Download - revisi mapri 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah pribadi ini dengan judul “Surveilans epidemiologi ,
pencatatan dan pelaporan kasus campak di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang”.
Selanjutnya, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW.
Penulisan makalah pribadi ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR. dr. Rizanda
Machmud M.Kes selaku preseptor yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril
maupun dalam mencari referensi yang lebih baik, kepada Kepala Puskesmas Lubuk
Kilangan Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah pribadi ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat
diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Padang, Agustus 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iDAFTAR ISI.......................................................................................................................iiBAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................11.2 Batasan Masalah........................................................................................................11.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................11.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................1
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................1BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................1
2.1 Campak......................................................................................................................12.2 Surveilans..................................................................................................................2
2.2.1 Pengertian...........................................................................................................22.2.2 Tujuan Surveilans...............................................................................................22.2.3 Komponen surveilans.........................................................................................32.2.4 Aktifitas Inti Surveilans......................................................................................62.2.5 Kegunaan surveilans epidemiologi.....................................................................6
2.3 Pencatatan Dan Pelaporan.........................................................................................72.3.1 Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan......................................................72.3.2 Manfaat pencatatan dan pelaporan.....................................................................82.3.3 Jenis pencatatan terpadu puskesmas...................................................................92.3.4 Jenis pencatatan..................................................................................................92.3.6 Prosedur Pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas.....10
2.4 Surveilans Campak.............................................................................................112.4.1 Defisi Kasus Campak..................................................................................112.4.2 Daerah Resiko Campak...............................................................................122.4.3 Kegiatan Surveilans Campak.......................................................................122.4.4 KLB Campak...............................................................................................122.4.5 Penanggulangan Campak.............................................................................13
BAB 3 ANALISIS SITUASI............................................................................................15
ii
3.1 Keadaan Geografis dan Demografi.....................................................................153.2. Sarana Kesehatan................................................................................................163.3. Sasaran Puskesmas..............................................................................................163.4 Sumber daya surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan.....................................17
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................................184.1 Surveilans Campak di Puskesmas Lubuk Kilangan............................................184.2 Pengumpulan dan Pencatatan Data.....................................................................184.3 Permasalahan Surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan...................................224.4 Permasalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk Kilangan...........23
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................245.1 Kesimpulan..............................................................................................................245.2 Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu
bangsa. Masalah kesehatan yang dihadapi dunia antara lain adalah penyakit campak.
Campak dan polio adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah
(Depkes RI, 2011). Hasil dari paparan World Health Organization (WHO) menyebutkan,
pada periode Januari hingga Juli 2011, tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 negara di
benua Eropa. Jumlah kasus yang berhasil terekam WHO itu, menunjukkan kasus campak
di benua Eropa meningkat 276 % dibandingkan periode yang sama pada 2007
lalu.Hingga saat ini Indonesia belum bisa terlepas dari penyakit campak, data terakhir
menunjukkan penyakit campak sebanyak 11.704 kasus pada tahun 2011 (Dirjen P2PL,
2012).
Campak merupakan suatu infeksi penyakit akut yang menular, disebabkan oleh
paramixovirus dengan genus morbilivirus yang pada umumnya menyerang anak-anak
(Julia andriani, 2009). Penyakit campak termasuk penyakit yang sering menyerang anak-
anak, karena itu penyakit akibat virus ini sering disepelekan dan masyarakat kita masih
berpikiran kalau anak kena campak adalah hal yang biasa dan wajar (Soedjatmiko,
2011).
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perifer berperan penting dalam
pencegahan dan pemberantasan penyakit campak. Untuk itu, diperlukan kegiatan
surveilans yang diikuti pencatatan dan pelaporan untuk mengetahui pola perkembangan
penyakit campak tersebut. Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu
kegiatan dengan output berupa data. Data yang disajikan adalah informasi tentang
pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang
ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua
staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi
menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan
kasus campak di Puskesmas Lubuk Kilangan serta permasalahan yang ada dalam
rangkaian kegiatan tersebut.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans,
pencatatan dan pelaporan kasus campak di Puskesmas secara umum sehingga didapatkan
analisis mengenai kasus campak di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan kasus
campak di Puskesmas Lubuk Kilangan.
