Download - Perkembangan Kereta API
Perkembangan Kereta Api
Perkembangan transportasi kereta api menggunakan jalan rel bermula dari
dikembangkannya usaha untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang
meliputi antara lain kuantitas pengangkutan, kecepatan perjalanan, dan keawetan
sarana prasarananya. Awal mula terciptanya jalan rel bisa dikatakan bermula di
Inggris pada tahun 1630, abad ke 17, yaitu dengan adanya pengangkutan batu
bara. Hasil penambangan batu bara semula diangkut dengan kereta yang ditarik
kuda. Terdapat dua masalah berkaitan dengan penggunaan kereta yang ditarik
kuda ini, yaitu jalan yang dilalui cepat rusak dan kapasitas angkut yang rendah.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pada jalan yang dilalui
dipasang balok-balok kayu membujur, dengan maksud dapat memberikan
landasan yang lebih kuat dan memperkecil hambatan antara roda dan permukaan
jalannya. Dengan memasang balok-balok kayu membujur tersebut kapasitas
angkut seekor kuda yang menarik kereta bisa meningkat.
Balok-balok kayu membujur ini ternyata masih juga cepat rusak, baik oleh
cuaca maupun oleh beban kereta. Maka, balok-balok kayu ini berikutnya diganti
dengan bantalan besi. Penggantian dengan bahan dasar besi ini dimaksudkan
untuk mengurangi gesekan ketika gerbong-gerbong kereta bergerak. Meskipun
sudah menggunakan batang besi, tetapi dengan masih digunakannya bentuk roda
biasa, masih terjadi melesetnya roda keluar dari batang besi. Untuk menghindari
melesetnya roda tersebut maka roda-roda diberi flens (flange), yang terjadi pada
tahun 1789.
Akibat dari penggunaan flens pada roda ini mengakibatkan kendaraannya
tidak dapat digunakan di jalan raya biasa, sejak itulah terjadi perbedaan antara
jalan raya dan jalan yang menggunakan batang besi atau jalan rel. Selanjutnya,
sepur kereta ini dibangun untuk menghubungkan tambang batu bara ke tempat
pengecoran besi atau perairan pedalaman yang paling dekat dengan pelabuhan
laut untuk memudahkan pengangkutan barang-barang tambang lainnya.
Pada tahap ini, kereta api belum dapat dikategorikan sebagai angkutan
umum. Kereta api dibangun dan dimiliki hanya untuk menyediakan pelayanan
khusus angkutan batu bara dari tempat penambangan sampai pada tempat
pengecoran besi atau sampai pada pelabuhan atau perairan pedalaman yang
jaraknya relatif dekat.
Penerapan pertama dilakukan pada kereta api yang dibangun dari Stockton
ke Darlington yang menghubungkan tambang batu bara di Darlington ke
pelabuhan laut Stockton yang menpunyai jarak 20 km. Hal tersebut merupakan
suatu keberhasilan komersial yang segera dan dalam waktu yang sangat singkat
telah menyebabkan dibangunnya ratusan perusahaan kereta api di seluruh dunia.
Walaupun pada mulanya kereta api dikembangkan untuk angkutan barang,
perusahaan-perusahaan komersial segera menyadari bahwa terdapat pula
permintaan yang besar untuk angkutan penumpang.
Kira-kira abad ke 18, teknis mesin uap yang ditemukan oleh seorang
mekanis dari Skotlandia, James Watt, yang sedang berkembang pada masa itu,
mulai dicoba untuk diterapkan pada mesin kereta api. Hingga akhirnya, mesin uap
berhasil dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak kereta api dengan tujuan untuk
menyediakan sumber tenaga bagi industri. James Watt sendiri mempatenkan
desain kereta api uapnya.
Tahun 1794, model kereta api uap pertama mulai berfungsi, yang di desain
oleh John Fitch di Amerika Serikat. Sepuluh tahun kemudian, kereta api uap
pertama digunakan di Inggris, hasil kerja keras Richard Trevithick, seorang
ilmuwan Inggris. Tanggal 21 Februari di tahun yang sama, perjalanan di dunia
dengan menggunakan moda transportasi kereta api dilakukan. Perjalanan ini
dimulai di Selatan Wales. Namun, kerja keras Richard Trevithik ini tidak
membuahkan hasil besar karena kurangnya penghargaan dari masyarakat di
sekitarnya.
Hingga sewindu setelahnya, kereta api merupakan benda yang memiliki
nilai komersil buatan Matthew Murray, yang dinamakan Salamanca. Selanjutnya,
Christopher Blackett dan William Hedley mengembangkan Puffing Billy, untuk
sebuah perusahaan bidang kereta api pertama, Wylam Colliery Railway. Kini,
Puffing Billy tersimpan di Science Museum yang terletak di London, sebagai
lokomotif tertua yang masih ada.
