-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Belajar dapat
dilakukan dimana saja, di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat. Perubahan
yang diharapkan terjadi setelah siswa belajar yaitu siswa memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum ia miliki, siswa mendapat pengalaman yang
baru untuk memiliki keterampilan serta perubahan dalam sikap dan tingkah laku
menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Dalam proses belajar harus melibatkan
pikiran, kemauan, dan perasaannya agar proses belajar dapat berjalan dengan baik.
Komponen utama yang harus ditetapkan dalam proses belajar yaitu tujuan
pembelajaran. Pada dasarnya tujuan pembelajaran dalam proses belajar harus
dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan kegiatan belajarnya. Oleh
karena itu, salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan
rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat sejauh mana
taraf keberhasilan guru dan belajar peserta didik secara tepat (valid) dan dapat
dipercaya (reliable) sehingga kita memerlukan informasi dari hasil belajar serta
tingkah laku sehari-hari peserta didik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:27) ranah kognitif terdiri dari enam
jenis perilaku yang bersifat hierarkis yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan perilaku yang berada
ditingkat paling rendah dan evaluasi berada ditingkat paling tinggi. Perilaku yang
terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum
mempelajari perilaku yang lebih tinggi, misalnya untuk dapat menganalisis,
-
7
peserta didik terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan terhadap sesuatu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik adalah:
1) “Raw input adalah peserta didik. Peserta didik yang belajar berarti
menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap
lingkungannya” (Dimyati dan Mudjiono,2009:26). Sebagai raw input, “peserta
didik memiliki karakteristik fisiologis dan psikologis. Karakteristik fisiologis
terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh, sedangkan yang
menyangkut psikologis adalah inteligensi, motivasi, minat, emosi, dan bakat”
(M.Sobry Sutikno, 2009).
a) Inteligensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan situasi baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, serta mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
b) Motivasi adalah sejumlah proses yang bersifat internal maupun eksternal
bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan
persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi ini
merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu
tindakan.
c) Minat adalah suatu rasa ketertarikan dan menyukai suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh.
d) Emosi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
Emosi yang sedang berlebihan membutuhkan situasi yang cukup tenang.
Emosi yang berlebihan akan mengurangi dan mengganggu konsentrasi
dalam belajar.
e) Bakat adalah sebuah sifat dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa
sejak lahir.
2) Environmental input adalah lingkungan, biasanya terdiri dari lingkungan alam
dan lingkungan sosial. Baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun lingkungan dimasyarakat.
-
8
3) Instrumental input adalah faktor yang sengaja dimanipulasi, seperti kurikulum
atau bahan pelajaran, keadaan gedung, waktu sekolah, sumber atau media
belajar, metode pembelajaran, interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
dan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik.
2.1.2 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi dan informasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan IPA. Untuk menguasai dan mencipta teknologi
dimasa depan diperlukan penguasaan IPA yang kuat sejak dini. Mata pelajaran
IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik dari usia sekolah dasar karena
dapat membekali peserta didik untuk mempunyai kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta meningkatkan kemampuan bekerja
sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi serta dapat
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA disusun sebagai landasan
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Selain itu,
kemampuan IPA dikembangkan dalam pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram, dan media lain. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis yang didalam penggunaannya secara umum terlintas
pada gejala-gejala alam. Mata Pelajaran IPA bersifat pengetahuan dengan melalui
pengamatan ketrampilan berbagai jenis perangai lingkungan alam serta
lingkungan buatan.
-
9
2.1.3 Fungsi Pembelajaran IPA
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Maka dari itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pendidikan IPA
yaitu dengan memadukan pengalaman proses IPA, pemahaman produk, serta
teknologi IPA yang disajikan dalam bentuk pengalaman langsung yang
berpengaruh pada sikap peserta didik. Fungsi Mata Pelajaran IPA dalam
Depdiknas (2004) yaitu:
a) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
c) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mengerti akan IPA dan
teknologi.
d) Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup dimasyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang
dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa” (Oemar Hamalik,
2008:25). “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”
(Sri Sulistyorini, 2007:39).
-
10
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan,
penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar.
