BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Profil Gugus Kendalisada Tahun 2014
Petungkriyono merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang berada
di wilayah pegunungan dengan ketinggian 1230
meter dpl. UPT Dindikbud Petungkriyono memiliki
22 SD Negeri dan 1 SD Swasta. Upaya peningkatan
kualitas kemampuan guru dilaksanakan melalui
Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar. Seiring
perkembangan teknologi, pendidikan dituntut
mampu mengadopsi inovasi teknologi yang sesuai,
salah satunya melalui program Gugus Sekolah, di
mana lewat Gugus Sekolah semua permasalahan
yang timbul dalam melaksanakan, membimbing
anak didik dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
dapat dipecahkan bersama-sama. Untuk
mempermudah pembinaan di sekolah, diatur
menjadi 3 gugus sekolah. Gugus sekolah
bertujuan untuk memperlancar upaya
meningkatkan kemampuan profesional para guru
SD dalam usahanya meningkatkan mutu proses
35
36
belajar mengajar, dengan mendayagunakan segala
sumber daya dan potensi yang dimiliki sekolah,
tenaga kependidikan dan masyarakat sekitarnya.
Gugus Kendalisada merupakan satu gugus
yang berada di Kecamatan Petungkriyono
Kabupaten Pekalongan. Ketiga gugus sekolah yang
ada adalah Gugus Kendalisada, Gugus Perbota dan
Gugus Naga Pertala. Gugus Kendalisada berpusat
di SD Negeri 01 Tlogohendro sebagai SD Inti. SD
Imbas terdiri SD Negeri 02 Tlogohendro, SD Negeri
03 Tlogohendro, SD Negeri Kecil Kasimpar, SD
Kristen Kasimpar, SD Negeri 01 Kayupuring, SD
Negeri 02 Kayupuring dan SD Negeri 03
Kayupuring. Posisi antar sekolah di Gugus
Kendalisada berjauhan. Untuk menuju ke SD Inti,
SD Iumbas yang terjauh jaraknya, memerlukan
waktu kurang lebih 1 jam naik sepeda motor.
Secara umum gambaran jarak anat sekolah
berjauhan. Untuk memperoleh gambaran
pendidikan di Kecamatan Petungkriyono, beberapa
data peneliti paparkan pada tabel-tabel berikut;
37
Tabel 4.1. Data Gugus Sekolah di Petungkriyono
No Gugus Sekolah
1 Gugus Kendalisada SD Negeri 01 Kayupuring
SD Negeri 02 Kayupuring
SD Negeri 03 Kayupuring
SD Negeri 01 Tlogohendro
SD Negeri 02 Tlogohendro
SD Negeri 03 Tlogohendro
SD Negeri Kecil Kasimpar
SD Kristen Kasimpar
2 Gugus Perbota SD Negeri 01 Yosorejo
SD Negeri 02 Yosorejo
SD Negeri 03 Yosorejo
SD Negeri Gumelem
SD Negeri 01 Simego
SD Negeri 02 Simego
SD Negeri Kasimpar
3 Gugus Naga Pertala SD Negeri 01 Tlogopakis
SD Negeri 02 Tlogopakis
SD Negeri 03 Tlogopakis
SD Negeri 04 Tlogopakis
SD Negeri 01 Songgowedi
SD Negeri 02 Songgowedi
SD Negeri 03 Songgowedi
SD Negeri Curugmuncar
Sumber : Data UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014.
Keadaan siswa SD Negeri/Swasta kecamatan
Petungkriyono tahun pelajaran 2014/2015, sesuai
data yang diperoleh peneliti di UPT Dindikbud
Petungkriyono dapat dilihat dalam tabel berikut.
38
Tabel 4.2. Jumlah Siswa SD Negeri/Swasta Petungkriyono Tahun Pelajaran 2014/2015
No Kelas L P Jumlah
1. I 120 97 217
2. II 107 105 212
3. III 112 112 224
4. IV 94 107 201
5. V 102 118 220
6. VI 116 100 226
Jumlah 651 639 1290
Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah
Jumlah peserta didik dari 22 SD Negeri dan 1 SD
Swasta tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 1290
peserta didik. Jika dihitung rata-rata jumlah
peserta didik tiap-tiap sekolah ada 56 peserta
didik. Jumlah peserta didik tiap-tiap kelas ada 9 –
10 peserta didik.
