i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur layak kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas limpahan rahmat dan ridhoNya, Laporan Tahunan Badan Narkotika
Nasional (BNN) Tahun Anggaran 2012 ini berhasil disusun dan dipublikasikan.
Laporan Tahunan BNN ini berisi tentang penyelenggaraan dan hasil
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BNN selama satu tahun, sebagai bentuk
pertanggungjawaban BNN sebagai vokal point dalam penanganan permasalahan
Narkoba di tanah air.
Hal ini tentunya sudah sejalan dengan amanat dari Pasal 70 (j) UU Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas
membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
Dalam kurun waktu 12 (dua belas) tahun terakhir ini Badan Narkotika
Nasional telah berkali-kali mengalami perubahan status kelembagaan, yang
terakhir adalah dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika pada tanggal 12 Oktober 2009, sebagai Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian (LPNK) yang vertikal ke bawah hingga tingkat Propinsi dan
Kabupaten/Kota. Lembaga BNN yang sekarang ini telah memiliki kewenangan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Narkotika.
Diharapkan dengan statusnya sekarang ini, BNN akan semakin dapat
meningkatkan kemampuannya lebih optimal sesuai peran sebagai vokal point yang
profesional dalam penanganan permasalahan narkoba di tanah air.
Semoga Laporan Tahunan ini dapat lebih mensinergikan komitmen bersama
segenap komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dalam memerangi
permasalahan narkoba.
Jakarta, Januari 2013
Kepala Badan Narkotika Nasional
TTD
Anang Iskandar
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i KATA SAMBUTAN ............................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………….. 1
B. DASAR HUKUM ……………………………………………………… 2
C. MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………….. 3
D. RUANG LINGKUP …………………………………………………… 4
E. SISTEMATIKA ………………………………………………………... 4 BAB II SITUASI PERMASALAHAN NARKOBA …………………………….. 5
A. PERMASALAHAN NARKOBA GLOBAL …………………………... 5
B. PERMASALAHAN NARKOBA REGIONAL ……………………….. 6
C. PERMASALAHAN NARKOBA NASIONAL ……………………….. 8 BAB III PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN
TAHUN 2012 ……………………………………………………………...
11
A. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN …………… 11 1. Bidang Pencegahan ……………………………………………… 11 2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat ……………………………. 15 3. Bidang Rehabilitasi ………………………………………………. 22 4. Bidang Pemberantasan ………………………………………….. 28 5. Bidang Hukum dan Kerja sama ………………………………… 45 6. Kegiatan Pendukung Layanan Administrasi di BNN …………. 56
B. HAMBATAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN …………………... 69 1. Hambatan …………………………………………………………. 69 2. Upaya yang Dilakukan …………………………………………... 69
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………....... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak perubahan Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) menjadi
Badan Narkotika Nasional (BNN) bulan Agustus 2002 atau sejak satu dekade
(10 tahun) pemerintah bersama masyarakat menanggulangi masalah
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan
Bahan Adiktif Lainnya kecuali Tembakau dan Alkohol) telah banyak upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) yang dicapai. Namun demikian, permasalahan Narkoba tidak
berhenti begitu saja, tetapi terus tumbuh dan menggunakan modus operandi
terkini melewati lintas batas negara.
Sebagaimana diketahui bersama, kejahatan Narkoba merupakan
kejahatan yang bersifat lintas negara (transnational crime), kejahatan
terorganisir (organized crime), dan kejahatan serius (serious crime) yang
dapat menimpa dan mengancam setiap negara dan bangsa dengan dampak
kerugian yang sangat besar, terutama dari segi kesehatan, sosial ekonomi,
dan keamanan bahkan ketahanan suatu bangsa, terbukti generasi muda
bangsa dapat dilemahkan dengan kejahatan Narkoba. Oleh karena itu,
sebagaimana pesan Presiden RI, bahwa Negara tidak boleh kalah melawan
sindikat kejahatan Narkoba.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan seksama, Pemerintah merevisi
Undang-undang Narkotika Nomor 22 Tahun 1997 menjadi Undang-undang
Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 yang lebih keras dalam menghukum dan
memberikan efek jera sindikat dan kejahatan namun lebih humanis dalam
merawat korban-korban Narkoba yang terus berjatuhan. Seiring dengan revisi
UU tersebut, Pemerintah juga memperkuat Kelembagaan BNN menjadi
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
2
Sebagai LPNK, BNN memegang posisi yang sangat strategis dalam
menyatukan langkah untuk menggerakkan seluruh komponen masyarakat
dengan lebih serius, aktif, dan ambisius melalui implementasi Instruksi
Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi
Nasional di Bidang P4GN Tahun 2011-2015. Dalam kurun waktu yang relatif
singkat, BNN telah mampu membawa perubahan cukup signifikan terutama
dalam penataan visi dan misi, kebijakan dan strategi nasional tentang
akselerasi di bidang penyidikan, serta upaya ekstensifikasi dan intensifikasi
dalam menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat akan arti dan
pentingnya kesehatan yang bebas dari pengaruh penyalahgunaan Narkoba.
Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi.
Sedangkan di tingkat kabupaten dan kota, BNN telah memiliki 75 BNNK/Kota.
Secara bertahap, perwakilan ini akan terus bertambah seiring dengan
perkembangan tingkat kerawanan penyalahgunaan Narkoba di daerah.
Dengan adanya perwakilan BNN di setiap daerah, memberi ruang gerak yang
lebih luas dan strategis bagi BNN dalam upaya P4GN. Dalam upaya
peningkatan performa pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
serta peredaran gelap Narkoba, dan demi tercapainya visi “Indonesia Bebas
Narkoba Tahun 2015”.
Oleh karena itu, dalam rangka mempertanggungjawabkan program,
kegiatan dan capaian kinerja BNN, setiap tahun disusun Laporan Tahunan
BNN yang dimaksudkan agar semua capaian program dan kegiatan BNN
setiap tahun dapat didokumentasikan dan disosialisasikan kepada
masyarakat sebagai pertanggungjawaban badan publik, secara transparan
dan akuntabel. Diharapkan pula dengan laporan tahunan ini upaya P4GN
dapat diapresiasi masyarakat melalui peran serta yang aktif dalam upaya
P4GN menuju masyarakat Indonesia yang imun dari Narkoba, masyarakat
yang sehat, sejahtera dan maju.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Dasar 1945, pasal 30 tentang Pertahanan Negara.
3
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025.
4. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional.
6. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan
dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 – 2015.
7. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.
8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 04 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi
dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud.
Maksud penyusunan laporan tahunan ini sebagai
pertanggungjawaban BNN kepada masyarakat tentang pemberian
informasi kegiatan, khususnya P4GN secara jelas, transparan,
akuntabel dan faktual. Selain itu, sebagai implementasi
mendokumentasikan seluruh kegiatan P4GN ke dalam sebuah media
cetak yang dapat dipelajari, dipahami dan disikapi masyarakat tentang
bahaya Narkoba dan upaya penanggulangannya oleh BNN.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan tahunan ini untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang
perkembangan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
serta pentingnya upaya P4GN bagi seluruh anak bangsa untuk
berkomitmen, bersinergi secara komprehensif dan terintegrasi dalam
mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba.
4
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam laporan tahunan ini memberikan gambaran terkini
yang komprehensif dan faktual tentang tren masalah Narkoba baik di tingkat
global, regional dan nasional yang disikapi dengan penanggulangan P4GN
oleh BNN selama setahun. Dengan situasi dan kondisi serta besaran
permasalahan Narkoba yang dihadapi, diharapkan mendapatkan perhatian
dari semua pihak untuk lebih meningkatkan peran serta, khususnya dalam
implementasi kebijakan dan strategi P4GN sesuai Inpres Nomor 12 Tahun
2011.
E. SISTEMATIKA
Bab I Pendahuluan
Bab II Situasi Permasalahan Narkoba.
Bab III Pelaksanaan Program dan Kegiatan P4GN TA 2012
Bab IV Penutup
5
BAB II
SITUASI PERMASALAHAN NARKOBA
A. PERMASALAHAN NARKOBA GLOBAL.
Sejak lama dunia telah dilanda masalah Narkoba. Masalah
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba sudah mewabah di hampir
semua negara di dunia dan tidak satu bangsa pun yang terbebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, yang mengakibatkan jutaan
jiwa, menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam keamanan dan
ketahanan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya, upaya P4GN telah
disepakati dunia sebagai gerakan bersama yang terus dilakukan kerjasama
dalam pelaporan dan upaya penanggulangannya.
Berdasarkan Laporan Badan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
urusan kejahatan narkotika (United Nations Office on Drugs Crimes/UNODC)
World Drugs Report 2012, diketahui bahwa upaya pengawasan Narkoba
yang ketat oleh negara-negara di dunia telah dapat mengendalikan
peredaran Narkoba di Eropa, Amerika dan Asia. Namun demikian transaksi
dan peredaran gelap Narkoba yang dilakukan oleh pelaku kejahatan
terorganisir (organized crime) ternyata terus meningkat, sehingga diperlukan
berbagai macam upaya untuk melindungi masyarakat dari bahaya Narkoba.
Diperkirakan antara 153 – 300 juta jiwa atau sebesar 3,4%-6,6%
penyalahguna Narkoba dunia usia 15-64 tahun pernah mengkonsumsi
Narkoba sekali dalam setahun, di mana hampir 12% (15,5 juta jiwa sampai
dengan 38,6 juta jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat.
Laporan UNODC, juga menunjukkan bahwa perkiraan produksi opium
meningkat dari 4.700 ton tahun 2010 menjadi 7.000 ton tahun 2011. Sedang
produksi Kokain meningkat dari 13,3 juta ton tahun 2010 menjadi 19,7 juta
ton tahun 2011. Peningkatan barang sitaan methamphetamine meningkat
dari 31 ton tahun 2008 menjadi 45 ton tahun 2009 atau dengan peningkatan
sebesar 45%.
6
Dari sisi jenis narkotika, ganja menduduki peringkat pertama yang
disalahgunakan di tingkat global dengan angka prevalensi 2,3% dan 2,9% per
tahun dari total populasi penduduk usia 15-64 tahun. Pasar terbesar ganja
Oceania (9,3%-14,8%) dan USA (6,3%-6,6%). Ganja diketahui memiliki efek
yang paling merusak dibanding jenis narkotika yang lainnya.
Sementara peringkat kedua, diikuti dengan penyalahgunaan kokain
dengan angka prevalensi sebesar 15%-19% per tahun. Amerika Utara
menjadi wilayah penyalahguna Kokain dengan angka prevalensi paling tinggi
sebesar 2%, diikuti Oceania (1,4%-1,7%) dan Eropa Barat (1,5%). Kokain
jika digunakan secara bersamaan dengan minumal beralkohol dapat memicu
terjadinya penyimpangan perilaku dan kekerasan.
Amphetamine-Type Stimulants (ATS) menduduki peringkat ketiga,
sebagai Narkoba yang disalahgunakan dengan estimasi sebesar 3,7 juta jiwa
sampai dengan 52,9 juta jiwa usia 15-64 tahun. Oceania, Asia Selatan,
Amerika Utara dan Eropa Barat dan Eropa Tengah telah menjadi wilayah
penyalahgunaan ATS dengan angka prevalensi paling tinggi. Narkotika
sintetis adalah jenis narkotika yang paling sering diproduksi gelap guna
memberikan efek eupforia bagi penyalahgunanya.
Dari perspektif dampak buruk, penyalahgunaan Narkoba menduduki
rangking ke-20 dunia sebagai penyebab angka kematian dan menduduki
rangking ke-10 di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Penyalahguna Narkoba diketahui sangat rentan dan mudah terjangkit
HIV/AIDS, Hepatitis dan Tuberculosis (TBC), yang lebih mudah menularkan
ke masyarakat umum. Berdasarkan alasan ini UNODC menganggap bahwa
penyalahgunaan Narkoba sebagai masalah kesehatan.
B. PERMASALAHAN NARKOBA REGIONAL.
Di kawasan regional, sebagaimana dilaporkan dalam World Drug
Report 2012 bahwa 238 juta orang (5% dari populasi global memakai
Narkoba dalam setahun). Kawasan Afghanistan, Pakistan dan Iran memiliki
prevalensi tertinggi dari penggunaan opium, sementara Afrika Barat memiliki
lebih dari 2 juta pengguna kokain. Produksi opium global telah melonjak
menjadi 7.000 ton pada 2011, dibandingkan 2010, ketika penyakit tanaman
telah menghancurkan setengah tanaman.
7
Berdasarkan Laporan UNODC Asia Pasifik, Global Smart Update 2012,
sepertiga dari ATS global dan setengah dari metamfetamin global yang disita
pada tahun 2010 berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Sejumlah besar
ATS terus diproduksi di Cina, Myanmar dan Filipina. Selain itu, produksi ATS
gelap terus berkembang di negara-negara yang sebelumnya menjadi negara
transit untuk ATS seperti Kamboja, Indonesia dan Malaysia. Diversi sediaan
farmasi yang mengandung pseudoephedrine, yang akan disalahgunakan
untuk produksi metamfetamin secara ilegal, terus terjadi di wilayah. Kelompok
kejahatan transnasional terorganisir dari Afrika dan Iran terus terlibat dalam
perdagangan metamfetamin ke Asia Timur dan Asia Tenggara.
Sementara di wilayah Asia Selatan, tetap menjadi target kelompok
kejahatan terorganisir sebagai sumber ATS, terutama ephedrine dan
pseudoephedrine. Fasilitas produksi ATS ilegal diungkap secara teratur.
Sejumlah besar ketamine, suatu zat yang tidak termasuk dalam pengawasan
internasional, dikirim dari India ke Asia Timur dan Amerika Utara.
Maraknya produksi dan peredaran gelap ATS di Kawasan Asia Pasifik,
mengancam Negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia
sebagai jalur peredaran gelap dan pangsa pasar yang menjanjikan. Dengan
nilai jual narkotika yang tinggi dan jumlah permintaan yang terus tumbuh,
menyebabkan kawasan ASEAN menjadi sasaran penyelundupan narkotika
dan bahan-bahan prekursor dari berbagai jenis dan kemasan. Sebagaimana
terjadi di Malaysia, penyelundupan besar-besaran prekursor dari padat
menjadi cair telah menggunakan berbagai modus operandi.
Dari narkotika jenis Opiat, Afghanistan masih menempati rangking
pertama produksi dan peredaran gelap Opium. Kemudian Myanmar adalah
"nomor dua" dalam hal budidaya opium dan produksi global. Pada 2010,
ketika terjadi penurunan tajam produksi opium di Afghanistan, pangsa pasar
opium Myanmar telah tumbuh dengan cepat. Sementara "Segitiga Emas"
hanya memproduksi sekitar 10% dari opium dunia, masalah ini harus
ditangani secara serius.
8
Berdasarkan hasil pertemuan International Drugs Enforcement
Conference Far East Working Group di Da Nang, Viet Nam (2012), diketahui
bahwa sindikat Narkoba di kawasan Asia Timur Jauh terus tumbuh, antara
lain: sindikat Iran-Nigeria (heroin dan shabu), sindikat China dan Malaysia
(ATS), sindikat Amerika Latin (Kokain), Sindikat Australia dan sindikat dalam
Negeri (Ganja). Meskipun sindikat Nepal semakin berkurang namun sindikat-
sindikat yang lain terus merekrut TKI sebagai kurir Narkoba baik ras Asia
maupun Eropa. Mereka telah banyak yang ditangkap serta diproses hukum di
berbagai negara, sebagai agen sindikat Indonesia di Luar Negeri.
