Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
World Economic Forum, 2011, mencatat peringkat daya saing Indonesia
meningkat pesat dari posisi ke 54 menjadi posisi ke 44. Ini menunjukan adanya
peningkatan dalam hal pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Sumber Daya
Manusia. Jika kita menengok Visi Indonesia yang termaktub dalam “ Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025, yaitu “
Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia
di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi
tinggi yang inklusif dan berkelanjutan”, tentunya dalam pencapaiannya memerlukan
penyiapan generasi yang mampu berperan aktif, keatif dan berkarakter kuat dalam
menjalankan kegiatan pembangunan dan mampu bersaing di era persaingan global.
Generasi ini lahir dari suatu proses pendidikan dan pembentukan watak yang
komprehensip atau utuh sebagai manusia Kamil (sempurna) yang mengetahui dan
menempatkan peranan dan fungsinya sebagai “Khalifah Fil Ardh” atau pemimpin
bagi lingkungan dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Proyeksi masa
depan di tahun 2045, Indonesia akan memiliki “Bonus demografi” yang merupakan
modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan pengembangan pasar
domestic.
Gambar : 1.1 Rasio Ketergantungan Usia Muda
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sumber : http://www.kopertis4.or.id
Disebut sebagai bonus demografi dikarenakan dalam rentang waktu tersebut,
jumlah populasi Indonesia untuk usia produktif akan sangat banyak. Data
Kemendikbud menunjukkan, pada 2010, penduduk usia 0-9 tahun di negeri ini
mencapai 45,9 juta jiwa. Jumlah ini hampir sepuluh kali lIPAt penduduk Singapura.
Jumlah penduduk Indonesia dengan usia lebih tinggi lagi, yaitu 10-19 tahun,
mencapai 43.55 juta jiwa. Pada rentang waktu 2010-2035, jumlah penduduk usia
produktif tadi diperkirakan terus meningkat.
Pembangunan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia
cerdas dan kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan
relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan. Cita –cita
pendidikan nasional yang di jabarkan dalam UUD 1945 tentang pendidikan yang
dituangkan dalam Undang – Undang No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Salah satu komitmen pemerintah dalam hal ini adalah upaya
melakukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional yang
di pandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari dari segi mata
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan (overload) tetapi tidak mampu
memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang
sesuai dengan tututan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Perubahan
mendasar di bidang pendidikan tersebut adalah berkaitan dengan kurikulum.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
telah melakukan perombakan kurikulum di tiga jenjang sekolah yang dimulai dari
tingkat dasar, menengah, hingga tingkat atas. Perubahan ini menyesuaikan
pendidikan dasar dan menengah dengan Undang–Undang Pendidikan Tinggi (UU
PT). Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan
melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis
karakter (Competency and character based curriculum), yang dapat membekali
peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal ini sangat penting, guna menjawab
tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan
kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum
berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai
persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan
peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem
pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna. Perubahan kurikulum merupakan
sesuatu yang niscaya, pasti, dan kebutuhan yang terus berkembang. Kurikulum harus
menjadi wahana yang efektif untuk mewujudkan kondisi yang ideal dengan kondisi
kenyataan yang ada. Kurikulum bersifat dinamis dan terus berkembang, dan wajib
mengikuti perubahan – perubahan yang terjadi di lingkunganya. Persoalan kurikulum
itu dipakai untuk waktu tertentu, karena masih dianggap relevan dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 menjadi kurikulum 2013 merupakan hal yang positif dalam
merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan.
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada
tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis
karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai – nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud perilaku sehari – hari. Pendidikan karakter ini dapat diitegrasikan
dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan
budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai – nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan sehari – hari, serta symbol – symbol yang dipraktikan oleh semua warga
sekolah/madrasah dan masyarakat sekitar. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri
khas, karakter atau watak, dan citra di mata masyarakat luas. Implementasi kurikulum
2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus melibatkan semua komponen
(stakeholders), termasuk komponen – komponen yang ada dalam sistem pendidikan
itu sendiri. Komponen – komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana
pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan,
pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan
pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah/madrasah.