Keadaan guru berdasarkan golongan
kepangkatan dijabarkan dalam tabel berikut;
Tabel 4.3. Jumlah Guru PNS berdasarkan Golongan Kepangkatan Tahun Pelajaran
2014/2015
No Guru Golongan
Jumlah II III IV
1. Kelas 29 42 32 103
2. PAI 4 8 4 16
3. Penjas - 6 7 13
Jumlah 33 56 43 132
Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah
Berdasarkan kualifikasi pendidikan, keadaan
guru dapat dilihat tabel berikut;
39
Tabel 4.4. Jumlah Guru PNS berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Tahun Pelajaran
2014/2015
No Guru Pendidikan
Jumlah SLTA D2 S1 S2
1. Kelas 4 9 89 1 103
2. PAI 1 9 6 - 16
3. Penjas 1 1 11 - 13
Jumlah 6 19 106 1 132
Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah
Kualifikasi pendidikan guru di kecamatan
Petungkriyono, lebih dari 80% sudah memenuhi
kualifikasi pendidikan yang disyaratkan yakni S1.
Peningkatan kualifikasi pendidikan ini melalui
pendidikan swadana atau biaya sendiri maupun
beasiswa dari pemerintah.
Gugus kendalisada yang terdiri 7 SD Negeri
dan 1 SD Swasta, dilihat dari rincian jumlah
siswanya sebagai berikut;
Tabel 4.5. Jumlah Siswa Gugus Kendalisada Petungkriyono Tahun Pelajaran 2014/2015
No SD L P Jml
1. SD Negeri 01 Kayupuring 24 21 45
2. SD Negeri 02 Kayupuring 20 24 44
3. SD Negeri 03 Kayupuring 22 8 30
4. SD Negeri 01 Tlogohendro 55 58 113
5. SD Negeri 02 Tlogohendro 63 58 121
6. SD Negeri 03 Tlogohendro 13 21 34
7. SD Negeri Kecil Kasimpar 18 18 36
8. SD Kristen Kasimpar 16 23 39
Jumlah 231 231 462
Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah
40
Jumlah peserta didik di gugus Kendalisada pada
tahun pelajaran 2014/2015 ini dapat dirata-rata
setiap sekolah memiliki peserta didik kurang lebih
58 peserta didik.
Guru yang berstatus PNS yang mengajar di SD
Negeri di gugus Kendalisada sebagai berikut;
Tabel 4.6. Jumlah Guru PNS Gugus Kendalisada Petungkriyono Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun Pelajaran 2014/2015
No SD L P Jml
1. SD Negeri 01 Kayupuring 3 2 5
2. SD Negeri 02 Kayupuring 7 - 7
3. SD Negeri 03 Kayupuring 6 - 6
4. SD Negeri 01 Tlogohendro 8 - 8
5. SD Negeri 02 Tlogohendro 6 - 6
6. SD Negeri 03 Tlogohendro 6 - 6
7. SD Negeri Kecil Kasimpar 2 - 2
Jumlah 38 2 40
Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah
Keadaan guru (termasuk kepala sekolah) yang
berstatus PNS di gugus ini SD Negeri 01
Tlogohendro berjumlah 8 orang, SD Negeri 02
Tlogohendro 6 orang, SD Negeri 03 Tlogohendro 6
orang, SD Negeri Kecil Kasimpar 2 orang, SD
Negeri 01 Kayupuring 5 orang, SD Negeri 02
Kayupuring 7 orang dan SD Negeri 03 Kayupuring
6 orang. Sementara di SD Kristen Kasimpar 5
orang, berstatus guru yayasan PSAK. Prosentase
guru berdasarkan jenis kelamin, ada 5% guru
perempuan dan 95% guru laki-laki.
41
Keadaan guru berdasar kualifikasi pendidikan
di Gugus Kendalisada, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.7. Data Guru di Gugus Kendalisada
Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
No Nama Sekolah SLTA DII S1 Jumlah
1. SD Negeri 01 Kayupuring 1 - 4 5
2. SD Negeri 02 Kayupuring - 2 5 7
3. SD Negeri 03 Kayupuring - 1 5 6
4. SD Negeri 01 Tlogohendro - - 8 8
5 SD Negeri 02 Tlogohendro 1 1 4 6
6. SD Negeri 03 Tlogohendro - - 6 6
7. SD Negeri Kecil Kasimpar - 2 - 2
Jumlah 2 6 32 40
Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono tahun 2014
Prosentase guru berdasarkan kualifikasi
pendidikan di gugus Kendalisada, 5%
berpendidikan SLTA (SGO, SPG), 15%
berpendidikan D2, dan 80% sudah memenuhi
kualifikasi pendidikan yang disyaratkan yakni S1.
