1
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG
BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA
PERBENIHAN JAGUNG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
2015
2
SESSI ; BENIH TANAMAN JAGUNG
TUJUAN
Setelah selesai berlatih peserta dapat
1. Menentukan benih / varietas specifik lokasi
2. Melakukan Seleksi benih
3. Melakukan seed treatment
DESKRIPSI
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan
atau mengembangkan tanaman ( UU RI No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
tanaman
Faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah benih, lingkungan dan
teknologi yang diterapkan. Benih adalah bahan / bagian dari tanaman untuk
memperbanyak tanaman.
Benih jagung yang akan ditanam dianjurkan adalah benih /varietas unggul bermutu
yang memenuhi syarat seperti potensi hasil tinggi, dara tumbuh 85-95 % bebas dari
campuran varietas lain /murni tidak kadaluarsa. Untuk daerah endemis penyakit bulai
dianjurkan untuk perlakuan benih seed treatment mengunakan fungisida
(methalaksil/rhidomil) atau insektisida
WAKTU
3 Jp @ 45 menit
LANGKAH KEGIATAN
No Tahapan Uraian kegiatan Alat bantu
1 Persiapan
pelaksanaan
praktek
Peserta dibagi
kedalam kelompok
kecil menjadi 3- 6
kelompok
3
2 Tentukan benih
yang akan ditanam
Benih yang akan di
tanam adalah benih
yang sesuai dengan
kondisi
agroekosistem
setempat ( Hibrida
/Komposit)
Jenis: Bersari Bebas (komposit)
Umur: 90 – 95 hari
Bentuk Biji: Mutiara
Bobot 1000 biji: + 275 g
Potensi Hasil: 7,6 t/ha
Keunggulan: Toleran kekeringan, tahan penyakit bulai dan karat daun.
3 Lakukan seleksi
benih
Pilih benih yang
memenuhi syarat
seperti bersertifikat
,tidak kadaluarsa ,
bernas , warna
cerah, masak penuh
, bebas hama
penyakit
3 Tentukan pestisida
yang akan
digunakan dalam
seed treatmen
Pestisida yang
digunakan adalah
metalkasil/ ridhomil
dengan
perbandingan 2
gram per 1 Kg benih
4
4 Lakukan seed
treatmen
Basahi benih sampai
pada kondisi
lembab, taburi
dengan metalaksil
aduk sampai rata
dosis yang
digunakan 2 grm/kg
benih
Kegiatan 2
Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga
seluruh peserta memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai
berikut
Refleksi kegiatan praktek
Diskusikan hasil praktek menentukan benih seleksi benih dan seed treatment
pengaruhnya terhadap populasi dan dan produksi
Presentasikan hasil diskusi kelompok menentukan benih seleksi benih dan seed
treatment dalam kelompok besar
5
Simpulkan hasil praktek menentukan benih seleksi benih dan seed treatment
pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung
Tabel 1. Pengaruh varietas unggul benih bermutui
No Kegiatan Pengaruh
terhadap
pertumbuhan
Pengaruh
terhadap
produksi
Kesimpulan
1 Penenuan benih VUB
2 Penentan benih yang akan
di tanam hibrida /komposit
3 Pemilihan /seleksi benih
4 Perlakuan benih yang akan
di tanam dengan
methalaksil/rhidomil
5
KEGIATAN 3
Rencana Aksi
Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana penyiapan benih tanaman
jagung
Langkah ke 1 Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari
fasilitator tentang teknik penyiapan benih tanaman jagung (15
menit)
Langkah ke 2 Setiap peserta menyusun rencana aksi penyiapan benih
tanaman jagung di wilayah masing-masing, seperti tada tabel 2
(15 menit)
Tabel 2
Rencana aksi menentukan benih , seleksi benih dan seed treatment di wilayah masing-
masing
6
No Kegiatan yang akan
diperbaiki
Waktu Tempat Pelaksana Keterangan
I Penenuan benih
VUB
Penentan benih
yang akan di tanam
hibrida /komposit
Pemilihan /seleksi
benih
Perlakuan benih
yang akan di tanam
dengan
methalaksil/ridomol
.........................: 2015
Penyusun
...........................................................................