C. PERMASALAHAN NARKOBA NASIONAL.
Dari hasil Survey Nasional, Indonesia juga termasuk negara yang
mengalami permasalahan tersebut, terbukti dari data hasil Survei BNN-UI
(2011) tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di
Indonesia telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi
penduduk (berusia 10-60 tahun). Hal ini mengalami peningkatan sebesar
0,21% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar
1,99% atau sekitar 3,3 juta orang. Dengan semakin maraknya peredaran gelap
Narkoba, maka diestimasikan jumlah penyalahguna Narkoba akan meningkat
4,58 juta pada tahun 2013, apabila upaya P4GN tidak berjalan se-efektif
mungkin.
Dari hasil pengungkapan kejahatan Narkotika, situasi peredaran shabu
(methamphetamine) selama 5 (lima) tahun terakhir (2007-2011) meningkat,
yang digambarkan dengan bertambahnya jumlah kasus dan tersangka jenis
shabu dengan peningkatan rata-rata sebesar 21,23% yaitu dari 5.456 kasus
pada tahun 2007 menjadi 11.764 kasus pada tahun 2011, sedangkan
tersangka mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,47% yaitu dari 8.651
orang pada tahun 2007 menjadi 15.683 orang pada tahun 2011. Barang
bukti jenis shabu mengalami peningkatan yang sangat tajam yaitu sebesar
208,4% dari 354.065,84 gram (2010) menjadi 1.092.029,09 gram (2011).
Hasil penyitaan shabu oleh Ditjen Bea dan Cukai tahun 2011 juga
menunjukkan peningkatan.
9
Maraknya sindikat luar negeri yang beroperasi di Indonesia terbukti
dengan Jumlah tersangka Warga Negara Asing yang mengalami kenaikan
dari tahun 2007-2010 yaitu dari 68 tersangka pada tahun 2007 menjadi 134
tersangka pada tahun 2010 dengan persentase kenaikan sebesar rata-rata
26,1% atau 22 tersangka, sedangkan tahun 2011 mengalami penurunan
sebesar 10,4% atau sebesar 14 tersangka dari tahun 2010. Berturut-turut
mayoritas WNA yang tertangkap di Indonesia karena Narkoba adalah : WN
Malaysia, WN Iran, WN Nigeria, WN China, WN Perancis dan WN Australia.
Sindikat Narkoba telah menebar jaringan sindikasinya dengan
membangun laboratorium gelap (clandestine laboratory). Faktor penyebab
maraknya peredaran Narkotika jenis ATS di kota-kota besar bersumber dari
adanya laboratorium gelap yang dibuat oleh sindikat Narkotika baik berskala
rumahan dan pabrikan. ATS merupakan Narkoba jenis sintetis yang dibuat
dari bahan-bahan kimia (prekursor) yang diperdagangkan dengan prosedur
ketat namun disimpangkan ijin dan penggunaannya. Bahkan prosedur
peracikannya dapat dipelajari melalui internet dengan peralatan yang tersedia
di pasaran. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia yang semula hanya
sebagai negara transit narkotika, telah berubah menjadi negara penghasil
ATS, terbukti dengan kecenderungan naiknya jumlah laboratorium atau
pabrik ATS dalam lima tahun terakhir.
Pada tahun 2006 jumlah pabrik ATS yang berhasil dibongkar sebanyak
12 kasus (4 pabrik berskala besar dan 8 pabrik berskala kecil), namun di
tahun 2010 meningkat menjadi 25 kasus (7 pabrik berskala besar dan 18
pabrik berskala kecil). Kecenderungannya para pabrikan ATS membangun
dengan skala kecil, agar dapat cepat berpindah. Sementara modus operandi
lokasi laboratorium gelap umumnya di lokasi yang dekat dengan para penya-
lah guna, seperti lingkungan perumahan mewah, tempat hiburan, tempat
terapi dan rehabilitasi atau apartemen yang agak rendah tingkat interaksi
antar warganya dan sistem keamanan yang tidak rumit, termasuk kawasan
rawan narkotika di perkotaan. Pembangunan pabrik ATS tidak hanya di
Jakarta saja, tetapi telah menyebar ke berbagai ibukota Provinsi seperti
Surabaya, Medan, Batam, Pekanbaru, dan Bajarmasin. Bahkan di beberapa
kabupaten/kota juga ditemukan seperti : Jepara (Jateng), Tulung Agung,
Malang dan Banyuwangi (Jatim). Di Luar Jawa di temukan di Maros (Sulsel).
10
Berdasarkan dampak sosial dan ekonomi, bisnis Narkoba merupakan
bisnis besar yang melibatkan banyak jaringan sindikat. Jumlah uang yang
beredar omzetnya sangat besar, jika diasumsikan itu senilai biaya konsumsi
Narkoba maka uang berputar di bisnis ini minimal Rp.17,5 trilyun. Tingkat
keuntungan yang dijanjikan sangat besar, di tingkat pengedar antara 40%
sampai 100% dari modal tergantung jenis Narkoba, misalkan shabu beli 1
gram sekitar 1,2 juta, maka setelah dijual per paket akan dihasilkan uang
minimal Rp. 2,2 juta. Inilah fakta mengapa bisnis ini marak di kota-kota besar.
Kompleksitas permasalahan Narkoba menyangkut aspek sikap/perilaku
individu (nilai-nilai, kepribadian, dll) dan lingkungan (teman sebaya, keluarga,
dll). Individu dan lingkungan yang terbiasa menyalahgunakan Narkoba
perlahan tapi pasti telah mengancam nilai-nilai dan etika yang tumbuh dalam
kearifan lokal masyarakat. Hal itu nampak dari berbagai kejadian kekerasan,
kecelakaan, tawuran, perkelahian antar geng, tawuran antara kampung,
mahasiswa dengan penegak hukum dan kejadian lain, dimana para pelaku
tersebut dalam pengaruh Narkoba sebelum melakukan aksinya.
Dengan mencermati kejadian dan ulasan di atas, perlu kiranya
Pemerintah dan jajarannya untuk terus mengajak dan meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk bersama-sama bertanggung
jawab melakukan P4GN menciptakan masyarakat yang imun (kebal) dari
penyalahgunaan Narkoba sekaligus membantu para korban untuk dapat
dirawat di tempat-tempat yang telah disediakan Pemerintah serta ikut
berpartisipasi aktif melaporkan setiap tindak pidana Narkoba kepada aparat
yang berwajib.
11
BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN
TAHUN 2012
A. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN P4GN.
1. Bidang Pencegahan.
Sebagai upaya untuk meminimalisir jumlah penyalahguna Narkoba
dan untuk meningkatkan imunitas (daya tangkal) masyarakat agar
senantiasa menolak penyalahgunaan Narkoba, Deputi Bidang
Pencegahan BNN bersama BNNP dan BNNK/Kota telah melakukan
berbagai langkah preventif, melalui rangkaian kegiatan sebagai berikut :
a. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye P4GN bidang
pencegahan melalui media elektronik dalam bentuk Talkshow
Interaktif P4GN (Program Indonesia Bergegas) di televisi swasta
nasional dan TVRI, serta di berbagai radio swasta nasional.
Penayangan berbagai iklan layanan masyarakat P4GN bidang
pencegahan di berbagai televisi swasta nasional dan TVRI serta
33 televisi lokal dan penayangan film Anti Narkoba di televisi
swasta nasional.
Gambar 1. Iklan Anti Penyalahgunaan Narkoba
Versi Remaja, Pekerja dan Keluarga
12
b. Membangun website Indonesia Bergegas, dengan mengakses
www.indonesiabergegas.com, sebagai salah satu referensi informasi
pencegahan Narkoba. Berdasarkan hasil review terhadap 30 juta
domain name di dunia, website www.indonesiabergegas.com masuk
dalam peringkat ke 5 juta dari 30 juta domain name di dunia atau
mendapat angka peringkat tertulis 2,5* dengan kategori website
aman untuk diakses oleh siapa saja. Hingga saat ini website
tersebut telah diakses oleh 17.000 orang. Sedangkan total
pengakses www.youtube.com/user/indonesia bergegas mencapai
11.600 orang (per tgl 31 Desember 2012, pukul 12.00 WIB).
c. Pagelaran Seni Budaya Anti Penyalahgunaan Narkotika melalui
atraksi Lenong, campur sari, wayang gaul, reog ponorogo, calung,
operet, lawak, musik, teater kontemporer, dan kebudayaan
lainnya. Kegiatan ini telah memberikan tontonan sekaligus
tuntunan anti Narkoba kepada kurang lebih 46.292 orang yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Gambar 2. Tayangan Talkshow Interaktif P4GN (Live) “Coffee Break”
13
d. Kampanye Nasional Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba bertepatan dengan HANI (Hari Anti Narkoba
Internasional) pada tanggal 26 Juni 2012 di Balai Rehabilitasi BNN
Baddoka, Makassar sekaligus peresmian operasional Balai
Rehabilitasi BNN oleh Bapak Wakil Presiden RI. Kegiatan ini
diikuti ± 2.600 orang, terdiri dari : unsur Menteri Kabinet Indonesia
Bersatu dan Wakil Menteri, Jaksa Agung, Duta Besar, Perwakilan
Organisasi Luar Negeri, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu
(SIKIB), Kwarnas Gerakan Pramuka, Anggota TNI dan POLRI,
Pramuka, Pelajar, serta Pejabat Pemprov Sulawesi Selatan.
e. Penerbitan berbagai media cetak sebagai referensi maupun media
kampanye P4GN bidang pencegahan (buku, majalah, buletin,
artikel, leaflet, poster, dan kaos), serta pembuatan media luar
ruang (spanduk, umbul-umbul, balon udara, banner, handbag,
neon box, billboard, running text) yang disebarluaskan kepada
masyarakat.
f. Forum Komunikasi Diseminasi Informasi Bidang Pencegahan
tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota di 7 Provinsi (Bali, Bengkulu,
Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera
Utara, dan Sulawesi Selatan).
Gambar 3. FTV Anti Penyalahgunaan Narkoba
14
g. Pembentukan 15.419 kader di
lingkungan pelajar dan
mahasiswa, serta 6.153 kader
di lingkungan pekerja.
Sebanyak 42.306 pekerja
pada instansi pemerintah,
BUMN maupun swasta juga
telah mendapatkan advokasi
dan sosialisasi tentang
pencegahan penyalahgunaan
Narkoba. Sedangkan di
lingkungan pelajar dan
mahasiswa, telah dilakukan advokasi dan sosialisasi kepada
55.394 orang.
h. Sosialisasi dan TOT (Training of Trainer) kepada 36.950 peserta
dari berbagai instansi pemerintah (TNI, POLRI, PNS, BUMN,
SWASTA) kelompok masyarakat dan organisasi masyarakat yang
berada di wilayah DKI Jakarta.
i. Melaksanakan kerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga
dan organisasi masyarakat dengan sasaran pelajar/mahasiswa
dan pekerja, sesuai dengan INPRES Nomor 12 tahun 2011
tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang
P4GN, antara lain :
1) Kementrian Kominfo
2) Kementerian Perhubungan
3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4) Kementerian PDT
5) BKKBN
6) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
7) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (KP3A)
8) Bhayangkari dan Jalasenastri
Gambar 4. Pembentukan Kader Anti Narkoba
15
9) IPP NU, BAZIS DKI, LKCI (Lembaga Cegah Kesehatan
Indonesia), Gereja Advent Indonesia, INACA dan KONI.
10) Pemuda Muhammadiyah, IMM (Ikatan Mahasiswa Muslim),
PGI (Persatuan Gereja Indonesia), PMKRI (Persatuan
Mahasiswa Katholik Indonesia), Peradam (Persatuan
Pemuda Hindu Indonesia), Perhimpunan Indonesia
Tionghoa, GP. Anshor, PORPI (Persatuan Mahasiswa Putri
NU), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Fatayat NU,
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia, BSMI (Bulan Sabit Merah
Indonesia), Gerakan Pemuda Sehat (GPS), KOSGORO, PP
Al Hidayah, PP GPI (Gerakan Pemuda Islam), PP Matakin,
Gema Budi (Gerakan Mahasiswa Budha), PP Walubi,
Persatuan Gereja Pantekosta, DPP GAMKI (Gerakan
MahasiswaKristen Indonesia), Wanita Khatolik, KOWANI,
PKK, PP Aisyiyah, MDI (Majelis Dakwah Islamiyah), PP
Remaja Mesjid Indonesia, PP Al Wasliyah.
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh BNN,
berorientasi pada upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam
mendukung program P4GN dan pemberdayaan alternatif baik di wilayah
perkotaan maupun di pedesaan. Kegiatan yang telah dilaksanakan
antara lain :
a. Pemberdayaan Melalui Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka melakukan optimalisasi penanggulangan
bahaya penyalahgunaan Narkoba melalui peningkatan peranserta
masyarakat, BNN menggulirkan program pemberdayaan peran
serta masyarakat, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan seperti :
Penyuluhan, Advokasi, Pembentukan Satuan Tugas (Satgas),
Pemberdayaan Lingkungan dalam rangka mengantisipasi bahaya
narkoba dan test rambut.
16
Gambar 5. Kegiatan Dayamas Peranserta Masyarakat
di Lingkungan Pendidikan
Adapun kegiatan pemberdayaan peran serta masyarakat
yang dilakukan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN,
yaitu :
1) Di Lingkungan Pendidikan Sekolah Menengah, sebanyak 17
sekolah dan menjangkau 2.400 siswa.
2) Di Lingkungan Pendidikan Tinggi (Kampus), sebanyak 18
kampus dan menjangkau 2.400 mahasiswa.
3) Di Lingkungan Kerja Pemerintah, sebanyak 20 Instansi
Pemerintah dan menjangkau 800 PNS.
Gambar 6. Kegiatan Dayamas Peranserta Masyarakat di Lingkungan Pemerintah
4) Di Lingkungan Kerja BUMN, sebanyak 18 Instansi BUMN dan
menjangkau 800 Pegawai.
5) Di Lingkungan Kerja Swasta, sebanyak 18 Instansi Swasta
dan menjangkau 800 Pekerja.
17
6) Di Lingkungan Masyarakat, sebanyak 26 Lingkungan dan
menjangkau 2.400 masyarakat.
