HUBUNGAN SMARTPHONE ADDICTION DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA SISWA/SISWI PENGGUNA SMARTPHONE DI
SMA N 105 JAKARTA
OLEH :
DINAR MARGIA TANAYA
802013171
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
1
PENDAHULUAN
Prokrastinasi dapat terjadi pada setiap bidang kehidupan, salah satunya pada bidang
pendidikan. Prokrastinasi yang dilakukan pada bidang pendidikan dinamakan prokrastinasi
akademik dan banyak dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa. Djamarah (2002) mengatakan
bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal baik pelajar maupun mahasiswa,
tidak akan terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Tugas-tugas tersebut sangat
penting untuk dikerjakan bagi siswa dan siswi di sekolah. Menurut Xu & Yuan (2003) sebagian
besar siswa sekolah menengah mengerjakan tugas setiap malam, dan orang tua serta guru
meyakini bahwa mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah memiliki peran penting dalam proses
belajar, prestasi, dan pengembangan keterampilan. Apabila pelajar tidak mengerjakan tugas,
maka akan berpengaruh pada nilai yang diperoleh atau bahkan dapat menyebabkan tidak naik
kelas. Namun, menunda-nunda mengerjakan tugas masih tetap dilakukan oleh pelajar.
Menghindar dari tugas, menjanjikan untuk mengerjakan nanti, menggunakan berbagai alasan
untuk membenarkan penundaan tersebut serta mencegah dirinya disalahkan oleh orang lain
merupakan tanda bahwa seseorang melakukan prokrastinasi akademik (Knaus, 2010).
Menurut Frings (2003) seseorang melakukan prokrastinasi karena tidak ingin
melakukannya, tugas yang diberikan terlalu berat, dan tugas tidak berada pada prioritas yang
harus dikerjakan. Penudaan tugas juga terjadi karena mengerjakan tugas butuh usaha yang
banyak dan menimbulkan kecemasan bahkan tugas dinilai sebagai tugas yang tidak
menyenangkan (Scher & Osterman, 2003). Beberapa penelitian tentang pelajar yang
melakukan prokrastinasi menemukan bahwa prokrastinasi menyebabkan stres, bahkan
menimbulkan perasaan cemas dan bersalah (Ferrari, Johnson, & Mccown 1995). Prokrastinasi
dinilai memberikan pengaruh negatif dalam fungsi akademik (Klassen dkk, 2009).
2
Prokrastinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor psikologis, seperti efikasi diri
(Seo, 2008; Wolters, 2003), regulasi diri (Senécal & Koestner, 2012), perfeksionisme
(Onwuegbuzie, 2000), motivasi (Lee, 2005) dan fail of failure (Elliott & Thrash, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Klassen & Kuzucu (2009) mengatakan bahwa mereka yang
menunda mengerjakan tugas, menghabiskan waktunya dengan media elektronik, seperti
menonton televisi, mengirim e-mail, online media sosial dan bermain game di komputer.
Penggunaan media merupakan salah satu faktor yang juga dapat menyebabkan seseorang
melakukan prokrastinasi. Media tersebut diawali dengan komputer, namun saat ini bergeser
pada penggunaan ponsel, terutama smartphone (Underwood, dkk., 2012; Valkenburg & Peter,
2011, dalam Santrock, 2014). Penggunaan smartthone sebagai ponsel pintar menjadi
perbedaan pada ponsel biasa, hal ini dikarenakan bahwa pada smartphone terdapat varian dan
keunggulan dalam sistem operasional (Gary, Thomas & Misty, 2007). Dalam sebuah
smartphone terdapat banyak penggunaan dan para pengguna smartphone memfungsikan alat
tersebut dengan berbagai tujuan positif, seperti daily life, mencari berbagai informasi maupun
pengalihan stres untuk berkomunikasi dan bermain game (Salehan & Neghaban, 2015).
Menurut survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet
Indonesia pada tahun 2016, sebanyak 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet.
Hal tersebut mengindikasikan kenaikan jumlah pengguna internet dibandingkan hasil survey
pada 2014 lalu. Data survei juga mengungkap bahwa rata-rata pengakses internet di Indonesia
menggunakan perangkat genggam, yaitu sebanyak 63,1 juta orang mengakses internet dari
smartphone. Survey yang dilakukan RapidValue Solution pada tahun 2014 menyatakan bahwa
Indonesia berada di peringkat pertama daftar pengguna smartphone terbesar di Asia Tenggara
dengan jumlah pengguna mencapai 57,5 juta. Bahkan sejumlah 72% remaja atau anak sekolah
di Indonesia adalah pengguna smartphone (RapidValue Solution, 2014).
