EVALUASI PROGRAMBIMBINGAN KETRAMPILAN MENJAHIT
UNTUK ANAK PUTUS SEKOLAHDI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS
JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
PINASTI SEPTHIANNIM:1110054100028
PRODI KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 17 Juli 2014
PINASTI SEPTHIAN
1110054100028
i
ABSTRAK
Pinasti Septhian, 1110054100028, Evaluasi Program BimbinganKeterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial BinaRemaja Bambu Apus Jakarta Timur, di bawah bimbingan Dr. H. AsepUsman Ismail, MA.
Salah satu masalah sosial yang banyak menjadi perbincangan di Indonesiaadalah masalah anak putus sekolah. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak yangtidak mendapatkan haknya sebagai anak, terutama hak mendapatkan pendidikanformal, faktor ekonomi menjadi faktor utama anak menjadi putus sekolah.Sehingga dibutuhkan sebuah wadah atau lembaga pelatihan keterampilan bagianak putus sekolah untuk membekali mereka keterampilan kerja agar dapatbekerja maupun menciptakan lapangan kerja di masyarakat.
Penulis mengambil judul Evaluasi Program Bimbingan KeterampilanMenjahit Untuk Anak Putus Sekolah, karena penulis ingin mengetahui sejauhmana lembaga masyarakat maupun pemerintah menangani permasalahan anakputus sekolah di Indonesia melalui program pendidikan luar sekolah, agar anakputus sekolah mendapatkan haknya sebagai anak dan dapat hidup lebih mandiri.
Menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert, model evaluasi dibagi menjadi 3tipe jenis evaluasi yaitu evaluasi Input, Proses, dan Hasil. Dan bimbinganketerampilan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu untukmengasah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan keinginan,pemahaman, pengetahuan dalam bidang keterampilan.
Dalam menggali informasi penulis menggunakan pendekatan kualitatif.Dan dalam prosedur pemilihan informan, penulis menggunakan non probabilitysampling dimana jenis yang peneliti gunakan yaitu snow ball sampling. dalampenelitian ini penulis mengambil 5 orang, yang terdiri dari 1 orang instrukturketerampilan menjahit, 2 orang staff, dan 2 orang WBS. Pada teknik pengumpulandata, penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah Evaluasi Input BimbinganKeterampilan Menjahit (BKM) yang di memaparkan mengenai klien/calonpeserta, program pelatihan, sarana dan parasarana, dan staf /instruktur. Evaluasipelaksanaan BKM yang dilaksanakan dalam waktu 6 bulan, dengan level dasardan terampil maka teori yang diberikan selama 3 minggu dan praktek yangdilaksanakan selama 16 minggu, teori yang diberikan adalah membuat baju atasan(kebaya, dress, kemeja) dan bawahan (celana pendek, rok), dengan waktu belajarselama 5 jam setiap harinya, pada PKL anak berada pada tingkat mahir, dalammenjalankan PKL anak sudah dapat menerapkan pelajaran yang telah di pelajarisaat pelatihan BKM. Evaluasi Hasil BKM yaitu lembaga ini sudah memberikanpelatihan secara maksimal. Instruktur terus menerus membantu anak dalambelajar dari yang belum mengerti hingga anak mengerti dan anak merasa mampumengerjakan sendiri, serta anak bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitupraktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran bagi anak dalam duniakerja. Dan anak termotivasi untuk membuka usaha sendiri setelah mereka lulusdari PSBR.
Kata kunci : Evaluasi Program dan Bimbingan Keterampilan Menjahit
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
curahkan kepada Nabi Muhammad saw. Nabi akhir zaman yang telah membawa
umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul Evaluasi Program Bimbingan
Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus Jakarta Timur. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S1) pada Prodi Kesejahteraan Sosial. Maka penulis menyadari
dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari ke
sempurnaan.
Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian
ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak
yang menggeluti pemberian pelatihan program keterampilan pada umumnya
kepada penulis khususnya.
Setelah melalui proses yang amat panjang dan godaan serta hambatan
yang sangat banyak yang penulis alami dalam melakukan penelitian ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorangan
iii
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan ucapan terima kasih tersebut
penulis ucapkan kepada yth :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dahwah dan Ilmu
Komunikasi beserta para pembantu Dekan.
2. Siti Napsiyah, MSW. dan Ahmad Zaky M.Si selaku Ketua Prodi
Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris serta Pembimbing Akademik,
terimakasih atas dukungan dan izin untuk menyusun skripsi ini.
3. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan
perhatian, motivasi, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmu yang
bermanfaat selama penulis menjalankan kuliah di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis dalam mengadakan study kepustakaan.
6. Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur
beserta para staf, khususnya Ibu Nurhasanah selaku Instruktur
keterampilan menjahit, Ibu Harfiah selaku Ketua PAS, Bapak Namin
selaku Ketua REHSOS, dan Ibu Sri selaku staff Rehsos yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan dan melengkapi skripsi ini.
iv
7. Yang tercinta dan yang terhormat kepada orang tua penulis yaitu ayahanda
H. Eddi Mashuri dan Ibunda Hj. Ratna Suminar yang telah memberikan
semangat, dukungan moral maupun moril, serta selalu memberikan kasih
sayang yang tulus kepada penulis sehingga penulis dapat memiliki tujuan
untuk memberikan yang terbaik.
8. Alm. H. Obay Sobari dan Alm. Hj. Iin Hindasah selaku Eyang, Kakek
Acun dan Nenek Aben, terimakasih telah menjadi motivasi bagi penulis
untuk membahagiakan orang tua. Tidak lupa kepada kakak-kakak penulis
yaitu Unik Desthiani, Insan Santun, dan Kenjhi Mashuri yang telah
memberikan dukungan. Dan keponakan penulis yang bernama Kaysan
Rahman yang selalu menjadi penenang dan menjadi motivasi untuk
penulis. Serta Tante Rini yang telah mendoakan penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
9. Yang terhormat dan tersayang keluarga H. Anwar Syamsudin dan Hj.
Umaeroh serta saudara-saudara terkasih Destriana Umayati Elly, Annisa
Elly, dan Tarisa Elly atas doa-doa dan dukungan yang telah diberikan
selama ini.
10. Sahabat-sahabat susah senang bersama yaitu Dinda Anggraini dan Ihsan
Heryana yang selalu mendengarkan keluh kesah serta dukungan,
terimakasih untuk persahabatan yang selama ini diberikan, semoga
silaturahmi tetap terjalin hingga akhir hidup. Dan terimakasih kepada
Shabrina Dwi Pitarini yang selalu mendukung penulis dalam membuat
skripsi ini, terimakasih atas bantuannya dan semoga kita bisa terus
v
berteman hingga akhir, serta Tari bisa menyusul penulis untuk lulus. Tidak
lupa kepada seluruh teman-teman Kessos 2010 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, semoga selalu kompak.
11. Sahabat sejak SMP yaitu Sugiarti Rahayu, Dinda Febrika, Erma Irawaty,
dan Noor Fitria Ramandari terimakasih selalu menjadi sahabat yang selalu
memberikan dukungan, selalu membuat penulis merasa bangga memiliki
kalian. Terimakasih atas persahabatan dan persaudaraan yang selama ini
terjalin, dan terimakasih atas semangatnya. Tidak lupa kepada sahabat-
sahabat penulis yaitu Rienhesti dan M. Oesman yang selalu menemani
ketika sedang suntuk dan selalu memberikan semangat. Dan kepada Diana
Martiana, Ilham Kurniawan, Rismalia, dan Woro Wardani yang selalu
memberikan semangat kepada penulis. Teman seperjuangan dalam
menjalani bimbingan yaitu Syarifah Lubna Assegaf, terimakasih telah
mendukung, mengajak, serta berjuang bersama dalam membuat skripsi ini,
semoga usaha yang telah dilalui dapat berbuah indah, dan kita dapat terus
menjalin pertemanan.
12. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa
hormat, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Dan pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.
vi
Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka
berikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah
SWT. semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi
dan bukan jalan yang Engkau Murkai. Amin yaa Robbal’alamin.
Jakarta, 17 Juli 2014
PINASTI SEPTHIAN
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah....................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian .......................................................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 17
G. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 20
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 22
A. Teori-teori Evaluasi Program............................................................................. 22
1. Definisi Evaluasi ............................................................................................. 22
2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi.................................................................. 24
3. Model-model Evaluasi.................................................................................... 26
viii
4. Pendekatan dalam Evaluasi .......................................................................... 29
5. Desain Evaluasi............................................................................................... 31
6. Indikator Evaluasi.......................................................................................... 32
B. Bimbingan Keterampilan .................................................................................... 34
1. Definisi Bimbingan Keterampilan ................................................................ 34
2. Tujuan Bimbingan Keterampilan................................................................. 36
3. Metode dan Teknik Bimbingan .................................................................... 37
C. Anak Putus Sekolah ............................................................................................. 39
1. Definisi Anak .................................................................................................. 39
2. Definisi Pendidikan ........................................................................................ 40
3. Definisi Anak Putus Sekolah ......................................................................... 42
4. Faktor Penyebab Anak menjadi Putus Sekolah.......................................... 42
BAB III PROFIL LEMBAGA .................................................................................. 46
A. Sejarah Berdirinya Lembaga ............................................................................... 46
B. Landasan Hukum.................................................................................................. 47
C. Visi dan Misi .......................................................................................................... 48
D. Tujuan Berdirinya Lembaga................................................................................ 47
E. Penerima Manfaat (Klien) .................................................................................... 49
F. Program.................................................................................................................. 55
G. Sarana dan Prasarana........................................................................................... 59
ix
H. Struktur Lembaga dan Divisi-divisi .................................................................... 60
I. Sumber Daya Manusia.......................................................................................... 62
J. Keuangan ............................................................................................................... 65
K. Kemitraan dengan Pihak Luar ............................................................................ 66
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS .......................................................... 68
A. Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit ........................................ 68
1. Klien/calon peserta ......................................................................................... 68
2. Program pelatihan......................................................................................... 71
3. Sarana dan Prasarana ................................................................................... 73
4. Tenaga pelatih/Instruktur ............................................................................. 75
B. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan Menjahit ............................ 76
1. Pemberian Teori Bimbingan Keterampilan Menjahit ............................... 77
2. Pemberian Praktek Bimbingan Keterampilan Menjahit ........................... 79
3. Praktek Kerja Lapangan............................................................................... 85
C. Hasil Bimbingan Keterampilan Menjahit ........................................................ 89
BAB V PENUTUP...................................................................................................... 92
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sarana dan Prasarana
Tabel 2. Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Komposisi pegawai PSBR menurut Jenis Kelamin
Tabel 4. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan
Tabel 5. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja perjenis Belanja
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian (Skripsi)
LAMPIRAN 3 Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
LAMPIRAN 4 Hasil Wawancara
LAMPIRAN 5 Surat Pendaftaran Masuk Panti
LAMPIRAN 6 Foto-foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang
tidak di inginkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Hal itu disebabkan
karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan
atau tidak sesuai dengan norma dan nilai serta standar moral yang berlaku.1
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selalu dihadapkan kepada masalah
sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul
sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya akibat
tingkah lakunya.2
Salah satu masalah sosial yang banyak menjadi perbincangan di
Indonesia adalah masalah anak putus sekolah. Hal ini dikarenakan banyak
anak-anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai anak, yaitu hak untuk
mendapatkan kasih sayang, hak bermain, hingga hak untuk mendapatkan
pendidikan formal, namun sayangnya banyak orangtua yang tidak memenuhi
hak anak tersebut, terutama hak untuk mendapatkan pendidikan. Faktor
ekonomi menjadi faktor utama anak menjadi putus sekolah, karena orangtua
tidak dapat membiayai anak untuk mengikuti pendidikan formal.
1 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta 1995,h.1.
2 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, PT. Eresco, Bandung 1995, h.5.
2
Padahal pendidikan memiliki peran yang cukup penting untuk
perkembangan dan masa depan anak. Didalam hadits pun dijelaskan tentang
menuntut ilmu seperti dalam Hadits riwayat Ibnu Abdil Bar :
:قال رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم ین فان طلب العلم اطلبواالعلم ولو بالصرضابما یطلب فریضة على كل مسلم ان المالئكة تضع اجنحتھا لطالب العلم
Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnyamenuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikatmeletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang(rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar).”
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar di atas menunjukkan
bahwa menuntut ilmu itu wajib dan para malaikat turut bergembira. Agama
Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan
karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta
dengan ilmu, ibadah seseorang menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu,
Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-laki
maupun perempuan.
Pendidikan pun memiliki fungsi, yaitu untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(UU RI No, 20/2003 BAB II Pasal 3, tentang Sistem Pendidikan Nasional).3
3 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks, Jakarta2009, h.42.
3
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
BAB IV pasal 5 yaitu, setiap warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, sosial, dan warga negara yang berada di daerah
terpencil, bahkan warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
yang baik, memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.4
Pasal di atas sejalan dengan semangat dari Konvensi Hak Anak yang
ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mengenai hak anak,
secara umum berbagai negara saat ini berpegang pada apa yang telah
digariskan oleh PBB. Hak anak-anak ini terutama adalah hak memperoleh air
susu ibu, hak mendapat pendidikan, kasih sayang orangtua dan orang dewasa
dalam segala bentuk di samping hak untuk bermain. Oleh karena itu, setiap
warga berhak mendapatkan pendidikan, akan tetapi masih banyak anak-anak
Indonesia yang justru tidak bisa merasakan hak mereka dalam memperoleh
pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Anak yang mengalami hal
tersebut dapat dikatakan sebagai anak putus sekolah. Anak putus sekolah
adalah anak mengalami keterlantaran, karena sikap dan perlakuan orangtua
yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh
kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak. Banyak dari mereka yang putus sekolah karena faktor
lingkungan sosial maupun internal. Biasanya faktor ekonomi keluarga
membuat anak harus mencari nafkah dan tidak melanjutkan sekolahnya. Ada
pula orangtua yang tidak peduli dengan masa depan anaknya. Oleh karena itu
4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional
4
orangtua lebih sering meminta anaknya untuk membantu mereka mencari
uang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga hal tersebut
menyebabkan anak mengalami kenakalan remaja, putus sekolah, tawuran,
kebut-kebutan di jalan raya, perkelahian dan memiliki rasa minder dalam diri
anak.5
Permasalahan anak putus sekolah menurut Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO)
merilis indeks pembangunan pendidikan (education development index)
dalam EFA Global Monitoring Report 2011. Peringkat Indonesia turun pada
posisi ke-69 dari 127 negara, dilihat dari angka putus sekolah di jenjang
sekolah dasar sebanyak 527.850 anak atau 1,7 persen dari 31,05 juta anak SD,
5,50% untuk SMP, dan SLTA 67,68% putus sekolah setiap tahunnya.
Lulusan SD yang tak dapat ke SMP tercatat 720.000 Siswa (18,4 persen) dari
lulusan SD tiap tahunnya.6
Dilihat dari presentase di atas, jumlah anak putus sekolah setiap tahun
sangatlah meningkat, padahal seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan formal maupun nonformal, dan orangtua wajib untuk
menyekolahkan anaknya demi masa depan anak dan masa depan bangsa.
Pendidikan merupakan hak anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama
paling tidak dari orangtua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah.
Oleh karena itu, salah satu kunci untuk mengatasi masalah anak putus
sekolah adalah dengan menyediakan berbagai fasilitas sosial penanganan dan
5Creative Media “makalah anak putus sekolah,” diakses pada tanggal 2 oktober 2013 darihttp://hamdipasisingi.blogspot.com/2011/06/makalah-anak-putus-sekolah.html
6 Latief “Presentase anak putus sekolah di Indonesia” diakses pada tanggal 20 Januari2014 dari http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/04/10323346/527.850.Siswa.SD.Putus.Sekolah
5
pemeliharaan anak-anak putus sekolah yang mendukung program
perkembangan anak salah satunya program bimbingan keterampilan yang
dilaksanakan sebagai upaya untuk menangani meningkatnya masalah anak
putus sekolah dan meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.
Untuk mendukung upaya tersebut, keterlibatan masyarakat secara
menyeluruh merupakan hal yang penting. Masyarakat bekerja sama dengan
instasi pemerintah maupun swasta harus meningkatkan pelayanan sosial yang
dapat mengatasi setiap gangguan-gangguan pendidikan yang dialami anak,
serta memenuhi setiap kebutuhan anak sehingga anak dapat merasakan haknya
untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.
Salah satu bentuk dukungan pemerintah yaitu pada bulan Juli 1972
didirikanlah suatu wadah untuk membantu anak-anak tersebut bernama Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus (PSBR). Panti Sosial Bina Remaja
diresmikan oleh Menteri Sosial RI pada waktu itu yaitu HMS Mintaredja,SH.
Tujuan PSBR Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar
remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung jawab,
percaya diri, terampil dan mandiri. Dalam perkembangannya, Panti Sosial
Bina Remaja membuat suatu program bimbingan keterampilan untuk anak
asuh mereka atau biasa disebut Penerima Manfaat. Bimbingan keterampilan
yang dibuat dan diterapkan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, yaitu
bimbingan keterampilan Otomotif Motor dan Mobil, bimbingan keterampilan
Elektro, bimbingan keterampilan Las, bimbingan keterampilan Jahit, dan
bimbingan keterampilan Salon.7
7http://bambuapus.kemensos.go.id/modules.php?name=content&pa=showpage&pid=10
6
Menariknya dari Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
adalah lembaga ini memberikan pelatihan keterampilan kepada para anak
putus sekolah secara cuma-cuma dengan kualitas yang mungkin tidak jauh
berbeda dengan tempat-tempat pelatihan lainnya. Salah satu yang membuat
penulis tertarik di lembaga ini ialah lembaga ini memberikan bimbingan
keterampilan menjahit untuk anak-anak putus sekolah, dengan adanya
bimbingan keterampilan terutama keterampilan menjahit, para penerima
manfaat dapat mengasah kemampuannya dibidang konveksi dan keahlian
yang mereka miliki nantinya dapat dijadikan bekal untuk anal-anak terebut
untuk menjalani kehidupan yang layak di masyarakat. Dan di lembaga ini jika
anak-anak sudah menerima pembelajaran bimbingan keterampilan selama 5
bulan, maka anak-anak disalurkan untuk mengikuti praktek kerja lapangan, di
tempat yang sudah ditentukan dan tempat yang sudah memiliki kerjasama
dengan lembaga ini. Jadi, untuk anak-anak yang sudah mengikuti bimbingan
keterampilan menjahit, setelah mereka belajar mereka pun dapat
menerapkannya di dunia kerja agar kemampuan yang telah diasah akan
berguna dan terpakai oleh mereka.