2. Mengetahui sebaran wilayah kasus campak di Kecamatan Lubuk Kilangan.
3. Mengetahui sebaran waktu terjadinya campak dari tahun ke tahun di
Kecamatan Lubuk Kilangan.
4. Mengetahui faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan campak.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada
berbagai literatur dan laporan Puskesmas Lubuk Kilangan, analisis, dan diskusi bersama
pemegang program.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campak
Campak merupakan suatu infeksi penyakit akut yang menular, disebabkan oleh
paramixovirus dengan genus morbilivirus yang pada umumnya menyerang anak-anak
(Julia andriani, 2009). Penyakit campak termasuk penyakit yang sering menyerang anak-
anak, karena itu penyakit akibat virus ini sering disepelekan dan masyarakat kita masih
berpikiran kalau anak kena campak adalah hal yang biasa dan wajar (Soedjatmiko, 2011).
Campak dapat menular dari satu manusia ke manusia lain melalui percikan ludah
dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung. Masa
penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada
saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit (Dirjen P2PL
(pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan), 2008).
Gejala campak awalnya dimulai dari panas badan, biasanya diatas 38 derajat
celcius selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata
merah atau mata berair. Khas (Pathognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak
putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa bucal). Bercak
kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular
selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) keseluruh tubuh. Bercak kemerahan
makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Untuk kasus yang telah menunjukkan
hiperpigmentasi (kehitaman) perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan apabila pada
masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala tersebut di atas maka kasus tersebut
termasuk kasus campak klinis. Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena
komplikasinya, seperti : Bronchopneumonia, Diare berat dan gizi buruk serta penanganan
yang terlambat (Dirjen P2PL, 2008).
Infeksi alami karena infeksi penyakit campak cenderung menimbulkan antibody
lebih baik disbanding antibody yang terbentuk karena vaksinasi campak. Stelah terjadi
infeksi virus, maka terjadi respon seluler segera yang kemudian diikuti oleh respon
imunitas pada saat timbulnya rash. Bila seorang anak tidak terdeteksi adanya titer
antibody campak, maka anak tersebut kemungkinan masih rentan. Penyembuhan
terhadap penyakit campak tergantung kepada kemampuan respon dari T-Cell yang
adekuat (Dirjen P2PL, 2008)
2.2 Surveilans
2.2.1 Pengertian
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Survelans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu, surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan dan pengolahan, dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sementara
menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada
unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang
mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan
analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans
dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,
mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan
dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat
berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan
(Timmreck, 2005).
2.2.2 Tujuan Surveilans
Tujuan surveilans berdasarkan Depkes RI tahun 2004 adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau
penyakit pada suatu wilayah.
2
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan prioritas masalah
kesehatan. Ada tiga persyaratan minimal yang harus diketahui untuk dapat
menetapkan prioritas masalah kesehatan, yakni besarnya masalah, adanya
metode untuk mengatasi masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi
masalah. Dengan data surveilans yang layak dapat diketahui besaran
masalah dari setiap masalah kesehatan yang ada serta keefektifan dari
sebuah metode yang digunakan.
3. Untuk mengetahui cakupan pelayanan.
4. Untuk kewaspadaaan dini terjadinya kejadian Luar Biasa (KLB) . KLB
adalah timbulnya atau meningkatnyakejadian / kematian yang bermakna
secraa epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (WHO,
2004).
5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan dirumuskan dan
dilakukan inntervensi, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya intervensi
tersebut dari data surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah sudah
terjadi penurunan insiden atau prevalensi penyakit tersebut.
2.2.3 Komponen surveilans
Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti
dibawah ini :
1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,
tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari
pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi
yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan
reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan
karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan
berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan;
untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan
seberapa jauh penyebarannya
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat
berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan
3
informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran
bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi
data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut
dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau
kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut
Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai
berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas
informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit
yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik
pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus.