3
Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan smartphone berkaitan
dengan kerugian yang didapatkan, terutama bagi remaja (Attamimi, 2011). Semakin sering
individu menggunakan smartphone, semakin mereka menjadi ketergantungan pada
smartphone (Hong, Chiu & Huang, 2012). Bahkan adanya smartphone juga memiliki efek baru
pada perilaku penggunanya (Bian & Leung, 2014). Kemunculan smartphone membuat banyak
kalangan remaja lebih asik dan sibuk dengan fitur yang terdapat pada alat tersebut, mereka jauh
lebih menyukai interaksi via jejaring sosial media, daripada bertatap muka langsung. Gejala
perilaku tersebut yaitu seseorang jauh lebih peka pada sesuatu yang terjadi dengan smartphone
yang dibawa daripada lingkungan sekitarnya, yang kemudian hal tersebut akan menjadi sebuah
masalah bagi penggunanya (Salehan & Neghaban, 2013). Perilaku baru tersebut apabila tidak
dapat terkontrol dan terkendali akan menjadikan individu tersebut menjadi addict terhadap
smartphone, atau yang disebut dengan smartphone addiction. Smartphone addiction
merupakan sebuah perilaku adiksi, hilangnya kontrol diri karena keasyikan dan terobsesi yang
berlebih dengan penggunaan smartphone (Kim, Kim, Kim, Ju, Choi & Yu, 2015). Individu
dengan kecanduan smartphone dilihat tidak pernah lepas dari gadget atau smartphonenya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mozes (2014), menemukan bahwa remaja memeriksa
ponselnya setiap 60 kali sehari. Sebuah perusahaan periklanan mobile bernama Flurry
mengeluarkan jumlah laporan mengenai jumlah pecandu smartphone saat ini. Dalam
laporannya, Flurry mematok bahwa mobile addict atau smarhone addiction adalah orang yang
membuka aplikasi pada smartphone mereka sebanyak lebih dari 60 kali. Dari 1,4 miliar
pengguna smartphone yang diteliti, 176 juta orang diantaranya kecanduan smartphone. Survey
yang juga dilakukan oleh SecurEnvoy menemukan seberapa besar ketergantungan orang-orang
pada ponselnya. Usia muda, yaitu 18-24 tahun merupakan kelompok usia yang paling
kecanduan terhadap ponsel mereka. Sebanyak 77% dari mereka mengaku tidak bisa jauh-jauh
dari ponselnya lebih dari satu menit. Dilansir dari www.nytimes.com, menurut Nancy Colier
4
seorang psikoterapis, sebagian besar orang memeriksa smartphone mereka sebanyak 150 kali
setiap harinya atau setiap enam menit.
Penelitian mengenai academic stress dengan smartphone addiction pada mahasiswa
pengguna smartphone mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedua
variabel (Karuniawan & Cahyanti, 2013; Samaha & Nawi, 2016). Ketika pelajar menggunakan
smartphone sebagai coping stress karena stres akademik yang dialaminya, akan dapat
menimbulkan penggunaan smartphone secara berlebihan dan tidak terkontrol. Pelajar yang
menghabiskan waktu belajarnya untuk menggunakan smartphone dengan pemakaian yang
berlebihan menyebabkan pelajar menjadi malas untuk mengerjakan pekerjaan sekolah yang
harus diselesaikan. Hal tersebut menjadi penyebab pelajar menunda pekerjaan atau tugas yang
harus diselesaikannya.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, timbul perilaku menunda-nunda dalam
mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik di SMA Negeri 105 Jakarta. Ketika tiba
waktu harus mengumpulkan tugas, beberapa pelajar datang ke sekolah lebih awal untuk
mengerjakan tugas yang diberikan dengan mencontek pekerjaan temannya. Jauh sebelum
waktu deadline pengumpulan tugas, mereka justru lebih tertarik untuk melakukan aktifitas lain
yang lebih menyenangkan dengan smartphone yang mereka punya, baik itu bermain games,
mengecek media sosial, chatting, browsing, dan lain sebagainya. Jadi, waktu yang seharusnya
digunakan untuk mengerjakan tugas justru digunakan untuk menggunakan smartphone.
Perilaku tersebut menunjukkan bahwa individu kurang dapat mengontrol dan mengendalikan
diri dalam penggunaan smartphone.
5
Prokrastinasi Akademik
Tuckman (1990) menjelaskan mengenai tiga aspek prokrastinasi yaitu: (1) tendency to
delay or put off doing things / membuang waktu. Merupakan kecenderungan untuk membuang
waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu diprioritaskan demi melakukan hal-
hal lain yang tidak penting. (2) tendency to have difficulty doing unpleasant thungs and when
possible to avoid or circumvent the unpleasantness / kesulitan dan penghindaran dalam
melakukan sesuatu yang tidak disukai. Merupakan kecenderungan untuk merasa berkeberatan
mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus dikerjakannya tersebut atau
jika memungkinkan akan mengindari hal-hal yang dianggap mendatangkan perasaan tidak
menyenangkan. (3) tendency to blame others for one’s own plight / menyalahkan orang lain.
Merupakan kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain atas penderitaan yang dialami diri
sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditundanya. Aspek-aspek prokrastinasi akademik
tersebut yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Menurut Bernard (1991) faktor-faktor penyebab perilaku prokrastinasi ada sepuluh
yaitu kecemasan, depresi diri, marah terhadap orang lain, stres dan kelelahan, kesulitan untuk
menolak permintaan orang lain, ketidakmampuan mengatur waktu, lingkungan yang tidak
terorganisasi dengan baik, mempunyai toleransi akan stres yang rendah, kurangnya
pengetahuan akan tugas, dan kecenderungan untuk mencari kenyamanan.
