ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGELOLAANDESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT PADA SEKTOR PERIKANAN
IKAN KOI (Cyprinus carpio) DI DESA WISATA KEMLOKO DESA KEMLOKOKECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSIPROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :MOHAMAD LIFAUDIN ANDALUSI ALAFGANI
NIM. 135080400111012
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2017
ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGELOLAANDESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT PADA SEKTOR PERIKANAN
IKAN KOI (Cyprinus carpio) DI DESA WISATA KEMLOKO DESA KEMLOKOKECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSIPROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTANSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di
Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Brawijaya
Oleh :MOHAMAD LIFAUDIN ANDALUSI ALAFGANI
NIM. 135080400111012
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2017
SKRIPSIAnalisis Potensi Dan Strategi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis
Masyarakat Pada Sektor Perikanan Ikan Koi (Cyprinus carpio) Di DesaWisata Kemloko Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar
Provinsi Jawa Timur
Oleh:MOHAMAD LIFAUDIN ANDALUSI ALAFGANI
NIM. 135080400111012
telah dipertahankan di depan pengujipada tanggal 25 Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syaratSK Dekan No:_______________Tanggal:___________________
Menyetujui,Dosen Pembimbing I
(Dr. Ir. Edi Susilo, MS)NIP. 19591205 198503 1 006Tanggal: ____________________
Dosen Penguji I
(Erlinda Indrayani, S.Pi., M.Si)NIP. 19740220 200312 2 001Tanggal:_______________
Dosen Pembimbing II
(Wahyu Handayani, S.Pi.,MBA.,MP)NIP. 19750310 200501 2 001Tanggal:
Dosen Penguji II
(Mochammad Fattah, S.Pi, M.Si)NIP. 2015 0686 0513 1 001Tanggal: _______________
Mengetahui,Ketua Jurusan SEPK
(Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP)NIP. 19610417 199003 1 001Tanggal:_________________
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi yang saya tulis
dengan judul “Analisis Potensi Dan Strategi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis
Masyarakat Pada Sektor Perikanan Koi (Cyprinus carpio) Di Desa Wisata Kemloko
Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar” ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya serta tidak terdapat karya
ataupun pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa laporan skripsi
yang saya buat ini merupakan hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 2 Agustus 2017
Mahasiswa
Mohamad Lifaudin Andalusi Alafgani
RINGKASAN
MOHAMAD LIFAUDIN ANDALUSI ALAFGANI. Analisis Potensi Dan StrategiPengelolaan Desa Wisata Berbasis Masyarakat Pada Sektor Perikanan Ikan Koi(Ciprinus carpio) Di Desa Wisata Kemloko Desa Kemloko Kecamatan NglegokKabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. (Dibawah bimbingan Dr. Ir. Edi Susilo,MS dan Wahyu Handayani, S.Pi., MP., MBA)
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar dengankekayaan sumberdaya alam yang melimpah. Kekayaan sumberdaya alamtersebut seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatankesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata danmenyeluruh.
Desa menjadi titik simpul terkecil pembangunan, sehingga mendinamisasikanpembangunan di desa akan memberikan dampak terhadap pembangunan padalingkup kewilayahan yang lebih luas. Ketika pembangunan di mulai dari satuanterkecil dari pemerintah melalui suatu komunitas yaitu masyarakat perdesaanmaka visi dari pemerintah yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri,dan berkepribadian berlandaskan gotong royong akan dapat tercapai.
Salah satu cara mengembangkan ekonomi dan sumberdaya manusiadalam masyarakat salah satunya dengan melalui desa wisata. Desa wisatasendiri adalah suatu bentuk lingkungan permukiman yang memiliki ciri khususbaik alam maupun budaya yang sesuai dengan tuntutan wisatawan dimanamereka dapat menikmati, mengenal, menghayati dan mempelajari kekhasandesa beserta segala daya tariknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisisKarakteristik Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi JawaTimur sebagai Desa Wisata. Potensi Desa Wisata pada sektor perikanan ikanKoi (Ciprinus carpio) di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten BlitarProvinsi Jawa Timur untuk Desa Wisata. Keterlibatan masyarakat Desa KemlokoKecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur dalam pengelolaanDesa Wisata. Dan yang terakhir Strategi pengelolaan Desa Wisata di DesaKemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif denganobjek penelitian Desa Wisata Kemloko di Desa Kemloko Kecamatan NglegokKabupaten Blitar. Dalam penelitian kualitatif tidak dengan populasi sampelmelainkan situasi sosial yang mana terdiri dari tiga elemen yaitu, tempat, pelaku,dan aktifitas.
Jenis dan sumber data merupakan data primer dan data sekunder. Teknikpengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dandokumentasi. Kemudian untuk analisis data menggunakan deskriptif kualitatifdan analisis SWOT untuk mengetahui strategi pengelolaan yang layak.
Dengan hasil penelitian ini Desa Wisata Kemloko berada di Desa KemlokoKecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Desa Kemloko terdiridari dua Dusun, yaitu Dusun Kemloko dan Desa Kuwut. Karena termasukkedalam lereng Gunung Kelud yang masih aktif tanah di Desa Kemloko sangatsubur, dan dialiri sungai-sungai. Oleh karenanya di Desa Kemloko banyakbudidaya Ikan Koi.
Pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada di Desa Kemloko sebagianbesar adalah budidaya Ikan Koi. Ikan Koi di Kemloko sudah menjadi identitasdaerah tersebut, bahkan terkenal sampai tingkat nasional maupun internasional.Itu tidak lepas karena letak topografi maupun geografis yang sangat mendukunguntuk budidaya Ikan Koi. Selama ini pemanfatan Ikan Koi sendiri masih sebatas
budidaya. Padahal untuk diversivikasi produk unggulan Desa Kemloko masihbanyak , salah satunya adalah untuk dijadikan mina wisata.
Pada aspek sosial ekonomi potensi pasar Desa Wisata Kemloko sangat baikhal ini di dukung oleh beberapa hal. Yang pertama akses ke Desa WisataKemloko yang mudah dari pusat kota maupun dari kabupaten lain Kediri, Malang, maupun dari Tulungagung. Kemudian dekat dengan objek wisata di Blitar salahsatunya Candi Penataran dan Makam Bungkarno, Desa Wisata Kemloko beradadi tengah antara Candi Penataran dan Makam Bungkarno sehingga wisatawanyang ke arah Candi Penataran dari makam Bung Karno maupun sebaliknya akanmelewati Desa Wisata Kemloko.
Pandangan masyarakat terkait Desa Wisata Kemloko cukup baik. Masyaratberanggapan dengan adanya Desa Wisata Kemloko akan meningkatkanekonomi mereka. Selain itu harapan dari masyarakat terutama yang terlibatdalam pengelolaan Desa Wisata Kemloko meminta agar pemerintah lebihmendukung lagi Desa Wisata Kemloko melalui pengadaan pelayanan maupunfasilitas yang menjamin pengelolaan Desa Wisata berbasis masyarakat yang adadi Desa Kemloko ini.
Dari hasil analisis SWOT pada usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko inimenunjukan bahwa usaha ini pada kuadran 1 atau strategi SO (StrengthsOppurtunity) yaitu menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang adauntuk pengembangan usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko ini, sehinggausaha pengelolaan Desa Wisata ini menggunakan strategi agresif. Strategi yangdigunakan dalam pengembangan usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko inistrategi SO.