Tujuan pengumpulan data:
1). Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko
terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan
lain-lain.
2). Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.
3). Menentukan reservoir infeksinya
4). Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.
5). Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.
Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit.Sumber data
sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:
1). Pencatatan kematian
2). Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data
yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan
tanggal mulai sakit.
3). Laporan kejadian luar biasa atau wabah.
4). Hasil pemeriksaan laboratorium.
4
5). Penyelidikan peristiwa penyakit menular.
6). Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.
7). Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.
8). Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.
9). Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.
10). Data kependudukan dan lingkungan.
b. Pengolahan, analisa dan interpretasi data
Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan
berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel, spot
map dan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran
dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.
c. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.
Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit
kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskan
dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai
umpan balik (feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan.
Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data
(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah,
merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.
2.2.4 Aktifitas Inti Surveilans
Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti
(McNabb. et al., 2002), yaitu:
1) Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan
kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan
5
surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian,
unit program-sektor dan unit statistik lainnya.
2) Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa
atau keadaan kesehatan.
3) Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada
hasil percobaan laboratorium.
4) Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan
surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan
penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat penelitian
dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi.
Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.
5) Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan
menentukan indikator terhadap tindakan.
6) Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam
menghadapi wabah/kejadian luar biasa.
7) Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan masyarakat
hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan
munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.
8) Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur
pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.
2.2.5 Kegunaan surveilans epidemiologi
Surveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan (Depkes RI, 1997) yaitu:
a. Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan
tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.
b. Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
c. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap
perencanaan program.
6
d. Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat
tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu
ke waktu, menambah pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang
dan cara serta dinamika penularan penyakit menular.
2.3 Pencatatan Dan Pelaporan
2.3.1 Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam
bentuk tulisan. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.
Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan
pembuatan laporan.
Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu
dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan
tertentu. Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman kepada sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).
Beberapa pengertian dasar dari SP2T4P menurut DepKes. Ri (1992) adalah sebagai
berikut:
1. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan pencatatan
dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatn di
puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat
keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/1981
2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang saling
berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu
3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan
puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan pelaporan lain yang dapat
memperberat beban kerja petugas puskesmas.
4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan
adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa
7
laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang di
tetapkan.
5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan
pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan
melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada
instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di tetapkan
6. Pencatatn dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan setiap
triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu
triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk
rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang
dengan menggunakan format yang telah di tetapkan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam pelaksanaannya
masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan
fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam perencanaan program-
program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti
yang harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas dilihat
sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk
mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan
masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.
2.3.2 Manfaat pencatatan dan pelaporan
1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat,provinsi,dan
kab/kota
2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan
3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan
4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.
2.3.3 Jenis pencatatan terpadu puskesmas
Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di
luar gedung.
8
1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh
dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti
tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini
menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus harian.
2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan
catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam
yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini
menggunakan kartu register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan
terpadu puskesmas atau yang disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu
Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap
awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan
mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan
Pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk
dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan
puskesmas tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan
Pusat tetapi dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan
rutinnya ke Departemen Kesehatan Pusat.
2.3.4 Jenis pencatatan
1. Laporan Mingguan
Pencatatan dan pelaporan penyakit mingguan dilakukan pada blangko W2.
Penyakit yang bisa dilaporkan sesuai program yang saya pengang adalah campak,
Cikungunya,dan Varisela, jika ada kasus yang datang ke Puskesmas.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan yang saya dilaporkan adalah laporan campak (C1 campak),
Laporan kesakitan, kematian daftar penyakit baru dan Surveillance Terpadu
Puskemas (STP). Laporan didapatkan dari rekapan KIA dan BP selanjutnya
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota setiap awal bulan.
3. Laporan Tahunan
9
Laporan Tahunan dibuat berdasarkan laporan bulanan yang sudah ada. Laporan
dibuat dalam bentuk tabel dan Gtavik untuk melihat jumlah kasus perbulan, trend
dan jumlah kasus per kelurahan.
