10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi merupakan teori yang menggambarkan hubungan antara dua
individuyang berbeda kepentingan yaitu principals dan agent. Principals
merupakan pihak yang memiliki usaha atau pekerjaan yang kemudian
mendelegasikan wewenang kepada pihak lain untuk menjalankan usaha atau
pekerjaannya itu untuk meningkatkan kemakmuran principals melalui
peningkatan nilai perusahaan. Sebagai imbalannya agent akan memperoleh gaji,
bonus, dan berbagai kompensasi lain. Dalam struktur organisasi perusahaan,
principals adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham dan agen adalah
manajemen perusahaan. Hubungan agensi merupakan suatu kontrak, dimana
pihak prinsipal yang terdiri dari satu orang atau lebih mengadakan
perjanjiandengan pihak agen. (Jensen dan Meackling, 1967 dalam Aiisiah 2012).
Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk mendelegasikan pembuatan
keputusan mengenai operasional perusahaan sehingga agen mempunyai banyak
informasi dibandingkan dengan prinsipal. Dibutuhkan pihak ketiga yang
independen sebagai mediator pada hubungan antara principal dan agent. Pihak
ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manager apakah sudah bertindak
sesuai keinginan principal.
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
11
Masalah keagenan akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara
principals dan agent. Masing-masing pihak berusaha memaksimalkan
kepentingan pribadi. Principals menginginkan hasil akhir keputusan yang
menghasilkan laba sebesar-besarnya atau peningkatan nilai investasi dalam
perusahaan. Agent pun pasti memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai
yakni penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan.
Principals menilai prestasi agent berdasarkan kemampuannya memperoleh laba.
Semakin tinggi jumlah laba yang dilakukan oleh manajemen (agent), principals
akan memperoleh dividen yang semakin tinggi, maka agent dianggap berhasil
atau berkinerja baik sehingga layak mendapat intensif yang tinggi. Agent pun
memenuhi tuntutan principals agar mendapatkan kompensasi yang tinggi
(Elqorni, 2009).
Auditor adalah pihak yang mampu menjembatani kepentingan pihak
principal (Shareholders) dengan pihak manajer (principal) dalam mengelola
keuangan perusahaan (Setiawan 2006, dalam Aiisiah 2102). Tugas auditor adalah
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan
mempertimbangkan kelangsungan hidup suatu perusahaan (Januarti, 2011).
2.1.2 Opini Audit
Opini Audit merupakan pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor
dalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan klien yang diauditnya.
Pengukuran variabel opini audit ini menggunakan variabel dummy. Sudarno dan
Muttaqin, (2012) menyatakan bahwa opini audit merupakan pernyataan yang
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
12
diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga memberikan kesimpulan
atas opininya melalui pelaporan keuangan yang telah diaudit. Lima macam opini
yang dikeluarkan auditor (Mulyadi, 2011) :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualifed Opinion Report)
Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai
dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Laporan audit yang
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan audit yang paling
dibutuhkan semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun
oleh auditor. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan, jika memenuhi kondisi berikut :
a. Standar Akuntansi Keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun
laporan keuangan.
b. Perubahan Standar Akuntansi Keuangan dari periode ke periode telah cukup
dijelaskan.
c. Informasi dalam catatannya yang mendukungnya telah di gambarkan dan
dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan Bahasa penjelasan
(Unqualified Opinion Report with Explantory Language)
Saat keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau
bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang diaudit. Paragraf
penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
13
utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas/ modifikasi kata-kata dalam
laporan audit buku adalah :
a. Ketidak konsistenan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.
b. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
c. Penekanan atas suatu hal.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualifed Opinion Report)
a. Lingkup audit yang dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting/ tidak dapat
memperoleh informasi penting yang berbeda diluar kekuasaan klien maupun
auditor.
c. Laporan Keuangan tidak disusun sesuai dengn Standar Akuntansi Keuangan.
d. Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion Report)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan
arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak
dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
14
tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan
keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh
pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Tidak menyatakan pendapat (Disclaimer of Opinion Report)
Apabila auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse opinion).
Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat
tidak wajar yaitu, pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidak wajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti
mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena tidak independen
dalam hubungannya dengan klien.
2.1.3 Going concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya
going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan
kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka
pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat
melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. (Irfana, 2012)
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
15
2.1.4 Opini AuditGoing concern
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
dengan menambahkan paragraf penjelas mengenai pertimbangan auditor bahwa
terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup
perusahaan dalam menjalankan operasinya pada masa mendatang (Muttaqin,
2012).