2.1.5 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:
a) Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan
masyarakat.
b) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran
lain.
f) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
2.1.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Ruang lingkup yang dipelajari dalam IPA untuk mencapai tujuan
pembelajaran dapat ditetapkan melalui SK dan KD. BNSP telah melakukan
penyusunan Standar Isi yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006 yang mencakup
komponen:
1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal
yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dicapai, diketahui, dan dapat dilakukan oleh peserta didik pada setiap
tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.
2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang
cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.
-
11
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 4 SD N Klero 02, maka akan dilakukan penelitian dengan
menggunakan model mind mapping pada mata pelajaran IPA tentang
Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun rincian Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai materi dalam pelaksanaan
penelitian kelas 4 semester II dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) KTSP 2006
Kelas IV Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
11. Memahami hubungan antara
sumber daya
alam dengan
lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat.
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang
digunakan.
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan.
2.2 Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran)
2.2.1 Pengertian Mind Mapping
Mind map dalam bahasa Indonesia berarti peta pikiran dari kata mind =
pikiran, dan map = peta. Menurut Michael Michalko dalam buku Mind Mapping
karya Tony Buzan pengertian mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan
otak terhadap pemikiran linear, mind map menggapai ke segala arah dan
menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Mind map merupakan cara
termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan informasi ke luar
otak. Sedangkan menurut Tony Buzan dan Barry (2004) mind map adalah suatu
teknik mencatat yang menonjolkan sisi kreativitas sehingga efektif dalam
memetakan pikiran. Menurut Tony Buzan mind map merupakan cara mencatat
-
12
yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.
Teknik mencatat melalui mind map ini dikembangkan berdasarkan bagaimana
cara otak bekerja selama memproses suatu informasi. Selama informasi
disampaikan, otak akan mengambil berbagai tanda dalam bentuk beragam, mulai
dari gambar, bunyi, bau, pikiran, hingga perasaan. Selanjutnya melalui pembuatan
mind map, informasi tadi direkam dalam bentuk simbol, garis, kata, dan warna.
Mind map yang baik akan dapat menggambarkan pola gagasan yang saling
berkaitan pada cabang-cabangnya.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map
memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar
dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk
memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi diantara ide
tersebut. Bentuk diagram mind map seperti diagram pohon dan percabangannya
memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Gambar 2.1 Mind Mapping
-
13
2.2.2 Langkah-langkah Mind Mapping
Terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi
landscape kemudian tempatkan topik yang akan dibahas ditengah-tengah halaman
kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau
kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang
bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang
bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni.
Dengan mensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan
lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran. Selain itu, siswa dapat
menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap
cabang pemikiran. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat
gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak
membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak
menjauh dari gambar utama untuk menandakan tingkat kepentingan dari masing-
masing garis.
2.2.3 Manfaat Teknik Mencatat dengan Teknik Mind Map
Ada banyak manfaat atau keunggulan yang dapat diraih bila siswa
menggunakan teknik mencatat mind map (peta pikiran) dalam kegiatan
pembelajarannya, diantaranya:
1) Mind map meningkatkan kreativitas dan aktivitas individu maupun
kelompok
Bila siswa terbiasa menggunakan teknik mind map (peta pikiran) ini dalam
mencatat informasi pembelajaran yang diterimanya, tentu akan menjadikan
mereka lebih aktif dan kreatif. Penggunaan simbol, gambar, pemilihan kata
kunci tertentu untuk dilukis atau ditulis pada mind map dapat merangsang pola
berpikir kreatif siswa.
2) Mind map memudahkan otak memahami dan menyerap informasi dengan
cepat
Catatan yang dibuat dengan teknik mind map dapat dengan mudah
dipahami siswa. Mind map dapat membuat siswa lebih cepat memahami dan
menyerap informasi yang diterimanya.
-
14
3) Mind map meningkatkan daya ingat
Catatan khas yang dibuat dengan mind map bersifat spesifik dan bermakna
bagi siswa yang membuatnya sehingga dapat meningkatkan daya ingat mereka
terhadap informasi yang terkandung didalam mind map itu.
4) Mind map dapat mengakomodasi berbagai sudut pandang terhadap suatu
informasi
Setiap siswa tentu akan mempunyai beragam sudut pandang terhadap
suatu informasi yang disampaikan oleh guru atau yang mereka terima dari
sumber-sumber belajar lainnya. Beragamnya sudut pandang ini memungkinkan
mereka untuk memaknai informasi tersebut secara berbeda-beda dan
dituangkan secara khas pada mind map mereka masing-masing.
5) Mind map dapat memusatkan perhatian siswa
Pada saat proses pembuatan mind map perhatian siswa akan terpusat untuk
memahami dan memaknai informasi yang diterimanya. Ini akan membuat
kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif.
6) Mencatat dengan teknik mind map menyenangkan
Anak-anak usia sekolah dasar biasanya lebih menyukai pelajaran
menggambar daripada pelajaran lainnya, bahkan hingga usia dewasa masih
banyak beberapa orang yang suka menggambar. Teknik menggambar dan
menulis menggunakan mind map tentu menyenangkan bagi siswa. Kegiatan
yang menyenangkan akan menimbulkan suasana positif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.
7) Mind map mengaktifkan seluruh bagian otak
Selama mencatat dengan teknik mind map kedua belahan otak akan
dimaksimalkan penggunaannya. Siswa tidak hanya menggunakan belahan otak
kiri terkait pemikiran logis, tetapi mereka juga dapat menggunakan belahan
otak kanan dengan memunculkan emosi dan perasaan mereka dalam bentuk
warna dan simbol-simbol tertentu selama membuat mind map.
-
15
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping yaitu:
a) Dapat mengemukakan pendapat secara bebas
b) Dapat bekerjasama dengan teman lainnya (kerja kelompok)
c) Catatan lebih padat dan jelas
d) Catatan lebih terfokus pada inti materi
e) Mudah melihat gambaran keseluruhan
f) Membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat
hubungan.
g) Memudahkan penambahan informasi baru
h) Setiap peta bersifat unik
Ada beberapa kekurangan saat pembelajaran menggunakan teknik mind
mapping, yaitu:
a) Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b) Guru terkadang kewalahan saat siswa membuat mind mapping dalam
kelompok.
c) Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa mind
mapp siswa.
d) Membutuhkan waktu yang cukup banyak saat pembelajaran menggunakan
mind map.
2.2.5 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Peta Pikiran (Mind Mapping)
Terhadap Hasil Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan
keberhasilan belajar siswa terhadap pencapaian tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat
pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes
prestasi belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi
guru maupun bagi siswa. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan
sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh
siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat
-
16
untuk mengetahui sebagaimana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti
pelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sangat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh emosi
didalam dirinya. Pembelajaran menggunakan model peta pikiran, berusaha
menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang berhubungan dengan hal
yang bersifat logis dan otak kanan yang berhubungan dengan keterampilan.
Pembelajaran peta pikiran ini dituangkan dalam bentuk catatan pelajaran yang
menarik, sehingga siswa mempunyai minat untuk mempelajari catatan pelajaran
tersebut dibandingkan dengan mempelajari catatan yang masih tradisional. Maka
dari itu, dengan adanya teknik mind mapping atau pemetaan pikiran diharapkan
dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
-
17
2.2.6 Implementasi Mind Mapping
No Aspek Indikator Waktu
1. Melakukan
kegiatan
pendahuluan
a. Salam dan doa b. Apersepsi c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan motivasi
kepada siswa.
2.
Melakukan
kegiatan inti
pembelajaran
Eksplorasi:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4 orang siswa.
2. Guru mengenalkan dan menjelaskan tentang teknik mind mapping.
Elaborasi:
3. Guru menyiapkan bahan-bahan untuk membuat mind map seperti: karton,
spidol warna, pensil, penghapus.
4. Guru menjelaskan materi. 5. Siswa membuat rangkuman sementara
dibukunya.
6. Guru mengamati dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
7. Guru mengajak siswa kembali ke kelas.
8. Siswa bersama kelompoknya membuat rangkuman dengan menggunakan
mind mapping.
