Download - Tutorial Saliva
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rongga mulut banyak sekali jaringan keras maupun lunak bahkan cairan
yang membantu dalam pencernaan makanan. Salah satu cairan di rongga mulut tersebut
adalah saliva. Sekilas saliva memang dianggap tidak begitu penting bagi kaum awam,
bahkan saliva dianggap menjijikkan. Namun, dibalik hal itu saliva sangat penting.
Menurut Mendel (1993) saliva memiliki peranan untuk menegakkan diagnosa bagi
kedokteran gigi, fisiologi, internal medicine, endocrinology, pediatrics, immunology,
clinical pathology, forensic medicine, pshycology, and sport medicine.
Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit
seperti sodium, potassium, kalium, khloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan beberapa
protein yang berperan sebagai enzim, antimikroba, immunoglobulin, glukosa, albumin,
glikoprotein, polipeptida, dan oligopeptida yang secara keseluruhan berperan penting
dalam menjaga kesehaatan rongga mulut.
Saliva tidak hanya membantu proses pengunyahan, juga dijadikan pelindung
multidimensional dan saliva dapat dijadikan bahan informasi untuk tingkat cairan
jaringan sesudah minum obat, status emosional, status hormon, status imunologi, status
neurologi, status nutrisi dan pengaruh metabolisme. Karena itu, saliva dapat dijadikan
sebagai suatu media dalam mendiagnostik dalam bidang kedokteran gigi menurut
pernyataan Screebny dan Mandel yang diutarakan oleh Nikiforuk (1995).
Dalam menjaga kesehatan rongga mulut, saliva berperan menjaga keseimbangan
sistem buffer, membunuh mikroorganisme, membantu sistem pengunyahan dan
pencernaan makanan, membantu proses bicara, serta membantu lidah dalam kaitannya
dengan penghantaran reseptor rasa. Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam sekresi
saliva seperti mulut kering atau xerostomia dapat menyababkan karies menjalar dengan
cepat karena saliva menurun volumenya sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya
sebagai antimikroba. Sebaliknya jika volume saliva meningkat atau dikenal dengan
hipersalivasi juga mengganggu dalam proses bicara, menyanyi, dan sebagainya.
-
2
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan saliva dan bagaimanakah susunan anatomi serta
histologi kelenjar saliva ?
1.2.2 Bagaimanakah mekanisme sekresi saliva ?
1.2.3 Apa sajakah tipe saliva dan bagaimana komposisi dari saliva itu sendiri ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu mengetahui dan memahami saliva dan susunan anatomi serta histologi
kelenjar saliva
1.3.2 Mampu mengetahui dan memahami mekanisme sekresi saliva
1.3.3 Mampu mengetahui dan memahami tipe saliva serta komposisi dari saliva
-
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saliva merupakan cairan yang sangat penting di rongga mulut yang dihasilkan oleh
kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva memiliki peranan menegakkan diagnosa dalam
bidang Kedokteran Gigi, Fisiologi, Internal Medicine, Endocrinology, Pediatrics,
Immunology, Clinical Pathology, Forensic Medicine, Psycology dan Sport Medicine.
Saliva diproduksi oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor
merupakan kelenjar saliva utama yang terdiri dari kelenjar parotid, kelenjar submandibular,
dan kelenjar sublingual. Kelenjar parotid adalah kelenjar yang murni serus pada manusia
dewasa, walaupun kadang-kadang sel mukus ditemukan pada anak-anak. Kelenjar parotid
bermuara pada duktus Stensens. Kelenjar submandibular merupakan campuran, tapi yang
lebih dominan adalah serus dan bermuara pada duktus Whartoni. Kelenjar sublingual
merupakan campuran tapi yang lebih dominan adalah mukus. Pada kelenjar ini ditemukan
sedikit acini serus dan bermuara pada duktus Bartholin. Sel serus menghasilkan saliva yang
encer sehingga viskositasnya menjadi lebih rendah sedangkan sel mukus menghasilkan saliva
yang kental sehingga viskositas lebih tinggi.
