Download - MODEL2 PEMBELAJARAN INOVATIF
0
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS
SERIBU GURU SEKOLAH DASAR
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
KREATIF DAN INOVATIF
KERJASAMA UM – PERTAMINA
IN-SERVICE TRAINING SERIBU GURU SEKOLAH DASAR
The Learning University
1
BAB I
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dalam psikologi pendidikan, salah satu masalah penting yang menjadi kajian adalah masalah
belajar. Belajar merupakan kegiatan mengonstruksi atau menginterpretasi sesuatu (bisa objek,
sumber pengetahuan) sehingga terjadi tambahan jaringan pengetahuan (skema) di dalam diri
pebelajar yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar tidak
hanya terjadi di kelas tetapi berlangsung di mana saja, kapan saja, dan pada saat apa saja dalam
kehidupan sehari-hari. Belajar tidak hanya melibatkan yang “benar” saja tetapi juga melibatkan
yang tidak benar (salah). Apabila siswa salah dalam menyelesaikan masalah, tidak berarti ia
tidak belajar tetapi ia belajar dan masih salah, karena itu perlu pengarahan sehingga menjadi
benar. Belajar juga tidak harus bersifat disengaja atau secara sadar, tetapi dapat juga terjadi
secara tidak disengaja. Demikian pula belajar tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau
keterampilan tetapi juga berkenaan dengan sikap dan perasaan.
Unsur utama dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam diri pebelajar, dapat
disengaja atau tidak, dapat lebih baik atau lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, maka
perubahan harus dilahirkan dari pengalaman, oleh interaksi antara orang dan lingkungannya.
Perubahan yang semata-mata karena kematangan tidaklah termasuk berkualitas dalam belajar.
Perubahan-perubahan sementara yang diakibatkan oleh penyakit, kelelahan, kelaparan bukanlah
termasuk dalam belajar.
Jadi belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena
pengalaman. Selanjutnya yang menjadi masalah adalah perubahan yang terjadi dalam aspek apa?
Bab ini akan menguraikan beberapa pandangan berbeda dalam menyikapi perubahan ini (yang
disebut Teori Belajar), yang meliputi: behaviorisme, cognitivisme, humanisme, dan social-
cognition.
A. Pandangan Behaviorisme
Pandangan Behaviorisme didasarkan pada hubungan stimulus respon (S-R). Behaviorisme
bersumber dari pandangan John Locke mengenai jiwa anak yang baru lahir, ialah jiwanya dalam
keadaan kosong, seperti meja lilin putih bersih yang disebut dengan tabularasa. Dengan demikian
pengaruh dari luar jiwa anak sangat menentukan perkembangan jiwa anak dan pengaruh luar itu
2
dapat dimanipulasi (ditreatment secara leluasa). Dalam pandangan behaviorisme belajar
merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam berbuat pada situasi tertentu.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud dalam pandangan behaviorisme adalah tingkah laku yang
dapat diamati. Terjadinya perubahan tingkah laku yang dapat diamati sebagai indikasi telah
terjadinya kegiatan belajar. Berpikir dan emosi tidak mnjadi perhatian, karena keduanya tidak
dapat diamati.
Pendangan behaviorisme menganggap jiwa manusia itu pasif, yang dikuasai oleh stimulus-
stimulus atau perangsang-perangsang dari luar yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu
tingkah laku manusia itu dapat dimanipulasi, dapat dikontrol atau dikendalikan. Cara
mengendalikan tingkah laku manusia dengan mengontrol perangsang-perangsang yang ada di
lingkungannya. Tingkah laku manusia mempunyai hukum-hukum seperti yang berlaku dalam
hukum-hukum pada gejala alam, umpamanya hukum sebab akibat. Metode-metode kealaman
dapat dipakai dalam tingkah laku manusia, sehingga sifat hubungannya sangat mekanistis.
Dalam pendangan behaviorisme, diajukan rumus matematis dari tingkah laku, TL = fLk,
yakni tingkah laku itu merupakan fungsi lingkungan. Artinya tingkah laku itu bergantung pada
lingkungan. Jika lingkungan itu berubah, maka tingkah laku juga berubah. Jika kita
menginginkan tingkah laku tertentu, maka kita dapat mengubah lingkungan sedemikian rupa
sehingga membentuk tingkah laku yang diinginkan.
Belajar dalam pandangan behaviorisme memiliki beberapa karakteristik yang selanjutnya
disebut ciri-ciri teori belajar behaviorisme antara lain sebagai berikut:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan (enviromentalistis)
b. Mementingkah bagian-bagian (elementaris)
c. Mementingkan peranan reaksi (respon)
d. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
e. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan
g. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “trial and error” (mencoba dan gagal”)
Tokoh-tokoh yang mengembangkan pandangan behaviorisme antara lain: Watson, Torndike,
Skiner, dan Pavlov.
3
1. Teori Watson
Menurut Watson, behavior berarti tindakan atau aksi (action) yang dapat dilihat dan diamati
dengan cara yang obyektif. Watson merupakan tokoh yang mengembangkan teori belajar
hubungan S-R tanpa persyaratan yang disebut kontiguitas. Teori ini tidak mempertimbangkan
pengaruh variable yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Menurut teori kontiguitas,
faktor terbentuknya hubungan S-R cukup keadaan kontigu saja. Bilamana S kontigu (dibuat ada
bersama) dengan tingkah laku tertentu, maka akan terbentuklah hubungan dalam urat syaraf.
Belajar menurut Watson adalah jika S dan R ada bersamaan dan kontigu, maka hubungannya
akan diperkuat. Kekuatan hubungan S dan R tergantung pada frekuensi ulangan adanya S-R.
Watson mementingkan hukum ulangan atau hukum latihan dalam belajar. Hukum kedua yang
dipentingkan Watson adalah the law of recensy (hukum kebaruan). Artinya respon yang baru
akan lebih diperkuat dengan ulangan hadirnya dari respon yang lebih awal. Dasar kegiatan
belajar adalah dengan konditioning. Belajar adalah memindahkan respon lama terhadap stimuli
baru.
Sumbangan Watson terhadap perkembangan psikologi pendidikan antara lain: (1)
mempopulerkan ajaran behaviorisme, (2) adanya tingkah laku mesti ada hubungan syaraf di otak,
(3) untuk menjelaskan belajar perlu mengerti fungsi otak, (4) menggerakkan studi dan tingkah
laku secara obyektif, (5) mementingkan faktor lingkungan, dan (6) belajar adalah proses
membentuk hubungan S-R.
2. Teori Thorndike
Thorndike mengembangkan hukum belajar bahwa belajar akan lebih berhasil bila respon
murid terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang
atau puas timbul sebagai akibat anak mendapat pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini disebut
reinforcement. Kesuksesan anak dalam belajar akan dapat menimbulkan kepuasan dan kepuasan
pada gilirannya akan mendorong kesuksesan berikutnya.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike juga disebut konksionisme, yang
menyatakan bahwa belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon. Dalam teori ini terdapat 3 dalil atau hukum, yaitu: (1) hukum kesiapan (law of readness),
hukum latihan (law of exercise), dan hukum akibat (law of effect).
Hukum kesiapan menjelaskan bahwa seorang anak akan lebih berhasil belajarnya apabila
ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang anak yang memiliki kecenderungan
4
bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan ia melakukannya. Jika anak itu merasa puas
dengan tindakannya, maka ia akan cenderung mengulanginya. Sebaliknya bila ia tidak merasa
puas dengan tindakannya, maka ia cenderung menghindari tindakan itu.
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi,
akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan semakin jarang hubungan antara stimulus
dan respon, maka semakin lemah hubungan yang terjadi. Karena itu pengulangan yang akan
memberikan dampak positif adalah pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuk
pengulangannya yang tidak membosankan, dan kegiatan disajikan dengan cara menarik.
Hukum akibat menyatakan bahwa kepuasan yang lahir dari adanya ganjaran dari guru
akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau
meningkatkan apa yang telah dicapainya. Guru yang memberikan senyuman terhadap jawaban
anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “bagus”,
“hebat”, dan semacamnya akan merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan
dirinya dalam menguasai pelajaran. Dalam hukum akibat ini, jika terdapat assosiasi yang kuat
antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan tertanam lebih lama di ingatan
anak. Selain itu banyaknya pengulangan akan sangat menentukan lamanya konsep diingat anak.
Semakin banyak dilakukan pengulangan, maka konsep akan semakin tertanam secara kuat di
benak anak.
Thorndike menegaskan bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar tergantung dari kualitas
dan kuantitas hubungan S-R. Implikasi dari teori Thorndike dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut.
- Dalam menjelaskan suatu konsep, guru hendaknya mengambil contoh yang sekiranya
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
- Metode pemberian tugas dan metode latihan (drill and practice) akan lebih cocok.
- Dalam kurikulum, materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai
dengan tingkat kelas, dan tingkat sekolah.
3. Teori Skinner
Skinner merupakan salah satu pengembang teori dalam pandangan behaviorisme yang
terkenal dengan teori operant conditioning. Menurut Skinner tingkah laku tidak hanya respon
dari stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau disebut operant. Operant dipengaruhi
oleh apa yang terjadi sesudahnya. Operant conditioning atau operant learning melibatkan
5
pengendalian konsekuensi. Tingkah laku merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
pada situasi tertentu. Tingkah laku terletak diantara dua pengaruh yaitu pengaruh yang
mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuen) seperti gambar
berikut.
antecedent tingkah laku konsekuen
Dengan demikian tingkah laku itu dapat diubah dengan mengubah antecedent, konsekuen,
atau keduanya. Menurut Skinner konsekuensi sangat menentukan apakah seseorang akan
mengulangi suatu tingkah laku pada kesempatan berikutnya.
Selanjutnya yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengendalikan konsekuensi?
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi yang bersangkutan. Terdapat dua hal penting dalam pengendalian
konsekuensi, yaitu reinforcement dan punishment (hukuman).
a. Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement merupakan konsekuensi yang memperkuat tingkah laku. Peristiwa yang
memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan, sedangkan yang
menentukan sesuatu perbuatan itu memberikan reinforcement atau tidak bergantung pada
persepsi seseorang terhadap peristiwanya dan arti peristiwa itu baginya. Selanjutnya
reinforcement dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu reinforcement positif dan
reinforcement negatif.
Reinforcement positif terjadi apabila suatu stimulus tertentu (biasanya menyenangkan)
ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Misalkan seorang anak diajak
makan di MC Donald oleh ayahnya karena mendapatkan nilai 100 dalam ulangan matematika.
Reinforcement negatif terjadi apabila suatu stimulus tertentu (yang tidak menyenangkan)
ditolak atau dihindari. Jadi reinforcement negatif itu memperkuat tingkah laku dengan cara
menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Misalkan seorang anak yang dipanggil khusus
oleh gurunya karena membuat kegaduhan di dalam kelas pada saat pelajaran.
b. Punishment (Hukuman)
Punishment berbeda dengan reinforcement negatif. Reinforcement selalu berupa
memperkuat tingkah laku. Sedangkan hukuman mengandung pengurangan atau penekanan
tingkah laku. Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi
6
dalam situasi-situasi serupa pada saat lain. Dalam hal ini hukuman terbagi menjadi 2 macam,
yaitu presentation punishment dan removal punishment.
Presentation punishment terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan
atau diberikan. Misalnya guru memberikan tugas tambahan kepada seorang siswa karena siswa
tersebut melakukan kesalahan-kesalahan. Sedangkan removal punisment terjadi apabila stimulus
tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau
diinginkan. Misalkan anak dilarang nonton TV selama seminggu karena tidak mau belajar.
Secara ringkas pengendalian konsekuensi dapat digambarkan pada tabel berikut.
Stimulus Efek
Tingkah laku ditingkatkan Tingkah laku ditekan Ditunjukkan
Reinforcement positif Presentation punishment
Dihilangkan Reinforcement negatif Removal punishment
Salah satu penerapan reinforcement, misalnya seseorang yang belajar sesuatu hal baru,
maka akan lebih cepat kalau setiap responnya yang benar diberi reinforcement.
4. Teori Pavlov
Pavlov mengadakan eksperimen pada anjing dengan memberikan makanan dikaitkan
dengan bunyi bel dan lampu. Jika pada anjing ditunjukkan makanan, maka air liurnya akan
keluar secara refleks. Makanan sebagai stimulus yang bersifat alami, demikian juga refleknya.
Timbulnya reflek saliva karena melihat makanan itu disebut refleks sekresi psikis dan sekresi
fisiologis. Atas dasar refleks sekresi psikis dan fisiologis inilah sebagai dasar teori belajar dengan
kondisi (bersyarat) atau conditioning. Selanjutnya teori Pavlov berkembang dengan teori refleks
bersyarat.
Prinsip-prinsip teori refleks bersyarat dapat diterapkan pada hewan atau manusia antara
lain: (1) untuk membentuk atau mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak-
anak, misalnya pembiasaan kebersihan, kerapian, kesehatan, kejujuran, (2) untuk melatih tingkah
laku tertentu pada hewan, misalnya ketrampilan dalm sirkus, (3) Untuk mnghapus kebiasaan-
kebiasaan yang buruk dan mengurangi rasa takut pada anak-anak, misalnya anak yang biasanya
bangun pagi terlambat dapat dibiasakan bangun lebih pagi, (4) Untuk membentuk sikap-sikap
baik terhadap aktifitas belajar pada siswa, dan (5) untuk psikoterapi, misalnya untuk
menghilangkan rasa malu, agresif, dan tamak.
7
Jadi dengan model eksperimen refleks bersyarat dapat dipakai dalam pembentukan
tingkah laku yang diinginkan dengan pemberian hadiah atau hukuman.
B. Pandangan Kognitivisme
Fokus utama dari pandangan Kognitivisme adalah perilaku mental, pengetahuan, intelegensi,
dan berpikir kritis dengan asumsi bahwa belajar sebagai hasil dari proses/operasi mental. Teori-
teori yang berkembang dari pandangan kognitivisme antara lain: teori pemrosesan informasi,
herarki berpikir, teori perkembangan mental, dan teori berpikir kritis.
Teori Pemrosesan Informasi
Menurut Atkinson dan Shiffrin (1968), proses berpikir manusia bisa digambarkan seperti
berikut.
Ketika seseorang menghadapi stimulus (informasi), maka akan menangkap informasi
tersebut melalui sensory memory. Informasi yang tidak menarik, tidak menjadi perhatian
sehingga akan segera terlupakan dan informasi yang menarik perhatian akan diproses ke Short
Term Memory (STM). Ada beberapa proses yang terjadi di short term memory: (1) informasi
yang dirasakan tidak penting bagi dirinya akan segera terlupakan, (2) informasi yang dirasakan
penting akan dielaborasi dan dikodekan untuk disimpan di long term memory, (3) informasi
yang masuk di STM secara terulang-ulang juga akan disimpan di long term memory, dan (4)
informasi penting yang segera dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah akan segera
digunakan untuk merespon penyelesaian masalah. Selanjutnya apabila untuk menyelesaikan
8
suatu masalah tidak cukup dengan informasi yang ada di STM, maka akan memanggil informasi
yang ada di long term memory.
Herarki Berpikir
Bloom membagi kemampuan belajar dalam tiga domain, yaitu kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Masing-masing domain memiliki herarki yang
dikenal dengan Taxonomy Bloom’s Theory (Teori Taksonomi Bloom). Taksonomi Bloom
seringkali digunakan sebagai acuan menyusun penilaian hasil belajar siswa Level-level
taksonomi Bloom disajikan seperti Tabel 1 berikut.
Tabel 1: Leve-level Taksonomi Bloom
Domain Level
Kognitif Afektif Psikomotorik
1 Mengungkap kembali (recall) Menerima Imitasi
2 Pemahaman (komprehensif) Memberi tanggapan Manipulasi
3 Aplikasi Menghargai Persisi
4 Analisis Mengorganisasikan Artikulasi
5 Sintesis Internalisasi Nilai Naturalisasi
6 Evaluai
Perkembangan Mental (Kognitif)
Salah satu tokoh utama yang mengembangkan Teori Perkembangan Mental adalah
Puaget. Menurut Piaget, ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan, maka akan terjadi
proses adaptasi. Pada saat beradaptasi, seseorang mengalami dua proses kognitif, yaitu asimilasi
dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang sudah
terbentuk. Menurut Piaget (Brooks and Brooks,1993), assimilation is the incorporation of new
events into intelligence as a scheme or concept. Dalam proses asimilasi, stimulus
diinterpretasikan berdasarkan skema yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini, asimilasi
merupakan proses pengintegrasian stimulus ke dalam skema yang sudah dimiliki oleh seseorang.
Untuk mempermudah proses asimilasi, maka stimulus/informasi baru perlu dimodifikasi
sedemikian hingga sesuai dengan skema yang sudah dimiliki.
9
Akomodasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru melalui pembentukan
skema baru untuk menyesuaikan dengan stimulus yang diterima. Piaget (Brooks and Brooks,
1993) menegaskan bahwa dalam accommodation, existing schemes are modified to account for
new information. Dalam memecahkan masalah, terdapat proses kognitif yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan antara asimilasi dan akomodasi yang disebut dengan disequilibrasi. Proses
berpikir dalam pemecahan masalah akan berlangsung sampai terjadi keseimbangan yang disebut
equilibrium.
Meskipun telah mengemukakan tentang asimilasi dan akomodasi, namun Piaget tidak
menjelaskan lebih jauh bagaimana proses asimilasi dan akomodasi itu terjadi. Proses asimilasi
dan akomodasi yang terjadi ketika seseorang memecahkan masalah dijelaskan oleh Subanji
(2007) seperti Diagram 1 berikut.
Diagram1: Terjadinya Proses Asimilasi dan Akomodasi
Menyatakan kesesuaian antara struktur masalah dan skema yang dimiliki
Menyatakan ketidaksesuaian antara struktur masalah dan skema yang dimiliki
Pada proses asimilasi, struktur masalah sudah sesuai dengan struktur berpikir (skema)
yang dimiliki oleh seseorang, sehingga stimulus tersebut dapat diinterpretasi secara langsung
oleh orang tersebut. Dalam hal ini terjadi pengintegrasian stimulus ke dalam skema yang sudah
dimiliki. Ketika struktur masalah belum sesuai dengan skema yang dimiliki, maka akan terjadi
proses modifikasi skema lama atau pembentukan skema baru sehingga struktur masalah dapat
Asimilasi
Struktur Masalah Skema
Asimilasi
Akomodasi
Struktur Masalah Skema
Integrasi
Akomodasi
10
diintegrasi ke skemanya. Dalam proses pemecahan masalah, kedua proses, asimilasi dan
akomodasi bisa terjadi secara bersama-sama.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan untuk dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif pada dasarnya
adalah perubahan dari keseimbangan yang telah dimiliki ke keseimbangan baru yang
diperolehnya. Perkembangan kognitif seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan dan transmisi
sosialnya. Selanjutnya efektifitas hubungan antara setiap individu dengan lingkungan dan
kehidupan sosialnya, mempengaruhi tahap perkembangan kognitif yang dicapai oleh setiap
individu. Karena itu agar perkembangan kognitif seorang anak berjalan maksimal, maka harus
diperkaya dengan pengalaman edukatif.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Peaget menyimpulkan terdapat empat tahap perkembangan
kognitif manusia, yaitu:
1. Tahap sensori motor, yaitu dari lahir sampai sekitar umur 2 tahun
2. Tahap pra Operasi, yaitu dari sekitar umur 2 tahun sampai umur 7 tahun
3. Tahap Operasi Konkrit, yaitu dari sekitar umur 7 tahun sampai 11 tahun
4. Tahap operasi formal, yaitu dari sekitar 11 tahun dan seterusnya
Tahap-tahap perkembangan kognitif ini didasarkan pada penelitian di Swiss tahun 1950-an,
karena itu Piaget menegaskan bahwa perkiraan umur untuk masing-masing tahap mugkin
berbeda untuk tiap-tiap wilayah. Bahkan perkembangan kognitif ini mungkin juga berbeda
dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi saat ini.
C. Pandangan Humanisme
Pandangan Humanisme dipelopori oleh Maslow, Rogers, dan Peale. Dalam pandangan
Humanisme, keberhasilan belajar lebih dipengaruhi oleh sikap, kebutuhan, motivasi, dan tujuan
diri sendiri. Humanisme memandang siswa dari sudut siswa sendiri bahwa siswa itu merupakan
individu yang “unik”, memiliki potensi menentukan sikap dan tujuan sendiri yang menjadi kunci
keberhasilan belajarnya.
Untuk mendorong terjadinya berlajar yang efektif, perlu dilakukan beberapa hal berikut.
- Mengubah dan menciptakan lingkungan yang dapat menyenangkan siswa sedemikian
hingga siswa belajar dalam kondisi senang
11
- Menumbuhkan motivasi instrinsik
- Membebaskan siswa dari ancaman dan ketersiksaan di kelas
- Terarah/tujuan sendiri
- Bermakna bagi diri sendiri
Dalam pandangan Humanisme ini, Maslow membuat herarki motivasi/kebutuhan yang meliputi:
- Psysiological needs
- Safety needs
- Belongingness & love needs
- Esteem needs
- Need to know & understand
- Aestetic need
- Self-actualization
- Tran-scendence
Dalam level psysiological need, pembelajaran yang mengacu pada pandangan humanisme antara
lain active learning dan kontekstual.
D. Pandangan Sosio-Kognisi (Social Cognition)
Teori sosio-kognisi dipelopori oleh Bandura, Vygotsky, dan Sears. Dalam pandangan ini,
belajar merupakan hasil dari pengaruh lingkungan social berpikir siswa. Pengetahuan
dikonstruksi oleh siswa ketika terjadi interaksi berpikir satu dengan yang lain. Karena itu,
pembelajaran yang sesuai dengan pandangan sosio-kognisi adalah cooperative learning.
Vygotsky mengungkapkan dua konsep penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses
belajar siswa, yakni Zona Proximal Development (ZPD) dan Scaffollding. Pada dasarnya setiap
siswa memiliki potensi untuk bisa mengonstruksi pengetahuan secara individu (tanpa bantuan
orang lain) dan mengonstruksi pengetahuan karena adanya bantuan orang lain (minimal adanya
interaksi dengan orang lain). Siswa dapat mengonstruksi pengetahuan secara mandiri
menunjukkan adanya zona actual. Sebenarnya siswa dapat mengembangkan potensinya sampai
kondisi maksimal, bila dibantu oleh orang lain. Zona yang masih bisa dikembangkan secara
optimal dengan adanya bantuan orang lain disebut zona proximal development. Lebih jauh
Vygotsky menyarankan agar bantuan kepada siswa tidak telalu banyak tetapi secukupnya saja.
Bantuan secukupnya kepada siswa untuk bisa mengembangkan kemampuannya secara optimal
12
disebut scaffolding. Konsep Zona Actual, Zona Proximal Development, dan scafolding dapat
digambarkan sebagai berikut.
Keempat pandangan tentang belajar dan pembelajaran di atas menjadi dasar pengembangan pembelajaran di kelas. Seringkali keempat pandangan tersebut dikelompokkan menjadi pandangan behaviorisme dan pandangan konstruktivisme (cognitivisme, social-cognition, dan humanisme).
Zona Actual
Zona Proximal
Development
Scaffolding
13
BAB II PEMBELAJARAN BERMAKNA
Dalam pembelajaran, bagian terpentingnya adalah bagaimana siswa bisa memahami dan
mengerti informasi yang disampaikan oleh guru. Untuk bisa mencapai tujuan ini tentunya
informasi yang dipelajari bermakna bagi siswa. Sebagai ilustrasi pentingnya kebermaknaan,
berikut disajikan beberapa kalimat.
(i) Gempa daerah bumi masyarakat bencana trauma terkena itu di mengalami yang
(ii) Masyarakat di daerah yang terkena bencana gempa bumi itu mengalami trauma
(iii) Di daerah yang terkena bencana gempa bumi itu masyarakat mengalami trauma
Ketiga kalimat tersebut memiliki jumlah kata dan huruf yang sama, tetapi kalimat yang
mudah dipelajari dan diingat tentunya berbeda. Kalimat pertama mungkin akan sangat sulit
untuk dipelajari dan diingat. Kalimat kedua dan ketiga, meskipun susunannya berbeda mungkin
masih mudah untuk dipelajari dan diingat. Kenapa demikian? Karena terkait dengan makna yang
bisa ditangkap oleh kita. Kalimat pertama sering dikatakan sebagai kalimat yang tidak bermakna,
sedangkan kalimat kedua dan ketiga merupakan kalimat yang memiliki makna, sehingga bisa
dikaitkan dengan informasi yang sudah dimiliki oleh kita. Dalam pembelajaran di kelas, untuk
mempermudah siswa mempelajari suatu konsep, teori, atau informasi tentunya membutuhkan
kebermaknaan. Tidak bisa siswa hanya diminta menghafal tanpa makna dari suatu konsep, teori,
atau informasi. Ada satu contoh menarik tentang pembelajaran yang hanya menghafal yang
ditulis oleh Williams James dalam bukunya yang berjudul Talks to Teacher on Psychology
(dalam M. Nur, 2004).