4. Laporan KLB
Jika terjadi wabah / kejadian luar biasa maka dilakukan investigasi dengan turun
ke lapangan bersama tim atau pemegang program bersangkutan. Balngko laporan
yang disertakan adalah W dan Laporan investigasi kasus.
Bentuk Formulir Pelaporan :
1. Laporan kesakitan
2. Laporan kematian
3. ISPA / ILI
4. Laporan bulanan campak (C1 campak)
5. Sistem terpadu puskesmas (STP)
6. Laporan penyakit baru
7. Laporan investigasi penyelidikan epidemiologi KLB (w1).
2.3.6 Prosedur Pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
Prosedur pengisian sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP), yaitu:
1. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun
tahunan.
2. Formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.
3. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data
yang ada.
4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
5. Pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf
pengelola program bersangkutan.
6. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam
pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.
7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.
10
2.4 Surveilans Campak
2.4.1 Defisi Kasus Campak
Definisi Kasus Campak yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi
nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008)
a. Kasus klinis
Demam, bercak merah berbetuk mokulopapular dan satu atau lebih gejala berikut :
Batuk, pilek atau mata merah (conjunctivitis) atau didiagnosa oleh dokter sebagai
kasus campak.
b. Kasus konfirmasi
a.) Pasti secara laboratorium : Kasus campak klinis yang telah dilakukan
konfirmasi laboratorium dengan hasil positif campak.
b.) Pasti secara epidemiologi : Semua kasus klinis yang mempunyai hubungan
epidemiologi dengan kasus yang pasti secara laboratorium.
c.) Bukan kasus campak (Discarded) : Kasus tersangka campak , yang setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium, hasilnya negatif.
c. Kematian Campak
Kematian campak adalah kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis,
laboratorium maupun epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash,
bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti : trauma atau penyakit kronik yang tidak
berhubungan dengan komplikasi campak (Dirjen P2PL, 2008).
2.4.2 Daerah Resiko Campak
Daerah risiko tinggi campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB
campak, dilihat dari (Dirjen P2PL, 2008) :
- Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80%)
- Lokasi yang padat dan kumuh antara lain pengungsian
- Daerah rawan gizi
- Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan
- Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi.
11
2.4.3 Kegiatan Surveilans Campak
Kegiatan surveilans Campak yang digunakan dalam sistem surveilans
epidemiologi nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :
a.) Tingkat Puskesmas
Pengumpulan data dari puskesmas, pembantu, praktek dokter,bidan, perawat
dan pelayanan kesehatan swasta lainnya, masyarakat/Posyandu maupun petugas
desa siaga. Setelah dilaksanakan pengumpulan data lalu dilakukan pencatatan dan
pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
b.) Tingkat Rumah Sakit
Kegiatan surveilans campak di RS lebih ditekankan pada penemuan kasus
secara aktif. Setiap hari petugas kesehatan di bangsal dan poliklinik anak
memeriksa adanya kasus maupun kematian campak. Perlu diingat bahwa
kematian akibat campak sebagian besar disebabkan oleh komplikasi terutama
broncho pneumonia, diare dan encephalitis. Setelah penemuan kasus lalu
dilakukan pencatatan dan pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
2.4.4 KLB Campak
Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi
KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat
diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang teresiko. Disamping itu juga
untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat dilakukan tindak lanjut.
Suatu kondisi dinyatakan sebagai KLB campak apabila terdapat kasus campak di
suatu wilayah yang melebihi dari kondisi biasa, seperti meluasnya wilayah yang
terjangkit dan meningkatnya jumlah populasi yang terserang, atau adanya kematian
karena campak atau jika ada 5 kasus dalam satu wilayah puskesmas dalam kurun waktu
4 minggu (tidak cluster) maka harus diambil spesimennya untuk membuktikan apakah
merupakan kasus campak atau bukan (Dirjen P2PL, 2008).
12
2.4.5 Penanggulangan Campak
Langkah-langkah penanggulangan campak dalam sistem surveilans epidemiologi
nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008).