Kelenjar saliva minor ditemukan di sepanjang mukosa rongga mulut. Kelenjar lingual
ditemukan bilateral dan terbagi kedalam beberapa kelompok. Kelenjar lingual anterior
terdapat pada permukaan anterior lidah dekat ujung lidah dan terbagi atas kelenjar mukus
anterior dan campuran pada posterior. Kelenjar lingual posterior terdapat pada gabungan
dengan lingual tonsil dan permukaan lateral lidah. Merupakan kelenjar mukus murni.
Kelenjar serus (von ebner) mengalir kedalam saluran-saluran di sekeliling papilla
circumvallata. Kelenjar bukal dan labial ditemukan pada pipi dan bibir. Unit terminal
secretory mengandung sekresi mukus dan serus. Kelenjar palatinal merupakan murni mukus
dan ditemukan pada palatum lunak dan uvula, dan didalam regio posterolateral dari palatum
keras. Kelenjar glossopalatina merupakan mukus murni yang berlokasi di lipatan
glossopalatina. (www.repository.usu.ac.id)
-
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Struktur Anatomi dan Histologi Kelenjar Saliva
Saliva merupakan kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan
kesehatan jaringan rongga mulut. Kelenjar saliva ini mensekresi saliva dalam rongga
mulut untuk membantu mencerna makan dengan mengeluarkan secret (saliva), yaitu air
ludah. (Finn Geneser, 1994)
3.1.1 Struktur Anatomi
Saliva terdiri dari enzim dan cairan kental yang mengandung mucus. Ada 3
pasang kelenjar saliva:
a. Kelenjar parotid : kelenjar saliva terbesar, terletak agak bawah telinga dan
membuka melalui duktus parotid menuju suatu elevasi kecil yang terletak
berhadapan dengan gigi molar kedua. (Ethel Sloane,2004)
-kelenjar parotid bagian inferior terletak pada muskulus
sternokleidomastoideus
-bagian posterior terletak pada venter posterior muskulus digastricus
-kelenjar parotid dipisahkan dari glandula submandibularis oleh
ligamentum stilomandibularis
-bagian dalam kelenjar parotid berhubungan dengan rongga parafaringeal
(Gordon W. Peterson, 1996)
b. Kelenjar submaxilar dan/atau submandibula : terletak di permukaan dalam
pada mandibula serta membuka melalui duktus Wharton menuju dasar
mulut. (Ethel Sloane,2004)
-bagian tengah berhubungan dengan muskulus stiloglosus dan muskulus
bioglosus
-bagian tengah muskulus milohyoideus membatasi rongga sublingual dan
submandibular, merupakan batas posterior dari glandula ini (Gordon W.
Peterson, 1996)
c. Kelenjar sublingual : terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus
sublingual kecil menuju ke dasar mulut (Ethel Sloane,2004)
-
5
-glandula sublingual menempati rongga subanterior dan hamper memenuhi
rongga mulut. Aliran sublingual memasuki rongga mulut melalui sejumlah
muara plika sublingual. (Gordon W. Peterson, 1996)
3.1.2 Struktur Histologi
a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis dikelilingi oleh kapsul yang membentuk banyak septum
jaringan ikat interlobularis yang membagi bagi kelenjar menjadi lobus dan
lobules.Di dalam septum jaringan ikat di antara lobules terdapat
arteriol,venula,dan duktus ekskretorius interlobularis.
Setiap lobules kelenjar saliva mengandung sel sekretorik yang membentuk
asini serosadan sel-selnya berbentuk piramida tersusun mengelilingi lumen.Inti
bulat serosa terletak di bagian basal sitoplasma yang agak basofilik.Pada
potongan tertentu,lumen asini serosa tidak selalu terlihat .Dengan pembesaran
lebih kuat,tampak granula sekretorik halus di apekssel asini serosa.Jumlah
granula sekretorik di dalam sel ini bervariasi sesuai aktivitas fungsional
kelenjar.Semua asini serosa dikelilingi oleh sel mioepitel kontraktil yang
tipis,yang terletak di antara membrane basalis dan sel serosa.Karena ukurannya
kecil,hanya nucleus yang terlihat di sel mioepitel pada beberapa
potongan.Sebagian lobules kelenjar parotis mengandung banyak sel adipose yang
tampak sebagai srtuktur lonjong jernih dikelilingi oleh asini serosa yang terpulas
lebih gelap.