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan peluang yang ada denganmemanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Strategi yang dilakukan padausaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko ini adalah.a. Memanfaatkan peluang pasar dengan meningkatkan pengembangan Desa
Wisata serta meningkatkan pemasaran melalui sarana dan media yang ada.Mengingat sasaran objek wisata sekarang yang sudah mulai bergeser dariwisata umum menjadi wisata edukasi salah satunya potensi melalui DesaWisata Kemloko ini.
b. Memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal untukmengembangkan usaha pengelolaan Desa Wisata. Dengan kekuatansumberdaya yang mendukung itu menjadi modal utama jika bisadimanfaatkan secara optimal.Berdasarkan dari hasil penelitian skripsi di Desa Wisata Kemloko setelah
melalui deskriptif kualitatif dan juga melalui metode analisis SWOT terkait potensiDesa Wisata Kemloko dan strategi pengelolaan dapat diperoleh kesimpulansebagai berikut:
Potensi Desa Wisata Kemloko terutama pada sektor perikanan koi sangatbagus mengingat sebagian masyarakat selain petani adalah merupakanpembudidaya Koi. Koi sudah terkenal sebagai identitas Desa Kemloko sehinggauntuk dijadikan bagian dari Desa Wisata akan sangat mendukung. Belum lagidengan Nglegok dijadikan kawasan Minapolitan yang mana Desa Kemlokomenjadi salah satu bagian.
Saran dari penelitian ini adalah Perlunya konsistensi dari pemerintah dalammendampingi dan mendukung pengelolaan Desa Wisata Kemloko. Karenaterkesan Desa Wisata Kemloko setelah disahkan pemerintah melalui dinaspariwisata terbengkalai dan masyarakat pengelola agak kebingungan.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyajikan laporan Skripsi yang berjudul
Analisis Potensi Dan Strategi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Masyarakat
Pada Sektor Perikanan Ikan Koi (Ciprinus carpio) Di Desa Wisata Kemloko Desa
Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Di dalam
tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi objek dan daya tarik
wisata di Desa Wisata Kemloko pada sektor perikanan Ikan Koi (Cyprinus
carpio), kemudian kesiapan pengelolaan CBT (Community Based Tourism),
kesiapan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata, dan analisis SWOT
untuk mengetahui strategi seperti apa yang sesuai untuk menjalankan Desa
Wisata Kemloko.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi
masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam proses penyusunan laporan skripsi dengan judul “Strategi
Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Bambang, Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur” ini banyak pihak yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga atas terselesaikannya laporan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang memberi berkah serta kelancaran dalam setiap proses
penelitian hingga penyusunan laporan.
2. Kedua orang tua yang senantiasa memotivasi, membimbing dan memberi doa
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Dr. Ir. Edi Susilo, MS selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Wahyu
Handyanai, S.Pi, MP, MBA selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan sampai terselesaikannya laporan ini.
4. Bapak Raziq dan bapak Saipul selaku pembimbing lapang yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya yang telah membimbing dan
memberikan informasi selama Skripsi berlangsung.
5. Sdri Septia Ria Evina, terima kasih banyak atas semua bantuan moril maupun
materil, kenyamanan, kebahagiaan dan dorongan semangat yang tidak bisa
diukur oleh ucapan maupun tulisan.
6. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia komisariat Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan yang telah memberikan semangat dan dukungan
selama ini.
7. Teman - teman SEPK 2013 dan kakak tingkat di FPIK yang telah memberikan
semangat dan dukungan selama ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
penyelesaian Laporan Skripsi ini.
Peneliti sangat mengharapkan penyajian laporan ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi para pembaca namun peneliti juga menyadari laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman peneliti yang masih terbatas maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk dijadikan pelajaran dalam penelitian -
penelitian selanjutnya.
Malang, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................................... vi
RINGKASAN................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 LatarBelakang..................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah............................................................................... 5
1.3 TujuanPenelitian................................................................................. 6
1.4 ManfaatPenelitian............................................................................... 6
1.5 LokasidanWaktuPenelitian ................................................................ 7
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 8
2.1 PenelitianTerdahulu ........................................................................... 8
2.2 PemanfaatanSumberdayaAlam ......................................................... 10
2.3 PengelolaanSumberdayaPerikananBerbasisMasyarakat ................ 11
2.4 PotensiObjek, danDaya Tarik Wisata (ODTW).................................. 12
2.5 KawasanMinapolitan.......................................................................... 13
2.6 DesaWisata ......................................................................................... 14
2.7 Wisata Berbasis Masyarakat CBT (Community Based Tourism) ... 14
2.8 KondisiSosialEkonomiMasyarakatDesa ........................................... 15
2.9 KerangkaPemikiran............................................................................ 16
3. METODE PENELITIAN............................................................................... 20
3.1 LokasiPenelitian ................................................................................. 20
3.2 JenisPenelitian ................................................................................... 20
3.3 ObjekPenelitian .................................................................................. 21
3.4 PopulasidanSampel ........................................................................... 21
3.4.1 JenisSampel................................................................................. 22
3.4.2 TeknikPengambilanSampel......................................................... 22
3.5 JenisdanSumber Data........................................................................ 23
3.5.1 Data Primer .................................................................................. 23
3.5.2 Data Sekunder.............................................................................. 24
3.6 TeknikPengumpulan Data.................................................................. 24
3.6.1 Observasi ..................................................................................... 24
3.6.2 Wawancara................................................................................... 25
3.6.3 Dokumentasi ................................................................................ 25
3.7 Metode Analisis Data ......................................................................... 26
3.7.2 DeskriptifKualitatif ....................................................................... 26
3.7.3 AnalisisSwot ................................................................................ 27
3.7.3.1 Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) ................................. 27
3.7.3.2 Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) ............................. 30
3.7.3.3 Matrik SWOT ......................................................................... 33
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .................................................... 34
4.1.1 Keadaan Geografis...................................................................... 34
4.1.2 Keadaan Topografi ...................................................................... 35
4.1.3 Keadaan Penduduk ..................................................................... 36
4.2 Desa Wisata Kemloko ........................................................................ 38
4.3 Objek, dan Daya Tarik Wisata............................................................ 40
4.3.1 Daya Tarik .................................................................................... 40
4.3.2 Aksesibilitas ................................................................................ 43
4.3.3 Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi......................................... 47
4.3.4 Akomodasi ................................................................................... 49
4.3.5 Sarana Prasarana Penunjang ..................................................... 49
4.4 Kesiapan Pengelolaan CBT (Community Based Tourism) .............. 49
4.4.1 Aspek Sosial Ekonomi ................................................................ 49
4.4.2 Aspek Sosial Budaya .................................................................. 51
4.4.3 Aspek Lingkungan ...................................................................... 52
4.4.4 Aspek Pengelolaan...................................................................... 52
4.5 Kesiapan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata ............ 53
4.5.1 Karakter Masyarakat.................................................................... 53
4.5.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Desa Wisata........................ 53
4.5.3 Partisipasi dan Keinginan Masyarakat....................................... 54
4.6 Analisis SWOT.................................................................................... 55
4.6.1 Analisis Faktor Internal ............................................................... 55
4.6.2 Analisis Faktor Eksternal............................................................ 58
4.6.3 Diagram SWOT Desa Wisata Kemloko....................................... 62
4.6.4 Matriks SWOT pada Desa Wisata Kemloko ............................... 64
4.6.5 StrategiPengelolaanDesaWisataKemloko ................................. 67
5. PENUTUP............................................................................................ 69
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 69
5.2 Saran................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 71
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kemloko ............................. 36Tabel 2. Matrik IFAS pada Pengelolaan Desa Wisata Kemloko .................. 57Tabel 3. Matrik EFAS pada Pengelolaan Desa Wisata Kemloko................. 60Tabel 4. Matrik SWOT usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko.............. 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian....................................................... 19Gambar 2. Peta Desa Kemloko ..................................................................... 35Gambar 3. Minapolitan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar .................. 38Gambar 4. Masuk Desa Wisata Kemloko ..................................................... 39Gambar 5. Keasrian Desa Kemloko.............................................................. 40Gambar 6. Aktifitas Pengiriman Koi Keluar Kota ........................................ 42Gambar 7. Kolam Karantina Sebelum Dikirim Keluar Kota......................... 42Gambar 8. Kolam Pembesaran Ikan Koi....................................................... 43Gambar 9. Tipe Jalan Di Desa Kemloko....................................................... 44Gambar 10. Akses Ke Desa Wisata Kemloko dari Sumber Udel ................ 45Gambar 11. Akses Ke Desa Wisata Kemloko dari Makam Bungkarno....... 46Gambar 12. Akses Ke Desa Wisata Kemloko dari Garum........................... 47Gambar 13. Diagram SWOT .......................................................................... 63
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar dengan
kekayaan sumberdaya alam yang melimpah. Kekayaan sumberdaya alam
tersebut seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan
menyeluruh.