Gugus Kendalisada memiliki visi, misi dan
tujuan sebagai berikut :
Visi Gugus Kendalisada : “Terwujudnya
profesionalime guru menuju sekolah bermutu.”
Adapun Misi Gugus Kendalisada :
1. Meningkatkan peran guru di dalam kegiatan
sekolah.
2. Meningkatkan kompetensi guru untuk
mencapai kinerja yang maksimal.
42
3. Meningkatkan penguasaan TIK bagi guru guna
menunjang pengembangan diri.
Tujuan Gugus Kendalisada :
1. Membentuk forum kerjasama antar sekolah.
2. Menyelenggarakan kegiatan peningkatan mutu
guru.
3. Mengembangkan kemampuan TIK guru
melalui kegiatan formal dan nonformal.
4.1.2 Kompetensi Pedagogik
4.1.2.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Pedagogik
Sebagai seorang manusia, tak akan luput
dari segala kekurangan dan kelemahan. Demikian
juga seorang guru yang sudah bertatus PNS.
Kelemahan atau kekurangan adalah hambatan
yang berasal dari dalam diri seorang guru.
Kelemahan ini bisa dilihat oleh orang lain maupun
disadari dirinya sendiri.
Secara umum guru-guru SD Negeri Gugus
Kendalisada kekurangan dalam kompetensi
pedagogik ini disampaikan oleh pengawas sebagai
berikut :
“Kekurangan-kekurangan yang dimiliki guru-
guru antara lain; 1) Mengembangkan kurikulum, artinya guru rata-rata masih
berpedoman utama pada kurikulum yang ada
dalam melakukan pembelajaran, belum
maksimal dalam mengembangkan kurikulum
43
yang ada. 2) Dalam mengembangkan potensi peserta didik karena letak geografis,
lingkungan peserta didik yang terpencil dan
kurangnya sarana dan prasarana yang ada.”
Menurut peneliti, kelemahan guru
dipengaruhi kemauan dan niat dari dalam. Jika
sarana dan prasarana yang kurang, letak geografis
yang sulit namun jika diimbangi dengan semangat
dan niat yang tinggi, akan memunculkan semangat
yang tinggi pula. Kepala sekolah juga melihat
kekurangan para guru, seprti yang dituturkan
Bapak Mas’ud, Kepala SD Negeri 02 Tlogohendro
saat wawancara;
“Enggan membuat RPP (secara umum) tapi masih ada guru yang rajin membuat RPP
secara berkelanjutan. Juga enggan membuat
jurnal untuk mengajar mau membuat jika
ada penilaian atau syarat pencairan
sertifikasi. Terus masih sering meninggalkan
kelas disaat jam pembelajaran yang seharunya siswa dibimbing.”
4.1.2.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Pedagogik
Kendala adalah sesuatu yang berasal dari
luar diri guru yang dapat menghambat atau
menghalangi pengembangan kompetensi guru.
Kendala ini disadari atau tidak, perlu diketahui
agar dapat dicari jalan pemecahannya. Kendala
seperti apa yang muncul?
44
Hasil wawancara dengan guru di SD Negeri
03 Tlogohendro berkaitan dengan kendala yang
dihadapi dalam pengembangan kompetensi
pedagodik.
“Kurangnya peran orang tua dalam
mendukung pembelajaran peserta didik
dalam pembelajaran di sekolah. Anak yang penting berangkat sekolah, segala kebutuhan
yang menyangkut kegiatan pembelajaran
kadang tidak diperhatikan.”
Kelemahan ini juga diakui oleh salah satu guru
yang sudah berpengalaman selama 23 tahun, salah
satu guru di SD Negeri 03 Kayupuring
mengungkapkan:
“Pengembangan kompetensi pedagodik di tempat kami mengalami beberapa kendala diantaranya disebabkan oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai dan juga letak geografis yang kurang mendukung pengembangan.”