Asini serosa sekretorik mencurahkan produknya ke dalam saluran
sempit,duktus interkalaris.Duktus ini memiliki lumen sempit,dilapisi epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah,dan sering dikelilingi oleh sel mioepitel
.Produk sekretorik dari duktus interkalaris mengalir dalam duktus striata yang
lebih besar.Duktus striata selanjutnya mencurahkan isinya ke dalam duktus
eksretorius intralobularis yang terdapat di dalam lobules kelenjar. (Victor
C.Eroschenko,2010)
-
6
b. Kelenjar Sublingualis
Merupakan kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Sel-sel serosa
yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris
dan duktus stria jarang terlihat. Terdapat 10-20 saluran keluar duktus sublingualis
yang bermuara ke sepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, dan masing-
masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar utamanya yaitu duktus
sublingualis mayor Bartjoli yang bermuara pada karunkula sublingualis bersama-
sama dengan duktus Wharton, dan terkadang keduanya menjadi satu. (Finn
Geneser, 1994)
c. Kelenjar Submandibularis
Terdiri dari jaringan ikat padat. Kelenjar submandibularis adalah kelenjar
tubuloasinosa kompleks yg pd manusia terutama adalah kelenjar campur dengan
sel sel serosa yg dominan, terdapat duktus interkalaris tetapi saluran ini pendek
karena itu tidak banyak dijelaskan. Sebaliknya duktus striata berkembang baik
dan panjang. Saluran utamanya adalah duktus submandibularis Wharton
bermuara pada ujung papilla sublingualis pd dasar rongga mulut dekat dengan
frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. (Finn Geneser, 1994)
3.2. Mekanisme Sekresi Saliva
Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) sekresi serus yang
mengandung ptialin, yang merupakan enzim untuk mencerna serat, dan (2) sekresi mukus
yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan. Kelenjar
partis seluruhnya menyekresi tipe serus, dan kelenjar submandibularis dan sublingualis
menyekresi tipe mukus maupun serus. Kelenjar bukalis hanya menyekresi mukus.
Sekresi Ion Pada Saliva
Sekresi oleh kelenjar submaksilaris menjadi sekresi kelenjar campuran khusus
yang mengandung duktus asinus dan duktus salivarius. Sekresi saliva terbentuk melalui
dua tahap: tahap pertama mencakup asinus dan yang kedua mencakup duktus salivarius.
Sel asnus menyekresi sekresi primer yang mengandung ptialin dan/atau musin dalam
alrutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari yang disekresikan dalam
cairan ekstraselular khusus. Sewaktu sekresi primer mengalir melalui duktus, terjadi dua
proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva secara nyata.
-
7
Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius,
dan ionion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu,
konsentrasi natrium dari saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium
meningkat. Akan tetapi, ada kelebihan reabsorbsi ion natrium yang melebihi sekresi ion
kalium, dan ini menghasilkan negativitas sekitar -70 milivolt di dalamkitar -70 milivolt
di dalam duktus salivarius, dan keadaan ini menyebaban konsentrasi ion klorida turun
menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.
Kedua, ion-ion bikarbinat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal
ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion klorida,
sebagian juga hasil dari proses sekresi aktif.
Hasil akhir dari proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istrirahat,
konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15
mEq/liter. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium adalah sekitar 30 mEq/liter. Konsentrasi
ion bikarbonat adalah 50-70 mEq/liter.
Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah karena kecepatan
pembentukan sekresi primer oleh sel asini dapat meningkat sebesar 20 kali lipat.