Dalam implementasinya, kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal
di antara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut
kerjasama yang kompak di antara para anggota tim. Kerjasama antara para guru
sangat penting dalam proses pendidikan. Implementasi kurikulum 2013 akan
dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun pelajaran 2013 (Juli 2013)
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV sebesar 5%
untuk SD, kelas VII dan kelas IX sebesar 7 % untuk SMP dan SMA. Prosentase
untuk setiap jenjang tingkat satuan pendidikan tersebut bisa dikatakan sebagai jumlah
sekolah sasaran atau sekolah pilot projek pada beberapa sekolah unggulan, yang
dIPAndang siap untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, seperti sekolah
mantan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI).
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Guna terwujudnya hal tersebut, Mulyasa,
dalam bukunya “Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013” menuliskan
beberapa faktor (kunci sukses) implementasi kurikulum, diantaranya : Kepemimpinan
Kepala Sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan
sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisIPAsi warga sekolah.
Ujung tombak proses pembelajaran berada pada otoritas guru sebagai pemimpin
pembelajaran di ruang kelas, guru mempunyai kewenangan penuh dalam mengelola
dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter
dan kompetensi ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan
materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik terpadu dengan
contextual teaching and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus
semaksimal dan sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mampu
bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan
kebenaran secara ilmiah. Dalam konteks inilah, kreativitas guru dibutuhkan untuk
memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik agar
mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat,
tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Semua hal tersebut
merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang siap beradaptasi, mampu menyelesaikan permasalahannya secara
mandiri dan menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab dalam menghadapi era
globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan.
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Kualitas guru merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan
guru memiliki dampak yang signifikan pada kinerja akademis anak didiknya. Seperti
catatan dalam laporan McKinsey yang menyatakan bahwa, “Kualitas sistem
pendidikan tidak mungkin melampaui kualitas gurunya” (Barber dan Mourshed,
2007, halaman 16). Meskipun belum ada bukti yang konklusif tentang karakteristik
guru yang paling berpengaruh pada kinerja murid, penelitian hampir secara universal
memperlihatkan pentingnya kualitas guru. Penelitian tentang TVASS (Sistem
Penilaian Bernilai Tambah di Tennessee), misalnya, memperkirakan bahwa lebih dari
50 persen dari kesenjangan pencapaian selama tiga tahun antara dua kelompok
berusia antara 8 dan 11 tahun disebabkan karena kelompok yang satu diajar oleh guru
berkemampuan tinggi (20 persen tertinggi di antara tenaga pendidik) sementara
kelompok yang lain diajar oleh guru berkemampuan rendah (20 persen terbawah).
Hasilnya, pada usia 11 tahun, kelompok yang diajar guru berkemampuan tinggi
meraih nilai di persentil ke-93, sementara kelompok yang diajar guru berkemampuan
rendah meraih nilai di persentil ke-37 (Sanders dan Rivers 1999).
Salah satu strategi pengimplementasian kurikulum 2013, pemerintah
melakukan upaya pelatihan guru yang berjenjang mulai dari guru sebagai instruktur /
pelatih implementasi kurikulum (master teacher), guru inti, guru pendamping sampai
ke guru sebagai pelaksana proses pembelajarannya. Yang menjadi persoalan saat ini
adalah apakah guru – guru yang kita miliki sudah sangat kreatif ? sedangkan
kompetensi guru masih menjadi polemik dan persoalan nasional yang terus menjadi
PR kita bersama. Beberapa penelitian dan analisis mulai memberikan gambaran luas
mengenai kompetensi umum guru Indonesia dari segi latar belakang akademis,
pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi, dan praktik pengajaran dalam ruang kelas
mereka. Kualifikasi akademik kebanyakan guru Indonesia masih lebih rendah dari
yang dipersyaratkan undang-undang. UU Guru yang diberlakukan pada tahun 2005
mensyaratkan bahwa semua guru memiliki gelar S1/D4. Namun, data guru dari
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
sensus tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 37 persen dari semua guru memiliki
gelar tersebut dan 26 persen hanya merupakan lulusan sekolah menengah atas atau
dibawahnya. Terdapat indikasi bahwa praktik pedagogi guru-guru Indonesia juga
kurang dan tidak memiliki focus dan orientasi yang sesuai.