6
Smartphone Addiction
Menurut Williams & Sawyer (2011), smartphone adalah ponsel dengan mikroprosesor,
memori, layar dan modem bawaan. Smartphone merupakan ponsel multimedia yang
menggabungkan fungsionalitas PC dan handset sehingga menghasilkan gadget yang mewah,
dimana terdapat pesan teks, kamera, pemutar musik, video, game, akses e-mail, tv digital,
search engine, pengelola informasi pribadi, fitur GPS, jasa telepon internet dan bahkan terdapat
telepon yang juga berfungsi sebagai kartu kredit. Gary, Thomas & Misty (2007) menyebutkan
bahwa smartphone (gadget) adalah telepon yang bisa dipakai untuk mengakses internet dan
biasanya menyediakan fungsi Personal Digital Assistant (PDA), seperti fungsi kalender, buku
agenda, buku alamat, dan kalkulator. Jadi, suatu ponsel dapat dikategorikan sebagai
smartphone bila dapat berjalan pada perangkat lunak operating system yang lengkap
(Mabruroh & Dihan, 2015). Smartphone memiliki definisi yang beragam, meski ada kesamaan
yang menjadi acuan yaitu gadget yang bersifat multi fungsi karena dukungan berbagai aplikasi
software.
Kecanduan atau addictions memiliki beberapa karakteristik yaitu adanya toleransi
(meningkatkan penggunaan sesuai dengan yang diinginkan), penarikan diri, terus menerus
menggunakan meskipun tahu bahwa berdampak negatif, kehilangan kontrol, adanya upaya
untuk mengurangi namun seringkali tidak berhasil, dan mengurangi keterlibatannya dalam
kegiatan sosial (DSM-5, 2013).
Kwon, Kim, Cho & Yang (2013) menyebutkan bahwa istilah smartphone addictions
adalah sebagai perilaku keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone memungkinkan
menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri dan kesulitan dalam performa aktivitas
sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri seseorang. Perilaku dapat
7
dikatakan sebagai perilaku kecanduan apabila seseorang tidak dapat mengontrol keinginannya
dan menyebabkan dampak negatif pada diri individu yang bersangkutan (Yuwanto, 2013).
Sebenarnya orang-orang tidak mengalami kecanduan terhadap smartphone, tetapi pada
informasi, hiburan, koneksi hubungan personal dan juga internet yang ada didalam smartphone
(Emanuel dkk, 2015). Internet didalam smartphone inilah yang dapat membuat seseorang
mengalami kecanduan pada smartphone. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan
berkaitan dengan perkembangan skala smartphone addiction, kecanduan smartphone memiliki
simtom yaitu antara lain craving, withdrawal, tolerance, daily-life disturbance, dan preference
of cyberspace-oriented relationship (Kwon, Kim, Cho & Yang, 2013).
8
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan gambaran yang sudah dipaparkan diatas,
diketahui bahwa seseorang yang mengalami smartphone addiction dapat menjadi salah satu
yang memengaruhi individu melakukan perilaku menunda-nunda dalam hal ini yaitu menunda
tugas yang diberikan dari sekolah. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
terdapat suatu hubungan positif antara smartphone addiction dengan prokrastinasi akademik
pada siswa dan siswi di SMA N 105 Jakarta. Semakin tinggi smartphone addiction yang
dimiliki, maka perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan akan meningkat. Begitu pula
sebaliknya.
9
METODE PENELITIAN
Partisipan
Peneliti memilih untuk menggunakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa dan siswi di SMA N 105 Jakarta kelas X yang berjumlah 210 orang.
Berdasarkan populasi tersebut, penulis mengambil sampel dalam jumlah penelitian yaitu 131
orang dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2012). Teknik penentuan sampel penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan melihat karakteristik tertentu yakni
sebagai berikut:
1. Siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta kelas X
2. Siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta pengguna smartphone
Penelitian dilakukan di SMA N 105 Jakarta pada tanggal 15-18 Mei 2017. Cara
pengambilan data dalam penelitian ini yakni peneliti membagikan skala psikologi kepada 137
siswa dan siswi kelas X SMA N 105 Jakarta pada saat pelajaran bimbingan konseling
berlangsung. Peneliti meminta bantuan dan melakukan koordinasi bersama guru bimbingan
konseling SMA N 105 Jakarta terlebih dahulu. Responden yang diambil dalam penelitian ini
yaitu 137 orang meliputi kelas X IIS A, X MIA C, X IIS C, dan X IIS B.