Menurut Primyastanto (2015), sumberdaya perikanan serta potensi perikanan
yang ada terutama sumberdaya alam pesisir dan laut, dewasa ini sudah semakin
disadari oleh banyak orang bahwa sumberdaya ini merupakan suatu potensi
yang cukup menjanjikan dalam mendukung tingkat perokonomian pada
masyarakat sekitar pesisir. Selain sumberdaya perikanan di laut sumberdaya di
darat juga sangat potensial untuk dikembangkan. Tidak hanya budidaya namun
juga berpotensi untuk dikembangkan lagi sebagai wisata.
Desa menjadi titik simpul terkecil pembangunan,sehingga mendinamisasikan
pembangunan di desa akan memberikan dampak terhadap pembangunan pada
lingkup kewilayahan yang lebih luas. Ketika pembangunan di mulai dari satuan
terkecil dari pemerintah melalui suatu komunitas yaitu masyarakat perdesaan
maka visi dari pemerintah yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri,
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong akan dapat tercapai.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
2
dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia (UU nomor 6
tahun 2014).
Pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat desa. Pembangunan desa
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Pembangunan desa mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial (UU nomor 6 tahun 2014).
Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat desa (UU nomor 6 tahun 2014).
Melihat bagaimana pentingnya pembangunan desa, sangat perlu untuk
mengembangkan masyarakatnya dengan sesuatu yang inovatif serta kreatif.
Sehingga selain membangun desa sebagai suatu kawasan juga membangun
sumberdaya manusianya. Salah satunya melalui sektor perikanan dengan
pariwisata.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang sangat
penting dan mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi
pembangunan. Produk wisata konvensional mulai banyak ditinggalkan dan
wisatawan beralih kepada produk wisata yang lebih menghargai lingkungan,
3
alam, budaya dan atraksi secara spesial. Kepuasan wisatawan tidak lagi
bersandar pada keindahan alam dan kelengkapan fasilitas wisata melainkan juga
pada keleluasaandan intensitas interaksi dengan lingkungan dan masyarakat
lokal (Susyanti, 2013).
Menurut Hakim (2004), aktivitas wisata adalah kegiatan manusia yang
melakukan perjalanan “keluar dari lingkungan asalnya” untuk tidak lebih dari satu
tahun berlibur, berdagang atau berurusan lainnya. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengisi waktu luang manusia di selang-selang kesibukan.
Pengembangan desa wisata merupakan langkah strategis untuk
mempercepat pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan desa. Dilibatkanya masayarakat dalam pengelolaan
sumberdaya alam yang ada di sekitarnya akan menjadikan masyarakat yang
berdikari. Kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial bagi pembangunan
harus kita yakini bahwa rakyat akan menjadi sumber daya untuk membangun
ekonominya sendiri dan negara yang optimal bagi pembangunan bila aktifitas
dan kreatifitasnya dikembangkan.
Salah satu cara mengembangkan ekonomi dan sumberdaya manusia dalam
masyarakat salah satunya dengan melalui desa wisata. Desa wisata sendiri
adalah suatu bentuk lingkungan permukiman yang memiliki ciri khusus baik alam
maupun budaya yang sesuai dengan tuntutan wisatawan dimana mereka dapat
menikmati, mengenal, menghayati dan mempelajari kekhasan desa beserta
segala daya tariknya (Susyanti, 2013).
Bentuk pengembangan desa wisata yang belum banyak adalah pada sektor
perikanan budidaya. Padahal sektor ini sangat berpotensi untuk dikembangkan
masuk kedalam bagian pengembangan desa wisata. Karena selama ini hanya
dikembangkan untuk budidaya konsumsi dan hias untuk koleksi serta
4
perlombaan saja. Dari sisi keindahan dan sisi edukasi ikan hias bisa dimasukan
ke dalam program desa wisata. Agar masyarakat luas lebih mengenal dan
mengetahui bagaimana potensi ikan hias dan mengerti bahwa mereka sudah
sepatutnya bangga dengan potensi yang ada di negerinya.
Komoditas ikan hias air tawar yang sampai saat ini masih menjadi primadona
di pasar internasional dan merupakan ikan hias kelompok mahal, serta fluktuasi
dipasaranpun relatif stabil adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Ikan hias koi telah
menjadi komoditas andalan dibeberapa daerah karena telah berhasil
mengangkat perekonomi masyarakat (Kusrini E. et al, 2012).
Komoditi ikan hias terutama Ikan Koi mengalami perkembangan yang cukup
bagus pada beberapa tahun terakhir walaupun perkembangan tersebut terlihat
berfluktuatif dari tahun ke tahun. Salah satu komoditi subsektor perikanan yang
dijadikan sebagai produk unggulan di Kabupaten Blitar adalah ikan hias
khususnya Ikan Koi, sub sektor perikanan menyumbang nilai PDRB Kabupaten
Blitar sebanyak 4,62 persen pada tahun 2014, merupakan penyumbang sektor
pertanian terkecil kedua setelah subsektor kehutanan. Data perikanan diperoleh
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Blitar yang memuat tentang luas
kolam, jumlah petani ikan, banyaknya produksi dan nilai produksi ikan baik ikan
air tawar maupun ikan laut (BPS Kabupaten Blitar, 2016).
Komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup bagus
khususnya Ikan Koi dari kancah Blitar telah cukup punya warna dan mendapat
tempat tersendiri bagi penggemar ikan hias di pasar lokal, nasional maupun luar
negeri. Melihat potensi yang ada dengan hasil ternak Ikan Koi produksi yang
terus meningkat dari tahun ke tahun beberapa petani ikan konsumsi beralih
mengikuti bisnis Ikan Koi, slain perawatan yang tidak begitu sulit juga dapat
5
dibudidayakan di kolam pekarangan, selama tahun 2013 petani Ikan Koi
mendapatkan omset tidak kurang dari 534 milyar rupiah (BPS Blitar, 2014).