Langkah-langkah penanggulangan :a.) Tata laksana kasus adalah kegiatan yang meliputi pengobatan penderita yang
tidak komplikasi, pemberian vitamin A, pengobatan Komplikasi di
puskesmas (antibiotik ), apabila keadaan penderita cukup berat, segera rujuk
ke rumah sakit.
b.) Imunisasi
Respon imunisasi pada KLB campak dapat dilakukan seperti berikut, sesuai
situasi :
- Imunisasi selektif, dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi rutin di
desa terjangkit dan sekitarnya, upayakan cakupan 100 % dan melakukan
imunisasi campak kepada seluruh anak usia 6 bl – 5 th yang tidak
mempunyai riwayat imunisasi campak yang berkunjung ke puskesmas
maupun posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir
- Pemberian imunisasi campak masal : yaitu memberikan imunisasi campak
secara masal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa
melihat status imunisasi anak tersebut. Pelaksanaan imunisasi masal ini
harus dilaksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada saat daerah tersebut
diperkirakan belum terjadi penularan secara luas. Selanjutnya cakupan
imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan merata.
c.) Penyuluhan
- Masyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak dan pentingnya
imunisasi dan makanan cukup gizi.
- Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejala panas.
- Mencegah kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A.
13
BAB 3
ANALISIS SITUASI
3.1 Keadaan Geografis dan Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh wilayah Kecamatan
Lubuk Kilangan dengan luas 85,99 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Pauh
Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Lubuk Begalung
Sebelah Timur : Kabupaten Solok
Gambar 3. 1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi 7 kelurahan sebagai wilayah kerjanya.
Ketujuh kelurahan tersebut adalah:
1. Kelurahan Batu Gadang
2. Kelurahan Indarung
14
3. Kelurahan Padang Besi
4. Kelurahan Bandar Buat
5. Kelurahan Koto Lalang
6. Kelurahan Beringin
7. Kelurahan Tarantang
Jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 jiwa yang terdiri
dari 10.707 kk. Kecamatan ini memiliki 44RW dan 171 RT.
3.2. Sarana Kesehatan
Tabel 3.1 Daftar Sarana Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas Induk 1 UnitPuskesmas Pembantu 3 Unit (Indarung, Batu Gadang, dan
Baringin)Posyandu Balita 43 PosPosyandu Lansia 1 PosKader Kesehatan 164 orangPraktik dokter swasta 5 orangPraktik Bidan swasta 21 orang
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
3.3. Sasaran Puskesmas
Tabel 3.2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
VARIABEL Bandar
Buat
Padang
Besi
Indarung Koto
Lalang
Batu
Gadang
Baringin Tarantang Total
PENDUDUK 14359 6797 11096 6563 6480 2277 2460 50032
BAYI 316 138 239 132 131 39 46 1041
BALITA 1433 767 1074 869 409 277 290 5119
IBU HAMIL 352 153 268 148 147 38 40 1146
BUSUI 573 306 429 347 163 106 124 2048
PDD LAKI2 2972 1158 2282 1428 1264 239 460 9803
PDD PR 381 168 168 109 207 54 117 1245
BULIN 338 153 262 142 120 36 40 1091
15
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
3.4 Sumber daya surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan
a. Sumber Daya Manusia (Petugas Surveilans)
Puskesmas Lubuk Kilangan saat ini memiliki satu orang petugas surveilans
dengan latar belakang pendidikan Diploma III (Amd Kep) sebagai koordinator yang
bekerjasama dengan beberapa orang lainnya dari tiap program yang ada di puskesmas
tersebut.
Jumlah petugas yang memegang program surveilans saat ini tidak menjadi
kendala dalam menjalankan kegiatan program surveilans.
b. Sarana Pendukung
Sarana yang disediakan untuk program surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan
adalah berupa paket formulir pencatatan, paket peralatan pelaksanaan surveilans
epidemiologi, dan satu unit kendaraan bermotor roda dua.
16
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Surveilans Campak di Puskesmas Lubuk Kilangan
Pasien dengan penyakit campak datang ke Puskesmas Lubuk Kilangan dengan
mengeluh demam serta keluar bintik-bintik merah. Dokter Puskesmas mendiagnosa
penyakit yang diderita pasien setelah melihat gejala-gejala yang timbul, jika sudah
didiagnosa campak maka pasien diberikan obat.