10
Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yang terdiri dari
skala smartphone addiction yaitu Smartphone Addiction Scale (SAS) yang diadaptasi dari
Kwon, Kim, Cho & Yang (2013) dengan skor reliabilitas 0,91 dan 0,81 (Demirci, 2014). Skala
ini terdiri dari 33 aitem dengan tujuh subskala yaitu, daily-life disturbance and tolerance
(Rencana untuk mengerjakan tugas tidak dapat dilakukan akibat menggunakan smartphone),
withdrawal symptomps (Tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan daripada menggunakan
smartphone), positive anticipation (Merasa tenang dan nyaman ketika menggunakan
smartphone), cyberspace-oriented relationship (Merasa bahwa hubungan dengan teman-teman
melalui smartphone lebih akrab), overuse (Tidak akan berhenti menggunakan smartphone
walaupun setiap hari merasa sangat terganggu karenanya), social network dependence (Secara
terus-menerus memeriksa smartphone supaya tetap memiliki obrolan dengan orang lain di
media sosial), dan physical symptomps (Mengalami pusing di kepala atau penglihatan kabur
akibat penggunaan smartphone yang berlebihan). Skor reliabilitas skala smartphone addiction
dalam penelitian ini yaitu 0,92. Setelah dilakukan dua kali putaran, tersisa 27 aitem dengan
aitem yang gugur sebanyak 6 aitem.
Sedangkan untuk skala prokrastinasi akademik merupakan skala Likert yang diadaptasi
dari skala prokrastinasi dan dikembangkan oleh Tuckman (1990). Skala ini terdiri dari 35 aitem
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,9 (Tuckman, 1990) dan terdiri dari tiga subskala, yaitu
tendency to delay or put off doing things (Saya menunda menyelesaikan tugas yang tidak saya
suka), task avoidance (Saya menunda dalam membuat keputusan yang sulit), dan blaming
others (Kesulitan yang saya alami disebabkan karena orang lain). Skor reliabilitas skala
prokrastinasi akademik dalam penelitian ini yaitu 0,87. Dilakukan tiga kali putaran dengan
aitem yang terpakai sebanyak 20 aitem dan aitem yang gugur sebanyak 15 aitem. Responden
11
memiliki lima pilihan jawaban dalam mengisi skala yaitu SS = Sangat sesuai, S = Sesuai, TS
= Tidak sesuai, dan STS = Sangat tidak sesuai.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diolah dengan menggunakan teknik
statistik. Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel adalah
korelasi Spearman. Analisis data akan dilakukan dengan bantuan program khusus komputer
statistik yaitu SPSS seri 16.0 for windows.
12
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Berikut merupakan hasil perhitungan dari nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan
standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala prokrastinasi akademik dan smartphone
addiction:
Tabel 1. Deskriptif Statistika
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
PROKRASTINASI 137 49.61 7.812 26 70
SMARTPHONE
ADDICTION 137 68.6642 12.23981 35.00 104.00
Berdasarkan tabel, hasil perhitungan pada skala smartphone addiction yang diperoleh
skor paling rendah adalah 35, skor paling tinggi adalah 104 dengan rata-rata 68,6642 dan
standar deviasi 12,23981. Begitu juga dengan skala prokrastinasi akademik, skor yang paling
rendah adalah 26, skor paling tinggi yaitu 70, nilai rata-rata yang didapat yaitu 49,61 dan
standar deviasi 7,812.
Hasil analisis deskriptif data yang diperoleh, dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi
dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori. Analisis deskriptif data
diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
13
Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Skala Smartphone Addiction
Kriteria Skor Prokrastinasi Akademik
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
deviasi
1. 61 ≤ x ≤80 Tinggi 17 12,4 %
49,61
7,81 2. 41 ≤ x <60 Sedang 105 76,6 %
3. 20 ≤ x <40 Rendah 15 11 %
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek (76,6%)
memiliki prokrastinasi akademik dalam kategori sedang, 12,4% berada pada kategori tinggi,
dan 11% berada pada kategori rendah.
Tabel 3. Kategorisasi Pengukuran Prokrastinasi Akademik
Kriteria Skor Smartphone Addiction
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
deviasi
1. 82 ≤ x ≤108 Tinggi 23 16,8 %
68,66
12,24 2. 55 ≤ x <81 Sedang 102 74,4 %
3. 27 ≤ x <54 Rendah 12 8,8 %
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek (74,4%) memiliki tingkat
smartphone addiction pada kategori sedang, 16,8% berada pada kategori tinggi, dan 8,8%
berada pada kategori rendah.
Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov.
Data berdistribusi normal apabila nilai signifikansi (p > 0,05) melalui hasil analisa
menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:
14
Tabel 4. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PROKRASTINASI
SMARTPHONE
ADDICTION
N 137 137
Normal
Parametersa
Mean 49.61 68.6642
Std. Deviation 7.812 12.23981
Most Extreme
Differences
Absolute .064 .055
Positive .064 .055
Negative -.053 -.047
Kolmogorov-Smirnov Z .751 .650
Asymp. Sig. (2-tailed) .625 .793
a. Test distribution is Normal.
Hasil dari perhitungan uji kolmogorov-smirnov Z pada variabel prokrastinasi
akademik diperoleh hasil skor sebesar 0,751 dengan nilai Sig. n = 0,625 (p > 0,05).