9. Siswa membuat mind map sesuai dengan kreativitasnya.
10. Setelah selesai, perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompok mereka.
Konfirmasi:
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada materi
yang belum dipahami.
3. Melakukan
kegiatan
penutup
Siswa bersama guru melakukan refleksi
(Pada pertemuan kedua dilakukan evaluasi)
-
18
2.3 Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Pembelajaran lingkungan merupakan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran berbasis lingkungan ini, akan
dibentuk kelompok kecil yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian.
Menggunakan sumber belajar lingkungan juga dapat menanamkan konsep-konsep
dari tingkat yang lebih mudah sampai ke tingkat yang lebih sulit. Lingkungan
dapat diformat maupun digunakan sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, guru
dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
sehingga dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga dapat
menyesuaikan sumber belajar lingkungan dengan tujuan, karakteristik siswa serta
pokok bahasan dalam pembelajaran.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah
dipahami siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif
dari diterapkannya pendekatan berbasis lingkungan ini yaitu siswa dapat terpacu
rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Empat pilar
pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be
(belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (belajar untuk mengerjakan
sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis lingkungan yang dikemas sedemikian
rupa oleh guru. Hal itulah yang menjadi alasan dasar dalam memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
berbasis lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar.
2.3.1 Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada disekitar anak-anak (siswa) merupakan salah satu
sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik
(makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Jumlah sumber
belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya
tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar
-
19
lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa
karena mereka belajar tidak hanya terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu
kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan
dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar mereka.
Dalam pemanfaatan lingkungan, guru dapat membawa kegiatan-kegiatan
yang biasanya dilakukan siswa di dalam ruangan kelas saja, kemudian guru
membawa siswa ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan sekitar sekolah
mereka. Misalnya saja saat guru menjelaskan tentang materi sumber daya alam di
dalam ruangan kelas, suasana yang terjadi di dalam kelas akan terlihat monoton
dan membosankan, namun jika guru mengajak siswa belajar di luar ruangan kelas
misalnya pengamatan di halaman sekolah mereka maka tentunya pembelajaran
akan lebih menarik dan tidak monoton.
2.3.2 Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan
Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak
keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain:
a) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di
lingkungan sekitar.
b) Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti
listrik.
c) Memberikan pengalaman langsung yang real kepada siswa, cara berpikir siswa
menjadi lebih konkret dan tidak verbalistik.
d) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan sekitar siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
e) Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa
melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan
langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa
serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
f) Lebih komunikatif, sebab media benda atau peristiwa yang ada di lingkungan
sekitar siswa biasanya lebih mudah dipahami oleh siswa dibandingkan dengan
media yang didesain.
-
20
2.3.3 Kelemahan Memanfaatkan Media Lingkungan
Namun meskipun demikian, lingkungan yang dijadikan sebagai media
pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, diantaranya:
a) Terkadang tujuan tidak tercapai karena cenderung siswa senang bermain
sendiri sehingga tidak fokus pada pembelajaran.
b) Membutuhkan waktu yang cukup banyak.
c) Kurangnya pemahaman guru dalam memanfaatkan lingkungan untuk media
pembelajaran.
Kelemahan diatas dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membuat perencanaan yang lebih matang
2) Menentukan tujuan yang jelas
3) Menentukan cara dan teknik siswa dalam mempelajari lingkungan
4) Menentukan apa yang harus dipelajari
5) Menentukan cara memperoleh informasi
2.3.4 Prinsip-prinsip Pembuatan Media Yang Memanfaatkan Lingkungan
Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-
benda, peristiwa atau kejadian yang langsung dapat kita pergunakan sebagai
sumber belajar. Selain itu ada pula media pembelajaran berupa alat peraga
sederhana yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum dapat digunakan dalam
pembelajaran. Biasanya alat peraga sederhana dapat dibuat dengan menggunakan
bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar tempat tinggal kita. Seandainya
diharuskan membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip
pembuatan media yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.
b) Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu,
terutama konsep yang abstrak.
c) Dapat mendorong kreatifitas siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
d) Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak
mengandung unsur yang membahayakan siswa.
e) Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal
-
21
f) Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan.
g) Media pembelajaran hendaknya mudah digunakan baik oleh guru maupun
siswa.
h) Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat peraga hendaknya mudah
diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah.
i) Media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran
peserta didik.
2.3.5 Hubungan Model Mind Mapping Dengan Pembelajaran Berbasis
Lingkungan
Pada dasarnya pembelajaran IPA ditingkat sekolah dasar membutuhkan
media yang konkret, karena anak usia sekolah dasar masih berpikiran secara
real/nyata. Dengan adanya pembelajaran berbasis lingkungan ini, siswa dapat
lebih mengenali lingkungan sekitar yang bisa digunakan sebagai sumber belajar
mereka. Siswa dapat diajak keluar kelas mengamati lingkungan sekitar mereka
untuk mengamati apa saja yang ada di lingkungan sekitar, tentunya yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Dari lingkungan inilah siswa dapat berpikir secara nyata.
Kemudian setelah melakukan pengamatan, siswa dapat membuat ringkasan
tentang yang mereka amati, ringkasan yang mereka buat cenderung monoton dan
membuat siswa malas untuk mempelajarinya. Maka dari itu, siswa dapat membuat
ringkasan menarik dengan menggunakan mind map yang berupa peta pikiran.
Dalam membuat peta pikiran ini materi pelajaran ditulis inti materinya saja. Mind
map berisi simbol-simbol, warna, atau gambar yang akan membuat siswa lebih
tertarik untuk mempelajarinya, dan mind mapping ini dapat membantu siswa
untuk lebih memahami materi yang diajarkan oleh gurunya.
-
22
2.4 Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
“Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Mapping Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01
Kaligentong Kecamatan Ampel Tahun 2012/2013”.
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 3
pertemuan, sedangkan siklus 2 terdiri dari 4 pertemuan. Hasil analisis yang
dilakukan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus
1, dan dari siklus 1 ke siklus 2 setelah dilakukannya tindakan menggunakan
model mind mapping. Pada pra siklus ketika belum diadakannya tindakan,
ketuntasan hasil belajar adalah 56,7%. Sedangkan pada siklus 1 ketuntasan hasil
belajar mengalami peningkatan menjadi 80%, dan pada siklus 2 ketuntasan hasil
belajar meningkat menjadi 93,3%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kaligentong Kec.
Ampel Tahun 2012/2013.
2.5 Penjelasan Variabel Yang Terkait
Dalam menyampaikan materi pemanfaatan sumber daya alam, banyak
guru yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Peserta didik dipaksa untuk
menghafal banyak sekali materi yang diajarkan. Sehingga banyak siswa yang
belum memahami tentang materi yang diajarkan. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka desain pembelajaran dicoba menggunakan model mind mapping.
Kelebihan dari pengajaran dengan menggunakan model mind mapping yaitu
mudah dilaksanakan karena hanya dengan membuat suatu peta konsep pemikiran
yang didalamnya berisi ringkasan materi atau inti materi pelajaran sehingga siswa
lebih mudah untuk mengingat dan memahami pelajaran yang diajarkan. Peserta
didik juga akan merasa senang dan tidak cepat bosan saat mengikuti pelajaran
IPA. Pada kondisi akhir kemampuan mengingat dan memahami siswa dengan
menggunakan model mind mapping terhadap materi IPA diharapkan dapat
meningkat.
-
23
2.6 Kerangka Berpikir (Bagan 2.2)
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian yaitu model mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas 4 semester II SDN Klero 02 tahun pelajaran 2014/2015.
Kondisi Awal Pembelajaran hanya
ceramah dan tidak
menggunakan metode
pembelajaran
Hasil belajar IPA
rendah
Tindakan Guru menggunakan model
mind mapping melalui
pembelajaran berbasis
lingkungan
Siklus I
Menggunakan model
mind mapping
melalui pembelajaran
berbasis lingkungan,
dan
hasil belajar siswa
meningkat
Siklus II
Menggunakan model
mind mapping
melalui pembelajaran
berbasis lingkungan,
dan
hasil belajar siswa
mengalami
ketuntasan
Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan
Kondisi Akhir