Pengobatan diberikan dokter puskesmas, dan pasien diberi vitamin A dengan
dosis 1 butir pada hari I,2 dan ke-14. Untuk bayi yang kurang dari 1 tahun diberikan
setengahnya.
Penyuluhan diberikan langsung ke pasien tentang perawatan penyakit campak di
rumah, imunisasi, dan kebersihan lingkungan.
Pasien yang sudah terdiagnosa campak ditanya identitasnya secara lengkap dan
keadaan di rumah tempat pasien tinggal. Apakah ada tetangga yang dapat campak atau
tidak. Selanjutnya dicatat langsung dalam formulir C1 campak.
4.2 Pengumpulan dan Pencatatan Data
Data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan diperoleh dari empat sumber, yakni:
1. Dari penderita per kasus yang datang ke puskesmas.
2. Dari warga yang melaporkan kasus ke puskesmas, dalam hal ini biasanya tokoh
masyarakat setempat.
3. Laporan dari petugas lapangan puskesmas, baik itu dari pustu, bps, dll.
4. Data yang didapat dari dinas kesehatan.
Pengumpulan data kesehatan dilakukan secara sistematis, untuk kasus KLB (kejadian
luar biasa) pengumpulan data didapatkan dari informasi masyarakat, lintas sektor, lintas
program di lingkungan KLB, lalu bekerja sama dengan masyarakat, lintas sektor, lintas
program di lingkungan KLB untuk melakukan survey berupa penyelidikan epidemiologi
(PE) terhadap kasus tersebut, setelah dinyatakan kasus tersebut suatu kejadian luar biasa,
tim surveilans langsung melaporkan kepada dinas kesehatan kota dalam jangka waktu 24
17
jam melalui via internet, SMS, faximile. Dinas kesehatan akan melakukan peninjauan
terhadap kasus KLB tersebut dan melaporkan kembali kepada dinas kesehatan provinsi,
provinsi juga akan melaporkan kepada dinas kesehatan pusat.
Pengumpulan data mingguan dan bulanan diambil dari pemegang program masing-
masing Puskesmas. Semua hasil surveilans, pencatatan dan pelaporan diketahui dan
dianalisis kembali oleh kepala Puskesmas Lubuk Kilangan.
Pencatatan data yang dilakukan di Puskesmas Lubuk Kilangan terdiri dari
beberapa jenis laporan, yaitu sebagai berikut.
1. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang
ditanggulangi (W2) dan untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit
tertentu (W1). Laporan W2 direkapitulasi setiap hari Sabtu, dari tiap
program pokok puskesmas serta pustu, bps, dll.
2. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam
Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:
• LB1, berisi data kesakitan ; penyakit terbanyak
• LB2, berisi data kematian
• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
• LB4, berisi data obat-obatan ; pemakaian obat (dan antibiotik) terbanyak.
3. Laporan tahunan, berupa data dan grafik, setiap bulan Januari / Februari.
18
Grafik 1 Jumlah Kasus Campak pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 201402468
101214161820
jumlah kasus campak per tahun
jumlah kasus campak per tahun
sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan
Grafik 2 Distribusi Kasus Campak berdasarkan Jenis Kelamin
laki-laki70%
perempuan30%
Kasus campak berdasarkan jenis kelamin
sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan
19
Grafik 3 Distribusi Campak berdasarkan Wilayah
batu gadang indarung padang besi bandar buat koto lalang beringin0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan
Grafik 4 Status Vaksin Penderita Campak
vaksin95%
tidak vaksin5%
sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan
20
Grafik 5 Distribusi Campak berdasarkan Usia
0-1 tahun 1-5 tahun 5-20 tahun > 20 tahun0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
sumber : Laporan Penyakit Campak Puskesmas Lubuk Kilangan
Grafik 6 Cakupan Imunisasi Dasar Campak Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
Sumber : Lokakarya Mini Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
4.3 Permasalahan Surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan
Permasalahan yang dihadapi Puskesmas Lubuk Kilangan dalam surveilans, yaitu:
1. Penderita campak tidak datang ke puskesmas pada hari pertama sehingga
pengobatan yang didapatkan tidak optimal dan seringkali pelaporan campak
datang terlambat sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan pasien sudah sembuh
21
dari penyakit. Penyebabnya adalah kurangnya penyuluhan terhadap penyakit
campak. Solusinya adalah meningkatkan penyuluhan tentang penyakit campak.