2.1.5 Reputasi Kantor Akuntan Publik
Reputasi kantor akuntan publik (KAP) sering digunakan sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh dalam mengukur kualitas audit. Reputasi dalam hal ini
menunjuk pada besarnya ukuran KAP dilihat dari jumlah klien dan revenue yang
dihasilkan KAP yang berskala besar apabila termasuk dalam the big four firm,
sedangkan untuk KAP yang berskala kecil apabila tidak termasuk dalam the big
four firm (Saputri, 2012).
Choi et al. (2010) menyatakan bahwa KAP yang berukuran besar
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang
berukuran kecil. KAP berukuran besar cenderung lebih independensi dalam
mengungkapkan dan melaporkan keuangan yang dilakukan oleh klien. Hal
tersebut menjadi perhatian auditor, karena apabila publik menemukan kecurangan
perusahaan yang tidak diungkapkan oleh auditor, maka hal tersebut akan
mengancam reputasi mereka.
Berdasarkan penelitian terdahulu, proksi yang digunakan dalam menilai
reputasi Kantor Akuntan Publik adalah dengan menggunakan skala Kantor
Akuntan Publik, Big-Four atau Non-Big-Four. Mc Kinley et al (1985)
menyatakan ketika sebuah KAP mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti
yang dilakukan oleh big four, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
16
nama besar tersebut dan berusaha menghindari tindakan-tindakan yang dapat
menganggu nama besar mereka (Sari, 2012). Hasil penelitian Rahayu (2009),
Junaidi dan Hartono (2010), Astuti dan Darsono (2012), juga Foroghi (2012),
berhasil membuktikan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini going concern.
2.1.6 Disclosure
Disclosure adalah pengungkapan atau pemberian informasi oleh
perusahaan, baik yang positif maupun yang negatif, yang akan mempengaruhi atas
suatu keputusan investasi. Disclosure dibutuhkan oleh para pengguna untuk lebih
memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan sumber informasi yang memungkinkan pihak pengguna
untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan.
Informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung
pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang
bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dilakukan untuk
melindungi hak pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat terpisahnya
pihak manajemen yang mengelola perusahaan dan pemegang saham yang
memiliki modal. Semakin memadainya pengungkapan atas informasi laporan
keuangan dapat mengurangi resiko integritas sehingga jika perusahaan
mengungkapkan lebih sedikit informasi akuntansi cenderung menerima opini
unqualifed dari auditor eksternal (Junaidi dan Hartono, 2010).
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
17
Dahlan (2009) dalam Arsianto (2013), menyatakan bahwa pengungkapan
(disclosure )yang disaimpaikan oleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua macam
tipe, yaitu :
1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan
minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku dimana jika
perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela,
pengungkapan wajib akan perusahaan untuk mengungkapkannya.
2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan
butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan
oleh peraturan yang berlaku.
Konsep pengungkapan yang digunakan (Dahlan, 2002 dalam Arsianto,
2013) yaitu :
1. Adequate Disclosure (Pengungkapan cukup)
Konsep ini perusahaan melakukan pengungkapan hanya untuk memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan oleh institusi tertentu.
2. Fair Disclosure (Pengungkapan wajar)
Dalam konsep ini perusahaan melakukan pengungkapan wajar, tidak terlalu
detail tetapi tidak terlalu minim.
3. Full Disclosure (Pengungkapan penuh)
Dalam konsep ini perusahaan mengungkapkan seluruh informasi yang
berkaitan dengan laporan keuangannya yang menggambarkan keadaan
perusahaan apa adanya. Informasi yang diberikan pada jenis ini biasanya
bersifat detail dan substansial.