Seorang teman guru sedang berkunjung ke sebuah sekolah, diminta mengajukan pertanyaan pada sebuah kelas saat pelajaran geografi. Setelah memperhatikan sejenak buku yang digunakan, ia mengatakan ” Seandainya kamu harus menggali sebuah lubang di tanah beratus-ratsu meter dalamnya, bagaimana seharusnya temperatur yang kamu temukan di dasar lubang – lebih panas atau lebih dingin dari yang di atas?” Tidak satupun siswa menjawab, guru kelas itu mengatakan ” Saya yakin mereka mengetahui jawabannya, namunmenurut saya, Anda tidak menanyakan pertanyaan itu dengan benar. Biarlah saya mencoba menanyakan. ” Kemudian sambil mengambil buku itu, guru bertanya ” Bagaimanakah kondisi di bagian dalam bumi?” dan mendapatkan jawaban segera dari setengah kelas secara serentak . ” bagian dalam bumi berada dalam keadaan cair memijar” (James: 1912, h. 150). Ini menunjukkan bahwa siswa telah menghafal informasi tersebut tanpa memahami
maknanya. Informasi yang ada di buku tersebut tidak berguna bagi mereka karena tidak terkait
dengan informasi lain yang mereka miliki. Informasi ”cair memijar” yang telah dihafal oleh
siswa dalam kasus di atas disebut sebagai pengetahuan inert, yakni merupakan pengetahuan
14
yang dapat dan seharusnya diterapkan ke situasi lebih luas, namun hanya diterapkan pada situasi
yang terbatas. Pengetahuan inert ini pada umunya merupakan pengetahuan yang dipelajari di
sekolah yang tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata (sehari-hari). Cara menyajikan
informasi dalam pembelajaran di sekolah sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar
dan menangkap informasi yang seharusnya di konstruksi. Pada kenyataannya masih banyak
guru yang menekankan pembelajaran hanya pada hafalan tanpa makna. Seperti dalam
pembelajaran matematika kenyataannya masih banyak pengajar matematika (guru) yang
menekankan pembelajaran pada prosedur. Pengajar matematika memberikan
rumus/cara/prosedur berhitung atau menyelesaikan soal (bukan menurunkan rumus), memberi
contoh soal dan menyelesaikannya, memberikan soal yang mirip dengan contoh dan siswa
diminta menyelesaikannya seperti yang dicontohkan oleh pengajar, dan dilanjutkan mengerjakan
latihan soal di buku atau di LKS. Model pembelajaran tersebut tidak bermakna bagi siswa,
karena hanya menekankan pada cara/prosedur dan siswa hanya meniru cara yang sudah
dicontohkan. Karena siswa hanya hafal prosedur tanpa mengetahui makna dari prosedur
tersebut, maka akan berdampak pada lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
matematika dan lemahnya kemampuan problem solving. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak
bisa mengaitkan satu konsep ke konsep yang lain.
Karena itu sudah saatnya, orientasi pembelajaran berubah dari pemberian doktrin yang
biasanya menekankan ”pokoknya” rumus, prosedur, dan cara yang digunakan ”harus itu”
menjadi pembelajaran yang mengembangkan proses berpikir siswa dengan menekankan pada
mengapa prosedur/cara/rumus itu yang digunakan. Hal ini sesuai dengan anjuran NCTM (2000),
Pape (2004), dan Goos (2004). Dalam hal ini Pape (2004), menekankan bahwa pembelajaran
perlu menekankan pada Meaning Based Approach (MBA) dan Goos (2004) menyarankan bahwa
dalam pembelajaran perlu diciptakan komunitas belajar di kelas melalui pendekatan Inquiry.
A. Pembelajaran Bermakna versus Tidak Bermakna Berdasarkan Proses Berpikir
Pada dasarnya sebelum proses pembelajaran, seorang siswa pasti sudah memiliki struktur
berpikir. Struktur berpikir tersebut sebagai modal dasar siswa untuk mengkonstruksi (termasuk
memahami, mempersepsi, membentuk konsepsi dan konsep, serta memecahkan) masalah baru
yang akan dipelajari. Dalam proses pembelajaran, seorang siswa dapat mengonstruksi
pengetahuan secara baik, apabila modal dasarnya (struktur berpikir siswa) cukup. Dalam hal ini,
struktur berpikir siswa terkait dengan sebagian struktur masalah yang sedang dipelajari. Semakin
kuat keterkaitan antara struktur masalah dan struktur berpikir siswa, maka akan semakin mudah
proses konstruksi yang terjadi.
15
Suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila struktur masalah (apa yang akan
dipelajari) terkait dengan struktur berpikir siswa (apa yang sudah diketahui). Dalam hal ini,
struktur masalah yang sedang dipelajari bisa dikaitkan dengan struktur berpikir (skema) yang
sudah ada di dalam pikiran siswa. Pembelajaran bermakna ditinjau dari proses berpikir siswa
dapat diilustrasikan seperti Gambar 1 berikut.
Gambar 1: Skema berpikir yang dimiliki siswa dan struktur masalah yang dipelajari
Misalkan skema berpikir siswa pada awalnya (sebelum pembelajaran) seperti Gambar 1a.
Struktur masalah yang akan dipelajari pada pembelajaran seperti pada Gambar 1b. Maka ketika
terjadi proses pembelajaran, terjadi konstruksi pengetahuan (skema berpikir) siswa seperti
Gambar 2 berikut.
Dari Gambar 2 terlihat bahwa dalam proses pembelajaran terjadi konstruksi pengetahuan
oleh siswa secara baik. Hal ini ditandai dengan adanya ikatan yang kuat dalam struktur berpikir
siswa yang berhasil dibangun dalam pembelajaran. Konstruksi pengetahuan dapat terjadi karena
dalam struktur masalah yang sedang dipelajari ”ada sebagian” yang sama dengan skema yang
sudah dimiliki oleh siswa, sehingga dapat membentuk jaringan skema berpikir yang terkait
secara kuat. Ini berarti bahwa siswa mampu membangun pengetahuan secara bermakna dan
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sudah bermakna bagi siswa.
Sebaliknya pembelajaran yang dilakukan dengan hanya memberikan prosedur/cara dan
rumus hanya memberikan ingatan sementara. Siswa memandang matematika hanya sekedar
kumpulan aturan dan rumus yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Tugas siswa hanya
Skema berpikir yang sudah dimiliki siswa Struktur masalah yang akan dipelajari
(a) (b)
Gambar 2: Skema berpikir setelah pembelajaran
16
menyelesaikan soal-soal yang ada di buku berdasarkan rumus yang sudah diberikan oleh guru.
Dalam hal ini kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan adalah (1) guru memberikan rumus-
rumus dan siswa menghafalkan -nya; (2) guru medemonstrasikan penggunaan rumus dan siswa
memperhatikannya; (3) guru memberikan soal yang mirip dengan contoh yang sudah
diberikannya dan siswa diminta untuk mengerjakan; (4) guru menekankan cara menyelesaikan
soal menggunakan prosedur yang sudah diberikan; dan (5) memberikan soal-soal pengayaan
yang semuanya menggunakan rumus yang sudah diberikan.
Dalam pembelajaran semacam ini, akan terjadi konstruksi pengetahuan pada diri siswa,
namun konstruksi yang terjadi sangat ”rapuh”. Siswa akan kesulitan mengaitkan pengetahuan
yang didapat dengan pengalaman yang sudah diperoleh (termasuk mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari) dan siswa juga akan mengalami kesulitan dalam mentransfer pengetahuan yang
diperoleh untuk memecahkan masalah-masalah lain yang masih terkait. Hal ini dapat terjadi
karena skema-skema yang dikonstruksi tidak sambung secara utuh, sehingga untuk memanggil
skema lama yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah baru menjadi terhambat.
Apabila dikaitkan dengan Teaching Contextually (Crawford, 2001), dari 5 (lima)
karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
dan Transferring, kesulitan yang akan dialami siswa dalam pembelajaran tidak bermakna adalah
Relating, Experiencing, dan Transferring. Siswa akan mengalami kesulitan dalam: (1)
menghubungkan satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain, (2) mengaitkan pengalaman
sehari-hari dengan pengetahuan yang akan dikonstruksi, dan (3) menstransfer pengetahuan yang
diperoleh untuk memecahkan masalah-masalah lain yang terkait.
Ditinjau dari lima karakteristik dasar realistic mathematics education (RME) yaitu: (1)
phenomenological exploration or the use of contexts; (2) the use of models or bridging by
vertical instruments; (3) the use of students own productions and constructions or students
contribution; (4) the interactive character of the teaching process or interactivity; dan (4) the
intertwining of various learning strands, maka semua krakteristik tersebut tidak terjadi dalam
konstruksi pengetahuan siswa.
Dalam tinjauan proses berpikir, pembelajaran tidak bermakna dapat diilustrasikan seperti
Gambar 3 berikut.
Gambar 3: Skema berpikir setelah pembelajaran
Skema awal yang dimiliki siswa Struktur masalah yang dipelajari
17
Dari Gambar 3 terlihat bahwa struktur masalah yang akan dipelajari tidak ada kaitannya
dengan skema berpikir yang sudah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran, ini biasa
dilakukan dengan hanya memberikan ”doktrin” atau ”pengumuman” yang harus diterima dan
dihafal oleh siswa. Misalnya ketika membelajarkan siswa tentang luas daerah segitiga, guru
secara langsung menuliskan rumus di papan tulis dan siswa harus menerima saja tanpa tahu
mengapa rumus luas daerah segitiga seperti itu.
Ditinjau dari proses konstruksi, pada diri siswa tersebut juga terjadi proses konstruksi,
namun proses konstruksi yang terjadi tidak bermakna sehingga menghasilkan ikatan skema yang
tidak permanen (tidak mulus). Ikatan skema berpikir yang ”putus-putus” tersebut, akan
menyulitkan siswa untuk mengingat pengetahuan yang sudah diperoleh dan juga menyulitkan
siswa untuk memecahkan masalah menggunakan skema-skema yang sudah dimiliki.
Semakin banyak ikatan skema berpikir yang putus-putus, maka untuk memanggil skema
lama yang akan digunakan untuk memecahkan masalah baru yang melibatkan banyak skema
lama akan menjadi sulit. Karena itu sudah sangat wajar kalau siswa yang sudah mengikuti
pembelajaran dengan memperoleh rumus-rumus dari guru masih mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah baru (meskipun sebenarnya mirip dengan masalah yang pernah
didapatkannya).
Ikatan skema berpikir yang putus-putus juga merupakan penyakit berpikir siswa dalam
belajar. Siswa akan mengalami kesulitan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain,
meskipun suatu konsep tersebut merupakan prasyarat dari konsep yang lain. Hal ini yang
menyebabkan lemahnya kemampuan analitik siswa dan pada akhirnya kreatifitas siswa juga
tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Oleh karena itu harus disadari bahwa pembelajaran matematika harus dilakukan secara
bermakna. Proses konstruksi pengetahuan harus dilakukan dengan mempertimbangkan antara
skema yang sudah dibangun siswa dan struktur masalah yang akan dipelajari. Berikut disajikan
beberapa contoh pembelajaran bermakna untuk materi matematika.
B. Beberapa Contoh Pembelajaran Bermakna
a. Pembelajaran Matematika secara Bermakna
Sebagai contohnya berikut disajikan pembelajaran luas daerah lingkaran dan segitiga
secara bermakna. Untuk mempelajari luas daerah lingkaran dan segitiga terlebih dahulu siswa
18
harus mengetahui luas persegi panjang. Bahwa luas daerah persegi panjang adalah banyaknya
persegi yang dapat menutup daerah persegi panjang. Pada Gambar 1 menunjukkan ada 60
persegi yang dapat menutup persegi panjang ABCD. Banyaknya persegi tersebut juga bisa
ditentukan lebih mudah dengan menghitung ada 12 (dua belas) baris persegi panjang yang
memuat 5 (lima) persegi. Karena itu, dalam menghitung luas daerah persegi panjang tersebut
bisa diperoleh dengan 60 = 12 x 5. Dalam hal ini 12 merupakan panjang dari persegi panjang
ABCD dan 5 merupakan lebar dari persegi panjang ABCD. Karena itu, apabila panjang persegi
panjang dituliskan p dan lebar persegi panjang dituliskan l, maka luas daerah persegi panjang
bisa ditulis L = p x l.
Gambar 1: Bangun Persegi Panjang
Setelah siswa mengetahui dan memahami tentang luas daerah persegi panjang, maka
siswa dapat menurunkan luas daerah lingkaran dari luas persegi panjang. Caranya dengan
mengubah daerah lingkaran menjadi daerah persegi panjang. Gambar 2a merupakan daerah
lingkaran yang akan ditentukan luasnya. Dengan memecah (memotong) daerah lingkaran
menjadi juring-juring kecil yang sama menjadi daerah lingkaran seperti Gambar 2b.
A B
C D
(a) (b)
r
r
19
Gambar 2: Daerah Lingkaran
Potongan-potongan juring yang berasal dari lingkaran tersebut dapat ditata sedemikian
hingga menjadi daerah jajar genjang seperti Gambar 3a. Selanjutnya Gambar 3b menyajikan
perubahan dari daerah jajar genjang menjadi daerah persegi panjang dengan memotong secara
vertikal juring paling kiri dengan tepat menjadi 2 bagian yang sama. Hasil potongan juring
bagian kiri digeser ke bagian paling kanan, sehingga menjadi daerah persegi panjang seperti
Gambar 3b berikut.
Gambar 3: Daerah yang Terbentuk dari Penyusunan Juring Lingkaran
Gambar 3b berupa jajar genjang dengan panjangnya separuh dari keliling lingkaran
(warna merah saja) dan lebarnya merupakan jari-jari lingkaran. Karena itu luas daerah lingkaran
dapat ditentukan dari luas daerah persegi panjang dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Dalam pembelajaran luas daerah segitiga, misalkan siswa sudah memiliki struktur
berpikir yang berkaitan dengan luas daerah persegi panjang. Untuk membelajarkan siswa tentang
luas daerah segitiga, dapat dilakukan dengan mengubah bangun segitiga menjadi bangun persegi
panjang. Selanjutnya diturunkan rumus luas daerah segitiga dari luas persegi panjang.
Adapun proses pembelajaran luas daerah segitiga dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
(a) (b)
Luas daerah lingkaran = luas daerah persegi panjang (Gb 3b)
= p x l
= rπ x r
= 2rπ
Jadi luas daerah lingkaran adalah 2rπ
p rπ=
r
20
Perhatikan bangun segitiga ABC pada Gambar 3 di bawah ini. Misalkan BC sebagai alas (ditulis
sebagai a) dan AD sebagai tinggi (ditulis sebagai t), maka akan dikonstruksi rumus luas daerah
segitiga ABC berdasarkan luas bersegi panjang.
Gambar 3: Daerah segitiga ABC
Apabila segitiga ABC dipotong pada setengah tingginya dan sejajar dengan alasnya, maka dapat
digambarkan seperti Gambar 4 berikut
Gambar 4: Daerah segitiga ABC dipotong setengah tinggi sejajar alasnya
Potongan segitiga bagian atas, dipotong lagi searah tingginya dan masing-masing
potongannya diputar dan ditutupkan pada sisi trapesium hasil potongan segitiga bagian bawah.
Proses tersebut dapat disajikan seperti Gambar 5 berikut.
A
B C D
t
½ t
½ t
21
Gambar 5: Proses pemotongan segitiga ABC
Dengan proses tersebut, segitiga ABC berubah menjadi bentuk persegi panjang dengan
panjangnya sama dengan alas segitiga dan lebarnya setengah tinggi segitiga, seperti Gambar 6
berikut.
Dengan menggunakan hukum kekekalan luas, bahwa sebuah bangun datar yang diubah
bentuknya ke bangun datar yang lain, maka luasnya tidak akan berubah, sehingga dapat
diturunkan rumus luas daerah segitiga dari luas daerah persegi panjang, sebagai berikut.
½ t
½ t
½ t
a
Luas daerah segitiga = luas persegi panjang
= p x l
= a x ½ t
= ½ axt
22
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Bermakna
Pembelajaran bermakna untuk bidang studi Bahasa Indonesia yang dicontohkan, antara
lain: model membaca satra, model berbicara sastra, model menyimak, model menulis.
Model Pembelajaran Membaca
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pembelajaran membaca cerpen ini.
Kali ini akan diberikan tiga alternatif model beserta langkah-langkahnya.
Alternatif Model 1
(Pendahuluan)
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
(2) Siswa dengan cara tertentu membentuk kelompok
(3) Siswa membaca cerpen
(4) Siswa berdiskusi untuk menentukan:
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen,
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat
di dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
(Penutup)
(5) Siswa mengadakan refleksi
Alternatif Model 2
(Pendahuluan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
2. Guru membacakan cerpen
3. Siswa menirukan pembacaan cerpen (klasikal atau individual)
4. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
5. Siswa membuat cerpen
(Penutup)
6. Siswa mengadakan refleksi
23
Contoh Pembelajaran model membaca sastra disajikan dalam lampiran 2
Model Pembelajaran Berbicara
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pembelajaran berbicara sastra. Kali ini
akan diberikan tiga alternatif model beserta langkah-langkahnya.
Alternatif Model 3
(Pendahuluan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
2. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai etika cerpen.
3. Siswa membuat cerpen
4. Siswa membacakan cerpennya
(Penutup)
5. Siswa mengadakan refleksi
Alternatif Model 1
(Pembukaan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan didiskusikan
2. (Kegiatan Inti)
3. Siswa membaca cerpen
4. Siswa dengan cara tertentu membentuk kelompok
5. Siswa berdiskusi untuk menentukan:
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen,
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
(Penutup)
6. Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
24
Contoh Pembelajaran model membaca sastra disajikan dalam lampiran 3
Alternatif Model 2
(Pembukaan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan didiskusikan.
(Kegiatan Inti)
2. Guru membacakan cerpen
3. Siswa menirukan pembacaan cerpen (bisa secara klasikal, bisa
individual)
4. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
6. Siswa membuat cerpen
(Penutup)
7. Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
Alternatif Model 3
(Pembukaan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan didiskusikan.
(Kegiatan Inti)
2. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
3. Siswa membuat cerpen
4. Siswa membacakan cerpennya
(Penutup)
5. Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
25
Model Pembelajaran Menyimak
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pembelajaran menyimak. Kali ini akan
diberikan dua alternatif model beserta langkah-langkahnya.
Contoh Pembelajaran model membaca sastra disajikan dalam lampiran 4
Alternatif Model 1 (Pendahuluan)
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan tema puisi yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
(2) Siswa dengan cara tertentu membentuk kelompok
(3) Guru membacakan puisi
(4) Siswa berdiskusi untuk menentukan:
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam puisi,
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam puisi dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) puisi dalam bentuk
ungkapan.
(5) Siswa membuat puisi
(Penutup)
(6) Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
Alternatif Model 2
(Pendahuluan)
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan tema puisi yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
(2) Guru membacakan puisi
(3) Siswa menirukan pembacaan puisi (bisa secara klasikal, bisa individual)
(4) Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam puisi;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam puisi dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) puisi dalam bentuk
ungkapan.
(5) Siswa membuat puisi
(Penutup)
(6) Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
26
c. Pembelajaran IPA secara Bermakna
Beberapa pembelajaran bermakna untuk bidang studi IPA dan Bahasa Indonesia antara
lain: Picture and Picture, Problem Based Instruction (PBI), Conccept Sentence, dan
Complete Sentence.
Pembelajaran picture and picture dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru menyajikan materi sebagai pengantar
- Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
- Guru meminta siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis
- Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
- Dari urutan gambar tersebut, guru memulai mengekplorasi, mengelaborasi,
mengkonsfirmasi, dan menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi.
- Guru dan siswa membuat rangkuman item-item penting terkait dengan kompetensi
yang sedang dipelajari.
27
BAB III PEMBELAJARAN KREATIF DAN INOVATIF
A. Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran
Hubungan antara model, strategi, metode dan teknik pembelajaran dapat digambarkan
sebagai berikut.
Model pembelajaran merupakan tingkatan yang paling luas mengenai praktik pembelajaran dan
memberikan orientasi filosofis pembelajaran. Model pembelajaran memiliki empat cirri khusus:
(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) landasan pemikiran tentang
apa dan bagaimana siswa belajar, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
terlaksana dengan baik, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Dari model yang dirancang digunakan untuk memilih dan merancang strategi
pembelajaran, metode, teknik, dan kegiatan siswa. Menurut Joyce, Weil, dan Showers, model
memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau teknik dan berfungsi
seabgai sarana komunikasi yang penting, apa yang akan dibicarakan di kelas dan bagaimana
praktik mengawasi siswa di kelas.Lebih jauh Joice dan Weil (1986) menjelaskan ada empat
model: pemrosesan informasi, behavioral, interaksi social, dan personal.
Dalam setiap model dapat digunakan beberapa strategi, seperti pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran tak langsung (indirect instruction), pembelajaran interaktif,
pembelajaran berdasarkan pengalaman, atau pembelajaran mandiri.
Dari strategi yang dipilih, selanjutnya menentukan metode pembelajaran yang digunakan
untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran digunakan untuk menciptakan lingkungan
Model
Strategi
Metode
Teknik
28
pembelajaran dan untuk menggambarkan keterlibatan guru dan siswa dalam berinteraksi di kelas.
Dalam praktik pembelajaran sebaiknya menggunakan beberapa metode, sebab masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Apabila guru mampu mengatur metode sedemikian
hingga saling menutupi kelemahan dan saling mendung keunggulan, maka proses pembelajaran
akan bisa berlangsung secara maksimal. Contoh metode pembelajaran antara lain: diskusi,
simulasi, dan ceramah.
Teknik pembelajaran merupakan praktik pembelajaran yang paling khusus, terkait
dengan bagaimana bertanya, berdiskusi, member pengarahan, mendemonstrasikan, dan
menjelaskan.
Dalam praktik pembelajaran juga sering dikenal istilah pendekatan pembelajaran.
Seringkali guru memahami pendekatan pembelajaran lebih luas dari model pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah: pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), pendekatan inquiry, pendekatan kooperatif, pendekatan kontekstual, dan sebagainya.
Namun demikian pendekatan juga sering disetarakan dengan strategi, seperti pendekatan
kooperatif disetarakan dengan strategi kooperatif, pendekatan kontekstual disetarakan dengan
strategi kontekstual. Karena itu dalam buku ini memilih pendekatan tidak dijadikan sebagai
istilah yang herarki dengan model, strategi, metode, dan teknik, tetapi memandang pendekatan
sebagai “cara”.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran optimal yang bisa mendorong siswa
berpikir kreatif, guru harus bisa mengkombinasikan berbagai model, strategi, metode, dan teknik.
Guru bisa membuat pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Berikut disajikan beberapa
contoh pembelajaran kreatif dan inovatif bidang studi matematika dan Bahasa Indonesia.
B. Pembelajaran dengan Media Pohon Matematika
Rekomendasi untuk pembaharuan matematika sekolah, yang saat ini menyarankan
pentingnya peran siswa dalam menghasilkan penyusunan soal. Sebagai contoh ‘the curriculum
and Evaluation Standar for School Mathematics (NCTM, 1989) menyatakan secara eksplisit
bahwa peserta didik harus mempunyai pengalaman mengenal dan memformulasikan soal-soal
mereka sendiri, yang merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran matematika. Lebih jauh
dalam “the Professional Standars for teaching Mathematics” (NCTM, 1991) disarankan
pentingnya bagi guru-guru untuk memberikan kesempatakan kepada siswa mengajukan soal-soal
29
mereka (problem posing): “siswa seharusnya diberi kesempatan untuk merumuskan soal-soal
dari situasi yang diberikan dan membuat soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-
kondisi dari soal-soal yang diberikan”.
Silver (1996) menjelaskan bahwa problem posing biasanya digunakan pada 3 bentuk
kegiatan kognitif matematika, yaitu:
a. Presolution posing, siswa menghasilkan soal-soal awal yang ditimbulkan oleh stimulus.
b. Within solution posing, siswa merumuskan soal yang dapat diselesaikan.
c. Postsolution posing, siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk
menghasilkan soal-soal baru.
Dalam penelitian Silver dan Cai (1996) tentang problem posing aritmatika, antara lain
diperoleh hasil bahwa (1) siswa sekolah menengah dapat menghasilkan sejumlah pertanyaan
matematis (90% dapat dipecahkan), bila kepada mereka disajikan buku pelajaran bentuk cerita
sebagai stimulus untuk memancing pertanyaan, (2) terdapat hubungan antara problem posing dan
problem solving, terutama kualitas pertanyaan yang disusun siswa dapat memberikan sumbangan
sebagai petunuk bagaimana dapat menyelesaikan soal-soal itu dengan baik, (3) siswa pada
kelompok atas (pandai) menghasilkan soal-soal yang lebih bersifat matematis dan kompleks dari
siswa kelompok bawah. Dalam penelitian lain, Silverman (Silver, 1996) melaporkan bahwa
siswa kelas 5, dapat menghasilkan soal cerita yang melampaui dalam tingkat kesukarannya
English (1998) mengadakan penelitian problem posing anak dalam konteks formal dan
informal. Dalam konteks formal kepada siswa diberikan ransangan berupa kalimat formal “2 – 4
= 8” selanjutnya siswa mengajukan masalah dari konteks formal tersebut. Dalam konteks
informal, kepada siswa diberikan gambar foto yang beraneka ragam warnanya, selanjutnya siswa
mengajukan permasalahan dari gambar tersebut. Hasil penelitian ini antara lain siswa lebih
banyak menghasilkan masalah berbeda untuk konteks informal daripada konteks formal.
Dalam pembelajaran matematika, pengajuan soal menempati posisi yang strategis.
Pengajuan soal merupakan inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam berpikir
matematis.
"Problem posing is of central important in the discipline of mathematics and in the
nature of mathematical thinking" (Silver, et.al, 1996:293).
30
Menurut English (1997), Silver dan Cai (1996), manfaat pengajuan soal antara lain:
a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap
matematika, sebab ide-ide matematika peserta didik dicobakan untuk memahami masalah
yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performennya dalam pemecahan masalah.
b. Membentuk peserta didik untuk bersikap kritis dan kreatif.
c. Mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan memecahkan masalah dan sikap peserta
didik terhadap matematika.
d. Dapat mempromosikan semangat inkuiri dan membentuk pikiran yang berkembang dan
fleksibel.
e. Mendorong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
f. Untuk mengetahui kesalahan atau miskonsepsi peserta didik.
g. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik, sebab pengajuan soal
memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar.
h. Menghilangkan kesan "keseraman" dan "kekunoan" dalam belajar matematika.
i. Mempersiapkan pola pikir atau kriteria berpikir matematis.
Lebih jauh Silver dan Cai (1996) menjelaskan bahwa problem posing berkorelasi positif
dengan kemampuan memecahkan masalah. Meningkatnya kemampuan problem posing dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Padahal kemampuan masalah merupakan
kemampuan esensial dalam belajara matematika. Karena itu sangat penting mengajarkan
anak untuk belajar dengan problem posing.
Selanjutnya pendekatan open ended merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan
dengan menyajikan masalah yang memiliki jawaban tidak tunggal atau cara menyelesaikan tidak
tunggal. Karena itu pendekatan open ended dapat dikelompokkan menjadi dua model: (1)
masalah dirancang dengan jawaban tidak tunggal dan (2) masalah yang memiliki jawaban
tunggal tetapi cara penyelesaiannya tidak tunggal. Ketika masalah dirancang dengan jawaban
tidak tunggal, maka proses berpikir siswa akan bebas menentukan bentuk jawabannya, asalkan
jawaban tersebut logis dan rasional. Begitupula untuk masalah yang memiliki jawaban tunggal
tetapi cara penyelesaiannya tidak tunggal, maka siswa dapat menyelesaikan dengan berbagai
31
bentuk, yang penting proses penyelesaian tersebut logis dan rasional. Dengan jawaban atau
proses tidak tunggal tersebut dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif.
Media Pohon Matematika Problem posing dan open ended merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan penalaran siswa. Keduanya memiliki karakteristik memberikan
kebebasan berpikir kepada siswa. Problem posing mengarahkan siswa untuk mengajukan
masalah, sedangkan open ended mengarahkan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang
memiliki jawaban atau cara penyelesaian tidak tunggal. Dalam hal ini siswa ”bebas” untuk
menentukan cara penyelesaian atau mendapatkan jawaban, yang penting prosedur penyelesaian
atau jawaban yang diperoleh logis dan rasional. Meskipun open ended sangat baik untuk
mengembangkan nalar siswa, namun banyak guru yang masih kesulitan menerapkannya. Hal ini
dapat terjadi, karena ”tidak mudah” untuk mengkonstruksi masalah yang memiliki jawaban atau
prosedur penyelesaian tidak tunggal. Begitupula dalam menerapkan problem posing, ”tidak
mudah” bagi guru untuk memilih stimulus yang dapat digunakan untuk membangkitkan masalah.
Karena itu, perlu ada pendekatan pembelajaran yang mampu memadukan open ended dan
problem posing serta mudah pelaksanaannya bagi guru. Pembelajaran dengan media pohon
matematika merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasinya.
Secara umum langkah-langkah pembelajaran matematika seperti berikut: (1) guru
menyajikan materi, (2) guru memberikan contoh beserta penyelesaiannya, (3) guru memberikan
soal (yang mirip-mirip dengan soal yang contohkan), (4) siswa mengerjakan soal latihan (yang
dibuat guru atau dari buku teks), (5) pembahasan.
Sebenarnya ada yang perlu ”diwaspadai” dalam langkah-langkah tersebut. Karena
pembelajaran tersebut lebih menekankan pada prosedur. Siswa diminta untuk ”meniru” cara
mengerjakan gurunya, ditandai dengan memberikan soal-soal latihan yang mirip dengan yang
sudah dikerjakan oleh gurunya. Hal ini dapat menjadi tidak bermakna apabila pengajar
matematika ”hanya” mengajarkan prosedur dengan tanpa menjelaskan mengapa prosedur
tersebut digunakan. Akibatnya siswa beranggapan bahwa dalam menyelesaikan masalah, cukup
memilih prosedur penyelesaian yang sesuai dengan masalah yang diberikan. Dalam hal ini fokus
pembelajaran tidak pada mengapa prosedur tertentu itu yang digunakan untuk menyelesaikan,
tetapi prosedur mana yang dipilih untuk menyelesaikan masalah dan pada bagaimana
menyelesaikan dengan prosedur tersebut. Dengan penekanan pembelajaran hanya pada prosedur
32
mengakibatkan penalaran siswa tidak berkembang secara optimal. Bahkan bisa menumbuhkan
proses berpikir pseudo (Subanji, 2007).
Pohon matematika merupakan suatu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan
penalaran siswa. Pembelajaran dengan pohon matematika merupakan balikan dari pembelajaran
yang biasa dilakukan di kelas, terutama dalam latihan-latihan soal yang diberikan. Selama ini
soal-soal yang diberikan kepada peserta didik dapat dikategorikan: (1) menentukan nilai
(menghitung), (2) menyederhanakan, (4) menggambar, dan (3) membuktikan (meskipun sangat
jarang). Dalam pembelajaran dengan pohon matematika, justru jawaban sudah diberikan dan
siswa diminta untuk mengkonstruksi soalnya. Atau soal yang jawabannya tidak tunggal dan
siswa diminta untuk mencari semua jawaban yang mungkin.
Dalam pembelajaran dengan pohon matematika, guru menyajikan pohon sebagai pokok
bahasan, ranting sebagai jawaban atau masalah. Jika ranting berisi jawaban, maka siswa diminta
mengkonstruksi soal di daunnya. Jika ranting berisi masalah (syaratnya masalah harus opend
ended), maka siswa mencari semua jawaban sebagai daunnya.
Sebagai contohnya, ketika membahas materi operasi bilangan bulat (matematika SD), soal
yang biasa diberikan oleh guru di kelas adalah menentukan hasil penjumlahan/pengurangan dari
beberapa bilangan bulat. Tugas tersebut tidak mendorong siswa untuk berpikir kreatif, karena
hanya menuntut penggunaan prosedur yang baku. Untuk mengubah menjadi pembelajaran yang
kreatif dan inovatif, maka tugas tersebut bisa diubah dalam bentuk pohon matematika: yang
diberikan jawaban dan siswa diminta menyusun masalah yang memiliki jawaban yang telah
diberikan. Adapun pohon operasi bilangan bulat bisa dibuat seperti Diagram 2.1. berikut.
Bil Bulat
Jumlah tiga bilangan
bulat adalah -2.
Tentukan sebanyak-
banyaknya bentuk
penjumlahannya!
Hasil
pengurangan dua
bilangan bulat
adalah -3.
33
Diagram 2.1. Pohon Integral
Di pohon bilangan bulat tersebut, siswa diminta mengkonstruksi daun, yaitu menyusun
penjumlahan tiga bilangan bulat yang hasilnya -2, seperti 3 + (-4) + (-1); -6 + 3 + 1; ( masalah
yang jawabannya sudah ditentukan dari dahannya (yakni luas daerah = 12 satuan persegi dan
volume = 14 satuan kubik). Untuk mengonstruksi pohon matematika ini, tentunya siswa harus
memahami konsep secara utuh dan mendalam. Selain itu siswa harus berpikir lebih keras, untuk
mengkaitkan antara konsep, masalah, dan jawaban yang disediakan. Dalam hal ini, siswa tidak
cukup jika hanya mengingat prosedur yang dicontohkan oleh guru. Karena itu pembelajaran
dengan media pohon matematika ini dapat mengembangkan penalaran siswa.
Pada pembelajaran materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan
Terbesar (FPB) di Sekolah Dasar (SD), soal yang biasa disajikan di sekolah adalah tentukan FPB
dan KPK dari beberapa bilangan. Dalam hal ini siswa hanya cukup menerapkan prosedur yang
biasa diberikan oleh gurunya. Karena itu siswa menjadi tidak kreatif.
Dengan pohon matematika, masalah yang disajikan justru FPB dan KPK sudah diketahui,
siswa diminta mencari pasangan-pasangan bilangan yang memenuhi FPB dan KPK yang
diketahui. Dalam prakteknya, guru cukup menentukan ranting yang berupa tiga bilangan yang
FPBnya 6 dan ranting yang lain, tiga bilangan yang KPKnya 24, siswa diminta mencari daun
sebanyak-banyaknya yang berupa pasangan tiga bilangan yang memenuhi FPB = 6 dan KPK =
24. Dengan cara ini siswa akan mampu mengonstruksi masalah (tiga bilangan) sebanyak-
banyaknya yang memenuhi syarat tersebut. Kebebasan untuk mengonstruksi masalah tersebut
akan mampu membuat siswa menjadi kreatif, yang berarti penalarannya juga akan mencapai
tingkat yang tertinggi.
34
Adapun pohon matematika yang berkaitan dengan FPB dan KPK disajikan pada Diagram 4.3
berikut.
Diagram 4.3 Pohon FPB dan KPK
Dalam pembelajaran matematika dengan pohon matematika ini, semakin banyak masalah
yang dibuat, maka pohon tersebut semakin memiliki banyak daun, berarti semakin “rindang”.
Sebaliknya bila daun yang dibuat salah, maka daun tersebut menjadi “benalu” yang mengurangi
kesuburan pohon. Dari kerindangan pohon matematika ini, dapat dilihat kretaivitas siswa.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dengan pohon matematika dapat dilakukan dengan:
(1) sistem individu dan (2) sistem kelompok. Pada tahap awal guru membuatkan ranting dan
siswa melengkapi daunnya. Pada tahap berikutnya, ranting bisa dibuat oleh siswa. Sehingga
dalam proses pembelajaran, guru ”benar-benar” hanya menjadi fasilitator.
C. Metode Silih Tanya
Metode Silih Tanya berbantuan kartu model merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memiliki empat (4) unsur pokok: (1) mendorong anak untuk kreatif melalui proses ”problem
posing” (pengajuan masalah); (2) mengkondisikan anak untuk berkompetisi (bisa secara
perorangan maupun secara berkelompok); (3) membiasakan anak untuk saling membantu
mengajari temannya yang mengalami kesulitan; (4) menciptakan situasi pembelajaran sambil
bermain, sehingga dalam proses pembelajaran, anak merasakan situasi yang menyenangkan,
asyik belajar sambil bermain.
F
P
B
&
K
P
K
Tiga bilangan
FPBnya = 6
Tiga bilangan
KPKnya = 24
35
Apa problem posing itu?
Rekomendasi untuk pembaharuan matematika sekolah, yang saat ini menyarankan
pentingnya peran siswa dalam menghasilkan penyusunan soal. Sebagai contoh ‘the
curriculum and Evaluation Standar foe School Mathematics (NCTM, 1989) menyatakan
secara eksplisit bahwa siswa-siswa harus mempunyai pengalaman mengenal dan
memformulasikan soal-soal mereka sendiri, yang merupakan kegiatan utama dalam
pembelajaran matematika. Lebih jauh dalam “the Professional Standars for teaching
Mathematics” (NCTM, 1991) disarankan pentingnya bagi guru-guru untuk memberikan
kesempatakan kepada siswa mengajukan soal-soal mereka (problem posing): “siswa
seharusnya diberi kesempatan untuk merumuskan soal-soal dari situasi yang diberikan dan
membuat soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari soal-soal yang
diberikan”.
Dalam pembelajaran matematika, pengajuan soal menempati posisi yang strategis.
Pengajuan soal dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat
pemikiran penalaran matematika.
"Problem posing is of central important in the discipline of mathematics and in the
nature of mathematical thinking" (Silver, et.al, 1996:293)
Berikut beberapa manfaat pengajuan soal antara lain adalah :
1. membantu peserta didik dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap
matematika, sebab ide-ide matematika peserta didik dicobakan untuk memahami masalah
yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performennya dalam pemecahan
masalah
2. merupakan tugas kegiatan yang mengarah pada sikap kritis dan kreatif,
3. mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan memecahkan masalah dan sikap
peserta didik terhadap matematika,
4. dapat mempromosikan semangat inkuiri dan membentuk pikiran yang berkembang dan
fleksibel,
5. mendorong peserta didik untuk dapat lebih bertanggung jawab dalam belajarnya,
6. berguna untuk mengetahui kesalahan atau miskonsepsi peserta didik,
7. mempertinggi kemampuan pemecahan masalah peserta didik, sebab pengajuan soal
memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar,
36
8. menghilangkan kesan "keseraman" dan "kekunoan" dalam belajar matematika,
9. mempersiapkan pola pikir atau kriteria berpikir matematis, berkorelasi positif dengan
kemampuan memecahkan masalah (Silver & Cai, 1996:522),
Mengapa anak kita HARUS kreatif?
Kreatif merupakan kompetensi tertinggi yang ”mestinya” dimiliki oleh anak. Karena dengan
kreatif, anak akan mudah untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang cepat berubah. Bahkan
anak kreatif akan cenderung mampu memberi ”warna” dalam kehidupannya. Dengan kreatif,
anak tidak hanya mampu ”menggunakan sesuatu”, tetapi akan mampu ”menciptakan
sesuatu”. Karena itu dengan menumbuhkan kreatifitas anak, harapannya ke depan, tidak
hanya menjadi pengguna hasil teknologi, tetapi mampu menciptakan teknologi yang berguna
bagi khalayak umum. Sehingga anak tidak hanya menjadi insan yang ”konsumtif”, tetapi
akan menjadi insan yang produktif.
Mengapa anak kita HARUS kompetitif?
Kenyataan hidup adalah kompetitif. Hampir semua lini kehidupan, penuh dengan nuansa
kompetisi. Perebutan kekuasaan negara (mulai pemilihan presiden sampai pemilihan ketua
RT) penuh dengan kompetisi. Untuk masuk ke suatu jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA,
atau Perguruan Tinggi) perlu kompetisi. Untuk mendapatkan suatu pekerjaan, harus
berkompetisi. Bahkan ketika belajar di sekolahpun juga perlu kompetisi.Karena itu dalam
proses pembelajaran juga perlu dikenalkan adanya kompetisi, dan perlu dilatih berkompetisi
yang baik. Kompetisi dikatakan baik apabila setelah selesai berkompetisi: (1) pemenang
mau menghargai dan membantu yang kalah; dan (2) yang kalah mau mengakui yang menang
dan mau belajar kepada yang menang. Perlunya pembelajaran dengan berkompetisi adalah
agar dalam menghadapi dunia nyata anak lebih siap.
Mengapa Kooperatif perlu ditanamkan kepada Anak?
Kerjasama (kooperatif) merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita.
Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di antara sesama manusia saling membutuhkan.
Tidak ada seorangpun manusia yang tidak membutuhkan orang lain. Karena itu orang yang
tidak mau kerjasama, akan menjadi lemah dan tidak mampu berkompetisi. Sebaliknya orang
37
yang mudah kerjasama, maka dia akan menjadi kuat dan berkembang secara maksimal.
Karena itu kemampuan untuk bekerja sama merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa.
Mengapa dalam Belajar Perlu Diciptakan Suasana Bermain?
Pembelajaran yang tidak diikuti oleh rasa menyenangkan bagi anak, akan mengakibatkan
perasaan ”terpaksa bagi anak” dalam mengikuti pelajaran, sehingga kelas dirasakan sebagai
”penjara” bagi anak. Dalam hal ini siswa harus mengikuti pelajaran, sementara proses tidak
menyenangkan. Karena itu belajar dengan suasana bermain merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi ini, anak merasakan enjoy di kelas, anak
memandang kelas sebagai lingkungan yang mengasyikkan, meskipun sebenarnya mereka
dituntut target untuk menyelesaikan suatu materi pelajaran.
METODEMETODEMETODEMETODE
SILIH SILIH SILIH SILIH
TANYATANYATANYATANYA
KARTU
SOAL
KARTU
JAWAB
REKAP
NILAI
KUNCI
JAWAB
WAKTU
KARTU
SOAL
KARTU
JAWAB
REKAP
NILAI
KUNCI
JAWAB
WAKTU
KARTU
SOAL
KARTU
JAWAB
REKAP
NILAI
KUNCI
JAWAB
WAKTU
38
A. Model-Model Pembelajaran Silih Tanya
- Model Kompetisi Biasa Jenis 1
- Model Kompetisi Biasa Jenis 2
- Model Kompetisi Berjenjang
- Model Kompetisi Kelompok Jenis 1
- Model Kompetisi Kelompok Jenis 2
- Model Kompetisi Gugur Bersemi
B. Langkah-langkah Pembelajaran Silih Tanya
1. Model Kompetisi Biasa Jenis 1 (MKB 1)
- Siswa diberi tugas ”membuat soal dan pembahasannya sebanyak 6 soal (di
lembaran berbeda) untuk pokok bahasan tertentu”. Dalam hal ini tugas membuat
soal dijadikan tugas rumah (PR) pada pertemuan sebelumnya.
- Siswa dibentuk dalam kelompok masing-masing terdiri 3-4 orang
- Aktifitas Silih Tanya (*)
- Guru merekap hasil yang diperoleh oleh masing-masing anak dalam satu
kelompok bermain
- Selanjutnya dilakukan permainan putaran kedua, dst. Sesuai dengan kesepakatan.
- Di akhir pembelajaran guru mengumumkan hasil dari masing-masing kelompok.
(*) Aktifitas Silih Tanya meliputi:
• Dilakukan undian untuk menentukan siapa yang berhak memberikan soal,
• Siswa yang menang undian memberikan soal,
• Dilakukan kesepakatan waktu dan dicatat di kartu waktu,
• Siswa mengerjakan soal dengan pengawasan pembuat soal,
• pengumpulan lembar jawab,
• Pembuat soal mengumumkan pembahasannya,
• Pembuat soal mengoreksi hasil kerja temannya dan memberikan nilai (bila ada siswa
yang tidak puas dengan nilai yang diberikan dapat melakukan protes dan bila tidak
ada kesepakatan terhadap nilai yang diberikan, maka guru berperan sebagai
penengahnya dan sekaligus membenahi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi),
39
• Pembuat soal memberikan penjelasan kepada teman bermainnya, bila ada jawaban
temannya masih salah. (proses silih tanya ini berlanjut sampai semua siswa dalam
satu kelompok telah memberikan soal, dalam hal ini disebut satu putaran)
2. Model Kompetisi Biasa Jenis 2 (MKB2)
Model kedua ini pada dasarnya sama dengan model pertama, hanya pembuatan
soalnya tidak menjadi tugas rumah, tetapi dilakukan pada saat pembelajaran.
3. Model Kompetisi Berjenjang
Model kompetisi berjenjang merupakan kelanjutan dari kompetisi biasa. Pada model
berjenjang, kompetisi biasa disebut jenjang I. Sedangkan jenjang II dimainkan oleh
para pemenang dari kompetisi biasa. Jenjang III dimainkan oleh para pemenang
jenjang kedua, dan seterusnya sampai diperoleh satu pemenang
4. Model Kompetisi Kelompok Jenis 1 (MKK1)
- Siswa dalam satu kelas dibentuk kelompok-kelompok dengan jumlah yang sama.
- Siswa diminta membuat soal dan jawabannya
- Ditentukan 4 kelompok yang akan bermain.
Aktifitas Silih Tanya (*)
- Aktifitas silih tanya putaran pertama dilakukan oleh seorang perwakilan masing-
masing anggota kelompok (misalnya x1, x2, x3, x4), putaran kedua dilakukan
oleh seorang perwakilan masing-masing anggota kelompok tetapi bukan yang
telah bermain, misalkan (y1, y2, y3, y4). Putaran permainan dilakukan sebanyak
anggota kelompoknya
5. Model Kompetisi Kelompok Jenis 2 (MKK2)
• Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, misalkan A,B,C,D.
• Kelompok A,B,C,D masing-masing membuat soal dan pembahasannya
• Dilakukan aktifitas silih tanya seperti aktifitas MKB, namun soal yang
diberikan atas nama kelompok dan penyelesaian soal juga dilakukan secara
kelompok
Catatan:
• MKK2 dapat divariasikan, misalkan dengan penunjukkan perwakilan siswa
untuk menjelaskan jawabannya dilakukan oleh pemberi soal.
40
• Soal yang dibuat dapat berupa tampilan drama, kontekstual, dsb., dan
kelompok-kelompok yang menjawab dapat membuat analisa tampilan tersebut
6. Model Kompetisi Gugur Bersemi
- Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil.
- Diadakan aktifitas silih tanya antar kelompok seperti MKK2.
- Kelompok yang kalah gugur, namun masih dapat menantang kembali
kelompok pemenang setelah melakukan persiapan yang lebih matang.
41
BAB IV
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dikembangkan berdasarkan teori social-
cognition, yang selanjutnya menjadi awal dari konstruktivisme social (socio constructivism).
Bahwa siswa akan bisa mencapai potensi optimal belajarnya apabila mendapat bantuan “orang
dewasa” yang lebih mahir dari dirinya. Orang dewasa yang dimaksudkan bisa guru atau siswa
yang memiliki pengalaman lebih banyak.
Pembelajaran kooperatif banyak dikembangkan oleh Slavin (1997). Dalam hal ini Slavin
mendefinisikan cooperative learning sebagai berikut.
Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for one another’s learning as well as their own.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode di mana siswa belajar bersama-sama dalam
kelompok dan anggota dalam kelompok tersebut saling bertanggungjawab satu dengan yang lain.
Menurut Artzt dan Newman (1990), cooperative learning didefinisikan sebagai berikut.
Cooperative learning is an approach that involves as small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal.
Bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan di mana para siswa dibentuk dalam
kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat dirumuskan ciri-ciri pembelajaran kooperatif
sebagai berikut. Pertama, siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Kedua, kelompok-
kelompok tersebut merupakan kelompok kecil. Ketiga, siswa di dalam kelompok melakukan
kegiatan belajar bersama (bukan sama-sama belajar). Keempat, masing-masing anggota
kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan anggotanya. Kelima, yang dipelajari dapat
berupa masalah, tugas, atau hal-hal lain yang menjadi tujuan bersama (As’ari, 2002).
