Download - Revisi Skripsi Full Nining k8411052
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
1/191
KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU MEMBOLOS
DI KALANGAN PESERTA DIDIK
SMA NEGERI 6 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
NINING LISNAWATI
K8411052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2015
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
2/191
ii
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
3/191
iii
KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU MEMBOLOS
DI KALANGAN PESERTA DIDIK
SMA NEGERI 6 SURAKARTA
Oleh:
NINING LISNAWATI
K8411052
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2015
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
4/191
iv
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
5/191
v
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
6/191
vi
ABSTRAK
Nining Lisnawati. NIM K8411052. KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU
MEMBOLOS DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6SURAKARTA. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Juni 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi, bentuk-bentuk dan
faktor yang menyebabkan perilaku membolos di kalangan peserta didik.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta dengan subyek penelitian
peserta didik yang berperilaku membolos.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi
fenomenologi. Sumber data berasal dari wawancara mendalam, observasi dan
dokumen. Wawancara dilakukan terhadap 9 informan kunci yaitu peserta didik
yang pernah atau masih berperilaku membolos dan informan pendukung adalahpetugas Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan Kesiswaan (STP2K), Guru Bimbingan
Konseling (BK), ibu Kantin dan teman informan kunci. Observasi dilakukan di
kantin, warung mbak Yanti dan Strong Family dengan dokumen berupa tata tertib
peserta didik, rekapitulasi kehadiran dan status Blackberry Messanger (BBM)
peserta didik. Teknik pengambilan informan menggunakan purposive dan
validitas data diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik
analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi peserta didik
mengenai perilaku membolos yaitu sebagai hal yang biasa, wajar dan
menyenangkan apabila dilakukan bersama teman. Bentuk-bentuk perilakumembolos antara lain: membolos seharian penuh (mbolos) dan membolos parsial
(colut). Faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik berperilaku membolos dari
perspektif pelakunya antara lain: (1) Malas, (2) Fanatisme terhadap sepak bola, (3)
Permasalahan dengan keluarga atau teman, (4) Menghindari tugas, (5)
Menghindari atau bosan dengan pelajaran, (6) terlambat datang ke sekolah, (7)
Bullying, dan (8) Ajakan teman.
Simpulan dari penelitian ini adalah konstruksi sosial perilaku membolos di
kalangan peserta didik adalah sebagai hal yang biasa dan wajar. Perilaku
membolos dianggap biasa dan wajar karena telah mengalami pembiasaan
(habitualisasi) dan tipifikasi sehingga memperoleh sifat obyektif, yang selanjutnya
akan di internalisasi ke dalam diri individu sebagai realitas subyektif. Konstruksitersebut dipengaruhi oleh lingkungan teman, sekolah dan keluarga.
Kata kunci : Konstruksi, sosial, perilaku, membolos, sekolah
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
7/191
vii
ABSTRACT
Nining Lisnawati. NIM K8411052. SOCIAL CONSTRUCTION ON THETRUANT BEHAVIOR OF THE STUDENTS OF SMA NEGERI 6SURAKARTA. Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret
University Surakarta, June 2015.
The objective of this research is to find the perception, the types, and the
factors causing truant behavior of students. This research was carried out in SMA
Negeri 6 Surakarta with the students with truant behavior as the subject.
This research applied qualitative approach with phenomenology strategy.The data was obtained through deep interview, observation, and document. The
interview was conducted to 9 main informants,consisting of the students with
truant behavior, whether in the past or in the present present and to several
supporting informants as follows: the staff ofSatuan Tugas Pelaksana KegiatanKesiswaan (STP2K), the guidance and counseling teacher, the canteen keeper, and
the main informants friends. The observation was conductedat the canteen,
warung mbak Yantiand Strong Family with the document consisting the students
discipline book, the recapitulation of the presence list, and the students
Blackberry Messenger (BBM) statuses. This research applied purposive technique
in collecting the informants and the validity of the data was obtained from the
source triangulation and the method triangulation. The technique of analyzing the
data used was interactive analysis which consisted of the data collection, data
reduction, data display, and conclusion drawing.
The result of the research shows that the perception of the students about
truant behavior is a usual, common, and fun thing if it is done with friends. Thetypes of truant are school skipping (mbolos) and partial skipping (colut). Factors
causing the truant behaviors of the students viewed from the subjects perspective
are as follows: (1) laziness, (2) soccer fanaticism, (3) problems with family or
friends, (4) avoiding task, (5) avoiding lesson or boredom on certain lesson, (6)
coming late to the school, (7) bullying, and (8) friends invitation.
Based from the result of the research, it can be concluded that the social
construction on the truant behavior of the students is a usual and common thing.
Truant behavior is categorized as a usual and common thing because it has been
habituated and typified so that the objectivity is obtained, which is then being
internalized into the individual as the subjective reality. This construction is
affected by the environment including friends, school and family.
Key words : Social, construction, behavior, truant, school
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
8/191
viii
MOTTO
Niscaya Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Q.S. Mujadalah: 11)
Bila kamu tak tahan pahitnya belajar, maka kamu akan menanggung pahitnya
kebodohan
(Imam Syafii)
Waktu adalah hadiah terindah yang diberikan Tuhan, maka pergunakanlah dengan
bijak
(peneliti)
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
9/191
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu
Ku persembahkan karya ini untuk :
1. Orang tua saya, Bapak Sutoyo dan Ibu
Watiningsih yang telah mencintai dengan
setulus hati, mendukung dan mendoakan di
setiap langkah saya.
2. Nenek saya tercinta, Alm Ibu Samirah yang
telah merawat dan mengajarkan arti
kehidupan. Terima kasih telah menjadi nenek
terbaik dalam hidup saya.
3.
Orang Tua kedua saya, Bapak Martono dan
Ibu Juminem yang telah merawat semenjak
kecil. Terima kasih untuk kasih sayang,
semangat, dan doa yang tiada henti.
4. Kedua adik saya, Afifah Sintawati dan Agil
Tamam Saputra yang selalu menjadi
penyemangat di setiap langkah saya.
5. Almamater
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
10/191
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemulian. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU
MEMBOLOS DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6
SURAKARTA.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4.
Dr.rer.nat. Nurhadi, S.Ant., M.Hum., selaku Pembimbing I dan Atik Catur
Budiati, S. Sos, M. A., selaku pembimbing II yang selalu memberikan
motivasi, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.
5.
Drs. Haryono M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa Program Pendidikan
Sosiologi Antropologi.
6. Kepala SMA Negeri 6 Surakarta yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
7. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 6 Surakarta yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
11/191
xi
8.
Peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta, khusunya para Informan yang telah
bersedia meluangkan waktu demi membantu melancarkan pengerjaan skripsi
ini.
9.
Rindang Lesdian Safitri yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-temanku tersayang di U.S.A (United Sari Asih), Nia, Kiki, Ipul dan
Intan. Terimakasih untuk kebersamaan, keceriaan, kekonyolan dan dukungan
kalian selama ini.
11.Sahabat-sahabatku Uluners (Erwina, Dian, Desra, Reni, Anita, Dyah, Ratih,
Bachtiar dan Najib), terima kasih untuk dukungan, canda tawa dan pelajaran
hidup yang telah kalian beri selama ini.
12.Terima Kasih kepada Imung, Esti, Pong Vera, Anton dan Ganda yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk Sahabatku Nurul F
dan Gebang, terimakasih atas semangat dan motivasi yang telah diberikan.
13.Teman-teman seperjuanganku, Pendidikan Sosiologi Antropologi 2011 yang
telah memberikan warna dan kecerian selama ini.
14.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu tegur sapa yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan karya tulis berikutnya.
Surakarta, 17 Juni 2015
Peneliti
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
12/191
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................ vi
HALAMAN ABSTRACT ......................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D.
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian yang Relevan ........................................ 6
1.
Perilaku Membolos ............................................................................... 6
a. Tinjauan tentang Perilaku Membolos ............................................ 6
b. Tinjauan Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Membolos ................. 8
1) Faktor Internal ........................................................................ 8
2) Faktor Eksternal ...................................................................... 10
2. Konstruksi Sosial Perilaku Membolos .................................................. 14
B.
Penelitian yang Relevan ............................................................................... 20
C.
Kerangka Berfikir ........................................................................................ 21
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
13/191
xiii
Halaman
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 23
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 23
B.
Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................. 24
C. Data dan Sumber Data ................................................................................. 25
D. Teknik Sampling (Cuplikan)........................................................................ 27
E.
Pengumpulan Data ....................................................................................... 28
F. Uji Validasi Data.......................................................................................... 30
G. Analisis Data ................................................................................................ 32
H.