7
I. MEMILIH BENIH VARITAS UNGGUL BENIH BERMUTU
Pemilihan benih merupakan keputusan penting yang perlu dilakukan dalam
mengusahakan jagung karena di pasaran banyak beredar benih dan petani sendiri sering
memproduksi benih. Penggunaan varietas unggul memiliki peran dalam peningkatan
produktivitas yaitu produksi persatuan luas dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih varietas, antara lain:
- kesesuaian tanah dan iklim,
- daya toleransi terhadap hama, penyakit, cekaman kekeringan, kemasaman tanah
- pola tanam dan tujuan penanaman,
- kesukaan (preferensi) petani terhadap karakter jagung seperti umur tanaman,
warna biji dan lain sebagainya
Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Luas areal panen
jagung sekitar 3,3 juta ha/tahun, 80% di antaranya ditanami varietas unggul yang terdiri atas
56% jagung bersari bebas (komposit) dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal (Pingali
2001). Data Nugraha et al. (2002), menunjukkan, luas areal tanam jagung varietas unggul
telah mencapai 75% (48% besari bebas, 27% hibrida). Dari data tersebut Nampak bahwa
sebagian besar petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas. Hal ini terkait dengan
harga benih jagung bersari bebas lebih murah daripada benih jagung hibrida, atau karena
benih hibrida sukar diperoleh, terutama di daerah terpencil.
1. Benih lokal
Benih lokal adalah benih yang dihasilkan oleh petani dari hasil penanaman untuk
konsumsi. Dari hasil penanaman tersebut petani memilih yang baik berdasarkan kondisi
tongkol yang dihasilkan. Selanjutnya benih diperlakukan sebagaimana layaknya untuk
bahan tanam. Diperkirakan sekitar 40% petani jagung masih menggunakan benih lokal
yang produksinya rendah.
Terdapat beberapa alasan petani menggunakan benih lokal, antara lain: benih lokal
masih dapat diproduksi petani dan lebih murah serta lebih mudah didapatkan, petani
sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan benih yang lebih bermutu karena
keterbatasan permodalan atau produksi benih bermutu masih kurang.
8
Produktivitas jagung dari benih lokal sangat rendah, hanya berkisar 1,5 - 2 ton per
hektar. Oleh karena itu petani tidak dianjurkan untuk menggunakan benih lokal.
2. Benih komposit
Benih komposit termasuk benih unggul. Secara fisiologis, benih komposit adalah benih
yang bersari bebas. Benih komposit dihasilkan dari tanaman jantan dan betina yang
berasal dari tongkol yang sama.
Benih komposit dapat digunakan secara berulang (3-4 kali), kurang responsif terhadap
pemupukan, potensi produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan benih lokal (7-8
ton/hektar), umurnya 95-105 hari, dan pertumbuhannya sering tidak seragam. Akan
tetapi, benih komposit relatif lebih adaptif terhadap kondisi tanah masam dan toleran
terhadap kekeringan. Beberapa varietas benih komposit yang dapat digunakan tertera
pada Tabel 1.
Tabel 1. Varietas benih komposit
Varietas Tahun dilepas
Potensi hasil (t/ha)
Umur panen (hari)
Ketahanan penyakit bulai
Keunggulan spesifik
Lagaligo 1996 7,5 90 Tahan Toleran kekeringan
Gumara
ng
2000 8,0 82 Agak tahan Umur genjah
Kresno 2000 7,0 90 Agak Tahan Umur genjah
Lamuru 2000 7,6 95 Agak tahan Toleran kekeringan
Palakka 2003 8,0 95 Tahan -
Sukmar
aga
2003 7,4 105 Tahan Toleran kemasaman
Srikandi
K-1
2004 7,9 110 peka QPM
Srikandi
P-1
2004 8,0 110 peka QPM
Anoman
1
2006 7,0 95 peka Toleran kekeringan
dan agak pulen
9
Obatan
pa (Pro-
A)BC1C
2-F2
2011 7,6 95 Agak peka Beta caroteen
(ppm)0,081
(2x jagung biasa )
dan QPM
KUI
Caroten
oid Syn
2011 9 95 Agak peka Beta caroteen (ppm)
0,144 (3 x
jagung biasa)
3. Benih hibrida
Benih hibrida dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: hibrida silang tunggal dan hibrida 3
jalur. Hibrida silang tunggal adalah benih hibrida yang dihasilkan dari 2 varietas,
sedangkan hibrida 3 jalur dihasilkan dari hasil persilangan 2 varietas dengan varietas lain
yang memiliki sifat unggul yang tidak dimiliki oleh hasil persilangan pertama.
Benih hibrida adalah benih unggul yang hanya dapat digunakan sekali saja, responsif
terhadap pemupukan atau input tinggi sehingga potensi produksinya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan benih komposit yaitu10-12 ton perhektar. Umurnya juga lebih
pendek (kurang dari 90 hari) sehinga potesial untuk meningkatkan IP (Indek
Penanaman). Penampilannya, pertumbuhan dan penyerbukan relatif seragam. Beberapa
varietas benih hibrida tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Varitas Benih Hibrida
Varietas Tahun
dilepas
Potensi
hasil
(t/ha)
Umur
panen
(hari)
Ketahanan
penyakit
bulai
Keunggulan
spesifik
Bima-1 2001 9,0 97 Agak Tahan Umur sedang
Bima-2 Bant 2007 14,0 95 Agak Tahan Stay green
Bima-3 Bant 2007 13,5 95 Tahan Stay green
Bima-4 2008 13,5 95 Agak Tahan Stay green
Bima-5 2008 13,0 96 Agak tahan Stay green
Bima-6 2008 12,5 100 Tahan Stay green
10
Bima-7 2010 12,1 89 Agak tahan
Stay green,
genjah, toleran
kekeringan
Bima-8 2010 11,7 88 Tahan
Stay green,
genjah, toleran
kekeringan
Bima-9 2010 13,4 99 Peka Stay green
Bima-10 2010 13,1 100 Sangat peka Stay green
Bima-11 2010 13,2 100 Sangat peka Stay green,
Bima-12 Q 2010 9,0 95 Sangat peka QPM
Bima-13 Q 2010 10,0 95 Sangat peka QPM
Bima-14 Batara 2011 12,9 100 Tahan Stay green
Bima-15 Syg 2011 13,2 100 Agak tahan
Stay green +
toleran
kekeringan
II. MELAKUKAN UJI MUTU BENIH
Benih yang unggul harus disertai dengan mutu benih yang baik karena mutu benih juga
akan meningkatkan produktivitas hasil.
Benih adalah bahan tanaman .yang berwujud biji. Oleh karena itu, suatu biji belum
tentu benih. Benih memiliki dan membawa sifat-sifat genetik tanaman induknya dan
akan tampil optimal jika benihnya tumbuh dan berproduksi pada lingkungan yang
optimal serta mutunya benih tinggi (daya tumbuh) dan vigor benih yang tinggi. Oleh
karena itu, benih merupakan komponen penting dalam budidaya tanaman.
Benih bermutu adalah benih yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Berlabel dan bersertifikat
- Secara genetik memiliki tingkat kemurnian varietas yang tinggi, tidak tercampur
dengan sifat-sifat buruk dari varietas yang tidak dikehendaki
- Secara fisiologis memiliki kemampuan berkecambah yang tinggi. Disarankan
benih terpakai memiliki daya kecambah lebih dari 95%.
11
- Secara fisik benih terbebas dari gejala adanya serangan penyakit, warna dan
ukuran benih seragam, kadar air biji rendah (9-11%).