Sedangkan pada skor smartphone addiction besar nilai K-S-Z yaitu 0,650 dengan nilai
Sig. n = 0,793 (p > 0,05). Dengan demikian, maka artinya kedua variabel berdistribusi
normal.
b. Uji Linieritas
Pengujian linieritas diperlukan untuk mengetahui apakah dua variabel yang
sudah ditetapkan, memiliki hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Kedua
variabel dapat dikatakan linier apabila memiliki nilai signifikansi (p > 0,05). Pengujian
liniertias kedua variabel tertera pada tabel sebagai berikut:
15
Tabel 5. Uji Linieritas
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, tabel diatas menunjukkan bahwa
hubungan prokrastinasi prokrastinasi akademik dan smartphone addiction adalah linear. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil uji linieritas yang memperoleh F beda = 1,072 dan nilai
signifikansi sebesar 0,384 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan smartphone addiction menunjukkan garis yang sejajar atau
linear.
ANOVA Table
Sum of
Square
s df
Mean
Square F Sig.
PROKRASTINA
SI *
SMARTPHONE
ADDICTION
Between
Groups
(Combined) 3792.0
98 51 74.355 1.402 .084
Linearity 950.29
3 1 950.293 17.917 .000
Deviation
from
Linearity
2841.8
04 50 56.836 1.072 .384
Within Groups 4508.3
99 85 53.040
Total 8300.4
96
13
6
16
Uji Korelasi
Perhitungan korelasi dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan
linieritas. Dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 6. Korelasi Smartphone Addiction dengan
Prokrastinasi Akademik
Correlations
PROKRASTINASI
SMARTPHONE
ADDICTION
PROKRASTINASI Pearson
Correlation 1 .338**
Sig. (2-tailed) .000
N 137 137
SMARTPHONEADDI
CTION
Pearson
Correlation .338** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 137 137
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi antara prokrastinasi akademik smartphone
addiction dengan, didapatkan r = 0,338 dengan sig = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan adanya hubungan korelasi positif antara prokrastinasi akademik dengan
smartphone addiction pada siswa dan siswi pengguna smartphone di SMA N 105 Jakarta.
17
Tabel 6. Data Pelengkap
Tipe smarpthone Kepemilikan smartphone
Android Ios Milik sendiri Milik orangtua Berbagi dgn
saudara
Tidak memiliki
smartphone
116 19 129 1 4 1
Penggunaan smartphone
Game Internet Media
sosial
Musik Berita SMS, BBM,
WA
Internet
TV
Telp Blog
96 127 122 118 89 101 77 21 8
Penggunaan internet pada smartphone Berhubungan
dgn teman
dan mencari
hiburan
Mengirim
Mencari
tugas
sekolah
Bermain
game
online
Membaca
berita
hiburan
Mencari
jurnal
penelitian
Membaca
berita lokal,
nasional dan
internasional
Bernavigasi Membeli
sesuatu
Melakukan
sesuatu yg lain
126 95 125 69 102 26 68 34 66 42
Media social member
Facebook Twitter BBM Whatsapp Skype Instagram Line Snapchat Ask fm Path Youtube
74 50 26 101 14 117 83 9 2 3 7
Tempat menggunakan smartphone Tempat yang paling sering digunakan di rumah
Sekolah Rumah Cafe/rumah
makan
Rumah
teman
Kamar
tamu
Kamar
tidur
Ruang
makan
Ruang keluarga /
tv
80 120 27 115 33 116 15 15
Waktu menggunakan smartphone Lama menggunakan smartphone per hari
Setiap hari Beberapa
kali
seminggu
Seminggu
sekali
Sebulan
sekali
< 2 jam
2-5 jam
> 5 jam
130 4 1 2 6 23 71
Jenis kelamin Usia Perangkat smartphone
Laki-laki Perempuan 15 thn 16 thn 17 thn Ponsel Tablet Ipod
49 88 52 82 3 129 10 1
18
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan antara smartphone addiction dengan
prokrastinasi akademik pada siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta bahwa diperoleh hasil r =
0,338 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti hasil tersebut menunjukkan adanya
hubungan positif yang signifikan antara smartphone addiction dengan prokrastinasi akademik
pada siswa dan siswi di SMA N 105 Jakarta. Kedua variabel memiliki hubungan positif yang
menunjukkan keduanya searah, artinya semakin tinggi tingkat smartphone addiction maka
semakin tinggi pula prokrastinasi akademik yang dilakukan pada siswa dan siswi SMA N 105
Jakarta, dan sebaliknya semakin rendah tingkat smartphone addiction maka semakin rendah
pula prokrastinasi akademik yang dilakukan pada siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian sesuai dengan hasil penelitian bahwa ada
hubungan positif antara smartphone addiction dengan prokrastinasi akademik pada siswa dan
siswi SMA N 105 Jakarta. Diterimanya hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa
smartphone addiction dapat digunakan untuk memprediksi prokrastinasi akademik pada siswa
dan siswi di SMA N 105 Jakarta.
Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian yang sudah dilakukan oleh Lee, Cho, Kim,
& Noh (2015) bahwa pelajar yang mengalami smartphone addiction terus-menerus
terganggu oleh aplikasi lain di dalam smartphone ketika belajar dan tidak memiliki kontrol
yang baik pada smartphone terhadap rencana belajar mereka. Ketika seseorang mengalami
kecanduan terhadap smartphone, hal itu membuatnya merasa keasyikan sehingga mengabaikan
pekerjaan atau tugas lain. Semakin dekat sebuah ponsel dengan pemiliknya, maka kemampuan
pemiliknya untuk fokus dan mengerjakan sebuah tugas akan semakin berkurang (Ward, Duke,
Gneezy & Bos, 2017) sehingga smartphone dilihat membawa hasil negatif dalam
perkembangan prestasi akademik pelajar (Kibona & Mgaya, 2015).
19
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa prokrastinasi memiliki tiga aspek
penting (Tuckman, 1990) salah satunya yaitu membuang waktu secara sia-sia dalam
menyelesaikan tugas yang perlu diprioritaskan demi melakukan hal yang tidak penting. Dari
data yang sudah didapatkan, sebanyak 122 siswa dan siswi menggunakan smartphone untuk
media sosial dan 96 siswa siswi menggunakan smartphone untuk bermain game. Jejaring sosial
merupakan salah satu hal yang berhubungan dengan smartphone addiction (Severin, Castro,
Kwon, Filler, Kowatsch & Schaub, 2015). Dapat dikatakan bahwa jejaring sosial merupakan
prediktor yang lebih kuat daripada bermain game pada seseorang yang kecanduan smartphone
(Jeong, Kim, Yum & Hwang, 2016) karena situs media sosial menarik bagi remaja sebagai
sarana untuk membangun identitas sosial (Oberst, Renau, Chamarro & Carbonell, 2016)
sehingga menggunakan media sosial lebih menarik untuk dilakukan daripada menyelesaikan
tugas.
Menggunakan internet pada smartphone paling banyak dilakukan yaitu berjumlah 127
siswa dan siswi. Sebanyak 126 siswa dan siswi menggunakan internet untuk berhubungan
dengan teman dan mencari hiburan, serta 125 siswa siswi menggunakan internet untuk mencari
tugas sekolah. Penggunaan internet untuk mengerjakan tugas sekolah dilakukan oleh siswa dan
siswi SMA N 105 Jakarta, namun disisi lain penggunaan internet juga dilakukan untuk
berhubungan dengan teman dan mencari hiburan sehingga penundaan dalam mengerjakan
tugas dilakukan individu sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi yang dipersepsikan penuh stres (Burka & Yuen, 2008) atau untuk menghindari
emosi yang bersifat negatif yaitu awkwardness (kecanggungan), kebosanan, dan kecemasan
(Kaminski, 2015) karena individu cenderung berkeberatan mengerjakan hal-hal yang tidak
disukai dalam tugas yang harus dikerjakannya dan jika memungkinkan menghindari hal-hal
yang dianggap mendatangkan perasaan tidak menyenangkan dengan mencari hiburan
menggunakan smartphone.
20
Hampir seluruh siswa dan siswi yang berjumlah 130 orang menggunakan smartphone
setiap hari. Sebanyak 71 siswa dan siswi menggunakan smartphone lebih dari lima jam. Salah
satu simtom yang dimiliki seseorang apabila mengalami smartphone addiction yaitu adalah
tolerance (DSM-5, 2013; Kwon, Kim, Cho & Yang, 2013). Individu cenderung meningkatkan
penggunaan smartphone sesuai yang diinginkan.
Dari hasil analisis deskriptif yang sudah didapatkan, siswa dan siswi SMA N 105
Jakarta memiliki tingkat smartphone addiction yang tergolong sedang 74,4% dan prokrastinasi
akademik 76,6% juga berada pada kategori sedang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa smartphone addiction memberikan kontribusi sebesar 11,4% untuk melakukan
prokrastinasi akademik pada siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta, sedangkan 88,6% lainnya
berasal dari faktor lain diluar smartphone addiction. Faktor lain tersebut yaitu beberapa faktor
psikologis, seperti efikasi diri (Seo, 2008; Wolters, 2003), regulasi diri (Senécal & Koestner,
2012), perfeksionisme (Onwuegbuzie, 2000), motivasi (Lee, 2005) dan fail of failure (Elliott
& Thrash, 2004).
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Adanya hubungan positif antara smartphone addiction dengan prokrastinasi akademik
pada siswa/siswi pengguna smartphone di SMA N 105 Jakarta. Semakin tinggi tingkat
smartphone addiction yang dimiliki, semakin tinggi pula prokrastinasi akademik yang
dilakukan, begitu pula sebaliknya.
2. Smartphone addiction memberikan kontribusi terhadap prokrastinasi akademik sebesar
11,4%, sedangkan 88,6% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Sebagian besar siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta dalam penelitian ini memiliki skor
smartphone addiction yang berada pada kategori sedang (76,6%) dan sebagian besar
siswa dan siswi SMA N 105 Jakarta dalam penelitian ini memiliki tingkat prokrastinasi
akademik yang berada pada kategori sedang (74,4%).