Prosedur Penelitian ...................................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 36
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 36
B.
Deskripsi Temuan Penelitian ....................................................................... 41
1. Persepsi Membolos di Kalangan Peserta Didik .................................... 43
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik .......... 49
a. Mbolos ........................................................................................... 49
b.
Colut .............................................................................................. 56
3. Faktor-Faktor Penyebab Peserta Didik Berperilaku Membolos ........... 63
a.
Malas .............................................................................................. 63
b. Fanatisme terhadap Sepak Bola ..................................................... 66
c.
Permasalahan dengan Keluarga atau Teman ................................. 68
d. Menghindari Tugas ........................................................................ 71
e. Menghindari atau Bosan dengan Pelajaran .................................... 72
f.
Terlambat datang ke Sekolah ......................................................... 74
g. Bullying ......................................................................................... 75
h. Ajakan Teman ................................................................................ 77
C. Temuan Hasil Penelitian dihubungkan dengan Kajian Teori ...................... 79
1. Konstruksi Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik ................. 79
2. Pengaruh Lingkungan Sosial (Teman, Sekolah, Keluarga) terhadap
Konstruksi Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik ................. 81
3.
Mbolos dan Colut sebagai Hal yang Biasa ........................................... 87
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
14/191
xiv
Halaman
4. Internalisasi Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik ............... 91
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................................... 94
A.
Simpulan ...................................................................................................... 94
B. Implikasi ...................................................................................................... 94
C. Saran ............................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 98
LAMPIRAN
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
15/191
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data kasus membolos sekolah peserta didik SMA N 6 Surakarta ....................... 3
3.1 Jadwal kegiatan penelitian ................................................................................... 23
4.1 Jumlah Peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta.................................................... 38
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
16/191
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 22
3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ........................................ 33
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
17/191
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.
Data Ketidakhadiran Peserta Didik .................................................................. 101
2. Pedoman Wawancara........................................................................................ 102
3. Field note .......................................................................................................... 106
4.
Hasil Observasi ................................................................................................. 162
5. Foto ................................................................................................................... 167
6. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ..................................................... 169
7.
Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian .................................................. 173
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
18/191
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membolos merupakan fenomena yang kerapkali ditemui dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Membolos sekolah seakan menjadi suatu hysteria massal
yang selalu muncul dan belum terselesaikan. Hal ini terlihat dari temuan Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di berbagai daerah yang seringkali merazia
peserta didik yang membolos sekolah. Tim gabungan yang terdiri dari Satpol PP,
Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi (Dishubinfokom), Dinas
Pendidikan (Disdik), Polres dan Kodim 1726 Sukoharjo pada tanggal 12 Mei
2014 menangkap 8 peserta didik yang membolos sekolah. Peserta didik tersebut
terdiri dari 5 peserta didik SMA dan 3 SMP yang ditangkap ketika sedang
bermain internet di Warnet daerah Kartasura dan Baki. Mereka dilepaskan setelah
mendapat pembinaan dari petugas agar tidak mengulangi perbuatan membolos
(Solopos.com, edisi 13 Mei 2014).
Sebulan setelah itu, yakni pada tanggal 17 Juni 2014 Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Sukoharjo menangkap 35 peserta didik dari jenjang SMP, SMA
dan SMK yang membolos. Peserta didik yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan
13 orang perempuan ini terjaring razia ketika sedang bermain di warung internet
dan tempat wisata Waduk Mulur. Mereka diperbolehkan pulang setelah mendapat
peringatan keras dan membuat surat pernyataan. Menurut Sutarmo, kepala Satpol
PP Sukoharjo razia dilakukan karena masyarakat merasa resah dengan aktivitas
peserta didik yang membolos bahkan melakukan tindakan-tindakan mesum di
warnet-warnet wilayah kecamatan Sukoharjo dan Bendosari (Solopos.com, edisi
17 Juni 2014).
Kasus serupa terjadi pula di kota Solo, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP) kota Solo menangkap 16 peserta didik yang membolos. Peserta didik tersebut
tertangkap ketika sedang bermain game online di warung internet dan rumah
makan di daerah Jagalan. Mereka yang terjaring razia adalah peserta didik SMK
dan SMP di kota Solo (Solopos.com, edisi 4 September 2014).
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
19/191
2
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wenny Graciani (2011),
perilaku membolos disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri sendiri, diantaranya:
malas mengikuti pelajaran dikelas, tidak suka pada mata pelajaran dan guru
pelajaran tertentu, belum mengerjakan tugas atau PR, tidak memiliki alat
transpotasi ke sekolah, masalah keluarga dan terlambat masuk sekolah.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri sendiri, seperti
pola asuh orang tua, teman sebaya dan sekolah. Berdasarkan penelitian tersebut
ditemukan jika perilaku membolos berdampak terhadap diri sendiri. Perilaku
membolos sekolah secara tidak langsung memberikan dampak terhadap prestasi
belajar, yaitu nilai ulangan yang buruk maupun ancaman tidak naik kelas. Peserta
didik yang membolos akan mendapatkan cap sebagai anak nakal dari guru dan
teman-temannya sebagai bentuk sanksi moral yang harus diterima.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wenny Graciani (2011) tentang
perilaku membolos didukung oleh data bahwa peserta didik yang membolos
memiliki alasan dan latarbelakang yang berbeda-beda. Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Kendal merazia 20 pelajar yang sedang berada di warnet dan
bermain playstation pada saat jam sekolah. Mereka membolos dikarenakan malas
belajar, ingin bersantai, dan menghindari razia rambut yang diadakan oleh pihak
sekolah (Kompas.com, edisi 22 September 2014). Kejadian serupa terjadi pula di
Semarang, Polsek Semarang menangkap 8 peserta didik yang bermain di kawasan
Pleret, Banjir Kanal Barat pada waktu jam sekolah. Peserta didik yang tertangkap
terdiri dari 2 pelajar SMP dan 6 pelajar SMK ini memilih membolos untuk
menghindari hukuman pihak sekolah. Menurut salah seorang peserta didik, ia
membolos karena malas dihukum lari-lari jika terlambat datang ke sekolah
(Detik.com, edisi 8 September 2014).
Perilaku membolos dikalangan peserta didik dijumpai pula di SMA Negeri
6 Surakarta. Berdasarkan hasil studi dokumentasi menunjukkan bahwa, dalam
kurun waktu 3 bulan telah terjadi 360 kasus membolos sekolah dikalangan
peserta didik, seperti yang terlihat dalam tabel 1.1. Namun tidak semua peserta
didik SMA Negeri 6 Sukararta berperilaku membolos sekolah. Perilaku membolos
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
20/191
3
sekolah terkadang dilakukan peserta didik yang sama secara berulang kali. Selama
3 bulan terdapat 269 peserta didik yang pernah membolos sekolah. Peserta didik
yang membolos sekolah tersebut terdiri dari 108 peserta didik kelas X, 71 kelas
XI dan 90 kelas XII. Dalam hal ini jika diprosentasekan, berarti 32,33% dari 832
peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta pernah membolos sekolah.
Tabel 1.1 Data kasus membolos sekolah peserta didik SMA N 6 Surakarta
No Bulan Jumlah
Agustus September Oktober
1 X 33 kasus 78 kasus 24 kasus 135 kasus
2 XI 38 kasus 39 kasus 14 kasus 91 kasus
3 XII 34 kasus 46 kasus 54 kasus 134 kasus
105 kasus 163 kasus 92 kasus 360 kasus
Sumber : olah data dari rekapitulasi kehadiran peserta didik, 2014
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa angka membolos sekolah di
SMA Negeri 6 Surakarta cenderung fluktuatif, dalam artian mengalami kenaikan
maupun penurunan. Pada bulan Agustus terdapat 105 kasus membolos sekolah
dikalangan peserta didik. Pada bulan berikutnya terjadi peningkatan 58 kasus
membolos sekolah, yang semula 105 kasus meningkat menjadi 163 kasus.
Perilaku membolos sekolah mengalami penurunan di bulan Oktober, dari 163
kasus turun menjadi 92 kasus. Ketidakstabilan tersebut mengindikasikan jika
persoalan membolos sekolah dikalangan peserta didik belum dapat terselesaikan
secara maksimal.