Bimbingan keterampilan menjahit di lembaga ini memiliki level pada
tingkat dasar dan terampil, tingkat dasar dan terampil diterapkan pada saat
anak-anak mengikuti pelatihan menjahit, setelah mereka menjalani pelatihan
selama 5 bulan pada tingkat dasar dan terampil, mereka akan praktek kerja
selama 1 bulan dan pada praktek kerja mereka memasuki tingkat mahir,
karena pada kerja praktek mereka lebih banyak memahami mengenai menjahit
7
serta mereka lebih diajarkan pada tahap yang lebih tinggi. 8 Hal ini sangat
menguntungkan bagi anak-anak yang mengalami putus sekolah, terutama
kepada mereka yang kurang mampu.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus
Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta
Timur.
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
membatasi masalah untuk meneliti mengenai “Evaluasi Program Bimbingan
Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur”. Jadi, penulis meneliti mengenai
Evaluasi Input, Pelaksanaan (Proses), dan Hasil Program Bimbingan
Keterampilan Menjahit untuk anak putus sekolah.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana evaluasi input program bimbingan keterampilan menjahit
di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus?
b. Bagaimana evaluasi pelaksanaan (proses) program bimbingan
keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus?
8 Wawancara dengan Ibu Erri, pada tanggal 19 Maret 2014.
8
c. Bagaimana tingkat keberhasilan program bimbingan keterampilan
menjahit yang diberikan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus untuk
anak putus sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Menggambarkan input pada program bimbingan keterampilan menjahit di
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.
2. Menggambarkan pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit
serta sejauh mana kaitannya dengan upaya meningkatkan tumbuh
kembang anak-anak yang putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus.
3. Menggambarkan hasil pelaksanaan bimbingan keterampilan menjahit
anak-anak yang putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Menteri Sosial dan pengurus Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
pengembangan potensi anak asuhnya.
9
b. Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,
khususnya penelitian mengenai bimbingan keterampilan milik
pemerintah maupun masyarakat
2. Manfaat Akademis :
a. Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial
khususnya mengenai penanganan anak putus sekolah dan wawasan baru
lagi bagi seluruh mahasiswa/mahasiswi yang tertarik pada
permasalahan anak dan sebagai tambahan bacaan bagi yang berminat
membahas pelayanan bimbingan keterampilan untuk anak putus
sekolah.
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi Universitas khususnya
jurusan bahwasannya skripsi ini bisa menjadi salah satu studi kasus
dalam mata kuliah pelayanan anak, sehingga dapat memberikan
sumbangan pengertahuan bagi kompetensi pekerja sosial di bidang
pelayanan sosial khusunya bagi penanganan anak putus sekolah.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud,
sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah
kerja, yaitu cara kerja untuk mendapatkan informasi atau fakta terhadap
masalah yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan atau proses dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik
10
dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai
dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya,
untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh
akal sehat manusia.9
Sedangkan menurut Bodgan dan Tailor dalam bukunya
mendefinisikan tentang metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong,
penelitian kualitatif mempunyai karakteristik yang penting antara lain:
berada pada latar alamiah (konteks dari suatu keutuhan/IentryI),
memandang manusia (peneliti) sebagai alat atau instrumen penelitian,
analisa data bersifat induktif, dan menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori substantif yang berasal dari data, lebih mementingkan
proses dari pada hasil.10
Jadi pada metode kualitatif penulis berperan sebagai peneliti yang
terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data baik tertulis
maupun lisan dari klien ataupun pihak lembaga. Dalam pendekatan
penelitian ini penulis juga menggunakan model evaluasi yang
dikemukakan oleh Pietzark, Ramler, dan Gilbert yang dibagi menjadi tiga
tipe jenis evaluasi. Tiga unsur utama yang terkait adalah Evaluasi input,
Evaluasi proses, dan Evaluasi hasil. Jadi, penulis mengevaluasi input,
proses dan hasil dari bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan
9 Nawawi Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press, 1992), h. 209
10 Lexy J, Moleong. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 2001) h. 3
11
oleh panti kepada anak putus sekolah. Penulis melihat bagaimana input
dan pelaksanaan bimbingan keterampilan yang ada di lembaga, kemudian
penulis akan melakukan wawancara dengan staf yang terkait dengan
bimbingan keterampilan mengenai hasil dan dampak yang telah dirasakan
oleh klien setelah mengikuti bimbingan keterampilan di lembaga ini.
2. Jenis Penelitian
Jenis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang biasa disebut juga penelitian taksonomi, yaitu penelitian
yang berupa mengekplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.11
Penelitian deskriptif juga bisa dikatakan sebagai penelitian yang
mengumpulkan data-data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang atau perilaku yang dapat diamati. Tujuan dari data deskriptif ini
adalah untuk membuat suatu gambaran sistematis, faktual, dan akurat
tentang fenomena-fenomena yang diselidiki dalam penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang akan dilaksanakan adalah melalui:
a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Dalam menggunakan teknik observasi yang
11 Sanapiah Faisal. Format-format Penelitian Sosial, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,1989, h. 20.
12
terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti.12
Jadi disini penulis melakukan pengamatan secara langsung dalam
pelaksanaan kegiatan bimbingan keterampilan menjahit yang ada di
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.
b. Interview atau wawancara, yaitu tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih secara langsung.13 Jadi dalam mengumpulkan data, penulis
menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data dari berbagai
narasumber, dalam memilih narasumber penulis mengambil 5
narasumber untuk melengkapi data, narasumber yang penulis pilih
ialah narasumber yang terkait dengan program bimbingan
keterampilan menjahit, adapun narasumber yang penulis pilih ialah 1
orang instruktur, 2 orang staf, dan 2 orang anak putus sekolah.
Pencarian data dengan metode ini sangatlah penting karena peneliti
akan mendapat informasi mengenai hasil pelaksanaan bimbingan
keterampilan menjahit. Serta keberhasilan klien dalam keberfungsian
sosialnya di dalam masyarakat.
c. Dokumentasi, yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, brosur, foto-foto, dan lain sebagainya. Tujuan
menggunakan data dengan dokumentasi ialah waktu dan tenaga lebih
efisien.14
12 Husain Usman, Purnomo Setiady Akbar, “Metodologi Penelitian Sosial”. PT. BumiAksara, Jakarta, 2008, h. 52.
13 Ibid, h. 55.14 Ibid, h. 69.
13
4. Sumber Data
a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber utama (Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus, Klien, dan Pengurus Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus)
b. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari literatur yang
berhubungan dengan tulisan ini.
5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jl.
Panti Sosial (PPA) No. 1 RT. 06 RW. 01 Kel. Bambu Apus Kec.
Cipayung-Jakarta Timur 13890. Adapun waktu Penelitian adalah selama 3
bulan dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014.
6. Teknik Pemilihan Informan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berupaya
memperoleh informasi tentang pelaksanaan program bimbingan
keterampilan menjahit, hasil, dan dampak dari pelaksanaan bimbingan
keterampilan menjahit, maka dalam penelitian ini menggunakan non
probability sampling, dimana setiap populasi tidak mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih, tidak representatif, dan tidak
membolehkan peneliti membuat generalisasi hasil penelitian. Adapun
teknik non probability sampling yang penulis gunakan adalah teknik snow
ball sampling. snow ball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel
yang semakin membesar seiring perjalanan waktu pengamatan. Berangkat
14
dari seorang informan untuk mengawali pengumpulan data, kemudian
peneliti menemui informan berikutnya sesuai yang disarankan oleh
informan pertama, begitu seterusnya hingga peneliti merasa yakin bahwa
data yang dibutuhkan sudah di dapat secara memadai.15 Dalam mencari
informasi, penulis mengambil 5 informan untuk melengkapi data yang
terdiri dari, 1 instruktur, 2 staf, dan 2 anak putus sekolah.
Moleong mengemukakan bahwa informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. 16 Sementara Taylor dan Grinnel mengatakan bahwa
informan yang baik adalah mereka yang memahami latar penelitian,
terlibat secara aktif didalamnya, bersedia membantu, dapat meluangkan
waktunya, dan memberikan tanggapan berdasarkan perspektif masing-
masing.
Sesuai dengan tujuan penelitian (yang bersifat khusus
informasinya) maka informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah :
a. Evaluasi input program bimbingan keterampilan menjahit menyangkut
tentang persiapan awal untuk menjalankan program bimbingan
keterampilan menjahit, yang terdiri dari jumlah staf, jumlah
anak/peserta, sarana dan prasarana, dan syarat untuk mengikuti
bimbingan keterampilan menjahit. Informasi tersebut dapat diperoleh
dari informan staf kantor yang dapat memberikan informasi terkait
dengan input pada program bimbingan keterampilan menjahit.
15 Pawito, “Penelitian Komunikasi Kualitatif”. (Yogyakarta: LKIS, 2007), h.92.16 Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2001) h. 90
15
b. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit
menyangkut keseluruhan pelaksanaan program bimbingan
keterampilan menjahit dalam meningkatkan kemampuan anak.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari informan Instruktur sebagai
mediator dan educator dalam memberikan informasi perkembangan
kemampuan anak dan anak sebagai objek kegiatan bimbingan
keterampilan tersebut.
c. Evaluasi hasil program bimbingan keterampilan menjahit menyangkut
mengenai hasil yang telah dicapai oleh penerima manfaat setelah
mereka mengikuti bimbingan keterampilan menjahit yang ada di Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus. Informasi tersebut dapat diperoleh
dari informan yang sama dalam proses evaluasi pelaksanaan program
bimbingan keterampilan menjahit tersebut.
7. Teknik Analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis merupakan
proses penyusunan data untuk memudahkan penafsirannya. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk data
deskriptif, yaitu data yang berbentuk uraian yang memaparkan keadaan
obyek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai
kenyataannya sehingga menuntut penafsiran peneliti yang dinyatakan oleh
sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan
perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang
utuh.
16
Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data
dari hasil observasi, wawancara dengan tiap-tiap informan dan studi
dokumentasi untuk direduksi, dideskripsikan, dianalisis, dan kemudian
ditafsirkan. Prosedur analisis terhadap masalah tersebut lebih difokuskan
pada upaya menggali fakta sebagaimana adanya (natural setting), dengan
teknik analisis pendalaman kajian. Untuk memberikan gambaran data
tentang hasil penelitian. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyajikan
data deskriptif mengenai Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan
Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu
Apus Jakarta Timur, yang di dalamnya memaparkan mengenai evaluasi
input, pelaksanaan, dan hasil program bimbingan keterampilan menjahit.
8. Teknik Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada
buku “pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disetasi”, yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2009.
9. Keabsahan Data
Untuk memeriksakan dan memastikan keabsahan data penulisan
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
keperluan, pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Denzim
membedakan 4 macam triangulasi. 17 Salah satunya adalah Teknik
17 Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2007, Cet-23,Edisi revisi, h. 330-331.
17
Triangulasi Sumber Data, yaitu membandingkan dan mengecek balik
derajat suatu informasi yang diperoleh dari instruktur dan peserta pelatihan
dengan menggunakan instrumen yang telah disusun atau dipersiapkan
untuk pengumpulan data. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik
triangulasi sumber data, disini penulis menggunakan klien sebagai
pemeriksaan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus.18
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengkaji tulisan ini, untuk perbandingan maka
penulis memaparkan beberapa skripsi sebagai berikut:
1. Dalam skripsi yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara
Dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap
Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Disusun oleh : Sri Rahayu
Fakultas/ Jurusan : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/
Kesejahteraan Sosial
Lulus : 1430 H/2009 M
Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis, dimana letak
perbedaannya antara lain:
a. Subjek dan Objeknya : Subjeknya adalah Yayasan Sayap Ibu
Kebayoran Baru Jakarta Selatan dan Objeknya adalah Evaluasi
Pelaksanaan Program Terapi Wicara Dalam Meningkatkan
18 Sri Rahayu, “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara Dalam MeningkatkanPerkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan” (SkripsiS1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta), h.8.
18
Perkembangan Anak Terlantar yang dilaksanakan oleh Yayasan Sayap
Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah : Pertama,
mengetahui bagaimana evaluasi pelaksanaan program terapi wicara di
Yayasan Sayap Ibu? Kedua, mengetahui bagaimana hasil pelaksanaan
program terapi wicara di Yayasan Sayap Ibu?
Berdasarkan hasil observasi penulis dalam skripsi ini para peserta
pelatihan terapi wicara dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan hasil
yang di dapat para peserta sudah dapat berbicara lebih baik dari
sebelumnya.
2. Dalam skripsi yang berjudul Pemberdayaan Keterampilan Menjahit dalam
Membangun Kemandirian Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre for Street
Children.
Disusun oleh : Muhammad Hafidzudin
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu /Kesejahteraan
Sosial
Lulus : 1430 H/2009 M
Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis, dimana letak
perbedaannya antara lain:
a. Subjek dan Objeknya: subjeknya adalah Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre for Street
Children dan objeknya adalah keterampilan menjahit untuk anak
19
jalanan yang dilaksanakan oleh Social Development Centre for Street
di jl. Bambu Apus Jakarta Timur.
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah : pertama,
bagaimana pemberdayaan keterampilan menjahit untuk anak jalanan di
Social Development Centre for Street? Kedua, hasil dari keterampilan
menjahit untuk anak jalanan di Social Development Centre for Street?
Berdasarkan hasil observasi penulis dalam skripsi ini dijelaskan
mengenai pemberdayaan keterampilan menjahit, dan hasil dari
pemberdayaan keterampilan menjahit kepada anak jalanan di Social
Development Centre for Street.
Dengan melihat beberapa skripsi terdahulu walaupun hampir sama
namun skripsi penulis bahas adalah mengenai Evaluasi Program
Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur. Fokus lembaga tersebut
adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar remaja, terbentuknya
karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, terampil
dan mandiri dengan memberikan bimbingan keterampilan, salah satunya
adalah bimbingan keterampilan menjahit. Fokus penulis pada skripsi ini
adalah penulis mengevaluasi input, proses, dan hasil bimbingan
keterampilan menjahit untuk anak putus sekolah, berdasarkan pembahasan
penulis maka judul skripsi penulis ialah “Evaluasi Program Bimbingan
Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur”.
20
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun
kedalam lima bab. Dimana setiap bab terdiri dari sub-sub tersendiri. Agar
pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis
mensistematisasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, memuat : Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoristis, merupakan paparan dari berbagai literatur
yang berhubungan dengan penelitian meliputi pembahasan
mengenai putus sekolah yang dialami anak-anak di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus, akibatnya anak-anak mengalami
putus sekolah dan tidak memiliki masa depan yang baik oleh
karena itu untuk menangani masalah tersebut Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus mengadakan program bimbingan
keterampilan, salah satunya ialah bimbingan keterampilan
menjahit.
BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, bagian ini
menggambarkan secara umum tentang Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus yang dijadikan sebagai tempat penelitian,
meliputi : Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Fungsi Panti Sosial
21
Bina Remaja Bambu Apus, waktu pelaksanaan Kegiatan,
Struktur Organisasi, Program dan Layanan.
BAB IV Hasil Penelitian, sesuai permasalahan dan tujuan penelitian
diuraikan tentang hasil penelitian dalam bentuk deskriptif,
termasuk data-data faktual dan studi dokumentasi dengan
menjelaskan latar belakang input, pelaksanaan program
bimbingan keterampilan menjahit yang berada di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus. Analisis hasil penelitian, yang
merupakan analisa hasil penelitian tentang input, pelaksanaan
program bimbingan keterampilan menjahit dan hasil bimbingan
keterampilan menjahit tersebut, serta mengevaluasi program
bimbingan keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus. Sebagai analisa adalah konsep-konsep dan
kerangka pemikiran yang ada di bab dua.
BAB V Penutup yang memuat, kesimpulan yang berisikan penilaian
dari hasil evaluasi input, evaluasi pelaksanaan program dan
hasil program bimbingan keterampilan menjahit sesuai dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian. Terakhir
dikemukakan beberapa saran yang terkait dengan permasalahan
program bimbingan keterampilan khususnya bimbingan
keterampilan menjahit.19
19 Rahayu, “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara,” h.15
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori-teori Evaluasi Program
1. Definisi Evaluasi
Bila berbicara mengenai suatu program tentu tidak akan terlepas
dari proses evaluasi, karena untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
penentuan keputusan dari suatu program yang dilaksanakan oleh suatu
lembaga organisasi atau instansi, perlu melaksanakan kegiatan evaluasi.
Secara umum evaluasi memiliki definisi yaitu sebagai proses yang
kompleks yang melibatkan beberapa komponen dan bahan pertimbangan
dengan tujuan untuk menilai suatu program yang telah dijalani, menilai
keberhasilan ataupun kekurangan dari suatu program yang telah dijalani.
Evaluasi juga dapat diartikan sebagai pengindetifikasikan keberhasilan
atau pun kegagalan suatu kegiatan atau suatu program. Program adalah
segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau pengaruh.20
Selain itu terdapat beberapa definisi menurut para ahli mengenai
evaluasi, sebagai berikut :
1. Para komite untuk standar evaluasi yang terdiri dari 17 anggota
yang mewakili 12 organisasi sehubung dengan evaluasi sebagai
20 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk ProgramPendidikan dan Penelitian, PT: Rineka Cipta, Jakarta 2008, h. 9.
23
berikut, Evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang
teratur tentang manfaat atau guna beberapa objek.21
2. Gosling dan Edward mendefinisikan evaluasi sebagai penilaian
yang dilakukan pada waktu tertentu terhadap dampak dari
serangkaian kegiatan dimana tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
3. Fink dan Kosecoff juga mendefinisikan evaluasi sebagai
serangkaian prosedur untuk menilai mutu suatu program dan
menyediakan informasi tentang tujuan, aktifitas, hasil, dampak dan
biaya program.
