Download - Kelinci Pedaging
ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA
KELINCI PEDAGING
Disusun oleh :
Kelompok 8
Alpian Danar (H0513014)
Anik Puji (H0513017)
Nur Ain Afrilia Widarni (H0513106)
Tiara Uji L (H0513136)
Tri Mardani (H0513139)
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas pertolongannya
memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ILMU
TERNAK POTONG DAN KERJA
Sholawat serta salam selalu kita curahkan pada Nabi akhir zaman, Nabi
Muhammad SAW. Berkat beliau, kita bisa terlepas dari belenggu kejahiliahan dan
bisa memperoleh ilmu yang penuh manfaat. Nabi yang kita harapkan syafaatnya
pada hari kiamat nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini tidak lepas dari dukungan
para dosen serta tenaga kependidikan Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret serta berbagai pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
dukungannya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan ini
masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka, penulis sangat mengharapkan kritik
serta saran dari semua pihak, demi tercapainya karya yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Surakarta, 1 Oktober 2014
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal – Usul Kelinci . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
B. Bangsa – Bangsa Kelinci Pedaging . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 9
C. Perkembangan Peternakan Kelinci Pedaging di Indonesia . . . . . . . . . 15
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan
sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai
hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci
karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga
mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah
dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga
menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut
kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya.
Kelinci merupakan satu hewan ternak yang mempunyai banyak manfaat,
mulai dari binatang hias, penghasil kompos dari kotoran/fesesnya, tulangnya
digunakan sebagai bahan tepung tulang, penghasil daging yang mempunyai
gizi tinggi serta rambut dan kulitnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan.
Sejak maraknya daging gelonggongan pada sapi dan ayam tiren
serta flu burung dan antraks, daging kelinci menjadi sasaran konsumsi sebagai
pengganti daging tersebut.
Kelinci merupakan golongan ternak herbivora yang mempunyai sifat
coprophage/cecotrophy Sifat ini merupakan ciri khas dari kelinci, yaitu
tingkah laku kelinci memakan kembali kotoran (faeces) lunak langsung dari
anusnya (coprophage pellets) yang terjadi pada malam hari, sehingga disebut
juga Ruminansia semu (pseudo-ruminant). Walaupun memiliki caecum
(bagian pertama usus besar) yang besar, kemampuan kelinci dalam mencerna
serat kasar terbatas, tidak sebanyak ruminansia.
Kelinci merupakan hewan mamalia dari famili Leporide (pemakan
tumbuhan hijau), yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Ternak kelinci
merupakan salah satu ternak alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat. Kelinci
5
memiliki kualitas daging dengan struktur serat lebih halus dengan warna dan
bentuk menyerupai daging ayam, dengan kandungan protein yang lebih tinggi
dibanding sapi, domba, kambing, serta babi dan kandungan kolesterolnya yang
rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat asal usul mengenai kelinci?
2. Bagaimana bangsa dan karakteristik kelinci pedaging?
3. Bagaimana perkembangan usaha peternakan kelinci pedaging di
Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah singkat asal-usul kelinci.
2. Mengetahui bangsa dan karakteristik kelinci pedaging.
3. Mengetahui perkembangan usaha peternakan kelinci pedaging di
Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal – Usul Kelinci
1. Sejarah Kuno kelinci
Kelinci merupakan hewan mamalia, yang dapat ditemukan di banyak
bagian bumi. Kelinci liar sudah ada sejak zaman dahulu di Afrika hingga
daratan Eropa. Manusia primitif menggunakan kelinci sebagai hewan buruan
utama untuk memenuhi kebutuhan akan makanan sehari-hari. Pada masa itu
kelinci liar populasinya banyak dan mudah ditemui untuk diburu.
Berdasarkan catatan sejarah kelinci berasal dari Phoenicians (3000 SM),
ketika itu seorang pelaut menemukan kelinci disuatu tempat yang dinamakan
“land of the seraphs” yaitu sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan
nama Spanyol. Cerita kelinci selanjutnya tercatat pada masa romawi, dimana
Roma ketika itu merupakan sebuah kerajaan dengan kekuatan militer yang
luar biasa. Dijaman itu kelinci digunakan untuk memberi makan tentara.
Kelinci berasal dari famili leporidae. Mereka menyebut kelinci ini dengan
nama Leporaria.