Desa Kemloko sendiri adalah desa yang berada di Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Desa Kemloko di tetapkan sebagai desa
wisata oleh Kementrian Pariwisata pada tahun 2015. Jauh sebelum menjadi
desa wisata sudah terlebih dahulu Desa Kemloko terkenal sebagai sentral Ikan
Koi (Ciprinus carpio) di Kabupaten Blitar, tidak hanya di Blitar namun juga
nasional maupun internasional.
Dari potensi yang ada di Desa Kemloko pada sektor perikanan Koi, sector
perikanan perlu dilibatkan dalam desa wisata. Akan tetapi perlu dilakukan kajian
lebih mendalam terlebih dahulu potensi, objek , dan daya tarik sector perikanan
untuk dilibatkan dalam Desa Wisata Kemloko. Oleh karena itu penelitian ini akan
menganalisis potensi dan mengkaji bagaimana strategi yang tepat untuk
mengelola desa wisata agar pengelolaanya dapat melbatkan masyarakat secara
gotongroyong. Mengingat pentingnya pengelolaan sumberdaya alam yang
melibatkan masyarakat agar manfaat yang dilakukan dalam pembangunan bisa
langsung dirasakan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar
Provinsi Jawa Timur sebagai Desa Wisata?
2. Bagaimana potensi Desa Wisata pada sektor perikanan ikan Koi (Ciprinus
carpio) di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa
Timur untuk Desa Wisata?
6
3. Bagaimana keterlibatan masyarakat Desa Kemloko Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur dalam pengelolaan Desa Wisata?
4. Bagaimana strategi pengelolaan Desa Wisata di Desa Kemloko Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Karakteristik Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi
Jawa Timur sebagai Desa Wisata.
2. Potensi Desa Wisata pada sektor perikanan ikan Koi (Ciprinus carpio) di
Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur
untuk Desa Wisata.
3. Keterlibatan masyarakat Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar Provinsi Jawa Timur dalam pengelolaan Desa Wisata.
4. Strategi pengelolaan Desa Wisata di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Masyarakat, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber
informasi bagi masyarakat mengenai potensi daerahnya untuk
dikembangkang menjadi Desa Wisata.
2. Pemerintah, Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah daerah
setempat maupun pihak-pihak yang terkait dalam melakukan kebijakan
pengembangan Desa Wisata.
3. Peneliti, Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk
mengadakan penelitian dengan tema yang sama.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai analisis potensi dan strategi pengelolaan desa
wisata yang ditunjukkan pada beberapa penelitian di bawah ini. Dengan
beberapa penelitian model sama meskipun pada sektor yang berbeda. Untuk
kemudian beberapa penelitian ini dijadikan sebagai panduan tinjauan pustaka
untuk penelitian ini.
Yang pertama adalah penelitian tentang analisis potensi dan arahan strategi
kebijakan pengembangan desa ekowisata di kecamatan bumiaji kota batu,
Menurut Attar., et al. (2013) saat ini sektor pariwisata menjadi andalan di
beberapa daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pengembangan pariwisata lebih mengarah pada objek wisata artifisial atau
buatan yang dibangun oleh investor namun menimbulkan permasalahan
lingkungan. Perlu alternatif lain pengembangan pariwisata yaitu obyek wisata
yang mampu menekan dampak kerusakan lingkungan sekaligus
meningkatkan peran masyarakat lokal dan kesejahteraannya yaitu
pengembangan desa ekowisata berbasis Community Based Ecotourism (CBE).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian Potensi Wisata Dan
Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) di desa – desa wisata, menganalisis kesiapan
terhadap pengembangan desa ekowisata, menganalisis desa wisata yang paling
optimal untuk pengembangan desa ekowisata dan menentukan arahan strategi
kebijakan pengembangan desa ekowisata.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dengan
survei primer dan sekunder. Pendekatan yang digunakan adalah analisis potensi
wisata dan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW), penilaian kesiapan
8
pengembangan Community Based Ecotourism (CBE), Analisis spasial dan
Analisis SWOT.
Menurut Nalayani (2016) Sektor pariwisata yang merupakan penggerak
perekonomian masyarakat diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan
melalui pengembangan pariwisata kerakyatan. Untuk mewujudkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan yang berbasis kerakyatan, diperlukan
upaya diversifikasi daya tarik wisata yang berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat, pelestarian seni budaya, dan pembangunan
kepariwisataan yang ramah lingkungan. Pengembangan wisata seperti ini kini
dikenal juga dengan istilah pariwisata pro-rakyat. Salah satu pilihan
tepat adalah membentuk kawasan wisata pedesaan yang dapat dijadikan
daya tarik wisata yang biasa dikenal dengan desa wisata.
Beberapa teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori perencanaan,
teori pariwisata berkelanjutan, teori Community Based Tourism (CBT) atau
wisata berbasis masyarakat dan teori pariwisata alternatif. Pengembangan desa
wisata harus direncanakan dengan baik, oleh karena itu sangat diperlukan
kerjasama stakeholder dalam hal ini pemerintah, pengusaha, dan masyarakat
terutama masyarakat setempat. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan desa
wisata ke arah yang lebih baik yang dapat mensejahterakan masyarakat yang
ada di dalamnya. Potensi setiap desa selalu berbeda oleh karenanya setiap desa
mempunyai ke khasan masing-masing dan tingkat perkembanganya berbeda.
Menurut Barus (2012), dalam analisis potensi obyek wisata dan kesiapan
masyarakat dalam pengembangan desa wisata berbasis masyarakat. Daerah
yang mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan mempunyai
komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi
alam yang dapat dijadikan sebagai Obyek Dan Daya Tarik Wisata Alam
9
(ODTWA). Perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi yang
ada. Pemanfaatan potensi ODTWA ini harus dikelola secara arif dan
bertanggung jawab serta harus memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dalam analisis kesiapan masyarakat data ini diperoleh dengan cara kuisioner
terhadap masyarakat sekitar mengenai kesiapan masyarakat dalam
pengembangan desa wisata berbasis masyarakat. Karena kesiapan masyarakat
sangat penting dalam pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat.
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat di kembangkan
untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti, air udara, lahan, minyak ikan,
hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan
hidup manusia. Sehingga penting keberadaanya untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan
berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia (Triyanti, 2012).
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber
daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan
ekosistem. Kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang
melimpah. Kekayaan itu perlu dilindungi dan dikelola dalam suatu sistem
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan terintegrasi
antara lingkungan laut, darat, dan udara berdasarkan wawasan Nusantara (UU
No 32 tahun 2009).
Pengelolaan sumberdaya alam yang bijak akan meningkatkan kesejahteraan
manusia, akan tetapi akan sebaliknya jika pengelolaan sumberdaya alam yang
kurang baik maka akan berdampak buruk terhadap manusia, terutama untuk
generasi berikutnya. Oleh karena itu, persoalan yang mendasar terkait
sumberdaya alam adalah bagaimana pengelolaanya supaya menghasilkan
10
manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia akan tetapi tidak sampai
mengorbankan kelestarianya. Sehingga generasi manusia selanjutnya tetap
dapat memamfaatkanya.
Upaya preventif dalam rangka pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam
perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen
pengawasan dan perizinan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
dikembangkan satu sistem hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum
sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam serta
kegiatan pembangunan lain. Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam
harus memikirkan aspek keberlanjutan. Tidak hanya memanfaatkannya saja
tetapi juga menjaga sumberdaya alam yang ada.