42
Dalam pembelajaran kooperatif, peranan guru adalah mendorong dan atau
mengkondisikan kelas sedemikian hingga siswa bekerja sama dalam suatu tugas bersama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas bersamanya. Demikian
juga guru harus mengkondisikan agar dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai satu tujuan bersama.
Karena itu pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur dasar sebagai berikut.
1. setiap individu harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”
2. setiap individu bertanggungjawab terhadap segala sesuatu di kelompoknya
3. setiap individu di dalam kelompok harus memiliki tujuan yang sama
4. setiap anggota kelompok membagi tugas dan tanggungjawab yang sama
5. penghargaan menjadi milik bersama
6. adanya berbagi kepemimpinan antar sesama anggota kelompok
7. individu bertanggungjawab kepada kelompoknya terhadap tugas yang diberikan
kepadanya
Ciri-ciri belajar kooperatif
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
2. kelompok dibentuk secara heterogen, berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3. kelompok diupayakan terdiri dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda (bila
kelas terdiri dari berbagai ras, budaya, suku berbeda)
4. penghargaan berorientasi pada kelompok daripada individu
Pada akhirnya pembelajaran kooperatif berkembang menjadi banyak jenis, antara lain:
JIGSAW, Students Team Achievement Division (STAD), Teams Game Tournaments (TGT),
Learning Together (LT), One Stay Two Stray. Numbered Heads Together (NHT),dan Think Pair
Share (TPS). Selanjutnya akan dibahas beberapa pembelajaran kooperatif.
B. Pembelajaran Kooperatif JIGSAW
Setiap model pembelajaran dicirikan oleh: struktur tugas, tujuan, dan penghargaan
(Muslimin, dkk, 2000). Struktur tugas meliputi cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis
kegiatan yang dilakukan oleh siswa di kelas. Pembelajaran biasa dilakukan dengan
43
mengorganisasikan kelas secara klasikal, bangku diatur secara rapi menghadap ke depan, dan
meja guru berada di pojok depan. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan materi dengan
menulisnya di papan tulis dan memberikan soal latihan (ditulis di papan tulis atau dari
buku/LKS). Sementara itu yang dilakukan siswa adalah mencatat apa yang diberikan guru dan
mengerjakan soal latihan. Dalam hal ini interaksi yang terjadi sangat kecil, terbatas antara siswa
dan guru (itupun akan terjadi kalau siswa berani bertanya atau guru bisa mengembangkan
pertanyaan kepada siswa).
Dalam pembelajaran kooperatif dilakukan pengubahan sistem pengorganisasian kelas,
dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang saling berbagi dan saling bertanggungjawab
antar anggota kelompok. Salah satu bentuk pengorganisasian pembelajaran kooperatif adalah
model JIGSAW. Pengorganisasian pembelajaran model JIGSAW dilakukan seperti diagram
berikut.
Diagram 1: Pengorganisasian Kegiatan Pembelajaran Model JIGSAW
I A B C D
II A B C D
III A B C D
A A A B B B C C C D D D
I A B C D
II A B C D
III A B C D
TES DAN PENGHARGAAN KELOMPOK
44
Pembelajaran kooperatif JIGSAW dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.
Tahapan di kelompok asal bagian pertama: 10 menit
(i) Siswa dibentuk dalam kelompok 4 orang yang disebut sebagai kelompok asal,
(ii) Guru memberikan masalah (soal) kepada siswa (misalnya 8 soal: s1, s2, s3, s4, s5, s6, s7,
dan s8)
(iii) Siswa berdiskusi menentukan siapa yang menjadi ahli soal nomor ke-i (i = 1,2,3,...8)
(iv) Dalam hal ini satu anak menjadi ahli dalam dua soal
Tahapan di kelompok ahli: 20 menit
(i) Siswa berkumpul di kelompok ahli berdasarkan pilihan soal masing-masing (misalnya
ahli s1 & s2, ahli s3 & s4, dst)
(ii) Siswa berdiskusi menyelesaikan 2 soal yang sudah dipilih
(iii) Siswa di kelompok ahli saling mengajari sehingga benar-benar menjadi ahli untuk soal
tsb.
Tahapan di kelompok asal bagian kedua: 30 menit
(i) Siswa kembali ke kelompok asal
(ii) Siswa yang ahli di soal tertentu mengajari siswa yang ahli di soal yang lain dan
sebaliknya, sehingga semua siswa di kelompok itu mampu menguasai semua masalah
yang diberikan
Tahapan Kuis: 15 menit
(i) Siswa kembali ke bangkunya masing-masing
(ii) Guru memberikan kuis
(iii)Siswa mengerjakan kuis secara perorangan
(iv) Guru mengoreksi hasil kuis
45
Tahapan Penentuan Pemenang: 10 menit
(i) Guru mengumumkan skor peningkatan masing-masing kelompok
(ii) Guru mengumumkan nilai akumulatif masing-masing kelompok
(iii)Guru mengumumkan siswa yang memperoleh nilai sempurna
(iv) Pemberian penghargaan
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jenis Lain
Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif menjadi banyak jenisnya, antara lain:
Student Teams Achievement Divisions (STAD), Think Pair Share (TPS), Think Pair Square,
Group Investigation (GI), Cooperative Integrated Reading ang Composition (CIRC), Two
Stay Two Stray, Numbered Head Together,dan Cooperative Script. Adapun langkah-langkah
pembelajaran kooperatif disajikan sebagai berikut.
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dengan langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya)
b. Guru menyajikan materi pelajaran
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok. Anggota yang sudah mengerti diminta
untuk menjelaskan kepada anggota yang lain sampai semua anggota mengerti
d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa secara individu.
e. Guru mengoreksi hasil kuis
f. Guru mengumumkan hasil kuis dan pemenangnya
g. Kesimpulan
2. Think Pair Share (TPS)
TPS dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan oleh guru
46
c. Siswa diminta berpasangan dengan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Dalam hal ini siswa saling sharing
terhadap apa yang sudah dikerjakan.
d. Guru memimpin pleno, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum berhasil diungkap oleh siswa
f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari masalah yang dipelajari
g. Penutup
3. Think Pair Square
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Think Pair Square dimodifikasi dari TPS
yaitu memberikan tambahan langkah dengan penggabungan dari kelompok kecil. Adapun
langkah-langkah Think Pair Square adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan oleh guru
c. Siswa diminta berpasangan dengan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Dalam hal ini siswa
saling sharing terhadap apa yang sudah dikerjakan.
d. Masing-masing kelompok kecil (2 orang) bergabung menjadi kelompok besar (4
orang) untuk mendiskusikan masalah yang belum bisa terselesaikan di kelompok
kecil. Apabila masalah belum bisa terpecahkan di kelompok (4 orang), maka
kelompok bisa diperbesar lagi (8 orang). Akttifitas yang terjadi di kegiatan
kelompok tersebut adalah siswa saling sharing terhadap apa yang sudah
dikerjakan.
e. Guru memimpin pleno, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari masalah yang dipelajari
g. Penutup
4. Group Investigation (GI)
GI dikembangkan oleh Sharan (1992) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
47
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda
dari kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang
bersifat penemuan
e. Setelah diskusi, siswa memilih juru bicara kelompok untuk menyajikan hasilnya
f. Guru mengulas kembali secara singkat dari hasil diskusi sekaligus memberikan
kesimpulan
g. Guru memberikan kuis
h. Pengumuman pemenang
i. Penutup
5. Cooperative Integrated Reading ang Composition (CIRC)
CIRC dikembangkan oleh Steven & Slavin (1995) dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
c. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan dituliskan di lembar kertas
d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
e. Guru membuat kesimpulan bersama
f. Penutup
6. Two Stay Two Stray
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992) sebagai berikut.
a. Siswa dibentuk dalam kelompok yang berjumlah 4 orang
b. Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok
c. Siswa menyelesaikan tugas di masing-masing kelompok
d. Setelah kegiatan diskusi di kelompok sudah selesai, dua orang dari masing-masing
menjadi tamu dua kelompok yang lain.
e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
menjelaskan ke tamu mereka
48
f. Tamu mohon diri, kembali ke kelompok dan melaporkan temuannya kepada anggota
kelompoknya
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerjanya.
7. Numbered Head Together
Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992) adalah sebagai berikut.
a. Siswa terbagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat menyelesaikan masalahnya
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk menjelaskan hasil kerjasamanya
e. Tanggapan dari kelompok lain dengan cara guru menunjuk nomor lain
f. Kesimpulan
8. Cooperative Script
Cooperative Script dikembangkan oleh Dansereau (1985). Dalam kooperatif model ini,
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian
materi yang dipelajari. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Guru membentuk siswa secara berpasangan
b. Guru membagikan wacana/materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
d. Siswa yang berperan sebagai pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sedangkan
pendengar berperan: (1) menyimak/mengoreksi/menunjukkanide-ide poko yang
mungkin kurang lengkap, dan (2) membantu mengingatide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
f. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
49
g. Penutup
D. Penilaian dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam belajar kelompok, seringkali terjadi masalah bahwa hanya sebagian siswa yang mau
bekerja aktif, sementara siswa lain hanya ”nunut” atau ”numpang” nama saja. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa juga belajar kelompok. Agar tidak terjadi kondisi ”hanya
siswa tertentu yang aktif”, maka perlu membuat strategi penilaian yang dapat mendorong
siswa untuk memiliki tanggung jawab bersama dan saling membantu untuk memecahkan
masalah secara bersama. Pada dasarnya penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan dalam dua bentuk: penilaian individu dan penilaian kelompok. Penilaian individu
dilaksanakan dengan mengadakan kuis (di akhir pembelajaran). Sedangkan penilaian
kelompok dapat dilakukan dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Menetapkan skor dasar. Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor kuis yang lalu.
b. Menghitung skor kuis saat ini. Siswa memperoleh skor kuis berkaitan dengan pelajaran
saat ini.
c. Menghitung skor perkembangan. Siswa mendapatkan skor perkembangan yang besarnya
ditentukan berdasarkan perbandingan skor kuis terkini dengan skor kuis yang lalu (skor
dasar), dengan menggunakan aturan seperti berikut.
Posisi skor kuis terkini dibandingkan skor kuis yang lalu Skor perkembangan dari kelompok
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar 0 point
1 – 10 point di bawah skor dasar 10 point
0 – 10 point di atas skor dasar 20 point
Di atas 10 point dari skor dasar 30 point
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 point
50
Contoh Perangkat Penilaian Pembelajaran Kooperatif
Hasil Penilaian Pembelajaran Kooperatif
Mata Pelajaran : ……………………. Kelas/Semester : ……………………. Materi : ……………………. Standar kompetensi : ……………………. Kompetensi dasar : …………………….
Waktu, Waktu, Waktu, Kuis: Kuis: Kuis:
No Nama Siswa
Skor dasar
Skor kuis
Skor perkemb
Skor dasar
Skor kuis
Skor peningk
Skor dasar
Skor kuis
Skor perkemb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
51
20
Pengumuman Tempel Mingguan
Penentuan dan Penghargaan skor Tim dan Lembar Rangkuman Tim
Lagkah 1: Penentuan skor tim Skor tim dihitung dengan menambahkan skor
peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan
membagi dengan jumlah anggota tim tersebut
Langkah 2: Penghargaan atas keberhasilan tim Tiap-tiap tim menerima sertifikat khusus
berdasarkan pada rata-rata poin dengan kriteria
Rata-rata tim Penghargaan
15 poin Tim baik
20 poin Tim hebat
21 Mei 2010
RANKING SATU DITEMPATI KELOMPOK MAHIR
Anggota Kelompok MAHIR (Ahmad, Ridho, Salim, dan Ginanjar) menempatkan diri pada posisi pertama
minggu ini, dengan mencatat skor sepuluh point di atas skor dasar oleh Ridho, Salim, dan Ginanjar. Skor
yang ia peroleh menjadikan rankingnya melompat dari ranking 5 menjadi rangking 2. SELAMAT ya
KELOMPOK MAHIR. Kelompok MASTER yang terdiri dari Ogan, Olif, Manda, dan Jaya meskipun perolehan
skornya menurun dibanding minggu lalu, namun masih menduduki peringkat pertama, karena skor
komulatifnya masih paling tinggi.
Ranking minggu ini Skor minggu ini Skor Keseluruhan Rangking keseluruhan
Pertama: MAHIR 38 81 2
Kedua: MAPAN 36 78 4
Ketiga: MASTER 40 89 1
Keempat: MANTAP 37 80 3
SISWA YANG MENDAPATKAN SKOR SEMPURNA
Ridho (MAHIR) Jaya (MASTER)
Salim (MAHIR) Mamad (MAPAN)
Ginanjar (MAHIR) Sinta (MANTAP)
Manda (MASTER)
52
25 poin Tim super
Nama Tim:
Minggu ke Anggota Tim
1 2 3 4 5
Skor Tim total
Rata-rata
Penghargaan
Nama Tim:
Minggu ke Anggota Tim
1 2 3 4 5
Skor Tim total
Rata-rata
Penghargaan
53
BAB V
PEMBELAJARAN DENGAN MULTIPLE INTELLIGENCE
Pembelajaran tidak hanya digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir dan berkarya,
tetapi juga bisa digunakan untuk mengembangkan kepribadian siswa. Salah satu kepribadian
siswa akan tercermin dalam multiple intelligence. Apa yang dimaksud multiple intelligence?
Multiple intelligence di sini merujuk pada tujuh komponen kecerdasan manusia, yang meliputi
kecerdasan (1) lingusitik-verbal, (2) matematika-logis, (3) visual-spasial, (4) ritmik-musikal, (5)
kinestetik, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Masing-masing jenis kecerdasan ini harus
dikembangkan dalam pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan serba singkat pengertian masing-
masing jenis kecerdasan, kegunaannya dalam kehidupan siswa, dan beberapa contoh
pembelajarannya.
A. Kecerdasan Lingusitik-Verbal
Kecerdasan lingusitik-verbal mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan
jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk
mengemukakan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis (Amstrong, 1994: 2;
Lwin dkk., 2003:11).
Seseorang yang dengan kecerdasan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan
suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi,
menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
berbicara dan menulis (Lwin dkk., 2003:11).
B. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan
perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika
54
adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Ada konsistensi dalam pemikiran
logis (Amstrong, 1994: 2; Lwin dkk., 2003:43).
Anak yang cerdas secara matematis tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang masih
muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Selain itu, mereka cepat memahami konsep waktu. Mereka senang
melihat pola dalam informasi mereka, dan mereka dapat mengingat bilangan dalam pikiran
mereka dalam waktu yang panjang. Menjelaskan konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan
informasi menggunakan matematika dapat meningkatkan pemahaman mereka. Mereka suka
membuat kesimpulan ilmiah dari pengamatan mereka (Lwin dkk., 2003:43).
Kecerdasan matematis-logis dapat (1) meningkatkan logika dan memperkuat keterampilan
berpikir, (2) menemukan cara kerja pola dan hubungan, (3) meningkatkan pengertian bilangan,
(4) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, (5) memperbaiki kemampuan untuk
mengklasifikasikan dan mengelompokkan, dan (6) meningkatkan daya ingat (Lwin dkk.,
2003:44—48).
C. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin,
seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu. Apa kesamaan yang dimiliki oleh
professional yang kelihatannya berbeda ini? Mereka mempunyai kemampuan untuk melihat
dengan tepat gambaran visual di sekita mereka dan memperhatikan rincian kecil yang
kebanyakan orang lain mungkin tidak memperhatikan. Anda dapat mengatakan bahwa mereka
memiliki kekuatan persepsi yang besar. Apabila seorang seniman memperhatikan sebuah
lukisan, dia dapat memperhatikan perbedaan yang takkentara dengan cara penggunaan warna dan
perubahan dalam sapuan kuas (Amstrong, 1994: 2; Amstrong, 1994: 2; Lwin dkk., 2003:73).
Seseorang yang cerdas dalam bidang ini akan dapat menghasilkan informasi visual dengan
menciptakan atau memodifikasi gambaran atau objek fisik yang ada. Hal ini berarti mereka
mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan gambaran dalam pikiran mereka ke dalam
bidang fisik melalui penggambaran pelukisan, pemahatan, pembangunan, atau pembentukan
(Lwin dkk., 2003:74).
55
Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kreativitas, (2) meningkatkan daya ingat,
(3) mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah, (4)
mencapai puncak kinerja, dan (5) membantu anak mengungkapkan perasaan dan emosi (Lwin
dkk., 2003:75—82)
D. Kecerdasan Irama Musik
Kecerdasan irama musik adalah kemampuan menyimpan nada dalam benak seseorang,
untuk mengingat irama itu, dan secara emosional terpengaruh oleh musik.
Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kreativitas dan imajinasi, (2) meningkatkan
kecerdasan, (3) meningkatkan daya ingat, (4) membantu mengajarkan kecerdasan lainnya, dan
(5) mempunyai dampak terapi (Amstrong, 1994: 3; Lwin dkk., 2003:137—142).
E. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan Kinestetik memungkinkan manusia membangun hubungan yang penting antara
pikiran dan tubuh, dengan demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan
menciptakan gerakan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan menggunakan dengan baik
pikiran dan tubuh secara serempak untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan (Amstrong,
1994: 3; Lwin dkk., 2003:167—168).
Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kemampuan psikomotor, (2) meningkatkan
keterampilan social, (3) membangun an rasa percaya diri dan harga diri, (4) meletakkan fondasi
bagi gaya hidup sporty, d(5) meningkatkan kesehatan (Lwin dkk., 2003:169—174).
F. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di
sekitar kita. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan,
temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain, dan menanggapinya secara layak.
Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan
dan membangun hubungan dengan masyarakat (Amstrong, 1994: 3; Lwin dkk., 2003:197).
Kecerdasan ini berkembang dari pembinaan dan pengajaran.
56
Kecerdasan interpersonal penting untuk (1) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial
dan mudah menyesuaikan diri, (2) menjadi berhasil dalam pekerjaan, dan (3) kesejahteraan
emosional dan fisik (Lwin dkk., 2003:198—202).
G. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Orang yang berkecerdasan interpersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada
apa yang mereka lakukan dan terus-menerus membuat penilaian diri. Mereka selalu bersentuhan
dengan dengan pemikiran, gagasan dan impian mereka dan mereka juga memiliki kemampuan
untuk mengerahkan emosi mereka sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan membimbing
kehidupan mereka sendiri. Mereka adalah individu yang sangat termotivasi dengan keputusan
mereka. Akan tetapi, yang paling ekstrim, mereka bisa sangat individualistis dan introvert
(Amstrong, 1994: 3; Lwin dkk., 2003:233).
Kecerdasan ini penting untuk (1) mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri
yang membimbingnya kepada kestabilan emosi, (2) mengendalikan dan mengarahkan emosi, (3)
mengatur dan memotivasi diri, (4) bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri, dan (5)
mengembangkan harga diri yang tinggi (Lwin dkk., 2003:234—237).
5. Contoh Model Pembelajaran Kecerdasan Matematis-Logis Melalui Sastra
1. Pengertian
MODEL
MENGINGAT KEMBALI
57
Model Mengingat Kembali adalah model pembelajaran kecerdasan matematis-logis
melalui pembelajaran dengan cara mengingat semua fakta yang dibaca murid.
(1) murid diminta untuk membaca materi
(2) murid diminta untuk menjawab tugas yang berkenaan dengan kemampuan untuk
mengingat fakta yang ada
(1) waktu yang diberikan kepada murid untuk membaca hendaknya sesuai dengan
kecepatan membaca murid.
(2) Tugas yang diberikan kepada murid, bisa dijawab murid dari apa yang telah dibaca
murid.
(3) Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya menyenangkan, menantang, kalau perlu
diselingi atau dalam bentuk permainan.
(1) bacalah karya di bawah ini dengan cermat!
Rumah Siput
Dahulu kala, Siput tidak pernah membawa-bawa rumahnya. Ia sangat bangga
pada rumahnya itu. Suatu hari, ia berjalan-jalan di hutan. Ia ingin tahu, apakah ada rumah yang lebih indah dari rumahnya.ia mengintip rumah semut.
“Hihi, rumah semut seperti gudang! Makanan di mana-mana,” tawa siput. “Apa yang lucu?” Tanya tawon dari atas pohon. Siput mendongak dan melihat benda coklat tergantung di atas pohon.
2. Langkah
3. Hal Yang Perlu Diperhatikan
4. Contoh Pembelajaran dalam Sastra
58
“Mari mampir!” ajak tawon . “Ini rumahku.” “Astaga, rumahmu tergantung di sana?” “Iya. Rumahku ini terbuat dari Lumpur dan…” “Lumpur? Aku tak mau mampir di rumah lumpur!” potong siput, lalu tertawa
terpingkal-pinkal. “Aduh, lucunya. Perutku sampai sakit!” “Apa yang membuat perutmu sakit?” Tikus muncul dari semak-semak. “Oh, Tikus! Aku ingin tahu, di mana rumahmu?” Tanya siput. Tak lupa ia
menceritakan kejelekan rumah semut dan tawon. Tikus menjawab dengan suara pelan, “Rumahku lebih buruk dari rumah mereka.
Aku tinggal di dalam got.” “Got?” Siput memekik. Segera ia memencet hidungnya. ”Gelap dan bau!
Week!Aduh, sepertinya tak ada rumah yang lebih bagus dari rumahku!” “Nngg-ngng, pergilah ke rumah Kepodang Emas!” Tawon mendengung di udara. “Siapa tahu rumahnya jauh lebih bagus dari rumahmu!” Wajah siput memerah. Ia tak rela bila rumah Kepodang Emas lebih bagus dari
rumahnya. Segera ia naik ke atas pohon dan masuk ke rumah Kepodang. Matanya terbelalak Rumah itu sangat indah terbuat dari anyaman rumput.
“Rumahku tentu tak seindah rumahmu,” kata Kepodang Emas rendah hati. Siput menjadi malu sekali. Ia cepat-cepat pergi. “Apakah rumah Kepodang seindah rumahmu?” Tanya semut ketika berpapasan.
Tawon mendengung dan tikus mencicit. Siput merasa mereka menertawakan kecongkakannya.
Sejak itu Siput malu keluar dari rumahnya. Agar tak bertemu siapapun, ia selalu membawa rumahnya kemana pun ia pergi. (BOBO NO. 26/XXXII/2004)
(2) Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
Bisa juga soalnya berupa pilihan ganda (atau bentuk lainnya)
1. Siapakah yang membangga-banggakan rumahnya?
2. Rumah siapakah yang seperti gudang?
3. Rumah siapakah yang terbuat dari lumpur?
4. Siapakah yang tinggal di got?
5. Rumah siapakah yang lebih indah dari rumah siput?
1. Hewan yang membangga-banggakan rumahnya adalah ….
a. semut b. tawon siput d. tikus
2. Rumah yang seperti gudang adalah rumah …
a. semut b. tawon siput d. tikus
3. Siput tertawa mendengar rumah dari lumpur milik ….
a. semut b. tawon siput d. tikus
4. Hewan yang merasa rumahnya paling buruk adalah …
a. tikus b. tawon siput d. kepodang emas
59
Urutkanlah cerita di bawah ini sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh dan
masuk akal!
1. Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini!
(1) Dahulu kala, Siput tidak pernah membawa-bawa rumahnya.
(2) Ia sangat bangga pada rumahnya itu.
(3) Suatu hari, ia berjalan-jalan di hutan.
(4) Ia ingin tahu, apakah ada rumah yang lebih indah dari rumahnya.ia mengintip
rumah semut.
Kalimat-kalimat di atas akan menjadi sebuah penggalan kisah bila diurutkan
menjadi urutan ….
a. (1), (2), (3), (4)
b. (1), (2), (4), (3)
c. (2), (1), (3), (4)
d. (2), (1), (4), (3)
2. Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini! (1) “Oh, Tikus! Aku ingin tahu, di mana rumahmu?” Tanya siput.
4. Contoh Pembelajaran
MODEL
MENGURUTKAN CERITA
60
(2) Tikus menjawab dengan suara pelan, “Rumahku lebih buruk dari rumah mereka. Aku tinggal di dalam got.”
(3) “Got?” Siput memekik. (4) Segera ia memencet hidungnya.
Kalimat-kalimat di atas akan menjadi penggalan cerita bila diurutkan menjadi urutan
…. a. (1), (2), (3), (4)
b. (1), (2), (4), (3)
c. (2), (1), (3), (4)
d. (2), (1), (4), (3)
(1) Bacalah cerita di bawah ini dengan cermat!