7) Kegiatan Pemberdayaan peran serta Masyarakat melalui
ABT (Anggaran Belanja Tambahan) dengan Test Urine, yang
menyasar 28 lingkungan dan 4.075 orang, antara lain :
a) Lingkungan Kerja Pemerintah : Kopassus (1.260 orang),
Dit Hukum TNI AD (75 orang), CPNS BNN (311 orang),
LAPAN (219 orang), MK (190 orang) dan Pusat
Penerbangan TNI AD (30 orang).
b) Lingkungan Kerja BUMN : PT KAI (Persero) DAOP 1
Jakarta (100 orang), DAOP 2 Bandung (50 orang),
DAOP 3 Cirebon (50 orang), DAOP 4 Poncol Semarang
(50 orang), DAOP 5 Purwokerto (50 orang), DAOP 6
Yogyakarta (50 orang), DAOP 8 Surabaya (50 orang);
PT KAI Lampung (305 orang), PT KAI Palembang (365
orang), PT Garuda Airline (14 orang).
c) Lingkungan Kerja
Swasta : PT Nusa
Flying Indonesia (50
orang), PT JNE (150
orang), PT Airasia
Indonesia Bandung (52
orang), PT Airasia
Indonesia Medan (31
orang), PT Airasia
Indonesia Denpasar (99
orang), PT Airasia
Indonesia Surabaya (26
orang), PT Inti Shell (47 orang), PT Fastfood Indonesia
(40 orang), PT BKJ Tanjung Priok (230 orang),
Sriwijaya Air (21 orang), Batavia Air (25 orang), Lion Air
(135 orang).
Gambar 7. Kegiatan Dayamas Peranserta Masyarakat di Lingkungan Kerja Sawsta
18
b. Pemberdayaan Alternatif
1) Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Perkotaan
(community development)
Dalam rangka memberdayakan Masyarakat Perkotaan
pada daerah-daerah rawan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di wilayah Komplek Permata Jakarta Barat,
Kampung Bali, dan Kampung Bonang Jakarta Pusat,
Direktorat Pemberdayaan Alternatif BNN telah melakukan
serangkaian upaya terobosan kegiatan agar dapat tercipta
lingkungan yang bersih dari Narkoba.
Gambar 8. Kegiatan Dayamas Alternatif di Kampung Permata
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah :
a) Memberikan kegiatan life skill berupa service HP yang
diikuti oleh para Pemuda di 3 Kawasan (Komplek
Permata, Kampung Bali dan Kampung Bonang)
sebanyak 300 orang.
b) Pelatihan sablon di Komplek Permata sebanyak 100
orang.
c) Ketrampilan instalasi Listrik di Komplek Permata
sebanyak 100 orang.
19
d) Pelatihan keterampilan Aksesoris di Komplek Permata
sebanyak 30 orang.
e) Pelatihan keterampilan salon tingkat mahir di Komplek
Permata sebanyak 30 orang.
f) Keterampilan menjahit tingkat mahir di Komplek
Permata sebanyak 25 orang.
g) Pembinaan kesenian rakyat di wilayah Kampung Bali
dan Kampung Bonang sebanyak 200 orang.
h) Masyarakat Kampung Bali dan Kampung Bonang telah
berikrar untuk menciptakan lingkungan bebas dan
bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba yang diikuti 200 orang dari seluruh elemen
masyarakat.
2) Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Pedesaan
(alternative development)
Kegiatan pemberdayaan alternative masyarakat
pedesaan diarahkan untuk melakukan penciptaan kawasan
pedesaan, khususnya basis penanaman ganja di Aceh, yang
bebas narkoba. Kegiatannya meliputi penyuluhan anti
narkoba, pelatihan ketrampilan pertanian dan non pertanian
di lahan-lahan bekas ganja dan pada petani ganja. Kegiatan
itu dilaksanakan BNN dan BNNP Aceh.
Gambar 9. Kegiatan Alih Fungsi Lahan di Lamteuba, Aceh
20
BNN telah melaksanakan pelatihan pada petani di 8
Kawasan/desa di Mukim Lamteuba, Aceh Besar, dalam
rangka alih fungsi lahan ganja, alih profesi petani ganja dan
alih usaha penyalahguna Narkoba. Sebagaimana diketahui,
hingga kini Aceh masih menjadi wilayah penghasil Narkotika
Alami jenis Ganja, Khususnya yang berasal dari Lamteuba,
Aceh Besar. Untuk mengatasi hal tersebut, BNN bersama
seluruh jajaran Polda Aceh, Pemerintah Provinsi dan
Komponen Masyarakat Aceh terus berupaya melakukan
pemberdayaan alternatif bagi masyarakat pedesaan
(Alternative Development).
Selama TA 2012, telah berhasil dialihfungsikan lahan
ganja menjadi Lahan Nilam, Jabon dan Kunyit seluas 80
hektar. Telah berhasil mengalihprofesikan petani Ganja
menjadi petani tanaman perkebunan Nilam, jabon dan Kunyit
sebanyak 80 orang. Selain itu juga telah berhasil
mengalihusahakan penyalahguna narkoba menjadi
wirausaha dengan ketrampilan Service HP, Pengelasan besi
dan Pertukangan sebanyak 140 orang.
Gambar 10. Deputi Memberikan Bantuan Modal Kerja & Hasil
Minyak Atsiri Nilam
21
Kini dengan beralihfungsinya lahan menjadi lahan nilam,
petani dapat panen nilam selama 6 bulan. Tanaman nilam ini
disuling dengan ketel (bantuan BNN) dan menghasilkan
minyak atsiri (bahan dasar parfum) dengan kadar Pachouli
Alcohol (PA) sebesar 31,5% yang mampu memberikan
pendapatan kepada petani untuk setiap liternya sebesar Rp 1
juta Rupiah. Tanaman Kunyit yang dipanen selama 9 bulan
telah banyak agen yang akan memasarkannya baik di Aceh
mauapun ke Malaysia, sebagai bahan obat-obatan. Sedang
tanaman jabon, kelak akan dapaat dipanen setelah 5-6
tahun.
Pada kawasan Kemukiman Lamteuba, Kecamatan
Seulimeum, Kabupatean Aceh Besar (kira-kira berjarak 52
km arah tenggara Banda Aceh) dalam perkembangan
setahun ini telah banyak dampak positif dari program AD ini,
antara lain : sarana jalan semakin bagus, akses kendaraan
yang melintasi wilayah ini semakin banyak, mulai banyak
Dinas Pemerintah Kabupaten yang melakukan program di
wilayah ini. Dari 5 kawasan / desa yang disasar dalam
program ini berhasil mewujudkan situasi yang kondusif untuk
P4GN mulai dari alih fungsi lahan hingga penyuluhan di 8
kawasan/Desa.
Kemudian dengan alihusaha di bidang non pertanian,
para penyalahguna dan mantan Warga Binaan kasus
narkoba, dapat berusaha menambah kesibukan yang positif
dan mengembangkan wirausaha bidang jasa servis HP,
Pengelasan dan Pertukangan yang peralatannya (modal
kerja) dibantu dari BNN.
22
Sementara BNNP Aceh juga telah melaksanakan
alternative development di kabupaten Bireuen pada lahan
bekas Ganja seluas 25 Hektar yang dialihfungsikan menjadi
pengembangan tanaman pisang, karet dan sayuran oleh 27
orang mantan petani. Di kawasan tersebut, kini telah
dibangun fasilitas jalan yang memudahkan petani
mengangkut hasil usaha taninya.
3. Bidang Rehabilitasi.
BNN melalui Deputi Bidang Rehabilitasi memiliki dokumen cetak
biru program Rehabilitasi Berkelanjutan (Sustainability Rehabilitation)
sebagai pedoman dalam melaksanakan rehabilitasi bagi penyalahguna
dan atau pecandu Narkoba. Deputi Bidang Rehabilitasi melakukan
berbagai upaya penguatan lembaga rehabilitasi yang dikelola instansi
pemerintah maupun komponen masyarakat dan pelaksanaan
rehabilitasi melalui dua pusat rehabilitasi BNN, yakni Unit Pelayanan
Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi di Lido – Jawa Barat dan Balai
Rehabilitasi di Baddoka – Sulawesi Selatan serta pelaksanaan program
pasca rehabilitasi.
Wakil Presiden memberikan arahan pada Hari Anti Narkoba
Internasional (HANI) 2012 di Badokka – Makassar untuk meningkatkan
kewaspadaan dalam mengantisipasi dampak negatif dari permasalahan
bertambahnya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, antara
lain :
1. Meningkatkan intensitas dan ekstensitas pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
dimulai dari diri dan lingkungan kita masing-masing, secara
proaktif untuk segera mungkin melakukan apa yang bisa dilakukan
demi menciptakan dan memelihara lingkungan yang bebas dari
penyalahgunaan Narkoba.
23
2. Memperkuat komitmen, melalui pelaksanaan Kebijakan dan
Strategi Nasional di Bidang P4GN dengan pencapaian target atau
sasaran yang telah ditetapkan sampai tahun 2015. Masing-masing
Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
Gubernur dan Bupati/Walikota, Pimpinan Organisasi Non
Pemerintah, Pimpinan Lembaga Swasta serta Pimpinan Kelompok
Masyarakat terdepan dimulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan, dan
Desa bertanggung jawab terhadap lingkungan masing-masing
bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Sejauh ini, terdapat + 303.000 penyalah guna dan/atau pecandu
Narkoba yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur. Khusus di
Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 124.443 orang pecandu dan mereka
semua memerlukan perawatan rehabilitasi. Dengan dibangunnya Balai
Rehabilitasi yang memiliki kapasitas 200 orang residen ini, diharapkan
dapat mengatasi permasalahan penyalahgunaan Narkoba di wilayah
Indonesia Bagian Timur dan secara bertahap dapat memberikan
pelayanan terhadap para penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba
yang ada di wilayah tersebut.
BNN terus melakukan pembenahan dalam pengembangan
pelayanan rehabilitasi ke arah pelayanan pasca rehabilitasi. Terdapat
91 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang menyelenggarakan
program pasca rehabilitasi bagi mantan pecandu Narkoba, dan sejauh
ini jumlah mantan residen yang mengikuti program pasca rehabilitasi
sebanyak 2.127 orang. BNN sendiri melakukan pengembangan
pelayanan pasca rehabilitasi dengan menggunakan pendekatan
berbasis konservasi alam.
Pada tahun 2012 ini, BNN telah mengembangkan 4 (empat)
program pascarehabilitasi, yakni :
a. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Program Pascarehabilitasi berbasis konservasi kelautan di Pulau
Hoga Taman Nasional Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara
yang diikuti oleh 30 pecandu, hasil kerjasama dengan Kementerian
Kehutanan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan.
24
b. Pulau. Sebaru – Kepulauan Seribu, Jakarta
Program Pascarehabilitasi berbasis konservasi kelautan di Pulau
Sebaru, Taman Nasional Kep. Seribu Prov. DKI Jakarta yang
diikuti oleh 120 orang mantan pecandu dengan para trainer dari
Kementrian Kelautan dan Perikanan serta Arta Graha Peduli
c. Tambling, Lampung.
Program Pascarehabilitasi berbasis konservasi alam/hutan di
Taman Nasional Bukit Barisan, Tambling, Lampung Selatan yang
diikuti oleh 240 orang pecandu dengan trainer dari Kementrian
Kehutanan dan Arta Graha Peduli.
d. Bengo-Bengo, Sulawesi Selatan.
Program pasca rehabilitasi ini bertujuan agar para mantan
penyalah guna Narkoba yang baru menyelesaikan program Therapeutic
Community di tempat rehabilitasi dapat semakin memantapkan bakat
dan ketrampilannya melalui pendekatan berbasis konservasi alam,
sehingga mereka mampu kembali menjadi manusia yang mandiri dan
produktif.
Setelah menyelesaikan program pascarehabilitasi, para mantan
penyalahguna Narkoba tinggal di Rumah Dampingan dan Rumah
Mandiri. BNN menyediakan sarana dan prasarana untuk itu sebagai
tempat transisi sebelum bergabung kembali dengan keluarga atau
masyarakat. Selama masa transisi, mereka akan bekerja di beberapa
tempat. BNN telah menjalin kerja sama dengan pihak swasta, BUMN
dan kelompok organisasi kemasyarakatan lainnya guna memfasilitasi
lapangan kerja bagi mereka.
Pembenahan di bidang rehabilitasi bertujuan mengajak
masyarakat untuk hidup sehat dan merubah mindset bahwa
penyalahgunaan Narkoba merupakan penyakit yang dapat dipulihkan.
Melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPLW) diharapkan para
penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba atau keluarganya bagi yang
belum cukup umur dapat memanfaatkan sarana yang sudah ada
sehingga selanjutnya mengikuti program perawatan rehabilitasi.
25
Jumlah penyalah guna dan atau pecandu Narkoba yang tengah
menjalani rehabilitasi (residential) di pusat rehabilitasi milik BNN dalam
kurun waktu Januari s/d November 2012 yaitu sejumlah 837 orang. Data
tersebut terdiri dari UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN Lido sebanyak
740 residen (695 laki-laki, 45 perempuan) dan di Balai Rehabilitasi
Baddoka sebanyak 97 residen (83 laki-laki, 14 perempuan).
Kebanyakan mereka berada di rentang usia 25 – 30 tahun dengan
pendidikan terakhir SMU dan jenis pekerjaan yang tidak tetap.
Sedangkan jenis Narkoba yang banyak disalahgunakan adalah
methampetamine (shabu).
Jika dilihat dari data keseluruhan, terdapat 6.373 orang pecandu
Narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi yang tersebar di
berbagai lembaga rehabilitasi pemerintah dan komponen masyarakat.
Hal ini masih harus dikembangkan, mengingat jumlah panti rehabilitasi
di Indonesia masih belum mampu menampung jumlah penyalah guna
yang ada di Indonesia.
Program rehabilitasi lainnya yang dilakukan oleh BNN sepanjang
tahun 2012, adalah sebagai berikut :
a. Program Gerakan Tanam Pelihara (PGTP) di Cipule, Karawang,
Jawa Barat, yang diikuti oleh 50 orang pecandu perempuan
bekerjasama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu
(SIKIB).
b. Pada tahun ini BNN juga telah melaksanakan perjanjian nota
kesepahaman atau MoU dengan Universitas Hasanuddin.
Universitas Hasanuddin merupakan satu-satunya universitas di
Indonesia yang telah mendukung program P4GN dengan
memberikan kepedulian terhadap korban penyalahgunaan
Narkoba, melalui kegiatan :
26
1) Memfasilitasi hutan pendidikan di Bengo Bengo – Sulawesi
Selatan untuk pelaksanaan program pasca rehabilitasi bagi
korban penyalahgunaan Narkoba melalui konservasi alam
berbasis kehutanan, kerjasama dengan Kementerian
Kehutanan.
2) Memberikan sarana pusat penelitian dan pengkajian kelautan
dan perikanan di Barrang Lompo – Sulawesi Selatan untuk
pelaksanaan program pasca rehabilitasi bagi korban
penyalahgunaan Narkoba melalui konservasi alam berbasis
kelautan, kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
3) Memberikan kesempatan dalam bidang pendidikan formal
bagi korban penyalahgunaan Narkoba untuk memperoleh
pendidikan sampai tingkat sarjana.
4) Melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa lintas fakultas
di Pulau Sebatik – Kalimantan Timur yang melibatkan 20
peserta program pasca rehabilitasi korban penyalahgunaan
Narkoba dari Balai Rehabilitasi Baddoka– Makassar untuk
dapat berintegrasi dengan komunitas mahasiswa dan
masyarakat di Pulau Sebatik. Selama 1 bulan mereka
bersama-sama melaksanakan bakti sosial di kalangan
masyarakat yang sangat rentan kondisi keutuhan berbangsa
dan bernegaranya karena hampir seluruh aspek
kehidupannya didominasi oleh Malaysia. Tujuan KKN ini
adalah untuk memelihara semangat kewiraan dalam
bernegara dengan kebangsaan yang utuh.
b. Pendirian Rumah Dampingan di Jl. Cipinang Besar Selatan,
Jakarta Timur dengan jumlah peserta sebanyak 2.400 orang yang
terdiri dari mantan pecandu Narkoba. Rumah tersebut dibuat
dengan tujuan sebagai fasilitas dan sarana program persiapan
pengembalian mantan pecandu kepada keluarga dan masyarakat
dilingkungan mereka masing-masing. Para mantan pecandu
diberikan bekal persiapan mental, fisik, sosial serta keterampilan.