Berbeda dengan data diatas, hasil pra observasi yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa tidak semua perilaku membolos yang dilakukan peserta
didik berupa ketidakhadiran di sekolah seharian penuh. Perilaku membolostersebut beragam, seperti meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas dan
meninggalkan kelas pada jam-jam pelajaran tertentu. Keberagaman tersebut
karena adanya latar belakang dan pandangan yang berbeda-beda mengenai
perilaku membolos. Pada umunya peserta didik yang berperilaku membolos
cenderung termotivasi untuk mengulangi perilaku membolosnya. Peraturan dan
sanksi yang diberlakukan belum sepenuhnya mampu membuat peserta didik jera,
kalaupun mereka jera hanya bersifat sementara. Untuk itu perlu dilakukan
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
21/191
4
penelitian guna mengetahui bagaimana konstruksi sosial perilaku membolos
dikalangan peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU
MEMBOLOS DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6
SURAKARTA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana persepsi perilaku membolos di kalangan peserta didik SMA
Negeri 6 Surakarta?
2. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku membolos di kalangan peserta didik
SMA Negeri 6 Surakarta?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan perilaku membolos di kalangan peserta
didik SMA Negeri 6 Surakarta dari perspektif pelakunya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persepsi membolos di kalangan peserta didik SMA
Negeri 6 Surakarta.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku membolos di kalangan peserta
didik SMA Negeri 6 Surakarta.
3.
Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku membolos di kalangan peserta
didik SMA Negeri 6 Surakarta dari perspektif pelakunya.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
22/191
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan
yang mendalam tentang penerapan teori konstruksi sosial dalam
mengkaji perilaku membolos di kalangan peserta didik.
b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
sekolah untuk menerapkan peraturan dan pemberlakuan sanksi
yang tepat bagi peserta didik yang membolos.
b.
Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan mampu menggugah semangat guru untuk
mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
sehingga peserta didik merasa nyaman dan tidak membolos.
c.
Bagi Peserta Didik
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk menghindari perilaku membolos sekolah dan
mengembangkan perilaku disiplin.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
23/191
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Perilaku Membolos
a. Tinjauan tentang Perilaku Membolos
Perilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai suatu hal yang di
inginkan, dengan kata lain perilaku merupakan suatu tindakan yang dimotivasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku adalah hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan
reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam
dirinya. Reaksi tersebut dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap)
maupun aktif, seperti melakukan tindakan (Sarwono, 2004: 1).
Pareto dalam Veeger (1990: 71) menyatakan bahwa kehidupan
bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan anggota-anggota individual di
dalamnya. Ia melanjutkan bahwa anggota-anggota individual tersebut merupakan
the material points or moleculesdari sistem yang disebut masyarakat. Masyarakat
terdiri dari perilaku manusia dan sebagaian besar dari perilaku tersebut selalu
bergerak secara otomatis.
Pareto membagi perilaku manusia menjadi yang logis dan non logis.
Perilaku logis berkesesuaian dengan rasionalitas, dalam artian perilaku yang
secara logis dilakukan berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Langkah-
langkah yang diambil dalam perilaku logis ini secara obyektif sesuai dengantuntutan-tuntutan rasional demi tercapainnya tujuan. Perilaku non logis
merupakan perilaku yang tidak berkesuaian dengan penalaran logis (irasional),
dalam artian tidak berpedoman secara rasional terhadap tujuan yang hendak
dicapai. Langkah-langkah yang diambil dalam perilaku non logis tidak sesuai
dengan tuntutan rasional demi tercapainnya tujuan (Richard, 1990: 37-38).
Berbeda halnya dengan Pareto, Skiner dalam Walgito (2003) membedakan
perilaku menjadi perilaku alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
24/191
7
behavior). Perilaku alami (innate behavior) merupakan perilaku yang dibawa
sejak organisme dilahirkan, seperti insting dan refleks. Perilaku operan (operant
behavior) adalah perilaku yang dibentuk, dipelajari dan dapat dikendalikan,
karena itu dapat berubah melalui proses belajar.
Kata perilaku hanya digunakan untuk perbuatan manusia yang mempunyai
arti bagi pelakunya. Kesadaran dari arti apa yang dibuat merupakan ciri hakiki
manusia. Tanpa kesadaran suatu perbuatan tidak dapat disebut sebagai perilaku
manusia. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Max Weber yang menyatakan
bahwa :
Realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subyektif,
karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Perilaku akan menjadi
sosial kalau yang dimaksud subjektif dari perilaku itu membuat individu
mengarahkan dan memperhitungkan kelakuan orang lain dan
mengarahkan kepada subjektif itu. Perilaku itu menunjukkan kepastian
kalau menunjukkan keseragaman dengan perilaku pada umumnya dalam
masyarakat (Bungin, 2011: 192).
Pelaku individual cenderung mengarahkan perilakunya kepada penetapan-
penetapan atau harapan-harapan tertentu yang merupakan kebiasaan umum di
dalam masyarakat. Bagi Weber kehidupan bersama dipandang sebagai strategi
yang disusun oleh individu-individu yang bertindak secara sadar dan rasional.
Individu selalu mencari cara untuk menyesuaikan diri guna menghindari
konsekuensi-konsekuensi negatif atau merencanakan tindakannya agar
konsekuensi negatif tidak timbul apabila ia tidak sepaham / setuju dengan nilai-
nilai yang melatarbelakangi suatu penetapan umum (Veeger, 1990: 172).
Membolos menurut Robins and Ratcliff adalah ketidakhadiran di sekolah
tanpa alasan yang dapat diterima, dimana belum tentu orang tua mengetahui dan
menyetujuinya. Hal tersebut terlihat dari pendapatnya sebagai berikut : truancy
asabsence from school without an acceptable reason, whether or not the parents
know and approve (Coventry, Cornish, Cooke & Vinall, 1984: 2).Sedangkan
Scroll (1990) menyatakan bahwa: truancy as absence from school for no
legitimate reason (Malcolm, Wilson, Davidson & Kirk, 2003: 4). Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa membolos adalah absen dari sekolah
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
25/191
8
tanpa alasan yang sah. Dalam artian peserta didik tidak hadir di sekolah dengan
alasan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Perilaku membolos bukan hanya ketidakhadiran di sekolah secara penuh,
melainkan dapat pula ketidakhadiran pada mata pelajaran tertentu, seperti yang
disampaikan oleh Kinder, Wakefield and Wilkin (1996) sebagai berikut:note that
post-registration truants were not necessarily absent from school, but sometimes
remained lurking within sound of the school bell so they could attend those
lessons which interested them and avoid others(Malcolm, et al., 2003: 4).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa membolos tidak selalu
absen dari sekolah, tetapi terkadang tinggal bersembunyi didalam sekolah
sehingga mereka dapat menghadiri pelajaran yang disukainya dan menghindari
yang lainnya. Dalam hal ini berarti membolos bukan hanya tidak masuk sekolah,
melainkan terkadang masih berada di sekolah untuk mengikuti pelajaran yang
disukainya dan bersembunyi guna menghindari pelajaran yang tidak disukai.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jika perilaku membolos
adalah tindakan dalam bentuk ketidakhadiran peserta didik di sekolah dengan
alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan maupun ketidakhadiran peserta
didik pada mata pelajaran tertentu di dalam kelas. Perilaku membolos tergolong
dalam perilaku operan (operan behaviour), dimana perilaku tersebut bukanlah
berdasarkan insting namun dipelajari melalui proses belajar (pembiasaan).
b. Tinjauan faktor-faktor penyebab perilaku membolos
Perilaku membolos di kalangan peserta didik disebabkan oleh 2 hal yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
diri sendiri sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan
peserta didik. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut :
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik
itu sendiri. Peserta didik SMA dengan rata-rata usia 16-18 tahun merupakan
individu yang berada pada masa remaja. Menurut Zulkifli (1993: 63), masa
remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini individu
mengalami banyak perubahan fisik dan psikis. Terjadinya perubahan psikis
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
26/191
9
(kejiwaan) menimbulkan kebingungan dikalangan remaja. Hal tersebut
dikarenakan mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga
mudah menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku di kalangan
masyarakat.
Remaja ditandai dengan perkembangan mental yang belum stabil. Pada
Umumnya remaja cenderung melakukan perbuatan untuk mencari identitas diri
serta ingin menunjukkan kemampuannya kepada orang lain. Pengertian identitas
sosial menurut James Marcia & Waterman dalam Yusuf (2006: 201) adalah
sebagai berikut:
Identitas diri merupakan pengorganisasian atau pengaturan dorongan-
dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam
citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan
mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan
filsafat hidup. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan
pilihan atau merasa tidak mampu memilih, maka ia akan mengalami
kebingungan.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, remaja
akan kehilangan arah. Dampaknya, remaja akan mengembangkan perilaku yang
menyimpang (deliquent) seperti membolos, melakukan kriminalitas atau menutup
diri (mengisolasi diri) dari masyarakat.