Saran
Dengan melihat hasil penelitian dan kesimpulan yang sudah dipaparkan diatas, maka
peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, apabila tertarik ingin meneliti topik yang sama, disarankan
melakukan koordinasi dengan baik mengenai waktu pengambilan data dengan pihak
lembaga sekolah agar sesuai dengan karakteristik siswa dan siswi yang dijadikan
responden penelitian.
2. Bagi siswa dan siswi, diharapkan dapat menghindari prokrastinasi akademik dengan
menyadari tanda-tanda dari perilaku prokrastinasi akademik (seperti melakukan hal lain
yang lebih menyenangkan dan cenderung menghindar dalam melakukan sesuatu yang
22
tidak disukai) sehingga dengan menyadari hal tersebut siswa dan siswi dapat terhindar
dari prokrastinasi akademik. Selain itu, siswa dan siswi diharapkan dapat membagi
waktu dengan membuat skala prioritas kegiatan atau jadwal kegiatan sehari-hari agar
setiap kegiatan yang dilakukan memiliki porsinya masing-masing sesuai dengan
penting atau tidaknya kegiatan tersebut.
3. Bagi orangtua, dari hasil penelitian memberikan pemahaman tentang hubungan
smartphone addiction dengan prokrastinasi akademik sehingga diharapkan orangtua
dapat memberikan kontrol dengan batas-batas tertentu kepada anak dalam
menggunakan smartphone, agar anak dapat memiliki tanggung jawab pada tugas
sekolah yang harus mereka kerjakan.
23
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental
disorders (DSM-5®). American Psychiatric Pub.
Asosiasi Penyelanggara Jasa Internet Indonesia. (2016). Penetrasi & Perilaku Pengguna
Internet Indonesia. Diakses Februari 3, 2017 dari https://apjii.or.id
Attamimi, A. (2011). The reasons for the prevalence of Blackberry cellphones and the resulting
educational effects from the perspective of secondary school students in Abo-Dhabi.
Conference on the negative effects of cellphones on secondary school students. UAE,
105-130.
Bernard, M. E. (1991). Procrastinate Later: How to Motivate Yourself to Do It Now.
Melbourne: Schwartz & Wilkinson.
Bian, M. & Leung, L. (2014). Smartphone addiction: linking loneliness, shyness, symptoms
and patterns of use to social capital. Media Asia, 2, 159-176.
Brody, Jane E. (2017). Hooked on our smartphones. Diakses Juli, 15 2017 dari
https://www.nytimes.com/2017/01/09/well/live/hooked-on-our-smartphones.html
Burka, J., B. & Yuen, L., M. (2008). Procrastination: Why You Do It, What To Do About It
Now. Reading, MA: Addison-Wesley.
Demirci, K., Orhan H., Demirdas, A., Akpinar, A., & Sert, H. (2014). Validity and reliability
of the turkish version of the smartphone addiction scale in a younger population. Bulletin
of Clinical Psychopharmacology, 3, 226-34. doi: 10.5455/bcp.20140710040824
Djamarah, S. B. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Elliott, A. J., & Thrash, T. M. (2004). Approach-avoidance motivation in personality: approach
in avoidance temperaments and goals. Journal of Personality and Social Psychology, 73,
171-185.
Emanuel, R., Bell, R., Cotton, C., Craig, J., Drummond, D., Gibson, S., ... & Lewis, J. (2015).
The truth about smartphone addiction. College Student Journal, 49, 291-299.
Ferrari, J. R. Johnson, J. L. & Mc Cown, W. G. (1995). Procrastination and task Avoidance,
Theory, Research and Treatment. New York: Plenum Press.
Frings, C. S., (2003). Addressing the problem of controlling procrastination. Medical
Laboratory Research, 2, 38.
Gary B. S., Thomas J. C., & Misty E. V. (2007). Discovering Computers : Fundamentals, 3rd.
(Terjemahan). Jakarta: Salemba Infotek.
Hong, F., Chiu, S. & Huang, D. (2012). A model of the relationship between psychological
characteristics, mobile phone addiction and use of mobile phones by taiwanese university
female students. Computers in Human Behavior, 28, 2152-2159.
http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2012.06.020.
Jeong, S., Kim, H., Yum, J. & Hwang, J. (2016). What type of content are smartphone users
addicted to?: sns vs. games. Computers in Human Behavior, 54, 10-17.
24
Kaminski, M. (2015). Why Can’t I Stop Procrastinating?. Diakses September, 27 2016 dari
http://www.choices.scholastic.com
Karuniawan, A. & Cahyanti, I. Y. (2013). Hubungan antara academic stress dengan
smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental, 1, 16-21.
Khalaf, S. (2014). The Rise of the Mobile Addict. Diakses Juli 3, 2017 dari
http://flurrymobile.tumblr.com/post/115191945655/the-rise-of-the-mobile-addict
Kibona L. & Mgaya, G. (2015). Smartphone’s effects on academic performance of higher
learning students. Journal of Multidisciplinary Engineering Science and Technology, 4,
777-784.