Akibatnya sekresi asinar ini akan mengalir melalui duktus begitu cepatnya sehingga
pembaruan sekresi duktus diperkirakan menurun. Oleh kare itu, bil saliva disekresi
dalam jumlah sangat banyak, konsentrasi natrium klorida meningkat, sedangkan
konsentrasi kalium turun. (Guyton & Hall, 1997).
Kendali Saraf Pada Sekresi Saliva
1) Aliran saliva dapat dipicu melalui stimulus psikis (pikiran akan makanan), mekanis
(keberadaan makanan), atau kimiawi (jenis makanan).
2) Stimulus dibawa melalui serabut aferen dalam saraf kranial V, VII, IX dan X menuju
nuklei salivatori inferior dan superior dalam medula. Semua kelenjar saliva
dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis.
3) Volume dan komposisi saliva bervariasi sesuai jenis stimulus dan jenis inervasinya
(sistem simpatis dan parasimpatis).
a) Stimulasi parasimpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan sekresi
berair (serosa) yang banyak sekali.
b) Stimulasi simpatis mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah dan sekresi
mukus yang lebih kental dan lengket. Obat-obatan yang mengandung penghambat
-
8
kolinergik (neuro transmitter parasimpatis) mengakibatkan terjadinya sensai mulut
kering.
c) Pada manusia normal, saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1 ml.
Saliva yang disekresi dapat mencapau 1 L sampai 1,5 L dalam 24 jam. (Ethel
Sloane, 2004 )
Nuklei Inferior dan superior salivatory terdapat di medula oblongata. Awalnya
berhubungan dengan nukleus batang otak dari nervus facial, akhirnya ujungnya bersatu
dengan nervus IX. (Isselhard,2003)
Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba
pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Sebagai
contoh, bila seseorang mencium atau makan makanan yang disukainya, pengeluaran
saliva lebih banyak daripada bia ia mencium atau makan makanan yang tidak disukainya.
Daerah nafsu makan pada otak, yang mengatur sebagian efek ini, terletak di dekat pusat
parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi teruatama sebagai respons terhadap
sinyal dari daerah pengecapan dan pencuman dari korteks serebral atau amigdala.
Salivasi juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari
lambung dan usus bagian atas, khususnya saat menelan makanan yang sangat mengiritasi
atau bila seseorang mual karena adanya beberapa kelainan gastrointestinal. Saliva yang
ditelan diperkirakan membantu menghilangkan faktor iritan pada traktus gastrointestinal
dengan cara mengencerkan atau menetralkan zat iritan.
Perangsangan simpatis juga dapat meningkatkan salivasi dalam jumlah sedang,
tetapi lebih sedikit dari perangsangan parasimpatis. Saraf-saraf simpatis berasal dari
ganglia servikalis superior dan kemudian berjalan sepanjang pembuluh darah ke
kelenjar-kelenjar saliva.
Faktor kedua yang mempengaruhi sekresi adalah supladi darah ke kelenjar karena
sekresi selalu membutuhkan nutrisi yang adekuat. Sinyal-sinyal saraf parasimpatis yang
sangt merangsang salivasi, pada saat bersamaan melebarkan pembuluh-pembuluh darah.
Tetapi, selain itu, salivasi sendiri secara langsung melebarkan pembuluh-pembuluh
darah, sehingga menyediakan peningkatan nutrisis seperti yang dibutuhkannya. Sebagian
dari tambahan efek vasodilator ini disebabkan oleh kalikrein yang disekresikan oleh sel-
sel saliva yang aktif, yang kemudian bekerja sebagai suaru enzim untuk memisahkan
-
9
satu protein darah, yaitu alfa2-globulin, untuk membentuk bradikinin, suatu vasodilator
yang kuat. (Guyton & Hall, 1997).
3.3. Tipe Saliva
Tipe saliva dapat dibedakan menurut:
1. Menurut reflex
a. Reflex terkondisi, itu terjadi karena rangsangan kemoreseptor atau mekanis saat
ada makanan yang masuk. Misalnya pada saat melakukan gerakan pengunyahan.