Penelitian menggunakan rekaman video pada tahun 2005 pada sampel kelas
matematika berupaya untuk menghubungkan pembelajaran ruang kelas dan perilaku
pembelajaran dengan pencapaian siswa dalam ujian TIMSS ; Trends in International
Mathematics and Science Study (Tren dalam Studi Matematika dan Ilmu
Pengetahuan) serta menentukan metodologi pengajaran mana yang nampaknya paling
efektif. Data yang dikumpulkan lalu dibandingkan dengan perilaku pengajaran dan
karakteristik ruang kelas dari tujuh Negara berkinerja relatif tinggi yang
berpartisIPAsi dalam TIMSS yang membantu para penulis laporan penelitian ini
untuk mengidentifi kasi kelemahan dalam praktik pedagogi. Penelitian tersebut
menemukan bahwa, dibandingkan dengan negara-negara tersebut, pelajaran
matematika kelas 8 di Indonesia cenderung hanya sedikit menangani soal
berkerumitan tinggi dan kurang memberikan penekanan pada pemecahan soal
matematika terapan.
Untuk Propinsi Banten saja di daerah dimana penulis berdomisili, masih
menyisakan segudang pekerjaan untuk mengatasi persoalan kompetensi guru ini, alih
– alih berbicara mengenai kreativitas guru. Berikut penulis sajikan data kompetensi
guru SMP untuk beberapa bidang studi yang di UN kan tahun 2011 yang penulis
peroleh datanya dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Propinsi
Banten, sebagai berikut :
Tabel : 1.1
PETA KOMPETENSI GURU SMP DI PROVINSI BANTEN 2011
MATA PELAJARAN IPA
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
KRITERIA PESERTA
KA
B L
EB
AK
PA
ND
EG
LA
NG
KB
SE
RA
NG
KB
TA
NG
ER
AN
G
KO
TA
CIL
EG
ON
KO
TA
SE
RA
NG
KO
TA
TA
NG
ER
AN
G
KO
TA
TA
NG
SE
L
PR
OV
INS
I
BA
NT
EN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Jumlah Peserta 40 40 40 30 33 39 39 20 281
2. Latar Belakang Pendidikan
2.1 Sesuai 38 34 31 26 33 35 38 20 255 91%
2.2 Tidak Sesuai 2 6 9 4 0 4 1 0 26 9%
3. Sertifikasi
3.1 Sudah Sertifikasi 40 27 40 29 22 37 36 20 251 89%
3.1.1 Jalur PLPG 26 9 30 24 13 20 33 17 172 61%
3.1.2 Jalur Portofolio 14 17 10 6 11 17 3 3 81 28%
3.2 Belum Sertifikasi 0 13 0 1 11 2 3 0 30 11%
4. Nilai tiap kompetensi
Penguasaan konsep IPA
38% 39% 36% 39% 41% 38% 38% 38% 38%
Pengetahuan pedagogik
umum 42% 47% 42% 41% 45% 44% 41% 47% 44%
Pengetahuan pedagogik IPA
45% 43% 40% 46% 45% 38% 43% 50% 44%
Gambar : 1.2
Grafik Persentase Hasil Berdasarkan Kriteria Mata Pelajaran IPA
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Kriteria : Sangat Kurang = 0 – 25% ; Kurang = 26% - 50%
Baik = 51% -75% ; Sangat Baik : 76% - 100%
Jika kita analisis data diatas, terlihat bahwa kompetensi guru IPA untuk
penguasaan konsep rata – rata masih di bawah 50 % hasilnya dalam kategori kurang,
artinya guru belum mampu dan mengalami kesulitan atau terkendala dalam
mentransfer pengetahuan konsepnya kepada peserta didik dengan Standar Kompetesi
– Kompetensi Dasar yang akan dicapai demikian halnya dengan pengetahuan
pedagogik secara umum dan pedagogik IPA. Hal ini menjadi fenomena yang harus
diselesaikan jika penerapan kurikulum 2013 bisa efektif dan sesuai tujuannya.
Persoalan yang timbul; apakah dengan penguasaan konsep dan pengetahuan
pedagogik yang belum memadai akan melahirkan daya kreativitas yang tinggi?
