May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian universal yang sifatnya unik
dalam pengalaman hidup setiap individu. Kehilangan terkadang menjadi hal yang
tabu untuk dibicarakan, karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari
individu yangt bersangkutan maupun disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini sudah
memiliki keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan
tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian.
Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka, sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah
mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius. Upaya untuk mengatasi kehilangan tersebut lebih fokus
kepada intrapersonal, berbeda dengan kultur Timur, berorientasi terhadap religi.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
1 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung
klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005)
1. 2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam menyusun makalah ini, antara lain yaitu:
1. 2. 1 Tujuan Umum
Pembuatan makalah ini bertujuan agar pembaca, khususnya mahasiswa/i, dapat
memahami isi makalah yang berjudul “Kehilangan (Loss)”.
1. 2. 2 Tujuan Khusus
Pembuatan makalah ini juga bertujuan agar pembaca mampu memahami :
1. Definisi Kehilangan
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan
3. Bentuk Kehilangan
4. Manifestasi Klinis Kehilangan
5. Tipe, Jenis-Jenis, Kategori Kehilangan
6. Rentang Respon Kehilangan
7. Teori Berduka
8. Penatalaksanaan terhadap Kehilangan
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
2 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi
secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau
tidak diharapkan/ diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert, 1985, hal. 35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Kehilangan
merupakan situasi aktual/ potensial dimana seseorang atau objek yang dihargai tidak
dapat dicapai/ diganti sehingga dirasakan tidak berharga seperti semula.
Jadi, kehilangan adalah suatu kondisi dimana seorang individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik sebagian atau
keseluruhan, bertahap atau mendadak, non trauma atau traumatik; terhadap sesuatu
yang menurutnya berharga dan tidak dapat kembali.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
3 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
2. 2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap kehilangan :
a. Tahap Tumbuh Kembang Usia
Anak- anak (secara umum)
1) Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan
2) Belum menghambat perkembangan
3) Bisa mengalami regresi
Lahir sampai usia 2 tahun
Tidak punya konsep tentang kehilangan, namun dapat mengalami
rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk
berkembangnya konsep tentang kehilangan dan dukacita.
2 sampai 5 tahun
Menyangkal kehilangan sebagai suatu proses yang normal. Melihat
kematian sebagai sesuatu dapat hidup kembali. Mempunyai kepercayaan
tidak terbatas dalam kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi.
5 sampai 8 tahun
Melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian akan
terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan.
Mencari penyebab kematian.
8 sampai 12 tahun
Memandang kematian sebagai akhir hayat dan tidak dapat dihindari.
Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat
mengalami rasa takut akan kematian sendiri.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
4 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
Remaja
Memahami seputar kehilangan, serupa dengan orang dewasa. Harus
menghadapi implikasi personel tentang kehilangan, menunjukkan perilaku
berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih sadar dan
tentang masa depan.
Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup,
tujuan hidup, menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa
dihindari.
b. Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
c. Faktor Sosial Ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi
keluarga, berarti kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara
ekonomi. Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.
d. Pengaruh Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya
diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur
lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan
menangis keras-keras.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
5 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
e. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.
Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada
juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f. Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
Menurut Marthochio (1985), faktor yang mempengaruhi kehilangan, yaitu :
a. Status sosial ekonomi yang rendah
b. Kesehatan yang buruk
c. Kematian yang tiba-tiba atau sakit yang mendadak
d. Merasa tidak adanya dukungan sosial yang memadai (Kurangnya dukungan dari
keluarga atau seseorang yang tidak dapat menghadapi ekspresi berduka).
e. Kurangnya dukungan dari kepercayaan keagamaan
2. 2. 1 Faktor Presdiposisi
Faktor presdiposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
a. Faktor Genetik :
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
b. Kesehatan Jasmani :
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,
Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi6 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
c. Kesehatan Mental :
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya, pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan.
d. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu :
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak-
kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan
pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991)
e. Struktur Kepribadian :
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.
2. 2. 2 Faktor Presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih saying secara nyata ataupun imajinasi individu, seperti : kehilangan
sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi :
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi di masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f. Kehilangan kewarganegaraan
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
7 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
2. 3 Bentuk Kehilangan
Beberapa bentuk kehilangan, yaitu :
a. Kehilangan Maturasional
Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk pertama
kalinya
Contoh : Anak yang mulai berjalan, kehilangan citra tubuh semasa bayinya.