Saliva juga dapat membantu gerakan penelanan makanan dan pelumasan
makanan.
b. Reflex terkondisi, disebabkan karena rangsangan yang tidak masuk mulut atau
oral. Misalnya hanya melihat, mendengar makanan-makanan yang dapat
menggugah selera
2. Menurut saraf pengontrolnya
a. Parasimpatis, saliva yang dihasilkan dengan volume banyak, konsistensi encer dan
banyak enzim.
b. Simpatis, saliva yang dihasilkan dengan volume sedikit, konsistensi kental dan
banyak mucus. Biasanya kerja parasimpatis dan simpatis adalah antagonis. Tetapi
pada kelenjar saliva ini kerja simpatis dan parasimpatis ialah sinergis dengan
sama-sama memproduksi saliva tapi karakteristik, mekanisme dan volume yang
berbeda. (Sherwood, 2001)
3. Tipe saliva sekresi asinus
a. sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase), sebuah enzim untuk
mencernakan serat.
b. sekresi mukosa yang mengandung musin, sebuah glikoprotein yang melubrikasi
makanan dan memproteksi mukosa oral. Musin jug mengandung IgA, sistem
imun yang pertama menghadang bakteri dan virus; lisozim, berfungsi
menghacurkan dinding bakteri;laktoferin, mengikat zat besi; dan protein kaya
akan prolin, memproteksi gigi. Oleh karena itu pada keadaan defisit saliva
(xerostomia) ronga mulut menjadi berulserasi, terinfeksi, dan karies gigi akan
meluas.
-
10
Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.
Kelenjar Tipe sekresi Sifat sekresi Persentase dari
total saliva *
(1,5 L)
Parotis Serosa Berair 20
Submandibularis Serosa dan
mukosa
Agak kental 70
Sublingualis mukosa kental 5
Sel mucous
Histology dari mucous dan serous tergantung dari fungsional dari aktivitas
sel.pengecatan dapat di lakukan dengan menggunakan hemotoxylin dan eosin. Mucous sel
berisi sel-sel yang berisi berbentuk padat berwarna basophilic oval dengan inti rata terletak
berdekatan dengan basal selaput sel sitoplasma bersifat sedikit eosinophilik dan terbungkus
rapat oleh droplet dari mucinogen.
Ketika sel secara aktif mengeluarkan secret,maka sekretorius mengurangi jumlahnya itu
terjadi ketika nucleus dari sel serous berbentuk lebih bulat dan berada pada tengah sel.
Berbentuk kental dan padat serta kaya akan polisakarida serta mengandung protein non
enzymatic.
Sel Serous
-
11
Diwarnai dengan HE, suatu sinus serous dibentuk dari sel berbentuk baji tersusun
lingkaran di lumen usus kecil. Intinya spherical, basofilik dan terletak di basal ke-3 dari sel.
Sitoplasma infranuklear (basal) adalah basofilik (jumlah yang besar dari Retikulum
Endoplasma kasar), ketika sitoplasma apical bergranul dan eosinofil. Adanya reticulum
endoplasma yang berlimpah, seperti yang dilihat di mikroskop, adalah suatu refleksi dari
fungsi sekresi mereka. Mitokondria ditemukan pada bagian basal sel dan golgi apparatus
pada posisi supranuklear.Granul adalah vesikel ikat-membran yang mengandung -amilase
dan substansi lainnya. Sejak sel ini juga mengeluarkan sejumlah polisakarida, beberapa ahli
menyebutnya sebagai seromukus sel. Lumen dari asinus serous berhubungan dengan banyak
kanalikuli sekretori interselular, dan keduanya digariskan oleh banyak mickrovili pendek.
Membran basal sel dari sel serous menunjukkan lipatan dan sisa pada basal lamina.