Masa remaja merupakan masa yang sulit, karena statusnya yang kabur
bagi dirinya sendiri maupun lingkungan. Menurut Conny Semiawan dalam Ali
dan Asrori (2004: 67) mengatakan bahwa : remaja ibaratnya terlalu besar untuk
serbet dan terlalu kecil untuk taplak meja, artinya remaja sudah bukan anak-anak
lagi tetapi juga belum dewasa. Pada masa ini biasanya ditandai dengan energi
yang besar, emosi yang berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum
sempurna. Hal demikian menyebabkan remaja mengalami perasaan tidak aman,
tidak tenang dan khawatir kesepian.
Remaja dikatakan sebagai individu yang tengah berkembang ke arah
kematangan dan kemandirian. Syamsu Yusuf (2004: 209) mengatakan bahwa
proses perkembangan individu tidakselalu mulus atau steril dari masalah.
Dengan kata lain prosesperkembangan tidak selalu lurus atau searah dengan
potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat. Salah satu
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
27/191
10
permasalahan yang dialami dalam perkembangan remaja adalah perilaku
membolos yang merupakan salah satu dampak dari gagalnya pengembangan
identitas diri pada remaja. Remaja yang berperilaku membolos pada umumnya
kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan tingkah laku sendiri dan
meremehkan keberadaan orang lain, termasuk peraturan yang ada.
Dorothy Keither (dalam Kartini Kartono, 1991: 80-82) mengatakan bahwa
sebab membolos yang berasal dari dalam diri sendiri adalah takut akan kegagalan
dan perasaan ditolak. Takut akan kegagalan yang dimaksud adalah keyakinan
anak mengenai ketidakberhasilan dirinya di sekolah yang disebabkan karena
berbagai hal seperti kesulitan dalam belajar maupun ketidakmampuan beradaptasi
dengan lingkungan. Sehingga mereka merasa gagal, malu, merasa tidak berharga
serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut. Sedangkan perasaan
ditolak yang dimaksudkan adalah anak-anak merasa ditolak, tidak diperhatikan
atau diacuhkan, tidak pernah diajak bermain, maupun tidak pernah dipilih dalam
kelompok oleh teman-teman sekelasnya. Anak-anak yang merasa tidak di
inginkan atau tidak diterima dikelasnya baik oleh guru maupun teman cenderung
mencari-cari alasan untuk menghindari sekolah.
Perilaku membolos di kalangan peserta didik memiliki keterkaitan dengan
proses perkembangan remaja dalam upaya pencapaian kematangan dan
kemandirian identitasnya. Hal tersebut dikarenakan dalam proses perkembangan
pencapaian kematangan dan kemandirian identitas tidaklah selalu berjalan dengan
mulus tanpa ada hambatan / masalah, dimana salah satu dari masalah tersebut
adalah perilaku membolos. Selain itu berkaitan pula dengan perasaan takut akan
kegagalan dan di tolak yang berasal dari dalam diri peserta didik tersebut.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan peserta
didik, antara lain: keluarga, sekolah dan teman sebaya. Ketiga lingkungan tersebut
merupakan agen sosialisasi pada individu, baik sosialisasi primer maupun
sekunder. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut:
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
28/191
11
a)
Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil yang memiliki peranan
penting dan menjadi dasar hubungan psikososial anak dalam konteks sosial yang
lebih luas. Di dalam keluarga ini individu mengalami sosialisasi primer, yaitu
sosialisasi yang pertama yang dialami individu dalam masa kanak-kanak yang
dengan itu ia menjadi anggota masyarakat (Peter L Berger, 2013: 178). Melalui
proses sosialisasi tersebut individu belajar untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Ia mengalami proses dan mempelajari bagaimana melaksanakan kewajiban dan
menuntut hak dari suatu peran serta sikap, perasaan dan harapan yang sesuai
dengan peran tersebut.
Remaja merupakan individu yang telah memperoleh sosialiasi primer serta
mengalami perkembangan, baik secara fisik, kognitif, emosi maupun sosial.
Relasi remaja dengan orang memiliki pengaruh terhadap perkembangan remaja.
Hal tersebut dikarenakan relasi dengan orang tua pada masa remaja memiliki
fungsi adaptif yang menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat
menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru serta suatu dunia sosial
dengan sehat. Remaja yang memiliki hubungan nyaman dan harmonis dengan
orang tuanya cenderung memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang
lebih baik. Sebaliknya, relasi yang tidak nyaman dan harmonis cenderung
menimbulkan perasaan penolakan, rendahnya daya tarik sosial, kecemasan
maupun depresi pada remaja sebagai akibat masa transisi dari kanak-kanan ke
masa dewasa (Desmita, 2011: 223).
Akibat yang ditimbulkan dari relasi yang tidak nyaman dan harmonis
menyebabkan remaja mengalami masalah dalam perkembangannya. Salah satu
masalah dari perkembangan remaja tersebut adalah membolos. Keadaan emosi
yang belum stabil serta ketidaknyamanan remaja berada dirumah membuatnya
cenderung berperilaku sesuai dengan suasana hati tanpa berpikir panjang. Ia
melampiaskan perasaan yang dialaminya dengan membolos untuk memperoleh
kepuasan dan perhatian dari orang lain.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
29/191
12
b)
Sekolah
Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam
kehidupan manusia. Sekolah menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan
keluarga seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang
sekolah (Damsar, 2012: 72). Hal tersebut dikarenakan anak cenderung lebih
banyak menghabiskan sebagain besar waktunya di sekolah untuk menimba ilmu.
Di sekolah seorang anak belajar kemandirian lebih intensif dari pada di keluarga.
Sekolah memiliki peranan yang penting dalam pengembangan kepribadian
anak. Menurut Hurlock, peranan sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian siswa, baik cara berfikir, bersikap maupun
berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan guru berperan
sebagai subtitusi orang tua (Yusuf, 2006: 54). Dengan demikian terlihat jelas
peran sentral sekolah sekaligus guru dalam perkembangan peserta didik sebagai
manusia remaja guna mencapai kematangan dan kemandirian identitasnya.
Peserta didik SMA menghabiskan hampir sepertiga waktunya untuk berada
di sekolah. Berbagai peristiwa yang dialaminya disekolah mempengaruhi
perkembangannya, seperti perkembangan identitas, kompetensi diri, hubungan
sosial serta norma-norma yang harus dipatuhi. Dengan demikian sekolah
memainkan peranan yang penting dalam perkembangan peserta didik, seperti
yang dijelaskan oleh Desmita (2011) sebagai berikut :
sebagai anggota suatu komunitas kecil (a mini society) yang disebut
sekolah, anak dihadapkan pada sejumlah tugas dan keharusan untuk
mengikuti sejumlah aturan yang membatasi perilaku, perasaan dan sikap
mereka. Melalui interkasinya di sekolah anak dapat mengembangkan
kemampuan kognitif, keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentangdunia dan mengembangkan identitas dirinya.
Berkaitan dengan hal tersebut sekolah dituntut menciptakan iklim yang
dapat memfasilitasi siswa mencapai tugas perkembangannya. Upaya sekolah
dalam memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa akan berjalan dengan baik
apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat dan
efektif. Suasana sekolah yang sehat dan efektif membuat peserta didik merasa
nyaman dan termotivasi untuk belajar maupun menaati tata tertib yang ada.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
30/191
13
Sebaliknya, suasana sekolah yang tidak sehat membuat peserta didik menjadi
tidak nyaman, mudah melanggar aturan, gugup dan segan untuk belajar.
Guru yang merupakan subtitusi dari orang tua memiliki peranan sentral
dalam kehidupan remaja. Guru memiliki keterkaitan dengan keberhasilan maupun
kegagalan peserta didik dalam proses perkembangannya. Keberhasilan atau
kegagalan remaja di sekolah ditentukan oleh interaksi mereka dengan guru.
Selama remaja mendapat penguatan yang positif dari guru, maka mereka akan
merasa berhasil dan senang berada di sekolah (Desmita, 2011: 234). Suasana
sekolah yang kurang kondusif dan efektif serta tidak adanya dukungan dari guru
menjadikan peserta didik malas untuk belajar dan berada disekolah, sehingga hal
tersebut menyebabkan peserta didik membolos.
c) Teman Sebaya
Dalam perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai pula dengan
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Kelompok teman
sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang penting
dalam perkembangan kepribadiannya. Setelah keluarga dan sekolah, kelompok
teman sebaya menjadi rujukan (reference group) dalam mengembangkan sikap
dan perilaku bagi remaja. Heslin dalam Damsar (2012: 75) mengemukakan
bahwa:
kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk
di dalamnya. Hampir tidak mungkin orang melawan kelompok teman
sebaya yang peraturan utamanya adalah konformitas atau penolakan.