2.3 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat (CBFM)
Pengelolaan Berbasis Masyarakat atau biasa disebut Community Based
Fisheries Management (CBFM) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan
sumberdaya alam, misalnya Perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan
kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya.
Pengelolaan Perikanan Berbasis Masyarakat (CBFM) adalah sebagai suatu
strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, di mana
pusat pengambilan kebijakan mengenai pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan di suatu daerah terletak/berada di tangan masyarakat di daerah
tersebut. Dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat diberikan kesempatan dan
tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang
dimilikinya, di mana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan
dan aspirasi nya serta masyarakat itu pula yang membuat keputusan demi
kesejahteraannya (Bengen, 2004).
11
Menurut Nikijuluw (2002), menyatakan CBFM dapat dikembangkan
melalui tiga cara:
1. Pemerintah beserta masyarakat mengakui praktik-praktik pengelolaan
sumberdaya perikanan yang selama ini dilakukan oleh masyarakat secara turun
temurun dan merupakan adat atau budaya yang dianut selama ini nilai budaya
tetap dijaga, kebijakan pengelolaan berdasarkan nilai budaya setempat.
2. Pemerintah dan masyarakat menghidupkan kembali atau merevitalisasi adat
dan budaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya perikanan. Adat dan
budaya tersebut barangkali telah hilang atau tidak digunakan lagi karena
berubahnya zaman dan waktu. Meski demikian, masyarakat dan pemerintah
menyadari bahwa adat dan budaya itu perlu dihidupkan lagi karena ternyata
hilangnya adat dan budaya tersebut tidak membuat masyarakat semakin
sejahtera.
3. Pemerintah memberikan tanggung jawab sepenuhnya dari wewenang
pengelolaan sumberdaya kepada masyarakat.
2.4 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Putri (2014), pengembangan potensi wisata berkaitan erat dengan
pelestarian nilai nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan
memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam. Pemanfaatan
disini bukan berarti mengubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola,
memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi
tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata. Apabila potensi tersebut
berada di kawasan konservasi, maka untuk memanfaatkan potensi tersebut
sebagai rencana pengembangannya harus dilatar belakangi oleh konsep-konsep
ekowisata diantaranya, lingkungan, masyarakat, pendidikan dan pengalaman,
berkelanjutan, dan manajemen.
12
Menurut UU No. 9 Tahun 1990 obyek dan daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek dan daya tarik wisata tersebut
terdiri atas:
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro,
wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan
tempat hiburan.
Menurut Untari (2009), penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian yang telah ditentukan dalam
lima komponen utama yang meliputi yaitu:
a. Daya Tarik
b. Aksesibilitas
c. Kondisi Sosial Ekonomi
d. Akomodasi
e. Sarana Prasarana
2.5 Kawasan Minapolitan
Program minapolitan yaitu suatu konsep mengenai kegiatan perikanan yang
berada di pedesaan dengan bentuk kegiatan dari hulu hingga hilir yang didukung
dengan sarana dan pra sarana seperti layaknya di perkotaan. Program
minapolitan sudah berjalan di Kabupaten Blitar sejak Tahun 2011 yang berpusat
di Kecamatan Nglegok. Komoditi unggulan dalam program minapolitan ini yaitu
ikan hias Koi (Adhihapsari, et al. 2014).
Data statistik Tahun 2016 Kabupaten Blitar, produksi Ikan Koi tahun 2015
mencapai 228.140.000 dibandingkan dengan produksi ikan hias yang lain hanya
13
mampu mencapai 6.203.000 saja. Ini menunjukan bagaimana potensi yang ada
di Kabuapen Blitar ada pada sektor ikan Koi. Menurut Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Blitar (2012) untuk pengembangan kawasan minapolitan di
Kabupaten Blitar di fokuskan pada 4 desa di Kecamatan Nglegok, yakitu Desa
Penataran, Nglegok, Kemloko dan Krenceng. Untuk pengembangan kawasan
minapolitan itu, Pemerintah Kabupaten Blitar telah memberikan fasilitas
pendukung seperti pembangunan subriser, pembangunan saluran air dengan
mengalokasikan anggaran Rp. 1.500.000.000,- dan bantuan pengembangan
usaha perikanan sebesar Rp. 2.000.000.000,-. Kedepan juga akan dilakukan
pembangunan infrastruktur jalan pada kawasan minapolitan yang di fokuskan di
Kecamatan Nglegok. Atas keberhasilan pengembangan ekomoni pada
masyarakat ini, Pemkab Blitar mendapat penghargaan Otonomi Award di bidang
Penopang Pertumbuhan Ekonomi.
2.6 Desa Wisata
Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik
dari segi sosial budaya, adat istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur
tata ruang desa yang disajikan dalam suatu suatu bentuk integrasi komponen
pariwisata antara lain seperti atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung (Zakaria
F., et al. 2014).
Menurut Susyanti (2013), desa wisata adalah suatu bentuk lingkungan
permukiman yang memiliki ciri khusus baik alam maupun budaya yang sesuai
dengan tuntutan wisatawan dimana mereka dapat menikmati, mengenal,
menghayati dan mempelajari kekhasan desa beserta segala daya tariknya.
Dalam pelaksanaannya seringkali wisatawan tinggal di dalam atau dekat dengan
suasana tradisional dan belajar tentang kehidupan desa dan lingkungan
setempat, sehingga ada proses belajar (learning) dari masyarakat (hosts) kepada
14
wisatawan (guests), sehingga para tamu mampu memberikan penghargaan
(rewarding) kepada nilai-nilai lokal yang masih dianut oleh komunitas setempat.
2.7 Konsep Wisata Berbasis Masyarakat (Community Bassed Tourism)
Community Based Tourism (CBT) atau wisata berbasis masyarakat adalah
jenis pariwisata yang unik dengan karakteristik yang berbeda dari pariwisata
massal. CBT bukan hanya usaha pariwisata yang bertujuan memaksimalkan
keuntungan untuk investor. Sebaliknya CBT lebih peduli dengan dampak
pariwisata pada masyarakat dan sumber daya lingkungan (Suansri , 2003).
CBT sangat diperlukan dalam mengembangkan desa wisata karena
keterlibatan masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam keberlanjutan
pariwisata di desa wisata tersebut. Secara luas teori pariwisata alternatif,
didefinisikan sebagai bentuk pariwisata yang konsisten dengan nilai-nilai alam,
sosial dan nilai-nilai masyarakat serta memungkinkan baik masyarakat lokal
maupun wisatawan untuk menikmati interaksi positif serta bermanfaat dan
menikmati pengalaman secara bersama-sama (Nalayani, 2016).