(Rensburg,1995)
3.3.1 Komposisi Saliva
Umumnya, saliva disekresi di dalam asini mungkin bersifat isotonic dengan
konsentrasi Na +, K+, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan plasma. Duktus ekskretoris dan
mungkin duktus interkalarus memodifikasi kompisisi saliva yang mengalir dengan
mengambil ion Na+ dan Cl- dan menambahkan ion K+ dan HCO3-. Duktus tersebut
membuat saliva menjadi hipotonik. Maka aliran saliva yang lambat akan hipotonik, alkali dan
kaya akan ion K+ tetapi relative kurang ion Na+ dan Cl- saat sampai di mulut. Jika aliran
salivanya cepat maka saliva akan bersifat isotonic dengan konsentrasi ion Na+ dan Cl- yang
lebih tinggi. (Ganong,1999).
-
12
BAB IV
KESIMPULAN
Saliva merupakan suatu cairan di rongga mulut yang diproduksi serta diekskresi oleh kelenjar
saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut . Saliva diekskresikan oleh kelenjar saliva mayor
dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor meliputi kelenjar parotid, kelenjar
submandibularis dan kelenjar sublingualis. Komposisi saliva terdiri atas bahan organic dan
anorganik dan air yang berguna untuk system buffer , pelumas,pengangkutan, dan pencernaan
makanan serta membunuh mikrooganisme di dalam rongga mulut. Sekresi saliva memiliki
beberapa tipe yaitu serus, mucus dan campuran ( serus-mukus) . Sekresi serus mengandung
ptyalin untuk mencerna serat. Mukus mengandung musin sebuah glikoprotein yang
memproteksi mukosa oral. Serus memiliki sifat lebih cair dibandingkan mucus.
-
13
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, Victor C.2010.Atlas Histology difiore.Jakarta: EGC
Ganong.1999.Buku Ajar Fisiologi Manusia Edisi 17. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC
Geneser, Finn.1994.Buku Text Histology Jilid 2. Jakarta Barat : Binarupa Aksara.
Isselhard, Brand. 2003. Anatomy of Orofacial Structure. America : Mosby
Rensburg.1995. Oral Biology. Chicago: Quistessence Publishing Co,Inc.
Sherwood, L.2001.Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC
www.repository.usu.ac.id
-
14
lampiran
Skenario I (SALIVA)
Bu Darmi sedang hamil muda. Hampir setiap hari berkeinginan makan buah yang
masam. Karena selalu mengalami hipersalivasi, air liur yang eluar lebih banyak dan encer
ketika ada buah yang terasa masam. Padahal sebelum hamil, Bu Darmi sering mengeluhkan
mulut kering, air liurnya terasa pekat. Selain itu Bu Darmi juga mempunyai riwayat kencing
manis yangdapat menyebabkan xerostomia. Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi obat
yang berhubungan dengan penyakitnya.
Step 1 : Klarifikasi istilah
1. Hipersalivasi :
- Suatu gejala terjadinya produksi saliva berlebihan
- Dapat terjadi karena faktor psikis, lokal, dan patologi
2. Xerostomia :
- Kekeringan pada rongga mulut yang terjadi karena gangguan pada produksi saliva
- Dapat menyebabkan pH oral turun dan pertumbuhan bakteri meningkat
-Dapat diakibatkan oleh gangguan pusat lidah, saraf pembawa rangsang ludah, atau
komposisi elektrolit pembawa rangsang ludah
3. Kencing manis :
- Termasuk kelompok penyakit metabolisme dengan keadaan kadar glukosa darah naik yang
terjadi karena kerja insulin atau sekresi insulin atau keduanya turun.
4. Hamil muda :
- Suatu keadaan mengandung fetus/embrio pada saat trimester pertama kehamilan.
Step 2 : Menetapkan masalah
1. Bagaimana struktur anatomi, histologi dan fisiologi dari kelenjar saliva ?
2. Apa sajakah komposisi saliva ?
-
15
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume saliva ?