(2) Kerjakanlah tugas di bawah ini! (Guru bisa memilih salah satu bentuk tugas)
Siswa diminta untuk
membaca cerita “Rumah
Siput”
(1) Ada berapa macam hewan yang diceritakan pada bacaan di
atas?
(2) Ada berapa rumah yang lebih buruk dari rumah siput?
(3) Ada berapa rumah yang lebih bagus dari rumah siput?
4. Contoh Pembelajaran
MODEL
MENGHITUNG
61
Lampiran 1: Contoh RPP Kreatif
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN ...................................
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III/II
Standar Kompetensi: Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang
serta penggunaannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Menghitung luas persegi dan persegi panjang
Indikator : - Menemukan rumus luas daerah persegi
- Menentukan luas daerah persegi
- Menemukan rumus luas daerah persegi panjang
- Menentukan luas daerah persegi panjang
- Menyelesaikan masalah berkaitan dengan luas daerah persegi
dan persegi panjang
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 pertemuan)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu menghitung luas persegi dan persegi panjang
B. MATERI AJAR
Luas persegi dan persegi panjang
C. METODE PEMBELAJARAN
Praktek dan diskusi kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
62
Pendahuluan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
- Guru memberikan kepada siswa
beberapa bangun persegi dan
persegi panjang
- Siswa mengelompokkan bangun
mana yang berbentuk persegi dan
mana persegi panjang
- Guru menunjukkan kepada siswa
daerah persegi dan daerah persegi
panjang
- Siswa mengelompokkan bangun
mana yang merupakan daerah persegi
dan mana yang merupakan daerah
persegi panjang
- Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa “menurut kalian, apa
perbedaan antara persegi dan daerah
persegi; antara persegi panjang dan
daerah persegi panjang?”
- Siswa mengeksplorasi perbedaan
antara persegi dan daerah persegi,
antara persegi panjang dan daerah
persegi panjang
10
menit
Kegiatan Inti
- Guru membentuk siswa dalam
kelompok dan memberikan:
(1) LKS I (kegiatan 1), yaitu 3
(tiga) lembar karton yang
berukuran kecil, sedang, dan
besar, selanjutnya disebut Persegi
1, Persegi 2, dan Persegi 3.
Masing-masing berukuran 12 cm
x 12 cm, 16 cm x 16 cm, dan 20
cm x 20 cm, dan
(2) 54 lembar karton persegi satuan
berukuran 4 cm x 4 cm, yang
akan digunakan untuk
menentukan luas daerah persegi
1, persegi 2, dan persegi 3
• Guru meminta siswa untuk
- Siswa berkelompok 3-4 orang
- Dalam kelompoknya siswa praktek
menempelkan persegi satuan ke
persegi 1, persegi 2, dan persegi 3,
sekaligus menentukan
- luas daerah persegi 1 adalah ....
satuan persegi
- luas daerah persegi 2 adalah ....
satuan persegi
- luas daerah persegi 3 adalah ....
satuan persegi
63
menghitung banyaknya persegi
satuan yang dapat menutup
daerah persegi 1, 2, dan 3.
• Guru menegaskan kepada siswa
bahwa banyaknya persegi satuan
yang dapat menutup persegi
tersebut merupakan luas daerah
persegi
• Guru meminta siswa untuk
menentukan luas daerah persegi
1, 2, dan 3
- Guru memberikan pertanyaan:
”darimana kalian bisa mempero-
leh luas daerah persegi1 = 9
persegi, luas daerah persegi 2 =
16 persegi, dan luas daerah
persegi 3 = 25 persegi
- Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa ”adakah cara lain
untuk menghitung luas daerah
persegi? Kalau persegi itu sangat
besar, bagaimana bisa meng-
hitung luasnya?”
- Guru membimbing siswa untuk
bisa menemukan bahwa luas
daerah persegi dapat dihitung:
”panjang sisi dikalikan pan-
jang sisi”
Siswa menjawab pertanyaan guru dan
berpikir untuk menemukan bahwa
- luas daerah persegi 1 = ..... x ....
satuan persegi
- luas daerah persegi 2 = ..... x ....
satuan persegi
- luas daerah persegi 3 = ..... x ....
satuan persegi
- Guru meminta siswa melanjutkan
mengerjakan LKS I (kegiatan 2)
(terlampir)
Siswa mengerjakan kegiatan 2
- Siswa menemukan luas daerah
persegi = s x s
64
- Guru berkeliling mengamati dan
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
menemukan luas daerah persegi =
s x s
- Guru meminta siswa melanjutkan
mengerjakan LKS I (kegiatan 3)
(terlampir)
- Guru berkeliling mengamati dan
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
bisa menyelesaikan masalah ber-
kaitan dengan luas daerah persegi
Siswa menyelesaikan masalah sehari-
hari berkaitan dengan luas daerah
persegi (kegiatan 3)
Penutup
- Guru bersama-sama siswa
menyimpulkan rumus luas daerah
persegi
- Guru memberikan PR
Siswa menyimpulkan Luas daerah
persegi = s x s
10
menit
Pertemuan 2
Pendahuluan
- Guru menunjukkan bangun persegi
- Siswa memperhatikan bangun persegi
yang ditunjukkan oleh guru dan
menjawab pertanyaan guru
- Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa “berapa luas daerah
persegi tersebut?”
65
Kegiatan Inti
- Guru membentuk siswa dalam
kelompok dan memberikan:
(1) LKS II (kegiatan 1), yaitu 3
(tiga) lembar karton yang
berukuran kecil, sedang, dan
besar, selanjutnya disebut Persegi
panjang 1, Persegi panjang 2, dan
Persegi panjang 3. Masing-
masing berukuran 8 cm x 12 cm,
16 cm x 20 cm, dan 20 cm x 28
cm, dan
(2) 61 lembar karton persegi satuan
berukuran 4 cm x 4 cm, yang
akan digunakan untuk
menentukan luas daerah persegi
panjang 1, persegi panjang 2, dan
persegi panjang 3
• Guru meminta siswa untuk
menghitung banyaknya persegi
satuan yang dapat menutup dae-
rah persegi panjang 1, 2, dan 3.
• Guru menegaskan kepada siswa
bahwa banyaknya persegi satuan
yang dapat menutup persegi
panjang tersebut merupakan luas
daerah persegi panjang
• Guru meminta siswa untuk
menentukan luas daerah persegi
panjang 1, 2, dan 3
- Siswa berkelompok 3-4 orang
- Dalam kelompoknya siswa praktek
menempelkan persegi satuan ke
persegi panjang 1, persegi panjang 2,
dan persegi panjang 3, sekaligus
menentukan
- luas daerah persegi panjang 1
adalah .... satuan persegi
- luas daerah persegi panjang 2
adalah .... satuan persegi
- luas daerah persegi panjang 3
adalah .... satuan persegi
- Guru memberikan pertanyaan: Siswa menjawab pertanyaan guru dan
66
”darimana kalian bisa
memperoleh luas daerah persegi
panjang 1 = 6 persegi, luas daerah
persegi panjang 2 = 20 persegi,
dan luas daerah persegi panjang 3
= 35 persegi
- Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa ”adakah cara lain
untuk menghitung luas daerah
persegi? Kalau persegi itu sangat
besar, bagaimana bisa
menghitung luasnya?
- Guru membimbing siswa untuk
bisa menemukan bahwa luas
daerah persegi dapat dihitung:
”panjang sisi dikalikan lebar
sisi”
berpikir untuk menemukan bahwa
- luas daerah persegi 1 = ..... x ....
satuan persegi
- luas daerah persegi 2 = ..... x ....
satuan persegi
- luas daerah persegi 3 = ..... x ....
satuan persegi
- Guru meminta siswa melanjutkan
mengerjakan LKS II (kegiatan 2)
(terlampir)
- Guru berkeliling mengamati dan
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
menemukan luas daerah persegi
panjang = p x l
Siswa mengerjakan kegiatan 2
- Siswa menemukan luas daerah
persegi panjang = p x l
- Guru meminta siswa melanjutkan
mengerjakan LKS II (kegiatan 3)
(terlampir)
- Guru berkeliling mengamati dan
Siswa menyelesaikan masalah sehari-
hari berkaitan dengan luas daerah
persegi panjang (kegiatan 3)
67
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
bisa menyelesaikan masalah
berkaitan dengan luas daerah
persegi panjang
Penutup
- Guru bersama-sama siswa
menyimpulkan rumus luas daerah
persegi panjang
- Guru memberikan PR
Siswa menyimpulkan bahwa luas
daerah persegi panjang = p x l
Pendahuluan
E. SUMBER BELAJAR
Buku pelajaran kelas VI SD, penerbit Erlangga pengarang Sukino, hal 22 - 26
F. PENILAIAN
Instrumen penilaian terlampir
Mengetahui Malang,
Kepala Mata Pelajaran
………………………………… …………………………….
68
Lembar Kegiatan Siswa (LKS I)
Nama Kel: 1. ……………….
2. ………………
3. ……………...
4. ..…………….
Tujuan :
- Siswa dapat menemukan rumus luas daerah persegi
- Siswa dapat menerapkan rumus luas daerah persegi untuk menyelesaikan masalah
Prasyarat:
- Siswa mengenal bangun persegi
Kegiatan 1:
Perhatikan bahwa masing-masing kelompok mendapatkan:
(a) 3 (tiga) lembar karton berbentuk persegi yang berukuran kecil, sedang, dan besar,
selanjutnya disebut Persegi 1, Persegi 2, dan Persegi 3,
(b) 54 lembar karton persegi satuan.
Persegi 1
Tutuplah persegi 1 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi 1 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persegi 2
Tutuplah persegi 2 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 1 disebut luas daerah
persegi 1.
Luas daerah persegi 1 adalah ......... satuan persegi
69
Persegi 2 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persegi 3
Tutuplah persegi 3 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi 3 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Kegiatan 2
Perhatikan Gambar di bawah ini!
Misalkan diberikan persegi
Persegi 1cm x 1cm disebut persegi satuan
(a) Diberikan daerah persegi besar berukuran 3 cm x 3 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
Luas persegi tersebut adalah .....x...... (persegi kecil) = .....x..... (cm2).
1 cm
1 cm
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 2 disebut luas daerah persegi 2.
Luas daerah persegi 2 adalah ......... satuan persegi
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 3 disebut luas daerah persegi 3.
Luas daerah persegi 3 adalah ......... satuan persegi
70
(b) Diberikan daerah persegi besar berukuran 5 cm x 5 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
Luas persegi tersebut adalah .....x...... (persegi kecil) = .....x..... (cm2).
Kegiatan 3
Selesaikan soal-soal berikut!
1. Gambarkan persegi satuan pada gambar (a) dan gambar (b) berikut dan tentukan banyaknya
persegi satuan yang ada!
Berapa luas persegi (a) dan luas persegi (b)? Berikan alasan terhadap jawabanmu!
2. Tentukan luas daerah persegi berikut dengan ukuran-ukuran yang telah diberikan!.
6 cm
9 cm
6 cm 9 cm
(a)
(b)
71
3. Pak Hamid akan memasang plafon atap rumahnya, yang terdiri dari 3 (tiga) ruangan, yaitu:
kamar, ruang tamu dan ruang keluarga. Kamar berbentuk persegi berukuran 3 m x 3 m, ruang
tamu berukuran 4 m x 4 m, dan ruang keluarga berukuran 5 m x 5 m. Ukuran plafon yang
tersedia di toko adalah 1 m x 1 m. Berapa banyaknya plafon (paling sedikit) yang harus dibeli
oleh Pak Hamid, agar cukup untuk dipasang di tiga ruangan tersebut! Beri alasan terhadap
jawabanmu, bisa dengan kata-kata atau gambar!
72
Lembar Kegiatan Siswa (LKS II)
Nama Kel: 1. ……………….
2. ………………
3. ……………...
4. ..…………….
Tujuan :
- Siswa dapat menemukan rumus luas daerah persegi panjang
- Siswa dapat menerapkan rumus luas daerah persegi panjang untuk menyelesaikan
masalah
Prasyarat:
- Siswa mengenal bangun persegi panjang
Kegiatan 1:
Perhatikan bahwa masing-masing kelompok mendapatkan:
(a) 3 (tiga) lembar karton berbentuk persegi panjang yang berukuran kecil, sedang, dan besar,
selanjutnya disebut Persegi 1, Persegi 2, dan Persegi 3,
(b) 61 lembar karton persegi satuan.
Persegi panjang 1
Tutuplah persegi panjang 1 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi panjang 1 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 1 disebut luas daerah persegi panjang 1.
Luas daerah persegi panjang 1 adalah ......... satuan persegi
73
Persegi Panjang 2
Tutuplah persegi panjang 2 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi panjang 2 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persegi panjang 3
Tutuplah persegi panjang 3 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi panjang 3 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Kegiatan 2
Perhatikan Gambar (i) di bawah ini!
Misalkan diberikan persegi
Diberikan daerah persegi panjang berukuran 5 cm x 3 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
1 cm
1 cm
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 2 disebut luas daerah persegi panjang 2.
Luas daerah persegi panjang 2 adalah ......... satuan persegi
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi panjang 3 disebut luas daerah persegi panjang 3.
Luas daerah persegi 3 adalah ......... satuan persegi
Persegi 1 cm x 1 cm disebut persegi satuan
(1 cm2)
74
Luas persegi panjang tersebut adalah .....x...... (persegi kecil) = .....x..... (cm2).
(a) Diberikan daerah persegi panjang berukuran 8 cm x 5 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
Luas persegi tersebut adalah .....x...... (persegi kecil) = .....x..... (cm2).
Kegiatan 3
Selesaikan soal-soal berikut!
1. Gambarkan persegi satuan pada gambar (a) dan gambar (b) berikut dan tentukan banyaknya
persegi satuan yang ada!
Berapa luas persegi (a) dan luas persegi (b)? Berikan alasan terhadap jawabanmu!
(a)
(b)
75
2. Tentukan luas daerah persegi berikut dengan ukuran-ukuran yang telah diberikan!.
3. Pak Tono memiliki sawah berbentuk seperti berikut. Tentukan luas sawah Pak Tono!
9 cm
16 cm
4 cm 8 cm
8 cm
7 cm 15 cm
5 cm
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN ...................................
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/I
Standar Kompetensi : Menghitung luas segi banyak sederhana, luas
lingkaran, dan volume prisma segitiga
Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan tabung (pengayaan)
Indikator : - Menemukan rumus permukaan tabung
Menggunakan rumus luas tabung untuk
memecahkan masalah
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 1 pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu menghitung luas permukaan tabung
B. MATERI AJAR
Luas permukaan tabung
C. METODE PEMBELAJARAN
Diskusi kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Pendahuluan (10’)
- Guru menanyakan kepada siswa: apa rumus luas lingkaran (untuk mengingat
kembali luas lingkaran)
- Guru menanyakan kepada siswa: apa rumus luas persegi panjang? (untuk
mengingat kembali rumus luas persegi panjang)
Kegiatan Inti (60’)
- Siswa diminta membentuk kelompok, masing-masing kelompok 4 orang
- Masing-masing kelompok diberi satu model tabung tertutup
- Guru menunjukkan kepada siswa suatu model tabung tertutup dan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada siswa: apa nama bangun ruang ini? Mana yang disebut
permukaan? Tutupnya berbentuk apa? Kalau kedua tutupnya dilepas, ada berapa
77
lingkaran yang ada? Kalau tabung tanpa tutup ini dibuka, menjadi apa bentuknya?
(dalam menjawab pertanyaan guru, siswa mengamati model tabung di kelompoknya
masing-masing)
- Kepada siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk dikerjakan secara
kelompok
- Siswa mengerjakan LKS
- Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan seperlunya, bila ada
kelompok yang mengalami kesulitan
- Guru menentukan secara acak 2 kelompok untuk menyajikan hasil pengerjaannya.
- Perwakilan kelompok yang terpilih (pertama) menjelaskan masalah penurunan
rumus luas permukaan tabung
- Perwakilan kelompok yang terpilih (kedua) menjelaskan penerapan rumus luas
permukaan tabung untuk memecahkan masalah
- Kelompok yang lain menanggapi
Penutup
- Guru bersama-sama siswa menyimpulkan rumus permukaan tabung
tertutup
- Guru memberikan PR
E. SUMBER BELAJAR
Buku pelajaran kelas VI SD, penerbit Erlangga pengarang Sukino, hal 22 - 26
F. PENILAIAN
Instrumen penilaian terlampir
Mengetahui Malang,
Kepala Mata Pelajaran
………………………………… …………………………….
78
Lembar Kegiatan Siswa (LKS 1)
Nama Kel: 1. ……………….
2. ………………
3. ……………...
4. ..…………….
Tujuan :
- Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan tabung
- Siswa dapat menerapkan rumus luas permukaan tabung untuk menyelesaikan masalah
Prasyarat:
- Siswa menguasai rumus persegi panjang
- Siswa menguasai rumus luas lingkaran
Perhatikan Gambar (i) di bawah ini!
Gambar (i)
Kalau tabung tersebut diambil tutupnya, maka akan menjadi ......tabung terbuka dan .....
lingkaran.
Bidang yang membentuk tabung terbuka disebut selimut tabung
1. Bangun ruang Gambar (i)
dinamakan ..........
2. Tutup tabung berbentuk ...............
79
Misalkan tabung tersebut tingginya t dan jari-jari lingkaran r. Jika selimut tabung dibuka
(dibelah), maka akan menjadi bangun ........
Gambar (ii)
Dari Gambar (ii), dapat diperoleh:
Lebar persegi panjang = ................ tabung
Panjang persegi panjang = ...................... lingkaran = ...........
Perhatikan gambar (iiI) di bawah ini! Perhatikan gambar (iv) di bawah ini!
Luas daerah bangun datar
Gambar (iii) = p x l
= ...... x ......
Kesimpulan: Permukaan tabung bisa dibentuk dari ....... persegi panjang dan ..... lingkaran
Gambar (iv)
r
t
K
Gambar (iii)
dibelah
r
t t
K
Luas daerah bangun datar
Gambar (iv) = .........
80
Permukaan tabung terdiri dari satu persegi panjang dan ..... lingkaran
Luas permukaan tabung = luas selimut tabung + luas tutup tabung
= luas persegi panjang + ..... luas lingkaran
= .......... + ...........
= 2 π (....... + .........)
= 2 π r (r + t)
Contoh Soal:
Diberikan sebuah tabung tertutup dengan jari-jari 14 cm dan tingginya 10 cm. Hitung!
a. Luas selimut tabung
b. Luas tutup tabung!
c. Permukaan tabung tersebut!
Jawab:
a. Luas selimut tabung = 2 π r t
= ..................
= ............ cm2
b. Luas tutup tabung = 2 x luas lingkaran
= 2 x ...........
= 2 x ...........
= ................cm2
c. Luas permukaan tabung = luas selimut tabung + luas tutup tabung
= ............ cm2 + ............ cm2
Latihan 1
Selesaikan soal-soal di bawah ini dengan menuliskan caranya!
1. Tentukan luas permukaan tabung yang tingginya 12 cm dan jari-jarinya 7 cm!
2. Diketahui tinggi tabung dua kali jari-jarinya. Jika jari-jarinya 3,5 cm; maka tentukan: (a)
luas selimut tabung; (b) luas tutup tabung; dan (c) luas permukaan tabung
3. Buatkan sebanyak-banyaknya ukuran tabung yang memiliki luas permukaan 7040 cm2!
r
t
Luas permukaan tabung = 2 π r (r + t)
81
Tugas
a. Masing-masing kelompok membuat 4 soal yang berkaitan dengan luas permukaan tabung
beserta kunci jawabannya (dipisahkan dari soal)
b. Soal dari kelompok 1 diberikan ke kelompok 2, soal dari kelompok 2 diberikan ke
kelompok 3, dst. Soal dari kelompok terakhir diberikan ke kelompok 1
c. Pengerjaan soal dari kelompok lain dengan waktu 15 menit
d. Setelah selesai jawaban dikembalikan lagi ke kelompok yang memberi soal untuk dinilai
e. Nilai direkap dimasing-masing kelompok yang membuat soal
SOAL TES
Indikator Jenis Instrumen Instrumen
Pemahaman konsep
(penerapan konsep)
Diketahui tinggi tabung dua
kali jari-jarinya. Jika jari-
jarinya 3,5 cm; maka
tentukan: (a) luas selimut
tabung; (b) luas tutup
tabung; dan (c) luas
permukaan tabung
Penalaran dan komunikasi Amir ingin membuat tabung
tanpa tutup. Ia memiliki
kertas dengan ukuran 16 cm
x 34 cm. Berapa macam
tabung tanpa tutup yang
bisa dibuat oleh Amir? Beri
alasan terhadap jawabanmu!
• Menggunakan rumus
luas tabung untuk
memecahkan masalah
Pemecahan masalah Buatkan sebanyak-
banyaknya ukuran tabung
tanpa tutup (jari-jari dan
tinggi tabung) yang
memiliki luas permukaan
440 cm2!
82
Lampiran 2: Lembar Aktifitas Kreatif Siswa
PERUSAHAAN KOTAK KUE
Aktifitas 1:
Untuk melakukan penghematan, Pak Romli melakukan percobaan yang difokuskan pada kotak
model Gambar 1 (ii) yang berbentuk kubus. Pak Romli mencoba membuat kotak sekaligus
membukanya dengan masing-masing bidang sisinya masih saling terkait (tidak saling lepas).
Dengan upaya yang cukup keras, Pak Romli baru bisa menemukan dua bentuk kubus terbuka
seperti Gambar 2 berikut.
Kotak Bentuk terbukanya
Gambar 2: Jaring-jaring Kubus
Pak Romli adalah seorang pemimpin perusahaan “MAKMUR” yang memproduksi kotak kue. Pak Romli selalu berpikir, bagaimana bisa memperoleh keuntungan yang besar. Beberapa usaha telah dilakukan: pertama, membuat berbagai model kotak yang mungkin disukai oleh pembeli (seperti Gambar 1) dan kedua melakukan penghematan, yaitu menghasilkan kotak sebanyak-banyaknya dari bahan yang sama.
Bangun pada:
Gambar 1(i) sering disebut sebagai bangun ……………, memiliki …… bidang sisi dan bentuk sisinya adalah ….
Gambar 1: Model-model Kotak Kue
Selamat Menikmati
(i)
(ii)
83
Bantulah Pak Romli untuk membuat kubus terbuka lain (sebanyak-banyaknya) yang masih
mungkin! Gambarkan hasil kerjamu di kertas yang disediakan!
Aktifitas 2: (Problem solving)
Selanjutnya Pak Romli memikirkan bagaimana bisa memanfaatkan selembar kertas untuk
membuat kubus sebanyak mungkin (dan kertas yang terbuang sedikit mungkin). Bantulah Pak
Romli untuk mendesain jaring-jaring kubus yang bisa memanfaatkan kertas berikut secara
maksimal (kubus yang dihasilkan paling banyak dan kertas yang terbuang paling sedikit)!
Guntinglah jaring-jaring kubus yang sudah anda buat dan tentukan jumlahnya!
Gambar kubus terbuka yang terdiri dari bidang-bidang sisi yang saling terkait disebut jaring-jaring kubus (Gambar 2)
84
Aktifitas 3:
Dengan cara sama Pak Romli mencoba membuat jaring-jaring kotak yang berbentuk balok, seperti berikut.
Balok
Bantulah Pak Romli untuk menemukan jaring-jaring balok yang lain (yang berbeda dengan yang sudah dibuat oleh Pak Romli)!
Aktifitas 4: (Problem solving)
Pak Romli ingin membuat 5 kotak kue dari selembar kertas karton. Pak Romli menginginkan
ukuran kotak yang terbesar. Bantulah Pak Romli untuk membuat kotak tersebut dengan terlebih
dahulu membuat jaring-jaringnya!
85
Aktifitas Matematika
PEMBANGUNAN RUMAH PAK AHMAD
Pembangunan rumah Pak Ahmad sudah dimulai sebulan yang lalu. Pada saat ini, pembangunan tahap pertama sudah hampir selesai. Pekerjaan yang tersisa adalah pemasangan plafon.
Bantulah Pak Ahmad untuk menentukan berapa banyak plafon yang dibutuhkan dan plafon seperti apa yang mudah dipasang di masing-masing ruang tersebut.
Pak Ahmad ingin membangun rumah di daerah pegunungan yang asri seperti Gambar 1.