Menurut Untari (2009), penilaian kesiapan pengembangan Community Based
Tourism (CBT) dengan menggunakan beberapa aspek. Dari beberapa aspek
tersebut kemudian dijabarkan yang mana akan menjadi indikator penilaian
Community Based Tourism (CBT). Aspek-aspek penilaian Community Based
Tourism (CBT) adalah sebagai berikut:
a. Aspek Sosial Ekonomi
b. Aspek Sosial Budaya
c. Aspek Lingkungan
d. Aspek Pengelolaan
15
2.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Saat ini jumlah penduduk kota telah mencapai 49,8 persen sementara
persentase penduduk desa justru mengalami penurunan menjadi hanya 50,2
persen dibandingkan pada tiga puluh lima tahun yang lalu. Pada tahun 2014
persentase penduduk desa yang hidup di bawah garis kemiskinan adalah
sebesar 13,8 persen, sedangkan penduduk kota berjumlah lebih kecil yaitu 8,2
persen. Jika ditelisik lebih jauh diketahui bahwa tingkat kemiskinan di desa jauh
lebih dalam dan lebih parah dibandingkan di kota. Hal itu dibuktikan dengan
Indeks Kedalaman Kemiskinan di kota 1,25 sementara di desa jauh lebih besar
yaitu mencapai 2,24. Semakin tinggi nilai indeks ini artinya semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Selain itu, Indeks
Keparahan Kemiskinan di kota sebesar 0,31% sementara di desa 0,56%.
Semakin tinggi nilai indeks artinya semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di
antara penduduk miskin (OECED,2015).
Di Indonesia kemiskinan sebagian besar, namun tidak semata-mata,
ditemukan di wilayah pedesaan dan pertanian yang merupakan tempat tinggal
dari sekitar separuh jumlah penduduknya. Pada tahun 2012, 14,3% penduduk
desa berada di bawah garis kemiskinan pedesaan bila dibandingkan dengan
penduduk kota yang hanya sebesar 8,4%. Kendati demikian, pendapatan
bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan penduduk miskin. Sebagai contoh,
akses terhadap air bersih hanya dimiliki oleh kurang dari separuh jumlah
penduduk miskin di desa, hanya tiga per empat dari seluruh rakyat Indonesia
yang memiliki akses terhadap listrik, dan hanya 55% anak penduduk miskin yang
menyelesaikan sekolah menengah pertama (OECED,2015).
16
2.9 Kerangka Pemikiran
Kabupaten Blitar sangat terkenal dengan wisata sejarah dan wisata alamnya.
Selain itu masyarakatnya yang masih tergolong tradisional juga memiliki daya
tarik tersendiri yang menjadikan cirri khas masyarakat Blitar. Oleh karena itu
bentuk pengembangan Desa Wisata sebagai terobosan terbaru pada sektor
pariwisata sangatlah bagus. Desa Wisata yang melibatkan masyarakat desa
secara langsung akan dapat meningkatkan ekonomi serta membangun
kemandirian masyarakat desa.
Ikan Koi (Ciprinus carpio) merupakan mascot Blitar di karenakan Blitar adalah
salah satu penghasil Ikan Koi (Ciprinus carpio) terbaik di Jawa Timur, maupun di
Indonesia bahkan sampai internasional. Terbukti dengan jumlah produksi Ikan
Koi (Ciprinus carpio) di Blitar yang tinggi serta banyak yang juara dalam lomba di
tingkat daerah maupun nasional.
Ikan Koi (Ciprinus carpio) sendiri di Blitar yang menjadi daerah unggulan
produksi adalah kecamatan Nglegok. Kecamatan Nglegok menjadi
pengembangan kawasan minapolitan dengan komoditas unggulan Ikan Koi
(Ciprinus carpio) yang dilaksanakan mulai Tahun 2011. Yang mana di fokuskan
di 4 desa yaitu Desa Penataran, Desa Nglegok, Desa Krenceng dan Desa
Kemloko.
Seiring dengan perkembangan waktu dan pemerintah mulai melakukan
resolusi pembangunan pada simpul terkecil Negara yaitu Desa. Dengan inovasi-
inovasi baru bagaimana memberdayayakan masyarakat desa yaitu salah
satunya melalui Desa Wisata. Dengan Desa Wisata ekonomi masyarakat desa
dapat di bangun. Selain itu keadaan social budaya yang menjadi cirri khas
masyarakat desa dapat di lestarikan dan di pertahankan. Karena ke khasan
itulah yang menjadi daya jual dalam Desa Wisata yang sebenarnya.
17
Desa Kemloko sendiri di jadikan sebagai salah satu Desa Wisata di
Kabupaten Blitar mulai tahun 2014. Di Desa Wisata Kemloko memiliki ke khasan
berupa kesenian, alam, pertanian, perikanan, serta ekonomi kreatif. Secara
geografis Desa Wisata Kemloko sangat strategis karena berada di tengah-tengah
dua objek wisata vital di Blitar yaitu, Candi Penataran di sebelah utara serta
Makam Bung Karno di sebelah selatan. Sehingga dapat menjadi wisata alternatif
bagi masyarakat yang tidak mainstream dan memiliki nilai edukasi tersendiri
untuk wisatawan.
Desa Kemloko sebelum menjadi desa wisata sudah terkenal sebagai sentra
Ikan Koi (Ciprinus carpio). Maka sudah seharusnya untuk mengankat Desa
Wisata Kemloko bias memaksimalkan sektor perikanan Ikan Koi (Ciprinus
carpio). Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis potensi objek dan daya
tarik wisata. Serta bagaimana strategi pengelolaan yang baik sehingga esensi
dari Desa Wisata yaitu pemberdayaan masyarakat tidak bergeser.
Ada tiga aspek potensi yang di teliti dalam penelitian ini, yaitu yang pertama
adalah Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW). Analisis ini di gunakan untuk
mengetahui bagaimana potensi wisata yang ada di Desa Wisata Kemloko yaitu
pada sektor perikanan Ikan Koi (Ciprinus carpio). Dengan di sesuaikan pada
pedoman-pedoman penilaian potensi wisata yang ada.
Kemudian yang kedua adalah aspek potensi kesiapan pengelolaan
Community Based Tourism (CBT) atau wisata berbasis pada masyarakat. Pada
CBT ini akan menganalisis bagaimana pengelolaan yang sesuai dengan
pelibatan masyarakat. CBT menitikberatkan pada partisipasi masyarakat serta
isu-isu pariwisata lokal dan sebagai manajemen yang berkaitan erat dengan
pariwisata berkelanjutan.
18
Kemudian yang ketiga adalah bagaimana mengetahui kesiapan masyarakat
dalam pengelolaan Desa Wisata berbasis masyarakat. Ini di lakukan dengan
observasi serta wawancara masyarakat dengan kuisioner, untuk mengetahui
bagaimana respon masyarakat dengan Desa Wisata yang ada di desa mereka.
Dari data yang didapat kemudian di olah dan kemudian akan di ketahui
bagaimana potensi yang ada dan dapat di kembangkan di Desa Wisata
Kemloko. Kemudian akan di ketahui apa saja yang perlu di lakukan dan strategi
kebijakan serta pengelolaan seperti apa yang harus di lakukan. Supaya desa
wisata yang ada di Desa Kemloko bisa berkembang dan maju serta berdampak
kepada masyarakat. Untuk gambaran kerangka berfikir dari penelitian ini bisa
dilihat pada gambar di bawah.
19
Strategi Pengelolaan DesaWisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan CBT
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian
Blitar SebagaiSentral Ikan Koi
KawasanMinapolitan
Kecamatan Nglegok
Desa Kemloko MerupakanDesa Wisata
Potensi:1. ODTW Sebagai salah satu sentral
Ikan Koi di Blitar Kehidupan masyarakat
yang masih tradisional Keseninan Sejarah budaya Lingkungan yang masih
asri2. Sumber Daya Alam
Kendala:1. Pengetahuan masyarakat
tentang desa wisata masihkurang
Kurangya pengetahuan terkaitpotensi alternatif
2. Pengelolaan Masyarakat sebagai objek Pelibatan masyarakat masih
kurang3. Kebijakan CBT masih kurang
Objek dan DayaTarik Wisata
Kesiapanpengelolaan CBT
Kesiapanmasyarakat
faktor strategiinternal dan
eksternalAnalisis Swot
Masyarakat
20
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa Wisata Kemloko, Desa Kemloko,
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Februari Hingga Mei 2017.