4. Apa hubungan hipersalivasi dengan rasa masam ?
5. Apa hubungan kencing manis dengan terjadinya xerostomia ?
Step 3 : Menganalisis masalah
1. Anatomi
Saliva berasal dari glandula saliva : (a) kelenjar mayor dan (b) kelenjar minor
Berdasarkan letak dan fungsinya terdapat : (a) glandula parotid, (b) glandula
submaksilaris, dan (c) glandula sublingualis
Kelenjar saliva mayor :
a. Glandula parotid : berada di bawah telinga, berbentuk kelenjar yang bercabang
majemuk, bermuara pada molar dua atas, dipersarafi nervus IX
b. Glandula submaksilaris : merupakan kelenjar di bawah rahang yang bermuara di
dekat pangka lidah, bercabang majemuk dan dipersarafi nervus VII
c. Glandula sublingualis : kelenjar di bawah lidah yang terletak di dasar mulut dan
bermuara di pangkal lidah, dipersarafi nervus VII
d. Pada kelenjar saliva mayor juga terdapat kelenjar submandibularis yang terletak
pada batas bawah mandibula bagian depan dan mempunyai duktus Whatoni yang
panjangnya 5-6 cm dan bermuara pada karunkula sublingualis
Kelenjar saliva minor : merupakan kelenjar yang terletak di mukosa/submukosa
a. Kelenjar labial : terdapat pada bibir atas dan bawah
b. Kelenjar bukal : pada mukosa pipi dengan asinus seromukus
c. Kelenjar lingualis anterior : pada bagian bawah ujung lidah dengan asinus serous
mukus
d. Kelenar von ebner : pada pangkal lidah dengan asinus-asinus multi serous
e. Kelenjar weber : pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus
-
16
Histologi:
Kelenjar saliva mirip kelenjar eksokrin, dibangun oleh lobus yang terdiri dari
kompartmen, yaitu asinus, duktus interkalata, dan duktus striata. Asinus
submandibula dan dan sublingual di sekitar sel asina mukus masih memiliki sel
sekresi serous yang disebut sel bulan sabit. Asinus dan duktus pada bagian basal
dapat dikelilingi oleh sel myoepitel.
Setiap kelenjar tersebut terdiri dari :
a. parenkim, terdiri dari asinus-asinus dan duktus-duktus yang bercabang
b. stroma/jaringan epitel ikat intersisial, merupakan jaringan antara sinus dan
duktus tersebut.
Fisiologis
Mekanisme sekresi saliva
Dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis dari nukleus saliva superior dan inferior dari
batang otak. Nukleus salivatorius terletak pada pertemuan antara medulla dan pons
yang terstimulasi oleh rangsangan taktil, pengecapan dari lidah, rongga mulut, serta
faring. Pada rangsangan pengecapan terutama asam dapat mensekresikan saliva dalam
jumlah banyak antara 8-20 kali lipat sekresi basal. Karena rangsangan taktil tertentu
seperti benda halus di rongga mulut juga dapat mensekresikan saliva yang nyata.