Pengawas SD yang menaungi pembinaan di gugus
ini juga mengungkapkan kendala yang berasal dari
luar guru yang menghambat kompetensi
pedagogik;
“Sebenarnya kendala yang berasal dari luar...sangat kecil. Secara umum di gugus ini kendalanya adalah minimnya sarana dan prasarana, yach...maklum daerah pegunungan. Juga kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih rendah. Itu secara umum kendala yang ada.”
45
Kendala dalam pengembangan kompetensi
pedagogik ini muncul dari masyarakat dan faktor
lingkungan.
4.1.2.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Pedagogik
Kekurangan dan kendala akan
menimbulkan masalah. Masalah ini kalau tidak
dipecahkan akan menghambat pengembangan
kompetensi-kompetensi guru. Pemecahan masalah
ini menjadi tanggung jawab bersama elemen
pendidikan di satuan pendidikan masing-masing.
Pengawas SD menjelaskan pemecahan
masalah pada pengembangan kompetensi
pedagogik ini sebagai berikut :
“Untuk memecahkan, mengatasi kendala
masalah kompetensi ini yang pertama
melalui KKG, melalui tindakan khusus semacam pembekalan bagi guru yang
mengalami kekurangan dalam kompetensi
pedagogik, sudah kita programkan, namun
belum bisa kita laksanakan mungkin tahun
depan. Hal ini dimaksudkan untuk
menambahi guru yang perlu ditingkatkan.”
Pemecahan masalah yang dilakukan oleh salah
satu kepala sekolah seperti berikut :
“Mengadakan diskusi bersama sama tentang
bahan dan materi pembelajaran, mengadakan
supervisi ke kelas-kelas dan administrasi
juga mengadakan sosialisasi tentang model -
model pembelajaran, kurikulum, penilaian dan evaluasi.”
46
Untuk melengkapi cara-cara pemecahan masalah
dalam mengembangkan kompetensi pedagogik,
langkah-langkah kepala sekolah sebagai berikut;
“saya berusaha memberi bimbingan,
mengajak sharing atau tukar pikiran,
pengirim guru mengikuti seminar / diklat /
KKG saat ada kesempatan.”
Pihak guru sendiri berpendapat seperti yang
dikemukakan oleh guru mata pelajaran Penjaskes
di SD Negeri 01 Tlogohendro, Bapak Pujono, S.Pd.
“Kita perlu memahami permasalahan dan memecahkannya agar kita maksimal dalam menghadapi peserta didik.”
Ada juga ungkapan seorang guru yang mau belajar
dari teman sejawat.
“Konsultasi kapada guru senior yang lebih
menguasai kompetensi pedagogik . Belajar
melalui internet tentang prinsip pedagogik
dan penerapannya.”
Kekurangan dan kendala yang menghambat
pengembangan kompetensi pedagogik dipecahkan
oleh semua pihak. Dengan kegiatan yang
melibatkan guru langsung, seperti pembinaan atau
supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah.
47
4.1.3. Kompetensi Kepribadian
4.1.3.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Kepribadian
Kekurangan pada kompetensi kepribadian,
hasil wawancara dipaparkan oleh Kepala sekolah
menceritakan kekurangan guru dalam kompetensi
kepribadian.
“Kekurangan yang dimiliki guru adalah
kurang bisa menjaga etos kerja dan tanggung
jawabnya dalam mengajar dan mendidik
peserta didik.”
Kepala sekolah lainnya juga menyampaikan hal yang
serupa.
“Kesadaran untuk mengembangkan dirinya karena situasi kondisi wilayah geografis”
Dalam mengungkapkan kekurangan yang dimiliki
diri guru, seorang pendidik menyampaikan;
“Kekurangan yang dimiliki saya sehubungan
dengan kompetensi kepribadian kurangnya
pengendalian emosi dalam menyikapi berbagai hal.”
Kekurangan diri guru dalam kompetensi
kepribadian dapat dinilai oleh orang lain maupun
dinilai dirinya sendiri.
4.1.3.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Kepribadian
Pengalaman seorang guru yang berkaitan
dengan kendala dalam pengembangan kompetensi
kepribadian.
48
“Peserta didik dan anggota masyarakat kurang meneladani perilaku-perilaku yang
baik dari guru.”
Secara jelas, kepala sekolah SD Negeri 01
Tlogohendro mengungkapkan kendala
pengembangan kompetensi kepribadian,
“Tata kehidupan masyarakat lingkungan
sekitar yang kadang mempunyai budaya
kurang baik. Misalnya sifat kejujuran dan
tanggungjawab yang masih sangat kurang.