3.2 Jenis Metode Penelitian
Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan
tingkat kealamiahan (natural setting) objek yang diteliti. Berdasarkan tujuan,
metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic
research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan
(research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan,
metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen,
survey, dan naturalistik (Sugiono, 2011).
Jenis penelitian ini termasuk kedalam metode penelitian kualitatif karena
masalah yang diteliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks, dan
dinamis. Untuk metode, menggunakan metode naturalistik yang mana digunakan
untuk meneliti pada tempat yang alamiah, dan peneliti tidak membuat perlakuan,
karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan
pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti (Sugiono, 2011).
Menurut Sugiono (2011), Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, teknik pengumpulan data dilakukan
secara trianggulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Generalisasi
dalam penelitian kualitatif disebut transferability dalam bahasa Indonesia
dinamakan keteralihan, maksudnya adalah bahwa hasil penelitian kualitatif dapat
21
ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain
tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
Penelitian ini mencoba mendiskripsikan secara kualitatif mengenai potensi
objek dan daya tarik wisata pada sektor Ikan Koi di Desa Wisata Kemloko.
Mengetahui bagaimana kesiapan pengelolaan wisata dengan sIstem Community
Based Tourism (CBT), untuk mengetahui bagaimana kesiapan masyarakat untuk
dilibatkan dalam pengelolaan wisata berbasis masyarakat, dan dari data tersebut
dilakukan analisis data untuk kemudian dijadikan bahan untuk evaluasi serta
strategi seperti apa yang perlu dilakukan dalam mengelola desa wisata terutama
pada sektor perikanan Ikan Koi.
3.3 Objek Penelitian
Objek adalah hal, perkara atau orang yang menjadi pokok ppenelitian. Objek
dalam penelitian ini adalah Desa Wisata Kemloko yang berada di Desa Kemloko
Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Jawa Timur. Untuk penelitian tentang
potensi wisata dan strategi pengelolaan ini ada beberapa objek yang menjadi
bahan penelitian. Yang mana tiap-tiap objek terlibat secara langsung maupun
tidak langsung yang sesuai dengan tujuan penelitian. Diantaranya adalah
pemangku kebijakan desa, pengelola kelompok budidaya Ikan Koi di Desa
Kemloko, masyarakat yang terlibat dalam Desa Wisata, serta masyarakat desa
Kemloko secara umum.
3.4 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
dinamakan situasi sosial (sosial situation) yang terdiri atas tiga elemen yaitu:
tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Tapi sebenarnya
objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata atas tiga elemen itu saja,
tetapi juga bisa berupa peristiwa lain (Sugiono,2011). Di penelitian ini selain
22
suasi sosial juga menggunakan purposive samling atau tekni pengambilan
sampel yang terlibat dalam tujuan yang akan diteliti.
3.4.1 Jenis Sampel
Menurut Sugiono (2011), Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan
sampel yaitu, sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan
sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Dimaksud
dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya
jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25,
maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan
yang sama untuk dijadikan sampel.
3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan data yang
dilakukan sesuai terhadap tujuan yang akan diteliti, selain dengan puposve
sampling karena penelitian ini termasuk kualitatif dilakukan validasi data dengan
teknik snowball yaitu teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena
dengan sumber data ang sedikit belum mampu memberikan data yang
memuaskan (Sugiono, 2011). Responden sebagai sampel diteliti dalam
penelitian ini yaitu:
1. Kelompok pembudidaya ikan Koi di desa Kemloko. Yaitu pokdakan Kelud
Koi, dan pokdakan Sumber Rejeki.
23
2. Masyarakat yang berpartisipasi dalam pengelolaan Desa Wisata
Kemloko. Ada 7 orang yaitu, pak Fendi, bu Rotul, pak Saipul, Pak Dian,
Pak Raziq, Rifki, dan pak Dofir.
3. Pemangku kebijakan di Desa Kemloko. Kepala Desa Pak Dofir dan Pak
Dian Staf Kantor Desa Kemloko.
4. Masyarakat umum Desa Kemloko.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa
berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data,
sedang isi catatan subjek peneliti (Sugiono, 2011). Dalam penelitian yang akan
dilakukan, jenis dan sumber data yang digunakan ada dua, yaitu meliputi data
primer dan data sekunder.
3.5.1 Data Primer
Menurut Sugiono (2011), yang dimaksud data primer merupakan data yang
yang didapat dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk
terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita
jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana
mendapatkan informasi ataupun data. Adapun rincian data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi lokasi penelitian.
24
2. Dokumentasi saat penelitian.
3. Wawancara kepada objek informan terkait
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan
datanya oleh peneliti, data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan
seterusnya artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri
(Sugiono, 2011). Rincian data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah:
1. Penelitian terdahulu mengenai objek dan daya tarik wisata danpengelolaan Desa Wisata.
2. Monografi data penduduk Desa Kemloko Kecamatan Nglegok KabupatenBlitar Provinsi Jawa Timur.
3. Peta lokasi penelitian.
4. Dokumentasi terdahulu lokasi penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
3.6.1 Observasi
Menurut Sugiono (2011), Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis secara cermat terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi di lapang
akan menambah pemahaman peneliti terhadap konteks data dalam keseluruhan
situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh. Selain itu dengan observasi peneliti akan menemukan hal-hal lain
yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden atau dalam dokumentasi.
25
Tahapan observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi deskriptif
yang mana dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai
objek penelitian. Kemudian tahap reduksi yaitu menentukan fokus memilih
diantara yang telah dideskripsikan. Dan yang terakhir adalah tahap seleksi yaitu
mengurai fokus menjadi komponen yang lebih terperinci (Sugiono, 2011).
Observasi yang dilakukan saat penelitian ini adalah mengenai lokasi
penelitian yang merupakan Desa Wisata Kemloko. Dimana dalam observasi di
lakukan pada pengelola Desa Wisata, kelompok pembudidaya ikan Koi, serta
masyarakat desa Kemloko. Observasi di lakukan untuk memperoleh data potensi
ODTW serta kesiapan masyarakat maupun kesiapan dalam pengelolaan CBT.
3.6.2 Wawancara
Menurut Sugiono (2011), wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu tupik tertentu. Proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan untuk kemudian di jadikan data yang di gunakan untuk
penelitian.
Wawancara yang dilakukan di dalam penelitian ini meliputi wawancara
secara langsung dengan pengelola Desa Wisata, kelompok pembudidaya ikan
Koi, masyarakat desa Kemloko, masyarakat umum Desa Kemloko, serta
pemangku kebijakan di desa Kemloko. Data yang di harapkan dalam wawancara
ini adalah terkait pengelolaan desa wisata, kesiapan masyarakat dan juga untuk
mengetahui bagaimana harapan masyarakat terkait desa wisata.
3.6.3 DokumentasiDokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bentuk dari
dokumen bisa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
26
Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian (Sugiono, 2011).