7
2. Sejarah Kelinci Abad Pertengahan
Ketika biara-biara mulai memelihara Leporaria. Ras ini merupakan ras
kelinci liar pertama di Eropa dengan kecenderungan berwarna gelap. Dijaman
ini sudah terlihat ras-ras kelinci baru dengan bentuk badan dan warna yang
berbeda. Dikatakan pada masa ini bahwa bangsawan sudah mulai menjadikan
kelinci sebagai peliharaan. Kelinci diperkenalkan ke Britania Raya pada abad
ke-13. Pada abad ke-16 Ratu Elizabeth, memberi nama sebuah pulau dengan
sebutan “Rabbit Island”, pulau di danau dan sungai dimana kelinci bias
berkembng biak. Saat ini ada lebih dari 800 pulau kelinci di lautan dan danau
di dunia.
3. Persebaran Kelinci Keseluruhan Dunia
Setelah manusia bermigrasi ke berbagai pelososk benua baru, kelinci pun
turut menyebar ke berbagai pelosok benua baru, seperti Amerika, Australia,
dan Asia. Hamper setiap Negara di dunia memiliki ternak kelinci. Kelinci
8
mempunyai daya adaptasi tubuh relative tinggi sehingga mampu hidup di
hamper seluruh dunia. Sejarah kelinci pindah kea bad ke-17 dan ke-18 ketika
penjelajahan dunia mengambil kelinci eropa ke Negara asing. Antara lain
Kapten James Cook yang pertama kali membawa kelinci ke Australia di 1770
ini.
Selama zaman Victoria abad ke-19, sebagai Revolusi Industri membawa
orang-orang dari pertanian dan masuk ke daerah perkotaan, menjadi popular
dikalangan kelas menengah atas untuk menjadikan kelinci sebagai hewan
peliharaan. Bisnis muncul yang melayani kepemilikan kelinci, dan mereka
dipromosikan kelinci dengan mengasosiasikan kelinci dengan anak-anak dan
kepolosan. Adanya penyebaran kelinci menimbulkan sebutan berbeda, di
Eropa disebut rabbit, di Indonesia disebut kelinci, sementara di Jawa disebut
trewelu. Asal kata kelinci berasal dari Bahasa Belanda, yaitu konijntje yang
berarti “anak kelinci”. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat
Nusantara mulai mengenali kelinci saat masa colonial. Padahal di Pulau
Sumatra ada satu species asli Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri) yang
baru ditemukan pada tahun 1972.
4. Kelinci di Indonesia
Dari catatan sejarah, kelinci pertama kali dibawa ke tanah Jawa oleh
orang-orang dari Belanda pada tahun 1835. Waktu itu, kelinci sudah menjadi
ternak hias. Kelinci lokal dari Indonesia yakni jenis kelinci jawa (Lepus
negricollis) dan kelinci Sumatra (Nesolagus netseherischlgel). Kelinci jawa
diperkirakan masih ada di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna
bulunya cokelat perunggu kehitaman. Ekornya berwarna jingga dengan
9
ujungnya yang hitam. Berat kelinci jawa dewasa bias mencapai 4kg.
Sedangkan kelinci Sumatra, merupakan satu-satunya kelinci asli Indonesia.
Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatra. Panjang badannya
mencapai 40cm. warna bulunya kelabu cokelat kekuningan.
B. Bangsa _ Bangsa Kelinci Pedaging
Selama ini masyarakat kita mengenal 2 kategori jenis kelinci, kelinci hias
dan kelinci pedaging. Masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda
dalam penanganan sehari-hari maupun bisnisnya. Dalam perawatan
kesehariannya, kelinci pedaging diberi pakan yang bertujuan untuk
pertumbuhan daging yang bagus. Kelinci pedaging umumnya berasal dari
jenis kelinci Ras besar dan pertumbuhannya cepat serta memiliki daging yang
bagus. Kelinci pedaging biasanya memiliki bobot berkisar antara 4,2-5,0 kg.