27
c. Program Magang bagi mantan pecandu Narkoba yang diikuti oleh
15 orang mantan pecandu Narkoba. Program ini berlokasi di 3
(tiga) tempat, yakni Rumah Souvenir - Cipayung, Jakarta; Yayasan
Hikmah Syahadah - Tigaraksa, Banten; dan Tim Kerja
Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA (TKPPN) - Cimahi.
d. Sertifikasi terhadap 5 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat
di Prov. Sumatera Utara, Prov. Sumatera Selatan, Prov. Jawa
Barat, Prov. DIY, dan Prov. Jawa Tengah.
e. Pemberian penguatan, dukungan atau fasilitasi (capacity building)
kepada 144 lembaga rehabilitasi milik komponen masyarakat.
f. Pemberian penguatan, dukungan atau fasilitasi (capacity building)
kepada 186 lembaga rehabilitasi milik instansi pemerintah,
termasuk didalamnya Rumah Sakit, Puskesmas, Panti Rehabilitasi
Sosial, dan Lembaga Pemasyarakatan.
g. Menerima delegasi eksekutif Direktur UNODC dari pusat (Vienna,
Austria) di fasilitas program pasca rehabilitasi korban
penyalahgunaan Narkoba berbasis konservasi alam di Tambling-
Lampung Barat. Dinyatakan bahwa program pasca rehabilitasi
berbasis konservasi alam hutan dengan pendekatan pemulihan
fisik, psikis, dan sosial ini dinilai sangat komprehensif, terkait
kondisi Indonesia yang memiliki banyak hutan dan perlu dipelihara
kelangsungannya sesuai dengan Millenium Development Goals
yaitu “Ensuring Environmental Sustainability”.
h. Asemen terhadap 153 penyalah guna Narkoba yang datang
secara suka rela melaporkan diri (voluntary) dan penyalah guna
yang terkait hukum (compulsary) serta asesmen yang dilakukan
BNNP dan BNNKabupaten/Kota di seluruh Indonesia terhadap 337
pecandu Narkoba.
i. Implementasi program Wajib Lapor bagi pecandu Narkoba yang
dilakukan oleh BNNP dan BNN Kota/Kabupaten seluruh Indonesia
dengan mengantarkan 34 orang pecandu Narkoba yang telah
melaporkan dirinya ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) untuk
di rujuk ke Panti Rehabilitasi setempat.
28
j. Program Pascarehabilitasi yang dilakukan BNNP dan BNN
Kota/Kabupaten terhadap 172 orang pecandu yang telah mengikuti
program rehabilitasi di panti rehabilitasi setempat.
4. Bidang Pemberantasan
BNN melalui Deputi Bidang Pemberantasan berkoordinasi dengan
seluruh BNNP dan BNN Kabupaten/Kota telah melakukan berbagai
langkah dan upaya untuk menghentikan serta memutus mata rantai
jaringan dan pasokan Narkoba di pasaran. Adapun kasus-kasus yang
berhasil diungkap oleh BNN adalah sebagai berikut :
a. Pengungkapan Jaringan Sindikat Narkoba yang Melibatkan
Napi di Lapas
1) Jaringan Obina Nwajagu dan Hillary K. Chimize – Lapas
Nusakambangan
Kasus yang melibatkan seorang calon wartawati
berinisial AC ini menyeret tersangka lainnya yaitu, BD, A, M,
NL alias F (WN Afrika), dan J alias B (WN Kamerun) yang
merupakan suami AC. Dari kasus ini petugas berhasil
menyita 2.609,9 gram sabu yang disembunyikan dalam
guling dan material kertas uang palsu U$ Dollar sebanyak ± 2
dus dan beberapa cairan kimia yang diduga sebagai bahan
pengolah uang palsu.
Dari pengembangan kasus, diketahui bahwa otak di
balik kasus ini adalah Obina Nwajagu (WN Nigeria), seorang
narapidana di Lapas Batu, Nusakambangan. Selain Obina,
diketahui bahwa AC dikendalikan oleh Hillary K. Chimize (WN
Nigeria), yang juga narapidana di Lapas Pasir Putih,
Nusakambangan.
29
2) Jaringan Silvester Obiekwe Nwaolise als Mustofa, Yadi
Mulyadi als Bule als AA, dan Ruddi Cahyono – Lapas
Nusakambangan
Petugas BNN berhasil menangkap IS di Pos Lintas
Batas Sukauw dengan barang bukti 2.415,5 gram sabu yang
disembunyikan di balik dinding koper. Dari tertangkapnya IS
petugas mengamankan DA, CM alias CN, MS alias A, RG.
Petugas kemudian mengamankan tersangka lainnya
berinisial M, A, dan J (Istri Ruddi Cahyono) karena diduga
ikut terlibat dan diketahui memiliki alat-alat clandestine lab.
Otak dibalik kasus ini adalah tiga orang napi
Nusakambangan, yaitu Silvester Obiekwe Nwaolise alias
Mustofa (Lapas Batu), Yadi Mulyadi alias Bule alias AA
(Lapas Batu), dan Ruddi Cahyono (Lapas Narkotika).
3) Jaringan Humphrey Ejike als Doktor als Koko – Lapas
Nusakambangan
Pada tanggal 13 September 2012, petugas
mengamankan seorang wanita berinisial YPD di bilangan
Depok - Jawa Barat, dengan barang barang bukti 42 (empat
puluh dua) kapsul berisi sabu seberat 536,8 gram.
Dari tertangkapnya YPD, petugas kemudian
mengamankan BKM (WN Kenya) yang membawa sabu dari
Kenya ke Indonesia dengan cara ditelan (swallowed).
Petugas kemudian melakukan penggeledahan di rumah
kontrakan YPD di kawasan Citayam - Depok, dan
menemukan sabu yang sudah dikemas dalam 55 kapsul
dengan berat 713,8 gram.
30
Otak dari kasus ini adalah seorang Napi bernama
Humphrey Ejike alias Doktor alias Koko, yang mendekam di
Lapas Pasir Putih Nusakambangan.
4) Jaringan Hadi Sunarto als Yoyo – Lapas Nusakambangan
Hadi Sunarto als Yoyo diamankan oleh BNN karena
terkait dengan kasus Marwan Adli, seorang Kepala Lapas
Narkotika di Nusakambangan pada tahun 2011 lalu. Pada 27
November 2012, Yoyo kembali diamankan oleh BNN dari
Lapas Narkotika Nusakambangan karena diduga terlibat
dalam peredaran gelap Narkotika jenis sabu seberat 200
gram, yang dilakukan oleh seorang kurir berinisial YA di
Buaran Plaza – Jakarta Timur. Hingga saat ini, Yoyo
terhitung sudah 4 (empat) kali terlibat dalam kasus peredaran
gelap Narkoba. Sebelumnya Yoyo telah mendapatkan vonis
hukuman 35 tahun penjara.
5) Jaringan Jufriadi Tanjung – Lapas Pekanbaru
Jufriadi Tanjung, seorang Napi Kelas II A Pekanbaru
diduga kuat sebagai pengendali peredaran Narkoba dari
dalam Lapas. Hal ini diketahui setelah BNN menangkap 3
(tiga) orang yang tengah bertransaksi Narkoba di dekat
Bandara Sultan Syarif Kasim II, pada tanggal 1 April 2012. Di
tempat kejadian perkara, aparat BNN menyita sabu seberat
811,40 gram sabu. Dari hasil pemeriksaan, 500 gram
diantaranya merupakan pesanan dari Jufriadi Tanjung. Selain
barang bukti sabu, petugas juga menyita uang tunai senilai
Rp 535.600.000,-. Saat ini, tersangka telah diserahkan ke
Kejaksaan Negeri Pekanbaru atau P21.
31
6) Jaringan Emma alias Adam Wilson alias Abu Malawi-
Lapas Nusakambangan
BNN membongkar jaringan Narkotika internasional
dengan menangkap seorang terpidana mati Lapas Kembang
Kuning, Nusakambangan, bernama Adam Wilson alias Abu
(WN Nigeria). Abu diduga sebagai otak peredaran dan
kepemilikan sabu seberat 8,7 Kg senilai Rp 17,4 miliar.
Kasus ini berawal dari tertangkapnya tiga orang kurir
berinisial ES, HS, dan SA, di Kupang, NTT dan Medan,
Sumatera Utara. Ketiganya mengaku diperintah oleh Abu
untuk berangkat ke India mengambil sabu, untuk kemudian
dibawa ke Timor Leste.
7) Jaringan Muhammad Javad - Lapas Pemuda Tangerang
Muhammad
Javad alias Javad
(WN Iran)
diamankan di kamar
selnya di Blok F,
Lapas Pemuda
Kelas 2A Tangerang,
karena diduga
sebagai otak
peredaran Narkotika
jenis sabu, jaringan
sindikat Narkoba
Internasional.
Penangkapan ini merupakan hasil pengembangan atas
tertangkapnya Mahmed Mohammad (WN Iran) di kawasan
Senayan, Jakarta Pusat, saat tengah bertransaksi sabu
seberat 3.103,5 gram dengan Yus (WNI).
Gambar 11. Pengungkapan 3 Kg Shabu yang Dikendalikan dari Lapas Pemuda
Tangerang
32
8) Jaringan Meirika Franola als Ola – Lapas Wanita
Tangerang
Petugas BNNP Jawa Barat mengamankan seorang
perempuan bernama Nur Aisyah (40) karena kedapatan
membawa satu plastik besar berisi sabu dengan berat 775
gram yang diselipkan di bawah tas ransel. Penumpang
jurusan Kuala Lumpur- Bandung ini ditangkap di Bandara
Husein Sastranegara ketika tengah melakukan pemeriksaan
X-Ray.
Berdasarkan hasil keterangan tersangka, diketahui
bahwa Nur Aisyah dikendalikan oleh Meirika Franola als Ola,
seorang terpidana mati kasus Narkoba yang mendapat grasi
dari Presiden beberapa bulan lalu.
9) Jaringan Jarnawi als Teuku bin M. Tahir - Lapas Madiun
Petugas gabungan dari BNN Pusat, BNNP Jawa Timur,
dan Ditreskoba Polda Jawa Timur berhasil mengungkap
peredaran 588,5 gram sabu senilai Rp 1,5 miliar yang
dikendalikan dari Lapas Madiun. Kasus ini berawal dari
tertangkapnya Bambang Sakti Ariwibowo alias Ari alias
Bambang bin Moch. Djaswari atas kepemilikan 201,4 gram
sabu. Dari keterangan tersangka, diketahui bahwa sabu
berasal dari Moch. Yusuf bin Moch. Ibrahim yang merupakan
penghuni Lapas Madiun. Selanjutnya petugas mengamankan
Agus Tjahjono alias Gan bin Bani dengan barang bukti 387,1
gram sabu. Petugas juga berhasil mengamankan tersangka
lainnya yaitu, Yohanes Andrian bin Atmo Mariun, yang juga
merupakan Napi Lapas Madiun.
33
b. Pengungkapan Kasus Hasil Kerjasama
1) Operasi Komodo – 1.412.476 Butir Ekstasi
Pengungkapan
kasus ini merupakan
hasil kerjasama BNN
dengan Ditjen Bea dan
Cukai, Ditjen Imigrasi,
POLRI, TNI, dan instansi
terkait lainnya yang
berhasil menggagalkan penyelundupan 1.412.476 butir
ekstasi. Ekstasi dibawa dengan sebuah container dari
Pelabuhan Lianyungan, Shenzhen, Cina, menuju Jakarta
dengan tujuan Pelabuhan Tanjung Priok.
Penyelundupan
ekstasi ini melibatkan
oknum anggota
Koperasi Primkop Kalta
berinisial S dan AR. S
memalsukan tanda
tangan kepala Koperasi
Primkop Kalta dan menambahkan tulisan institusi ”BAIS TNI”
pada nama koperasi, sehingga alamat tujuan menjadi
Primkop Kalta BAIS TNI, tanpa sepengetahuan dan seijin
pimpinan BAIS.
S juga mengubah data packing list barang berikut
invoice dari fish tank menjadi plastic fish tank part dengan
maksud untuk menurunkan pembayaran bea masuk dan
pajak-pajak impor lainnya.
Dari kasus ini petugas berhasil mengamankan 8
(delapan) orang tersangka dengan inisial S, RS, R, A, M, AR,
MM, dan J.
Gambar 12. Pengungkapan Kasus 1.412.476 Butir Ekstasi Asal Cina
Gambar 13. Barang Bukti 1.412.476 Butir Ekstasi
34
2) BNN dan Policia Nacional De Timor Leste (PNTL) – 6,7 Kg
Sabu
BNN bekerjasama dengan Policia Nacional de Timor
Leste (PNTL) berhasil mengungkap kasus penyelundupan
Narkoba jenis sabu seberat 6,7 Kg yang disamarkan oleh
para tersangka di dinding koper dan dilaporkan sebagai
bagasi (koper/ransel) yang hilang. Para tersangka kemudian
mengambil koper dan ransel tersebut di counter Lost &
Found Bandara Dili, Timor Leste.
Dari operasi ini, petugas berhasil mengamankan 4
(empat) WNI, masing-masing berinisial RS, SY, AG, AT, dan
1 (satu) orang WN Afrika Selatan berinisial ST.
Rute perjalanan yang digunakan oleh para tersangka
adalah Medan – Jakarta – Kupang – Atambua – Dili.
Sedangkan rute barang bukti sabu melalui India –
Singapura– Dili – Atambua – Kupang – Surabaya – Jakarta –
Medan. Setelah para tersangka berhasil membawa sabu
tersebut, mereka kembali dengan jalur Dili – Atambua –
Kupang – Jakarta – Medan.
3) BNN dan Cina – 500 Gram Heroin
Fabiola Merdeka Darmawan (38), tertangkap di Bandara
Hang Zhow, Cina, pada 10 Februari 2012, karena kedapatan
membawa Narkoba jenis heroin sebanyak 500 gram, yang
disembunyikan di pembalut yang ia gunakan. Heroin tersebut
dibawa dari Malaysia menuju Guang Zou atas perintah
pacarnya bernama Don, WN Nigeria.
Don memanfaatkan Fabiola yang tengah hamil 4
(empat) bulan untuk menjadi kurir Narkoba menuju Cina
dengan upah US$ 500.
35
Cina menganut aturan untuk tidak memproses secara
hukum seorang wanita hamil yang berbuat kejahatan. Oleh
karenanya, Fabiola dideportasi ke Indonesia untuk kemudian
diadili.