Kereta Api terus berkembang dengan segala nilai-nilai plusnya. George
Stephenson, yang terinspirasi dari Trevithick, Hedley, dan Murray, kembali
menyempurnakan desain lokomotif uap. Hasilnya, terbentuklah Blücher, salah
satu lokomotif pertama yang sukses dengan adhesi roda flanged.
Pada awal abad XIX kereta di atas rel mulai ditarik oleh kendaraan yang
dijalankan dengan mesin (lokomotif) uap. pada masa-masa tersebut jalan rel mulai
pula dibangun di beberapa negara, seperti Perancis, Jerman, Belgia, Belanda,
Rusia, Austria, termasuk Indonesia. Perkembangan kereta api baik sarana maupun
prasarananya terus berjalan. Pengembangan dalam hal kecepatan, pelayanan,
keselamatan, efisensi, dan kenyamanan terus pula dilakukan, hal ini seiring pula
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tahun 1881, jalur tram elektrik pertama berhasil dioperasikan dan secara
resmi dibuka di Lichterfelde, dekat Berlin, Jerman, yang dibangun oleh Werner
von Siemens. Tujuh tahun kemudian, pada Januari tahun 1888, Frank Sprague
membangun jalur kereta listrik di Richmond, Virginia. Sekitar tahun 1890-an,
penggunaan jalur kereta api listrik mulai merambah dan praktis, diikuti oleh
ekstensifikasi kereta api bawah tanah.
Di kota-kota besar seperti London, New York, dan Paris mulai
membangun sistem subway. Ketika propulsi elektrik menjadi praktis, kebanyakan
jalur kereta api di jalanan ikut diubah dengan basis elektrik, yang selanjutnya
dikenal dengan "streetcars", "trolleys", "trams" dan "Strassenbahn".
Di Amerika Serikat, sistem streetcars mulai dibangun sebagai sistem
angkut antar pusat kota. Di negara bagian Illinois, Indiana, Ohio, Pennsylvania
dan New York kebanyakan sistem tersebut dibangun. Di Selatan California,
Pacific Electric Railway menyambungkan hampir semuat kota di Los Angeles,
Inland Empire, dan Orange Countries. Sistem serupa juga terdapat di negara-
negara Eropa. Salah satu yang terkenal terdapat di Belgia, yang menyambungkan
setiap kota. Di Asia, Hong Kong Tramways berhasil menerapkan sistem yang
sama tahun 1904 secara eksklusif, dan mulai mengembangkan kereta tingkat.
Sistem di atas masih digunakan hingga sekarang. Tentu saja dengan
beberapa perkembangan, mengikuti kebutuhan masyarakat kota besar pada
khususnya. Kini, tram sudah dimodernisasikan untuk menjadi bagian dari “transit
cepat” kaum urban. Dalam kurun waktu 30 tahun, jumlah kota yang menggunakan
rel elektrik mulai berkurang karena memulai pembangunan “light rail” pada
pertengahan abad 20.
Lokomotif diesel-elektrik mulai dikembangkan selanjutnya, meggantikan
lokomotif uap. Hal ini didasarkan atas penggunaannya yang lebih bersih, lebih
efisien, dan membutuhkan perawatan yang lebih sederhana. Penggunaannya pun
lebih sederhana. Setelah bekerja melewati kesulitan teknis, di awal 1900-an,
lokomotif diesel menjadi terkenal setelah Perang Dunia II. Lokomotif diesel-
listrik mulai digunakan di New Jersey tahun 1925, kereta diesel-listrik untuk
penumpang bentuk streamline mulai meluncur di Amerika tahun 1934. Tahun
1970-an, kereta diesel dan tenaga elektrik menggantikan sistem uap hampir di
seluruh dunia.
Medio 1940-an, India merupakan negara keempat dengan jaringan rel
kereta api terpanjang di dunia. Berkembangnya jalur kereta api di India sendiri
dikarenakan pengaruh Inggris yang memang sedang dalam masa penjajahan di
India waktu itu. Perkembangan industri India sendiri terhambat hingga
kemerdekaannya tahun 1947, menyesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh
Inggris.
Sistem pengendalian kereta api sebagai angkutan penumpang terus
berkembang. Tidak hanya di benua Amerika maupun Eropa, pengembang kereta
api di Asia mulai menunjukkan keahliannya. Tahun 1964, jalur kereta Shinkansen
di antara kota Tokyo dengan Osaka di Jepang dibuka. Sinkansen adalah kereta
cepat yang dapat menempuh kecepatan hingga 300 km/jam.