Pembangunan Rumah Pak Ahmad dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama, membangun: ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, dan kamar tidur.
Dari denah rumah Pak Ahmad tersebut, maka sebutkan ruang mana saja yang berbentuk:
(a) persegi (b) persegi panjang
Gambar 1: Rencana Rumah
Pak Ahmad
Ruang
Tamu
Ruang Keluarga
Kamar
mandi
Kamar
Tidur
4m 3m 4m 10 m
4m
6m
Gambar 2: Denah Rumah Pak Ahmad
Tanah kosong
86
Aktifitas 1 (kelompok): membantu Pak Ahmad memasang plafon
Pak Ahmad tipe orang seniman, ingin bentuk plafon yang bermacam-macam, ada tiga persegi,
segitiga atau lingkaran. Untuk menyalurkan keinginannya, Pak Ahmad membuat miniatur plafon
yang berbentuk persegi, segitiga, dan lingkaran dengan kertas masing-masing berwarna merah,
biru, dan hijau.
Anda diminta membantu Pak Ahmad untuk memasang plafon di ruang tamu dengan
menggunakan:
(a) persegi biru, (b) segitiga merah, (c) lingkaran hijau
(1) Manakah di antara persegi biru, segitiga merah, dan lingkaran hijau yang dapat menutup
ruang tamu dengan mudah dan tepat! Beri alasannya!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
(2) Sebutkan, banyaknya persegi biru, segitiga merah, dan lingkaran hijau yang dapat menutup
ruang tamu!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi, segitiga, dan lingkaran yang dapat menutup secara tepat ruang tamu
disebut luas daerah ruang tamu
Karena yang paling mudah dan tepat bisa menutup ruang tamu adalah bentuk persegi (merah),
maka untuk selanjutnya persegi dijadikan sebagai satuan luas (baku). Sedangkan
87
banyaknya segitiga, lingkaran, atau bangun lainnya yang dapat menutup ruang tamu disebut
satuan luas (tidak baku).
Selanjutnya untuk mengukur luas suatu daerah hanya digunakan satuan baku (persegi).
Aktifitas 2: menentukan luas ruang keluarga, kamar tidur, dan kamar mandi
Dengan menyusun plafon (sebagai persegi satuan) pada ruang keluarga dan kamar tidur,
maka:
Luas ruang keluarga adalah .... persegi
Luas kamar tidur adalah ..... persegi
Luas kamar mandi adalah ..... persegi
Berikan penjelelasan terhadap jawabanmu!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Aktiftas 3: Pembangunan Tahap kedua
Tahap kedua, Pak Ahmad akan membangun dapur, gudang, dan taman di tanah kosong
miliknya. Permintaan Pak Ahmad, dapur dan taman luasnya harus sama. Dapur harus
berbentuk persegi dan taman harus berbentuk persegi panjang. Pak Ahmad menghendaki
dapur yang seluas mungkin (ukuran paling luas).
Luas ruang tamu adalah ………. persegi
Persegi yang digunakan untuk menutup secara tepat suatu bangun datar disebut persegi satuan
Persegi Biru disebut PERSEGI SATUAN untuk bangun ruang tamu
88
Bantulah Pak Ahmad untuk merancang pembangunan tahap kedua tersebut. Buatkan beberapa
rancangan, sehingga Pak Ahmad bisa memilih! Berikan alasan terhadap rancangan anda
terutama kesesuaiannya dengan permintaan Pak Ahmad!
Rancangan 1
Alasan:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Ruang
Tamu
Ruang Keluarga
Kamar
mandi
Kamar
Tidur
4m 3m 4m 10 m
4m
6m
89
Lampiran 3: Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Sastra
Kali ini kita akan berlatih membaca cerita pendek. Pelatihan ini untuk memperkaya dan
mempertajam kemampuan membaca sastra.
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan dalam pendahuluan adalah memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan cerita pendek yang akan dibaca, misalnya:
o Apakah kupu-kupu itu?
o Di manakah kalian bisa menemukan kupu-kupu?
o Pernahkah kalian mengamati kupu-kupu di pegunungan?
o Bisakah kalian mengungkapkan perasaan kalian pada saat mengamati kupu-kupu?
o Bagaimanakah bentuk sebelum menjadi kupu-kupu? Takutkah kalian pada bentuk itu?
o Bagaimanakah perasaan kalian seandainya kupu-kupu itu merupakan penjelmaan dari orang?
Percayakah kalian terhadap hal ini?
o Teruskan pertanyaan-pertanyaan tentang imajinasi kalian yang berhubungan dengan kupu-kupu!
2. Kegiatan Inti
Membaca Cerpen
Sekarang, carilah jawaban atas pertanyaan kalian dengan membaca cerita pendek “Kupu-kupu di
Bantimurung” karya Ashary Nurdin di bawah ini!
KUPU-KUPU DI BANTIMURUNG
Setelah aku yakin semua pintu rumahku sudah terkunci dengan baik, aku masuk ke dalam mobil yang sudah kuhidupkan lima menit lalu. Perjalanan ini akan aku mulai. Dari Tamalanrea, rumahku. menuju Bantimurung.
Lima menit kemudian mobilku sudah meluncur pelan. di jalan padat. dalam hawa pagi kota Makassar. Aku mencoba tidak terlalu tegang, kunyalakan radio mobilku.
Aku menuju Bantimurung. Dia sedang menungguku di sana. Dia. suamiku.
Contoh Pembelajaran
90
Cukup aneh pasti kedengarannya. Sebab suamiku telah meninggal dua bulan lalu, dalam sebuah kecelakaan. Waktu itu dia sedang berada di Bantimurung. tempat kesukaannya. Kata beberapa saksi mata. dia tergelincir lalu terseret arus dan kepalanya pecah setelah beberapa kali membentur batu-batu kali yang besar di sepanjang sungai. Aku bisa membayangkan. air sungai Bantimurung saat itu pasti memerah, penuh darah. Dan karena tak dapat ditolong lagi, dia ... meninggal setelah beberapa saat diangkat ke darat. Dia meninggal ... Seandainya saja saat itu dia tidak ke tempat itu Seandainya saja waktu itu aku ada di sana untuk mencegahnya mendekati arus ….
Mengingat peristiwa itu selalu membuatku terguncang, tegang, dan menyesal. Kumatikan radio dari semua program lagu yang membosankan. Kulemaskan tubuhku sambil menarik napas yang berat dengan teratur, secara perlahan untuk melegakanku. Setelah merasa lebih tenang, kulirik jam tanganku. Sudah ada dua puluh menit aku mengemudi menuju Bantimurung. Kini pukul 09.43. Aku harus tiba secepatnya. Aku sudah berjanji untuk bertemu dengannya pada pukul sepuluh. Aku akan terlambat.
Kulajukan mobilku di jalan yang cukup padat tanpa sadar, dengan panik.
Sungguh pikiranku menertawai diriku sendiri. Aku menuju Bantimurung dengan sebuah alasan ajaib. Untuk bertemu dengan suamiku yang telah meninggal di sana. Tidak masuk akal. Siapa saja yang mendengarku berkata demikian pasti akan menertawai aku. Tapi aku tak peduli, entah kenapa aku sangat yakin, dia pasti sedang menungguku di sana. Mungkin sebab selama ini dia selalu jujur padaku. Dia amat baik.
Bermula sejak tiga hari setelah kematian suamiku, aku selalu bermimpi tentang seekar kupu-kupu. Berkali-kali aku melihat kupu-kupu Mas datang dan selalu menatapku penuh arti. Selalu kupu-kupu yang sama. Kupu-kupu yang gagah dengan sayap lebar yang kuat dan sebening mozaik kristal yang indah. Mungkinkah itu suamiku, yang telah menjelma menjadl kupu-kupu? Mungkin saja, kudengar jawabku sendiri.
Aku selalu teringat atas sebuah dialog kami, sekitar tiga bulan yang lalu, di Bantimurung. Ketika kami sedang duduk di atas sebuah batu kali besar dan menatap ke sebuah arah yang sama, seekor kupu-kupu mungil berwarna merah muda cerah sedang hinggap diam di atas sebuah batu, tidak jauh dari kami.
"Kau lihat, Ning? Kupu-kupu itu sejak tadi hinggap di sana dan belum beranjak sedikit pun,” kata Mas, suamiku saat Itu.
"Ya ... indah sekali!" kataku sambil tertegun. "Aku yakin kupu-kupu itu pasti sedang menunggu seseorang," katanya pasti.
"Seseorang?" tanyaku bingung sambil berbalik menghadap padanya. Sementara dia sama sekali ildak mengubah fokus pandangannya.
“Ya. Seseorang yang sangat dia cintai. Lihat, Ning! Betapa setianya dia menunggu kehadiran orang itu," Ada nada kagum dan takjub dalam suaranya.
“Maksudmu?" tanyaku sambil mengerutkan alis.
Masih juga kupandangi wajahnya lekat-lekat. Raut mukanya aneh seperti sedang bermimpi.
91
"Ingatkah kau tentang mitos Yunoni Kuno yang pernah kuberitahu padamu? Bahwa roh orang mati akan menjelma menjadl kupu-kupu,"
"Oh ya, aku ingat …" Aku berpikir sejenak sebelum menyambung,
“Jadi kau pikir …? Aku bisa merasakan suaraku yang bernada skeptis.
Mas mengangguk, meyakinkanku, Tapi aku tak percaya, itu tak masuk akal!
"Kedengarannya lucu," kataku, aku mencoba tertawa. Tapi, aku malah memaksakan sebuah tawa kosong dan sumbang yang telingaku sendiri merasa aneh mendengarnya,
"Nanti kamu akan mengerti, Ning," katanya tersenyum begitu murni padaku,
"Maksudmu?"
Dia berkata dengan raut wajah yang menerawang, "Jika aku,mati, aku sangat ingin menjadi kupu-kupu di sini. Dan, menantikanmu datang suatu hari nanti…"
Segera bisa aku mengerti arti ucapannya, Maka kupotong kalimatnya dengan cepat dan sengit, "Tidak baik berkata begitu"
Tapi dia tetap tenang saja, seolah tidak mendengar apa yang aku takutkan.
"Suatu hari kamu akan datang menemui seekor kupu-kupu yang juga menunggumu di atas batu. Kupu-kupu itu adalah aku, indah, bukan?" dia melanjutkan sambil berbalik menghadapku.
Kutatap matanya, ada sesuatu yang 'hidup' di sana,
Aku tak mau kehilangan dia. Aku mencintainya. Meskipun maut merebutnya.
Setelah kematiannya barulah aku mengerti semua maksudnya saat itu. Karena semalam, dalam mimpi, kupu-kupu Mas yang sama datang lagi. Dalam mimpiku juga kudengar suaranya menggema di telingaku dan memintaku datang ke Bantimurung, di batu kenangan di mana kami dulu sering duduk bersama. Aku berjanji menyanggupinya. Lalu tiba-tiba aku terentak dan terbangun dengan peluh membanjiri tubuhku. Kupu-kupu Mas hilang dalam mimpiku. Itu alasanku melakukan perjalanan ini. Demi menemui seekor kupu-kupu yang entah kenapa, aku yakini adalah suamiku.
Angin dari jalan menyapaku lembut. Kulirik jam tanganku, pukup 10.04. Sebentar lagi aku akan tiba di tujuanku. Sedikit lagi. Tiba-tiba segala kenanganku bersama Mas terukir jelas dalam benakku, melintas dan membunuh kehampaanku.
Aku dulu hanya seorang gadis Jawa biasa, lalu Mas menikahiku lima tahun lalu, saat aku berusia 29 tahun, lebih muda empat tahun daripada Mas. Dan membawaku tinggal di Makassar, kampung halamannya. Lalu Mas mulai mengajakku ke Bantimurung. Waktu itu dia berkata bahwa dia rindu tempat itu setelah empat tahun sibuk di Jakarta.
Aku bahagia hidup bersama Mas. Dia bekerja di kantor telekomunikasi dengan gaji besar, Ditambah dengan gajiku sebagai guru, kami bisa hidup nyaman. Kebutuhan hidup kami terpenuhi. Tapi, tentu saja semuanya belum bisa kami miliki. Masih ada yang hampa.
92
Kami sering mengunjungi Bantimurung, terutama untuk berlibur. Tak jarang pula Mas atau aku berangkat sendiri. Aku ke sana biasanya sekali sebulan. Sementara Mas mengunjungi tempat itu lebih sering, paling tidak selalu sekali dalam seminggu. Aku mengerti dia tumbuh di tanah ini dan amat mencintainya.
Ya, aku juga mencintai tempat itu. Mencintai alamnya, mencintai udaranya, mencintai kehidupan air terjun dan kupu-kupu di sana. Terutama, mencintai kenangan kami yang hidup di sana. Bantimurung yang indah.
Mas terutama amat mengagumi kupu-kupu Bantimurung. Dia sering membawa kamera, dan memotret kupu-kupu yang menarik. Dulu sering kutertawai kebiasaannya itu, dan berkata bahwa dia begitu feminim, melebihi aku. Dia lalu menanggapi, bahwa masih banyak yang belum kumengerti tentang dirinya. Ya, mungkin memang masih banyak.
Mobilku baru saja melewati gerbang sebelum memasuki wilayah Bantimurung, Gerbang itu tinggi dan berbentuk seekor kera raksasa dengan pose yang lucu. Lengkap dengan sebuah ucapan 'Selamat Datang di Bantimurung'.
Kadang aku tersenyum saat melintas tepat di bawah gerbang itu. Tapi hari ini aku merasa lain, aku sama sekail tidak mampu tersenyum. Aku merasa tegang.
Kuhentikan mobilku tepat di bawah bayangan sebuah pohon besar. Belasan mobiI terparkir berderetan di tempat yang lain. tempat ini pasti sedang ramai. Aku berjalan pelan menuju ke loket penjualan tiket masuk setelah mengunci mobilku. Lalu membeli tiket dari penjaga di loket. dan berjalan masuk ke dalam Bantimurung.
Kakiku menapak tanah dunia kupu-kupu ini lagi, masih tanah yang sama seperti dulu. Mataku menyimak sekeliling tempat ini, masih tembok tebing-tebing tinggi dan keindahan seperti dulu, Telingaku menangkap sebuah irama yang riuh dan merdu, masih air terjun dan sungai yang dulu. Kulit dan napasku dibuai kedamaian, masih udara yang dulu, Masih bisa kurasakan alur kenangan dulu. kenangan masa lalu. Bantimurung. Ini aku!
Kuamati tempat ini. Seperti biasanya. hari Minggu ini. Bantimurung masih ramai dikunjungi, Puluhan orang menikmati Iiburannya di sini. Ratusan kupu-kupu yang beragam juga tampak sibuk terbang ke sana ke mati. Kulirik jam tanganku, pukul 10.19. Aku sudah telat dati janjiku. Mungkinkah dia masih setia menungguku?
Aku melangkah sambil menenteng selop yang tadi kupakai, sebab berbahaya memakai alas kaki di tempat selembab dan berbatu-batu di sini. Aku berjalan pelan sambil memegangi perutku, menuju ke batu di sebuah sudut yang agak sepi di sini. Batu kenangan kami. Jantungku berpacu dengan lebih memburu, peluh mengaliriku. Bisa kurasakan urat di pelipisku berdenyut-denyut. Aku lebih tegang.
Akhirnya, aku melihat tempat itu. Batu itu masih di sana, diam dan tetap tegar, cukup jauh dari air terjun di tempat ini. Aku melangkah semakin dekat.
Aku tiba di depan batu itu. Di atas batu seekor kupu-kupu sedang duduk dengan tenang. Aku langsung bisa tahu, itu kupu-kupu yang sama, yang selalu masuk ke mimpiku. Suamiku? Entah kenapa, aku bisa merasakan bahwa Mas berada di sini.
Kupu-kupu itu tidak sendiri. Ada seorang wanita yang juga sedang duduk di batu itu. Dia menatap jauh pada air terjun yang tak hentinya tertumpah dan pada orang-orang dalam sungai. Apakah aku berada di tempat yang salah? Siapa dia?
93
Aku berdiri tidak begitu jauh darinya. Saat menyadari kehadiranku, dia berbalik lalu menatapku. Kini aku bisa melihatnya dengan lelas. Wanita itu memiliki raut wajah yang sederhana, tapi cantik. Dia juga memberi kesan menarik yang kuat. Aku menebak usianya sekitar 30 tahun. Matanya bagus dan teduh. Rambutnya yang panjang dan amat hitam diikat di belakang kepalanya. Kulitnya yang putih dihungkus busana hitam dan agak tua. Aku yakin aku belum pernah bertemu dia sebelumnya.
Wanita Itu tersenyum. membuatku ikut pula memaksakan sebuah senyum.
"Maaf. aku ada janji di tempat ini, Adik juga?" kataku malu-malu sambil sedikit bersandar di atas batu dan melirik kupu-kupu di atasnya.
"Ya. Mbak. Saya juga sedang ada janji." Suaranya lembut. ramah dan merdu, serta memberi kesan terpelajar. Aku sampat tak percaya wanita ini begitu sederhana,
"Tapi maaf, aku eh tidak mengganggu Adik, kan?"
"Oh, tidak, Mbak. Tidak apa-apa." Mata wanita itu menatapku lekat-lekat.
Kutatap kupu-kupu yang sejak tadi duduk di atas batu sambil mengepakkan sayapnya dengan manis. Ya, itu kupu-kupu yang kukenali. Suamiku! Aku yakin itu! Aku masih bisa mengenalinya. meskipun dia kini seperti itu, hanya seekor kupu-kupu!
Kucoba mencari alasan logis mengenai janjiku dengan kupu-kupu suamiku pada wanita itu, agar aku tak dianggap gila. “Mmm, ..bisa…eh…aku….?”
Lalu berhenti karena merasa bodoh. Aku bingung hendak berkata apa. lebih tepatnya aku malu.
Tapl dia tampaknya bisa langsung mengeri maksudku. Dia mengangguk dan berkata. “Oh. silakan Mbak.,saya bisa mengerti. Mbak tidak perlu sampai malu begitu." Dia tersenyum. Wajahku langsung terasa panas karena malu.
Dengan hati-hati aku duduk di atas batu, sambil memegang perutku. Kini kupu-kupu itu ada di antara aku dan wanita itu. lalu dengan ragu aku berbalik, agak membungkuk pada kupu-kupu itu. "Aku datang, Mas. Aku rindu kamu, Mas ."
Kulirik wanita itu. Dia sedang menatap air terjun lagi. Aku lega dengan sikapnya karena tidak menertawakan aku yang sedang bertingkah begini.
Kupu-kupu Mas meliukkan sayapnya yang selalu berkelip beberapa kali sambil tetap duduk di batu. Aku yakin, dia ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi tidak dapat aku mengerti. Entah apa. Sial! Jika saja Mas bisa berbicara langsung .
"Oh, Itu artinya dia juga merindukan, Mbak. Katanya, Mbak jangan menjadi sedih dan kecewa," jelas wanita itu tiba-tiba, seakan dia mengerti kesulitanku kini.
Aku terkejut dan heran bagaimana dia bisa mengerti arti kepakan sayap itu. Atau mungkin dia mengada-ada saja. Ah, aku tak peduli. Entah kenapa, aku mempercayainya. Kutatap dia dengan rasa terima kasih. Rasanya aku akan butuh bantuannya.
Aku berkata lagi, "Mas, aku hamil. Sekarang sedang tiga bulan." kataku penuh senyum pada kupu-kupu Mas. Kupandang dan kuelus perutku dengan kasih sayang.
94
Ya, syukurlahl Akhirnya aku hamil setelah kami melewati lima tahun. Perkawinan yang kosong. Bagaimanapun, dia tak pernah mau mengungkit hal itu. Dia tak ingin berlaku kasar padaku. dia hanya selalu pergi mengunjungi Bantimurung jika kesepian, untuk menenangkan dirinya di sana. Aku mengerti, dia sangat ingin melengkapi napasnya sebagai ayah, sebelum terlambat. Aku pun begitu. Dan syukurlah, kini aku bisa!
Tapi, anak ini nanti tidak akan pernah mengenali ayahnya. Ayahnya telah meninggal saat dia masih berusia satu bulan. Aku begitu bodoh, karena merahasiakan pada suamiku tentang kabar itu. saat dia masih hidup. Dulu sengaja kututupi kabar yang luar biasa baik ini, untuk memberinya kejutan pada saat yang kurasa tepat. Seandainya tidak, dia pasti akan merasakan kebahagiaan, sama denganku, paling tidak sebelum dia meninggal.
Kelak kukenalkan anak ini pada dunia kenangan ibu dan ayahnya. di Bantimurung.
Tiba-tiba dengan lincah kupu-kupu Mas meloncat dan terbang. Aku takut dia akan segera pergi, tapi rupanya dia cuma terbang berputar-putar di atas kepalaku. Indah sekali. Lalu, kupu-kupu Mas membelai, memeluk, dan menciumi perutku erat, setelah puas dia kembali duduk di atas batu. Aku terpana.
"Dia amat senang, Mbak," jelasnya.
Meski pesan ini bisa sedikit kumengerti, walau mungkin nanti tidak lagi. Tapi, tampaknya dia masih bersedia membantuku, untunglahl
"Nanti akan aku bawa anak kita ke sini untuk menemuimu, Mas," kataku lagi.
Tapi kali ini dengan penuh rasa haru, mataku basah. Kuseka air mataku dengan jari.
Kupu-kupu Mas membahasakan lagi sayapnya yang taklagi kupahami. Aku memandang pada wanita itu dengan tatapan memohon untuk diberi tahu artinya. Gila! Bodoh benar aku ini! Sudah lima tahun aku menikah dengan Mas, tapi rupanya aku belum mengerti dirinya sedikit pun. Bahkan meski sebagai kupu-kupu aku belum bisa memahaminya, apalagi bila dia masih berwujud manusia. Bodoh aku!
"Ya, sering-sering saja, Mbak," kata wanita itu menjelaskan lagi artinya padaku.
Dia memandangku penuh misteri atau mungkin cuma perasaanku saja.
Tiba-tiba pertanyaan itu lahir dan berkecamuk dalam benakku. Meronta kuat-kuat dan akhirnya lepas.
"Kenapa bukan Mas saja yang datang mengunjungi aku? Kenapa harus aku yang datang ke sini Mas? Bukankah Mas lebih mudah datang padaku dengan terbang?"
Kupu-kupu Mas menjawab pertanyaanku dengan segera. Sayapnya bergerak menari-nari. Wanita itu lalu menerjemahkan artinya padaku lagi.
"Suatu saat dia akan datang mengunjungi Mbak, sesering mungkin. Tapi, tidak sekarang, nanti, katanya. Pasti saat anaknya lahir dan kapan saja dia rindu pada Mbak. Saat ini, dia butuh Mbak di sini, begitu katanya."
Aku menoleh pada wanita itu. Sudah cukup lama dia menemaniku di tempat itu. menjadi operator antara Mas dan aku. Aku tak tahu harus bagaimana aku akan bisa berkomunikasi dengan Mas tanpa dia. Aku bersyukur dia ada di sini membantuku. Tumbuh
95
rasa kasihanku pada wanita itu. Hampir sejam dia menunggu, entah siapa yang ditunggunya, tapi tampaknya belum juga datang. Malah dia harus menemani wanita bunting seperti aku, menghabiskan waktu. Dia pasti sudah bosan padaku karena telah menyedot waktunya.
Kubiarkan kupu-kupu Mas diam sendiri. Wanita itu makin menyita perhatianku, rnungkin dia kini sudah hendak beranjak pergi. Kasihan dia!
"Nama Adik siapa?" tanyaku padanya.
"Diah." jawabnya dengan ramah.
"Adik Diah seorang mahasiswi?"
"Bukan. Saya perempuan biasa, asli daerah sini. Saya tinggal di dekat sini, sebuah rumah di depan sana," jelasnya menunjuk ke satu arah.
Aku ikut menoleh ke sana.
Aku tertarik untuk mengetahui wanita itu lebih jauh. Dia memiliki sesuatu yang memikat. Bagiku, dia seperti kupu-kupu.
“Adik sudah biasa berbicara dengan kupu-kupu?”
Dia manganggukkan senyumnya dengan pasti, “Ya.”
"Apa menurut Adik itu wajar?" tanyaku lagi.
“Ya, menurut saya itu wajar. Kupu-kupu sekalipun memiliki perasaan dan bahasa. Kupu-kupu tidak menggerakkan sayapnya percuma. Sebenarnya dengan begitu mereka berbicara." Aku senang mendengar jawaban itu.
"Oh, Ya, tadi Adik bilang bahwa Adik di sini sedang ada janji, kan?"
"Ya." Jawabnya dengan raut wajah yang penuh misteri.
"Adik masih akan menunggu orang itu? Tampaknya yang Adik tunggu tidak akan datang."
Rupanya aku salah duga, tiada raut kecewa di wajahnya, mendengar kalimatku.
Dia menjawab, matanya berbinar. "Tidak perlu lagi, yang kutunggu sudah datang."
"Oh, ya?" tanyaku sambil memandang sekeliling, melihat siapa yang datang menuju ke mari.
Tapi tidak ada. Aku berbalik padanya dengan raut wajah bingung. "Saya tadi menunggu Mbak." Mukanya bersemu merah malu-malu.
Aku tersentak. Lho? Melihat wanita ini saja aku belum pernah. Kenapa dia justru menungguku? Ada apa semua ini? Aku semakin bingung.
Oh, atau mungkin dia menungguku di sini sebab dia tahu seseorang akan datang dan berbicara dengan kupu-kupu. Wanita itu orang asli dari tanah ini, dan tidak semua orang mampu berbicara dengan kupu-kupu. Maka setiap ada kupu-kupu duduk menunggu di atas
96
batu, dia tahu bahwa ada yang akan membutuhkan jasanya. sebagai penerjemah. Setelah itu dia akan mendapat upah. Pasti Itu pekerjaannya. Aku bisa mengerti itu.
Aku bergegas merogoh dua puluh ribu rupiah di dompetku untuk wanita itu.
Dia langsung berkata, Tidak perlu Mbak. Saya tahu apa yang ada di pikiran Mbak. Tapi, saya tidak butuh uang," wajahnya memerah lagi. "Lho, apa ini kurang?" Dia menggeleng.
"Lalu?" tanyaku cepat.
"Semalam kupu-kupu ini datang di mimpi saya, meminta saya, datang ke sini, menemui Mbak Ning, istrinya."
Agaknya dia bingung mencari kata-kata yang tepat. Oh, aku bisa mengerti sekarang. Wanita itu pasti mengenal suamiku, maka suamiku meminta bantuan padanya untuk menjadi penghubung antara ia dan aku, untuk membantuku jika aku kesulitan berkomunikasl dengannya. Dan, memang benar!
"Jadi, Adik mengenal suamiku?"
'”Ya, Saya kenal, Mas Daeng," jelasnya sambil mengangguk serius.
"Bagaimana Adik bisa mengenalnya?" Rasa penasaranku memberontak.
"Suami Mbak sering kemari. Karena itu, saya mengenalnya. Kami cukup dekat." "Dekat? Semacam teman?" kucoba menekan kecurigaanku, agar terdengar wajar.
“Ya, bisa dibilang begitu. Tapi, tahun lalu Mas meminta saya menjadi kekasihnya," suaranya bergetar dengan nada bahagia.
"Kekasih?!" suaraku meninggi, tak percaya. Ini mustahil” Aku terkejut.
“Ya, sekarang, saya hamil lima bulan,"
Dia memandang dan mengelus perutnya dengan tenang.
"Mas sangat baik. Dia hebat," katanya lagi, tersenyum.
"Astaga!"
Aku terperanjat. Baru sekarang kuperhatikan perutnya dengan saksama. Dia hamil, bahkan sudah lebih lama dariku! Oh! Aku beku, tak tahu harus berkata apa.
“Pesan Mas, dia harap Mbak bisa menerima saya, sebagai istrinya yang kedua.” Suaranya bergetar dengan nada yang tak kumengerti.
Kutatap matanya dalam-dalam. Ada yang berpijar di sana. Aku bisa merasakan, dia sedang tidak berdusta.
Kupu-kupu Mas bangkit lalu membelai dan memeluk perut wanita, seperti yang tadi dilakukannya padaku. Setelah puas kupu-kupu Mas mendarat lagi di atas batu.
Keteganganku muncul lagi. Di sana, bisik air terjun dan sungai tetap terdengar riuh. Ratusan kupu-kupu lain tetap menjelajahi angkasa ini. Udara menjadi semakin berat. Wanita
97
itu terus sambil tersenyum, tetap bergeming menatapku, dengan tatapan penuh harapan. Aku tak percaya dia bahkan bisa tersenyum padaku!
Sementara itu, kupu-kupu Mas yang tadi duduk di antara kami, meloncat lalu terbang berputar-putar di atas kepalaku dan wanita itu.
Memahami Cerita
Dari pembacaan cerita di atas, kerjakanlah tugas-tugas di bawah ini!
(1) Di manakah tempat yang diceritakan dalam cerpen “Kupu-kupu di Bantimurung”? Jawaban
kalian merupakan latar tempat yang ada di dalam cerpen.
(2) Kapankah cerita dalam cerpen “Kupu-kupu di Bantimurung”? Jawaban kalian merupakan
latar waktu yang ada di dalam cerpen.
(3) Siapa sajakah yang diceritakan dalam cerpen tersebut? Jawaban kalian merupakan tokoh
yang ada di dalam cerpen.
(4) Tokoh manakah yang paling berperanan dalam cerpen tersebut? Jawaban kalian merupakan
tokoh utama yang ada di dalam cerpen.
(5) Lukiskanlah bagaimana ciri-ciri fisik Mbak Ning!
(6) Tuliskan dalam beberapa kalimat perasaan dan pandangan Mbak Ning terhadap suaminya
sebelum mengetahui bahwa Diah adalah kekasih Mbak Ning
a. Pandangan Mbak Ning terhadap suaminya ….
b. Perasaan Mbak Ning terhadap suaminya …..
c. ….
d. ….
(7) Bagaimana cara bertutur Mbak Ning terhadap Diah
(8) Bagaimanakah pandangan Mbak Ning terhadap suaminya setelah mengetahui bahwa Diah
adalah kekasih suaminya? Ungkapkan dalam dua kalimat!
a. Pandangan Mbak Ning terhadap suaminya ….
b. …..
(9) Dari jawaban-jawaban kalian, simpulkanlah bagaimana watak Mbak Ning dalam lima
kalimat!
a. Mbak Ning adalah orang yang berperasaan …
98
b. Mbak Ning adalah orang yang berpikiran ….
c. …..
d. …..
e. …..
(10) Pesan-pesan apa sajakah yang bisa kalian dapatkan setelah membaca cerpen tersebut?
a. ……
b. ……
c. ……
d. ……
Mencari Nilai Etika
Tentukanlah nilai etika yang bisa diambil dari kutipan cerpen di bawah ini! No. Kutipan Nilai Etika
1. Aku tak mau kehilangan dia. Aku mencintainya. Meskipun maut merebutnya.
2. Aku dulu hanya seorang gadis Jawa biasa, lalu Mas menikahiku lima tahun lalu, saat aku berusia 29 tahun, lebih muda empat tahun daripada Mas. Dan membawaku tinggal di Makassar, kampung halamannya. Lalu Mas mulai mengajakku ke Bantimurung. Waktu itu dia berkata bahwa dia rindu tempat itu setelah empat tahun sibuk di Jakarta.
3. Mas terutama amat mengagumi kupu-kupu Bantimurung. Dia sering membawa kamera, dan memotret kupu-kupu yang menarik. Dulu sering kutertawai kebiasaannya itu, dan berkata bahwa dia begitu feminim, melebihi aku. Dia lalu menanggapi, bahwa masih banyak yang belum kumengerti tentang dirinya. Ya, mungkin memang masih banyak.
4. Aku berdiri tidak begitu jauh darinya. Saat menyadari kehadiranku, dia berbalik lalu menatapku. Kini aku bisa melihatnya dengan lelas.
99
Wanita itu memiliki raut wajah yang sederhana, tapi cantik. Dia juga memberi kesan menarik yang kuat. Aku menebak usianya sekitar 30 tahun. Matanya bagus dan teduh. Rambutnya yang panjang dan amat hitam diikat di belakang kepalanya. Kulitnya yang putih dihungkus busana hitam dan agak tua. Aku yakin aku belum pernah bertemu dia sebelumnya.
Wanita Itu tersenyum. membuatku ikut pula memaksakan sebuah senyum.
5. Kulirik wanita itu. Dia sedang menatap air terjun lagi. Aku lega dengan sikapnya karena tidak menertawakan aku yang sedang bertingkah begini.
6. Ya, syukurlahl Akhirnya aku hamil setelah kami melewati lima tahun. Perkawinan yang kosong. Bagaimanapun, dia tak pernah mau mengungkit hal itu. Dia tak ingin berlaku kasar padaku. dia hanya selalu pergi mengunjungi Bantimurung jika kesepian, untuk menenangkan dirinya di sana. Aku mengerti, dia sangat ingin melengkapi napasnya sebagai ayah, sebelum terlambat. Aku pun begitu. Dan syukurlah, kini aku bisa!
7. Tapi, anak ini nanti tidak akan pernah mengenali ayahnya. Ayahnya telah meninggal saat dia masih berusia satu bulan. Aku begitu bodoh, karena merahasiakan pada suamiku tentang kabar itu. saat dia masih hidup. Dulu sengaja kututupi kabar yang luar biasa baik ini, untuk memberinya kejutan pada saat yang kurasa tepat. Seandainya tidak, dia pasti akan merasakan kebahagiaan, sama denganku, paling tidak sebelum dia meninggal.
8. Bodoh benar aku ini! Sudah lima tahun aku menikah dengan Mas, tapi rupanya aku belum mengerti dirinya sedikit pun.
100
(2) Berilah tanda V (centang) pada pilihan kalian (Setuju atau Tidak) terhadap pernyataan di
bawah ini?
No. Pernyataan Setuju Tidak
1. Istri setia kepada suami
2. Suami setia kepada istri
3. Istri boleh mempunyai pacar gelap kalau suaminya
menyeleweng
4. Suami boleh mempunyai pacar gelap kalau istrinya
menyeleweng
5. Istri percaya kepada suaminya
6. Suami percaya kepada istrinya
7. Masalah dalam rumah tangga dibicarakan berdua antara suami
dan istri
8. Suami harus teruka terhadap istrinya
9. Istri harus terbuka terhadap suaminya
Melanjutkan Cerita
Di bawah ini adalah cerita tentang “Kupu-kupu di Bantimurung”. Cerita tersebut sebagian
dihilangkan. Untuk melatih kemampuan membaca kalian, tulislah kembali bagian-bagian cerita
yang dihilangkan dengan bahasa kalian sendiri!
KUPU-KUPU DI BANTIMURUNG
Setelah aku yakin semua pintu rumahku sudah terkunci dengan baik, aku
masuk ke dalam mobil yang sudah kuhidupkan lima menit lalu. Perjalanan ini
akan aku mulai. Dari Tamalanrea, rumahku menuju Bantimurung.
Lima menit kemudian mobilku sudah meluncur pelan. di jalan padat.
dalam hawa pagi kota Makassar. Aku mencoba tidak terlalu tegang, kunyalakan
radio mobilku.
101
Kutatap matanya dalam-dalam. Ada yang berpiar disana. Aku bisa
merasakan, dia sedang tidak berdusta.
Kupu-kupu Mas bangkit lalu membelai dan memeluk perut wanita, seperti
yang tadi dilakukannya padaku. Setelah puas kupu-kupu Mas mendarat lagi di
atas batu.
Keteganganku muncul lagi. Di sana, bisik air terjun dan sungai tetap
terdengar riuh. Ratusan kupu-kupu lain tetap menjelajahi angkasa ini. Udara
menjadi semakin berat. Wanita itu terus sambil tersenyum, tetap bergeming
menatapku, dengan tatapan penuh harapan. Aku tak percaya dia bahkan bisa
tersenyum padaku!
Sementara itu, kupu-kupu Mas yang tadi duduk di antara kami, meloncat
lalu terbang berputar-putar di atas kepalaku dan wanita itu
Mengubah Cerita
Cerita “Kupu-kupu di Bantimurung” di atas akan berbeda jalan ceritanya seandainya salah
satu unsur dalam cerita tersebut berubah. Untuk melatih keterampilan menulis kreatif kalian,
bagaimana kalau pada kesempatan ini kita mencoba untuk mengubah cerita di atas dengan
mengerjakan tugas di bawah ini!
1. Seandainya Mbak Ning tidak menyembunyikan rahasia kepada suaminya bahwa dia hamil,
apa yang terjadi pada suaminya?
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
102
2. Seandainya pertemuan Mbak Ning dengan Diah terjadi sebelum suaminya meninggal, apa yang
terjadi antara Mbak Ning dan suaminya; juga antara Mbak Ning dengan Diah?
3. Seandainya Mbak Ning tidak percaya bahwa kupu-kupu itu adalah suaminya, apa yang terjadi?
4. Seandainya setelah tiba di Bantimurung, ternyata tidak ia temui kupu-kupu seperti yang ada di dalam
mimpi Mbak Ning, apa yang terjadi?
5. Seandainya Diah bukan kekasih suaminya, apa yang terjadi? Kemukakan dalam cerita!
Penutup
Menirukan Dialog Hasil Simakan
Ingat-ingatlah kembali bagaimana dialog antara Mbak Ning dengan Diah. Sekarang bentuklah
pasangan-pasangan yang berperan sebagai Mbak Ning dengan Diah
1. Rencanakanlah dialog antara Mbak Ning dengan Diah dengan bahasa kalian sendiri!
2. Peragakanlah dialog itu di hadapan teman-teman Kalian!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
103
Lampiran 4: Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Berbicara
1. Pendahuluan
Pernahkah kalian menghadiri keluarga yang sedang berduka karena ada salah
satu anggotanya meninggal dunia? Bagaimana suasana keluarga tersebut? Bagaimana
suasana orang-orang yang melayat? Apa saja yang dibicarakan pelayat pada saat
menunggu proses pemakaman?
2. Kegiatan Inti
Membaca Cerpen
(1) Bacalah cerpen di bawah ini dengan cermat, maksimal 10 menit!
Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi
Mayat bayi-satu-tahun itu tergeletak di atas dipan besar. Penerangan kamar 60 watt.
Dikeliling dipan orang-orang duduk bersila.
Udara panas, Setiap muka kelihatan sedih. Bintik-bintik keringat menyerang tubuh
mereka
Orang-orang berdatangan. Mereka tambah memenuhi kamar itu. Udara makin terasa
panas.
“Jam berapa tadi meninggal?”
“Jam tujuh.”
“Kenapa sampai meninggal?”
Dengan wajah kosong, seseorang menjawab.
“Itulah apa yang sudah diramalkan oleh anak saya. Anak saya tertua mahasiswa
fakultas kedokteran. Sudah tingkat terakhir. Kalau tidak ada halangan tahun depan dia
sudah jadi dokter penuh.
Kemudian wajah yang kosong ini sedikit demi sedikit berubah.
“Anak saya yang hampir lulus jadi dokter itu kemarin mengatakan,’Wah, anak bayi
tetangga kita itu kok begitu pucat mukanya. Saya tahu, kalau tidak cepat-cepat diobati
harapan hidupnya tinggal lima puluh persen. Kemungkinan besar sakitnya adalah
Contoh Pembelajaran
104
pendarahan otak bayi. Sedangkan obat itu baru diketemukan tiga tahun yang lalu. Jadi harus
cepat-cepat diobati.’ Begitulah ramalan anak saya yang sudah hampir jadi dokter itu.”
Banyak yang duduk di situ menganggukkan kepala. Seorang lain lekas menyahutnya.
“Kalau anak saya yang sudah jadi dokter ada tiga jumlahnya. Satu, yang tertua, jadi
kepala rumah sakit di Medan. Dia sangat disenangi oleh anak buahnya. Dua, jadi dokter
militer di Semarang. Pangkatnya mayor. Padahal dia masih muda, tapi pangkatnya sudah
mayor. Tiga, berdinas di Biak. Sebentar lagi dia mau pindah dinas ke sini, juga mau jadi
kepala rumah sakit. Sayang, dia belum bertugas di sini. Seandainya sudah, pasti bayinya pak
Su ini dapat ditolongnya. Anak saya itu terkenal sebagai dokter yang dermawan. Sayang.
Banyak orang di situ mengangguk-anggukkan kepala. Mereka datang ke situ untuk
menjenguk mayat, tapi rupa-rupanya kedukaan itu sendiri sekarang jadi nomor dua. Sese-
orang berkumis yang duduk di pojok agaknya senang mendengar percakapan ini. Akan tetapi
rasanya lebih senang kalau dia juga ikut turun bicara. Maka bicaralah dia.
“0, jadi puteranya pak Danu jadi dokter di Biak? Kalau begitu pasti kenal dengan anak
saya. Anak saya jadi kepala jawatan imigrasi di sana. Dia terkenal. Setiap penduduk pasti
kenal dengan dia. Dia sarjana tamatan Yale University Amerika. Ketika sekolah dulu dia
pandai sekali. Makanya dia dapat scholarship ke Amerika. Tidak sembarangan orang biasa
mendapat kesempatan seperti itu kalau tidak betul-betul pandai.”
Lagi, banyak orang-orang yang duduk di situ menganggukkan kepala. Seorang
berambut putih di kepalanya tampak senang juga akan percakapan itu. Tapi tidak lebih puas
agaknya kalau dia pun urun bicara maka urun bicaralah dia.
“O, kalau begitu sama dengan anak saya. Anak saya juga pandai sekali. Ketika lulus
SMA dulu matematikanya sepuluh. Analitnya sembilan. Kimia sepuluh. Bahasa Inggeris
delapan. Dia mendapat hadiah kejuaraan nomor satu. Maka dia juga mendapat tugas belajar
ke luar negeri.”
“Di luar negeri pun dia lulus dengan hasil baik.”
Lagi, orang-orang di situ mengangguk-anggukkan kepalanya. Seolah mereka lupa
kedatangan mereka ke situ untuk menyatakan duka. Agak lama percakapan terhenti.
Mungkin mereka betul-betul sedang merenungkan kedukaan yang baru saja menimpa oleh
keluarga ini, mungkin mereka sedang meramu cerita-cerita yang baik untuk disuguhkan lagi
kepada mereka yang hadir. Atau mungkin kedua-duanya.
Seorang perempuan tua datang, berdiri dekat pintu. Kepalanya ditongolkan ke dalam
kamar, bicara kepada orang-orang yang mengelilingi mayat di situ.
“Udara panas. Bayi ini juga kepanasan. Kasur dan guling-guling yang mengepit itu
menambah panas. Bayi harus dipindah ke atas meja saja, biar agak dingin.”
Secara serentak, orang-orang yang duduk itu berdiri. Mereka akan menawarkan jasa
memindah mayat itu. Kalau mereka tidak urun tenaga, nanti merasa malu.
105
Dari luar beberapa orang masuk mengangkat meja. Meja ini ukuran biasa. Satu kali
satu tujuh lima. Diangkat oleh seorang saja sebetulnya sudah cukup. Tapi yang menggotong
ada lima orang. Dan orang-orang yang berdiri di dalam kamar itu segera mengangkat meja
itu. Lebih dari lema belas orang berusaha untuk mengangkat meja. Mereka betul-betul
sadar, satu orang saja atau paling banyak dua cukup untuk mengangkat meja. Tapi kalau
tidak ikut-ikut mencoba mengangkat, mereka takut disangka kurang sopan. Mereka malu.
Meja itu pun sekarang berdiri di sebelah dipan. Mayat segera dipindahkan. Tidak
banyak yang berusaha untuk ikut mengangkat mayat itu. Mungkin ngeri. Mayat itu segera
ditutup dengan selembar kain indah.
Tiba sekarang gifiran dipan akan dipindahkan. Kasur harus diangkat keluar. Guling-
guling idem. Baru dipannya. Untuk mengangkat kasur ini sebetulnya cukup dibutuhkan
tenaga satu orang. Tapi semua orang serempak mencoba-coba ikut-ikut mengangkat kasur.
Sekarang giliran dua batang guling dikeluarkan. Satu orang saja sudah cukup mengerjakan
ini. Atau paling banyak dua. Tapi mereka berrebut-rebutan kembali untuk membawa dua
bantal ini keluar. Kalau tidak begitu, mereka malu disangka kurang sopan. Takut kalau tidak
ikut merasakan duka di situ.
Kembali mereka mengelilingi mayat itu lagi. Sekarang mereka telah duduk lagi.
Seseorang dengan mengipas-ngipas mukanya berkata,
“Wah, panas sekali.” Kemudian dengan nada menyalahkan disambungnya,
”Sebetulnya di bawah bayi itu harus ditaruhkan sedikitnya satu blok es. Apalagi panas
begini.”
Tapi dia tidak berusaha untuk mencari es. Padahal tadi dia ikut-ikut mengangkat meja,
kasur, guling dan dipan yang sama sekali tidak membutuhkan tenaganya. Tapi untuk
mencari es yang perlu dikerjakan, dia hanya berkata dengan nada mencela belaka.
Seseorang di sampingnya agaknya tidak puas dengan celaan temannya itu. Maka dia
pun berkata,
“Bukan hanya es saja, tapi sebetulnya pada setiap kaki meja itu juga harus dikasih
kobokan isi air. Kalau tidak begitu nanti semut bisa merayap ke atas.”
Dia berkata begitu. Tapi dia tidak berusaha mendapatkan kobokan dan air. Tadi dia
juga ikut-ikutan mengangkat meja, guling, kasur dan dipan. Seseorang lain segera
menyambungnya,
“Memang begitu. Anak saya yang menjadi biolog ahli semut pernah mengatakan
begitu. Dia sekarang jadi dosen biologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dia masih
muda, tapi sebentar lagi akan diangkat jadi profesor. Teman-temannya ngiri. Tapi saya
bilang kepadanya, jangan kecil hati kalau teman-temannya ngiri. Dia pandai dan satu-
satunya ahli semut di Asia Tenggara ini, sudah sepantasnya jadi profesor, meskipun umurnya
masih muda sekali.”
106
Dua orang anak kecil masuk kamar itu. Yang seorang membawa ember kecil berisi air.
Satunya membawa empat kobokan. Orang-orang di situ sekali lagi berebutan untuk
menawarkan jasanya. Kerja itu ditanggulangi oleh lebih kurang lima belas orang.
Setelah selesai, mereka duduk kembali. Wajah-wajah mereka memancarkan kepuasan
karena merasa berjasa. Tiap kaki meja sudah terlandas pada kobokan berisi air, sehingga
semut tidak mungkin merambat ke atas. Orang yang tadi menyalahkan tidak ada kobokan
dan air merasa bangga, meskipun kobokan dan air itu ada di situ bukan karena jasanya.
Setidaknya dia merasa itu idenya.
Udara makin panas. Bintik-bintik keringat makin banyak pada tubuh mereka. Seorang
yang berbadan kekar mengusap-usa[ peluhnya. Kemudian berkata,
“Panas benar. Tapi tidak sepanas dulu pada jaman gerilya ketika saya memimpin
penyerbuan Belanda di Mojokerto. Waku itu saya pegang pimpinan pasukan. Saya tahu
bahwa musuh kita, Belanda, tidak tahan udara panas. Waktu itu belum ada air-conditioning.
Saya serbu mereka. Mereka kocar-kacir. Mental mereka turun. Karena itu saya mendapat
bintang jasa.”
Orang-orang di situ sekali lagi mengangguk-anggukkan kepala. Seolah mereka lupa
dating ke situ untuk apa. Seseorang kelihatan merenung. Rupanya dia merenungkan duka
yang ada di situ. Tahunya dia sedang meramu pertanyaan dalam otaknya supaya juga dapat
bercerita yang lebih hebat.
“Maaf, sekarang apa sampeyan masih aktif di Angkatan Darat?”
“Oh, masih.”
“Kalau boleh tabu, apakah pangkat sampeyan sekarang?”
“Mayor.”
“O, begitu. Adik saya pangkatnya kolonel. Sekarang dia jadi atase militer di Koln.
Sudah tiga tahun dia di sana. Sebetulnya dia ingin pulang ke tanah air. Tapi karena dia cakap,
tenaganya tetap dibutuhkan di sana. Suratnya yang terakhir mengatakan, dia sekarang
sudah diusulkan naik pangkat jadi brigjen.
Seorang laki-laki masuk kamar. Dia duduk menemani mereka. Orang ini ayah si bayi
yang mayatnya terlentang di atas meja. Mereka semua menunjukkan muka serius.
“Jam berapa tadi?” Tanya seseorang.
“Jam tujuh” jawab tuan rumah dengan sayu.