2. Kerjasama Lintas Sektoral masih kurang lancar, karena kurangnya laporan dari
kelurahan setempat mengenai penyakit yang sedang terjadi. Solusinya adalah
meningkatkan koordinasi Kepala Puskesmas dengan Camat agar menghimbau
kepada tiap-tiap kelurahan untuk lebih memperhatikan masalah kesehatan di
wilayahnya.
4.4 Permasalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk Kilangan
Masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dalam pengumpulan dan pencatatan dan
pelaporan masalah kesehatan ke dinas kesehatan kota sering terkendala, hal ini
disebabkan karena
1. Penyerahan laporan dari masing- masing pemegang program, posyandu, pustu,
dan lain- lain terlambat.
2. Formulir yang telah di tetapkan oleh dinas kesehatan untuk pelaporan penyakit
terbanyak tidak sesuai dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas.
Pemecahan masalah yang telah dilakukan pihak Puskesmas untuk keterlambatan,
dengan memberi peringatan waktu kepada pemegang program Puskesmas masing-
masing dan memberikan limit waktu untuk pengumpulan data. Formulir yang telah
ditentukan oleh dinas kesehatan tetap dilaporkan secara online dan di tambah dengan
pemberian data manual yang sesuai dengan data penyakit yang di temukan di Puskesmas.
22
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kejadian campak dilaporkan paling banyak terjadi pada tahun 2008, kemudian
menghilang dan muncul kembali pada tahun 2011 hingga sekarang.
2. Seluruh penderita campak dilaporkan sembuh dan tidak terjadi komplikasi yang
serius. Campak dapat menyerang semua golongan usia, namun resiko terkena
campak paling besar pada usia 5-20 tahun 9 usia sekolah). Kasus campak di
Lubuk Kilangan lebih seringterjadi pada laki-laki.
3. Campak lebih sering mengenai wilayah yang jumlah penduduknya lebih padat (di
Kelurahan Indarung dan Bandar Buat).
4. Cakupan imunisasi dasar campak masih belum mencapai target (<90%) pada
kelurahan Padang Besi, Batu Gadang dan Beringin.
5.2 Saran
1. Petugas kesehatan harus memperhatikan kembali target imunisasi dasar campak,
mengingat kasus campak yang sempat nihil dan kembali muncul sampai sekarang.
2. Sebaiknya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit campak ditingkatkan,
misalnya dengan penyuluhan dll., karena penyakit ini adalah penyakit yang
menular dan angka kejadiannya lebih tinggi pada daerah dengan penduduk yang
padat, agar penyakit ini tidak mudah menular.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar
Surveilans”, Pusdiklat : Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan
Tidak Menular Terpadu. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011). Pedoman Pelaksanaan Kampanye
Imunisasi Campak dan Polio. Dirjen P2PL, Jakarta.
5. Dirjen P2PL (2008). Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Sub Direktorat Surveilans
Epidemiologi, JakartaPuskesmas Lubuk Kilangan. Laporan Tahunan Puskesmas
Lubuk Kilangan Tahun 2013.
6. Soedjatmiko, 2012, Jangan.Anggap.Remeh.Campak Pada Balita (Jurnal Elektronik)
Diakses 15 September 2014; http://health.kompas.com/read/
7. Wabah, penyelidikan epid, surveilans epid, penyelidikan wabah, survey epid. 2013.
Diunduh tanggal 13 September 2014. Diakses pada
http://edelweissgreen.wordpress.com/2013/03/11/wabah-penyelidikan-epid-surveilans-
epid-penyelidikan-wabah-survey-epid/
8. WHO, 1999, WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom of
Great Britain.
9. WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in
Indonesia. Washington DC