Berikut beberapa jenis kelinci pedaging:
1. Flemish giant
10
Flemish giant merupakan kelinci yang cukup populer,jenis kelinci ini
merupakan keturunan hasil dari Patagonia ( Argentina ), yang di bawa ke
Indonesia pada abad ke 16-17. Umur kelinci ini rata-rata mencapai lima
tahun. Tubuhnya panjang dan perkembangan otot nya sangat baik, bobot
flemish giant mencapai rata-rata 5,6-6,7 kg untuk ukuran dewasa, namun ada
juga yang di temukan dengan bobot yang lebih berat lagi. Warna yang banyak
di temukan dari jenis kelinci ini adalah, hitam, biru, cokelat, abu-abu terang,
abu-abu, dan putih. Kelinci flemish giant merupakan kelinci yang berasal dari
keturunan kelinci liar Argentina, pada abad 18 pedagang dari Belanda
membawa kelinci tersebut dari Argentina ke Eropa dan dibudidayakannya.
Pada awalnya dibawa ke Eropa tepatnya di Inggris untuk dibudidayakan
guna memenuhi permintaan akan daging kelinci di negera tersebut. Kemudian
kelinci ini menyebar ke selurh dunia. Kelinci ini termasuk kelinci jenis
pedaging karena ukuran tubuhnya yang besar atau jenis kelinci raksasa,
sehingga dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Tapi di Indonesia kelinci
cenderung sebagai kelinci peliharaan atau kelinci hias. dan lebih
dikenal dengan nama vlaamse reus.
Ciri-Ciri Kelinci Flemish Giant adalah :
a. Memiliki badan berukuran besar, bobotnya dapat mencapai 10 kg
lebih.
b. Memiliki ukuran telinga lebih besar dari kelinci lainnya(kelinci
dewasa panjang telinga dapat mencapai lebih dari 15 cm) dan
memiliki warna rambut yang bagus
c. Memiliki warna bervariasi yang sering ditemui adalah warna hitam,
biru, coklat kuning muda (fawn), abu-abu terang, abu-abu besi, dan
putih.
d. Ciri lainnya adalah dewasa kelaminnya lambat berkisaran antara 10
sampai dengan 12 bulan baru dapat dikawinkan.
11
2. New zealand white
Sesuai dengan namanya, jenis kelinci ini berasal dari New Zaeland dan
berkembang di Amerika Serikat dan Australia. Di negeri kanguru New
Zaeland white menjadi buruan karena populasinya yang sangat besar
sehingga dianggap sebagai hama. Kelinci ini putih mulus tanpa pigmen alias
albino. Mata merah dan telinga tegak. Bulu halus, tidak tebal (standar).
Karena cepat tumbuh besar maka jenis kelinci ini dapat dijadikan kelinci
potong pula. Dipercaya jenis ini dikembangkan dari hasil persilangan jenis
Flemish Giant dan Belgian Hare pada masa sekitar th.1900. Varietes putih
berasal dari silangan turunan seperti Flemish, American White dan Anggora.
Pada awalnya dikembangkan untuk diambil dagingnya sebagai sumber
protein, karena bobot nya yang bisa mencapai 5,44 kg.
Jenis New Zealand White sendiri dikembangkan pada th.1917.
Selanjutnya menyebar ke Inggris setelah PD 2 pada th.1945. Mungkin jenis
inilah yang paling populer di Indonesia, karena memang banyak sekali orang
yang mengetahui dan mengenal jenis ini. Ciri-ciri kelinci jenis ini adalah :
a. Mempunyai dada penuh, badannya medium namun terlihat bundar
dan gempal, kaki depan agak pendek, kepala besar dan agak bundar,
telinga agak besar dan tebal dengan ujungnya yang sedikit membulat,
serta bulunya sangat tebal namun halus.
12
b. Warna yang diakui adalah merah, putih, hitam, dan biru.
c. Bobot maksimal rata-rata adalah 5,44 kg (New Zealand White, Black,
Blue). Khusus untuk New Zealand Red dikelompokkan tersendiri
dengan bobot rata-rata 3,62 kg.
d. Lama hidup dapat mencapai 10 th bila dirawat dengan baik.
e. Ciri menonjol jenis kelinci ini warnanya yang putih dan matanya
merah dan telinganya merah muda.
Orang Jawa menyebutnya kelinci australi, jenis kelinci ini mudah
perawatan dan tidak rewel soal makan. Beratnya rata-rata 4,5 – 5 kg, jadi
cukup menyita pakan. Kelinci jenis ini banyak dipelihara kalangan petani
Jateng dan jatim . Di Amerika dan Eropa kelinci New Zealand banyak
dijadikan kelinci hias karena polahnya yang hampir sama dengan kelinci jenis
REX. Ia senang akan keramain dan melompat-lompat ditempat girang di
tanah luas.