Kereta serupa dengan nama yang berbeda juga dikembangkan di Spanyol,
Perancis, Jerman, Italia, Republik Rakyat Cina, Taiwan, Britania Raya, Korea
Selatan, Skandinavia, Belgia, dan Belanda. Konstruksi rel-rel kereta ini sudah
menghasilkan jalur-jalur yang fantastis jauhnya. Seperti contohnya koridor kota
London-Paris-Brussels, Madrid-Barcelona, dan jalur besar dan terkenal lainnya.
Masyarakat benua Eropa sendiri terkenal sebagai pengguna kereta api
terbanyak. Dikarenakan benuanya yang berukuran kecil, hampir seluruh
negaranya tersambung melalui jalur kereta api. Hal ini jugalah yang membuat
Eropa terkenal di mata wisatawan dunia. Penggunaan kereta api dirasakan lebih
nyaman, berbiaya relatif lebih murah, dan berkesan dibanding perjalanan udara
atau laut.
Perkembangan terus berjalan, termasuk dalam rancang bangun, teknologi
komunikasi dan informasi, dan teknologi bahan. Hal ini membawa pula
perkembangan sarana dan prasarana kereta api, misalnya kereta api super cepat,
kereta api monorail (dengan satu rel), kereta api levitasi magnetik (maglev), dan
kereta api pengangkut berat. Begitu pula perkembangan dalam teknologi
penggeraknya, misalnya lokomotif diesel, diesel-listrik dan penggerak listrik.
Teknologi persinyalan juga berkembang sehingga tidak hanya digunakan sinyal
mekanis tetapi juga sinyal elektris.
Perkembangan Kereta Api di Indonesia
Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, kereta api di Indonesia mucul
pada abad ke 19, dalam bentuk kereta yang ditarik oleh lokomotif uap. Kehadiran
kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan
kereta api di desa Kemijen hari Jumat tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda saat itu, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.
Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische
Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari
Kemijen menuju desa Tanggung yang jaraknya kurang lebih 26 kilometer. Ruas
jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan pihak NV. NISM membangun jalan kereta api ini
dilanjutkan. Tanggal 10 Februari 1870 rel kereta api lainnya dapat
menghubungkan kota Semarang - Surakarta sejauh 110 kilometer. Dengan
kesuksesan ini akhirnya banyak investor yang terdorong minatnya untuk
membangun jalan kereta api di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau
pertumbuhan panjang jalan rel antara tahun 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat.
Dari panjang hanya 25 kilometer di tahun 1864, berkembang menjadi 3.338
kilometer di penghujung abad ke 19.
Selain di Pulau Jawa, pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di
Aceh di tahun 1874, Sumatera Utara pada 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan
di Sumatera Selatan pada tahun 1914. Tahun 1922, pembangunan jalan kereta api
berlanjut hingga Celebes, Pulau Sulawasi. Jalan kereta api di Sulawesi ini
menghubungkan jarak 47 Km antara Makasar dengan Takalar, yang
pengoperasiannya mulai dilakukan tanggal 1 Juli 1923. Sedangkan di Pulau
Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi mengenai jalan kereta api
jalur Pontianak-Sambas sejauh 220 Km sudah diselesaikan. Demikian juga di
pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan kereta
api.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia
mencapai 6.811 kilometer. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang
menjadi 5.910 kilometer. Hilangnya kurang lebih 901 kilometer ini diperkirakan
disebabkan oleh pembongkaran yang dilakukan oleh Jepang, semasa masa
penjajahannya di Indonesia. Bongkaran jalan kereta api ini kemudian diangkut
Jepang ke Myanmar (dulu Burma) untuk membangun jalan kereta api di sana.
Semasa pendudukannya di Indonesia (tahun 1942-1943), Jepang juga ikut
berkontribusi membangun jalur kereta api. Sepanjang 83 kilometer jalur kereta api
antara kota Bayah-Cikara dibangun dan 220 kilometer antara Muaro-Pekanbaru.
Ironisnya, Jepang membangun jalan kereta api jalur Muaro-Pekanbaru
dengan menggunakan teknologi seadanya dan menggunakan tenaga penduduk
Indonesia. Jalur Muaro-Pekanbaru saat itu diprogramkan selesai pembangunannya
selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah
Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras
arusnya ini, banyak menelan korban yang hingga kini makamnya bertebaran
sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya dengan diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda
Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak
Jepang. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada tanggal 28 September 1945. Di hari
itu, AMKA menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan
perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak
diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia.
Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api
di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia"
(DKARI).
Kini, animo masyarakat Indonesia untuk menggunakan kereta api dalam
bepergian jarak menengah kembali menggeliat. Meskipun banyak yang sudah
beralih ke penggunaan kendaraan pribadi, kendaraan udara atau laut, nama kereta
api masih terpatri bagi kebanyakan orang.