4. Sedangkan Casley dan Kumar mendefinisikan evaluasi sebagai
suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi dan
dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan.
5. Worthen dan Sanders (1973, dalam Anderson 1971)
mendefinisikan evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang
berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga
termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai
keberadaan suatu program, produksi, prosedur, juga alternatif
strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.22
21 Ibid, h. 3-4.22 Suharsimi Arikunto, Cepi Syarifudi Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Bumi
Aksara, Jakarta: 2009, h.1-2.
24
Dari definisi diatas, penulis sependapat dengan definisi yang
diutarakan oleh Fink dan Kosecoff yang mendefinisikan evaluasi sebagai
serangkaian prosedur untuk menilai mutu suatu program dan menyediakan
informasi tentang tujuan, aktifitas, hasil, dampak dan biaya program. Jadi
dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh evaluator untuk menilai keberhasilan ataupun kegagalan suatu
program secara berkala yang telah dijalankan oleh lembaga ataupun
instansi agar dapat ditindak lanjuti keputusan yang akan di ambil
berikutnya.
2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya merupakan suatu proses belajar memahami
kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam menyelesaikan tujuan yang
diharapkan. Evaluasi juga merupakan suatu hal yang penting untuk
dilakukan dalam menilai suatu program yang telah dijalankan, sehingga
mereka yang telah melakukan evaluasi dalam diri sendiri atau pun
kelompok dapat melakukan pembelajaran melalui pengalaman pada waktu
evaluasi.
Tujuan evaluasi program menurut Edi Suharto dalam bukunya
yang berjudul “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat” adalah
sebagai berikut23:
23 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Kahian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, Cet 1,2005), h.119.
25
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi diluar rencana
Menurut Feurstein evaluasi penting untuk dilakukan, oleh karena
itu beliau memberikan 10 alasan antara lain sebagai berikut :24
a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai
b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program
c. Meningkatkan pemnatauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat
program itu sendiri
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program
f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup
masuk akal
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan
program secara lebih baik
24 Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. (Jakarta:FEUI Press), Cet 3, EdisiRevisi, h.188
26
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih
luas
j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas
fungsional dan komunitas lokal.
3. Model-model Evaluasi
Pada tahap evaluasi ada banyak model-model atau jenis-jenis dari
evaluasi program, dalam penulisan skripsi ini penulis mengutip beberapa
kutipan dari para ahli, antara lain :
a. Pelaksanaan evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert yang
dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi. Tiga unsur utama yang terkait
adalah:
1) Evaluasi input adalah klien, staf, dan program serta sarana atau
fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Tiga unsur
utama yang terkait dengan evaluasi ini adalah klien, staf dan
program. Pietzark dan kawan-kawan menjelaskan bahwa variabel
klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan
27
keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel
staf meliputi aspek demografi staf seperti latar belakang pendidikan
staf, pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek
tertentu seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber
rujukan yang tersedia. Ada empat kriteria yang dapat dikaji dalam
evaluasi input, antara lain adalah sebagai berikut:
a) Tujuan dan obyektif
b) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas
c) Standar dari suatu praktek yang terbaik
d) Biaya per unit layanan
2) Evaluasi proses, menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada
aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien
dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari
pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali
dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program.
Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil
analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti:
‘standar praktek terbaik’, kebijakan lembaga, tujuan proses dan
kepuasan klien.
3) Evaluasi hasil, yaitu diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak
(overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan.
Pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah:
28
a) Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai
tujuannya.
b) Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah
menerima bantuan program tersebut.25
b. Model evaluasi CIPP dikembangkan oleh Stufflebean dan Shinkfield.
CIPP merupakan singkatan dari Context, Input, Process, dan Product.
Stufflebeam merumuskan evaluasi sebagai suatu proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk
menilai alternatif keputusan. Penjelasan CIPP dijelaskan sebagai
berikut :
1) Contect evaluation, to serve planning decision
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan
merumuskan tujuan program.
2) Input evaluation, structturing decision
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan
strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya.
25 Ibid, h.160
29
3) Process evaluation, to serve implementing decision
Evaluasi proses membantu mengimplementasikan keputusan
sampai sejauh mana rencana telah diterapkan, apa yang harus
direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat
dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.
4) Product evaluation, to serve recyding decision
Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya, apa hasil
yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program
berjalan?26
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menggunakan model
evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert yang dibagi menjadi tiga
tipe jenis evaluasi. Penulis akan mengevaluasi bagaimana input dalam
program bimbingan keterampilan menjahit, pelaksanaan (proses)
bimbingan keterampilan menjahit yang diikuti oleh anak putus sekolah di
PSBR, dan penulis juga mengevaluasi bagaimana hasil setelah anak-anak
putus sekolah mengikuti bimbingan keterampilan menjahit di PSBR.
4. Pendekatan dalam Evaluasi
Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat
tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain
26 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk ProgramPendidikan dan Penelitian, PT: Rineka Cipta, Jakarta 2008, h. 13-22.
30
tujuan dan prosedur evaluasi. Menurut Farida Yusuf, ada beberapa
pendekatan evaluasi yaitu sebagai berikut :
a. Pendekatan experimental, yaitu evaluasi yang berorientasi pada
penggunaan experimental science dalam program evaluasi. Pendekatan
ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam
penelitian akademik.
b. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yaitu pendekatan ini
memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan. Pendekatan evaluasi semacam ini merupakan pendekatan
yang amat wajar dan praktis untuk desain dan pengembangan program.
1) Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai; pendekatan ini
perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan program
dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu
tersebut.
2) Pendekatan yang responsif, pendekatan evaluasi responsif ini
percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian
suatu isu dari berbagai sudut pandang dari semua orang yang
terlibat, berminat, dan yang berkepentingan dengan program.
c. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan, pendekatan ini
menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola
program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini,
informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola
31
program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus
direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.27
5. Desain Evaluasi
Desain evaluasi program (Carol Tayler Fitz-Gibbon & Lynn Lyons
Morris, 1987), suatu desain ialah rencana yang menunjukkan bila evaluasi
akan dilakukan dan dari siapa evaluasi. Alasan utama memakai desain
yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut
organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Semua
orang yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan
pada waktu yang tepat, dan ditempat yang tepat seperti yang telah
direncanakan. Pada dasarnya suatu desain ialah bagaimana mengumpulkan
informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat
dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program apakah akan
diperlukan atau tidak.28
a. Desain dalam evaluasi sumatif
Biasanya desain dihubungkan dengan evaluasi sumatif,
evaluator sumatif diharapkan membuat kesimpulan umum, menyingkat
dan membuat laporan tentang keberhasilan program, karena laporan
tersebut dapat mempengaruhi keputusan tentang masa depan program
atau nasib orang lain, maka evaluator perlu mendukung penemuannya
dengan data yang cukup terpercaya.
27 Ibid, h.2328 Ibid, h.64
32
Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan
eksperimen ilmiah, metode dimana orang dapat membuat dampak
secara logika pada hasil sesuatu perlakuan yang dibuatnya, misalnya
evaluasi pendidikan, perlakuannya. Evaluasi sumatif sebaiknya
memakai dengan eksperimen apabila meneliti program yang akan di
evaluasi dengan hasil evaluasinya.
b. Desain dalam evaluasi formatif
Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan
program akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan
program dan komponen yang ada di dalamnya. Hal ini memungkinkan
evaluator menjalankan fungsinya yang utama, menganjurkan orang-
orang program mengamati terus menerus dengan cermat kegiatan-
kegiatan dalam program.29
6. Indikator Evaluasi
Secara umum, indikator dapat di definisikan sebagai suatu alat ukur
untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal
yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu
fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan
29 Ibid, h.64-67.
33
kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat
yang dapat menunjukkan suatu keadaan.30
Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi
suatu kegiatan yaitu : indikator ketersediaan, indikator relevansi, indikator
efesiensi, dan indikator keterjangkauan.
a. Indikator Ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang
seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
b. Indikator Relevansi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan
ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan.
c. Indikator Efesiensi, indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan
aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara
tepat guna (efisiensi), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada
dalam upaya mencapai tujuan.
d. Indikator Keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang
ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang
membutuhkan.31
30 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Kahian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, Cet 1,2005), h.126.
31 New Life Options : Evaluasi Program, h.73.
34
B. Bimbingan Keterampilan
1. Definisi Bimbingan Keterampilan
Sebelum membahas mengenai bimbingan keterampilan lebih jauh,
terlebih dahulu penulis menguraikan mengenai definisi bimbingan itu
sendiri, yang ditinjau dari beberapa pendapat para ahli antara lain :
a. Year’s Book of Education 1955, mendefinisikan bimbingan adalah
suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
b. Stoops dan Walquist, mendefinisikan bimbingan adalah proses yang
terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk
mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat.
c. DR. Moh Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan
yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,
penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.
d. DR. Rachman Natawidjaja, bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
35
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat,
serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap
kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umunya. Bimbingan membantu indidvidu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.32
Dari beberapa definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
definisi bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
berkelanjutan secara sistematis kepada individu ataupun kelompok,
melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki oleh individu itu sendiri agar dapat memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.
Sedangkan pengertian keterampilan itu sendiri adalah kecakapan
untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, atau dengan kata lain keterampilan
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu pekerjaan atau tugas yang kompleks dengan mudah dan cermat serta
dapat menyelesaikannya dengan baik.33
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi
bimbingan keterampilan adalah suatu proses bantuan yang diberikan
kepada individu untuk mengasah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
32 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3-5.33 Sulistiyani, “Evaluasi Program Bengkel Kreativitas Dalam Pelayanan Pendidikan Anak
Pemulung”, h.36-37.
36
individu sesuai dengan keinginan, pemahaman, pengetahuan dalam bidang
keterampilan yang dimiliki, sehingga mereka dapat menjadi seorang
tenaga kerja yang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki, agar mereka mendapatkan
penghasilan serta penghidupan yang layak di masyarakat.
Adapun bimbingan keterampilan yang diteliti oleh penulis
merupakan kategori dalam pendidikan non formal, dimana pendidikan non
formal merupakan pendidikan yang telah ada dalam diri manusia jauh
sebelum ia mendapat pendidikan formalnya. Adapun bimbingan
keterampilan yang diberikan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur, kepada para anak asuhnya antara lain ialah : bimbingan
keterampilan salon atau tata rias rambut, menjahit, elektro, las, otomotif
motor dan otomotif mobil. Namun disini penulis lebih memfokuskan
bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan PSBR kepada anak putus
sekolah.
2. Tujuan Bimbingan Keterampilan
Tujuan dari diadakannya bimbingan keterampilan adalah sebagai
berikut :
a. Membantu individu untuk mengembangkan pengetahuan diri sesuai
dengan kecakapan yang dimiliki
37
b. Membantu proses sosialisasi dan sensitivitas kepada kebutuhan orang
lain.
c. Membantu individu untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam
proses belajar sehingga tercapai kemajuan yang berarti.
d. Membantu memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan dalam proses
pendidikan
e. Membantu individu dalam proses memilih pekerjaan dan memasuki
dunia kerja.34
3. Metode dan Teknik Bimbingan
Dalam buku yang berjdul “Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan
(Konseling) Islam”, dijelaskan beberapa metode dan teknik dalam
bimbingan yaitu:35
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara atau teknik yang digunakan
untuk mengungkapkan serta mengetahui mengenai fakta-fakta mental
atau kejiwaan yang ada dalam diri klien. Dalam jalnnya wawancara
34 Ibid, h.37-3835 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:2008),
h.122-126.
38
seorang pembimbing harus melakukan pencatatan mengenai informasi
tentang klien misalnya dengan cara merekam percakapan tersebut.
b. Observasi
Observasi adalah salah satu cara yang digunakan dengan cara
mengamati secara langsung sikap dan prilaku klien yang tampak pada
saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental
dan kejiwaannya. Dalam hal ini ada dua observasi, pertama yaitu
observasi secara langsung yaitu dengan pembimbing ikut terlibat dalam
peristiwa yang sedang dijadikan objek observasi, observasi ini sering
disebut dengan observasi partisipasi. Kedua, observasi non partisipan
yaitu pembimbing berada diluar obyek atau peran yang sedang
diidentifikasi, bisa dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh.
c. Tes (Kuesioner)
Tes/kuesioner merupakan teknik bimbingan dengan cara memberikan
serangkaian pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya.
Penggunaan teknik ini ialah untuk mengetahui fakta dan fenomena
kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui teknik wawancara dan
observasi.
d. Bimbingan kelompok
Ialah teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama
(kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan lain
39
sebagainya. Penggunaan teknik ini biasanya untuk mempelajari dan
mengetahui komunikasi dan interaksi sosial yang dilakukan klien.
C. Anak Putus Sekolah
1. Definisi Anak
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks
yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja.36 Anak
pada hakikatnya adalah seorang manusia atau makhluk individu yang
memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan
orang dewasa. Anak menurut kamus disebut dengan manusia kecil,
sedangkan menurut ahli psikologi anak disebut sebagai manusia kecil yang
memiliki potensi, tingkah laku dan karakteristik tertentu dan khas yang
tidak sama dengan orang dewasa dan harus dikembangkan, sehingga
nantinya ia akan berkembang menjadi dewasa seutuhnya yang memiliki
derajat kemanusiaan yang tinggi.37
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5),
usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada
36 E. Simangunsong “Pengertian Anak” diakses pada tanggal 24 Desember 2013 dariartikel : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24631/4/Chapter%20II.pdf
37 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks, Jakarta2009, h.40.
40
antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda.
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan
yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial.
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama
akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya.
Pada perilaku sosial, anak juga mengalami perkembangan yang
terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat
dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak
dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia.
Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan
yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya
yaitu anak-anak (Azis, 2005).
2. Definisi Pendidikan
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.38 Sedangkan pengertian
pendidikan menurut para ahli adalah sebagai berikut
38Haryanto, “Pengertian Pendidikan” diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari artikel: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
41
a. Menurut John Dewey, Pendidikan adalah tuntutan terhadap proses
pertumbuhan dan proses sosialisasi anak. Dalam proses pe5rtumbuhan
ini anak mengembangkan dirinya ke tingkat yang makin lama makin
sempurna, sesuai dengan teori evolusi Darwin (Soemadi Tj. 1981: 24)
b. Menurut J.J. Rousseau, Pendidikan adalah memberi kita perbekalan
yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan
dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti.39
Dari definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
adalah Bimbingan atau pembekalan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan
tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain.
Menurut Syamsuar Mochtar ada langkah-langkah belajar mengajar
yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut:
a. Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan
rangsangan belajar
b. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian
siswa mencari jawaban
c. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya
d. Membimbing siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta
melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis.40
39Hasbullah, “Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli”, artikel diakses pada tanggal 20Desember 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan#DEFINISI_PENDIDIKAN
42
3. Definisi Anak Putus Sekolah
Sedangkan anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak
mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak
tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak. Anak putus sekolah juga dapat dikatakan sebagai anak yang tidak
lagi melanjutkan pendidikan di jenjang pendidikan dasar.41
4. Faktor Penyebab Anak menjadi Putus Sekolah
Ada dua faktor penyebab anak putus sekolah, yaitu faktor Internal
yang berasal dari keluarga dan faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan masyarakat. Ada pun faktor internal dan eksternal penyebab
anak putus sekolah adalah sebagai berikut42 :
a. Faktor internal :
1) Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi
sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu
membayar kewajiban biaya sekola.ak dipengaruhi oleh berbagai
faktor
40 Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi:Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h.119.
41 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2010), h. 355.
42 Eny Wiji Lestari, “Makalah Anak Putus Sekolah”, artikel diakses pada tanggal 15Maret 2014 dari http://eonyhuh.blogspot.com/2013/05/makalah-faktor-penyebab-anak-putus.html
43
2) Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti
play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas
, prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah.
3) Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena
Droup Out.
b. Faktor Eksternal
1) Keadaan status ekonomi keluarga.
2) Kurang Perhatian orang tua
3) Hubungan orang tua kurang harmonis
Dr. Yunita, MPd sebagai pakar pendidikan asal UIN Sunan
Gunung Djati Bandung mengatakan ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak putus sekolah, antara lain biaya sekolah yang terlalu
mahal, sekolah membosankan, tidak dapat membeli buku dan peralatan
belajar, dan guru melakukan kekerasan. Faktor lain yang tidak kalah
mempengaruhi anak putus sekolah yaitu orangtua tidak memberikan
motivasi, prestasi buruk dalam pelajaran disekolah, serta ada diskriminasi
dari pihak sekolah.43
Menurut Johannes Muller (1980), kemiskinan dan ketimpangan
struktur institusional adalah variabel utama yang menyebabkan
kesempatan masyarakat khususnya anak-anak untuk memperoleh
pendidikan menjadi terhambat. Dari segi pendidikan, anak-anak yang
bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus sekolah
43Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota DewanPerwakilan Rakyat. UNICEF, 2006, h. 128
44
karena bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian
bekerja. Bagi anak-anak, sekolah dan bekerja adalah beban ganda yang
sering kali dinilai terlalu berat, sehingga setelah ditambah tekanan
ekonomi dan faktor lain yang sifatnya sturktural, tak pelak mereka
terpaksa memilih putus sekolah ditengah jalan.44
Menurut hasil kajian Sukmadinata (1994), faktor utama penyebab
anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orangtua tidak
mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Disamping itu,
tidak jarang terjadi orangtua meminta anaknya berhenti sekolah karena
mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan
orangtua. Selain itu faktor kelelahan fisik dan sejenisnya, ditambah lagi
pengaruh lingkungan teman seusia yang rata-rata memang kurang
perhatian kepada kegiatan belajar, serta prestasi belajarnya disekolah
relatif rendah, dan bahkan DO sebelum waktunya.
Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah adalah
pertama, berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran di sekolah, terkesan
memahami belajar hanya sekadar kewajiban masuk di kelas, dan
mendengarkan guru berbicara tanpa dibarengi dengan kesungguhan untuk
mencernapelajaran secara baik. Kedua, akibat prestasi belajar yang rendah,
pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan anak
putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibandingkan teman-teman
sekelasnya. Ketiga, kegiatan belajar dirumah tidak tertib, dan tidak
44 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2010), h. 341.
45
disiplin, terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari
pihak orangtua. Keempat, perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai
di dominasi oleh kegiatan lain yang tidakada hubungannya dengan
pelajaran. Kelima, kegiatan bermain dengan teman sebayanya meningkat
pesat. Keenam, mereka putus sekolah ini kebanyakan berasal dari keluarga
ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur (Marzuki,
1994).45
45 Ibid, h. 343.
46
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Lembaga
Anak atau remaja adalah amanah Tuhan yang maha kuasa yang
harus dijaga dan dipelihara. Dilihat dari sisi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, anak merupakan generasi muda atau penerus
bangsa Indonesia. Kemajuan bangsa di masa mendatang ditentukan oleh
kualitas anak pada saat ini.
Kualitas generasi muda atau remaja sendiri sangat ditentukan oleh
seberapa besar perhatian keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk ikut
berperan serta dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak secara
wajar. Karena sesuatu hal, tidak semua anak dapat tumbuh kembang
secara wajar, mereka adalah anak-anak yang mengalami hambatan rohani,
jasmani maupun sosial ekonomi yang membutuhkan pelayanan secara
khusus yakni remaja terlantar putus sekolah.
Berdasarkan kondisi remaja tersebut diatas, Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur sebagai Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) dilingkungan Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Kementerian Sosial RI melaksanakan tugas memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial, mental, fisik serta bimbingan
sosial dan keterampilan kerja dengan tujuan agar remaja terlantar putus
sekolah yang menerima pelayanan dapat berkembang secara wajar,
47
mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara baik ditengah
masyarakat serta dapat terampil dan aktif dalam pembangunan. Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur sebagai Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) berada di bawah naungan Direktorat Jendral
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI. Berikut bukti-
bukti surat kepemilikan tanah46:
1. Bukti Pemilikan Tanah :Sertifikat SK Mensos Nomor :
31/HUK/1989.
2. Status Tanah : Sertifikat No: 09.04.08.01.4.00002
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
4. Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial
5. Permensos RI Nomor : 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.47
46 Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus47 Ibid
48
C. Visi dan Misi
1. Visi
“Mewujudkan PSBR Bambu Apus sebagai lembaga
penyelenggara pelayanan Rehabilitasi Sosial secara Prima bagi Remaja
Terlantar Putus Sekolah”
2. Misi
a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan
rehabilitasi sosial bagi remaja yang efektif dan efisien.
b. Melaksanakan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja
yang prima, profesional dan berkelanjutan sesuai prosedur dan
standar pelayanan.
c. Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehsos bagi
remaja yang akuntabel, transparan dan profesional.48
D. Tujuan Berdirinya Lembaga
Tujuan PSBR Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan
kebutuhan dasar remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin,
tanggung jawab, percaya diri, terampil dan mandiri. Terlaksananya proses
rehabilitasi sosial yang selaras dengan tuntutan kebutuhan penerima
manfaat dan masyarakat dan tersedianya Sumber Daya Manusia Pusat
Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus yang professional dan
48 Ibid
49
berkualitas serta terselenggaranya administrasi dan manajemen Pelayanan
yang sistematis, terkoordinasi, terdokumentasi dan konsisten.49
E. Penerima Manfaat (Klien)
1. Jangkauan Pelayanan dan Perekrutan
Menyadari perlunya pusat pemberdayaan dan pengembangan
diri bagi remaja, sejak 1 September 1994 PSBR telah menerima sekitar
75 angkatan. Setiap tahun ada dua kali pendaftaran yang dilaksanakan
setiap bulan Nopember dan Desember untuk angkatan pertama,
sedangkan angkatan kedua pada bulan Mei dan Juni. Jangkauan Pusat
Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur Tahun
2013 yang merupakan wilayah sasaran program penerima manfaat
meliputi Regional Jawa : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur.50
2. Deskripsi Klien
Sesuai dengan latar belakang berdirinya PSBR ini adalah untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial,
mental, fisik serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja dengan
tujuan agar remaja terlantar putus sekolah yang menerima pelayanan
dapat berkembang secara wajar, mandiri dan dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara baik ditengah masyarakat juga serta dapat
49 Ibid50 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri, Jakarta, 10 April 2014
50
terampil dan aktif dalam pembangunan. Oleh karena itu penerima
manfaat di PSBR Bambu Apus memiliki tipe “Normal Functioning”
yakni klien PSBR Bambu Apus dapat dikatakan berfungsi secara
normal.51
3. Kriteria Pemilihan
Kriteria untuk menjadi calon penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus adalah sebagai berikut :
a) Anak laki- laki atau perempuan
b) Remaja terlantar dan Putus Sekolah pada tingkat SD, SMP, SLTA
atau yang sederajat.
c) Usia 15 s/d 18 tahun
d) Tidak mampu
e) Sehat jasmani dan rohani
f) Tidak bertato dan narkoba atau tindak kriminal lainnya
g) Surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat
h) Lulus seleksi oleh Instansi Sosial setempat atau petugas panti
i) Surat penyerahan dari orang tua / keluarga
j) Akte kelahiran/ surat kenal lahir.52
51 ibid52 Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
51
4. Proses Penerimaan
Proses penerimaan calon penerima manfaat PSBR Bambu Apus
adalah sebagai berikut53 :
a) Sosialisasi
Sosialisasi program adalah kegiatan penyebarluasan informasi
tentang PSBR secara umum kepada masyarakat. Tujuan sosialisasi
ini adalah :
1) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami tugas pokok dan
Fungsi PSBR.
2) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami Status PSBR
sebagai UPT milik Kementrian Sosial RI.
3) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami maksud dan tujuan
PSBR.
4) Peserta pertemuan mengetahui program- program yang ada di
PSBR, seperti Administrasi, Orientasi Penerima Manfaat,
Penelusuran Minat Bakat (PMB) Penerima Manfaat, Out Bond,
Bimbingan Sosial Penerima Manfaat, Kegiatan Bimbingan
Keterampilan Penerima Manfaat, Kegiatan Kunjungan Industri
Penerima Manfaat, Pembekalan dan Persiapan Magang, Magang/
Praktek Belajar Kerja Penerima Manfaat, Monitoring Magang,
53Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri, Jakarta, 10 April 2014
52
Kegiatan Widyawisata Penerima Manfaat, dan Penyuluhan-
penyuluhan.
b) Pendaftaran
Pendaftaran merupakan kegiatan membagikan formulir
pendaftaran, mewawancarai, melakukan observasi sekaligus
mencatat anak remaja calon binaan PSBR di lokasi (tempat tinggal
calon binaan).
Beberapa aspek yang harus diperoleh dari kegiatan ini adalah :
1) Identitas calon binaan (nama calon, usia, pendidikan terakhir,
permasalahan yang dihadapi anak pada waktu tersebut.
2) Identitas Orang tua/wali (nama, alamat orang tua/wali, usia,
pekerjaan).
3) Jumlah saudara kandung calon (bila ada alamat keluarga / warga
terdekat yang tinggal di sekitar PSBR Bambu Apus).
4) Penyebab keterlantaran (putus sekolah).
c) Seleksi
Seleksi adalah kegiatan untuk memilah dan memilih atau
menentukan calon peserta atau penerima manfaat di PSBR Bambu
Apus yang dilakukan tim seleksi. Tim Seleksi ini diketuai oleh
seorang pekerja sosial yang ditunjuk berdasarkan SK Pimpinan
53
PSBR. Seleksi terhadap calon penerima pelayanan PSBR didasarkan
pada kriteria pemilihan yang telah dijelaskan di atas.
d) Registrasi
Registrasi adalah kegiatan mencatat, menyimpan serta
mengagendakan data-data calon penerima manfaat PSBR ke dalam
buku register. Kegiatan registrasi dilakukan di PSBR Bambu Apus
dan dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK Kepala panti.
e) Orientasi
Orientasi adalah proses yang diselenggarakan oleh PSBR untuk
melakukan penyesuaian fisik, psikis dan mental anak calon penerima
pelayanan ke dalam metode pelayanan yang ada.
Prosedur Penerimaan Calon Penerima Manfaat
di PSBR Bambu Apus
DITERIMAOLEH1
4
PEMERIKSAANKESEHATAN
2 3
5WAWANCARA:
- PEKSOS- TEST PSIKOLOGIS
5PENETAPAN DIRUMAH ASUH
5PELAYANAN DIDALAM PANTI
SELAMA 6 BULAN
SELEKSIPERSYARATANADMINISTRASI
54
Tahapan Pelayanan terhadap
Penerima Manfaat di PSBR Bambu Apus
REMAJAPUTUS
SEKOLAH
AKSES
(DatangSendiri,MediaOnline,RujukanDinas Sosial,Dll)
INTAKE &ENGAGEMENT
Asesmen AwalSeleksiKontrakLayanan
ASESSMENT &CASE
RECORDING
Assesment LanjutanCase RecordingNetworking &CoordinationCase ConferenceHome Visit
RENCANAPELAYANAN
PerencanaanPengasuhanKunjunganIndustriPenyuluhan&Ceramah Umum
MONITORING DAN EVALUASI
(Monev, Conditionalities, Akuntabilitas, Respon Pengaduan Masyarakat)
PENCEGAHAN
Public Awareness/SosialCampaingn, PendidikanMasyarakat,PenyebarLuasanInformasi
IMPLEMENTASI &
SUPERVISIPemenuhanKebutuhan dasarBimbingan Sosial,Psikologis,Mental dan FisikBimbinganKeterampilanRekreasi
RE-INTEGRASI & FOLLOWUP
Pembekalan magangMagangMonitoring Magang
TERMINASI/REFERAL
BIMBINGAN LANJUT
55
F. Program
1. Pelaksanaan Program
Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Jakarta
selaku Mitra Kerja di bawah naungan Kementrian Sosial RI yakni
satuan kerja perangkat wilayah yang berada di Jakarta Timur dalam
tahun pelaksanaan Anggaran 2013 melaksanakan Kegiatan Program
terhadap Penerima Manfaat dengan sasaran target 150 anak pada
masing- masing tiap angkatan. Seksi Rehabilitasi Sosial yang bertugas
untuk membuat rancangan program kegiatan untuk Penerima Manfaat
untuk satu tahun.
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Sosial dan Keterampilan
Kerja selama tahun 2013 telah dilaksanakan dengan kegiatan54 :
a. Administrasi
1) Mempersiapkan agenda dan data awal tentang penerima
manfaat
2) Tersedianya catatan study kasus dan persyaratan administrasi
3) Mempersiapkan atau menyediakan sarana dan prasarana
pelaksanaan kegiatan seperti : alat tulis dan buku tulis dan
peralatan penunjang untuk penerima manfaat.
4) Menyusun berkas biodata dan data kesehatan penerima
manfaat.
54Wawancara Pribadi dengan Ibu Harfiah, Jakarta, 10 April 2014
56
5) Buku perkembangan penerima manfaat.
6) Mempersiapkan buku induk penerima manfaat.
7) Menyusun dan menelaah identitas calon penerima manfaat.
b. Orientasi Penerima Manfaat
Pelaksanaan orientasi penerima manfaat di lingkungan
panti bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan
kedisiplinan remaja dalam pelaksanaan orientasi juga dilakukan
pengenalan program dan kegiatan penunjang .
c. Penelusuran Minat Bakat (PMB) Penerima Manfaat
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan
penerima manfaat pada jurusan yang sesuai dengan
kemampuannya. Juga agar penerima manfaat dapat mengikuti
proses belajar-mengajar dengan baik.
d. Out Bond
Maksud dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan rasa percaya diri
pada penerima manfaat. Juga untuk membentuk disiplin kerja dan
memotivasi diri dalam bekerja.
e. Bimbingan Sosial Penerima Manfaat
Bimbingan sosial adalah proses komunikasi dan informasi
edukasi dan motivasi yang terencana, terarah, dan berkelanjutan
57
untuk memberikan pengetahuan dan mendorong perubahan sikap
dan perilaku. Adapun materi bimbingan sosialnya adalah
Bimbingan dalam PBB (Pelajaran Baris Berbaris), Bimbingan
Perubahan Perilaku, Bimbingan Keorganisasian/Kepemimpinan,
Pengetahuan tentang NAPZA, Bimbingan Sosial Masyarakat, Etika
Sosial Remaja, dll.
f. Kegiatan Bimbingan Keterampilan Penerima Manfaat
Bimbingan keterampilan kerja dilakukan agar remaja
memiliki kemampuan dan kemandirian sehingga mereka dapat
terampil dan aktif berpartisipasi di masyarakat dengan bekal
keterampilan dasar yang dimiliki yang memungkinkan bagi mereka
untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan. Bimbingan
keterampilan yang ada di PSBR yaitu bimbingan keterampilan
Menjahit, Las, Elektro, Salon, Otomotif Motor, dan Otomotif
Mobil.
g. Kegiatan Kunjungan Industri Penerima Manfaat
Kunjungan industri sebagai salah satu pelengkap dari
proses bimbingan keterampilan kerja, dan kegiatan ini di harapkan
mampu memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja.
h. Pembekalan dan Persiapan Magang
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pemantapan
penerima manfaat yang akan mencari tempat magang untuk diberi
58
kesempatan menimba ilmu di berbagai unit usaha sesuai dengan
keterampilannya.
i. Magang/ Praktek Belajar Kerja Penerima Manfaat
Kegiatan magang merupakan ajang pengenalan lembaga
tempat bekerja sekaligus mengasah kemampuan penerima manfaat
dalam bidang keterampilan yang dimiliki dan diperoleh selama
bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan selama di panti.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 27 hari.
j. Monitoring Magang
Untuk mengetahui dan mengontrol pelaksanaan magang
yang dilaksanakan oleh PM, maka diadakan kegiatan monitoring
magang bagi PM tersebut.
k. Kegiatan Widyawisata Penerima Manfaat
Widya wisata merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan
pada Penerima Manfaat agar telibat langsung pada aktifitas
permainan.
l. Penyuluhan- penyuluhan
Penyuluhan atau ceramah umum dilaksanakan di Aula
PSBR setiap selesai dilaksanakannya magang.
59
G. Sarana dan Prasarana
Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur
berada di areal tanah luas seluas 103.400 m2 sesuai dengan pembuatan
sertifikat tanah pengganti dengan surat ukur pengesahan akta Notaris
Hetty Siagian, SH dengan SPK Nomor : 831H/PPK-UM/X/2010 tanggal
01 Oktober 2010 yang terdiri atas bangunan- bangunan sebagai berikut55 :
Tabel 1. Sarana dan Prasarana
No. Sarana dan Prasarana Jumlah1. Gedung kantor dan ruang aula 1 unit2. Rumah asuh (cottage) 23 unit3. Gedung Poliklinik / Perlindungan
Sosial Anak1 unit
4. Dapur umum dan ruang makan 1 unit5. Gedung instalasi produksi (shelter
workshop)5 unit
6. Ruang bimbingan / praktekketerampilan
1 unit
7. Ruang Ibadah 1 unit8. Gedung fungsional peksos dan
konseling1 unit
9. Pos jaga / keamanan 1 unit10. Rumah dinas kepala panti 10 unit11. Rumah dinas type 45 9 unit12. Rumah dinas type 70 1 unit13. Lapangan futsal 1 unit14. Lapangan volley ball/basket 1 unit15. Gedung olah raga bulu tangkis 1 unit16. Taman kanak-kanak (TK) 1 unit17. Taman anak sejahtera kasih ibu 1 unit18. Pusat pelayanan terpadu / gedung
ADK2 unit
55Wawancara Pribadi dengan Bapak Zulkifli (Staff TU), Jakarta, 11 April 2014
60
H. Struktur Lembaga dan Divisi-divisi
1. Struktur OrganisasiI Pusat Lembaga Remaja (PSBR) Bambu
Apus Jakarta KEMENSOS RI NP.106/HUK/201456 :
2. Deskripsi Pekerjaan
a. Sub Bagian Tata Usaha berperan dalam bertugas melakukan
penyiapan penyusunan anggaran, urusan surat- menyurat,
56 Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Kepala LembagaDra. Ignatia Sri Wuwuh P,
M.Si
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Dyah Wijayanti A.KS,M.Kesos
Kepala Seksi RehabilitasiSosial
Namin Sunarto, AKS
Kepala Seksi Program danAdvokasi sosial
Hasrifah M.Ssi
Kelompok Jabatan Fungsional
Dra. Habibi Tamher, M.Si
Shelter Workshop Instalasi Produksi
61
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta
kehumasan
b. Program dan Advokasi Sosial (PAS) berperan melakukan
penyusunan rencana program pelayanan rehabilitasi sosial,
pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan
bahan standarisasi pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta
evaluasi pelaporan.
c. Seksi Rehabilitasi Sosial bertugas melakukan observasi,
identifikasi, registrasi pemeliharaan jasmani dan penetapan
dignosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan,
mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan
lanjut.
d. Pekerja Sosial berperan dalam hal (Assessment) pengungkapan dan
pemahaman masalah penerima manfaat, melakukan pendekatan
kepada sasaran program, motivasi dan dukungan sosial,
melaksanakan pemberian materi bimbingan sosial, serta
mencarikan alternative pemecahan masalah penerima manfaat,
membuat catatan perkembangan klien, Pekerja sosial yang
kompeten dan Petugas Sosial Professional melakukan
pengembangan dan penyaluran Penerima Manfaat.57
57Wawancara Pribadi dengan Ibu Harfiah, Jakarta, 10 April 2014
62
I. Sumber Daya Manusia58
1. Latar Belakang Pendidikan
Tabel 2. Komposisi Pegawai Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Keterangan1 Strata 2 72 Strata 1 123 Diploma IV 94 Diploma III 85 SLTA/SMPS 126 SLTP 27 SD -
Jumlah 50
2. Gender dan Keragaman Etnis
Tabel 3. Komposisi pegawai PSBR menurut
Jenis Kelamin Tahun 2013
No JenisKelamin
Jumlah Orang Prosentase(%)
Keterangan
1 Laki- laki 25 50 Pensiun 1 org2 Perempuan 25 50
Jumlah 50 100%
Dengan prosentase yang seimbang 50:50, tidak adanya
diskriminasi gender pegawai di lingkungan kerja PSBR. Mereka
semua mengerjakan tugasnya tanpa melihat gender bahwa pegawai
wanita harus melakukan ini atau tidak harusnya menempati jabatan
ini, dll.
