Download - Cerpen Tik Tok
CERPEN
Nama : Keriyana Mahanani
Kelas : X1
Absen : 21
Tik-Tok
Matahari bersinar terang, awan putih biru menyapa pagi yang indah ini. “
Kring...kring...kring..!”, bel masuk berbunyi pertanda kelas akan segera dimulai. Keramahan
suasana pagi ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi disebuah kelas pada jam
pelajaran seni musik.
Lima menit berlalu tidak ada tanda-tanda akan kedatangan guru seni. Entah apapun
yang terjadi, hanya ada kelas yang ramai dan ricuh. Entah apa yang siswa siswi SMA itu
lakukan, dan parahnya itu terjadi di kelas IPA. Kelas yang mendapat predikat kelas terbaik
satu bulan lalu, tapi kini terdengar sangat buruk dan ramai. Puncak keramaian ditandai
dengan berteriaknya siswi bernama Olin, “ Hua.. hua.. hua..!”, tidak tahu apa maksudnya ia
berteriak sedemikian kencang. Teriakan itu kian menambah euforia kehebohan di ruang kelas
itu. Pintu kelas tertutup rapat, mungkin mereka bermaksud agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Menit ke-dua puluh lima, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu. Seluruh
penghuni kelas itu mengabaikannya, karena mereka mengira bahwa itu suara siswa yang
salah ketuk pintu kelas. Memang ruang kelas di sekolah itu hampir mirip semua, hanya diberi
tanda nama kelas dan kini warnanya mulai pudar. Untuk kedua kalinya terdengar ketukan
pintu yang lebih keras. Semua penghuni di kelas tersebut diam seketika dan melolokkan mata
mereka kearah pintu, seakan akan suasana menjadi sangat mencekam. Perasaan cemas, takut,
dan deg-degan menyelimuti hati para penghuni kelas itu, jika yang berada dibalik pintu
tersebut adalah gurunya.
Mereka hanya berbisik bisik dan saling menyuruh untuk membuka pintu. Lalu,
berdirilah salah seorang dari mereka dan mendekati pintu itu. “Greekkkk.. greekk”, suara
pintu saat dibuka. “ Ampuni saya bu, saya enggak ikut ramai maaf bu ”, ucap siswa yang
berdiri itu dengan gugup. Seseorang yang berada dibalik pintu itu berbalik badan dan
melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Ketegangan terlihat pada wajah penghuni kelas itu.
Dengan keras orang itu berkata, “ Sorry kawan, gue telat”. Dengan kompak mereka
berteriak, “ Aaaaaaaapaaaannnn?!!!!!!” dan seluruh isi kelas meneriakki bocah yang telat itu.
“ Maafin gue, gue telat lama, gue kira udah masuk dan gue tadi ngetuk pintu dan kenapa
enggak ada yang ngebukain ?”, ujar Alice siswa yang telat itu.
“Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuu......!!”, sorak seluruh penghuni kelas, mereka melempari Alice
dengan bolpen dan kertas. Mereka sangat kesal karena merasa dipermainkan oleh Alice.
“ Aku kira bu Beti, eh ternyata Alice. Boro-boro bukain pintu, kamu ngetuk aja udah
bikin kami kaget. Dasar ya.!”, gumam Vanes temannya. Alice menjawab, “ Ya maaf, aku kan
sudah biasa telat harusnya pengertian dong”. Banyak yang memarahi Alice, dan ia hanya
duduk tersenyum penuh kegirangan.
Kedatangan Alice membuat suasana sedikit tenang. Namun, tak lama kemudian kelas
kembali ricuh. Seharusnya para siswa menyadari tugasnya sebagai pelajar adalah belajar dan
bukan bermain dengan memanfaatkan jam kosong.
Oh Ternyata
Jarang-jarang kelas itu kedapatan jam kosong, karena guru-gurunya terkenal disiplin
dan tertib.
“ Hey, Irene kau panggil saja gurunya, lama kali ini datangnya !”, keluh Bona, siswa
yang baru pindah tiga bulan lalu dari Batak. “ Hmm, kau panggil saja sendiri, aku malas.
Enak kelas ramai begini daripada diisi tapi membosankan!”, Irene menolak dengan cuek dan
tampak acuh tak acuh terhadap Bona. Mungkin Bona merasakan keadaan yang berbeda saat
ia dulu bersekolah di Sumatra dan sekarang di Bandung.
Kondisi kelas sangat tidak stabil, ada yang bermain gitar dan bernyanyi, lempar-
lemparan kertas, berfoto selfie, sampai berkejar-kejaran di dalam kelas. Herannya tidak ada
satupun guru yang mencoba menetralkan situasi tersebut.
Selama satu jam pelajaran kelas itu dibiarkan ramai. Tiba-tiba seorang guru masuk ke
dalam kelas tersebut karena pintu kelasnya dibiarkan terbuka. Guru itu adalah wali kelas yang
sekaligus guru seni musik di SMA itu. “ Ehm, selamat pagi anak-anak?”, sapa bu Nancy
dengan tiba-tiba. Semua siswa kaget dan terburu-buru merapikan meja yang tidak beraturan.
Bu Nancy menggeleng-gelengkan kepalanya dan seakan ingin marah. “ Selamat pagi bu...”,
jawab anak didiknya dengan serentak.
“ Ini ada apa ini ?”, tanya bu Nancy. Seluruh siswa diam dan menggelang-gelengkan
kepanya. “ hhh ( menghela nafas ) Sebelumnya saya minta maaf atas keterlambatan saya
yang sudah meninggalkan kalian tanpa ijin.”
Sahut salah satu siswa, “ Gapapa bu, sering-sering juga boleh” dan seluruh isi kelas
menertawakannya. “ Sudah-sudah, begini anak-anak, kelas kalian akan kedatangan murid
baru”. Dan ternyata keterlambatan guru bijak tersebut karena mengurusi siswa baru yang
berasal dari Solo itu.
Guru itu menyuruh siswa baru yang masih berada di luar untuk masuk, “ Liem,
silahkan masuk. Sudah ditunggu teman-temanmu”. Seisi kelas diam dan melihat ke arah
pintu. Liem melangkah pelan karena sepetinya ia masih canggung. Ia tersenyum tipis dan
menganggukkan kepalanya sebagai salam pembuka.
“Anak-anak, ini siswa baru pindahan dari Solo namanya Liem, ayo Liem perkenalkan
dirimu”, ujar bu Nancy. Jawab Liem, “ Iya bu, selamat pagi perkenalkan saya Liem Jonas
Matthew pindahan dari SMA Negeri 4 Solo.” Semua siswa terlihat senang dan terpesona
akan kegantengan Liem. Siswa yang masih berusia 16 tahun itu adalah keturunan Chinese.
Tubuhnya yang tinggi semampai dengan kulitnya yang putih menambah pesona bagi
perempuan yang melihatnya.
“ Kasep pisan euy, ele ele.”, teriak siswa lain dari belakang. Mereka berkenalan satu
persatu dan berebutan mencarikan tempat duduk untuk murid ganteng itu. Memang mata
tidak bisa berhenti berkedip setiap melihat lelaki tampan. Semua yang terjadi di kelas ini
rasanya sungguh mengasyikkan dan juga menegangkan.
- SELESAI -