New Zealand bisa beranak pinak banyak antara 8 - 12 ekor anak setiap
melahirkan. Dagingnya tebal, bagus untuk pedaging, walaupun bulunya tidak
sehalus jenis REX, tetapi memiliki manfaat untuk jaket dan aksesories. Jenis
kelinci ini merupakan keturunan dari hasil persilangan flemish giant dan
belgian here.Bobot maksimal bisa mencapai 5,44 kq untuk kelinci
dewasa.Anak pada setiap kelahiran dapat mencapai 10-12 ekor.Umur nya bisa
mencapai 10 tahun bila mendapatkan perawatan yang baik.ciri-ciri jenis
kelinci ini memiliki ukuran badan medium,bundar dan gempal,kaki depan
agak pendek dan kepala agak bundar.Bulunya tebal dan halus.
13
3. Satin
Satin berasal dari Amerika Serikat yang di temukan pada tahun 1930-
an,kulitnya tebal dengan bulu yang lebat dan lurus. Bulunya tidak
panjang,namun mengkilap dan warna yang sering di temukan adalah
hitam,biru,cokelat,perak merah,putih,dan siam. Badannya panjang, kepala
lebar, telinganya yang lebar tampak seimbang dengan badannya. Tulang-
tulangnya tampak kuat, kakinya lurus, kukunya hitam gelap. Bobot pejantan
mencapai3,8-4,5 kg,sedangkan betina mencapai 4,5-5kg. Rata-rata anak
dalam satu kali beranak 7-10 ekor.
4. Rex
Rex (ermine rex), di temukan di Amerika serikat sekitar tahun 1980-an,
jenis ini sebenarnya merupakan jenis kelinci hias, karena rex memilik bulu
yang sangat halus dan berwarna unik. Belakangan jenis rex juga di minati
oleh para peternak,di karenakan rasa daginga nya yang sangat lezat. Rex
14
memilik tubuh yang bongsor dan berisi, bobot rata-rata 5-5,4 kg.Warna bulu
bervariasi,putih (White rex),biru (blue rex),hitam (black rex),dan bertotol
(dalmatian rex).
Ciri-Ciri Umum Kelinci Rex adalah :
a. Memiliki bulu antara 1,3 sampai 2,2 cm yang bertekstur padat halus
dan lembut seperti beludru, sehingga nampak indah.
b. Bobot tubuh dapat mencapai 5 kg jantan, sedangkan betina dapat
mencapai lebih dari 5 kg.
c. Memiliki bentuk kepala yang lebih luas dibandingkan jenis kelinci
lainnya, telinga tegak dan proporsional.
5. Tan
Tan merupakan jenis kelinci yang berasal dari inggris,Tan di temukan
pada tahun 1880-an Cullan Hall dekat Brailsford (Derbyshre), jenis yang satu
ini masih liar dan penakut. Ras ini termasuk kelinci-kelinci kecil, warna
umum bulu jenis Tan perpaduan antara hitam dan cokelat tua,biru dan putih
kebiruan (Lilac). Disamping sebagai jenis pedaging,jenis Tan juga merupakan
kelinci penghasil bulu. Bobot untuk pejantan1,8-2,5 kg dan 2-2,8 kg untuk
betina.
15
C. Perkembangan Peternakan Kelinci Pedaging di Indonesia
Perkembangan usaha ternak kelinci di Indonesia sendiri perlahan mulai
berkembang, perlahan namun pasti, usaha peternakan kelinci mulai
meningkat secara efisien. Dari data Statistik Peternakan dapat dilihat populasi
kelinci tahun 2009 baru mencapai 834.608 ekor. Pada tahun 2010 telah terjadi
peningkatan sebesar 7,6% mencapai 898.075 ekor. Peningkatan ini tidak
lepas dari kemudahan-kemudahan dalam menjalankan usaha ternak kelinci.
Ada beberapa keuntungan ekonomi yang diperoleh dari beternak kelinci
pada usaha skala kecil dan menengah antara lain: modal usaha yang relatif
kecil, pakan sangat mudah diperoleh dan tidak tergantung pada pakan pabrik
atau bahan baku impor, mampu mengkonsumsi produk limbah hijau secara
efisien sehingga tidak bersaing dengan pangan, mudah beradaptasi dengan
lingkungan, tidak membutuhkan lahan yang luas, menghasilkan daging sehat
dan halal, menghasilkan beragam produk selain daging seperti kulit, kulit-
bulu, pupuk organik, kelinci hias, serta kualitas daging mengandung protein
tinggi dan rendah kolesterol.
Pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan ternak kelinci di
Indonesia dengan meluncurkan 2 pola pengembangan kelinci yaitu: Pola
Kampung Kelinci, yaitu pengembangan usaha budidaya ternak kelinci pada
satu daerah/kampung secara terpadu dengan mengaplikasikan teknologi
secara maksimal, serta Pola Integrasi, yaitu pengembangan usaha budidaya
ternak kelinci pada sentra tanaman hortikultura, sehingga terjadi simbiosis
antara usaha peternakan dengan tanaman (hortikultura).
Kegiatan pengembangan ternak kelinci dilakukan melalui fasilitas dana
bantuan sosial (bansos) dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan tujuan meningkatkan permodalan
kelompok dalam mengembangkan usaha budidayanya, meningkatkan
populasi, produksi dan produktivitas ternak yang dikelola oleh peternak
secara berkelanjutan, meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok,
mendorong berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) agribisnis dan
kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya (Ditjennak, 2011).
16
Memiliki usaha peternakan kelinci pedaging sebenarnya sangat
menguntungkan. Usaha peternakan kelinci pedaging di Indonesia masih
sangat minim meski mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Peluang
peternakan kelinci di Indonesia pun cukup besar. Pasalnya, saat ini kebutuhan
daging kelinci per harinya mencapai 3.000 kg namun hanya mampu terpenuhi
sekitar 100 kg per hari saja.
17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kelinci merupakan satu hewan ternak yang mempunyai banyak manfaat,
mulai dari binatang hias, penghasil kompos dari kotoran/fesesnya, tulangnya
digunakan sebagai bahan tepung tulang, penghasil daging yang mempunyai
gizi tinggi serta rambut dan kulitnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan.
Ternak kelinci merupakan salah satu ternak alternatif yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin
meningkat. Kelinci memiliki kualitas daging dengan struktur serat lebih halus
dengan warna dan bentuk menyerupai daging ayam, dengan kandungan
protein yang lebih tinggi dibanding sapi, domba, kambing, serta babi dan
kandungan kolesterolnya yang rendah. Beberapa contoh kelinci pedaging di
antaranya Flamish Giant, New Zealand White, Satin, Rex dan Tan.
Perkembangan peternakan kelinci pedaging di Indonesia sendiri masih kurang
karena belum dapat mencukupi kebutuhan daging kelinci per harinya,
sehingga peluang untuk melakukan peternakan kelinci masih cukup besar.
B. Saran
Perkembangan peternakan kelinci pedaging tidak lepas dari adanya terjun
langsung pihak pemerintah. Perlu adanya penyuluhan dan kerja sama antara
pihak pemerintah dengan masyarakat sehingga terwujud adanya peternakan
kelinci pedaging di Indonesia yang mumpuni. Kelinci memiliki potensi yang
baik dan apabila dikembangkan secara serius oleh kedua belah pihak, maka
akan sangat menguntungkan pihak keduanya, diantaranya mengurangi tingkat
pengangguran dan sebagai substitusi daging sapi impor. Untuk
mengembangkan peternakan kelinci pedaging di Indonesia dibuthkan
sinergisitas antara pemerintah dan masyarakat.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a10
Kartadisastra, H., R., 1994. Beternak Kelinci Unggul. Cetakan pertama. Kanisius.
Yogyakarta.
Lestari C.M.S., 2004. Penampilan produksi kelinci lokal menggunakan pakan
pellet dengan berbagai aras kulit biji kedelai. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2: 670-675.
Sarwono, B., 1995. Beternak Kelinci Unggul. Cetakan XI. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sarwono, B., 2002. Kelinci Potong dan Hias. Cetakan ke tujuh. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Susandari L, Lestari C.M.S. dan Wahyuni H.I., 2004. Komposisi lemak tubuh
kelinci yang mendapat pakan pellet dengan berbagai aras lisin. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2: 663-669.