4) BNNP Jawa Timur Bersama Bea dan Cukai Juanda –
924,1 Gram Sabu
Pada tanggal 4 November 2012, sekitar pukul 18.00
WIB, petugas Bea dan Cukai Juanda berhasil mengamankan
tersangka Nasir Bin Masruki yang tertangkap tangan
membawa 23 bungkus plastik berisi sabu seberat 924,1
gram. Dari keterangan tersangka, diketahui bahwa sabu
tersebut dibawa dari Malaysia yang merupakan pesanan dari
Ali di Sampang - Madura. Rencananya sabu akan diambil
oleh Ali di Terminal Bancaran, Kabupaten Bangkalan
Madura.
Pada tanggal 5 November 2012, petugas melakukan
controlled delivery dan berhasil mengamankan Sudi Pradana
serta Khairil Wana Bin Asmoto. Keduanya merupakan orang
suruhan Ali yang hingga kini masuk dalam Daftar Pencarian
Orang (DPO).
5) BNNP Lampung dan Polres Lampung Selatan – 448 Gram
Sabu
Pada tanggal 15 Oktober 2012, BNNP Lampung
bekerjasama dengan Polres Lampung Selatan melakukan
kegiatan pemeriksaan kendaraan dan orang yang akan
menyebrang dari Pelabuhan Bakauheuni ke Merak yang
dilaksanakan di Seaport Interdiction Bakauheuni. Dalam
operasi ini berhasil diamankan tersangka Thoe Hendryk
Masep Jua Bin Suprapto, Hamdan Wijaya bin Mulyadi, dan
Chandra als Entuk bin M. Yusuf dengan barang bukti berupa
448 gram Narkotika jenis sabu.
36
c. Pengungkapan Kasus Narkoba yang Dilakukan oleh Jaringan
Sindikat Narkoba Nasional
1) Jaringan Afdar – 12.192,3 Gram Sabu
Pada tanggal 1
Februari 2012, Afdar
dan MY ditangkap
oleh petugas BNN
karena terbukti
menerima sabu dari
AN seberat 12.192,3
gram. Sabu yang
dipesan Afdar dari
seseorang berinisial
M di Medan tersebut
disembunyikan
dalam tas hitam dan
dibawa oleh AN alias D melalui jalur darat dengan
menggunakan truk.
Dari pengembangan kasus yang dilakukan petugas,
berhasil diamankan tersangka lainnya bernama Imam Suhadi
yang diduga terlibat dalam tindak pidana pencucian uang
(money laundering) jaringan ini, dengan total transaksi
mencapai Rp. 410.000.000,-.
Imam Suhadi adalah Direktur PT. Maulana Traders,
yaitu sebuah perusahaan money changer. Perusahaan ini
dimodali oleh seorang WN Malaysia keturunan India berinisial
MM.
Barang bukti yang berhasil disita dari kasus ini adalah
12.192,3 gram sabu, 349 lembar bukti transaksi yang
dilakukan oleh tersangka dari berbagai bank, dan uang tunai
senilai Rp 10.909.841.552,-.
Gambar 14. Pengungkapan Kasus 12 Gram Shabu Jaringan Afdar
37
2) Jaringan Aceh – Medan – Jakarta – Cirebon
Pada tanggal 31 Oktober 2012, petugas BNN
mengamankan 3 (tiga) orang tersangka berinisial M bin MH,
MY bin MN, dan MMI bin Z, yang diduga kuat terlibat dalam
jaringan peredaran gelap Narkoba. MMI bin Z merupakan
salah satu pembeli dan pengendali bisnis Narkoba yang
berada di Jakarta. Ia mendapatkan Narkoba jenis sabu dari
seseorang yang berada di Aceh, untuk selanjutnya di jual
kepada pembeli yang berada di Jakarta. Jumlah barang bukti
yang disita dari ketiga tersangka ini adalah 765 gram sabu.
Dari pengembangan kasus, petugas kemudian
menangkap SR yang yang sedang melakukan transaksi
dengan seorang pembeli berinisial SN di bilangan Jakarta
Pusat. Petugas berhasil menyita 10,5 gram sabu dan 863,7
gram heroin.
Dari tertangkapnya SR, petugas kemudian
mengamankan F dan U di daerah Cirebon yang merupakan
otak dari peredaran gelap Narkoba jenis sabu ini. Barang
bukti yang disita adalah 6.634,8 gram sabu.
Petugas juga berhasil mengamankan tersangka lainnya,
yaitu RE, AF, P, MA, dan MAZ, yang diduga menyerahkan
sabu ke F. Selanjutnya petugas mengamankan 1 (satu)
tersangka lain berinisial A dengan barang bukti 2.353,68
gram heroin. Total barang bukti yang berhasil disita dari
kasus ini adalah sebanyak 7.410,3 gram sabu dan 3.217,38
gram heroin.
3) Jaringan Z, AA, DAN S – 272.297,1 Gram Ganja
Pada tanggal 16 November 2012, sebuah perusahaan
jasa ekspedisi di Medan menerima 12 paket kardus dari
seseorang untuk dikirimkan ke Jakarta. Menurut data yang
diberikan pengirim, barang tersebut berupa batu marmer.
38
Namun pada saat petugas ekspedisi mengangkat paket,
timbul kecurigaan karena berat barang yang dianggap terlalu
ringan. Karena posisi paket sudah masuk dalam mobil dan
siap antar, pihak ekspedisi berencana untuk memeriksa
paket tersebut setibanya di Palembang. Selanjutnya pihak
ekspedisi melaporkan kecurigaan tersebut kepada pihak
BNNP Sumatera Selatan (Sumsel).
Petugas BNN dan BNNP Sumsel kemudian mendatangi
kantor perwakilan ekspedisi tersebut dan membuka 12 paket
kardus yang ternyata berisi Narkotika jenis ganja, seberat
272.297,1 gram. Petugas kemudian melakukan controlled
delivery dan berhasil mengamankan Z yang berperan
sebagai supir. Z bertugas mengambil barang di kantor
perwakilan ekspedisi Jakarta dan mengantarkan ke tempat
tujuan di Serpong – Tangerang. Dari tertangkapnya Z,
petugas kemudian juga mengamankan AA. Otak dari tindak
kejahatan ini adalah S, yang hingga saat ini masuk dalam
Daftar Pencarian Orang (DPO).
4) Jaringan Angel Cicilia dan Smith (DPO)-10.126,2 Gram
Heroin.
Pada tanggal 30 April 2012 BNN bersama Bea dan
Cukai Bandara Polonia Medan berhasil menangkap seorang
tersangka yaitu Saning als Saning Sokhib Saji, 39 tahun dan
menyita barang bukti heroin seberat 10.126,2 gram yang
dibawa dengan menggunakan tas koper warna hitam merk
Fendi, keterangan dari dua tersangka bahwa barang tersebut
akan diantar ke Jakarta sebagai pemesan Angel dan Smith,
selanjutnya dilakukan control deleveri ke Hotel Andalas Jl.
Kalipasir Cikini Menteng sesuai petunjuk melalui HP dari
Angel, namun yang bersangkutan tidak dapat ditemui
selanjutnya menerima telepon kembali dari Angel agar keluar
hotel untuk menunju SPBU Galur samping fly over Jl. Letjen
39
Suprapto, ditempat tersebut sudah ada yang menunggu
seorang perempuan setelah ditangkap bernama Marvelly
Chandra 41 tahun, sedangkan pemesan / pemilik barang
Angel Cicilia dan Smith masih DPO.
5) Jaringan Razali (Batam) – 5.987,3 Gram Sabu.
Pada tanggal 1 April 2012 telah diamankan satu unit
mobil CRV No.Pol, BP-1558-CN di Parkiran Ruko Komplek
Tg. Pantun Blok I Sei Jodok Batuampar Batam, didalamnya
kedapatan sebuah tas warna biru yang berisi 4(empat)
bungkus plastik berisi narkotika jenis kristal shabu dengan
berat brutto 2.273, 5 gram, sebuah pasport atasnama Razali
Awahab, kendaraan tersebut ditinggalkan oleh kedua orang
tersangka yaitu Razali dan Murhadi yang sebelumnya dikejar
oleh Petugas Polri, yang kemudian keduanya ditangkap di
Hotel Kaputra Kamar 334 Jl. Wiratno No.18 Tanjung Pinang
dan kedua orang tersebut mengaku bahwa mobil CRV dan
narkotika tersebut miliknya yang ditinggalkan karena saat itu
dikejar oleh petugas polisi, dari hasil pengembangan petugas
berhasil menangkap Muslim Ismail, 40 tahun dan Novie
Cahyati, 26 tahun;
Gambar 15. Pengungkapan Kasus 5.987,3 Gram Sabu Jaringan Razali
40
6) Jaringan Fredi Budiman als Osin, dkk – 1.412.476 butir
Ekstasi.
Berawal dari informasi yang disampaikan masyarakat
ada sebuah kontainer dari china yang memuat narkotika jenis
ekstasi dengan nomor kontainer TGHU 0683898, setelah
dilakukan penyelidikan oleh Petugas BNN didapat konteiner
tersebut berada di Terminal JICT Tanjung Priok Jakarta
Utara, selanjutnya dilakukan pengawasan pada tanggal 25
Mei 2012 terlihat truk kontainer tersebut keluar dari
Pelabuhan Tanjung Priok dan menuju alamat alamat yang
dituju, dipinggir jalan tol Kayu Besar Cengkareng ada
seorang laki-laki mengarahkan truk kontainer tersebut ke
gudang kemudian dilakukan penangkapan dengan
mengamankan 9 orang tersangka yaitu :
a) Rudy Suwandi (PT. Bahtera Biru Nusaprima).
b) Mohamad Muchtar (Pegawai PT. Navirimas).
c) Supriadi (TNI AU) sebagai pengurus Dokumen.
d) Aria sebagai pengurus dokumen.
e) Roni Samsuni (supir truk kontainer).
f) Asep Ramlan Hidayat (knek truk kontainer).
g) Muhamad Muhtar (penjemput).
h) Juefri Tajudin Daeng Baco (dokumen).
i) Abdul Syukur (dDokumen).
Hasil pengembangan dari para tersangka tersebut Pada
tanggal 25 Juni 2012 petugas BNN berhasil menangkap
sebagai pemilik barang bernama Fredi Budiman yang
ditangkap bersama dua orang lainnya bernama Chandra
Halim dan Hani Sapta Pribowo.
41
d. Kasus Penyalahgunaan Narkoba oleh Oknum.
1) SS - Pilot Lion Air
Pilot Lion Air, SS (40), ditangkap petugas BNN saat
mengonsumsi 0,04 gram sabu di sebuah kamar hotel di
Surabaya, tanggal 4 Februari 2012. Kejadian ini dipandang
sangat mempermalukan dunia penerbangan Indonesia di
mata internasional. Setelah terungkapnya kasus ini, BNN
bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan dan seluruh
maskapai penerbangan melakukan tes urine berkala bagi
seluruh awak pesawat.
2) PW – Hakim PN Bekasi
Pada tanggal 16 Oktober 2012, petugas BNN berhasil
melakukan penangkapan (tertangkap tangan) seorang Hakim
bernama Puji Wijayanto yang menjabat sebagai Hakim di
Pengadilan Negeri Bekasi, saat tengah berpesta Narkoba di
tempat karaoke Illigals, Jakarta Pusat. Puji ditangkap
bersama kedua rekannya berinisial SP dan MF, serta 4
(empat) orang wanita penghibur. Dari kasus ini, petugas
berhasil menyita 5,2 gram ekstasi dan 0,4 gram sabu beserta
bong (alat hisap).
3) S bin HK – Polisi Polres Kuningan
Pada hari selasa, 10 Juli 2012, sekitar pukul 23:30 WIB,
petugas BNNP Jawa Barat berhasil mengamankan S bin HK
yang merupakan anggota Polri yang bertugas di Polres
Kuningan. S diamankan di perumahan puri pelangi,
Kuningan-Jawa Barat, dengan BB berupa sabu. Petugas
melakukan penangkapan dengan under cover buy dengan
berpura-pura menjadi pembeli sabu.
42
e. Kasus Penyelundupan Narkoba Lainnya.
1) Kasus 2.600 Gram Sabu.
Pada tanggal 11 Oktober 2012, pukul 19.00 WITA, di terminal
kedatangan Bandara Internasional Lombok, terjadi tindak
pidana peredaran gelap Narkoba jenis sabu seberat 2,6 Kg
yang dibawa oleh seorang warga negara Afrika Selatan
bernama Kathlyn Dunn dengan modus operandi false
compartment (disembunyikan dalam dinding koper buatan).
2) Kasus 3.700 Gram Ganja.
Pada tanggal 13 Oktober 2012, pukul 19.00 WITA, di
Bandara Internasional Lombok, berhasil diamankan seorang
WN Jerman bernama Rolf Oscar Josef Schweikert dengan
barang bukti ganja seberat 3,7 Kg dengan modus operandi
false compartment. Tersangka kemudian diamankan oleh
petugas BNNK Lombok.
3) Kasus 500 Gram Ganja
Petugas BNNP Banten berhasil mengamankan tersangka
atas nama Yusuf Maulana Ihsan dan M. Faturohman Tazi
karena kedapatan membawa 500 gram ganja. Dari
pengakuan tersangka diketahui bahwa ganja tersebut
didapatkan dari seorang bandar bernama Cekih (DPO).
Gambar 16. Pengungkapan Kasus 2.600 Gram Sabu
43
4) Pengungkapan Kasus oleh BNNP DKI Jakarta
BNNP DKI Jakarta berhasil melakukan penangkapan
terhadap beberapa tersangka yang terlibat dalam kasus
peredaran gelap Narkoba, diantaranya :
a) Tanggal 26 April 2012, petugas menangkap seorang
bandar ganja bernama Deni Rahmat als Engkay.
b) Tanggal 8 Mei 2012, petugas menangkap seorang
bandar ganja dan sabu bernama Eko Cipto
Hardiansyah.
c) Tanggal 2 Agustus 2012, petugas menangkap Rikay
seorang pengedar Narkoba.
d) Tanggal 17 Maret 2012, petugas melakukan
penangkapan terhadap seseorang yang dicurigai
menjadi bandar ganja di wilayah Komp. Permata,
Jakarta Barat.
e) Tanggal 7 April 2012, petugas melakukan penangkapan
terhadap dua orang yang dicurigai bandar ekstasi di
wilayah Pangeran Jaya Karta Ruko Kota Indah, Taman
Sari, Jakarta Barat.
f) Tanggal 31 Mei 2012, petugas melakukan penangkapan
terhadap 4 (empat) orang yang dicurigai sebagai bandar
ganja dan sabu di wilayah Kec. Tanah Abang, Jakarta
Pusat.
f. Operasi Eradikasi Lahan Ganja
1) Aceh
Pada tahun 2012, BNN bekerja sama dengan Polda Aceh
berhasil menemukan sejumlah ladang ganja di Provinsi Aceh.
Ada beberapa titik ladang ganja yang berhasil di temukan di
wilayah Lamteuba, Aceh Besar, dengan total lahan seluas ±
164,5 Hektar.
44
2) Medan.
Selain eradikasi lahan ganja di Aceh, BNN bekerja sama
dengan Polda Sumatera Utara juga melakukan eradikasi
lahan ganja di Kabupaten Mandailing Natal, Medan,
Sumatera Utara. Di kawasan ini berhasil ditemukan lahan
ganja seluas ± 18 Hektar.
g. Rekapitulasi data Kasus Hasil Pengungkapan BNN
Berikut ini rekapitulasi kasus tindak kejahatan Narkotika yang
berhasil di ungkap BNN sepanjang tahun 2012.