“Sudah dibawa ke dokter sebelumnya?”
“Sudah. Sudah saya periksakan pada beberapa dokter. Tapi rupanya memang Tuhan
tidak mengijinkan saya untuk momong bayi ini.
107
Mereka bercakap-cakap sampai fajar merekah. Tuan rumah kadang-kadang
menemui mereka, kadang-kadang meninggalkan mereka karena banyak urusan yang
harug diselesaikannya. Setiap tuan rumah meninggalkan mereka, mereka bercerita
lagi, seolah lupa uutuk apa mereka datang ke sana. Dan setiap tuan rumah menunggu
mereka, mereka berwajah serius, menandakan mereka pun ikut merasakan kedukaan
itu.
Mendiskusikan Cerpen
(1) Diskusikanlah masalah-masalah di bawah ini!
(a) Bagaimanakah sikap tamu di cerpen “Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi”?
(b) Bagaimanakah tanggapan Anda terhadap sikap tamu tersebut?
(c) Bagaimanakah seharusnya sikap tamu pada saat melayat?
(2) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memilih 3 (selalu), 2 (sering), 1
(kadang-kadang), atau 0 (tidak pernah). Isilah dengan menuliskan angka!
No Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Anda hadir untuk mengantar pemakaman pada saat ada tetangga yang meninggal?
2. Apakah anda menghibur hati orang yang sedang berduka atau mengalami musibah
3. Apakah Anda mengindarkan diri dari bergurau pada saat menghadiri pemakaman seseorang
4. Apakah Anda menghindarkan diri menceritakan kehebatan Anda atau keluarga Anda?
5. Apakah Anda membantu meringankan orang yang mendapatkan musibah
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang (V) pada
kolom setuju atau tidak setuju!
108
No Daftar Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
1. Kita perlu hadir untuk mengantar pemakaman pada saat ada tetangga yang meninggal, kecuali bila kita mempunyai kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan
2. Kita perlu menghibur hati orang yang sedang berduka atau mengalami musibah
3. Kita perlu mengindarkan diri dari bergurau pada saat menghadiri pemakaman seseorang
4. Kita perlu menghindarkan diri menceritakan kehebatan diri sendiri, terutama di hadapan orang yang sedang berduka
5. Kita perlu membantu meringankan orang yang mendapatkan musibah
Penutup
Dari kegiatan mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi di atas, apakah yang
dapat Anda rasakan dan Anda dapatkan? Tuliskanlah!
(1) Yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan ini
a. Saya merasakan ….
(2) Yang saya dapatkan setelah mengikuti kegiatan ini.
a. Saya mendapatkan ….
(3) Agar kegiatan ini lebih menarik dan menantang, saya mengusulkan
a. ………………………..
109
Lampiran 4: Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak
Pendahuluan
Pernahkah kalian mendengar kata Tsunami. Ya, negara kita pernah terkena
tsunami. Tsunami yang terhebat adalah yang melanda Aceh. Bagaimakah keadaan
Aceh setelah terkena tsunami? (siswa diminta untuk menceritakan keadaan tersebut)
Kegiatan Inti
Mendengarkan Pembacaan Puisi
Adakah di antara kalian yang bisa membacakan puisi? Saya yakin sebenarnya
semuanya bisa membacakan puisi. Kali ini saya akan membaca puisi yang berkaitan
dengan keadaan Aceh setelah dilanda tsunami.
SELAGI BISASELAGI BISASELAGI BISASELAGI BISA
menangislah selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh sudah kehabisan air mata
makan minumlah
selagi bisa sebab saudara kita di Aceh
sejenak lupa akan haus laparnya oleh sekadar mencari anak oleh sekadar mencari suami oleh sekadar mencari istri
atau ibu bapak itu pun kalau bisa
pandangilah setiap jengkal wajah sanak saudara kita
selagi bisa sebab saudara kita di Aceh
hanya melihat mayat sanak saudaranya, itu pun kalau bisa
(Wahyudi Siswanto)
110
Bermain Puisi
Sebelum kita membahas puisi yang telah saya bacakan tadi, bagaimana kalau kita bermain-
main dengan puisi yang kita dengar. Sekarang tirukanlah kata, gabungan kata, baris dan bait
puisi di bawah ini sepersis mungkin! Setelah saya ucapkan, kalian menirukannya!
1. SELAGI BISA (Tirukan!) 2. menangislah
selagi bisa (Tirukan!) 3. sebab saudara kita di Aceh
sudah kehabisan air mata (Tirukan!) 4. makan minumlah
selagi bisa sebab saudara kita di Aceh sejenak lupa akan haus laparnya (Tirukan!)
5. oleh sekadar mencari anak
oleh sekadar mencari suami oleh sekadar mencari istri atau ibu bapak itu pun kalau bisa (Tirukan!)
6. pandangilah setiap jengkal wajah sanak saudara kita
selagi bisa (Tirukan!) 7. sebab saudara kita di Aceh
hanya melihat mayat sanak saudaranya, itu pun kalau bisa (Tirukan!)
Membaca Puisi
Setelah saya membacakan puisi, kini giliran kalian. Saya minta salah satu dari kalian
membacakan puisi “Selagi Bisa” di atas! Bagaimanakah pembacaan puisi “Selagi Bisa” oleh
teman Anda?
a. Pembacaan puisi tersebut menarik karena ekspresi pembaca ……
111
Apakah puisi di atas menarik? Kemukakan pendapat Anda tentang hal-hal yang menarik dalam puisi yang diperdengarkan dengan mengemukakan alasan yang logis!
(1) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena rimanya …. (2) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena lambang dan simbol yang digunakan adalah …. (3) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena gaya bahasa yang digunakan ….. (4) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena berisi ….
Menyimpulkan Pesan Etika dalam Puisi
Penyair seringkali menyampaikan pesan dan ajaran etika (moral) melalui puisi yang diciptakan. Marilah kita mencoba mencari pesan-pesan yang ingin disampaikan Taufiq Ismail dalam puisi “Selagi Bisa”.
Di bawah ini ada beberapa kutipan dari puisi “Selagi Bisa”, dari kutipan tersebut, tentukanlah pesan-pesan yang ada di dalamnya!
(1)
Dari kutipan di atas, pesan apakah yang bisa kalian dapatkan? Pesan dan nilai apakah yang
bisa diambil dari peristiwa tersebut?
(2)
b. Pembacaan puisi tersebut menarik karena suara pembaca ….
c. Pembacaan puisi tersebut menarik karena irama pembaca ….
menangislah
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
sudah kehabisan air mata
makan minumlah selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh sejenak lupa akan haus laparnya
oleh sekadar mencari anak oleh sekadar mencari suami oleh sekadar mencari istri
atau ibu bapak itu pun kalau bisa
112
Pesan dan nilai apakah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut?
(3)
Pesan dan nilai apakah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut?
Menentukan Tema Puisi yang Diperdengarkan
Tema puisi adalah gagasan utama atau gagasan pokok yang disampaikan penyair kepada
pembacanya. Sebagai pembaca karya sastra, Kalian bisa memahami dan menemukan tema ini.
Sesuai dengan hakikat karya sastra yang kaya akan makna, maka tema dalam puisi tidak bersifat
tunggal. Tema dalam karya sastra bisa diungkapkan dalam beberapa pernyataan. Tidak ada yang
benar dan tidak ada yang salah secara mutlak tentang tema suatu karya sastra, asalkan bisa
dipertanggungjawabkan dengan kata, baris, bait, tipografi, dan makna yang ada di dalam puisi.
Untuk menentukan tema puisi “Selagi Bisa” di atas, kerjakanlah tugas-tugas di bawah ini.
(1) Tulislah dua pernyataan kemungkinan tema puisi di atas!
(2) Cermatilah, bagaimanakah hubungan keempat pernyataan tema yang telah kalian tentukan!
Apakah keempatnya mempunyai (a) hubungan sejajar (sama pentingnya); (b) sebab akibat;
(c) akibat sebab; (d) pernyataan dan contoh, atau mempunyai hubungan lainnya.
(3) Dari hasil mencermati hubungan tema yang kalian buat tersebut, sekarang tentukanlah satu
tema puisi “Selagi Bisa”!
(4) Apakah tema itu dinyatakan oleh penyairnya di awal, tengah, atau akhir puisi? Ataukah tema
itu baru bisa disimpulkan dari keseluruhan puisi?
pandangilah setiap jengkal wajah sanak saudara kita selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh hanya melihat mayat sanak saudaranya,
itu pun kalau bisa
113
Seringkali bekerja kelompok hasilnya lebih baik daripada kerja sendirian. Dengan bekerja
kelompok, kita bisa mengungkapkan pikiran kita kepada orang lain. Kita bisa saling menghargai
pikiran orang lain. Untuk itulah, bentuklah kelompok, masing-masing beranggotakan empat atau
lima orang.
(1) Tentukan kembali tema puisi di atas!
(2) Laporkan hasil diskusi kalian di muka kelas!
(3) Untuk kelompok yang tidak sedang melaporkan hasil diskusinya, tanggapilah pendapat
kelompok lain!
Menunjukkan Relevansi Tema dengan Situasi Sekarang
Tema dalam puisi adalah hasil pemikiran dan perasaan penyair. Ini bisa merupakan hasil
tanggapan atau perenungan dari situasi yang dirasakan, dihayati dan dialami penyair. Apakah
puisi “Selagi Bisa” juga mencerminkan hal yang sama. Untuk membuktikannya, kerjakanlah
tugas-tugas di bawah ini!
Saat ini banyak orang yang tidak bisa ikut bersedih melihat penderitaan orang lain. Apakah
pernyataan ini benar? Carilah bukti-bukti di sekelilingmu yang mendukung atau bertentangan
dengan pernyataan tersebut!
Saat ini banyak orang yang tidak akrab dengan sanak saudara sendiri. Bahkan, mereka jarang
saling merindukan. Carilah bukti yang mendukung atau bertentangan dengan pernyataan
tersebut!
Pengayaan
Model menyimak itu bisa divariasikan dengan kegiatan atau keterampilan lain seperti
membaca sastra atau menulis sastra. Bahan yang digunakan bisa juga diganti dengan puisi lain.
Berikut ini disajikan beberapa puisi yang bisa digunakan untuk membelajarkan etika siswa.
(1)
Ibu
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
114
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudra
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku
(D. Zawawi Imron)
(2) PENERBANGAN KE SUMBAWA ada kabar pesawat terbang yang sudah lelah berjalan bersama penumpangnya memasuki pintu tanda di sebelah bandara hingga memasuki kuburan di sana
115
aku mendapat tugas ke sumbawa naik pesawat terbang di saat hujan dan angin tunjukkan wibawa bagai menunggu hukuman di depan mata semua kulihat bagai dunia maya orang-orang menjadi sahabat yang sudah lama tidak berjumpa kuingin maaf atas semua dosa :yang terjadi hanya bertegur sapa saat pesawat mengepakkan sayap kuingin sekadar berdoa teman sebelah mengajakku tertawa kulihat ketidakberdayaan sempurna: di tengah mega aku bukan burung perkasa di atas laut aku bukan ikan samudra ketika mendarat terasa lega dari segala prasangka tapi bukankah nanti juga memasuki pintu tanda yang kurang lebih sama dalam cara yang begitu rahasia (Wahyudi Siswanto)
Refleksi Kegiatan
Dari kegiatan mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi di atas, apakah yang
dapat Anda rasakan dan Anda dapatkan? Tuliskanlah!
Yang saya rasakan setelah menyimak puisi ini
b. Saya merasakan ….
c. ……………………
116
Lampiran 5: Contoh Pembelajaran Menulis Puisi
Cara menulis puisi memang merupakan hak penyair. Masing-masing penyair mempunyai langkah dan cara menulis puisi. Meskipun demikian, dari puisi-puisi yang telah ditulis penyair, ada beberapa pola yang bisa dibelajarkan kepada siswa. Tulisan ini hendak memberikan secara singkat beberapa model pembelajaran menulis puisi.
1. Model Definisi Model definisi adalah model menulis puisi dengan memberi definisi atau arti terahadap sesuatu. Kata
kunci yang biasanya digunakan yaitu adalah. Siswa diajak untuk menentukan terlebih dahulu kata yang akan didefinisikan. Langkah berikutnya siswa mendefinisikan kata itu dalam beberapa definisi. Setelah itu, siswa diminta untuk menambah definisinya menjadi definisi yang bisa direnungkan atau mengandung pesan. Terakhir, siswa mencoba untuk memperindah bunyi definisi menjadi puisi.. Berikut ini akan diberikan contoh menulis puisi dengan model ini.
Langkah 1 Siswa diminta untuk memilih kata yang akan didefinisikan. Sebagai contoh kata yang didefinisikan adalah putih. Langkah 2 Siswa mendefinisikan kata itu dalam beberapa definisi.
Putih Putih adalah bening Putih adalah bersih Putih adalah suci Langkah 3 Siswa diminta untuk menambah definisinya menjadi definisi yang bisa direnungkan atau mengandung pesan
Putih Putih adalah bening bola matamu, dengan cara sama menatap manusia Putih adalah bersih hatimu, tak pernah ada dendam walau muka pernah terlempar batu Putih adalah suci pribadimu, selalu menomorsatukan umat Langkah 4 Siswa mencoba untuk memperindah bunyi definisi menjadi puisi.
117
Putih adalah bening bola matamu, dengan cara sama menatap manusia tanpa pandang bulu Putih adalah bersih hatimu, tak pernah ada dendam walau muka pernah terlempar batu Putih adalah suci pribadimu, selalu menomorsatukan umatmu Sekarang cobalah Anda membuat puisi dengan model definisi seperti contoh di atas! …………………….adalah…………. …………………….adalah…………. …………………….adalah………….
2. Model Nama Model nama adalah cara menulis puisi dengan bantuan nama tertentu untuk menulis puisi. Setelah
puisi ini jadi, huruf pertama puisi ini bisa dibaca sebagai nama sesuatu. Langkahnya adalah dengan menentukan terlebih dahulu nama yang akan digunakan untuk menulis puisi. Langkah berikutnya, menuliskan nama itu berjajar dari atas ke bawah. Dari awal huruf itu, kita mengembangkan menjadi sebuah puisi. Langkah 1 menentukan terlebih dahulu nama, misalnya ODE
Langkah 2 Menuliskan nama berjajar dari atas ke bawah.
O D E Langkah 3 mengembangkan menjadi sebuah puisi Oh, siapakah yang berdiri di sana Dengan wajah seakan tanpa dosa Entah dengan cara bagaimana aku dapat mengenalnya Siapa nama Anda atau ingtlah nama orang-orang yang berkesan di hati Anda? Cobalah Anda tulis nama itu menjadi puisi! Misalnya nama Anda Andri A……………………… N.........................
D……………………… R……………………… I……………………….
Anda bisa
menceritakan siapa
Andri
118
3. Deskripsi
Model deskprisi adalah model menulis puisi dengan menggambarkan atau melukiskan tempat, suasana, warna, bentuk, tingkah laku, waktu, peristiwa, dan watak. Langkahnya adalah sebagai berikut.
• Tentukan terlebih dahulu hal yang ingin Anda deskripsikan/gambarkan. Misalnya, suatu tempat wisata!
• Buatlah deskripsi tersebut menjadi bahasa yang lebih puitis! Berikut ini diberikan contoh-contoh puisi yang disusun berdasarkan deskripsi
RUANG INI (Sapardi Djoko Damono)
Kau seolah mengerti: tak ada lubang angin Di ruang terkunci ini Seberkas bunga plastik di atas meja, Asbak yang penuh, dan sebuah buku yang terbuka Pada halaman pertama
Kaucari catatan kaki itu, sia-sia DI DEPAN PINTU (Sapardi Djoko Damono) Di depan pintu: bayang-bayang bulan Terdiam di rumput. Cahaya yang tiba-tiba pasang Mengajaknya pergi Menghitung jarak dengan sunyi
4. Kesan Model kesan adalah model menulis puisi dengan menuliskan kesan terhadap sesuatu. Kesan yang
dimaksud adalah menakutkan, bahagia, suka, benci, gemas, dan lain sebagainya. Langkahnya adalah menentukan terlebih dahulu kesan yang ingin diciptakan. Kemudian menentukan suasana yang mendukung kesan tersebut.
KAMAR (Sapardi Djoko Damono) Ketika kumasuki kamar ini Pastidikenalnya kembali aku Suara langkahku, nafasku
119
Dan ujung-ujung jari yang dulu menyentuhnya Dan kali ini – pertemuan ini Tanpa jam dinding Bgitu saja di suatu sore hari Sewaktu percakapan tak diperlukan lagi Tanpa engah-engahan pendek Tanpa “malam begitu cepat lalu!” Dan kulihat bibir-bibirnya sembilu Menoreh kenanganku
5, Deskripsi dan Kesan Model deskripsi dan kesan adalah model menulis puisi dengan menggabungkan antara gambaran
terhadap sesuatu dengan kesan terhadap apa yang digambarkan itu. Berikut ini akan diberikan contoh gabungan antara deskripsi dan kesan. SEPASANG SEPATU TUA (Sapardi Djoko Damono) sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan berlumpur sehabis hujan—keduanya telah jatuh
cinta kepada sepasang telapak kaki itu yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang
kanan mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu dibuang dan dibiarkan membusuk bersama makanan sisa
sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua
Tanah Air (Muhammad Yamin) Pada batasan, bukit Barisan Memandang aku, ke bawah memandang Tampaklah hutan rimba dan ngarai; Lagipun sawah, sungai yang permai; Serta gerangan, lihatlah pula
120
Langit yang hijau bertukar warna Oleh pucuk, daun kelapa; Itulah tanah, tanah airku Sumatra namanya, tumpah darahku. Sesayup mata, hutan semata, Bergunung bukit, lembah sedikit; Jauh di sana, di sebelah situ, Dipagari gunung satu persatu Adalah gerangan sebuah surga, Bukannya janat bumi kedua —Firadus Melayu, di atas dunia! Itulah tanah yang kusayangi Sumatra namanya, yang kujunjungi Pada batasan, bukit Barisan, Memandang ke pantai, teluk permai; Tampaklah air, air segala, Itulah laut, samudra Hindia. Tampaklah ombak, gelombang pelbagai Memecah ke pasir, lalu berderai, Ia memekik, berandai-randai: “Wahai Andalas, pulau Sumatra, Harumkan nama, selatan utara!” Bogor, Juli 1920
6. Pesan
Model pesan adalah model menulis puisi dengan menuliskan pesan penyairnya. Pesan apa yang hnedak disampaikan? Langkahnya adalah dengan menentukan pesan apa yang akan disampaikan. Pesan ini diubah menjadi bahasa puitis. Berikut ini contoh puisi model ini.
Kepada Penyair (A. Mustofa Bisri) Berhentilah menyanyi sendu Tak menentu Tentang gunung-gunung dan batu Mega-mega dan awan kelabu Tentang bulan yang gagu Dan wanita yang bernafsu Berhentilah bersembunyi
121
Dalam simbol-simbol banci Berhentilah menganyam-anyam maya Mengindah-indahkan cinta Membesarbesarkan rindu Berhentilah menyia-nyiakan daya Memburu orgasme dengan tangan kelu Berhentilah menjelajah lembah-lembah Degan angan tanpa arah Tengoklah kanan-kirimu Lihatlah kelemahan di mana-mana Membuat lelap dan kalap siapa saja Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela Membabat segalanya Lihatlah segalanya semena-mena Mengroyok dan membiarkan nurani tak berdaya Bangunlah Asahlah hruf-hurufmu Celupkan baris-baris sajakmu Dalam cahya dzikir dan doa Lalu tembakkan kebenaran Dan biarkan Maha Benar Yang menghajar kepongahan gelap Dengan mahacahyaNya
7. Deskripsi dan pesan Menulis puisi dengan deskripsi dan pesan adalah model menulis puisi dengan terlebih dahulu
mendeskripsikan benda, tingkah laku, suasana, atau gejala. Puisi ini ditambah pesan penulisnya. Berikut ini contoh puisi model ini.
Sarang Lebah (Wahyudi Siswanto)
sel-sel tempat penyimpanan madu di sarangnya dibangun dari sudut yang berbeda pada akhirnya bertemu di tengah
tanpa adanya ketidakserasian atau rasa payah
(manusia takmampu membuat bangunan yang rumit
122
tanpa perhitungan geometris yang bikin dahi mengernyit padahal lebah melakukannya tanpa perdebatan sengit)
lebah, lebah
kepakkan sayapmu untuk memberitahuku
siapa yang memandaikanmu
8. Model Definisi, Deskripsi, Kesan, dan Pesan
Model ini merupakan gabungan dari definisi, deskripsi, kesan dan pesan. Berikut ini merupakan contoh puisi yang menggunakan model tersebut.
GELAP (Wahyudi Siswanto)
engkaulah tirai malam tutupi terang
pencipta bayang-bayang hari-hari terisi dengan nyanyian nina bobok
diiringi teriak jangkrik dan konser katak tapi mengapa aku takut padamu tidak bisakah engkau ceritakan
tentang indah mimpimu Dari puisi di atas kita dapat mengetahui langkah-langkah menulis puisi model ini sebagai berikut. a. membuat definisi;
(malam) engkaulah tirai malam
b. membuat deskripsi;
tutupi terang
pencipta bayang-bayang hari-hari terisi dengan nyanyian nina bobok
diiringi teriak jangkrik dan konser katak
123
c. membuat kesan; dan
tapi mengapa aku takut padamu
d. membuat pesan.
tidak bisakah engkau ceritakan tentang indah mimpimu
9. Copy Master Teknik ini adalah teknik menulis puisi dengan cara meniru sebuah puisi yang sudah jadi
(terkenal). Yang perlu diingat, Anda hanya meniru tekniknya. Anda bisa menggunakan model ini dengan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini.
a. Puisi yang hendak Anda tiru itu Anda ganti kata-katanya atau kalimatnya. b. Setelah Anda ganti beberapa kata atau kalimatnya, puisi itu Anda sesuaikan dengan
keinginan Anda. c. Tentu saja hal itu bisa Anda sempurnakan sesuai dengan isi puisi. Sebagai contoh,
perhatikan puisi di bawah ini!
PANAS (Wahyudi Siswanto) siang ini panas sekali jangan bertanya pada daun mereka sedang parade gugur jangan bertanya kepada akar mereka barangkali sedang sekarat jangan bertanya pada ranting mereka sedang berteriak melengking mungkinkah semua ini karena embun jiwa sudah enggan menyapa ataukah matahari serakah yang terus bertahta
A.
Puisi ”Panas” di atas bercerita tentang kegelisahan penyairnya pada suasana panas yang sedang melanda daerahnya. Mengapa daerah penyair panas sekali, apakah ini karena ulah manusia atau memang karena gejala alam. Penyair terus bertanya untuk mencari jawab apa gerangan penyebab panas menyengat yang sedang melanda daerahnya.
Kita bisa mengubahnya menjadi puisi yang mirip atau menjadi puisi lain. Kita bisa mengubah menjadi puisi yang mirip bila yang kita ganti hanya kata-katanya saja. Isi puisi itu tetap sama. Kata yang ada di dalam puisi itu kita ganti dengan kata yang sama atau hampir sama artinya. Perhatikan contoh di bawah ini!
124
Pengubahan puisi Puisi yang sudah jadi
Cahaya Menyengat PANAS
cahaya menyengat ubun-ubun siang ini panas sekali aku tak menanyakannya pada dedaun jangan bertanya pada daun kerna mereka sedang berguguran mereka sedang parade gugur aku takkan menanyakannya kepada akar
jangan bertanya kepada akar kerna mereka sedang malas menjalar mereka barangkali sedang sekarat aku takkan tanya pada ranting pepohonan jangan bertanya pada ranting kerna mereka sedang berteriak meradang
mereka sedang berteriak melengking mungkin semua ini kerna
mungkinkah semua ini karena embun jiwa enggan saling berbenah jiwa sudah enggan menyapa atau mentari yang enggan beranjak dari singgasana ataukah matahari serakah yang terus bertahta
Cahaya Menyengat
siang ini cahaya menyengat ubun-ubun aku takkan menanyakannya pada dedaun kerna mereka sedang berguguran aku takkan menanyakannya kepada akar kerna mereka sedang malas menjalar aku takkan tanya pada ranting pepohonan kerna mereka sedang berteriak meradang mungkin semua ini kerna jiwa enggan saling berbenah atau mentari yang enggan beranjak dari singgasana