Wanita yang mengalami menopause, kehilangan kemampuan untuk
mengandung.
b. Kehilangan Situasional
Kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam merespons kejadian ekternal
spesifik
Contoh : kematian mendadak dari orang dicintai
2. 4 Manifestasi Klinis Kehilangan
Tanda dan gejala terhadap kehilangan adalah :
1) Efek fisik
Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah, berat badan menurun,
sakit kepala, pandangan kabur, susah bernapas, palpitasi dan kenaikan berat
badan.
2) Efek emosi
Mengingkari, bersalah, marah, kebencian, depresi, kesedihan, perasaan
gagal, sulit untuk berkonsentrasi, gagal dan menerima kenyataan , iritabilita,
perhatian terhadap orang yang meninggal.
3) Efek sosial
a. Menarik diri dari lingkungan
b. Isolasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
8 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
2. 5 Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe, yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti/ di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja/ PHK, menyebabkan perasaan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.
2. 6 Jenis-Jenis Kehilangan
Jenis-jenis kehilangan, diantaranya :
1) Actual Loss
Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan bahwa hal tersebut merupakan
suatu bentuk kehilangan.
Misal : kehilangan anggota badan , kehilngan suami / istri , dan kehilangan
pekerjaan.
2) Perceived Loss
Dirasakan seseorang, tetapi tidak sama dirasakan oleh orang lain.
Misal : kehilangan masa muda, keuangan, lingkungan yang berharga.
3) Phichical Loss
Kehilangan secara fisik.
Misal : seseorang mengalami kecelakaan dan akibat luka yang parah tangan
atau kaki harus diamputasi.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
9 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
4) Psykhologis Loss
Kehilangan secara psykologis.
Misal : orang yang cacat akibat kecelakaan membuatnya merasa tidak
percaya diri. gambaran dirinya terganggu.
5) Anticipatory Loss
Kehilangan yang bisa dicegah.
Misal : orang yang menderita penyakit terminal. Respon emosi yang normal
terhadap suatu yang hilang / akan hilang setelah beberapa saat disebut
berduka / grief.
2. 7 Kategori Kehilangan
Beberapa pendapat mengkategorikan 5 kategori kehilangan, yaitu:
1) Kehilangan orang terdekat ( Actual Loss )
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stres dan mengganggu dari tipe-
tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.
Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang
ada, kematian pasangan suami / istri atau anak biasanya membawa dampak
emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
Contoh : kehilangan anggota badan , kehilangan suami / istri , kehilangan
pekerjaan.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
10 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
2) Kehilangan aspek sendiri ( Loss Of Self )
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kemampuan fisik dan mental (fungsi fisiologis dan psikologi), peran
dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat
hilang dari seseorang.
Contoh : kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh,
keuangan, lingkungan yang berharga.
3) Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal, misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan, kehilangan barang atau sesuatu
benda yang meliputi lupa menaruh, kecurian, ataupun hancur karena bencana.
Pada anak-anak seperti kehilangan boneka/selimut, pada orang dewasa seperti
perhiasan atau pakaian.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang
hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4) Kehilangan lingkungan
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara permanen. Kehilangan yang berhubungan dengan lingkungan seperti pindah rumah,
teman bicara, hospitalisasi, kehilangan / berpisah dengan lingkungan yang
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
11 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
dikenal (pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan
proses penyesuaian baru).
Dapat terjadi secara maturasional dan keadaan situasional
Kesepian akibat lingkungan yang tidak dikenal dapat mengancam harga
diri dan membuat berduka menjadi lebih sulit
5) Kehilangan kehidupan / meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian
2. 8 Rentang Respon Kehilangan
Denial → Anger → Bergaining → Depresi → Acceptance
1) Fase Denial / Menyangkal
Menyangkal adalah respon segera terhadap kehilangan baru atau
kehilangan yang mengancam.