Seseorang yang tidak melakukan apa yang dilakukan orang lain disebut
orang luar / bukan anggota. Sebagai akibatnya standart kelompok teman
sebaya cenderung mendominasi kehidupan remaja.
Apabila kelompok teman sebaya yang dimiliki remaja cenderung
berperilaku positif, maka anggotanya akan berperilaku postif pula. Sebaliknya,
apabila kelompok sebaya berperilaku negatif, maka anggotanya cenderung
berperilaku negatif pula.
Bagi remaja kelompok teman sebaya merupakan gambaran dirinya, dimana
mereka cenderung memilih teman yang memiliki kemiripan nilai dengan dirinya.
Peserta didik yang bergaul dengan kelompok sebaya yang cenderung melanggar
norma seperti membolos maka kemungkinan besar ia pun akan berperilaku
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
31/191
14
demikian. Remaja dengan solidaritas yang kuat cenderung akan menerima dari
pada menolak ajakan temannya, termasuk ajakan untuk membolos. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Wilson dan Braithwaite (1977) mengenai membolos
sekolah di Australia. Hasil penelitian tersebut mengidentifikasikan bahwa
membolos sekitar tiga kali lebih mungkin dilakukan bersama dengan teman
daripada sendirian. Sedangkan Carrol dan Mitchel mengemukan bahwa:
Peer group pressures have been found to operate both within the same
school and across schools. Friends from the same community who attend
different schools may truant at the same time, indicating that peer group
attachments for some youth are not restricted to those observed in a
particular school or year level (Coventry, et al., 1984: 35).
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tekanan kelompok sebaya telah
ditemukan baik dalam satu sekolah yang sama maupun sekolah yang berbeda.
Teman sebaya yang berasal dari satu komunitas walaupun berbeda sekolah
dimungkinkan dapat membolos di waktu yang bersamaan, hal ini menunjukkan
bahwa pengamatan tidak terbatas pada sekolah dan level umur tertentu. Dalam
artian peserta didik yang membolos bukan hanya dari sekolah yang sama,
melainkan dimungkinkan pula peserta didik yang berasal dari sekolah yang
berbeda membolos bersama.
2. Konstruksi Sosial Perilaku Membolos
Konstruksi kenyataan sosial (social reality construction) merupakan istilah
yang digunakan Berger & Luckman untuk menggambarkan proses dimana
melalui interaksinya individu menciptakan secara terus-menerus suatu kenyataan
yang dimiliki bersama, yang dialami secara faktual obyektif dan penuh arti secarasubyektif. Semua pengetahuan mengenai fakta obyektif dalam dunia kenyataan
diwarnai oleh lingkungan sosial dimana pengetahuan itu diperoleh, ditransmisikan
atau dipelajari (Johnson, 1994: 68). Pada akhirnya proses-proses sosial tersebut
sangat mempengaruhi pikiran dan struktur kesadaran subjektif individu. Dengan
demikian akan dapat diperoleh gambaran mengenai kenyataan dengan
menghubungkan antara pengetahuan individu dengan pola-pola interaksi dimana
mereka terlibat.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
32/191
15
Manusia adalah aktor yang kreatif dalam dunia sosialnya. Dalam artian
tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan dan
nilai-nilai dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup dalam fakta sosial yaitu
tindakan yang menggambarkan struktur dan pranata sosial. Dalam hal ini individu
menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi sesuai kehendaknya. Ia
bukanlah manusia korban fakta sosial, namun mesin produksi sekaligus
reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi realitas sosial (Bungin, 2011: 191).
Berger dalam Poloma (2013: 299) menyatakan bahwa realitas sosial eksis dengan
sendirinya, dimana dunia sosial tergantung pada manusia dan subyeknya. Perilaku
membolos merupakan realitas dalam kehidupan sehari-hari yang keberadaanya
tergantung kepada para pelakunya sebagai pencipta realitas tersebut.
Perilaku membolos merupakan bagian dari realitas sosial dalam kehidupan
sehari-hari yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Hidayat (1999: 39) dalam
Burhan Bungin (2001: 3) menjelaskan bahwa realitas merupakan konstruksi
sosial yang diciptakan oleh individu. Hal ini berarti kebenaran suatu realitas
bersifat nisbi, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku
sosial, yang dalam hal ini adalah konstruksi perilaku membolos di kalangan
peserta didik.
Dalam teori konstruksi sosial, realitas atau kenyataan dibangun secara
sosial melalui pengetahuan dan pengalaman individu. Hal ini berarti kenyataan
atau realitas dan pengetahuan adalah istilah kunci dalam teori konstruksi sosial.
Peter L Berger & Thomas Luckman (2013: 1) menjelaskan bahwa,
Realitas atau kenyataan merupakan suatu kualitas yang terdapat dalam
fenomena, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantungkepada kehendak manusia. Sedangkan pengetahuan diartikan sebagai
kepastian bahwa berbagai fenomena tersebut nyata dan memiliki
karakteristik yang spesifik
Realitas atau kenyataan sosial tersirat dalam pergaulan sosial, yang
diungkapkan secara sosial lewat berbagai tindakan sosial seperti berkomunikasi
lewat bahasa, bekerja sama lewat bentuk-bentuk organisasi sosial. Kanyataan
sosial yang demikian ditemukan dalam pengalaman intersubyektif (Berger &
Luckman, 2013: xv). Dalam hal ini pengalaman intersubyektif merupakan
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
33/191
16
pengalaman bersama yang diperoleh dari lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
interaksi antar individu. Dengan kata lain intersubyektivitas menunjukkan struktur
kesadaran umum ke kesadaran individual dalam suatu kelompok yang sedang
saling berintegrasi dan berinteraksi. Melalui intersubyektifitas tersebut dapat
dijelaskan bagaimana kehidupan masyarakat dibentuk secara terus-menerus.
Kehidupan sehari-hari merupakan kenyataan yang ditafsirkan oleh
masyarakat serta memiliki makna subyektif bagi mereka sebagai satu dunia yang
saling berhubungan. Ia merupakan satu dunia yang berasal dari pikiran dan
tindakan-tindakan manusia, yang dipelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan
tindakan. Dunia tersebut tidak hanya nyata melainkan juga bermakna, dimana
kebermaknaanya adalah subyektif. Dalam artian, dianggap benar atau salah
tergantung sebagaimana yang dipersepsi individu. Dasar pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari merupakan pengobjektifan dari proses-proses (dan makna-
makna subjektif) dengan mana dunia intersubjektif dibentuk (Berger &
Luckmann, 2013: 28-29).
Pengetahuan membimbing perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Berger & Luckman (2013: 33), pengetahuan adalah hal yang dipunyai
bersama-sama dengan orang lain dalam kegiatan rutin dan normal dan sudah jelas
dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Pengetahuan
merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer
kepada individu lain yang pasif. Hal demikian menyebabkan konstruksi harus
dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah
sarana terjadinya konstruksi sosial tersebut (Bungin, 2011: 194).
Dalam hal ini berarti individu-individu sendiri yang membangun
konstruksi dalam masyarakat, sehingga pengetahuan dan pengalaman individu
tidak terlepas dari konstruksi masyarakatnya yang dipengaruhi pula oleh
lingkungan sebagai sarana sosialisasinya. Jadi, konstruksi sosial merupakan
pandangan yang dibentuk oleh individu yang kemudian diadopsi oleh individu
lain sebagai realitas kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari realitas bukan hanya tunggal, namun bersifat
ganda. Menurut Berger, realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi obyektif
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
34/191
17
dan subyektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial
yang objektif melalui eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui
proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subyektif) (Poloma, 2013: 302).
Realitas sosial yang obyektif dapat dilihat dalam hubungannya dengan lembaga-
lembaga sosial, dimana harus dilihat sehubungan dengan eksternalisasi.
Eksternalisasi-obyektivikasi-internalisasi merupakan 3 moment yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dalam melihat konstruksi sosial atas realitas. Hal ini
dikarenakan proses-proses tersebut saling berkaitan satu-sama lain.
Perilaku membolos merupakan realitas sosial yang dikonstruksi melalui
proses dialektika yang simultan dalam 3 moment, antara lain: (1) eksternalisasi
(penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, (2)
Objektifikasi yang merupakan interaksi dalam dunia intersubyektif, dan (3)
internalisasi yang merupakan proses yang mana individu mengidentifikasi dirinya
dengan lembaga / organisasi sosial dimana ia menjadi anggotanya (Berger, 2013:
xx; Bungin, 2011: 83).