Gambar 17. Hasil Operasi Ganja di Mandailing Natal
45
1) Jumlah kasus tindak pidana Narkotika yang berhasil
diungkap sebanyak 120 Laporan Kasus Narkotika (LKN).
Masing-masing LKN terdiri dari beberapa berkas perkara (di
split), sehingga jumlah berkas perkara sebanyak 197 berkas.
2) LKN yang telah selesai disidik serta diserahkan kepada
Kejaksaan Negeri (P21) sebanyak 87 LKN atau 72.5% dan
sebanyak 33 LKN atau sebesar 27.5% masih dalam proses
penyidikan, sedangkan jumlah berkas perkara yang telah
dikirim ke Kejaksaan sebanyak 115 berkas perkara atau
sebesar 58.4%, dan sisanya sebanyak 82 berkas perkara
atau sebesar 41.6% masih dalam proses penyidikan dan
apabila sudah lengkap akan segera dikirim ke Kejaksaan.
3) Jumlah tersangka yang berhasil diamankan oleh BNN
sebanyak 202 tersangka.
4) Dari keseluruhan asset yang berhasil disita setelah dikonversi
ke dalam nilai rupiah, berjumlah Rp 28.977.344.973,-.
5) Nilai aset yang kasusnya telah dilimpahkan ke Kejaksaan
berjumlah Rp 19.504.810.125,-.
6) Nilai aset yang kasusnya belum selesai ditangani berjumlah
Rp 9.472.534.848,-.
7) Jumlah barang bukti Narkotika yang berhasil disita selama
tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a) Shabu : 79,24 Kg
b) Ganja : 315,34 Kg
c) Kokain : 858,40 Gram
d) Heroin : 14,41 Kg
e) Ekstasi : 1.420.685 Butir
f) Prekursor Padat : 50,16 Kg dan 11.480 Butir
g) Prekursor Cair : 15.818 ml
46
h. Pemusnahan barang bukti tindak pidana Narkoba yang sudah
dilaksanakan hingga saat ini sebanyak 27 kali, dengan rincian
sebagai berikut :
1) Shabu : 76,41 Kg
2) Ganja : 314,72 Kg
3) Kokain : 793,90 gram
4) Heroin : 14,05 Kg
5) Ekstasi : Butir
i. Vonis Hukuman Mati di Indonesia
Pelaku tindak pidana Narkotika yang memperoleh vonis hukuman
mati di Indonesia berjumlah 71 orang, terdiri dari :
1) WNI : 20 orang
2) WNA : 51 orang, dengan rincian sebagai berikut :
a) Afrika Selatan : 2 orang
b) Australia : 5 orang
c) Belanda : 3 orang
d) Brazil : 2 orang
e) Cina : 7 orang
f) Filipina : 1 orang
g) Ghana : 1 orang
h) India : 1 orang
i) Malawi : 2 orang
j) Malaysia : 2 orang
k) Nepal : 1 orang
l) Nigeria : 14 orang
m) Pakistan : 2 orang
n) Perancis : 1 orang
o) Senegal : 1 orang
p) Thailand : 2 orang
q) Vietnam : 1 orang
r) Zimbabwe : 2 orang
47
j. Pengumpulan Data Penegakan Hukum terhadap WNI di Luar
Negeri
Dalam kurun waktu Juli 2011 – Desember 2012, sejumlah 328
WNI di luar negeri terancam hukuman mati. Dari jumlah tersebut,
203 orang atau 61,89% terancaman hukuman mati dengan
dakwaan terkait tindak pidana Narkoba.
Dalam rentang waktu tersebut, sebanyak 63 WNI telah terbebas
dari ancaman hukuman mati terkait tindak pidana Narkoba,
dengan perincian sebagai berikut : 8 WNI dilepaskan dari ancaman
hukuman mati terkait tindak pidana Narkoba di Arab Saudi, 31
WNI di Malaysia, 22 WNI di RRC, dan 2 WNI di Iran.
Dengan demikian, saat ini masih terdapat 140 WNI di luar negeri
yang terancam hukuman mati terakit tindak pidana Narkoba.
5. Bidang Hukum dan Kerja sama.
a. Kegiatan Bantuan Hukum Litigasi.
1) Sidang Ajudikasi
BNN telah melaksanakan sidang ajudikasi di Komisi
Informasi Publik, terkait dengan gugatan Lembaga Bantuan
Hukum Masyarakat dengan nomor perkara 163/V/KIP-PS-M-
A/2012, yang mempertanyakan masalah informasi mengenai
prosedur penyidikan di BNN. LBH menuntut agar BNN
membuka masalah tersebut ke ranah publik.
Sidang ajudikasi tersebut berlangsung hingga empat
kali. Meski putusan dari Komisi Informasi Publik menyatakan
bahwa BNN menang dalam sidang ajudikasi tersebut, namun
pihak LBH tidak menerima putusan tersebut dan
mengajukan gugatan kembali melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN).
48
2) Sidang Pra Peradilan
Adapun hasil kegiatan pembelaan hukum (litigasi) yang
dilakukan oleh Direktorat Hukum pada tahun 2012
diantaranya :
a) Pembelaan Hukum dalam Pra Peradilan yang dilakukan
oleh Ariani Hesti Rahayu (Pemohon) dengan BNN
dengan nomor perkara 02/Pid/Pra.Per/2012/
PN.Jkt.Timur yang dimenangkan oleh BNN.
b) Pembelaan Hukum dalam Pra Peradilan yang dilakukan
oleh kuasa hukum dari Rudy Haryanto Kurniawan
(Pemohon) kepada BNN dengan nomor perkara
05/Pid/Pra Per/2012/PN. Jkt. Tim mengenai gugatan
salah alamat yang tidak seharusnya ditujukan ke BNN
karena BNN tidak pernah melakukan penangkapan/
penahanan terhadap Tersangka Rudy Haryanto
Kurniawan. Gugatan tersebut dimenangkan oleh BNN.
c) Pembelaan Hukum dalam Pra Peradilan yang dilakukan
di Pengadilan Negeri Makassar antara Muhammad
Aulia Nasution (Pemohon) kepada Badan Narkotika
Nasional Provinsi Sulawesi Selatan dengan nomor
perkara 11/Pen.Pra/2012/PN.MKS, yang dimenangkan
oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi
Selatan.
b. Kegiatan Bantuan Hukum Non Litigasi.
Kegiatan Bantuan Hukum Non Litigasi yang dilaksanakan di
beberapa Provinsi terdiri dari :
1) Konsultasi hukum terhadap implementasi dari Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan
peraturan pelaksana lainnya.
2) Bedah kasus terhadap kasus-kasus Narkotika.
49
3) Pemberian Bantuan Hukum (asesmen) terhadap penanganan
Tersangka atau Terdakwa Penyalahguna, Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika, yang dilakukan di
loket bantuan hukum lantai 1 gedung BNN. Selama tahun
2012, Direktorat Hukum telah menangani permohonan
rehabilitasi terhadap Tersangka atau Terdakwa
Penyalahguna, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu
Narkotika sebanyak 161 Tersangka.
c. Rancangan Peraturan Perundang-undangan
Pada Kegiatan Perancangan Perundang-Undangan,
Direktorat Hukum telah menyusun 1 (satu) Naskah Akademik
tentang pembahasan perubahan UU Psikotropika, 1 (satu)
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pelaksanaan UU
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan 4 Peraturan Kepala
Badan Narkotika Nasional (PERKA). Pada Kegiatan Perancangan
Peraturan Perundang-undangan Ditkum mentargetkan untuk
menyusun 6 Peraturan Perundanga-undangan yang terdiri dari
1(satu) Naskah Akademik tentang pembahasan perubahan UU
Psikotropika,1 (satu) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Pelaksanaan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
dan 4 (empat) Rancangan PERKA. Untuk PERKA dengan adanya
optimalisasi anggaran, Ditkum yang semula mentargetkan 4
PERKA namun dalam realisasinya dapat menyelesaikan 17
PERKA, yang terdiri dari 5 PERKA menggunakan anggaran dari
DIPA dan 12 PERKA/KEPKA dengan anggaran Non DIPA sebagai
tugas pokok dan fungsi harmonisasi dilingkungan BNN.
Dari ke 17 Peraturan tersebut adalah:
1) Peraturan Bersama antara Menteri Perhubungan dan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor PM.9 Tahun 2012 dan
Nomor 01/PER-BNN/I/2012 tentang Pencegahan dan Pembe
rantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika
Pada Transportasi Darat, Laut, Udara dan Kereta Api.
50
2) Peraturan Kepala BNN Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional.
3) Peraturan Kepala BNN Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional
Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan
Barang Persediaan Di Lingkungan Badan Narkotika Nasional.
4) Peraturan Kepala BNN Nomor 10 tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional
Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Narkotika Nasional.
5) Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
6) Peraturan Kepala BNN Nomor 6 Tahun 2012 tentang Kode
Etik Pegawai Badan Narkotika Nasional.
7) Peraturan Kepala BNN Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pokok-Pokok Pengawasan di Lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
8) Peraturan Kepala BNN Nomor 13 tahun 2012 tentang
Persyaratan Pendidikan dan Pelatihan Teknik Dasar
Penyelidikan dan Penyidikan Bagi Calon Penyidik Tingkat
"C".
9) Peraturan Kepala BNN Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Jabatan Struktural Tertentu di Lingkungan Badan Narkotika
Nasional yang Dapat Diduduki oleh Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
10) Peraturan Kepala BNN Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Hibah di Lingkungan Badan Narkotika Nasional.
11) Peraturan Kepala BNN Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Kapitalisasi Barang Milik Negara di Lingkungan Badan
Narkotika Nasional.
51
12) Peraturan Kepala BNN Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata
Tertib Kerja Pegawai Badan Narkotika Nasional.
13) Peraturan Kepala BNN Nomor 19 Tahun 2012 tentang Tata
Cara Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Badan
Narkotika Nasional.
14) Peraturan Kepala BNN Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Kinerja Bagi
Pegawai Badan Narkotika Nasional.
15) Keputusan Kepala BNN Nomor KEP/515/XI2012/BNN
tentang Nomenklatur dan Kelas Jabatan di Lingkungan
Badan Narkotika Nasional.
16) Keputusan Kepala BNN Nomor KEP/516/XI2012/BNN
tentang Teknis Operasional Pelaksanaan Interdiksi.
17) Keputusan Kepala BNN Nomor KEP/517/XI2012/BNN
tentang Prosedur Pengadaan, Perizinan, Penggunaan , dan
Pengawasan Senjata Api di Lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
d. Sosialisasi
Sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan agar terwujudnya
persamaan persepsi di antara instansi yang terkait dalam
pelaksanaan P4GN dan implementasi Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, termasuk sosialisasi Rancangan
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Narkotika dalam hal
optimalisasi penggunaan aset hasil tindak pidana Narkotika dan
pelaksanaan rehablitasi medis/sosial dalam rangka P4GN. Peserta
yang diundang adalah para Dinas terkait di beberapa Provinsi
diantaranya adalah Biro Hukum Pemda, Kejaksaan Negeri,
Pengadilan Negeri, Polda, Polres, Bea Cukai, Kanwil Kumham
(Migrasi dan Pemasyarakatan), Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit
Polri, Rumah Sakit Rujukan, RSUD, Dinas Kesehatan, Balai POM,
Puskesmas terpilih, IPWL terpilih, Dinas Sosial, BNNP, dan BNNK.
52
Kegiatan Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan
dilaksanakan di beberapa tempat yaitu : di Palembang, Makassar,
Balikpapan, Semarang dan Bali.
e. Penandatanganan Nota Kesepahaman
Dalam hal menggalang peran serta dan komitmen berbagai
pihak, telah dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman
dengan institusi terkait, yaitu :
1) BNN dengan Instansi Pemerintah.
a) POLRI (Korp Lantas)
b) Kementerian BUMN
c) Kementerian Kehutanan
d) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
e) Kementerian Kelautan dan Perikanan
f) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
g) POLRI (Bareskrim)
h) Komisi YudisiaL
i) POLRI (Divhubinter)
j) Badan Informasi Geospasial
2) BNN dengan Lembaga/Instansi Non-Pemerintah :
a) Yayasan Artha Graha Peduli
b) Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI)
c) Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (KWARNAS)
d) PT Pertamina Persero
e) Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
f) PT TVK Indonesia (Channel Kemanusiaan)
g) Yayasan Cemara Souvenir
h) Yayasan Hikmah Syahadah
i) Yayasan Tim Penanggulangan Penyalahgunaan Napza
j) Global Dive, Naui Progold Scuba Center Indonesia
k) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)
53
f. Kerja Sama Luar Negeri
Selain kerjasama tingkat nasional, BNN juga bekerjasama
dengan negara lain dalam hal tukar menukar informasi berbagai
permasalahan Narkoba yang sedang terjadi di dunia. Pada tahun
ini, Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus sebagai Presiden
IDEC (International Drugs Enforcement Conference) XIXX, tahun
2012.
Adapun kegiatan dan kerja sama yang telah dilaksanakan
dengan negara lain, yaitu :
1) Sidang Komisi Narkoba (CND) ke-55 di Wina,12-16 Maret
2012, CND merupakan pertemuan antara Badan-Badan
Internasional PBB dengan Negara anggota serta pengamat
di seluruh dunia. Agenda Komisi dibagi menjadi 2 segmen
yaitu normatif dimana komisi melaksanakan fungsi Treaty-
based termasuk mandat yang diterima dari ECOSOC dan
sidang umum PBB dan menangani isu pengendalian dan
pengawasan Narkoba serta trend masa kini, dan segmen
operasional dimana komisi melaksanakan perannya sebagai
badan utama dari program Narkoba UNODC dalam
mempertimbangkan isu – isu terkait policy guidance.
Pada CND, Delri menyampaikan point of intervention pada
plenary session dan round table discussion sesuai agenda
serta mendukung rancangan solusi yang menguntungkan
Pemerintah Republik Indonesia. Dihadiri oleh anggota CND,
organisasi regional dan internasional serta organisasi non-
pemerintah terkait.
54
2) Penandatanganan MoU Between the Government of the
People’s Republic of China and the Government of the
Republic of Indonesia on the Cooperation in Narcotic Drugs,
Psychotropic Substances and Precursors Chemicals Control,
di Beijing, China 21-24 Maret 2012. Yang menandatangani
MoU mewakili pemerintah Indonesia adalah Gories Mere
Kepala BNN dan mewakili pemerintah RRT, Meng Hongwei,
Wakil Menteri Keamanan Publik.
3) Konferensi IDEC (International Drugs Envorcement
Converence) Far East Regional Working Group di Bangkok,
Thailand, 24-25 April 2012. IDEC Far East merupakan
pertemuan para penegak hukum Narkoba sewilayah Timur
Jauh yang membahas target operasi para tersangka
pengedar Narkoba, evaluasi intelijen atas target – target yang
sudah ada dan target – target baru serta pengembangan
inisiatif kerja sama regional, dihadiri oleh anggota IDEC Far
East Working Group dan perwakilan DEA.