Untuk mendapatkan benih bermutu perlu dilakukan proses produksi benih secara
tepat, mulai dari budidaya sampai prosesing benih. Benih yang akan digunakan harus
diketahui kadar air dan daya kecambahnya. Uji daya kecambah dan kadar air dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Uji daya kecambah dengan menggunakan media pasir
- Siapkan media tumbuh (dari bak berisi pasir yang dibasahi)
- Ambil 100 biji secara acak
- Tanam biji pada media pasir tidak terbenam dan tutup dengan daun pisang
- Amati benih yang berkecambah pada hari keempat dan ketujuh. Benih yang
pada pengamatan tersebut tidak berkecambah dianggap tidak normal.
- Hitung daya kecambah dengan rumus = Jumlah benih yang tumbuh
normal/benih yang dikecambahkan x 100%
2. Uji daya kecambah dengan kertas digulung plastik (Ukdp)
- Siapkan selembar plastik dan diatasan 5 lembar kertas koran yang sudah dibasahi
- Ambil 100 biji jagung secara acak
- Tempatkan biji jagung di atas kertas basah secara teratur
- Lipat kertas secara teratur sedemikian rupa sehingga biji jagung tidak terhambur
- Amati benih yang berkecambah pada hari keempat dan ketujuh. Benih yang pada
pengamatan tersebut tidak berkecambah dianggap tidak normal.
- Hitung daya kecambah dengan rumus = Jumlah benih yang tumbuh normal/benih
yang dikecambahkan x 100%
Kecambah normal adalah kecambah yang menunjukkan untuk dapat berkembang lebih
lanjut menjadi tanaman yang tubuh dengan baik bila ditanam pada kondisi kelembaban,
temperatur, dan cahaya yang sesuai. Kecambah normal dicirikan oleh tumbuhnya akar
dan hipokotil yang sempurna.
3. Uji Kadar air
a. Penentuan kadar air dengan menggunakan alat moinsture tester
b. Penentuan kadar air dengan menggunakan alat pengering (oven)
12
Penentuan kadar air dilakukan dengan mengambil sejumlah sampel dan
ditimbang (Berat Basah). Sampel dikeringkan sampai bobot konstan dan
kemudian ditimbang (Berat Kering). Kadar air dihitung dengan rumus,
Berat Basah – Berat Kering
Kadar air (%) = x 100%
Berat Basah
c. Penentuan kadar air dengan cara pendugaan
- Biji masih melekat di tongkol, jika digesek-gesek mengeleluarkan bunyi nyaring
menunjukkan bahwa biji berkadar air 15 -17%
- Biji ditekan dengan menggunakan kuku jika tidak menimbulkan bekas
menunjukkan bahwa biji berkadar air 15 – 17 %
- Biji digigit, jika pecah menjadi menjadi dua menunjukkan bahwa biji berkadar air
14 – 17%
- Biji dilentingkan di lantai, jika biji melenting 10 cm sampai 20 cm menunjukkan
bahwa biji berkadar air 9 – 11%.
III. MENGHITUNG KEBUTUHAN BENIH
Penentuan kebutuhan benih perlu dilakukan demi efisiensi. Jangan sampai petani
berlebihan atau kekurangan dalam pengadaannya. Dalam budidaya tanaman jagung
tidak dikenal penyulaman dengan menggunakan benih karena penyulaman dengan
benih langsung pertumbuhannya akan tertinggal sehingga tidak akan terjadi
penyerbukan. Tindakan penyulaman dimungkinkan jika bibit sulam sudah dipersiapkan.
Dengan demikian, umur tanaman sama sehingga memungkinkan terjadinya
penyerbukan.