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
a. Verbalisasi : ” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”
b. Perubahan fisik : letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah
2) Fase Anger / Marah
a. Mengekspresikan marah pada keluarga, staf, perawat, dokter atau yang maha
kuasa
b. Mulai sadar akan kenyataan
c. Marah diproyeksikan pada orang lain
d. Perilaku agresif, bicara kasar kepada siapa saja
e. Menolak pengobatan
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
12 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
f. Reaksi fisik : muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
3) Fase Bergaining / Tawar- Menawar
a. Individu berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk menghindari
kehilangan atau mengubah prognosis atau nasib
b. Individu membuat penawaran dengan yang maha kuasa
c. Individu menerima bentuk terapi baru
d. Verbalisasi : “ kenapa harus terjadi pada saya ? “, “kalau saja yang sakit
bukan saya“, “ seandainya saya hati-hati “
4) Fase Depresi / Konfrontasi
a. Realita dan sifat ketetapan dari kehilangan telah dikenali
b. Bingung, kurang motivasi, tidak menunjukkan minat, tidak membuat
keputusan, menangis
c. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa
d. Mengenang masa lalu dan benda yang hilang
e. Memcoba bunuh diri / perilaku tidak sehat seperti minum obat berlebihan
f. Respon fisik : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun
5) Fase Acceptance / Penerimaan
a. Individu menerima kehilangan dan kematian dan mulai merencanakan untuk
hal tersebut
b. Sharing perasaan tentang kehilangan
c. Mengenang kejadian masa lalu
d. Terjadi periode depresi dan sejahtera
e. Waktu yang baik untuk mulai membandingkan dengan waktu yang buruk
f. Hidup mulai menjadi stabil
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
13 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
2. 9 Dampak Kehilangan
a) Pada masa anak-anak
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan
timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
b) Pada masa remaja atau dewas muda
Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga.
c) Pada masa dewasa tua
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan
yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan
2. 10 Berduka
2. 10. 1 Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
14 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Keluarga yang berduka membutuhkan :
1. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi.
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf perawatan.
3. Support
a. Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
4. Kebutuhan spiritual.
a. Berdoa sesuai kepercayaan.
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan
2. 10. 2 Teori dan Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
15 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang
ajal.
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk
pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat,
insomnia dan kelelahan.
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian
yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
Fase V
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
16 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan
seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada
saya!” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih”
pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan.
Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung
dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa
dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus
atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali
mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
17 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk
berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan
bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu
sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
18 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana
klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
2. 10. 3 Perbandingan Empat Teori Proses Berduka
ENGEL (1964)KUBLER-
ROSS (1969)
MARTOCCHI
O (1985)
RANDO
(1991)
Shock dan tidak percaya MenyangkalShock and
disbeliefPenghindaran
Berkembangnya
kesadaranMarah
Yearning and
protest-
Restitusi Tawar-menawar
Anguish,
disorganization
and despair
Konfrontasi
Idealization DepresiIdentification in
bereavement-
Reorganization /
the out comePenerimaan
Reorganization
and restitutionAkomodasi
2. 11 Penatalaksanaan
1) Fase Denial (Penolakan)
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
b. Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang
mengalami kehilangan
c. Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
19 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
d. Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti: memegang tangan,
menepuk bahu atau merangkul klien.
e. Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk
mengatasi.
f. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit,
pengobatan dan kematian tanpa membantah klien.
g. Memperhatikan kebutuhan dasar klien.
2) Fase Anger (Marah)
a. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kemarahannya secara
verbal tanpa melawan kemarahannya.
b. Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan
kepada mereka.
c. Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.
d. Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.
e. Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.
f. Ajarkan teknik asertif.
3) Fase Bergaining (Tawar menawar)
a. Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
b. Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.
c. Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
4) Fase Depresi
a. Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.
b. Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
c. Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga
diri klien.
d. Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan perasaan.
5) Fase Acceptence (Penerimaan)
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
20 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
a. Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur.
b. Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.
c. Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab kematian
Discharge Planing
1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.
2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan
mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep
kehilangan secara jujur.
3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku
yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu
melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
21 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
BAB III
PENUTUP
3. 2 Kesimpulan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35).
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
22 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
3. 2 Saran
3. 2. 1 Kepada Pembaca
Diharapkan kepada pembaca yang mengenai makalah ini tentang
keperawatan khususnya keperawatan jiwa semoga bermanfaat dan sedikit
memberikan pengetahuan melalui makalah ini.
3. 2. 2 Kepada Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan dapat memperdalam
ilmu pengetahuan mengenai keperawatan jiwa, karena keperawatan jiwa
adalah salah satu bagian dari ilmu keperawatan yang dimana proses
keperawatan nya adalah unik
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
23 of 23
May 3, 2012 [KEPERAWATAN JIWA]
[Kehilangan (Loss)] Kel. 10 | Hafizatul Aini, Karmiza, Mardhiya,Nola Asril, Rusman Wadi, Wiwike Yanti Elfisa, Z.P Elza Sri Pratiwi
24 of 23