Eksternalisasi yang merupakan penyesuaian diri dengan dunia
sosiokultural, pada hakikatnya adalah pencurahan atau ekspresi diri manusia
kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ekternalisasi
merupakan bagian penting dalam kehidupan individu, seperti yang dijelaskan
Berger (2013: 71) berikut ini:
..........eksternalisasi itu sendiri merupakan suatu keharusan antropologis
yang berakar dari perlengkapan biologis manusia. Keberadaan manusia
tidak mungkin berlangsung dalam suatu lingkungan interioritas yang
tertutup dan tanpa gerak. Keberadaan manusia harus terus-menerus
mengeksternalisasi diri dalam aktivitas.Hal ini dapat diartikan bahwa kedirian manusia harus terus mencurahkan
keberadaannya melalui aktivitas. Dengan demikian ekternalisasi merujuk pada
kegiatan kreatif manusia dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. Dunia manusia
memang merupakan dunia yang dibentuk oleh aktivitas manusia sendiri, ia harus
membentuk dunianya sendiri dalam hubungannya dengan dunia. Karena
merupakan konstruksi manusia, maka sifatnya tidak stabil dan memiliki
kemungkinan untuk berubah.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
35/191
18
Objektifikasi yang merupakan interaksi dalam dunia intersubyektif, pada
dasarnya adalah hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan
eksternalisasi manusia (Ngangi, 2011: 2). Objektifikasi masyarakat meliputi
beberapa unsur, seperti institusi, peranan dan identitas. Institusi / kelembagaan
berasal dari pembiasaan (habitualisasi) atas aktivitas manusia. Setiap tindakan
yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi pola. Pembiasaan yang
dipahami sebagai pola dapat dilakukan kembali dimasa yang akan datang dengan
cara yang sama maupun dengan inovasi. Proses-proses pembiasaan selalu
mendahului pelembagaan, dimana individu cenderung berperilaku sesuai dengan
pengalamannya. Pelembagaan terjadi apabila ada tipifikasi yang timbal balik dari
tindakan-tindakan yang terbiasakan berbagai tipe pelaku. Lembaga-lembaga sosial
mengendalikan perilaku manusia dengan jalan membuat pola-pola yang telah
didefinisikan terlebih dahulu. Pola-pola tersebut yang kemudian mengontrol dan
melekat pada kelembagaan (Berger & Luckman, 2013: 75-79).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, objektifikasi berasal
dari pembiasaan dan tipifikasi aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan bersama,
yang pada akhirnya akan mengalami penyempurnaan dan memperoleh sifat
objektif. Dengan kata lain ia mempunyai kenyataan sendiri yang dihadapi oleh
individu sebagai satu fakta eksternal dan memaksa. Menurut Manuaba (2010)
proses pengobjektifan menekankan adanya kesadaran, dimana kesadaran selalu
intensional karena ia selalu terarah pada objek. Hal ini berarti manusia memiliki
kesadaran tentang dunia kehidupan sehari-hari sebagaimana persepsinya.
Internalisasi merupakan pemahaman atau penafsiran yang langsung dari
suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya sebagai
manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain yang dengan demikian menjadi
bermakna secara subjektif bagi individu tersebut (Berger, 2013: 177). Melalui
internalisasi ini individu dapat dipahami sebagai kenyataan subyektif. Internalisasi
dapat dipahami sebagai dasar pemahaman terhadap sesama dan pemahaman
mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Individu
menjadi anggota masyarakat setelah mencapai taraf internalisasi tersebut. Proses
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
36/191
19
internalisasi dilakukan melalui sosialisasi, baik sosialisasi primer maupun
sosialisasi sekunder.
Berger dan Luckman menguraikan bahwa, sosialisasi primer sebagai
sosialisasi awal yang dialami individu pada masa kecil, di saat mana dia
diperkenalkan dengan dunia objektif (Poloma, 2013: 304). Hal ini berarti
sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dialami individu pada masa
kanak-kanak, yang dengan itu ia menjadi anggota masyarakat. Dalam sosialisasi
primer ini dunia pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer ini diperoleh di dalam
keluarga melalui orang lain yang cukup berpengaruh, seperti orang tua atau
pengganti orang tua. Pada proses sosialisasi primer ini individu menginternalisasi
dunia orang-orang yang berpengaruh tersebut sebagai dunia satu-satunya yang ada
dan bisa dipahami. Menurut Berger (2013: 188), sosialisasi primer berakhir
apabila konsep tentang orang lain pada umumnya (dan segala sesuatu yang
menyertainya) telah terbentuk dan tertanam pada individu. Hal ini berarti
individu secara subyektif telah memiliki suatu diri dan sebuah dunia. Dengan kata
lain telah terbentuk konsep identitas diri pada individu.
Sosialisasi sekunder adalah menurut Berger (2013: 178) adalah setiap
proses berikutnya yang mengimbas individu yang telah disosialisasikan itu ke
dalam sektor-sektor baru dunia masyarakatnya. Hal ini berarti sosialisasi
sekunder merupakan lanjutan dari sosialisasi primer, dimana individu
menginternalisasi pengetahuan-pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya.
Sosialisasi sekunder tersebut diperoleh di luar lingkungan keluarga. Sosialisasi
baik primer maupun sekunder berlangsung tidak sempurna, karena kenyataan
sosial yang kompleks itu tidak dapat diserap dengan sempurna oleh setiap
individu. Setiap individu memiliki versi realitas yang dianggapnya sebagai cermin
dari dunia obyektif. Sosialisasi yang tidak sempurna tersebut berakibat
terbentuknya konstruksi sosial baru yang terwujud dalam eksternalisasi. (Berger,
2013: xxii).
Berdasarkan konsep tersebut, peneliti kemudian menggunakan teori
konstruksi sosial guna menjelaskan bagaimana peserta didik mengkonstruksi
secara sosial perilaku membolosnya. Konstruksi perilaku membolos dapat dilihat
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
37/191
20
dari dialektika 3 moment yang simultan seperti yang telah diuraikan sebelumya,
yaitu: eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi.
B. Penelitian yang Relevan
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Wenny Graciani mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada
tahun 2011. Penelitian ini berjudul Perilaku Membolos Siswa (Studi Deskriptif
Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu,
Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten). Penelitian tersebut berusaha untuk
menjelasakan perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri
Delanggu. Hasil dari penelitian menunjukkan jika terdapat 2 faktor yang
menyebabkan timbulnya perilaku membolos, yaitu sebab yang berasal dari dalam
diri (internal) dan sebab yang berasal dari luar diri (eksternal). Faktor internal
yang berpengaruh antara lain: malas mengikuti pelajaran dikelas, tidak suka pada
pelajaran dan guru mata pelajaran tertentu, belum mengerjakan PR yang diberikan
oleh guru, masalah keluarga dan terlambat masuk sekolah. Sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh adalah pola asuh orang tua, lingkungan sekolah yang
kurang kondusif, dan teman sebaya. Berdasarkan penelitian menunjukkan pula
jika peserta didik tidak jera untuk berhenti membolos meskipun telah diberikan
sanksi. Selanjutnya perilaku membolos secara tidak langsung berdampak pada
prestasi belajar, yaitu nilai ulangan yang buruk dan terancam tidak naik
kelas.Dampak lainnya adalah mendapat cap anak nakal dari guru dan teman-
temannya.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wachida Ichsani mahasiswa
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan pada tahun 2007. Penelitian ini berjudul Studi tentang Faktor
Penyebab dan Alternatif Penyelesaian Masalah Perilaku Membolos pada Siswa
SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun ajaran 2006/2007. Penelitian tersebut
difokuskan pada tiga pelaku bolos sekolah. Hasil dari penelitian adalah rata-rata
penyebab perilaku membolos dikarenakan ajakan teman sebaya, kurangnya
perhatian keluarga dan tidak adanya teguran dari masyarakat. Selanjutnya akibat
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
38/191
21
dari perilaku membolos yang diterima oleh pelaku antara lain prestasinya jelek,
pendiam, merasa ketakutan jika dipanggil Guru, sering bermain kartu atau
playstation, sering keluar malam, dan tidak menghormati orang lain. Sedangkan
alternatif penyelesaian masalah perilaku membolos dilakukan dengan
menggunakan terapi yang berbeda-beda. Subjek 1diberi perlakuan dengan
menggunakan eksistensi humanistik, subjek 2 dengan analisis pengubah tingkah
laku dan subjek 3 dengan terapi realis.