Kebutuhan benih tergantung pada luas lahan yang ditanami, populasi tanaman per
hektar, daya kecambah, dan varietas yang digunakan. Varietas menentukan jarak
tanam atau populasi per hektar, bobot atau ukuran biji. Pada umumnya banyaknya
benih yang gunakan berkisar antara 18 – 19 kg/ ha dengan jarak tanam 75 cm x 40
cm (2 tanaman per lubang) atau 75 cm x 20 cm (1 tanaman per lubang).
13
Untuk menentukan banyaknya benih yang dibutuhkan untuk luasan tertentu dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Luas lahan x Populasi per hektar
Kebutuhan Benih =
Daya kecambah (%) x Bobot biji x 10.000
Contoh
Luas lahan = 6000 m²
Daya kecambah = 90%
Bobot biji = 250 g/1000 biji
Populasi per hektar = 70.000 tanaman
(jarak tanam 75 cmx20cm, 1 biji/lubang)
Maka, benih yang dibutuhkan adalah:
6000/10000 x 100/90 x 70.000 x 250/1000 = 9450 g atau 9,5 kg
14
SEED TREATMEN
Jagung (Zea mays) merupakan salah komoditas utama yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Jagung termasuk dalam golongan tanaman pangan, di beberapa daerah di
Indonesia, jagung menjadi makanan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga sebagai pakan ternak (daun maupun bijinya), diambil minyaknya (dari bijinya),
dibuat tepung (seperti tepung maizena). Namun, Di Indonesia sendiri, kebanyakan dari
hasil produksi tanaman jagung digunakan untuk pakan ternak
Produktifitas jagung di Indonesia sendiri masih jauh dari target yang ditetapkan oleh
pemerintah. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas jagung.
Faktor tersebut mulai dari wilayah penanaman yang kurang luas, perubahan iklim yang
mengakibatkan tingginya curah hujan dan panjangnya masa musim panas sehingga
mengakibatkan kekeringan, serangan OPT yang mengakibatkan menurunnya hasil
produk jagung serta dapat menyebabkan gagal panen, dan cara berbudidaya yang
kurang tepat mengakibatkan produktifitas jagung tidak maksimal. Dalam usaha tani atau
agribisnis, budidaya merupakan sala satu faktor penentu keberhasilannya. Sedikit saja
kesalahan dalam teknik budidaya akan berakibat fatal.
Pemilihan benih untuk penanaman menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil
produksi. Begitu pula dengan pemilihan benih jagung. Benih yang sehat dan bermutu
memiliki ciri bernas (bersertifikat nasional) atau penuh berisi (Purwasasmita dan
Sutaryat, 2012:82). Menurut Sunarjono (2013:8) Benih yang akan digunakan harus murni
atau tidak tercampur dengan biji lain, tidak ada cacat, dan berasal dari tanaman yang
sehat, serta produktifitasnya tinggi. Dalam kasus-kasus sekarang ini, pemilihan benih
jagung yang salah mengakibatkan penurunan hasil panen. Pemilihan benih jagung ini
diharapkan agar benih dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap serangan OPT.
OPT dapat menyerang mulai dari proses awal penanaman sampai proses pemanenan.
Hal tersebut sangat merugikan para petani jagung. Menurut beberapa ahli, keuntungan
dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a) menghemat penggunaan benih
persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis
lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan
terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan
penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah
ditentukan karena masaknya serentak.
15
Seperti kata pepatah mengatakan, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Hal ini
menjadi dasar dari perlakuan khusus pada benih jagung yang akan ditanam.
Pencegahan dari OPT ini sangat dibutuhkan Dalam era sekarang, sebagian besar petani
tidak terlepas dari penggunaan pestisida. Penggunaan yang salah akan sangat
merugikan bagi tanaman, lingkungan bahkan sangat membahayakan bagi kesehatan
manusia. Oleh karena itu, penggunaan dengan dosis yang sesuai sangatlah tepat untuk
awal penanaman. Namun, hal ini tidak selalu diharuskan, karena penggunaan pestisida
dapat berdampak buruk.