58 Wawancara Pribadi dengan Bapak Zulkifli, Jakarta, 11 April 2014
63
3. Jumlah pegawai dari Jabatan
Tabel 4. Komposisi Pegawai MenurutJabatan Tahun 2013
No JabatanJumlahOrang Keterangan
1 Kepala Panti 12 Subbag Tata Usaha
a. Kepala Sub Bagian 1b. Staf Sub Bagian 18
3 Seksi Program dan Advokasia. Kepala Seksi 1b. Staff Seksi 2
4 Seksi Rehabilitasi Sosiala. Kepala Seksi 1b. Staff Seksi 6
5 Fungsional
a. Pekerja Sosial 15Fungsional Angka
Kredit
b. Perencana 1Fungsional Angka
Kreditc. Arsiparis -d. Pranata komputer -e. Instruktur -
f. Penyuluh Sosial 1Fungsional Angka
Kreditg. Pustakawan -
h. Psikolog 1Fungsional NonAngka Kredit
i. Dokter/perawat -
j. Perawat/paramedis 2Fungsional NonAngka Kredit
k. Verifikator Keuangan - Sda
4. Pengembangan Kompetensi Staff
Dalam rangka pembinaan pegawai di lingkungan PSBR, upaya
dan langkah- langkah yang diambil antara lain :
64
a) Meningkatkan observasi dan pengawasan dalam bidang tugas
pekerjaan pegawai, dan pemberian sanksi berupa teguran lisan
maupun tertulis pada pegawai yang melanggar aturan sesuai
dengan ketentuan peraturan pemerintah No. 53 tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
b) Mengontrol daftar hadir (absensi) pegawai pada setiap hari kerja.
c) Memberikan arahan, teguran, dan nasehat kepada pegawai
yangmenunjukkan gejala tidak disiplin.
d) Melaksanakan Apel pagi setiap hari Senin dan Kamis.
e) Kegiatan Pembinaan Pegawai. Tahun 2012 pelaksanaan
pembinaan pegawai dipusatkan di Hotel Marbella, Anyer,
Propinsi Banten dari tanggal 23 s/d 24 April 2012. Bertindak
selaku pembina adalah Bapak Direktur Jenderal Rehabilitasi
Sosial Kementrian Sosial RI yakni Drs. Syamsudi, MM. Dalam
kegiatan pembinaan pegawai juga dilaksanakan Outbond Training
guna mendukung maksud dan tujuan diselenggarakannya acara
dimaksud.
5. Penilaian Pekerja
Kepala Seksi masing- masing program mempunyai caranya
sendiri untuk mensupervisi dan mengevaluasi staffnya. Seperti yang
telah kami ketahui bahwa Ibu Hasrifah selaku Kepala Seksi Program
65
dan Advokasi Sosial membuat absen pribadi untuk staffnya dan selalu
di pantau mengenai pekerjaan para staffnya. Ibu Dyah dan juga
seluruh Kepala Seksi selalu mengevaluasi hasil pekerjaannya ketika
menyelesaikan suatu kegiatan.
J. Keuangan
Laporan keuangan ini mencakup beberapa transaksi keuangan yang
dikelola oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yang berasal dari APBN
di tuangkan dalam DIPA PSBR Bambu Apus Tahun Nomor : 0306.0/027-
04.2.01/11/2012 tanggal 9 Desember 2011 sebesar59 : Rp. 7.046.143.000
dan setelah direvisi tanggal 10 Agustus 2012 menjadi sebesar Rp
11.639.776.000 merupakan alokasi tambahan APBN-P 2012 yang
digunakan untuk membiayai kegiatan Pusat Pengembangan Remaja
(PSBR) Bambu Apus Jakarta.
Tabel 5. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja
perjenis Belanja Tahun 2012
KodeJenis
Belanja
Uraian JenisBelanja
AnggaranSetelahDirevisi
RealisasiBelanja
Persentase
1 2 3 4 551 Belanja Pegawai Rp
2.351.729.000Rp
2.481.168.802105,50%
52 Belanja Barang Rp4.977.587.000
Rp4.876.176.910
97,96%
98,61% Belanja Modal Rp4.310.460.000
Rp4.250.698.450
57 Belanja BantuanSosial
0 0 --%
59 Laporan Tahunan Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Tahun 2012
66
K. Kemitraan dengan Pihak Luar
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan memperluas
jaringan kerjasama dengan masyarakat atau lingkungan di sekitar panti,
maka Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus telah
melaksanakan kerjasama dengan60 :
1. Komando Rayon Militer 007 Cipayung Jakarta Timur
Dalam rangka penanganan disiplin dan perubahan sikap mental
penerima manfaat, melibatkan pihak koramil dalam kegiatan saat masa
orientasi dan pengenalan lingkungan.
2. Kepolisian Sektor (Polsek) Cipayung Jakarta Timur
Dalam rangka penanganan dan pencegahan kenakalan remaja, serta
perlindungan remaja berada di lingkungan sosial panti untuk
penanganan penerima manfaat serta pemahaman tentang tata tertib di
jalan raya.
3. Dinas Pendidikan dan DIKMEN Kecamatan Cipayung
Dinas Pendidikan diperlukan dalam rangka kerjasama dalam
pembalajaran serta pendidikan untuk anak sekolah atau untuk remaja
terlantas putus sekolah melalui Paket Pendidikan kesetaraan Paket A, B,
dan C di PKBM Bina Remaja Bambu Apus yang bekerjasama PSBR
Bambu Apus.
60Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri, Jakarta, 10 April 2014
67
4. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan diperlukan untuk penanganan penerima manfaat yang
sakit, serta pemeriksaan, dan pengobatan dilakukan 1 (satu) bulan sekali
yang bertempat di gedung Poliklinik dengan tenaga medis Dokter 1
orang Dinas Kesehatan dan Tenaga Perawat di dalam panti 2 orang.
5. Perusahaan Swasta
Dibidang perbengkelan/Industri garment telah menjalin kerjasama
dalam bentuk penerimaan remaja yang telah mengikuti bimbingan
sosial dan keterampilan kerja sesuai dengan bidang yang telah diambil
oleh remaja/ penerima manfaat dalam bentuk penyaluran penerima
manfaat.
68
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan lapangan pelaksanaan pelatihan Bimbingan
Keterampilan Menjahit (BKM) angkatan 75 periode Januari s.d Juni 2014, dapat
diperoleh suatu informasi mengenai input, pelaksanaan (proses), dan hasil dari
program bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan oleh Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur kepada anak putus sekolah. Dalam bab ini
analisis input, pelaksanaan (proses), dan hasil bimbingan keterampilan dijelaskan
melalui model evaluasi yang dikemukakan oleh Pietrzak, meliputi analisis
klien/calon peserta, program pelatihan, sarana dan parasarana, dan staf
/instruktur.
A. Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit
Input program bimbingan keterampilan menjahit merupakan persiapan
awal untuk menjalankan program, adapun input yang peneliti teliti ialah
terkait dengan klien/calon peserta, program pelatihan, sarana dan parasarana,
dan staf /instruktur.
1. Klien/calon peserta.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan,
perekrutan klien/calon peserta diawali dengan sosialisasi program
kepada masyarakat. Sosialisasi ini dilaksanakan dengan menyampaikan
69
surat pemberitahuan kepada lembaga-lembaga terkait, seperti: Dinas
Sosial, LSM, Orsos, dan lain-lain.
Secara umum persyaratan pendaftaran untuk calon peserta
pelatihan selanjutnya disebut Penerima Manfaat (PM) meliputi
kelengkapan administrasi dan kondisi fisik.
a. Kelengkapan administrasi
k) Jenis kelamin laki-laki atau perempuan
l) Remaja terlantar dan Putus Sekolah pada tingkat SD, SMP,
SLTA atau yang sederajat.
m) Usia 15 s/d 18 tahun
n) Berasal dari keluarga tidak mampu
o) Sehat jasmani dan rohani
p) Tidak bertato, bukan pengguna narkoba, dan tidak terlibat dalam
tindak kriminal
q) Surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat
r) Lulus seleksi oleh Instansi Sosial sebagai penyelenggara
s) Surat penyerahan dari orang tua / keluarga
t) Akte kelahiran/ surat kenal lahir.
70
u) Bisa membaca dan berhitung.61
b. Kondisi fisik
Untuk menguji ketahanan dan kondisi fisik, calon peserta diuji
dengan melakukan squat jump, push up, dan berlari.
Bagi anak yang memenuhi syarat-syarat administrasi dan
pengujian kondisi fisik dilakukan tes wawancara. Jika anak-anak sudah
lulus mengikuti tes-tes tersebut dan sudah memenuhi syarat, mereka akan
mengikuti tes bakat dan minat.
Berdasarkan hasil wawancara dan temuan, terdapat 22 peserta
pelatihan untuk mengikuti program pelatihan keterampilan menjahit,
maka terindikasi bahwa ke-22 orang peserta pelatihan telah memenuhi
syarat untuk mengikuti pelatihan keterampilan menjahit. Dalam tes bakat
dan minat dinilai kemampuan dasar yang dimiliki maupun keinginan
mereka mengikuti program yang ada dipanti. Sebagai gambaran
berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Hasrifah, kemampuan dasar
mereka rata-rata mampu membaca, mengukur (menghitung), dan
menjahit secara manual (jahit tangan) pekerjaan-pekerjaan sederhana.
61 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan KeterampilanMenjahit), Jakarta, 5 Agustus 2014
71
2. Program pelatihan
a. Orientasi Penerima Manfaat
Pelaksanaan orientasi penerima manfaat (PM) di lingkungan panti
bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan
kedisiplinan remaja, dalam pelaksanaan orientasi juga dilakukan
pengenalan program dan kegiatan penunjang .
b. Penelusuran Minat Bakat (PMB) Penerima Manfaat
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan penerima
manfaat pada jurusan yang sesuai dengan kemampuannya. Juga agar
penerima manfaat dapat mengikuti proses belajar-mengajar dengan
baik.
c. Kegiatan Bimbingan Keterampilan Penerima Manfaat
Bimbingan keterampilan kerja dilakukan agar remaja memiliki
kemampuan dan kemandirian sehingga mereka dapat terampil dan
aktif berpartisipasi di masyarakat dengan bekal keterampilan dasar
yang dimiliki yang memungkinkan bagi mereka untuk pemenuhan
kebutuhan hidup di masa depan. Bimbingan keterampilan yang ada
di PSBR yaitu bimbingan keterampilan Menjahit, Las, Elektro,
Salon, Otomotif Motor, dan Otomotif Mobil. Untuk masing-masing
program keterampilan, diberikan pembelajaran teori selama 3
minggu, pembelajaran praktik selama 16 minggu, dan magang/PKL
72
selama 4 minggu, sedangkan 1 minggu lainnya untuk masa orientasi
dan penyelesaian administrasi.
d. Kegiatan Kunjungan Industri Penerima Manfaat
Kunjungan industri sebagai salah satu pelengkap dari proses
bimbingan keterampilan kerja, dan kegiatan ini di harapkan mampu
memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja.
e. Pembekalan dan Persiapan Magang
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pemantapan penerima
manfaat yang akan mencari tempat magang untuk diberi kesempatan
menimba ilmu di berbagai unit usaha sesuai dengan
keterampilannya.
f. Magang/ Praktek Belajar Kerja Penerima Manfaat
Kegiatan magang merupakan ajang pengenalan lembaga tempat
bekerja sekaligus mengasah kemampuan penerima manfaat dalam
bidang keterampilan yang dimiliki dan diperoleh selama bimbingan
sosial dan bimbingan keterampilan selama di panti. Kegiatan ini
dilaksanakan kurang lebih selama 4 minggu.
g. Monitoring Magang
Untuk mengetahui dan mengontrol pelaksanaan magang yang
dilaksanakan oleh PM, maka diadakan kegiatan monitoring magang
bagi PM tersebut.
73
h. Pemberian Fasilitas (Mesin Jahit)
Pemberian fasilitas berupa mesin jahit diberikan kepada masing-
masing anak setelah mereka lulus dari pelatihan keterampilan
menjahit, agar anak-anak yang telah selesai mengikuti pelatihan
keterampilan menjahit dapat memiliki modal untuk membuka usaha
sendiri.
3. Sarana dan Prasarana
Dalam perencanaan atau input keterampilan menjahit, lembaga
ini menyediakan berbagai sarana untuk mendukung terlaksananya
pelatihan keterampilan menjahit untuk anak putus sekolah, adapun sarana
dan prasarana yang telah disiapkan oleh lembaga yaitu:
a. Ruangan teori dan praktek
b. 40 mesin jahit (manual dan listrik)
c. Bahan pakaian
d. 40 Bangku siswa
e. 40 meja siswa
f. 1 meja guru
g. 2 lemari baju
h. Loker
74
i. 40 set alat jahit dalam bentuk kit(kotak alat) yang berisi:
1) Gunting jahit
2) Pendedel
3) Jarum jahit
4) Pelindung jari
5) Penggaris
6) Meteran kain
7) Meteran pola
8) Kapur pola
Sarana yang telah disediakan oleh lembaga ini kurang lebih 40
set, dan cadangan sebanyak 5 set, dengan pertimbangan karena lembaga
ini memiliki kuota untuk keterampilan menjahit lembaga sebanyak 40
anak, tetapi jika anak yang lulus seleksi kurang dari 40, maka sarana
yang tersisa akan disimpan, sedangkan bila pesertanya berlebih maka
akan menggunakan sarana cadangan yang ada.
Prasarana keterampilan menjahit yang disediakan lembaga adalah
sebuah ruangan menjahit, yang digunakan sebagai ruangan teori dan
ruangan praktek, ukuran ruangan tersebut cukup besar dan dapat
menampung kurang lebih 40 anak.
75
Dengan keberadaan sarana dan prasarana menjahit seperti ini,
terindikasi keberadaan sarana dan prasarana sudah memadai untuk
menyelenggarakan atau menampung kurang lebih 40 peserta pelatihan.
4. Tenaga pelatih/Instruktur
Untuk memenuhi terlaksananya bimbingan keterampilan
menjahit, lembaga menyiapkan 2 orang instruktur untuk membimbing
pada proses pendidikan dan pelatihan.
Beberapa persyaratan untuk menjadi instruktur, yaitu:
a. Laki-laki/Perempuan
b. Usia maksimal 55 tahun
c. Minimal lulusan SMA/SMK
d. Memiliki pengalaman kerja dibidang konveksi minimal 2 tahun
e. Memiliki sertifikat keterampilan menjahit
Syarat-syarat tersebut telah dipenuhi oleh 2 instruktur menjahit
yang sudah disiapkan oleh lembaga, yaitu Ibu Nurhasanah dan Ibu Fajrin.
Ibu Nurhasanah sudah bekerja selama kurang lebih 8 tahun di lembaga,
beliau sudah menangani kurang lebih 16 angkatan di PSBR. Sebelumnya
beliau pernah bekerja di LPK selama 6 tahun. Setelah itu beliau
membuka usaha sendiri dirumah dan membuka les jahit, kemudian beliau
76
berhenti dan melanjutkan bekerja di PSBR menjadi instruktur jahit sejak
tahun 2006 hingga saat ini. Sedangkan ibu Fajrin sudah 7 tahun bekerja
di PSBR sebagai instruktur menjahit, kurang lebih beliau sudah
menangani 10 angkatan keterampilan menjahit di PSBR. Sebelumnya
beliau pernah bekerja di perusahaan garment selama 1 tahun, dan beliau
juga pernah bekerja di perusahaan konveksi selama 2 tahun. kemudian
beliau berhenti dan melanjutkan bekerja di PSBR menjadi instruktur jahit
sejak tahun 2007 hingga saat ini.
Dilihat dari segi pengalaman bekerja, maka terindikasi bahwa
kedua instruktur jahit tersebut sudah memadai dari segi kemampuan
untuk melatih kemampuan menjahit.
B. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan Menjahit
Evaluasi pelaksanaan merupakan evaluasi proses pelaksanaan
pelatihan BKM. Bimbingan keterampilan adalah suatu proses bantuan yang
diberikan kepada individu untuk menentukan atau menemukan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan keinginan,
pemahaman, pengetahuan dalam bidang keterampilan yang dimiliki, sehingga
mereka dapat menjadi seorang pekerja yang memungkinkan mereka
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, agar
mereka mendapatkan penghasilan serta kehidupan yang layak di masyarakat.
Untuk melihat sejauhmana peserta pelatihan dapat menyerap teori dan
praktek yang sudah di programkan, pada fase-fase penyelenggaraan
77
pendidikan dan pelatihan sedang berjalan dilakukan desain evaluasi formatif
dengan harapan bila terjadi ketidak sesuaian pencapaian tujuan dapat segera
dilakukan penyempurnaan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Desain evaluasi formatif dilakukan oleh instruktur, staf rehsos, dan staf PAS.