Gambar 18. Penandatangan MoU antara BNN dengan China
55
4) Konferensi IDEC XXIX di Nusa Dua, Bali, 12-14 Juni 2012
merupakan pertemuan para High Level penegak hukum
Narkoba seluruh dunia yang membahas target operasi para
tersangka pengedar Narkoba, evaluasi intelijen atas target –
target yang sudah ada dan target- target baru serta
pengembangan inisiatif kerja sama Regional dan
Internasional untuk memberantas peredaran gelap Narkoba
tingkat global dan dihadiri oleh 71 Negara (50 Negara
anggota dan 21 peninjau).
5) International Conference of Ministerial of Foreign Affairs and
Heads of Specialized National Agencies against the World
Drug Problem, di Lima, Peru 25-26 Juni 2012. Konferensi
diselenggarakan untuk menggalang komitmen politik global
dalam upaya penanggulangan peredaran Narkoba yang
dihadiri 64 negara dan 10 organisasi internasional.
6) SMART Programme Regional Workshop di Pnom Penh,
Cambodia, 24-25 Juli 2012. Pertemuan untuk mendapatkan
gambaran up to date tentang penyalahguna Narkoba
dikawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, dihadiri 13 negara
peserta.
Gambar 19. Foto Bersama Pejabat BNN dengan Peserta IDEC XXIX
56
7) Special ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters, di
Bangkok, Thailand, 30 Agustus - 1 September 2012.
Pertemuan tingkat Menteri se ASEAN yang menangani
Narkoba untuk menegaskan kembali komitmen masing-
masing negara dalam mewujudkan ASEAN Bebas Narkoba
2015. Dihadiri wakil-wakil tingkat Menteri yang menangani isu
narkotika dan perwakilan dari Secretariat ASEAN.
8) Kerjasama Bilateral antara BNN dan Coordenacao geral de
Policia de Prepressao a Drogas, Departamento de Policia
Federal (DPF), di Sao Paulo, Brasil, 12 November 2012.
Pertemuan membahas upaya peningkatan kerja sama antara
BNN dan DPF Brasil.
Gambar 20. Foto Bersama Pejabat BNN dengan Peserta
Gambar 21. Penandatangan MoU antara BNN dengan Brazil
57
9) The 33rd ASEAN Senior Officials on Drugs Matters (ASOD),
di Kuala Lumpur, Malaysia, 25-27 September 2012.
Pertemuan tingkat ASEAN para SOM National Agency yang
menangani masalah Narkoba, meliputi 5 working group yaitu
preventive education, therapy and rehabilitation, law
enforcement, research, alternative development. Dihadiri 80
peserta dari seluruh Negara anggota ASEAN serta
perwakilan dari Secretariat ASEAN.
10) 36th Meeting of Heads of National Drug Law Enforcement
Agencies (HONLEA) dan ASEAN+3 Consultation Meeting on
Airport Interdiction Task Force (AITF) di Bangkok, Thailand,
30 Oktober – 2 November 2012. Pertemuan para Kepala
Badan / National Agency di kawasan Asia Pasifik yang
membahas perkembangan terkini tentang situasi peredaran
Narkoba di Negara masing-masing dan trend peredaran
gelap Narkoba tingkat regional serta upaya yang dilakukan
untuk mengatasinya pada tingkat regional. Dihadiri
perwakilan Negara anggota, serta observer.
11) Round Table On Narco-Terorism di Legian, Bali, 12-13
Desember 2012. Pertemuan membahas hubungan dan
perkembangan dari narco-terrorism. Dihadiri 36 peserta dari
14 negara dan 2 organisasi internasional.
Gambar 22. Foto Bersama Pejabat BNN dengan Peserta APICC
58
12) Menjalankan operasi bersama dengan Polis Diraja Malaysia,
untuk pengungkapan kasus heroin dan sabu pada Agustus-
September 2012 di Kuala Lumpur Malaysia.
5. Kegiatan Pendukung Layanan Administrasi di BNN
a. Bidang Anggaran.
Pada tahun 2012 BNN melaksanakan kegiatan rutin layanan
administrasi keuangan setiap bulannya dalam mendukung
operasional BNN. Kegiatan rutin tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pelaksanaan Pembinaan Tata Usaha Keuangan
yang bertujuan meningkatkan kemampuan pengelola
keuangan yang ada di lingkungan BNN, dalam hal ini pada
Satker pusat dengan prioritas para pengelola keuangan. Hal
ini sangatlah penting dan diharapkan dapat ditingkatkan
frekuensi kegiatannya agar tercapai sinergi, persamaan
persepsi, dan update informasi dalam pelaksanaan APBN di
antara pengelola keuangan di BNN. Adapun 5 (lima) kegiatan
yang dicapai adalah :
a) Penatausahaan Pembukuan
b) Pengelolaan Anggaran
c) Rapat Koordinasi Bidang Perencanaan, Keuangan dan
Perlengkapan
d) Sosialisasi dalam Rangka Langkah-langkah
menghadapi Akhir Tahun.
e) Finalisasi Juklak/Juknis Pengelolaan Anggaran
2) Dalam hal penyusunan laporan keuangan yang transparan
dan akuntabel, BNN mengkordinir kegiatan penyusunan
laporan keuangan tingkat BNN melalui kegiatan laporan
keuangan BNN yang disusun, mulai tingkat Satker di
lingkungan BNN Kabupaten/Kota, BNN Provinsi, dan Satker
di lingkungan BNN Pusat.
59
Adapun dukungan anggaran BNN tahun 2012 sebesar
Rp. 368.199.637.000,- (Tiga Ratus Enam Puluh Delapan
Milyar Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Enam
Ratus Tiga Puluh Tujuh Ribu Rupiah) dengan rincian
anggaran dan realisasi sebagai berikut ini:
Pagu Anggaran BNN Tahun Anggaran 2012
NO. JENIS BEL PAGU DIPA REALISASI SISA %
1. Bel. Barang 206.317.379.000 185.847.250.970 20.470.128.030 94,57
2. Bel. Modal 150.152.258.000 146.174.483.644 3.977.774.356 97,35
3. Bel. Pegawai 11.730.000.000 13.069.231.107 1.339,231,107 111,42
JUMLAH 368.199.637.000 345.090.965.721 23.108.671.279 93,72
Dari besaran anggaran maka alokasi untuk Belanja
Barang mendapat porsi yang paling besar yaitu Rp.
206.317.379.000,- (56%), Belanja Modal = Rp.
150.152.258.000,- (41%) sedangkan Belanja pegawai = Rp.
11.730.000.000,- (3%).
Jika dilihat dari sisi pengeluaran maka Belanja Barang
masih tersisa anggaran sebesar Rp. 20.470.128.030,-
(9,92%), Belanja Modal tersisa sebesar Rp. 3.977.774.356,-
(2,65%) sisa anggaran tersebut bukan berarti kegiatan
operasional tidak berjalan maksimal. Sisa anggaran tersebut
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan yang lebih transparan
terutama melalui pelelangan umum di bidang pengadaan
barang dan jasa. Disamping itu juga para pelaksana
kegiatan sudah lebih realistis dalam pengelolaan dan
pelaksanaan kegiatan, sudah lebih transparan dan akuntabel.
Sedangkan untuk belanja pegawai realisasinya melebihi
Pagu anggaran yang tersedia, dengan realisasi sebesar
(111,42%). Terjadinya kelebihan realisasi anggaran ini lebih
disebabkan adanya penambahan personil BNN sebagai
konsekuensi perubahan struktur organisasi, juga akibat
(111,42%)
60
kebijakan pemerintah menaikkan gaji pegawai pada tahun
berjalan serta adanya mutasi kenaikan pangkat dan jabatan
yang di ikuti adanya kenaikan gaji berkala pegawai yang
luput dari perhitungan awal saat penyusunan anggaran.
3) Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan
BNNP dan BNNK/Kota melalui kegiatan Laporan
Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan BNNP dan
BNNK/Kota di 33 Provinsi di Indonesia. Adapun teknis
pelaksanaanya dilaksanakan di kantor BNNP dengan
mengundang seluruh pengelola keuangan di BNN
Kabupaten/Kota datang ke kantor BNNP. Dalam kegiatan ini
Biro Keuangan melakukan asistensi, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan anggaran, membantu Satker di daerah atas
permasalahan mengenai pengelolaan APBN berikut
mekanisme pelaporannya baik laporan SAI, Laporan Buku
Kas Umum dan LPJ Bendahara, Laporan Pajak, Laporan
hibah, dan laporan pertanggungjawaban keuangan
(Perwabku) atas kegiatan yang dilaksanakan. Melalui
pembinaan ini BNN memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
b. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Menindaklanjuti upaya optimalisasi program P4GN hingga ke
tingkat daerah, BNN berupaya meningkatkan sarana dan
prasarana bagi 33 BNNP dan 75 BNNK/Kota yang telah terbentuk
guna menunjang kredibilitas dan kinerja setiap perwakilan BNN di
daerah. Salah satu hal yang dilakukan adalah meningkatkan
kwalitas dan kwantitas SDM yang dimiliki BNN dengan
mengadakan pembukaan pendaftaran CPNS Tahun Anggaran
2012. Adapun jumlah CPNS yang berhasil lolos hingga tahap
terakhir berjumlah 322 orang CPNS dengan latar belakang
pendidikan D3, S-1 dan S-2.
61
Dalam rangka mensukseskan Kebijakan dan strategi nasional
di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba tahun 2011-2015, Balai Diklat BNN
sesuai tugasnya melaksanakan kegiatan penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan dalam bentuk peningkatan kemampuan
pengetahuan dan wawasan bagi pegawai BNN di bidang P4GN
melalui koordinasi, kerjasama dengan instansi terkait dan lembaga
internasional menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Teknik
Dasar Penyelidikan dan Penyidikan bagi Calon Penyidik Tingkat C
selama 75 (tujuh puluh lima) hari dan dilaksanakan dalam 3 (tiga)
kelas dengan jumlah peserta 85 (delapan puluh lima) orang dari
target pencapaian awal 116 (seratus enam belas) orang. Dalam
kegiatan ini ada 7 (tujuh) orang peserta dari Badan Kawalan
Narkotik Brunei Darussalam. Tujuan dilaksanakannya pendidikan
dan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman di bidang penyidikan. Diharapkan para penyidik akan
dapat bekerja secara profesional, berdedikasi tinggi, serta mampu
mengungkap jaringan narkotika yang satu ke jaringan yang lainnya
secara terus menerus hingga Indonesia bebas dari
penyalahgunaan Narkoba.
c. Bidang Kehumasan
Guna meningkatkan penyampaian informasi kepada
masyarakat di bidang P4GN, BNN telah melakukan
pengembangan sub web BNN melalui layanan perpustakaan
online dan humas online. Sedangkan untuk menjaring kalangan
muda, BNN juga telah mengembangkan sub web Drugs Education
and Drugs Information (DEDI) dan Generasi Bebas Narkoba
(GENBENAR).
62
d. Pengembangan Data dan Informasi Bidang P4GN.
1) Survei Nasional Pencegahan dan Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia
Tahun 2012 (Kelompok Pekerja)
Guna mengetahui perkembangan permasalahan
narkoba di tanah air pada tahun 2012, BNN bekerjasama
dengan Puslitkes UI melaksanakan Survei Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia pada kelompok
pekerja dengan hasil antara lain:
a) Angka Prevalensi Menurut Jenis Kelamin
Survei pekerja tahun 2012 di 33 provinsi
melaporkan angka prevalensi penyalah-gunaan
Narkoba setahun terakhir 4,7%, juga lebih tinggi pada
laki-laki (5,4%) dibanding perempuan (3,6%).
b) Angka Prevalensi Menurut Sektor
Prevalensi penyalahguna Narkoba tertinggi
setahun terakhir pada pekerja disektor jasa
kemasyarakatan/ sosial sebesar 8,1% tahun 2012
menyusul sektor Kontruksi sebesar 5%. Adapun sektor
perdagangan/ rumah makan/akomodasi sebesar 4,6%.
Sedangkan pada industri pengolahan prevalensinya
4,0%.
Jenis Narkoba Dextro menjadi jenis Narkoba
favorit ditahun 2012, dengan angka Prevalensi sebesar
45,3%. Saat ini jenis dextro paling banyak diminati
pengguna Narkoba di sebagian besar provinsi karena
dapat dibeli bebas di apotik dengan harga yang relatif
terjangkau.
63
c) Pengetahuan Pekerja dan Paparan Pekerja terhadap
P4GN
Hampir 90% responden menyatakan pernah
mendengar Narkoba, tetapi hanya 70% yang
menyatakan tahu tentang Narkoba. Responden
mendengar Narkoba televisi, koran/ majalah, dan radio.
d) Peredaran Narkoba.
Angka mereka yang pernah ditawari Narkoba
memang masih relatif kecil, namun cenderung
meningkat hampir dua kali lipat, terutama ditawari oleh
teman/tetangga di luar lingkungan kerja atau rumah.
Tempat peredaran Narkoba yang disebut adalah
diskotik, pub, karaoke dan sekolah atau kampus.
e) Kebijakan Penanggulangan Narkoba di Kalangan
Pekerja
Sebagian besar perusahaan belum mempunyai
kebijakan khusus masalah Narkoba. Meskipun dasar
kebijakan program P4GN sudah digulirkan sejak tahun
2005 melalui Permenakertrans nomor: 11 tahun 2005
tentang peraturan penyelenggaraan pendidikan di
lingkungan kerja, tetapi belum dilaksanakan di semua
perusahaan dengan berbagai alasan, termasuk
menganggap kasus Narkoba pada pekerja masih
sedikit, dan upaya P4GN di perusahaan bukan prioritas
karena masih banyak kebutuhan lain.
f) Sangsi Perusahaan terhadap Pekerja Penyalah-guna
Narkoba
Dari hasil survei tahun 2012 menunjukkan kurang
dari 10% perusahaan mempunyai sangsi terhadap
pekerja yang menyalah-gunakan Narkoba. Bentuk
sangsi di setiap perusahaan berbeda-beda. Sebagian
besar perusahaan masih menerapkan sangsi
pemecatan terhadap penyalah-guna.
64
Grafik Angka Penyalahgunaan Narkoba Setahun terakhir Pada Kelompok Pekerja
Tahun 2009 dan 2012
2) Call Center, SMS Center BNN dan Website BNN.
a) Call Center dan SMS Center BNN
Sejak tahun 2008 Puslitdatin BNN telah
membangun dan mengembangkan Call Center BNN
dengan Nomor : 021-80880011 dan SMS Center BNN
dengan Nomor : 081-221-675-675 yaitu dalam rangka
memberikan dan menerima informasi dari masyarakat.
Sepanjang tahun 2012 tercatat sebanyak 3.474
jumlah penelepon yang masuk, dengan rincian sebagai
berikut :
(1) Rehabilitasi : 183 Telepon
(2) Berantas : 607 Telepon
(3) Cegah : 55 Telepon
(4) Humas : 3 Telepon
(5) Datin : 11 Telepon
(6) Informasi umum : 2.615 Telepon
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
Laki - laki (L) Perempuan (P) L+P
6.50%
3.00%
5.20%
5.90%
4.00%
5.10%
2009 2012
65
Untuk Call Center dan SMS Center infomasi yang
masuk mengalami peningkatan sebanyak 1.475
informasi atau sebesar 73,8% dari tahun sebelumnya,
yaitu dari 1.999 informasi pada tahun 2011 menjadi
3.474 informasi pada tahun 2012.
b) Website BNN.