Penelitian yang akan dilakukan peneliti juga berkisar pada perilaku
membolos sekolah. Meskipun demikian terdapat perbedaan dengan 2 penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Kedua penelitian tersebut berusaha untuk
menjelaskan mengenai perilaku membolos, faktor penyebab perilaku membolos
dan alternatif penyelesaian perilaku membolos. Sedangkan penelitian yang akan
dilakukan peneliti lebih memfokuskan pada konstruksi sosial perilaku membolos.
Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan persepsi, bentuk-bentuk dan faktor
penyebab perilaku membolos di kalangan peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta.
berdasarkan persepsi, bentuk-bentuk dan faktor penyebab perilaku membolos
selanjutnya akan digambarkan mengenai konstruksi perilaku membolos tersebut.
C. Kerangka Berpikir
Perilaku membolos adalah realitas sosial dalam kehidupan sehari-hari yang
seingkali dijumpai dalam dunia pendidikan. Perilaku membolos sebagai realitas
sosial tersebut merupakan hasil konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh proses
dialektika ekternalisasi, internalisasi, dan objektifikasi. Lingkungan, baik formal
maupun informal berpengaruh penting terhadap konstruksi sosial perilaku
membolos. Hal demikian karena di lingkungan tersebut peserta didik malakukan
sosialisasi guna pembentukan identitas dirinya.
Pembentukan perilaku dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
maupun luar individu. Begitu pula perilaku membolos, dimana terdapat beragam
alasan yang melatarbelakangi peserta didik berperilaku membolos, baik sebab
internal maupun eksternal. Perilaku membolos memiliki makna subyektif bagi
pelakunya, dalam artian berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya, yang
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
39/191
22
kesemuanya bergantung bagaimana individu mempersepsinya. Persepsi individu
dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, dimana persepsi
tersebut memiliki keterkaitan dengan perilaku individu. Dengan demikian,
persepsi peserta didik mengenai membolos memiliki keterkaitan pula dengan
bentuk-bentuk perilaku membolos di kalangan peserta didik.
Melihat bagaimana peserta didik mempersepsi dan kemudian
mengkonstruksi secara sosial perilaku membolos menjadi kajian yang menarik
untuk diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran konstruksi sosial
membolos serta bentuk-bentuk tindakan membolos sekolah dikalangan peserta
didik. Untuk memperjelas keterangan diatas, berikut skema berpikir yang akan
mempermudah untuk memahaminya:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Persepsi perilaku
membolos
Bentuk-bentuk
perilaku
membolos
Konstruksi perilaku membolos
di kalangan peserta didik
Faktor penyebab
perilaku
membolos
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
40/191
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil adalah SMA Negeri 6 Surakarta, yang
beralamatkan di Jalan Mr Sartono nomor 30, Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Pertimbangan yang mendasari peneliti untuk
memilih SMA Negeri 6 Surakarta sebagai tempat penelitian adalah :a. Terdapat permasalahan membolos di SMA Negeri 6 Surakarta yang
merupakan bentuk pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
b. SMA Negeri 6 Surakarta merupakan sekolah tempat peneliti melakukan PPL
sehingga proses pengumpulan data dan perijinan cendrung lebih mudah.
c. Lokasi SMA Negeri 6 Surakarta yang cukup mudah dijangkau sehingga akan
memudahkan dalam mendapatkan berbagai akses kebutuhan yang diperlukan
dalam penelitian.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang digunakan, yaitu 6 bulan mulai dari bulan
Januari 2015 sampai pada Juni 2015 dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Jan
15
Feb
15
Mar
15
Apr
15
Mei
15
Juni
151 Pengajuan judul
2 Penyusunan proposal
dan seminar proposal
3 Perijinan
4 Pengumpulan data
5 Analisis data
6 Penyusunan laporan
7 Pelaksanaan ujian
skripsi
8 Revisi
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
41/191
24
Peneliti mengawali dengan pengajuan judul, penyusunan proposal dan
seminar proposal, perijinan, pengumpulan data dan analisis data, penyusunan
laporan, pelaksanaan ujian skripsi dan revisi.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain sebagainya (Moleong, 2010: 6). Penelitian kualitatif
lebih menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan
analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun
tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia (Afrizal, 2014: 13).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menggambarkan, menganalisis dan mendeskripsikan
suatu peristiwa atau fenomena yang sedang diteliti. Dalam hal ini pendekatan
kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan mengenai
persepsi, bentuk-bentuk serta faktor yang menyebabkan peserta didik berperilaku
membolos. Dengan demikian peneliti dapat menggambarkan konstruksi sosial
perilaku membolos di kalangan peserta didik. Peneliti tertarik untuk
menggambarkan maupun mendeskripsikan mengenai konstruksi sosial perilaku
membolos dikarenakan selama ini penelitian mengenai membolos lebih banyak
difokuskan kepada faktor yang menyebabkan perilaku membolos serta alternatif
penyelesaiannya. Dengan mengetahui konstruksi sosial perilaku membolos di
kalangan peserta didik diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
perilaku membolos yang seakan menjadi budaya dalam pendidikan.
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang diajukan, penelitian ini
menggunakan jenis penelitian fenomenologi. Menurut Bogdan dan Biklen (1982)
yang dikutip Asmadi Asla dalam Iskandar (2013: 206), penelitian dengan
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
42/191
25
pendekatan fenomenologi berusaha memahami makna dari suatu peristiwa atau
fenomena yang saling berpengaruh dengan manusia dalam situasi tertentu.
Penelitian fenomenologi berorientasi untuk memahami, menggali dan
menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan
orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu. Fenomenologi memandang
perilaku manusia, apa yang mereka katakan, apa yang mereka lakukan adalah
sebagai suatu produk dari bagaimana orang menafsir terhadap dunia mereka
(Sutopo, 2002: 25).
Fenomenologi merupakan sebuah pendekatan fisiologis untuk menyelidiki
pengalaman manusia. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti
dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam
fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari
pengalaman kesadaran manusia.Dari definisi diatas, maka fenomenologi
merupakan jenis penelitian yang berusaha mencari makna dari suatu peristiwa dan
gambaran yang muncul dari wawancara informan yang sedang diteliti.Peneliti
ingin mengetahui persepsi, bentuk-bentuk dan faktor yang menyebabkan perilaku
membolos. Dengan demikian akan diperoleh gambaran mengenai konstruksi
sosial perilaku membolos di kalangan peserta didik.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya (Moleong,
2010: 157). Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang digali atau didapat secara langsung
dengan para informan yang menjadi respon dalam penelitian serta sasaran lokasi
penelitian. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013: 308). Dalam hal ini data primer
diperoleh melalui observasi dan wawancara yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
43/191
26
Informasi yang dimaksudkan tentu saja berhubungan dengan persepsi,
bentuk-bentuk dan faktor yang menyebabkan perilaku membolos di kalangan
peserta didik. Selanjutnya melalui informasi tersebut akan digunakan untuk
menggambarkan konstruksi sosial perilaku membolos di kalangan peserta didik.
Adapun informan yang dijadikan sumber data primer dalam penelitian ini adalah :
a. Informan kunci (key informan) yaitu peserta didik SMA Negeri 6
Surakarta yang memiliki pengalaman berperilaku membolos, baik secara
parsial maupun penuh. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang
yang dianggap memenuhi kriteria penelitian.
b.
Informan pendukung yaitu petugas Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan
Kesiswaan (STP2K), Guru Bimbingan Konseling (BK), ibu Kantin dan
teman informan kunci yang dapat membantu memberikan tambahan
informasi.
Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah pelaku sosial
atau orang yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengalaman mengenai
perilaku membolos, sehingga mereka mampu memberikan gambaran dan
informasi terkait dengan fokus penelitian kepada peneliti. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah 9 peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta yang pernah
maupun masih berperilaku membolos, baik secara parsial maupun penuh.
Informan kunci dalam hal ini berperan untuk memberikan informasi mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku membolos seperti : persepsi, bentuk-
bentuk dan faktor yang menyebabkan perilaku membolos. Informasi tersebut akan
digunakan untuk menggambarkan konstruksi sosial perilaku membolos di
kalangan peserta didik. Sedangkan Informan pendukung adalah orang yang dapat
membantu memberikan informasi untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti.
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah 2 petugas STP2K, 1 guru BK, 1
orang ibu kantin dan teman informan kunci. Melalui informan pendukung tersebut
diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, sekaligus menguji kebenaran
informasi yang disampaikan oleh informan kunci.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
44/191
27
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013: 309). Data sekunder
merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data yang
bersifat studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi,
kelembagaan, referensi-referensi atau peraturan (literatur laporan), tulisan dan
lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian
(Iskandar: 2013, 78). Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan maupun meramalkan tentang masalah penelitian.