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang peneliti lakukan di
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus pada saat pelaksanaan BKM yang
dilaksanakan periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni, sebagaimana
dikatakan oleh Ibu Nurhasanah selaku instruktur BKM, yaitu :
“bimbingan keterampilan pada periode ini dilakukan bulan Januarihingga bulan Juni, biasanya setahun ada 2 periode. Dan setiapperiodenya dilakukan selama 6 bulan, kalau untuk pelatihannyadimulai dari pertengahan januari sampai akhir Mei karena selanjutnyamereka mengikuti PKL selama 1 bulan, baru setelah itu merekadikembalikan ke orangtua atau lanjut bekerja. Ketika merekamengikuti pelatihan diberikan pembelajaran teori selama 3 minggu,kemudian mereka praktek selama kurang lebih 4 bulan.”62
Pada pelaksanaan BKM yang telah dijelaskan oleh Ibu Nurhasanah
selaku instruktur BKM, peneliti juga terjun langsung melihat pelaksanaan
bimbingan keterampilan menjahit yang dibagi menjadi 3 tahap dalam 1
periodenya, yaitu sebagai berikut :
1. Pemberian Teori Bimbingan Keterampilan Menjahit
Pada pertengahan bulan pertama hingga pertengahan bulan kedua,
anak-anak diberikan teori di ruangan menjahit. Pelatihan BKM di lembaga
62 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan KeterampilanMenjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
78
ini baru memasuki level dasar dan terampil, teori yang diberikan meliputi
pembuatan pola, memotong, menjahit sederhana, membuat bawahan
seperti rok, boxer/celana pendek, dan membuat atasan seperti kemeja,
pakaian anak, kebaya dan gaun sederhana.
Pada saat pemberian teori anak-anak sangat antusias dengan materi
yang diberikan oleh instruktur.63 Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu
Nurhasanah selaku instruktur bimbingan keterampilan menjahit, yaitu
sebagai berikut :
“...teori yang diberikan kepada anak hanya berlangsung selama 3minggu, materi yang diberikan kepada anak-anak sebatas materidasar dan terampil, sesuai dengan level bimbingan keterampilanyang ditetapkan oleh lembaga ini. Teorinya itu seperti membuatpola baju, kerah baju, setelah itu membuat bawahan seperti rok,celana pendek, celana perempuan yang bahannya “jatuh ataulemes” yang bentuknya seperti rok tetapi celana, lalu jugadiberikan materi untuk membuat atasan seperti kemeja, kebaya,dress, dan lain sebagainya. Anak sangat antusias mengikutipelajaran, karena keterampilan ini mereka sendiri yang pilih jadianak bersemangat untuk mengikuti pelatihan.”64
Memperhatikan penyampaian materi bersifat teoritis selama 3
minggu, yang selanjutnya akan melaksanakan pembelajaran praktik selama
kurang lebih 16 minggu, terindikasi komposisi pembelajaran teori dan
praktik cukup efektif untuk pendidikan non formal yang diberikan
lembaga kepada anak-anak, karena pada program peningkatan
keterampilan memang seharusnya anak lebih diasah dalam aspek
63 Ibid64 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
79
psikomotoriknya daripada kognitifnya, artinya keterampilan/ketangkasan
lebih diutamakan dari hanya sekedar pengetahuan.
2. Pemberian Praktek Bimbingan Keterampilan Menjahit
Dalam satu periode atau selama enam bulan, setelah anak
mendapatkan kurang lebih 3 minggu pembelajaran teori, anak akan
diajarkan untuk melakukan praktek. Dalam hal ini instruktur BKM
mempunyai strategi sendiri agar anak dapat lebih menyerap materi dan
praktek yang diberikan, serta agar anak termotivasi dan bersemangat
dalam mengikuti pelatihan. Yaitu dengan cara teori diberikan tidak begitu
memakan banyak waktu dan praktek lebih banyak diberikan, Ibu Nur juga
melakukan pendekatan yang berorientasi pada tujuan kepada pemakai
dengan memberikan motivasi kepada anak ketika anak merasa bosan pada
saat mengikuti pelatihan.65 Seperti yang beliau ceritakan kepada penulis,
bahwa:
“...saya ada cara untuk membuat anak semangat lagi, jadi ketikamereka mengeluh bosan saya akan mengalihkan ke praktek sedikit,misalnya disuruh buat pola berbentuk bunga untuk membuat taplakmeja atau tutup galon, nanti mereka akan merasa seru sendiri danbersemangat ternyata lucu dan bagus hasilnya, begitu merekasemangat saya menawarkan mau dilanjutkan atau tidak teorinyamereka pun mau untuk melanjutkan.”66
Hal ini juga dikatakan oleh Ernawaty selaku WBS/peserta
pelatihan BKM kepada penulis, bahwa:
65 Observasi Penulis, Jakarta 12 Mei 201466 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
80
“Iya kak, sering banget kak dikasih motivasi, nasehat biarsemangat katanya. Intruktur bilang saya gak boleh putus asa biarbisa kerja dengan baik”67
Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Nur dan Ernawaty mengenai
pemberian motivasi, hal ini sejalan dengan teknik triangulasi sumber data,
yaitu instruktur benar-benar memberikan motivasi kepada peserta
pelatihan agar peserta pelatihan memiliki keinginan dalam mengasah
kemampuan mereka.
Pada bulan kedua hingga bulan kelima ini peserta diberikan
pelatihan praktek. Dalam pemberian pelatihan praktek instruktur
mempraktekan teori yang telah diajarkan, dan waktu praktek dilakukan
setiap hari senin hingga sabtu, jadwal praktek dimulai pada pukul 10.00
WIB hingga pukul 12.00 WIB, kemudian istirahat selama 1 jam dan
dilanjutkan pada pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Pelaksanaan pelatihan
keterampilan menjahit, dilaksanakan pada ruangan yang sama seperti
pelaksanaan pembelajaran teori. Dalam pemberian pelatihan praktek,
instruktur menjelaskan keberadaan peralatan yang relatif memadai untuk
pelaksanaan pelatihan keterampilan/praktik. Kemudian instruktur
mencontohkan cara menggunakan mesin jahit dan peralatan pendukung
lainnya, dalam pembuatan baju. 68 Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Nurhasanah mengenai sarana dan prasarana, bahwa :
“...sebenarnya standar PSBR sudah cukup baik, walaupun kamibaru menggunakan level dasar dan terampil dalam menerapkan
67 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 201468 Observasi Penulis, Jakarta 20 April 2014
81
kurikulum yang ada. Tetapi hampir semua sudah kami ajarkankepada anak-anak, namun kalau dalam pemesanan untuk keluarkami belum bisa, karena waktu belajar yang kami berikan hanya 6bulan setiap periodenya, anak belum bisa memenuhi pesanan dariorang lain. Berbeda dengan pelatihan yang lainnya yang memangsekolah menjahit itu, mereka sudah bisa menerima pesanan dariluar karena waktu belajar mereka setahun hingga setengah tahun.Waktu itu kami pernah mencoba seperti lembaga lain untukmenerima pesanan, tetapi yang ada kami keteteran. Meskipunsarana dan prasarana kami sudah cukup baik, seperti kami sudahpunya kurang lebih 40 mesin jahit, dan nantinya mulai periode kaliini setelah anak keluar dari panti mereka akan mendapatkan mesinjahit yang berukuran kecil masing-masing 1 mesin untuk satuanak.”69
Dalam standar keterampilan yang diterapkan oleh lembaga, terlihat
cukup baik karena lembaga ini lebih menerapkan agar anak dapat
mengasah kemampuan atau keterampilan jahit-menjahit untuk terjun ke
dunia kerja. Namun, menurut salah seorang peserta pelatihan dari mesin
jahit yang ada, terdapat beberapa yang rusak dan tidak dapat dipakai,
sehingga peserta menggunakan mesin jahit secara bergantian, seperti yang
dikatakan oleh Ernawaty selaku WBS, bahwa:
“...Pelatihannya bagus kak, bagus banget. Instrukturnya baik, sabar,yang lainnya juga kak staff-staffnya pada baik semua kak. Tapi pasdikelas gak semua anak megang mesin jahit satu-satu kak, harusgantian karena dari 40 mesin jahit ada beberapa yang rusak kak.70”
Berdasarkan informasi yang di ungkapkan oleh Ernawaty, hal ini
peneliti konfirmasikan kepada Ibu Hasrifah, beliau menjelaskan bahwa:
“...memang jumlah mesin jahit yang tersedia dikelas sebanyak 40buah tidak serta merta sama dengan kuota peserta pelatihan, artinyatidak selalu satu mesin dioperasikan oleh satu orang peserta,melainkan bisa dipakai oleh beberapa orang secara bergantian.
69 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan KeterampilanMenjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
70 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014
82
Pengaturan pembagian tugas praktik dibagi menjadi paling kurang4 kegiatan pokok, yaitu menggambar atau mendesain, memola,memotong, dan menjahit.”71
Sesuai dengan indikator ketersediaan, pada bagian input lembaga
ini telah menyediakan 40 mesin jahit, dan pola penyelenggaraan praktik,
memungkinkan sebagian mesin jahit harus tidak dimanfaatkan
dikarenakan mengalami kerusakan atau sedang dalam
perawatan/perbaikan. Yang dalam masa peneliti melakukan penelitian dari
40 mesin yang berfungsi 30 mesin jahit, sedangkan 10 mesin jahit sedang
dalam perawatan/perbaikan. Sebagai catatan perawatan dan perbaikan
ringan dilakukan oleh teknisi yang ada dilembaga, sedangkan bila
kerusakan berat harus dibawa keluar/diperbaiki oleh pihak ketiga.
Menurut Syamsuar Mochtar ada langkah-langkah belajar mengajar
yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut:
1. Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan
belajar
2. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa
mencari jawaban
3. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya
4. Membimbing siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta
melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis72
71 Wawancara Pribadi dengan Ibu Hasrifah (Ketua PAS), Jakarta, 3 Agustus 201472 Drs. Syarif Makmur, M.Si, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas
Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h.119.
83
Sesuai dengan teori diatas, untuk point pembinaan dan motivasi
serta point mendorong timbulnya pertanyaan dan keberanian mencari
jawaban di keterampilan menjahit telah diberikan oleh instruktur kepada
para peserta dengan cukup maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pemberian
motivasi kepada seluruh peserta yang sudah cukup terampil dan kurang
terampil, karena instruktur tidak membeda-bedakan antara peserta yang
satu dengan yang lainnya. Instruktur sudah cukup tegas dalam menangani
anak, anak tidak ada yang melanggar peraturan dari instruktur dikarenakan
anak memilih keterampilan ini dengan kemauan mereka sendiri, jadi anak
serius dalam mengikuti pelatihan.73 Seperti yang dikatakan oleh instruktur
keterampilan menjahit, bahwa:
“...saya mencoba untuk terus memberikan motivasi kepada anak,seperti misalnya untuk persyaratan mengikuti keterampilan jahitanak diwajibkan untuk bisa membaca dan berhitung, tetapikemarin ada anak yang sangat berminat untuk mengikutiketerampilan ini, namun anak tersebut tidak bisa berhitung,otomatis kami tidak bisa menghalangi keinginan anak dan atas ijinlembaga anak tersebut diperkenankan untuk ikut programpelatihan, oleh karena itu disini menjadi tugas saya, saya ajarkandia untuk membagi 10 dibagi 2, anak ini awalnya tidak bisa, lalusaya berfikir agar anak dapat menghitung dengan mudah, dengancara saya menanyakan kepada anak ini, kamu pernah liaht uangdan anak ini dengan cepat menjawab iya, lalu saya mencobapembagian tersebut memakai uang, coba 10.000 dibagi 2 jadiberapa, dan anak menjawab 5000, nah itu kan tau sekarang kamutinggal hilangkan saja ribuannya, dan anak lama-lama terbiasa danmengerti dengan cara yang saya berikan.”74
Dalam pemberian motivasi instruktur juga sudah cukup maksimal,
hal ini terlihat ketika anak merasa bosan pada pemberian materi. Instruktur
73 Observasi Penulis, Jakarta 12 Mei 201474 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
84
dengan cepat mencari strategi agar anak tidak lagi merasa bosan. Anak
juga diberikan motivasi agar mereka memiliki kemauan untuk bekerja, dan
setiap anak diwajibkan untuk membuat minimal 4 baju yang berbeda
dalam 1 periode. Dalam memberikan rangsangan kepada para peserta
instruktur sudah maksimal, hal ini terlihat ketika di dalam kelas tidak ada
anak yang malu bertanya jika mereka tidak mengerti, semua peserta
terlihat aktif ketika belajar.75
Dalam point ketiga yaitu membimbing siswa dalam berbagai
kegiatan belajarnya juga telah dilakukan oleh kedua instruktur jahit, hal ini
terlihat ketika awalnya hanya ada 22 orang peserta yang ada diperiode ini,
namun di bulan keempat ada kiriman anak dari pondok pesantren
berjumlah 20 orang yang ingin mengikuti bimbingan keterampilan, tetapi
hal tersebut bisa diatasi oleh kedua instruktur jahit, Ibu Nur meminta
kepada kepala panti untuk mengijinkan 2 instruktur jahit yaitu Ibu Nur
sendiri dan Ibu Fajrin untuk mengajar pada jam yang sama, karena
biasanya mereka dibagi menjadi 2 shift.76 Hal ini sesuai dengan yang Ibu
Nur ceritakan kepada peneliti, bahwa:
“....kemarin itu kami sempat kewalahan, karena pas bulan keempatada 20 anak yang baru masuk, saya pun bingung harus bagaimanasedangkan pada bulan kelima akhir anak sudah harus mengikutiPKL, akhirnya saya memutuskan untuk saya dan Ibu Fajrinmengajar bersamaan, jadi saya mengajarkan praktek kepada anak-anak yang sudah lama dan Ibu Fajrin memberikan teori dengancara cepat yaitu kurang lebih 2 minggu, setelah itu anak diajarkanpraktek, Alhamdulillah hasilnya cukup maksimal anak dapat
75 Observasi Penulis, Jakarta 14 Mei 201476 Observasi Penulis, Jakarta 13 Mei 2014
85
mengikuti pelajaran dan saya juga menambahkan waktu belajarmereka dan mereka pun mau dan sangat bersemangat.”77
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Syamsuar Mochtar,
lembaga ini sudah menerapkan teori belajar tersebut dengan maksimal.
Instruktur terus menerus membantu anak dalam belajar hingga anak
merasa mampu mengerjakan sendiri, dan anak bisa melanjutkan ke proses
selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran
bagi anak dalam dunia kerja.
3. Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan adalah kegiatan para peserta untuk
mengasah kemampuan mereka di dunia kerja nantinya. Praktek kerja
lapangan yang akan dilakukan peserta setelah mereka mengerti dengan apa
yang telah diajarkan instruktur dalam pemberian pelatihan keterampilan.
Setelah para peserta mengikuti pelatihan bimbingan keterampilan
menjahit yang dilakukan kurang lebih 5 bulan, para peserta dapat
mengikuti PKL. PKL dilakukan selama 1 bulan, dan tempat PKL
ditentukan oleh pihak lembaga. Dalam PKL para peserta menerapkan
pelatihan yang selama ini mereka ikuti, ada yang tugasnya membuat pola,
membuat rok, kebaya, kemeja, celana, peci, dan lain sebagainya. Pihak
lembaga memiliki kerjasama dengan perusahaan kecil maupun perusahaan
77 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan KeterampilanMenjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
86
besar yang bergerak di bidang konveksi.78 Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Ibu Nur, bahwa:
“....setelah anak mendapatkan pelatihan, anak dapat mengikutiPKL ditempat yang sudah ditentukan. Tahun ini ada 7 tempatkonveksi yang bekerjasama dengan kami, yaitu di Delta Marina,Delta (Metro), Jilambar, Walton, Peci (Al-Farid) 1, Peci (Al-Farid)2, dan Jatinegara. Untuk periode kali ini jumlah anak yangmengikuti pelatihan ada 42 Anak dan semua lulus dalam mengikutipelatihan dan dapat melanjutkan untuk mengikuti PKL, dan dari 42anak dibagi ke 7 tempat PKL tergantung perusahaan itu mauanaknya berapa, ada yang hanya ada 2, ada yang 4, ada yang 3, 9,dan ada juga 10. Jadi sistemnya itu, kami menawarkan dahulu keperusahaan konveksi, lalu nantinya mereka yang akanmenghubungi kami, mereka merasa senang sekali jika menerimaanak dari kami untuk PKL disana, karena mereka merasa dibantudan kami pun sebaliknya, kami merasa anak-anak didik kami sudahdapat diterima oleh masyarakat banyak. Itu semua sudah menjadisuatu keberhasilan untuk kami, walaupun titik keberhasilan kamiberada juga di mereka mendapat kerja tetapi mereka mengikutiPKL pun berarti mereka sudah bisa naik ke tingkat mahir yaitu didunia pra kerja.”79
Selama satu bulan, anak-anak tinggal ditempat mereka PKL, ada
pula yang mengontrak di dekat mereka PKL. Hal ini dilakukan agar anak
lebih mandiri dan merasakan dunia kerja yang sebenarnya. Walaupun anak
dibekali oleh lembaga untuk biaya transportasi dan biaya hidup selama 1
bulan, tetapi anak juga harus berfikir bagaimana cara membagi uang yang
diberikan lembaga untuk hidup selama 1 bulan. Lembaga juga tetap
memberikan pantauan secara langsung, monitoring dilakukan 2 kali dalam
1 bulan. Pada saat para peseta mengikuti PKL, pihak lembaga pun tetap
memberikan motivasi kepada mereka, para peserta juga dapat hidup lebih
78 Observasi Penulis, Jakarta 13 Mei 201479 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
87
mandiri dan merubah pola pikir mereka.80 Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Ibu Nur, yaitu:
“....iya mereka mendapatkan bekal dari kami untuk biaya hidupselama satu bulan, karena tidak semua perusahaan memberikanupah kepada mereka. Tetapi ada juga perusahaan yangmenyediakan makan dan tempat tinggal untuk mereka, kadang jugaada yang memberikan upah setelah 1 bulan mereka PKL disana.Dari situlah mereka dapat merasakan dunia kerja yangsesungguhnya, mereka juga suka bercerita kepada saya ketika sayamelakukan monitoring ketempat PKL, ada yang bercerita iya bususah juga ya cari uang, kami harus memikirkan biaya makan dantinggal, tidak seperti di panti atau dirumah, kami makan dan tidurudah enak, kalau disini harus kerja dari jam 07.00 pagi sampai jam17.00, kadang juga harus lembur. Anak-anak bercerita seperti itukepada saya. Dari cerita itu saya memberikan motivasi kepadamereka, bahwa mereka harus tetap bersemangat agar nantinyamereka bisa hidup lebih mandiri.”81
Dan seperti yang diceritakan oleh Ernawaty dan Solihah, bahwa :
Ernawaty :“iya kak kami mendapatkan uang saku dari lembaga,dari situ kami harus bisa mengatur uang selama 1 bulan kak, karenakalau tempat PKL saya gak ngasih jatah makan siang jadi kitaharus beli sendiri. Pas monitoring sih instruktur pasti ngasihsemangat.”82
Solihah: “dapet dari lembaga, tapi dari situ saya belajar ngaturuang kak, mikir juga buat 1 bulan kedepan. Tapi jadi buat sayalebih dewasa kak, kerja itu susah tapi enak. Instruktur kalaumonitoring juga selalu kasih semangat”83
Dari hasil observasi, pada saat mereka mengikuti PKL para peserta
sudah dapat menerapkan pelajaran yang selama ini mereka pelajari.