Pertumbuhan awal tanaman jagung saat di dalam tanah sangat rentan terhadap
serangan jamur, cendawan dan ulat ataupun jenis OPT yang lain. Serangan yang seperti
ini belum banyak diketahui oleh para petani jagung. Serangan tersebut sangat
mempengaruhi pertumbuhan. Dampak serangan tersebut dapat menyebabkan benih
tidak tumbuh karena terserang jamur atau termakan ulat, serta terjangkit beberapa
penyakit akibat serangan tersebut, seperti bulai (Downy mildew). Penyakit bulai
disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan P. Javanica serta P.
Philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab,
dengan hari serangan pada awal tumbuh yang mengakibatkan daun runcing, kecil, kaku,
pertumbuhan batang terhambat, warna daun menguning dan sisi bawah daun terdapat
lapisan spora cendawan putih (Budiman Tanpa Tahun:98). Oleh karena itu, treatment
khusus untuk benih jagung yang akan ditanam dilakukan sebagai salah satu bentuk
pencegahan. Meskipun benih yang dipakai adalah varietas unggul dan bersertifikat atau
berlabel asli
Treatment Benih Jagung
Treatment dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu perlakuan atau
perawatan. Dalam perlakuan ini, pembahasan akan mengarah pada benih jagung. Benih
jagung yang akan ditanam dapat dilakukan perlakuan khusus untuk mencegah adanya
serangan OPT, seperti jamur ataupun ulat. Perlakuan ini tidak diharuskan, akan tetapi
perlakuan ini dilakukan hanya sebagai alat pencegahan.
Menurut Budiman (Tanpa Tahun:82) benih yang akan ditanam sebaiknya bermutu tinggi,
baik mutu genetik, fisik maupun fisiologisnya, dan berasal dari varietas unggul serta daya
tumbuh harus lebih dari 90% Keunggulan tersebut untuk menghasilkan tanaman yang
seragam dan berproduksi tinggi. Meskipun demikian, bentuk antisipasi akan serangan
jamur, cendawan maupun ulat dapat dilakukan dengan metode treatment benih jagung.
16
Sebelum treatment dilakukan, persiapan maupun pemilihan benih harus dilakukan,
meskipun benih itu berlabel asli dan termasuk varietas unggul. Beberapa sumber di
internet yang penulis jumpai mengatakan bahwa benih yang dipilih berukuran besar, baik
dan sehat tanpa ada lubang, sedangkan yang kecil dipisahkan. Benih jagung yang
dibutuhkan adalah 20-30 kg/ha.
Treatment dengan Fungisida
Pada perlakuan ini, benih jagung yang akan ditanam, direndam dengan air yang telah
dicampur denga fungisida, seperti Banlate. Proses perendaman dapat dilakukan dengan
media bak yang dapat menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam. Tujuan
perendaman dalam satu bak untuk menyamakan pemberian fungisida dan hasil yang
didapat sama. Dosis fungisida yang dicampurkan 2-4 cc/lt air dengan waktu perendaman
selama 12-24 jam. Setelah selesei perendaman benih jagung ditiriskan dan dikering
anginkan. Benih yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman.
Tujuan dari perendaman dengan campuran fungisida ini untuk mencegah serangan dari
jamur.
Treatment dengan Insektisida
Pada treatment ini berbeda dengan proses treatment di atas. Insektisida digunakan untuk
mencegah serangan dari ulat agrotis dan lalat bibit yang sering menyerang benih jagung
pada saat setelah tanam. Serangan itu dengan cara memakan benih jagung yang berada
dalam tanah.Hal tersebut mengakibatkan benih tidak tumbuh. Oleh karena itu, treatment
ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan tersebut. Pada poin 1 sampai
4, treatment dilakukan dengan cara direndam dengan air yang sudah dicampur dengan
suatu senyawa atau formula khusus.Namun, dalam perlakuan ini berbeda, yaitu
dilakukan pada saat penanaman. Benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama
dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G dosis yang digunakan
secukupnya