Adanya budaya masyarakat yang kurang memperhatikan anaknya dalam berprilaku
jujur, tanggungjawab, sopan santun sehingga
akan dibawa ke sekolah dan berkembang
sesama teman guru.”
Kendala dalam pengembangan kompetensi
kepribadian muncul dari masyarakat sekitar yang
memiliki budaya kurang baik, semisal kejujuran
dan tanggung jawab, perhatian kepada anaknya
dalam belajar.
4.1.3.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Kepribadian
Upaya-upaya memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kompetensi kepribadian, ada
beberapa petikan hasil wawancara dengan guru,
seperti berikut;
“Perlu adanya tindakan nyata yang dijadikan
contoh sekolah sebagai wadah pembentukan
kepribadian lewat guru, siswa, sehingga dibuat visi dan misi sehingga semua guru,
siswa, orangtua dan masyarakat memberi
teladan yang baik kepada putra putrinya dan
49
akhlak mulia terlebih kepada guru agama yang selalu memantau dalam kegiatan siswa
baik di sekolah maupuan di luar sekolah.”
Pengungkapan salah satu kepala sekolah berkaitan
dengan pemecahan masalah yang muncul
berkaitan dengan pengembangan kompetensi
kepribadian;
“Kami berusaha untuk memberikan
pemahaman terhadap guru-guru terkait dengan perlunya kompetensi kepribadian.
Mengajak guru untuk saling mendukung,
mengeratkan dan jangan sampai terjadi
perpecahan diantara guru-guru di sekolah
kami. Memperlakukan secara adil / tidak
membedakan.”
Pemecahan masalah dalam kompetensi
kepribadian ini, lebih cenderung pada pembinaan
mental pribadi guru, baik oleh dirinya sendiri
maupun oleh orang lain (atasannya).
4.1.4. Kompetensi Sosial
4.1.4.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Sosial
Pada kompetensi sosial, kekurangan yang
diungkapkan oleh salah satu guru sebagai berikut;
“Terkadang ada rasa canggung sewaktu
berbicara / berkomunikasi antar guru
dengan pimpinan. Kekurangan lain dimiliki guru di sekolah kami adalah masih adanya
guru bersifat pendiam dan kurang membuka
diri tidak suka bercampur dengan teman
yang lain.”
50
Masyarakat sekitar akan menilai penerapan
kompetensi sosial seorang guru. Salah seorang
pengurus komite di SD Negeri 01 Kayupuring,
Bapak Cardi menuturkan tentang kekurangan
guru berkaitan dengan kompetensi sosial.
“Bapak dan Ibu guru di sini sudah baik, kenal dengan masyarakat, kadang menyapa. Namun sekarang jarang mareka “ngendong”
ke rumah kami. Sekarang jarang yang kenal
dengan guru di sekolah lain. Beda dulu.”
Kekurangan dalam kompetensi sosial, seperti
diungkapkan Kepala Desa Tlogohendro, Bapak
Kaslam dalam petikan wawancara;
“Dulu...semua guru saling kenal dengan
masyarakat Pak. Sekarang...gurunya tidak
tidak kenal masyarakat, dan masyarakat ada yang tidak tahu siapa nama guru itu.
Sekarang guru-guru yang baru jarang “ngendong” .
4.1.4.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Sosial
Kendala yang dihadapi guru dalam
pengembangan kompetensi sosial,
‘Terkadang ada masyarakat yang
mengunakan bahasa seenaknya, sewaktu
berbicara kurang sopan, masuk kantor tanpa permisi.”
Kendala lain, seorang guru menyampaikan seperti
dikutip di bawah ini.
“Berbudaya masyarakat yang sedikit/kurang
peduli terhadap orang lain.”
51
Munculnya kendala sosial, menjadi tantangan bagi
guru atau pihak sekolah untuk memberikan bekal
pendidikan bagi peserta didik, agar kelak menjadi
masyarakat yang baik seperti harapan guru.
4.1.4.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Sosial
Pemecahan masalah berkaitan dengan
kompetensi sosial, seperti diutarakan oleh
responden berikut ini;
“Pendekatan sosial dengan masyarakat dan
untuk menjaga hubungan baik selalu banyak
berkomunikasi yang diselingi dengan canda
dan tawa sehingga terkesan tidak kaku dan lebih akrab dengan berpedoman pada norma
dan aturan.”