Kim, M., Kim, H., Kim, K., Ju, S., Choi, J., & Yu, M. (2015). Smartphone addiction: (focused
depression, aggression and impulsion) among college students. Indian Journal of Science
and Technology, 25, 1-6. DOI: 10.17485/ijst/2015/v8i25/80215
Klassen, R. M., Ang, R. P., Chong, W. H., Krawchuk, L. L., Huan, V. S., Wong, I. Y., & Yeo,
L. S. (2009). A cross‐cultural study of adolescent procrastination. Journal of Research
on Adolescence, 19, 799-811.
Klassen, R. M. & Kuzucu, E. (2009). Academic procrastination and motivation of adolescents
in turkey. Educational Psychology: An International Journal of Experimental
Educational Psychology, 1, 69-81.
Knaus, W. (2010). End procrastination now! get it done with a proven psychological approach.
New York: The McGraw-Hill Companies.
Kwon, M., Kim, D. J., Cho, H., & Yang, S. (2013). Development and validation of a
smartphone addiction scale (SAS). Journal Open Access Freely Available Online, 8, 12,
1-17.
Lee, E. (2005). The relationship of motivation and flow experience to academic procrastination
in university students. The Journal of Genetic Psychology, 1, 5-15.
Lee, J., Cho, B., Kim, Y., & Noh, J. (2015). Smartphone addiction in university students and
its implication for learning. Emerging issues in smart learning, 297-305. DOI
10.1007/978-3-662-44188-6_40
Mabruroh, C. & Dihan, F. N. (2015). Smartphone: antara kebutuhan dan e-lifestyle. Seminar
Nasional Informatika (SEMNASIF), 5, 312-321.
Mozes, A. (2012). Can excessive cell-phone use become an addiction? Diakses Maret 9, 2017
dari health.usnews. com/health-news/news/articles/ 2012/12/04/ can-excessive-
cellphone-use-become-an-addiction
Oberst, U., Renau, V., Chamarro, A., Carbonell, X. (2016). Gender stereotypes in facebook
profiles: are women more female online?. Computers in Human Behavior, 60, 559-564.
Onwuegbuzie, A. J. (2000). Academic procrastinators and perfectionistic tendencies among
graduate students. Journal of Social Behavior and Personality, 5, 103-109.
RapidValue Solution. (2014). Internet, Smartphone & Social Media Usage Statistic. Diakses
Januari, 9, 2017 dari
25
http://www.rapidvaluesolutions.com/wpcontent/uploads/2014/11/Internet-Smartphone-
and-Social-Media-UsageStatistics-by-RapidValue-Solutions.pdf
Salehan, M. & Neghaban A. (2013). Social networking on smartphone: while mobile phone
become addictive. Journal: Computers in Human Behavior, 34, 2632-2639.
Samaha, M. & Hawi, N. S. (2016). Relationships among smartphone addiction, stress,
academic performance, and satisfaction with life. Computers in Human Behavior, 57,
321-325.
Santrock, John W. (2014). Essentials of Life-Span Development Third Edition. New York:
McGraw-Hill Education.
Scher, S. J., & Osterman, N. M. (2003). Procrastination, conscientiousness, anxiety, and goals.
Exploring the measurement and correlates of procrastination among school-aged
children. Psychology in Schools, 4, 385-398.
Senécal, C. & Koestner, R. (2012). Self-regulation and academic procrastination. The Journal
of Social Psychology, 5, 607-619.
Seo, E. H. (2008). Self-efficacy as a mediator in the relationship between self-oriented
perfectionism and academic procrastination. Social Behavior and Personality: An
international journal, 6, 753-764.
Severin, H., Castro, R. P., Kwon M., Filler, A., Kowatsch, T. & Schaub, M. P. (2015).
Smartphone use and smartphone addiction among young people in Switzerland. Journal
of Behavioral Addictions, 4, 299-307.
Sugiyono (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tuckman, B. W. (1990). Measuring Procrastination Attitudinally and Behaviorally. Florida:
Florida State University.
Ward, A. F., Duke, K., Gneezy, A., & Bos, M. W. (2017). Brain Drain: The Mere Presence of
One’s Own Smartphone Reduces Available Cognitive Capacity. Journal of the
Association for Consumer Research, 2, 140-154. http://dx.doi.org/10.1086/691462
Williams, B. K. & Sawyer, C. (2011). Using Information Technology: A Practicional
Introduction to Computers & Communications (9th ed). New York: McGrawHill.
Wolters, C. A. (2003). Understanding procrastination from a self-regulated learning
perspective. Journal of Educational Psychology, 95, 179-187.
Xu, J., & Yuan, R. (2003). Doing Homework: Listening to Students,'Parents,'and Teachers'
Voices in One Urban Middle School Community. School Community Journal, 13, 25-
44.
Yuwanto, L. (2013). Pengembangan alat ukur blackberry addict. Jurnal Proceeding PESSAT,
5. 61-70.