Website BNN dengan
alamat www.bnn.go.id
dibangun dan
dikembangkan sejak
tahun 2003 adalah agar
masyarakat dapat
melihat dan
memberikan informasi
di Website BNN.
Informasi yang dapat
dilihat antara lain: berita
dalam bentuk video, info lelang pengadaan barang dan
jasa, agenda BNN, Kegiatan BNN, Berita Terkini,
Artikel, Tips, dll. Masyarakat dapat memberikan
informasi kepada BNN seputar informasi Narkoba
melalui suara masyarakat.
Jumlah data kegiatan yang diupload ke website BNN
tahun 2012 adalah sebagai berikut :
(1) Deputi Bidang Pencegahan : 9 Kegiatan
(2) Deputi Bidang Pemberdayaan
Masyarakat : 20 Kegiatan
(3) Deputi Hukum dan Kerjasama : 35 Kegiatan
(4) Puslitdatin : 8 Kegiatan
(5) UPT T & R BNN : 4 Kegiatan
66
Jumlah data yang masuk ke website BNN melalui suara
masyarakat tahun 2012 adalah sebagai berikut :
(1) Settama : 1.052 Informasi
(2) Pencegahan : 41 Informasi
(3) Pemberdayaan Masyarakat : 20 Informasi
(4) Rehabilitasi : 49 Informasi
(5) Hukum dan Kerjasama : 34 Informasi
(6) Puslitdatin : 29 Informasi
(7) Humas : 307 Informasi
Untuk informasi yang di upload ke website tahun 2012
adalah sebanyak 120 informasi, sedangkan informasi
yang masuk melalui suara masyarakat mengalami
peningkatan sebanyak 42 informasi atau 2,8% dari
tahun sebelumnya, yaitu dari 1.490 informasi tahun
2011 menjadi 1.532 informasi tahun 2012.
e. Pelayanan dibidang Terapi dan Rehabilitasi.
BNN melalui UPT Terapi dan Rehabilitasi melakukan
pelayanan terhadap residen sebanyak 1189 orang dengan rincian
404 orang residen lanjutan dari tahun 2011 dan 785 orang residen
yang masuk pada tahun 2012. Dari jumlah 1189 yang di
rehabilitasi pada tahun 2012, terdapat 430 orang residen yang
melanjutkan rehabilitasi pada bulan januari 2013. Sehingga jumlah
residen yang menyelesaikan rehabilitasi pada tahun 2012
sebanyak 759 orang dengan rincian complete program sejumlah
80,89% (614 Orang) dan premature program sejumlah 19,11%
(145 orang). Dari data tersebut diatas, rara-rata komulatif capaian
kinerja UPT Terapi & Rehabilitasi BNN sebesar 92.43% atau 463
orang.
67
BNN melalui UPT Terapi dan Rehabilitasi pada tahun 2012
telah melaksanakan kegiatan Laporan Penelitian dan
pengembangan pelayanan terpadu terapi dan rehabilitasi untuk
mengembangkan dan meningkatkan pelayanan terpadu terapi dan
rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba. Pada tahun 2012
Terdapat 8 (delapan) laporan pengkajian penelitian yang telah
dicapai 100 %. Pengkajian Penelitian ini terdiri dari 4 bidang yaitu
bidang medis dua (2) Penelitian, bidang sosial 2 (dua) penelitian,
bidang Psikologi 2 (dua) penelitian, dan bidang management 1
(satu) penelitian. Adapun judul penelitan adalah :
1) Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Pemilihan
Jenis dari Hasil Narkoba Jenis Narkoba dan Ditunjang dari
Hasil Electroencephalo Graph Pada Residen Penyalahguna
Narkoba di UPT Terapi & Rehabilitasi BNN Tahun 2012.
2) Hubungan Motivasi dengan Kinerja Dokter dan Perawat
dalam Pengisian Rekam Medis Lido Bogor di UPT Terapi &
Rehabilitasi BNN Tahun 2012.
3) Pengaruh Peran Keluarga Family Dialog Terhadap Tingkat
Motivasi Residen Entry Unit dalam Menjalani Program
Rehabilitasi di UPT Terapi & Rehabilitasi BNN Tahun 2012.
4) Nilai Religiusitas dan Makna Hidup Recovering Addict di UPT
Terapi adn Rehabilitasi BNN Lido Kab. Bogor.
5) Pengaruh Optimisme dan Harga Diri Terhadap Psychological
Well being Recovering Addict UPT Terapi & Rehabilitasi BNN
6) Dimensi Religiusitas dan Resilensi Pada Residen Narkoba di
UPT T&R BNN Lido.
7) Gambaran Status Depresi pada Pecandu Narkoba yang
Berada Dalam Pusat Rehabilitasi (12 Steps dan Terapheutic
Community di UPT T & R BNN Lido Bogor.
8) Efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah di UPT T&R BNN
Lido Kabupaten Bogor Tahun 2008 dan Tahun 2011.
68
BNN melalui UPT Terapi dan Rehabilitasi pada tahun 2012
telah melaksanakan kegiatan laporan data dan informasi rekam
jejak korban penyalahgunaan Narkoba tahun 2012 dengan data
sebagai berikut :
1) Data Residen Berdasarkan Jenis Kelamin
NO. BULAN JENIS KELAMIN
JUMLAH LAKI - LAKI PEREMPUAN
1. Januari 74 7 81 2. Februari 56 4 60 3. Maret 48 7 55 4. April 62 3 65 5. Mei 69 2 71 6. Juni 61 2 63 7. Juli 48 3 51 8. Agustus 43 2 45 9. September 68 4 72
10. Oktober 76 7 83 11. November 89 4 93 12. Desember 39 7 46
Jumlah 733 52 785
2) Data Residen Berdasarkan Usia
NO. BULAN USIA
JML <16 TH
16-20 TH
21-25 TH
26-30 TH
31-35 TH
36-40 TH
41-45 TH
>45 TH
1. Januari 3 8 15 27 17 9 1 1 81 2. Februari - 6 17 16 8 11 2 - 60
3. Maret - 5 14 12 17 6 2 - 56 4. April 1 6 16 13 17 5 5 2 65
5. Mei 1 10 11 23 16 8 2 - 71 6. Juni - 4 18 16 19 4 - 2 63
7. Juli 1 6 12 10 18 4 - - 51 8. Agustus - 7 8 12 12 5 1 - 45
9. September 4 8 15 20 19 3 3 - 72 10. Oktober 1 7 25 19 20 6 5 - 83
11. November - 13 26 19 24 9 2 - 93 12. Desember 3 8 7 11 6 5 6 - 46
Jumlah 14 88 184 198 193 75 29 5 786
3) Data Residen Berdasarkan Pendidikan
NO. BULAN PENDIDIKAN
JUMLAH SD SLTP SLTA D3 S1 S2
1. Januari 2 13 18 9 9 - 51
2. Februari 3 7 37 5 8 - 60 3. Maret 1 4 37 8 6 - 56
4. April 4 9 39 7 4 2 65 5. Mei 4 13 38 4 11 1 71
6. Juni 3 7 39 7 7 - 63 7. Juli 2 6 33 5 5 - 51
8. Agustus 1 7 25 9 2 1 45 9. September 4 6 44 7 11 - 72
10. Oktober 6 10 51 8 8 - 83 11. November 5 25 48 5 8 2 93
12. Desember 6 7 25 1 7 - 46 Jumlah 41 114 434 75 86 6 756
69
4) Data Residen Berdasarkan Pekerjaan
NO. BULAN
PEKERJAAN
PLJR MHS SWASTA/
WIRA-SWASTA
PNS POLRI TDK BE-
KERJA
PEJABAT PEME-
RINTAH JML
1. Januari 5 3 33 3 4 38 - 86
2. Februari 1 1 19 3 1 35 - 60
3. Maret 2 1 24 3 4 22 - 56
4. April 1 2 26 2 7 27 - 65
5. Mei 5 2 26 2 4 32 - 71
6. Juni 1 1 26 4 5 26 - 63
7. Juli 2 2 15 1 5 26 - 51
8. Agustus - 1 26 1 - 17 - 45
9. September 2 1 30 3 4 31 1 72
10. Oktober 1 2 31 3 3 43 - 83
11. November 5 2 37 2 4 43 - 93
12. Desember 1 1 17 1 3 23 46
Jumlah 26 19 310 28 44 363 1 791
5) Data Residen Berdasarkan Jenis Penyalah guna Zat
NO. BULAN
JENIS PENYALAH GUNA ZAT
JML OPIAT
METHAM-PETAMIN
THC MDMA BENZO-
DIAZEPAM KOKA-
IN
1. Januari 37 64 47 38 18 4 208
2. Februari 29 40 37 33 19 2 160
3. Maret 24 34 32 21 16 - 127
4. April 26 48 41 30 8 - 153
5. Mei 33 56 52 31 20 - 192
6. Juni 26 46 47 35 19 - 173
7. Juli 27 40 38 13 18 1 137
8. Agustus 24 35 30 21 11 5 126
9. September 25 63 46 35 21 5 195
10. Oktober 30 65 51 35 23 4 208
11. November 31 77 58 30 30 3 229
12. Desember 8 38 32 15 9 1 103
Jumlah 320 606 511 337 212 25 2011
g. Pelayanan dibidang Laboratorium Uji Narkoba
Pemeriksaaan Uji Narkotika, Psikotropika, Prekursor Dan
Bahan Aditif Lainnya adalah kegiatan rutin pengujian sampel
dalam rangka pembuktian barang bukti hasil pengungkapan kasus
penyalahgunaan dan pemberatasan Narkoba. Kegiatan
dilaksanakan di UPT Laboratorium Uji Narkoba mulai dari Januari
2012 sampai Desember 2012.
Selama tahun 2012, UPT Lab Uji Narkoba telah menguji
15.449 sampel untuk kepentingan pro justicia, selain melakukan
pengujian untuk kepentingan projusticia, UPT Lab Uji Narkoba juga
melaksanakan kegiatan dukungan pengujian terhadap 9.692
sampel rambut dan 5.793 sampel urine dalam kegiatan dukungan
terhadap pemberdayaan masyarakat.
70
Sebagai salah satu laboratorium rujukan pemeriksaan
Narkoba pro justicia, pada tahun 2012 ini UPT Laboratorium Uji
Narkoba BNN telah berhasil mendapatkan sertifikat akreditas ISO
SNI 17025:2008 sebagai laboratorium pengujian yang berstandar
internasional, sehingga hal ini semakin meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap mutu, prosedur kerja serta hasil pengujian
yang dilakukan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi mendukung kegiatan
pemberantasan peredaran gelap Narkoba, dilakukan juga kegiatan
profiling sampel narkotika. Melalui kegiatan ini dihasilkan profil-
profil sampel narkotika yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kesamaan barang bukti yang berhasil disita dalam
pengungkapan kegiatan peredaran gelap Narkoba.
Dalam upaya meningkatkan kepercayaan terhadap UPT
Laboratorium Uji Narkoba, aspek kemampuan dalam analisis
laboratorium, UPT Laboratorium Uji Narkoba merupakan salah
satu aspek yang perlu tetap ditingkatkan. Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam pengujian
sampel Narkoba adalah dengan melaksanakan pelatihan
peningkatan kemampuan analisis laboratorium “Optimalisasi
Metode Preparasi Sampel Narkotika/Spesimen [Liquid-Liquid
Extraction (LLE) dan Solid Phase Extraction (SPE)]” tanggal 5 s.d
6 November 2012.
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Analisis yang di bimbing oleh Prof Dr. Sudibyo Martono M.S., Apt.
71
B. HAMBATAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN
1. Hambatan
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
P4GN di tahun 2012 demi mewujudkan Indonesia Negeri Bebas
Narkoba, adalah sebagai berikut :
a. Belum optimalnya kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau
instansi terkait dalam melaksanakan program P4GN.
b. Dalam pelaksanaan penyelidikan sering ditemukan kendala
adanya ego sektoral, terkait dengan pertukaran informasi maupun
kerjasama dalam pelaksanaan pemutusan dan pengungkapan
sindikat jaringan Narkotika baik nasional maupun internasional.
c. Tidak adanya payung hukum dan kurang tersosialisasinya produk
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 untuk dijadikan
pedoman dan petunjuk pelaksanaan di lapangan.
d. Masih melekatnya stigma negatif bagi mantan pecandu di
masyarakat.
e. Masih terbatasnya sarana dan prasana dalam pelaksanaan
program P4GN.
f. Belum intensifnya SDM dalam melaksanakan P4GN.
2. Upaya yang Dilakukan
Adapun upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut di
atas adalah sebagai berikut :
a. Optimalisasi kerja sama dan koordinasi dengan dinas atau instansi
yang terkait dalam melaksanakan program P4GN.
b. Melakukan koordinasi instansi terkait untuk memudahkan
pelaksanaan penyidikan yang biasa dilakukan dengan MoU.
72
c. Bekerjasama dengan instansi lain untuk membuat Peraturan
Pemerintah sesuai amanat UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan mensosialisasikan peraturan-peraturan yang sudah
dibuat.
d. Memfasilitasi para mantan pecandu agar dapat mandiri, produktif,
dan berdayaguna bagi diri sendiri sehingga dapat mengurangi
stigma negatif yang melekat pada mantan pecandu.
e. Pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai dalam
melaksanakan program P4GN.
f. Intensifikasi SDM dalam melaksanakan program P4GN.
73
BAB IV
P E N U T U P
Buku Laporan Program dan Kegiatan P4GN TA 2012 ini diharapkan dapat
menjadi bentuk pertanggungjawaban BNN sebagai badan publik kepada
masyarakat tentang pemberian informasi kegiatan, khususnya P4GN secara jelas,
transparan, akuntabel dan Faktual. Selain itu, sebagai implementasi
mendokumentasikan seluruh kegiatan P4GN ke dalam sebuah media cetak yang
dapat dipelajari, dipahami dan dipedomani masyarakat tentang bahaya narkoba
dan upaya penanggulaangannya oleh BNN. Capaian Program dan Kegiatan yang
telah diraih, semoga tidak membuat kita puas hati dan menyerah dengan keadaan,
tetapi justru harus menambah optimis dan berkomitmen untuk terus bahu
membahu menciptakan masyarakat yang imun dari bahaya narkoba.
Buku Laporan Program dan Kegiatan P4GN TA 2012 ini juga diharapkan
meningkatkan mampu pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang
perkembangan bahaya narkoba dan pentingnya upaya P4GN sebagai upaya
seluruh anak bangsa untuk berkomitmen dan bersinerji secara komprehensif dan
terintegrasi dalam mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. Disadari
sepenuhnya, bahwa melakukan upaya P4GN tidaklah mudah, oleh karenanya
setiap komponen dan anak bangsa harus memiliki tanggung jawab dan komitmen
yang terus diinternalisasikan sejak dini dalam nilai-nilai luhur budaya bangsa
bahwa setiap pelanggarnya wajib dihukum dengan tegas dank eras, korbannya
dipulihkan dan masyarakat dalam individu dan keluarganya terus ditingkatkan
imunitas terhadap segala bentuk menyalahgunakan dan mengedarkan gelap
narkoba.
74
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih atas semua upaya mencapai dan
terus mencapai P4GN. Semoga laporan tahunan ini memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemajuan upaya P4GN di masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2013
Kepala Badan Narkotika Nasional
TTD
Anang Iskandar