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
18
Tabel 2.1 Disclosure Items
No Keterangan 1. Ikhtisar dan keuangan penting 2. Informasi harga saham tertinggi, terendah dan penutupan 3. Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi
mengenai pengelolaan perusahaan. 4. Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha
perusahaan yang disusun oleh direksi 5. Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan 6. Laporan direksi mengenai gambaran tentang prospek usaha. 7. Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah
dilaksanakan perusahaan 8. Nama dan alamat perusahaan 9. Riwayat singkat perusahaan 10. Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan 11. Struktur organisasi dalam bentuk bagan 12. Visi dan misi perusahaan 13. Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris 14. Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi 15. Jumlah karyawan, dan deskripsi pengembangan kompetensinya (missal:
aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan. 16. Uraian tentang pemegang saham dan presentase kepemilikannya. 17. Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan
saham, bidang usaha dan status operasi perusahan tersebut 18. Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal
pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama bursa efek dimana saham perusahaan tersebut dicatatkan
19. Nama dan alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal 20. Penghargaan dan sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala
nasional maupun internasional 21. Nama dan alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang/ kantor
perwakilan 22. Tinjauan operasi per segmen usaha 23. Analisis kinerja keuangan yang mencakup perbandingan antara kinerja
keuangan tahun yang bersangkutan dengan yang sebelumnya 24. Prospek usaha dari perusahaan 25. Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan antara lain strategi
pemasaran dan pangsa pasar 26. Kebijakan dividendan tanggal serta jumlah dividen 27. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) 28. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan 29. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit 30. Tandatangan anggota direksi dan dewan komisaris 31. Informasi tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan 32. Ringkasan statistik keuangan untuk 3 - 5 tahun 33. Informsai tentang penelitian dan pengembangan
Sumber: Fitriani dan Dharma, 2007
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
19
2.1.7 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya suatu perusahaan dan
merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan kondisi atau karakteristik
suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digolongkan menjadi dua bagian
yaitu besar atau kecil perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi
dari pada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai
kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu
untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan besar. Mutchler (1985)
menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern
pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar
dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya dari pada
perusahaan kecil (Warnida : 2011).
2.1.8 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan
untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta
lancarnya, untuk mengukur ini biasanya digunakan angka rasio sebagai berikut :
a. Modal kerja
Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva dan utang lancar. Jumlah
modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi penelitian kreditor jangka
pendek, karena angka ini menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber
dana jangka pendek. Makin besar angka modal kerja, semakin besar pula tingkat
proteksi kreditor jangka pendek, makin besar kepastian bahwa utang jangka
pendek akan dilunasi tepat waktu (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
20
b. Current Ratio
Current Ratio adalah elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan
modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total
aktiva lancar dan hutang lancar (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002). Aktiva
lancar menggambarkan alat bayar dan asumsikan semua aktiva lancar benar-benar
bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang
harus dibayar dan asumsikan semua hutang lancar benar-benar harus dibayar
(Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).
c. Acid-Test Ratio
Pada rasio ini, pos persediaan dan persekot biaya dikeluarkan dari total
aktiva lancar, dan hanya menyisakan pos-pos aktiva yang likuid saja yang akan
dibagi dengan utang lancar (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002), Quick Ratio
dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi
kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediannya
(Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).
d. Perputaran Piutang (Account Recievable Turnover)
Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya
dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang
seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas (Prastowo Dwi, Juliaty
Rifka : 2002).
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
21
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun) Variabel
Hasil Penelitian Dependen Independen
Munthahiroh
(2013)
Opini audit going
concern
Perkara pengadilan,
Audit client tenure,
Reputasi auditor,
Ukuran perusahaan,
Disclosure, Opini
Audit tahun
sebelumnya, Audit
lag
Opini Audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif terhadap
pemberian opini
audit going
concern.
Perkara
pengadilan, Audit
client tenure,
Reputasi auditor,
Ukuran
peusahaan,
Disclosure dan
Audit lag tidak
berpengaruh
terhadap
pemberian opini
audit going
concern.
Mayadica Rossa
Arsianto
(2013)
Opini Audit going
concern
Reputasi KAP,
Disclosure, Audit
tenure, Ukuran
perusahaan, Opini
audit tahun
sebelumnya
Reputasi KAP,
Disclosure tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern
Audit tenure,
Ukuran
perusahaan, Opini
audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
22
Peneliti (Tahun) Variabel
Hasil Penelitian Dependen Independen
Komang
Anggita
Verdiana
(2013)
Opini audit going
concern
Reputasi auditor,
Disclosure, Audit
client tenure
Disclosure
berpengaruh
positif terhadap
kemungkinan
pengungkapan
opini
Reputasi auditor,
Audit client tenure
tidak berpengaruh
terhadap
kemungkinan
pengungkapan
opini audit going
concern.
Junaidi dan
Hartono
(2010)
Auditor-client
tenure, reputasi
auditor,
disclosure,
ukuran
perusahaan
Opini audit
sebelumnya
Auditor-client
tenure, reputasi
auditor, disclosure
berpengaruh
signifikan
terhadap opini
going concern,
namun ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap opini
going cencern
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
23
H2 (+)
H3 (-)
H4 (-)
H5 (-)
2.2 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh reputasi KAP, disclosure,
ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kerangka pemikiran yang diajukan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap opini
audit going concern
Craswell et al., (1985) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan
bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki
afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional-lah yang memiliki kualitas
yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat
dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya
peer review De Angelo (1981 dalam Dewayanto 2011) mengatakan bahwa
peningkatan kualitas audit akan mempertinggi skala Kantor Akuntan Publik yang
juga akan berpengaruh pada klien dalam memilih Kantor Akuntan Publik. Ukuran
KAP berhubungan positif dengan kualitas auditor.