Responden lain menyampaikan upaya pemecahan
masalah seperti berikut ini;
“Untuk memecahkan hal tersebut kami
berusaha menjalin komunikasi dengan
masyarakat untuk mengakomodasikan
norma dan budaya tersebut demi kelancaran tujuan pendidikan.”
4.1.5. Kompetensi Profesional
4.1.4.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional
Petikan wawancara mengenai kekurangan
guru dalam hal pengembangan kompetensi
52
professional, diungkapkan oleh guru SD Negeri 02
Tlogohendro;
“Kekurangannya adalah kekurangnya guru
dalam melaksanakan profesionalitas kerjanya di sekolah terutama dalam hal
mengajar.”
Petikan wawancara mengenai kekurangan guru
secara jujur disampaikan oleh Kepala SD Negeri 02
Tlogohendro juga.
“Walaupun tahu cara pengembangan bahan
ajar terkadang malas dalam administrasinya
walaupun dilaksanakan. Masih belum bisa
menumbuhkan kesadaran dalam menulis
padahal sebagai bukti dalam melaksanakan kegiatan selama proses berlangsung.”
Pendapat senada juga disampaikan kepala SD
Negeri 02 Kayupuring, Bapak Kholidin, S.Pd.SD;
“Walaupun tahu cara pengembangan bahan
ajar terkadang malas dalam administrasinya
walaupun dilaksanakan. Masih belum bisa menumbuhkan kesadaran dalam menulis
padahal sebagai bukti dalam melaksanakan
kegiatan selama proses berlangsung.”
Kekurangan dari dalam diri guru pada
pengembangan kompetensi profesional, adanya
rasa malas dalam pengembangan diri.
4.1.5.1. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional
Dalam pengembangan kompetensi profesional,
ditemui juga kendala-kendala yang disampaikan
beberapa responden;
53
“Adanya internet menjadikan hal yang negatif karena tidak lagoi mencari bahan
lewat buku. Sedikitnya waktu untuk
pengembangan diri karena disibukkan
dengan banyaknya administrasi yang harus
dibuat dan jarang melakukan / diadakan pengembangan dan motivasi.”
Responden lain menyampaikan kendala yang
dihadapi guru di gugus Kendalisada.
“Adanya biro jasa, sehingga memanjakan
guru.”
Kendala yang berasal dari faktor alam, juga
diungkapkan responden.
“Kendala yang kami alami yaitu
keterlambatan informasi dikarenakan letak
geografis sekolah kami yang berada di
daerah pelosok serta sulit mendatangkan
nara sumber untuk pengembangan bidang keilmuan kami.”
4.1.5.2. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Profesional
Pemecahan masalah yang berkaitan dengan
kompetensi profesional. Seorang kepala sekolah
menyampaikan.
“Pemecahan masalah berkaitan dengan
pengembangan kompetensi profesional yaitu 1. Memberi fasilitas berupa sekedar
bantuan transport untuk mengikuti
seminar/lokakarya. 2. Membagi guru agar
terjadi pemerataan dalam mendapatkan
kesempatan mengikuti seminar/lokakarya/ penataran. 3. Selalu ada usulan baik
kepada teman tentang hasil
seminar/lokakarya / penataran.”
54
Petikan wawancara bersama kepala sekolah di SD
Negeri 03 Kayupuring menyampaikan.
“Untuk memecahkan permasalahan tersebut
kami berusaha mencari informasi yang
berkaitan dengan bidang keilmuan kami
serta mendatangkan nara sumber dengan
dana swadaya kami sendiri.”
Pemecahan masalah tersebut di atas, lebih
mengarah pada kegiatan peningkatan profesional
guru seperti KKG, seminar, diklat dan sejenisnya.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian berkaitan dengan
keempat kompetensi, yang meliput kekurangan
yang dimiliki seorang guru dalam pengembangan
kompetensi, kendala yang dihadapi guru dalam
pengembangan kompetensi, dan pemecahan
masalahnya. Rangkuman hasil penelitian
dituangkan dalam pembahasan hasil penelitian
4.2.1. Kompetensi Pedagogik
4.2.1.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Pedagogik
Kekurangan yang dimiliki guru di gugus
Kendalisada dalam di bidang kompetensi
pedagogik, baik yang diungkapkan oleh guru
maupun kepala sekolah antara lain;
55
1. Guru belum maksimal dalam pengembangan
kurikulum.
