan Meningkatkan
pendapatan perkapita
menjadi Rp. 19,71 juta pada tahun 2015
2. Menurunnya jumlah pengangguran
menjadi 7-8 % pada
tahun 2015
3. Berkurangnya jumlah penduduk miskin
1. Meningkatkan keterampilan
tenaga kerja
2. Memperluas kesempatan kerja
3. Melakukan updating data
penduduk miskin
4. Meningkatkan jangkauan
pelayanan
1. Meningkatkan kualitas dan
keterampilan
tenaga 2. Menambah
lapangan usaha bagi
angkatan kerja
3. Menyediakan databasependuduk
miskin
4. Memberikan
-
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan
Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 39
menjadi 16-17% pada
tahun 2015
kesehatan dan
pendidikan
5. Meningkatkan mutu pelayanan
dasar
bantuan biaya
pendidikan dan
kesehatan bagi
penduduk
5. Melakukan koordinasi
program
pengentasan
kemiskinan
6. Meningkatkan keterampilan
penduduk miskin
2. Pengembangan kawasan ekonomi
dan destinasi
wisata
1. Meningkatnya jumlah kunjungan
wisman dan wisnu ke
Pesisir Selatan 2. Pengembangan
kawasan Agropolitan,
Minapolitan dan
KTM
3. Meningkatnya sarana dan prasarana pasar
nagari
4. Berkembangnya permodalan,
pemasaran dan SDM
UMKM
5. Meningkatnya produksi dan
produktifitas
pertanian