Penerimaan Opini Audit
Going concern
Reputasi KAP
Disclosure
Ukuran Perusahaan
Likuiditas
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
24
Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Dewayanto
(2011), dan Foroghi (2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
reputasi KAP dengan opini audit going concern. Junaidi dan Hartono (2010),
Muttaqin dan Sudarno (2012), Foroghi (2012) berhasil membuktikan bahwa
reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
Hubungan reputasi KAP dengan opini going concern adalah positif
dimana KAP bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini going concern
apabila auditor yakin klien mendapat masalah yang berkaitan dengan going
concern. Selain itu menurut Choi et al., (2010) KAP besar seperti big four
menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP kecil yang
belum mempunyai reputasi.
H1: Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern.
2.3.2 Pengaruh Disclosure terhadap opini audit going concern
Disclosure adalah pengungkapan atau pemberian informasi oleh
perusahaan, baik yang positif maupun negatif yang akan mempengaruhi atas suatu
keputusan investasi. Semakin tinggi disclosure levelyang dilakukan perusahaan,
maka semakin banyak pula informasi yang ada (Almilia dan Retrinasari 2007)
Lennox (2000) menyebutkan bahwa pemimpin perusahaan lebih sering tidak
mengungkapkan informasi bad news mengenai perusahaan ketika auditor
menerima opini unqualified. Disclosure yang memadai atas informasi laporan
keuangan dapaat mengurangi litigation risk, dalam penelitian yang dilakukan
pengungkapan sesuai dengan standar pengungkapan cenderung menerima clean
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
25
opinion, dan perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi akuntansi
cenderung mendapatkan opini qualified dan auditor (Gaganis dan Pasiouras,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Haron et al., (2009), Junaidi dan Hartono
(2010), Astuti dan Darsono (2012), dan Sari (2012) membuktikan bahwa
disclosure berpengaruh negatif terhadap penerimaaan opini going concern. Hasil
penelitian yang dilakukan Haron et al., (2009), Junaidi dan Hartono (2010) dan
Sari (2012) adalah disclosure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
going concern.
Hubungan yang terjadi antara disclosure dengan opini going concern
adalah apabila perusahaan merasa cukup baik kinerja keuangan perusahaannya
maka akan semakin banyak pengungkapan yang dilakukan untuk menunjukkan
kepada masyarakat citra baiknya namun ketika perusahaan mendapatkan opini
going concern atau perusahaan akan lebih sedikit melakukan pengungkapan
karena tidak ingin masyarakat terlalu banyak tahu mengenai kinerja perusahaan
yang sedang buruk.
H2 : Disclosure berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern
2.3.3 Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan
kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Dari ketiga variabel di atas, nilai
aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan
penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan, sehingga penelitian ini
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.
26
menggunakan besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagai proxy dari
ukuran perusahaan. Bukti empiris menemukan bahwa ada hubungan negatif antara
ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern. Mutchler et al.,
(1985) dalam Santosa sejalan dengan penelitian (Aiisiah,2012) serta Arsianto
(2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan penjelas tersebut, maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut :
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.
2.3.4 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap opini audit going concern
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya (Warnida,
2011). Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Quick Ratio
karena persediaan kemungkinan dapat mengalami kerusakan, usang, atau hilang
sehingga tidak dapat digunakan untuk melunasi hutang kepada kreditor. Makin
kecil Quick Ratio maka perusahaan dianggap kurang likuid sehingga tidak dapat
melunasi kewajiban lancarnya oleh karena itu, auditor kemungkinan cenderung
memberikan opini audit going concern. Hal ini dapat dijelaskan bahwa makin
kecil likuiditas, perusahaan kurang likuid karena banyak kredit macet sehingga
opini audit harus memberikan keterangan mengenai going concern. Sebaliknya
semakin besar likuiditas, perusahaan semakin mampu melunasi kewajiban jangka
pendeknya (Warnida, 2011).Menurut (Warnida, 2011), mengatakan bahwa rasio
likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Sejalan dengan hasil yang diteliti menurut (Juandini, 2010) serta (Arma, 2013).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H4 : Rasio Likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.
Analisis Pengaruh Reputasi ..., Fanik Dwi Irjibiayuni, F. Ekonomi UMP, 2015.