2. Guru belum maksimal dalam mengembangkan
potensi peserta didik.
3. Masih ada guru yang belum membuat
administrasi. Administrasi yang dimaksud
adalah membuat RPP, jurnal mengajar,
penilaian.
Kekurangan ini ditemukan pada guru tertentu.
4.2.1.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Pedagogik
Kendala adalah sesuatu yang berasal dari
luar diri guru yang dapat menghambat atau
menghalangi pengembangan kompetensi pedagogik
guru. Kendala yang menghambat pengembangan
kompetensi pedagogik, diantaranya semangat
siswa dan masyarakat untuk belajar masih kurang.
Masyarakat kurang peduli terhadap pendidikan
anaknya. Kebutuhan peralatan sekolah yang
menjadi tanggung jawab orang tua, kurang
diperhatikan. Kondisi geografis juga dijadikan
alasan para guru penghambat proses pendidikan.
Kemajuan teknologi, juga dijadikan faktor kendala.
Akses internet yang sulit, akses telekomunikasi,
jalan dan sarana umum lainnya juga dijadikan
kendala oleh guru.
56
Kendala yang muncul antara lain;
1. Peran orang tua yang masih kurang dalam
mendukung pendidikan anaknya. Kurangnya
dukungan ini terlihat dari kurang
dipenuhinya peralatan sekolah, baik pakaian,
alat tulis dan kegiatan belajar di rumah.
2. Kendala alam menjadi alasan guru dalam
pengembangan kompetensi pedagogik. Curah
hujan yang tinggi menjadi kendala dalam
proses belajar mengajar. Saat KBM
berlangsung, jika terjadi hujan, akan
menimbulkan suara gaduh. Semua SD di
gugus Kendalisada menggunakan atap seng,
jika terjadi hujan, menimbulkan suara gaduh.
Perjalanan siswa menuju ke sekolah, menjadi
kendala dalam pembelajaran. Ada ada 4 SD
yang siswanya harus berjalan kaki kurang
lebih 1 jam untuk sampai di sekolah.
3. Akses internet yang sulit, akses
telekominukasi, jalan dan sarana umum
lainnya yang masih kurang. Kesulitan
mengakses internet maupun jaringan
telekomunikasi disebabkan koendisi daerah
yang seluruhnya pegunungan.
57
4.2.1.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Pedagogik
Pemecahan masalah ini menjadi tanggung
jawab bersama antara guru, kepala sekolah dan
pihak lain yang terkait. Pemecahan masalah dalam
pengembangan kompetensi pedagogik;
1. Kegiatan KKG di tingkat gugus maupun di
tingkat kecamatan.
2. Diskusi bersama di sekolah, antar guru,
kepalas sekolah maupun komite.
3. Sosialisasi atau penataran bagi guru.
4. Pembekalan khusus bagi guru yang dipandang
perlu. Pembekalan atau pembinaan ini
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas.
Pembinaan oleh kepala sekolah maupun
pengawas berupa pembinaan perorangan, atau
nasehat. Kegiatan dalam bentuk supervisidi
kelas.
5. Mengadakan dan mengikuti kegiatan
pengembangan diri, seperti diklat, penataran,
sosialisasi, KKG dan belajar mandiri/kuliah.
Pengembangan diri juga dilakukan dengan
berkonsultasi sesama teman guru dan belajar
dari internet.
58
4.2.2. Kompetensi Kepribadian
4.2.2.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Kepribadian
Dalam pengembangan kompetensi
kepribadian, kekurangan yang dimiliki guru antara
lain;
1. Masih ada guru yang belum memberi
tauladan kepada peserta didiknya.
2. Belum bangga sebagai guru.
3. Kurang menjaga etos kerja dan tanggung
jawab dalam mengajar,
4. Kurang dalam mengembangkan diri,
5. Pengendalian emosi dalam menyikapi
berbagai hal.
Kekurangan pada diri guru ini disadari oleh guru
yang bersangkutan dan hasil penilaian kepala
sekolah.
4.2.2.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Kepribadian
Yang menjadi kendala dalam kompetensi
kepribadian adalah;
1. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang kurang
sesuai dengan norma.
59
2. Kebiasaan masyarakat yang kurang baik,
perilaku anak-anak yang kurang baik dibawa
ke sekolah.
3. Peserta didik dan masyarakat kurang
meneladani perilaku-perilaku yang baik dari
guru.