Dari definisi diatas, maka sumber data sekunder merupakan sumber data
tidak langsung atau data pendukung yang diperoleh melalui penelaahan studi
dokumentasi. Studi dokumentasi yang dimaksudkan diperoleh melalui literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diangkat berupa bahan
bacaan, arsip, dokumen, laporan penelitian dan catatan yang berhubungan dengan
kajian penelitian yaitu konstruksi sosial perilaku membolos dikalangan peserta
didik. Data tersebut berupa dokumen-dokumen seperti media online (koran
online), jurnal, laporan penelitian lain yang membahas masalah membolos,
dokumen rekapitulasi peserta didik yang datang terlambat atau tidak masuk
sekolah, dokumen tata tertib siswa dan dokumen-dokumen lainnya yang
berhubungan dengan perilaku membolos sekolah.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling atau pengambilan sampling atau pengambilan cuplikan
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Bungin,
purposive samplingadalah satu strategi menentukan informan yang paling umum
didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi
informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian
(2011: 107).Dengan teknikpurposive samplingdiharapkan informan memberikan
data sesuai dengan masalah penelitian yang dilakukan sehingga dapat
memberikan pemahaman yang mendalam terhadap masalah yang diteliti.
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
45/191
28
Kelompok peserta yang dimaksud adalah informan yang berasal dari SMA
Negeri 6 Surakarta, yaitu : 1) Peserta didik pelaku membolos. Pelaku membolos
yang dimaksudkan disini adalah peserta didik yang memiliki pengalaman
berperilaku membolos, dalam artian peserta didik yang pernah / masih berperilaku
membolos baik secara parsial maupun penuh. 2) Petugas STP2K, guru BK, Ibu
kantin dan teman-teman pelaku membolos. Mereka dipilih sebagai informan
dengan alasan memiliki keterkaitan dengan peserta didik pelaku membolos,
sehingga dapat memberikan tambahan informasi terkait masalah penelitian.
Kelompok informan tersebut tentunya dipilih berdasarkan kemampuan informan
dalam mengetahui dan menguasai pokok permasalahan yang diteliti.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi.
1.
Wawancara mendalam (indepth in terview)
Dalam penelitian ini diperlukan wawancara mendalam terhadap informan
untuk mengambil data terkait dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam
adalah wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk
mendalami informasi dari seorang informan (Afrizal, 2014: 136). Menurut
Burhan Bungin wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara (Bungin, 2011: 111).
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman
wawancara (interview guide) yang berisi garis besar pertanyaan yang akan
diberikan kepada informan. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara
mendalam lebih terarah dan fokus terhadap masalah penelitian. Hal tersebut
dilakukan karena peneliti menggunakan wawancara terbuka, dimana informan
memiliki kebebasan dalam memberikan jawaban tanpa dibatasi. Wawancara
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
46/191
29
mendalam dilakukan didalam maupun diluar lingkungan sekolah sesuai
kesepakatan antara informan dengan peneliti. Selama proses penelitian
berlangsung peneliti berusaha membangun suasana penelitian yang santai namun
tetap fokus pada persoalan yang tengah diteliti.
Proses wawancara mendalam kepada informan dilakukan melalui tatap
muka (face to face). Selain itu dilakukan pula dengan mengirim SMS (short
message system) maupun BBM (blackberry messager) kepada informan. Hal
tersebut dilakukan untuk melengkapi bagian-bagian yang kurang setelah
wawancara melalui tatap muka (face to face).
2. Observasi
Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut, dan kulit(Bungin, 2011:118). Sedangkan menurut
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:203) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari definisi diatas tersebut, observasi merupakan proses kegiatan yang
dilakukan peneliti untuk mengetahui keseharian dan kebiasaan manusia dengan
cara mengamati dan mendengarkan sehingga memperoleh data yang sistematis
terkait dengan masalah penelitian.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi non-
partisipan. Dimana observasi ini merupakan teknik observasi dimana peneliti
tidak terlibat di dalam kegiatan yang sedang diamatinya, peneliti hanya sebagai
pengamat yang independen (Sugiyono, 2013:203). Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan kegiatan observasi didalam maupun diluar lingkungan sekolah untuk
mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Peneliti mengamati kegiatan peserta didik di dalam lingkungan sekolah
untuk mendapatkan tambahan data dan informasi khususnya yang berkaitan
dengan bentuk-bentuk perilaku membolos. Sedangkan observasi diluar
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
47/191
30
lingkungan sekolah dilakukan ditempat-tempat yang menurut informan menjadi
lokasi membolos peserta didik baik secara parsial maupun penuh, seperti : toko
STRONG Family dan Warung Mbak Yanti. Selain itu dilakukan pula pengamatan
terhadap media sosial peserta didik, seperti Blackberry Messanger (BBM).
Pengamatan terhadap BBM dilakukan dikarenakan peserta didik yang memiliki
akun BBM biasanya mengungkapkan perasaanya dalam bentuk status BBM,
termasuk ketika mereka membolos.
3. Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
dokumentasi. Dokumentasi merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi
yang berhubungan dengan fokus masalah penelitian. Dokumen digunakan dalam
penelitian untuk mempermudah dan memperjelas hasil wawancara dan observasi
yang telah dilakukan. Dalam menganalisis dokumen peneliti sebaiknya tidak
hanya mencatat apa saja yang tertulis, tetapi juga berusaha menggali dan
mengungkap makna yang tersirat dalam dokumen tersebut (Sutopo, 2002: 70).
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan berita dari media
online (koran online), jurnal, laporan penelitian yang membahas masalah
membolos, gambar foto dari dokumentasi, dokumen tata tertib siswa, dokumen
rekapitulasi peserta didik yang datang terlambat dan tidak masuk sekolah serta
dokumentasi terhadap statusBlackberry Messanger(BBM) peserta didik.
F. Uji Validitas Data
Uji validitas data digunakan berkaitan data dan informasi yang
dikumpulkan dalam penelitian. Menurut Alias Baba dalam Iskandar (2013)
validitas adalah sejauh mana instrumen penelitian mengukur dengan tepat
konstruk variabel penelitian. Sedangkan menurut Afrizal validitas data yang
terkumpul dalam penelitian dapat mengambarkan realitas yang diharapkan oleh
peneliti (2014: 167). Dalam penelitian kualitatif bukan jumlah informan yang
menentukan validitas data yang terkumpul melainkan ketepatan dan kesesuaian
sumber data dengan data yang diperlukan. Salah satu teknik untuk memperoleh
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052
48/191
31
data yang valid dalam penelitian kualitatif adalah penggunaan teknik trianggulasi.
Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasai metode.
1. Trianggulasi Sumber
Dalam menggunakan trianggulasi sumber, peneliti menggunakan beragam
sumber data yang tersedia. Data yang sama dan sejenis akan lebih baik bila digali
dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari
sumber satu, bisa teruji kebenarannya apabila dibandingkan dengan data sejenis
yang diperoleh dari sumber yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun
sumber yang berbeda jenisnya (Sutopo, 2002: 79). Jadi, trianggulasi sumber ini
dilakukan dengan cara membandingkan informasi dari informanyang satu dengan
informan yang lainnya, membandingkan data yang diperoleh dari dokumen dan
arsip dengan hasil wawancara informan, dan membandingkan data hasil observasi
dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara dari informan.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan informasi yang diperoleh
dari informan kunci maupun pendukung. Selanjutnya membandingkan data yang
diperoleh dari hasil dokumentasi (rekapitulasi kehadiran, tata tertib siswa maupun
status BBM peserta didik) dengan hasil wawancara informan kunci maupun
pendukung. Selain itu peneliti membandingkan pula data yang diperoleh dari hasil
observasi di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dan BBM peserta didik
dengan hasil wawancara dari informan kunci maupun informan pendukung.
2. Trianggulasi Metode
Trianggulasi metode digunakan untuk memperoleh data yang sama dan
sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda pula.
Peneliti mengumpulkan data yang sama atau sejenis dengan menggunakan metode
observasi, wawancara mendalam, dan metode studi dokumentasi. Ketiga metode
tersebut digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi, bentuk-bentuk
dan faktor penyebab perilaku membolos di kalangan peserta didik SMA Negeri 6
Surakarta.
Trianggulasi metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap
penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dari
interview sama dengan informasi yang diperoleh dari observasi maupun
-
7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052