Seperti yang diceritakan oleh Solihah dan Ernawaty, yaitu:
80 Observasi Penulis, Jakarta 13 Mei 201481 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 10 Juni 201482 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.83 Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.
88
Ernawaty: “Iya bisa kak, saya malah disuruh jahit terus kak pasPKL, ada juga temen saya yang jarang disuruh jahit jadi kerjanyacuma packing barang sama setrika”84
Solihah : “Iya bisa kak, materi yang diajarin keluar semua dan sayabisa menerapkannya”85
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Solihah dan
Ernawaty, pada saat mereka PKL mereka sudah dapat menerapkan
pelatihan yang selama ini mereka ikuti di PSBR. Namun, ada juga
perusahaan Peci yang mengharuskan mereka bisa membuat peci,
sedangkan pada saat pelatihan para peserta belum diajarkan untuk
membuat peci, tetapi saat pihak lembaga melakukan monitoring, para
peserta meminta untuk pihak lembaga memberi tahu cara membuat peci,
dan saat itu pula mereka diajarkan oleh pihak lembaga. Dengan cepat
mereka dapat menyerap pelajaran yang diberikan oleh pihak lembaga.86
Hasil evaluasi pelaksanaan BKM angkatan 75 periode Januari s.d
Juni 2014 melalui wawancara dan pengamatan langsung dapat dilihat
bahwa; 1) pelaksanaan BKM sudah sesuai program pelatihan yang
direncanakan, 2) jam pelatihan relatif efektif, 3) teori yang dipelajari dapat
diterapkan dalam praktik keterampilan, 4) strategi dan motivasi yang
diberikan instruktur kepada peserta pelatihan relatif cukup baik, 5) peserta
pelatihan cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran teori, maupun
praktik, 6) pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lembaga dapat
diterapkan di perusahaan, 7) perusahaan tempat PKL merasa terbantu
84 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.85 Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.86 Observasi Penulis, Jakarta 10 Juni 2014
89
dengan adanya anak-anak PKL, 8) anak-anak mendapat wawasan dunia
kerja nyata, 9) anak-anak termotivasi untuk membuka usaha mandiri.
C. Evaluasi Hasil Bimbingan Keterampilan Menjahit
Evaluasi Hasil Bimbingan Keterampilan Menjahit yang
dilaksanakan di lembaga dapat tercermin pada saat anak-anak mengikuti
pelaksanaan pelatihan dan saat anak-anak mengikuti kegiatan PKL.
Lembaga ini menerapkan pembelajaran sebatas teori dasar dan terampil,
hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur selaku Instruktur BKM:
“...teori yang diberikan kepada anak hanya berlangsung selama 3minggu, materi yang diberikan kepada anak-anak sebatas materidasar dan terampil, sesuai dengan level bimbingan keterampilanyang ditetapkan oleh lembaga ini. Teorinya itu seperti membuatpola baju, kerah baju, setelah itu membuat bawahan seperti rok,celana pendek, celana perempuan yang bahannya “jatuh ataulemes” yang bentuknya seperti rok tetapi celana, lalu jugadiberikan materi untuk membuat atasan seperti kemeja, kebaya,dress, dan lain sebagainya.”87
Dalam penyampaian materi bersifat teoritis selama 3 minggu, yang
selanjutnya akan melaksanakan pembelajaran praktik selama kurang lebih
16 minggu, menunjukkan komposisi pembelajaran teori dan praktik cukup
efektif untuk pendidikan non formal yang diberikan lembaga kepada anak-
anak, karena pada program peningkatan keterampilan memang seharusnya
anak lebih diasah dalam aspek psikomotoriknya daripada kognitifnya,
artinya keterampilan/ketangkasan lebih diutamakan dari hanya sekedar
87Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan KeterampilanMenjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
90
pengetahuan. Peserta pelatihan juga dapat memahami mengenai teori yang
diajarkan, seperti yang dikatakan oleh Ernawaty bahwa:
“Banyak kak, saya jadi percaya diri, saya jadi bisa menjahit,awalnya saya gak bisa kak, terus saya bisa ngerasain dunia kerja,bisa ngatur uang pas PKL itu, jadi saya lebih berfikir kak.”88
Setelah pemberian pelatihan keterampilan menjahit, para peserta
diharapkan untuk bisa menerapkan teori dan praktek pada saat mereka
mengikuti PKL, dan selanjutnya mereka dapat melanjutkan untuk bekerja.
Pemberian materi dan praktek yang dilakukan instruktur kepada peserta
pelatihan di nilai baik oleh peserta pelatihan, hal ini seperti yang dikatakan
oleh Ernawaty dan Solihah bahwa:
Solihah :”Wah kalau itu sangat bagus kak, instrukturnya baik,sabar, telaten, disiplin, pokoknya bikin saya jadi lebih baik”89
Ernawaty :“...Pelatihannya bagus kak, bagus banget. Instrukturnyabaik, sabar, yang lainnya juga kak staff-staffnya pada baik semuakak.”90
Dalam standar keterampilan yang diterapkan oleh lembaga, terlihat
cukup baik karena lembaga ini lebih menerapkan agar anak dapat
mengasah kemampuan atau keterampilan jahit-menjahit untuk terjun ke
dunia kerja. Pada saat PKL peserta pelatihan juga sudah bisa menerapkan
pembelajaran yang diajarkan lembaga, seperti yang di ungkapkan oleh
Solihah dan Ernawaty bahwa:
88Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.89Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.90Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.
91
Solihah :”Iya bisa kak, materi yang diajarin keluar semua dan sayabisa menerapkannya”91
Ernawaty :” Iya bisa kak, saya malah disuruh jahit terus kak pasPKL, ada juga temen saya yang jarang disuruh jahit jadi kerjanyacuma packing barang sama setrika”92
Seperti informasi yang disampaikan oleh Solihah dan Ernawaty,
pada saat mereka PKL mereka sudah dapat menerapkan pelatihan yang
selama ini mereka ikuti di PSBR. Mereka sudah dapat menguasai materi
yang diajarkan, menerapkan praktek yang disampaikan oleh instruktur,
dan mereka sudah dapat merubah pola pikir mereka untuk melanjutkan
bekerja setelah mereka sudah lulus dari PSBR.
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Syamsuar Mochtar,
lembaga ini sudah menerapkan teori belajar tersebut dengan maksimal.
Instruktur terus menerus membantu anak dalam belajar hingga anak
merasa mampu mengerjakan sendiri, dan anak bisa melanjutkan ke proses
selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran
bagi anak dalam dunia kerja. Motivasi yang diberikan tidak hanya untuk
membuat anak menjadi semangat, melainkan anak dapat merubah pola
pikir mereka untuk melanjutkan bekerja dan membuka usaha sendiri
setelah mereka lulus dari PSBR.
91Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.92Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian awal yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Gambaran Evaluasi Input keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus, yaitu:
Dalam evaluasi input, diawali dengan sosialisasi, perekrutan, dan
orientasi bagi calon peserta pelatihan keterampilan menjahit. Untuk
mengikuti keterampilan menjahit calon peserta harus memenuhi syarat
administrasi terutama calon peserta harus bisa membaca dan berhitung.
Sebelum calon peserta mengikuti pelatihan, mereka harus mengikuti tes
minat bakat untuk menentukan bakat mereka sesuai dengan minat mereka.
Dalam evaluasi input, lembaga menyedikan sarana dan prasarana, masing-
masing sarana yang disediakan untuk keterampilan menjahit berjumlah
kurang lebih 40. Untuk menjadi instruktur jahit, lembaga ini memiliki
persyaratan yang harus dipenuhi oleh instruktur agar instruktur dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, syarat utama ialah instruktur harus
memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun dan sertifikat menjahit.
93
2. Gambaran Evaluasi pelaksanaan keterampilan menjahit di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus ini dilakukan selama enam bulan untuk setiap
periodenya.
a) Dalam pelaksanaan tersebut diawali dengan orientasi dan pada
pertengahan bulan pertama diberikan teori selama 3 minggu.
Lembaga menerapkan level dasar dan terampil dalam pelatihan
keterampilan, materi yang diberikan seperti pembuatan pola,
memotong, menjahit sederhana, membuat bawahan seperti rok,
boxer/celana pendek, dan membuat atasan seperti kemeja, pakaian
anak, kebaya dan gaun sederhana. Dalam pelatihan menjahit
metode yang digunakan adalah metode teori dan praktek, teori
diberikan selama 3 minggu dan praktek diberikan selama 16
minggu, metode praktek lebih banyak digunakan agar anak lebih
mudah memahami. Jam latihan yang diberikan setiap hari Senin s/d
Sabtu, di mulai dari pukul 10.00-12.00, dan dilanjutkan pada pukul
13.00-16.00.
b) Praktek yang dilakukan para peserta pelatihan dilaksanakan selama
4 bulan. Pelaksanaan BKM sudah sesuai program pelatihan yang
direncanakan, lembaga ini sudah memiliki mesin jahit manual dan
mesin jahit listrik dan jam pelatihan relatif efektif. Dalam praktek,
anak-anak sudah dapat menerapkan teori yang dipelajari dalam
praktik keterampilan, instruktur memberikan strategi dan motivasi
kepada peserta pelatihan relatif cukup baik, sehingga peserta
94
pelatihan cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran teori,
maupun praktik.
c) Setelah para peserta mengikuti pelatihan bimbingan keterampilan
menjahit yang dilakukan kurang lebih 5 bulan, para peserta dapat
mengikuti PKL. PKL dilakukan selama 1 bulan, dan tempat PKL
ditentukan oleh pihak lembaga. Dalam PKL para peserta
menerapkan pelatihan yang selama ini mereka ikuti, ada yang
tugasnya membuat pola, membuat rok, kebaya, kemeja, celana,
peci, dan lain sebagainya. Pihak lembaga memiliki kerjasama
dengan perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang bergerak
di bidang konveksi, yaitu di di Delta Marina, Delta (Metro),
Jilambar, Walton, Peci (Al-Farid) 1, Peci (Al-Farid) 2, dan
Jatinegara. Dalam PKL, para peserta sudah dapat; 1) menambah
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lembaga dapat
diterapkan di perusahaan, 2) perusahaan tempat PKL merasa
terbantu dengan adanya anak-anak PKL, 3) anak-anak mendapat
wawasan dunia kerja nyata 4) anak-anak termotivasi untuk
membuka usaha mandiri.
3. Evaluasi hasil bimbingan keterampilan diterapkan pada saat PKL,
angkatan 75 periode Januari s.d Juni 2014 yang berjumlah 42 anak,
melalui wawancara dan pengamatan langsung menunjukkan bahwa
lembaga ini sudah memberikan pelatihan secara maksimal. Instruktur terus
menerus membantu anak dalam belajar dari yang belum mengerti sampai
95
anak mengerti dan anak merasa mampu mengerjakan sendiri, serta anak
bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang
menjadi suatu gambaran bagi anak dalam dunia kerja. Motivasi yang
diberikan tidak hanya untuk membuat anak menjadi semangat, melainkan
anak dapat merubah pola pikir mereka untuk melanjutkan bekerja dan
membuka usaha sendiri setelah mereka lulus dari PSBR. Anak-anak juga
dapat menyerap pelajaran teori dan praktek yang diberikan oleh lembaga,
dan mereka sudah lulus dalam mengikuti program PKL
B. Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian ini, maka penulis dapat
memberikan beberapa saran untuk kemajuan dalam segi pelatihan
keterampilan menjahit di PSBR, agar dapat menghasilkan seorang penjahit
yang mahir dalam setiap membuat baju. Saran itu adalah menaikan level
bimbingan keterampilan menjahit menjadi level mahir pada pelaksanaan
pelatihan, menambahkan teori seperti membuat peci, membuat baju pengantin
dan lain sebagainya, menambahkan waktu pelatihan pada setiap periodenya
agar dapat menerima pesanan dari luar, dan menambahkan sarana agar
menunjang kualitas produk.
96
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat danIntervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis.Jakarta: FEUI Press, 2001, Cet. Ke-3, Edisi Revisi.
A, Hallen. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Arikunto, Suharsini dan Cepi Syarifudi A.J. Evaluasi Program Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 1989.
Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press, 1992
Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta,2008.
Makmur, Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan EfektifitasOrganisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo,2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2007, Cet.Ke-23, Edisi revisi.
Moleong, Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 2001.
New Life Options : Evaluasi Program.
O’Donnell, Mr. Dan. Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota DewanPerwakilan Rakyat. UNICEF, 2006.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS, 2007.
97
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. KajianStrategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial,Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. Ke-1, 2005.
Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT.Indeks, 2009.
Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar, Bandung: PT. Eresco, 1995.
Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,1995.
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untukProgram Pendidikan dan Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.
Usman, Husain dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Artikel Internet
Creative Media. “makalah anak putus sekolah.” Artikel diakses pada tanggal 2oktober 2013 dari http://hamdipasisingi.blogspot.com/2011/06/makalah-anak-putus-sekolah.html
Hasbullah. “Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli” Artikel diakses padatanggal 20 Desember 2013 dari:http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan#DEFINISI_PENDIDIKAN
Latief. “Presentase Anak Putus Sekolah di Indonesia.” Artikel diakses padatanggal 20 Januari 2014 darihttp://edukasi.kompas.com/read/2011/03/04/10323346/527.850.Siswa.SD.Putus.Sekolah
98
Haryanto. “Pengertian Pendidikan” Artikel diakses pada tanggal 20 Desember2013 dari: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
http://bambuapus.kemensos.go.id/modules.php?name=content&pa=showpage&pid=10
Lestari, Eny Wiji. “Makalah Anak Putus Sekolah” artikel diakses pada tanggal 15Maret 2014 dari http://eonyhuh.blogspot.com/2013/05/makalah-faktor-penyebab-anak-putus.html
Simangunsong, E. “Pengertian Anak” diakses pada tanggal 24 Desember 2013dari artikel :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24631/4/Chapter%20II.pdf
Lain-lain
Berdasarkan studi dokumentasi pada Laporan Tahunan Pusat PengembanganRemaja PSBR Bambu Apus Tahun 2012
Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Rahayu, Sri. “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara Dalam MeningkatkanPerkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran BaruJakarta Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional
Wawancara Pribadi dengan Ibu Erri. Jakarta, 19 Maret 2014.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri. Jakarta, 10 April 2014
Wawancara Pribadi dengan Ibu Harfiah. Jakarta, 10 April 2014
Wawancara Pribadi dengan Bapak Zulkifli. Jakarta, 11 April 2014.
99
Wawancara Pribadi dengan Bapak Namin (Ketua Rehabilitasi Sosial), Jakarta, 21Mei 2014
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan KeterampilanMenjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni2014
Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni2014.
HASIL WAWANCARA
Nama : Ibu Nurhasanah
Status : Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit
Waktu : 10 Juni 2014
PELAKSANAAN BIMBINGAN KETERAMPILAN MENJAHIT
No. Pertanyaan Jawaban1. Level BKM di panti ini seperti
apa?Level BKM yang diterapkan di panti inihanya level dasar dan terampil
2. Tujuan dari BKM itu apa? Tujuan dari BKM ini sendirisebenarnya agar anak memiliki skilldan nantinya mereka dapat menerapkanskill yang mereka inginkan di duniakerja
3. Syarat untuk mengikuti BKM? Sebenarnya syarat untuk mengikutiBKM adalah bisa membaca danberhitung, karna untuk menjahitdiperlukan dapat membaca danmengukur ukuran baju, tetapi jika adaanak yang tidak memenuhi syaratseperti tidak bisa berhitung namun iamemiliki minat yang tinggi untukmengikuti BKM ini, maka kami akanmemperbolehkan mereka ikut BKM.Karena kan kalau anak sudah memilikikemauan tidak mungkin kita halangi,tugas kita disini kan membantu anakagar dapat merubah hidupnya dandengan menuruti serta mengembangkankemauan dan kemampuannya, jaditidak mungkin kami halangi. Kamiakan membantu anak tersebut sampaibisa berhitung.
4. Apakah kuota untuk BKMditentukan?
Iya ditentukan, idealnya 1 instrukturhanya bisa menangani 30-35 anak,tetapi karena kemarin jumlah anaknya42 saya dan Ibu Fajrin sempatkewalahan, karena pas bulan keempatada 20 anak yang baru masuk, saya punbingung harus bagaimana sedangkanpada bulan kelima akhir anak sudah
harus mengikuti PKL, akhirnya sayamemutuskan untuk saya dan Ibu Fajrinmengajar bersamaan.
5. Cara menentukan penempatanwbs?
Wbs sendiri yang memilih merekamaunya dimana, jadi kami memberikanpilihan keterampilan apa saja yang adalalu setelah itu mereka yangmenentukan
6. Bagaimana Cara menentukanminat wbs?
Yang menentukan minat merekasendiri, karena saat masuk ke lembagamereka tau apa yang mereka mautekuni sesuai dengan keinginan merekasendiri. Namun, jika mereka bingungkami akan menjelaskan apa saja yangakan mereka pelajari dan kamimemberikan masukan kepada mereka,lalu setelah itu mereka yangmenentukan, kami hanya memberikanarahan saja
7. Ada berapa peserta pada setiaplevel?
Tidak ditentukan, semua belajarbersamaan tetapi jika ada anak yanglebih dulu memahami mengenaipraktek yang telah diajarkan maka kamiakan mengajarkan ketahap yangberikutnya jadi tidak menunggu anakyang belum paham
8. Berapa lama teori diberikan? teori yang diberikan kepada anak hanyaberlangsung selama 3 minggu
9. Teori apa saja yang diberikan? materi yang diberikan kepada anak-anak sebatas materi dasar dan terampil,sesuai dengan level bimbinganketerampilan yang ditetapkan olehlembaga ini. Teorinya itu sepertimembuat pola baju, kerah baju, setelahitu membuat bawahan seperti rok,celana pendek, celana perempuan yangbahannya jatuh atau lemes yangbentuknya seperti rok tetapi celana, lalujuga diberikan materi untuk membuatatasan seperti kemeja, kebaya, dress,dan lain sebagainya.