Selanjutnya apakah keberhasilan pembelajaran akan tercapai?
Bagaimana dengan kondisi di 32 Propinsi lainnya? Jika melihat fenomena
data yang disajikan diatas dalam bentuk tabel dan grafik untuk bidang studi IPA,
apakah pemerintah pusat dalam hal ini yang diwakili oleh pemerintah propinsi Banten
sudah membuat langkah – langkah strategis yang memfokuskan terhadap perbaikan
kualitas kompetensi guru? Belum lagi menjawab tantangan ini, guru juga dituntut
untuk lebih kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dengan mengembangkan
model – model atau pendekatan - pendekatan pembelajaran lainnya. Apakah dengan
pelatihan guru yang disediakan pemerintah selama 5 – 6 hari dalam rangka
implementasi kurikulum 2013 akan serta merta memberikan dampak yang cukup
Series1; Sangat
kurang; …
Series1; Kurang; 87,54%
Series1; Baik;
11,03%
Series1; Sangat baik; …
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
signifikan dalam peningkatan kreativitas guru dalam mengembangkan model
pembelajaran?. Mengamati kondisi hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul :
Studi Perbedaan Persepsi dan Kreatifitas Guru IPA dalam Pengembangan
Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA serta Pengaruhnya terhadap
Hasil Belajar IPA di Sekolah Yang Sudah dan Belum Melaksanakan Kurikulum
2013. (Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan).
B. Identifikasi Masalah
Implementasi kurikulum 2013 yang berfokus kepada pencapaian kompetensi
peserta didik dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.
Pendekatan tersebut antara lain : pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual
teaching and learning), pendekatan pembelajaran tematik terpadu, pembelajaran
partisipatif (Participative teaching and learning), belajar tuntas (Mastery learning)
dan pembelajaran konstruktivisme (Contructivism teaching and learning). Guna
menerapkan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran diatas, guru harus bisa
mengidentifikasi pendekatan yang digunakan disesuaikan dengan kompetensi yang
akan dicapai siswa dan materi pembelajaran. Dibutuhkan kompetensi guru yang
tinggi yang dilengkapi dengan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan
pendekatan tersebut. Karena guru sebagai ujung tombak dan ruh dalam
mengimplementasikan kurikulum di tingkat satuan pendidikan, maka penulis hanya
memfokuskan permasalahan penelitian mengenai perbedaan persepsi dan kreatifitas
guru dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu g untuk mata pelajaran IPA
dan serta mengukur pengaruh dari persepsi dan kreatifitas guru yang berdampak
kepada mutu hasil belajar peserta didik.
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
C. Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian diatas dapat di deskripsikan suatu perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah gambaran mengenai persepsi guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang sudah dan
belum menerapkan kurikulum 2013 ?
2. Bagaimanakah gambaran mengenai kreatifitas guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang sudah dan
belum menerapkan kurikulum 2013 ?
3. Apakah terdapat perbedaan persepsi guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?`
4. Apakah terdapat perbedaan kreativitas guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?
5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?
6. Apakah terdapat pengaruh persepsi dan kreatifitas guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA terhadap hasil
belajar IPA di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang
sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai kreatifitas guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang
sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.
4. Untuk mengetahui perbedaan studi kreativitas guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.
5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang
sudah dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.
6. Untuk mengetahui pengaruh persepsi dan kreatifitas guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA terhadap hasil
belajar siswa IPA di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.
E. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan
langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan
pihak – pihak yang berkepentingan dalam mengetahui perbedaan dan
pengaruh persepsi dan kreativitas guru IPA dalam mengembangkan model
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang diasumsikan berimplikasi kepada mutu hasil belajar
siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi guru dalam
mengembangkan model pembelajaran di kelas sehingga mutu proses
pembelajaran diharapkan dapat tercapai.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pemangku kebijakan
pendidikan di tingkat sekolah dalam membuat program – program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru sehingga
implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna
meningkatkan mutu proses pendidikan di SMP Tangerang Selatan.
Tanti Farianti, 2014 Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan ipa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar ipa di sekolah yang sudah dan belum melaksanakan kurikulum 2013. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu