Download - BAB I udah jadi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan
indikator yang paling peka untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu
dan anak. Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian
perinatal termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong, kejadian
hipoksia dan trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan
dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong.
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana prsentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan
bagian terendahnya.
Selain itu sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi
prematur masih sangat tinggi yang disebabkan oleh persalinan dengan
kehamilan preterm. Hal ini tentunya berkaitan dengan maturitas organ pada
bayi lahir seperti paru, otak dan gastrointestinal.
Angka kejadianpersalinan preterm pada umunya adalah sekitar 6-
10% .Hanya 1,5 % persalinan terjadi pada usia kehamilan kuarang dari 32
minggu dan 0,5 % pada kehamilan kurang diri 28 minggu namun,kehamilan
ini merupakan 2/3 dari kematian neonatal.Kesulitan utama dalam persalian
preterm ialah perawatan bayi preterm,yg semakin usia kehamilan yg semakin
besar morbiditas dan mortalitas. Penelitian lain menunjukan bahwa umur
kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan dengan resiko kematian
perinatal.
Di negara barat sampai 80% dari kematian neonatus adalah akibat
prematuritas, dan pada bayi yang selamat 10% mengalami permasalahan
dalam jangka panjang. Penyebab persalinan dengan kehamilan preterm sering
dapat di kenali dengan jelas, namun, pada banyak kasus penyebab pasti tidak
2
dapat di ketahui. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya
persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor janin dan plasenta ataupun
faktor lain seperti sosioekonomik.
Pendekatan obstetrik yang baik terhadap persalinan preterm akan
memberikan harapan terhadap ketahanan hidup dan kualitas hidup bayi
preterm. Di beberapa negara maju angka kematian neonatal pada persalinan
prematur menunjukkan penurunan yang umumnya di sebakan oleh
meningkatanya peranan neonatal intensiv care dan akses yang lebih baik dari
pelayanan ini.
Di Amerika Serikat bahkan menunjukan kemajuan yang deramatis
berkaitan dengan meningkatnya umur kehamilan, dengan 50% neonatus
selamat pada persalinan usia kehamilan 25 minggu, dan lebih dari 90% pada
usia 28-29 minggu, hal ini menunjukan bahwa teknologi dapat berperan
banyak dalam keberhasilan persalinan bayi preterm.
B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya persalinan
prematur.
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi, diagnosis dan penanganan
persalinan bokong.
3. Menambah pengetahuan tentang persalinan patologis.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengimplementasian atau tindakan asuhan kebidanan yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan kasus nyata.
C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah penulis mendapatkan pengetahuan
tambahan mengenai teori serta praktik asuhan yang diterapkan untuk kasus
3
ini. Serta untuk pembaca dapat mengingatkan kembali dan menambahkan
wawasan mengenai materi yang diterangkan didalam makalah ini.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri 5 Bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah tujuan
penulisan, manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori uraian tentang definisi, diagnosis, etiologi,
penanganan pada persalinan dengan presentasi bokong dan
preterm.
BAB III : Laporan kasus penerapan Asuha Kebidanan pada ibu bersalin
di RSIA Budi Kemuliaan
BAB VI : Pembahasan membandingkan kesesuaian antara teori yang
ada dan praktik di klinik
BAB V : Penutup Kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Presentasi Bokong
I. Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi lainnya. Dengan
insidensi 3-4 % dari seluruh kehamilan tunggal pada umur
kehamilan cukup bulan ( 37 minggu), presentasi bokong
merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai.
Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi
bokong berkisar antara 25 – 30 % dan sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna dan presentasi kaki. pada presentasi bokong akibat
ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksan dalam hanya dapat diraba
bokong. Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong
dapat diraba kedua kaki. pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan
kaki yang lain terangkat keatas (Sarwono, 2007).
II. Diagnosis
Presentasi bokong dapat dikeahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap
kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilan > 34 minggu.
Pada pemeriksaan luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba
bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba
5
difundus uteri. Kadang – kadang bokong janin teraba bulat dan
seolah – olah memberikan kesan kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakan semudah kepala.
Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan pemeriksaan dalam vagina
dan atau pemeriksaan ultrasonografi.
Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi
bokong saja belum cukup untuk membuat perkiraan besarnya
risiko guna pengambilan cara persalinan yang hendak dipilih.
Taksiran berat janin, jenis presentasi bokong, keadaan selaput
ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan
hiperektensi kepala janin, kemajuan persalinan, pengalaman
penolong dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal
merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui.
III. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang
lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat
dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
dua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus
uteri, sedangkan kepala diruang yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.
6
Faktor – faktor lain yang memegang peranan penting dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul
sempit. Kadang – kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah
kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena
plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus.
IV. Penanganan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara
yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi atau akupuntur dan
posisi dada-lutut pada ibu. Namun tindakan tersebut hanya versi
luar yang baru direkomendasikan.
Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan
menggunakan tekanan dan maneuver tertentu pada perut ibu untuk
mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala. Prosedur
versi luar cukup aman dan efektif, namun komplikasi yang dapat
terjadi adalah bradikardi janin yang bersifat sementara, solusio
plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto-maternal
dengan kemungkinan sensitisasi, ketuban pecah dini.
Indikasi kontra dilakukannya versi luar adalah semua keadaan
indikasi kontra persalinan vaginal, terdapat pula indikasi kontra
yang sifatnya relative yaitu ketuban pecah dini, oligohidroamnion,
perdarahan uterus yang tidak diketahui penyebabnya.
Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum
begitu jelas. Pada dasarnya semakin tua umur kehamilan, akan
semakin kecil tingkat keberhasilannya, umumnya dilakukan pada
umur kehamilan 34-36 minggu. Versi luar juga dapat dilakukan
7
sebelum umur kehamilan 34-36 minggu, tetapi kemungkinan untuk
kembali lagi menjadi presentasi bokong cukup besar.
Tidak ya
Tidak bersedia
Bersedia
Non-reasuring
Reassuring
reasuring Gagal berhasil
Gambar 1.1 Skema pengelolaan presentasi bokong pada masa kehamilan
Pemeriksaan adanya indikasi dan kontra indikasi versi luar
Memenuhi persyaratan
Observasi (rencana persalinan vaginal) atau
bedah sesar efektif
Tawarkan & konseling versi luar
Informed consent
NST
Lakukan versi luar
Versi luar tak dilakukan, lakukan prosedur yang
sesuai
NSTNST
Lakukan prosedur yang
sesuai
Observasi
Rencanakan versi luar ulang atau observasi
(rencanakan persalinan pervaginam atau sc)
8
B. Kehamilan Preterm
I. Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsug pada
umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir (ACOG 1995). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 minggu atau kurang.
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya kerena
potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%,
umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah
dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin
yang terhambat.
II. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang
multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan
faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan
prematur. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi
berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma.
Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses
patogenik yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai
dampak yang terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks,
yaitu:
Aktivasi aksi kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik
pada ibu maupun janin, akibat stres pada ibu atau janin
Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi
asenden dari traktus gebitourinaria atau infeksi sistemik
Perdarahan desidua
Peregangan uterus patologik
Kelianan pada uterus atau serviks
9
Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
persalinan prematur harus dicermati beberapa kondisi yang dapat
menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalianan prematur atau
seorang dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat
kehamilan belum genap bulan. Kondisi selama kehamilan yang
berisiko terjadinya persalinan preterm adalah :
1. Janin dan plasenta
- Perdarahan trimester awal
- Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa)
- Ketuban pecah dini (KPD)
- Pertumbuhan janin terhambat
- Cacat bawaan janin
- Kehamilan ganda/gameli
- Polihidramnion
2. Ibu
- Penyakit berat pada ibu
- Diabetes mellitus
- Preeklamsia/ hipertensi
- Infeksi saluran kemih/ genetal/ intrauterin
- Penyakit infeksi dengan demam
- Stres psikologik
- Kelainan bentuk uterus/serviks
- Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
- Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari
1cm)
- Pemakaian obat narkotik
- Trauma
- Perokok berat
- Kelainan imunologi/ kelainan resus
10
III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Preterm
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya persalianan
preterm dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut:
a. Kondisi umum
b. Keadaan sosial ekomoni rendah
c. Kurang gizi
d. Anemia
e. Perokok berat, dengan lebih dari 10batang/hari.
f. Umur hamil terlalu muda kurang dari atau terlalu
tua di atas 35 tahun.
g. Penyakit ibu yang menyertai kehamilan
h. Penyulit kebidanan
IV. Diagnosis
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman
persalinan preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada
kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses
persalinan. Beberapa kriteria dapat dipaki sebagai diagnosis
ancaman persalinan preterm, yaitu :
a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit
sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
b. Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi
pembukaan sedikitnya 2 cm
c. Selaput keuban pecah dapat merupakan tanda awal
terjadinya persalinan pretem
d. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
V. Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan
preterm akibat amnionitis dan yang mengalami gejala persalinan
11
preterm membakat harus ditangani seksama untuk meningkatkan
keluaran noenatal. Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak
mungkin ditangani akspektatif, harus dilakukan intervensi, yaitu
dengan :
a) Akselerasi pematangan fungsi paru
b) Pemberian antibiotic
c) Pemberian tokolitik
VI. Perawatan Neonatus
Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan
keadaan umum, biometri, kemampuan bernapas, kelainan fisik dan
kemampuan minum. Keadaan kritis bayi premature yang harus
dihindari adalah kedinginan, pernapasan yang tidak adekuat atau
trauma. Suasana hangat diperlukan untuk mencegah hipotermia
pada neonates (suhu badan dibawah 36,6c) bila mungkin bayi
sebaiknya dirawat cara kangguru untuk menghindari hipotermia.
Kemudian dibuat perencanaan, pengobatan dan asupan cairan.
ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin diberikan
dengan sonde atau dipasang infus. Semua bayi baru lahir harus
mendapat nutrisi sesuai dengan kemampuan dan kondisi bayi.
Sebaiknya persalinan bayi terlalu muda atau terlalu kecil
berlangsung pada fasilitas yang memadai, seperti pelayanan
perinatal dengan personel dan fasilitas yang adekuat termasuk
perawatan perinatal intensif.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
Ny. S berusia 25 tahun, beragama Islam, pendidikan terkhir SMP, seorang
ibu rumah tangga. Bersuamikan Tn. S usia 27 tahun, pendidikan terkhir SMA,
pekerjaan buruh di Tanah Abang. Pasangan ini tinggal di Jembatan Besi.
Pasien ini dirujuk oleh Bd. Juniarti, selam ANC dikatakn normal. USG terkhir
kesan letsu. Berdasarkan anamnesa yang dilakukan di UGD tanggal 20-6-2013 jam
14.30, didapatkan data : HPHT 17-11-2012 dengan banyaknya 2-3 pembalut/hari,
dengan siklus haid 30 hari (teratur) konsistensi cair dan gumpalan. Dari data tersebut
didapatkan tafsiran persalinannya pada tanggal 24-8-2013.
Ny. S mengaku pertama kali merasakan gerakan bayinya pada bulan Maret
dan pergerakan bayi dalam 24 jam terkhir sebanyak 21 kali. Tidak ada riwayat
kehamilan dan persalinan terdahulu karena kehamilan ini merupakan kehamilan yang
pertama. Ny S memeriksakan kehamilannya teratur di Bd. Juniarti dan telah imunisasi
TT sebanyak 2 kali yaitu saat hamil 4 bulan dan hamil 5 bulan.
Pada riwayat kesehatan, Ny S mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita
penyakit-penyakit seperti jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, dan penyakit
hubungan seksual seperti HIV/AIDS, klien juga tidak pernah mengalami operasi dan
tidak tidak mempunyai alergi obat. Pada riwayat kesehtan kelurga, klien mengatakan
bahwa tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, jantung, asma, diabetes miletus
serta tidak ada riwayat kembar baik dalam keluarganya maupun suaminya.
Selama hamil pasien sering mengkonsumsi mie instan dan pasien mengaku
jarang makan nasi dikarenakn pasien tidak suka nasi. Menurut pasien selama hamil
ini berat badan pasien turun hingga 10 kg. Dalam sehari pasien minum air mineral 8
gelas.
Klien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi, bagi klien dan suaminya
pernikahan ini merupakan pernikahan yang pertama. Kedua pasangan ini
menginginkan kehamilannya dan jenis kelamin yang diharapkan apa saja, asalakan
13
bayi lahir selamta dan sehat. Hubungan klien dengan suami juga keluarganya cukup
harmonis.
Dari perilaku kesehatan, klien tidak pernah mengkonsumsi rokok, alcohol,
obat terlarang serta jamu-jamuan. Aktivitas kesehatianya, klien mengatakan istrahat
siang 1 jam, istirahat malam 7 jam.
Kala I
S : Klien datang sendiri ke UGD tanpa surat pengantar dengan keluhan mules
sering sejak pukul 05.00 + keluar air-air sejak pukul 02.00. Pasien tidak
merasa mual, pusing serta klien mengatakan tidak muntah dan melihat sekitar
jelas. Pasien tidak ada riwayat minum rumput Fatimah. Pergerakan janin yang
dirasakan pasien dalam 24 jam terkhir aktif. Klien mengatakan bahwa belum
ada pengeluaran darah lender namun pasien merasakan keluar air-air dari
kemaluan. BAB dan BAK terakhir kira-kira jam 06.00. Pasien sudah makan
tadi pagi dengan bubur setengah porsi dan minum teh manis hangat 1 gelas.
O : Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan data keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikhterik. TD : 110/70 mmHg N : 92x/mnt Rr : 22x/mnt Sh :
36,5C. Pada palpasi abdomen di peroleh TFU 23 cm, Leopold I : teraba bulat,
keras, tidak melenting. Leopold II : bagian kanan teraba keras , panjang,
seperti papan, bagin kiri teraba bagian-bagian kecil janin. Leopold III : teraba
tidak melenting, lunak, agak bulat. Leopold IV : teraba 3/5 bagian. His : 3 x
10’ 35’’ relaksasi TBJ klinis : 1705 gram. Denyut janting janin didengarkan
pada punctum maksimum yaitu 1 jari diatas pusat disebalah kanan DJF
130x/mnt. Pemeriksaan anogenital secara inspeksi tampak air ketuban
mengalir dari vagina, dinding vagina tidak ada varices dan tidak ada oedema.
Dilakukan inspekulo hasil : ostium terbuka, tampak air ketuban mengalir
warna jernih. Cek LEA hasil : negative, pH : 7,5. Dilakukan pemeriksaan
dalam atas indikasi menilai keadaan persalinan, diperoleh hasil : pembukaan 6
14
cm, selaput ketuban – (SRM w. jernih), presentasi bokong, penurunan H II,
posisi sacrum kanan depan. Dilakukan pemeriksaan penunjang hasilnya
HBSag (-), golongan darah A Hb : 12,1 gr% L : 9,8 Ht : 35,9% Tr : 318 Er:
4,27 jt/uL. Hasil USG : Janin tunggal presentasi bokong DJF gerak BPD
9229 mg, FL 6830 mg, Fw : 2070 gram plac corpus depan grade III. Hasil
NST : reaktif
A : G1P0A0 hamil 31 minggu >5 hari dengan PK I aktif + ketuban pecah 30
menit + susp. IUGR
Janin Tunggal Hidup Presentasi Bokong
Masalah Potensial : Ibu : IIP, Dry Lobour
Janin : After coming head, gawat janin, asfiksia
P :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. TD : 110/70
mmHg pembukaan 6 cm DJJ : 130x/mnt. Ibu dan keluarga mengerti
2. Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dirawat. Ibu dan
keluarga setuju
3. Memberitahu kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti cek DPL, skreaning, USG, NST. Ibu dan keluarga bersedia
4. Memantau his dan djf setiap 30 menit, serta memantau tanda-tanda infeksi
pada ibu.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk tindakan selanjutnya
Dokter umum lapor dokter konsulen : advice :
Siapkan sc cito atas indikasi presentasi bokong.
Bricasma ½ amp
Cortidek 2 amp
6. Memberikan informasi kepada petugas kamar opersai bahwa akan dilakukan
sc cito atas indikasi presentasi bokong
7. Melakukan dokumentasi setiap tindakan
15
KALA IV jam 14.55
S : Pasien masuk ruang terima kamar operasi
Pusing, pandangan kabur, mual : tidak ada
Mules Gerakan bayi
O : Status Generalis : KU=baik, Kesadaran=CM
Konjungtiva=Tidak pucat Sklera=Tidak Ikhterik Keadaan emosional : Stabil
TD : 110/70 mmHg Nd : 78x/mnt
Sh : 36.5°C Rr : 21x/mnt
Status Obstetri : Palpasi TFU : 23 cm His : 3x10’35”
DJF : 146x/mnt His : 3x10’35’’
Terpasang inf. RL 1 kolf
A : G1P0A0 hamil 31 minggu > 5 hari dengan PK I aktif + ketuban pecah 55 menit +
susp. IUGR
Janin Tunggal Hidup Presentasi Bokong
Masalah Potensial : Ibu : IIP, Dry Lobour
Janin : After coming head, gawat janin, asfiksia
P :
1. Memberikan hasil pemeriksaan kepada ibu TD : 110/70 mmHg DJF :
146x/mnt
2. Membantu ibu menggunakan topi operasi
3. Memberikan support dan dukungan kepada pasien dan keluarga sebelum
dilakukan SC
4. Melakukan observasi KU, TTV, HIS, DJF
5. Melakukan persiapan partus SC
Jam 15.10 pasien dapat ampicillin subkutan 2 gram, hasil –
Jam 15.34 operasi dimulai
Jam 15.37 bayi lahir menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot baik, jenis
kelamin: laki-laki A/S 8/9 BB : 1850 gram PB : 41 cm
Jam 16.15 opersi selesai
16
Laporan SC : Jenis pembedahan : SCTPP
Jenis anastesi : Spinal
Plasenta berimplantasi di fundus, lahir dengan tarikan pada tali
pusat.
Perdarahan total : 200 ml
Jam 16.30
S : Pasien masuk RR
Pusing : Tidak ada
Mual : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Sesak : Tidak ada
Kedua kaki belum bisa digerakkan
O : Status Generalis : KU : Baik Kesadaran : Composmentis TD : 127/68 mmHg
Nd : 72x/mnt Rr : 21x/mnt Sh : 36,1 C
Palp. Abdomen: lemas
Kont. Uterus : baik
TFU : Sepusat
Luka OP : Tertutup
Rembesan : Tidak ada
Perdarahan : Normal ¼ intek
Terpasang inf RL + 20 U synto
Terpasang O2 2 liter
Terpasang DC warna kuning jernih
A : P1A0 P.SC atas indikasi letsu
P :
1. Memberitahukan kepada suami dan keluarga bahwa bayi sudah lahir dan
operasi sudah selesai. Suami mengerti dan akan mengazani anaknya
17
2. Memberitahukan kepada suami bahwa keadaan pasien dan bayi dalam
keadaan sehat.
3. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa bayi akan di orbservasi di Lt.
V. Ibu dan suami mengerti
4. Melakukan observasi KU, TTV, Kontaksi uterus, perdarahan
5. Melakukan observasi luka operasi, rembesan serta balance cairan
6. Memberikan terapi sesuai instruksi
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien melakukan ANC teratur di Bd. J dan dirujuk ke RSIA
Budi Kemuliaan. Namun dalam sistem perujukan bidan tersebut tidak memenuhi
syarat sistem BAKSOKUDO yang baik dan benar. Dimana pasien ini datang ke
RSIA Budi Kemuliaan tidak diantar oleh bidan. Selain itu dalam merujuk, pasien ini
tidak disertai surat rujukan dari Bd. J. Namun keluarga tetap mendampingi saat
pasien datang ke RSIA Budi Kemuliaan.