Fungsi saliva
a. untuk melicinkan dan membasahi rongga mulut pada proses mengunyah makanan
b. untuk melembutkan dan membasahi makanan hingga menjadi bahan setengah cair
c. membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptialin dan lipase
d. jumlah sekresi saliva dapat dijadikan ukuran keseimbangan air dalam tubuh
e. membersihkan rongga mulut dari sisa makanan dan kuman
f. perlindungan permukaan mulut : melindungi mukosa mulut dan gigi geligi dengan
sistem buffer
-
17
g. sebagai proses pengecapan : dalam saliva terdapat gustin sebagai pengecap
makanan
h. untuk diferensiasi pertumbuhan saraf dan epidermal
2. Komposisi saliva
a. Komponen Anorganik
-chlorida
-sodium
-magnesium
-fluorida 8
-kalium
-gas CO2, N, O2
-potasium
-bikarbonat : sebagai ion buffer
-kalsium dan fosfat : untuk remineralisasi
email dan penghambat pertumbuhan
karang gigi dari plak
-rhoidanida dan thiosianat/CNS :
berperan sebagai agen anti bakterial
b. Komponen Organik
-enzim amilase
-maltose
-serum albumin
-vitamin C
-keratinin
-lisozim : mengubah bakteri
tertentu sehingga berfungsi
sebagai sistem penolakan bakteri
-musin : membuat saliva menjadi
pekat sehingga tidak mengalir
seperti air
-laktoperosidase : mampu
mengkatalisis oksidasi CNS
menjadi OSCN (hypotio) yang
mampu menghambat pertukaran
zat bakteri oleh pertumbuhannya
-protein yang kaya akan prolin
yang dapat membentuk suatu kelas
protein dengan berbagai fungsi
penting seperti membentuk bagian
utama email pada gigi
-
18
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume saliva
a. Derajat dehidrasi : merupakan faktor yang sangat berpotensi bagi tubuh untuk mengatur
laju sekresi saliva
b. stimulus fisik : seperti membayangkan makanan
c. obat-obatan : dapat mereduksi sekresi saliva sebahai efek penggunaannya
d. faktor mekanis : dengan mengunyah makanan yang keras
e. faktor psikis : stress dapat menghambat sekresi saliva
f. faktor kimiawi : berupa rasa manis, asam, asin, pahit, pedas
g. faktor neuronal : pada saraf simpatis dan parasimpatis
h. rangsangan rasa sakit seperti gingivitis yang dapat menstimulasi sekresi saliva
i. penurunan produksi saliva karena :
Terapi : terapi radiasi pada kelenjar saliva dapat menyebabkan sekresi saliva turun
Penyakit : inflamasi kelenjar saliva yang akut, tumor jinak atau ganas, dapat
menyebabkan xerostomia
Usia : perubahan atropik pada kelenjar submandibula dapat menurunkan sekresi
kelenjar saliva
4. Hubungan hipersalivasi dengan rasa masam
Fungsi saliva sendiri berkaitan dengana sistem buffer, jadi dapat menetralkan
makanan yang asam dengan terjadinya hipersalivasi. Selain itu juga bisa karena faktor
psikis pada ibu hamil muda.
5. Hubungan kencing manis dengan xerostomia
- Diabetes dapat menyebabkan gejala oral seperti terbakar karena perubahan patologis
yang meibatkan saraf pada regio mulut. Neuropati sistem otonom dapat menyebabkan
perubahan sekresi saliva karena saliva dikontrol oleh saraf simpatis dan parasimpatis.
Penurunan laju saliva akan menyebabkan terjadinya xerostomia.
-
19
- Karena diabetes bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan pengaturan air dan
elektrolit
- Dapat terjadi xerostomia karena efek sambing obat-obatan yang diresepkan pada
penderita diabetes, seperti anti depresan yang memiliki efek antikolinergik yang
menimbulkan reseptor anti muskarinik sehingga terjadi xerostomia
- Xerostomia merupakan ciri-ciri dari penyakit diabetes. Selain itu juga dapat
menyebabkan gangguan lain pada rongga mulut seperti penyakit periodontal, gangguan
sekresi saliva, penyempitan pembuluh darah dan infeksi pada gusi.
Step 4 : MAPPING
SEKRESI SALIVA
HIPERSALIVASI
(SETELAH HAMIL)
STRUKTUR
ANATOMI,
FISIOLOGI, DAN
HISTOLOGI
FAKTOR-
FAKTOR
XEROSTOMIA
(SEBELUM
HAMIL
DIPENGARUHI KONDISI
PSIKIS, LOKAL, DAN
KEADAAN PATOLOGIS
KARENA
PENGARUH
OBAT-OBATAN
-
20
Step 5: Learning Object (LO)
1. Mampu mengetahui dan memahami saliva dan susunan anatomi serta histologi
kelenjar saliva
2. Mampu mengetahui dan memahami mekanisme sekresi saliva
3. Mampu mengetahui dan memahami tipe saliva serta komposisi dari saliva