10. Praktek dahulu atau teori terlebihdahulu?
Teori dulu baru praktek, teori 3 minggupraktek 4 bulan
11. Apakah anak dapat menyerapteori yang diberikan?
Sejauh ini sih bisa, karena pada saatpraktek mereka sudah mengerti apa sajayang harus mereka kerjakan sesuaidengan teori yang telah diajarkan
12. Berapa lama praktek yang 4 bulan
diberikan selama 1 periode?13. Diberikan praktek apa saja dalam
BKM?Praktek yang diberikan sesuai denganteori yang diberikan seperti atasanseperti kemeja, kebaya, dress, dan lainsebagainya.
14. Berapa lama BKM berjalan padasetiap periodenya?
Setiap periode berjalan selama 6 bulan
15. Jika BKM telah berjalan apakahmasih bisa dilakukanpenambahan peserta?
Sebenarnya sih udah gak bisa, tetapikemarin ini ada penambahan daripondok pesantren jadi mau tidak maukami harus menerima, masa ada anakyang mau belajar kami menolak kantidak mungkin
16. Jika anak merasa bosan ketikamengikuti BKM dan ingin pindahke keterampilan lainapa masihdiperbolehkan?
Boleh jika masih 2 minggu mengikutiteori, tetapi lebih dari itu sudah tidakbisa
17. Ada berapa jumlah pelatih diBKM?
Ada 2 saya dan Ibu Fajrin
18. Apakah pelatih teori dan praktekdibedakan?
Tidak sih, kami salingberkesinambungan jadi jika jammengajar saya sudah selesai namunpelajarannya belum selesai Ibu Fajrinyang melanjutkan
19. Diukur dari mana tingkatkeberhasilan pada BKM?
Dari anak sudah dapat memahami teoridan mempraktekannya itu sudahmenjadi suatu keberhasilan buat kami.Dan anak sudah bisa mengikuti PKLjuga sudah menjadi suatu keberhasilanbuat kami
Nama : Ibu Nurhasanah
Status : Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit
Waktu : 10 Juni 2014
HASIL BIMBINGAN KETERAMPILAN MENJAHIT
No. Pertanyaan Jawaban1. Apa target utama pelatihan BKM? Targetnya agar anak dapat lebih
mandiri dan bisa masuk ke duniakerja
2. Bagaimana strategi untuk memilihtarget?
Strateginya saya memberikanmotivasi kepada mereka. saya adacara untuk membuat anak semangatlagi, jadi ketika mereka mengeluhbosan saya akan mengalihkan kepraktek sedikit, misalnya disuruhbuat pola berbentuk bunga untukmembuat taplak meja atau tutupgalon, nanti mereka akan merasaseru sendiri dan bersemangatternyata lucu dan bagus hasilnya,begitu mereka semangat sayamenawarkan mau dilanjutkan atautidak teorinya mereka pun mauuntuk melanjutkan.
3. Apa syarat untuk mengikuti PKL? Anak telah memahami pelatihanyang diberikan dan anak mau untukmengikuti PKL
4. Apa semua peserta pelatihan berhakmengikuti PKL?
Iya semua berhak mengikuti PKL
5. Bagaimana nasib WBS yang tidakmengikuti PKL?
Selama ini tidak ada yang tidakmengikuti PKL kecuali iamemutuskan untuk keluar daripanti karena ingin melanjutkanpendidikan formal
6. Berapa WBS yang memenuhi syaratuntuk mengikuti PKL?
Untuk periode ini semua anakmemenuhi syarat
7. Bagaimana Ibu memilih tempat untukPKL?
setelah anak mendapatkanpelatihan, anak dapat mengikutiPKL ditempat yang sudahditentukan. Jadi sistemnya itu,kami menawarkan dahulu keperusahaan konveksi, lalu nantinyamereka yang akan menghubungi
kami, mereka merasa senang sekalijika menerima anak dari kamiuntuk PKL disana
8. Bagaimana dan atas dasar apakersama dengan tempat PKL inidilakukan?
Atas dasar saling menguntungkan,karena mereka merasa dibantu dankami pun sebaliknya, kami merasaanak-anak didik kami sudah dapatditerima oleh masyarakat banyak.Itu semua sudah menjadi suatukeberhasilan untuk kami, walaupuntitik keberhasilan kami berada jugadi mereka mendapat kerja tetapimereka mengikuti PKL pun berartimereka sudah bisa naik ke tingkatmahir yaitu di dunia pra kerja
9. Bagaimana Ibu dapat mengukurkeberhasilan WBS dalam PKL?
Jika anak sudah dapat diterimauntuk PKL disana berarti anaksudah dapat bekerja dan dapatditerima oleh orang lain. Dan anaksudah dapat menerapkan pelajaranyang diberikan itu sudah bisadikatakan berhasil
10. Apa saja materi PKL yang dilakukanoleh WBS?
Sama saja seperti materi yangdisini, paling hanya yangdiperusahaan peci saja yang sedikitberbeda. Karena pada saatpelatihan kami tidak mengajarkanmereka membuat peci
11. Apakah PKL ini dilakukan dibeberapa tempat atau hanya ada disatutempat?
Untuk periode kali ini ada 7 tempatkonveksi yang bekerjasama dengankami
12 Ada dimana saja PKL dapatdilakukan?
Delta Marina, Delta (Metro),Jilambar, Walton, Peci (Al-Farid)1, Peci (Al-Farid) 2, dan Jatinegara.
13. Ada berapa kuota disetiap tempat? tergantung perusahaan itu mauanaknya berapa, ada yang hanyaada 2, ada yang 4, ada yang 3, 9,dan ada juga 10.
14. Bagaimana melakukan pengawasanPKL ini?
Kami melakukan monitoring 2 kalidalam 1 bulan
15. Apakah setelah selesai PKL anaktetap mendapatkan pemantauan?
Iya ada, namanya bimbingan lanjuttetapi yang melakukan itu ada dibagian seksi PAS
16. Berapa lama menjalani PKL dan apakelanjutannya?
Selama 1 bulan, kelanjutannyatergantung anak mau lanjut bekerjaatau mau pulang kerumah. Kamihanya menganjurkan kepadamereka untuk melanjutkan bekerja,
tetapi keputusannya ada ditangananak
17. Setelah mengikuti PKL apakah anakdapat merubah pola pikirnya?
Iya jelas, karena pada saat sayamelakukan monitoring bercerita iyabu susah juga ya cari uang, kamiharus memikirkan biaya makan dantinggal, tidak seperti di panti ataudirumah, kami makan dan tidurudah enak, kalau disini harus kerjadari jam 07.00 pagi sampai jam17.00, kadang juga harus lembur.Anak-anak bercerita seperti itukepada saya. Dari cerita itu sayamemberikan motivasi kepadamereka, bahwa mereka harus tetapbersemangat agar nantinya merekabisa hidup lebih mandiri
18 Pada saat PKL apakah anak diberikanupah oleh pihak konveksi?
Iya ada tetapi tidak banyak, adajuga perusahaan yang menyediakanmakan dan tempat tinggal untukmereka, kadang juga ada yangmemberikan upah setelah 1 bulanmereka PKL disana.
Nama : S
Status : WBS
Waktu : 23 Juni 2014
No. Pertanyaan Jawaban1. Sudah berapa lama kamu di PSBR ? Sudah hampir 6 bulan kak, saya
dari bulan Januari2. Bagaimana perasaan kamu selama di
PSBR ?Seneng, seneng banget kak. Sayabersyukur ada disini kak
3. Bagaimana pelatihan bimbinganketerampilan menjahit yang kamu terimadi PSBR ?
Wah kalau itu sangat bagus kak,instrukturnya baik, sabar,telaten, disiplin, pokoknya bikinsaya jadi lebih baik
4. Teori apa saja yang diberikan instruktur? Banyak kak, dari menggambar,gunting lurus,bikin pola, baju,kemeja, celana, kebaya, banyakdeh kak
5. Pernah tidak kamu merasa bosan denganpelatihan BKM?
Tidak kak, karena emang udahkemauan saya. Ditambah ibusaya juga setujunya saya disitu,katanya biar bisa bikin usahasendiri
6. Ketika kamu bosan dengan pelatihan,apakah instruktur memberikan motivasikepada kamu agar kamu merasabersemangat kembali?
Iya kak, sering bangetInstrukturnya baik-baik kak,selalu kasih semangat biar kitalebih baik
7. Motivasi apa yang diberikan? Banyak kak, kayak semangatinpas lagi gak bisa bikin bajuyang susah katanya saya pastibisa dan harus terus belajar biardi kerjaan diterima banyakorang
8. Berapa lama teori diberikan? 3 minggu kalau gak salah9. Praktek apa saja yang sudah kamu
lakukan ketika pelatihan? Sudah berapabaju yang kamu buat?
Kalau saya baru bikin celana,baju,tutup galon, sama bajuanak belum ke kebaya soalnyawaktunya mepet pas saya maubelajar itu
10. Jika kamu terlambat masuk kelasketerampilan, apakah ada hukuman?
Iya ada kak, disuruh piket.Pokoknya disini disiplin bangetdeh terlambat dikit pasti disuruhbantu bersih-bersih pas udahselesai kelas
11. Lalu setelah kamu mengikuti pelatihan diPSBR, hal apa yang kamu dapat?
Banyak banget kak, saya jadilebih dewasa, saya jadi tau
dunia kerja, jadi lebih disiplin,terus yang tadinya saya malesjadi rajin dan saya mau kerjakak
12. Bagaimana PKL yang telah kamu jalani? Capek kak, kerja pagi pulangsore. Tapi enak si kak saya jadilebih disiplin, saya jadi taudunia kerja
13. Apakah kamu mendapatkan upah setelahkamu mengikuti PKL? Kalau iya,berapa?
Gak kak, saya cuma dikasihpakaian dalam aja. Karena sayaPKL di konveksi pakaian dalam
14. Apakah kamu bisa menerapkan ilmuyang telah kamu dapat ketika pelatihan diPSBR?
Iya bisa kak, materi yangdiajarin keluar semua dan sayabisa menerapkannya
15. Setelah ini apa yang kamu mau? Apakahkamu ingin melanjutkan bekerja ataukamu mau kembali kerumah dan sekolahlagi?
Saya mau bekerja kak, tapi gakmau yang di tempat saya PKL.Saya mau buka usaha sendiritapi mau kerja disini dulu kaknanti dikampung baru saya bukausaha sendiri
16. Menurut kamu, apakah pelayanan diPSBR sudah cukup baik?
Baik banget kak, saya malahmau dicariin kerja kak. Teruspanti juga baik mau ngelatihsaya yang tadinya gak bisa apa-apa jadi bisa kak.
17. Menurut kamu, perubahan apa saja yangkamu dapat sebelum masuk PSBRhingga saat ini?
Banyak kak, saya jadi lebihdisiplin, dewasa, pokoknya polapikir saya berubah, saya jadisemangat untuk kerja kak, kalaubisa lanjut sekolah juga kak.
Nama : E
Status : WBS
Waktu : 23 Juni 2014
No. Pertanyaan Jawaban1. Sudah berapa lama kamu di PSBR ? Sudah 6 bulan kalau gak salah kak2. Bagaimana perasaan kamu selama di
PSBR ?Beruntung banget kak, seneng bangetpokoknya kak, bersyukur lah pokoknya
3. Bagaimana pelatihan bimbinganketerampilan menjahit yang kamuterima di PSBR ?
Pelatihannya bagus kak, bagus banget.Instrukturnya baik, sabar, yang lainnyajuga kak staff-staffnya pada baik semuakak. Tapi pas dikelas gak semua anakmegang mesin jahit satu-satu kak, harusgantian karena dari 40 mesin jahit adabeberapa yang rusak kak.
4. Teori apa saja yang diberikaninstruktur?
Banyak kak dari buat pola, bikin kerahbaju, celana, kemeja, baju atasan, bajuanak, celemek, tutup galon, sprei, taplakmeja, dress sederhana, kebaya, pokoknyabanyak deh kak
5. Pernah tidak kamu merasa bosandengan pelatihan BKM?
Pernah kak sekali, pas saya buat kebayakan susah ya kak
6. Ketika kamu bosan dengan pelatihan,apakah instruktur memberikanmotivasi kepada kamu agar kamumerasa bersemangat kembali?
Iya kak, sering banget kak dikasihmotivasi, nasehat biar semangat katanya
7. Motivasi apa yang diberikan? intruktur bilang saya gak boleh putus asabiar bisa kerja dengan baik
8. Berapa lama teori diberikan? 3 minggu kak9. Praktek apa saja yang sudah kamu
lakukan ketika pelatihan? Sudahberapa baju yang kamu buat?
Saya udah buat baju, celana, kemeja,tutup galon, taplak meja itu kalau yangsaya buat sendiri. Kalau berdua atauberempat saya udah buat kebaya samadress sederhana
10. Jika kamu terlambat masuk kelasketerampilan, apakah ada hukuman?
Iya ada kak, pokoknya disini disiplinbanget kak. Kalau telat disuruh piketsesudah selesai belajar
11. Lalu setelah kamu mengikutipelatihan di PSBR, hal apa yangkamu dapat?
Banyak kak, saya jadi percaya diri, sayajadi bisa menjahit, awalnya saya gak bisakak, terus saya bisa ngerasain duniakerja, bisa ngatur uang pas PKL itu, jadisaya lebih berfikir kak.
12. Bagaimana PKL yang telah kamujalani?
Awalnya gak baik kak pas saya diJimbaran, bosnya galak. Tapi baru 3 harikita dipindahin ke Delta Marina, disitu
enak banget kak, saya bener-benerngerasain kerja, walaupun capek tapiseneng gitu bisa kerja.
13. Apakah kamu mendapatkan upahsetelah kamu mengikuti PKL? Kalauiya, berapa?
Dapet kak, saya dapet Rp. 399.000 ituaja saya udah seneng banget karenakalau ditempat lain gak semua dapet kak.
14. Apakah kamu bisa menerapkan ilmuyang telah kamu dapat ketikapelatihan di PSBR?
Iya bisa kak, saya malah disuruh jahitterus kak pas PKL, ada juga temen sayayang jarang disuruh jahit jadi kerjanyacuma packing barang sama setrika
15. Setelah ini apa yang kamu mau?Apakah kamu ingin melanjutkanbekerja atau kamu mau kembalikerumah dan sekolah lagi?
Saya mau kerja kak ngumpulin uang buatsekolah
16. Menurut kamu, apakah pelayanan diPSBR sudah cukup baik?
Baik banget kak, pokoknya saya senengbanget ada disini. Disini enak kak
17. Menurut kamu, perubahan apa sajayang kamu dapat sebelum masukPSBR hingga saat ini?
Banyak kak, saya jadi disiplin, rajin, taudunia kerja,dewasa, pola pikir sayaberubah kak saya jadi mau kerja kak buatjadi lebih baik bantu ibu bapak.
Nama : Ibu Hasrifah
Status : Ketua PAS
Waktu : 3 Agustus 2014
Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit
No. Pertanyaan Jawaban1. Apa syarat untuk mengikuti BKM? Syaratnya sama dengan syarat
masuk lembaga, namun adatambahan yaitu harus bisaberhitung dan membaca
2. Apa syarat untuk menjadi InstrukturBKM?
Laki-laki/Perempuan, Usiamaksimal 55 tahun, Minimallulusan SMA/SMK, dan Memilikipengalaman kerja dibidangkonveksi minimal 2 tahun
3. Apa saja sarana dan prasarana yangdisediakan untuk BKM?
Ruangan teori dan praktek, 40mesin jahit (manual dan listrik),Bahan pakaian, 40 Bangku siswa,40 meja siswa, 1 meja guru, 2lemari baju, Loker, dan 40 set alatjahit dalam bentuk kit(kotak alat)yang berisi: Gunting jahit,Pendedel, Jarum jahit, Pelindungjari, Penggaris, Meteran kain,Meteran pola, dan Kapur pola.
4. Apakah sarana dan prasaranatersebut telah disediakan pada saatpelaksanaan?
Iya ada, karena kita kanmenyesuaikan anak yang ada
5. Apa saja teori yang direncanakanuntuk BKM?
pembuatan pola, memotong,menjahit sederhana, membuatbawahan seperti rok, boxer/celanapendek, dan membuat atasanseperti kemeja, pakaian anak,kebaya dan gaun sederhana.
6. Apakah teori yang diberikan padasaat pelaksanaan sesuai denganrencana?
Iya ada, karena memang ada waktuyang telah direncanakan jadi yangdilaksanakan harus sesuai denganrencana
7. Apakah praktek yang diberikan padasaat pelaksanaan sesuai denganrencana?
Iya sesuai
8. Berapa jumlah anak yangdirencanakan?
Kalau untuk kapasitas itu ada 40
9. Apakah pada saat pelaksanaan Kalau untuk angkatan 75 melebihi
jumlah anak yang ada sesuai denganyang direncanakan?
kapasitas, awalnya mencukupitetapi pertengahan pelatihan adapenambahan
10. Bagaimana penilaian awal sebelumanak mengikuti pelaksanaan BKM?
Penilaiannya sesuai denganpersyaratan
11. Berapa jumlah instrutur pada saatperencanaan?
2 instruktur
12. Apakah jumlah instruktur pada saatpelaksanaan sesuai denganperencanaan?
Iya sesuai
13. Berapa lama jam latihan yang akandiberikan?
5 jam setiap harinya
14. Apakah jam latihan yang diberikansesuai dengan rencana?
Iya sesuai
LAMPIRAN FOTO