Menurut Manuaba, 1998 berat badan ibu hamil yang normal dari trimester I
sampai trimester III berkisar dari 6,5-15 kg. Namun pada kasus ini ibu mangaku
selama hamil berat badan turun hingga 10 kg yang disebabkan karena ibu selama
hamil sering mengkonsumsi mie instan dikarenakan ibu mengaku tidak suka nasi.
Selain itu, dari faktor ekonomi tidak cukup untuk membeli makanan yang dianjurkan
seperti empat sehat lima sempurna.
Pasien ini mengaku usia kehamilan 31 minggu >5 hari. Namun pada
pemeriksaan TFU hasi yang didapat hanya 23 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
dimana seharusnya usia kehamilan 31 minggu >5 hari TFU yang diperoleh setinggi
prosesus xifoideus atau menggunakan rumus Mc. Donald : besarnya TFU
-2, +2 dari usia kehamilan yaitu 34-38 cm.
Pada kasus ini dengan G1P0A0 hamil 31 minggu >5hari, ketuban pecah 30
menit, susp. IUGR Janin tunggal Hidup Presentasi Bokong. 6 cm, his 3 x 10’ 35’’.
Dimana penangan kasus ini pengambilan keputusan sudah tepat yaitu dilakukan SC
cito. Jika dilihat dari kriteria sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm yang
sesuai dengan Sarwono, 2010 yaitu antara lain kontraksi yang berulang setiap 7-8
menit, terjdinya pembukaan sedikitnya 2 cm, usia kehamilannya 22-37 minggu.
Penatalaksaan kasus ini sebelum di lakukan seksio sesaria sudah tepat sesuai
dengan teori dimana pasien ini diberikan tokolisis yaitu bricasma ½ amp dan cortidek
2 amp serta antibiotika. Tindakan Pemberian suntikan cortidex 12g/IM untuk
pematangan paru janin sudah sesuai untuk mengurangi faktor RDS, karena janin akan
segera dilahirkan dengan usia kehamilan prematur. Injeksi ini bertujuan untuk
19
membantu mempersiapkan alveolus paru untuk lebih mudah berkembang saat
pertama kali janin bernafas/menangis.
Untuk Masalah potensial pada kasus ini dapat ditambahkan Asfiksia
mengingat janin yang akan lahir kurang bulan (34 mgg), sehingga tenaga medis dapat
segera mempersiapkan alat-alat resusitasi. Pada saat bayi lahir dengan diagnosa gawat
janin, bayi lahir dengan nilai AS 9/10, hal ini terjadi dikarenakan ketepatan dan
kesigapan pengambilan keputusan klinis sehingga dapat mengurangi resiko yang
mungkin terjadi
.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ny. S P1A0 telah melahirkan bayi tunggal pada tanggal 29-6-
2013 pukul 15.37 WIB dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan
1850 gram, panjang badan 41 cm, Lingkar kepala 32 cm, lingkar
lengan atas 7,5 cm. Perdarahan total 200 ml.
Dalam penangan kasus ini sangat tepat sekali sesuai dari
prosedur baik dari tenaga medis maupun dari fasilitas dan alat-alat
medis yang cukup memadai.
Selain itu keadaan terakhir baik dari bayi maupun ibunya
cukup baik. Dilihat dari setelah bayi lahir, bayi segera dibawa ke Lt.V
untuk observasi lebih lanjut. Sedangkan pasien kondisi emosional
stabil sehingga proses persalinan berjalan lancar.
B. Saran
1. Bagi RSIA Budi Kemuliaan
Mempertahankan asuhan kebidanan pada ibu bersalin, serta lenih
membimbing mahasiswa dalam memberikan asuha kebidanan pada
ibu bersalin di lahan praktik.
2. Institusi Pendidikan
Meningkatkan evaluasi terhadap mahasiswa yang sedang menerapkan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin di lahan praktik agar tujuan
pemberian asuhan tercapai.
3. Mahasiswa
Lebih aktif dan meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap
dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
21
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK – KR
Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
http://ririnhealth.blogspot.com