Kendala dalam pengembanagn kompetensi
kerpibadian ini menjadi tantangan guru sebagai
seorang pendidik. Guru yang menjadi panutan,
digugu dan ditiru.
4.2.2.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Kepribadian
Pemecahan masalah dalam pengembangan
kompetensi kepribadian, dirangkum sebagai
berikut;
1. Menjadikan sekolah sebagai pusat
pembentukan kepribadian, tauladan bagi
sesama guru maupun anak-anak.
2. Menjalin hubungan kekeluargaan sesama guru.
3. Perlakuan secara adil oleh pimpinan.
4. Pemantauan kegiatan siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah, khususnya oleh Guru
Agama.
60
Guru dapat memberi nasehat, tauladan dan
bimbingan kepada peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar.
4.2.3. Kompetensi Sosial
4.2.3.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Sosial
Kekurangan yang dimiliki guru dalam
pengembangan kompetensi sosial adalah;
1. Masih adanya guru yang belum berbaur dengan
masyarakat.
2. Guru masih memiliki rasa canggung berbicara
dengan pimpinan.
3. Masih ada tindakan diskriminatif, tidak terbuka
dan kurang komunikatif.
Kompetensi sosial, adalah kompetensi yang
berhubungan dengan orang lain. Masyarakat
menilai perbedaan guru yang sudah lama dengan
guru baru, ada perbedaan dalam berbaur dan
berhubungan dengan masyarakat.
4.2.3.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Sosial
Kendala dalam pengembangan kompetensi
sosial yang terlihat adalah;
61
1. Hubungan masyarakat dengan sekolah
masih terbatas.
2. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
kurang sopan, baik dari segi bahasa maupun
perilaku, kurang peduli dengan orang lain.
Munculnya kendala dalam pengembangan
kompetensi sosial menjadi tantangan bagi guru
maupun pihak sekolah untuk memberikan bekal
pendidikan bagi peserta didik, agar kelak menjadi
masyarakat yang baik sesuai harapan guru.
4.2.3.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Sosial
Upaya menyelesaikan masalah dalam
pengembangan kompetensi sosial dapat diringkas
sebagai berikut;
1. Meningkatkan jalinan kerja sama dengan
masyarakat dan lembaga di sekitar secara
fleksibel.
2. Menghormati norma dan aturan yang berlaku
di masyarakat.
3. Kunjungan ke rumah (home visit) untuk
kepentingan pendidikan.
Upaya-upaya ini dilakukan secara perorangan
maupun lembaga. Jalinan kerja sama sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
62
4.2.4. Kompetensi Profesional
4.2.4.1. Kekurangan dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional
Kekurangan yang dimliki guru berhubungan
dengan kompetensi profesional adalah;
1. Masih ada guru yang enggan belajar, baik lewat
internet maupun kegiatan-kegiatan lain.
Sampai saat ini, masih banyak guru yang
kurang menguasai TIK.
2. Kurangnya kebiasaan menulis.
3. Kurang maksimal dalam mengikuti kegiatan-
kegiatan pengembangan diri, seperti KKG.
4.2.4.2. Kendala dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional
Kendala dalam pengembangan kompetensi
profesional adalah;
1. Kondisi geografis, sarana dan prasarana,
baik akses internet maupun sarana
umum yang terbatas.
2. Adalah “biro jasa” sehingga memanjakan
guru dalam membuat administrasi, hal
ini menjadikan guru kurang mau
mengembangkan kemampuan dirinya.
63
3. Keterlambatan informasi dan kesulitan
mendatangkan nara sumber juga
menjadi kendala guru.
4.2.4.3. Pemecahan Masalah dalam
Pengembangan Kompetensi Profesional
Pemecahan masalah yang berkaitan dengan
kompetensi profesional antara lain;
1. Memberi fasilitas berupa sekedar bantuan
transport untuk mengikuti seminar/lokakarya.
2. Membagi guru agar terjadi pemerataan dalam
mendapatkan kesempatan mengikuti
seminar/lokakarya/ penataran.
3. Mencari informasi yang berkaitan dengan
bidang keilmuan kami serta mendatangkan
nara sumber dengan secara mandiri.
4. Adanya kegiatan pengembangan profesional
guru antara lain; KKG, penataran, diklat,
seminar, sosialisasi dan lomba-lomba.
5. Belajar mandiri baik lewat internet maupun
kuliah.