Dokumen akan menambah kredibelitas dari hasil penelitian melalui observasi
dan wawancara. Tetapi perlu dicermati bahwasanya tidak semua dokumen
memiliki kredibilitas yang tinggi, karena ada beberapa dokumen yang ada karena
suatu kepentingan tertentu untuk kemudian dimanipulasi keaslianya.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data yang sudah diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain dalam
penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis data
yang digunakan analisis deskriptif kualitatif serta analisis SWOT untuk
mengetahui strategi pengelolaan.
3.7.1 Deskriptif Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai pemegang
peran penting, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiono, 2011). Analisis yang induktif berarti analisis yang
dilakukan bersifat induksi, yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan
yang khusus untuk di perlakukan secara umum. Dalam penelitian yang
dilakukan, analisa deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa:
27
1. Objek dan daya tarik wisata yang terdiri dari beberapa indikator
diantaranya adalah sebagai berikut:
Daya Tarik
Aksesibilitas
Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi
Akomodasi
Sarana Prasarana Penunjang
Potensi Pasar
Potensi Wisata diluar Sektor Koi (Ciprinus carpio)
2. Kesiapan masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata.
3. Kesiapan pengelolaan model CBT.
3.7.2 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2004), analisis swot adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini di dasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opurtunities). Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis
selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan.
Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis
faktor-faktor strategis yang meliputi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Dalam penelitian ini analisis swot digunakan dalam menganalisis strategi
pengelolaan yang sesuai digunakan dalam pengelolaan desa wisata di Kemloko.
Supaya apa yang menjadi tujuan dalam pengelolaan desa wisata ini sesuai
dengan apa yang diharapkan. Agar kemudian potensi yang sudah dianalisis
dapan dikelola seoptimal mungkin agar sumberdaya yang ada dapan
dimanfaatkan oleh masyarakat.
3.7.2.1 Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)
28
Menurut Rangkuti (2004), faktor-faktor strategi internal diidentifikasi
padasuatu tabel IFAS (Internal Strategic Faktors Analiysis Summary) untuk
merumuskan faktor-faktor strategi interal tersebut dalam keangka strength an
weakness. Cara menentukan aktor strategi internal adalah sebagai berikut:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
kolom 1.
b. Beri bobot pada masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari
1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis. (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor untuk
memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan . variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
dalam kategori kekuatan) diberi nilai mulai +1 sampai dengan +4 (sangat
baik) dengan membandingkan dengan rata-rata industri atau dengan
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negative, kebalikanya.
Contohnya, jika kelemahan Desa wisata di Kemloko besar sekali di
bandingkan rata-rata di tempat lain, nilainya adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan catantan atau komentar mengapa
faktor-faktor tertentu di pilih, dan bagaimana skor pembobotanya dihitung.
f. Jumlah skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukan bagaimana organisasi tertentu bereaksi terhadap faktor-
29
faktor strategis internalnya. Skor total inilah yang kemudian dapat di
gunakan sebagai baha evaluasi desa wisata untuk pengelolaanya seperti
apa seharusnya.
Dalam penelitian ini faktor strategi internal (IFAS) diperoleh dari gabungan
kombinasi penjabaran Objek Dan Daya Tarik Wisata (ODTW), kesipan
pengelolaan Community Based Tourism (CBT), dan kesiapan masyarakat. Untuk
faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Sebagai tinjauan
pembanding pengukuran faktor-faktor kekuatan dan kelemahan.
Menurut Untari (2009), faktor-faktor strategi internal pada kekuatan ada
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan desa wisata.
b. Pandangan masyarakat positif mengenai wisata berkelanjutan/lestari.
c. Adanya budaya khas dan beberapa peninggalan sejarah.
d. Daya tarik objek desa masih banyak yang alami.
e. Keterbukaan masyarakat didukung 50% masyarakat sekitar merupakan
penduduk asli.
f. Adanya motivasi ekonomi bagi masyarakat terhadap pengembangan
wisata.
g. Partisipasi masyarakat cukup baik.
h. Adanya kepatuhan terhadap tokoh masyarakat tertentu.
Kemudian untuk faktor-faktor strategi internal pada kelemahan ada beberapa
faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat desa yang cenderung bersifat pelaksanaan atau
hanya sebagai objek belum pada tataran perencanaan dan evaluasi.
b. Kesempatan pengambilan keputusan oleh masyarakat masih rendah
seperti terbatas dalam penyampaian ide.
30
c. Latar pendidikan masyarakat desa masih rendah sehingga masyarakat
belum siap menerima wisatawan.
d. Belum adanya promosi oleh masyarakat.
e. Pengetahuan tentang Community Based Tourism (CBT) masih rendah.
Menurut Jainuri (2014), faktor-faktor strategi internal pada kekuatan ada
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Keindahan dan daya tarik objek wisata
b. Secara geografis berada dalam kota sehingga lebih mudah dijangkau
c. Tersedianya penginapan (hotel)
d. Sudah ada sarana prasarana sebagai pijakan awal pengembangan
pariwisata
e. Besarnya minat masyarakat untuk pengembangan objek wisata
Menurut Jainuri (2014), faktor-faktor strategi internal pada kekuatan ada
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas pendukung pariwisata masih minim
b. Perawatan terhadap infrastruktur yang telah ada masih kurang
c. Jalan di area objek wisata masih belum memadai
d. Belum memiliki modal yang cukup dalam pengembangan objek wisata.
e. Belum memiliki kemampuan sumberdaya manusia
f. Sarana dan prasarana bahari belum memadai Masih kurangnya minat
investor
g. Kurang dukungan Pemerintah Daerah
3.7.2.2 Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Menurut Rangkuti (2004), sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal,
kita perlu mengetahui faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara
penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS):
31
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman).
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) . Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor tersebut
terhadap kondisi desa wisata yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin yang semakin
besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1).
Pemberian rating ancaman adalah kebalikanya. Misalnya, jika ancaman
besar ancamanya adalah 1. Sebaliknya jika ancaman sedikit nilainya
ratingnya adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotanya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
pembobotan bagi desa wisata yang bersangkutan. Nilai total ini
memungkinkan bagaimana reaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya.
Dalam penelitian ini faktor strategi eksternal (EFAS) diperoleh dari gabungan
kombinasi penjabaran Objek Dan Daya Tarik Wisata (ODTW), kesipan
pengelolaan Community Based Tourism (CBT), dan kesiapan masyarakat. Untuk
faktor internal terdiri dari faktor peluang dan faktor ancaman. Sebagai tinjauan
pembanding pengukuran faktor-faktor peluang dan ancaman.
32
Menurut Untari (2009), faktor-faktor strategi eksternal pada peluang ada
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Adanya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan desa wisata
berbasis masyarakat.
b. Sikap positif masyarakat dalam menerima program desa wisata.
c. Pasar masih terbuka luas.
d. Lokasi desa berdekatan dengan wilayah lain yang mempunyai wisata.
e. Berkembangnya berbagai media cetak dan elektronik merupakan peluang.
f. Infrastruktur yang cukup memadai.
Kemudian untuk faktor-faktor strategi eksternal pada ancaman ada beberapa
faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kemungkinan adanya kecemburuan sosial yang berhubungan dari
pengembangan desa wisata.
b. Adanya kompetitor/pesaing desa di wilayah lain yang memiliki potensi
wisata yang sama.
c. Kurangnya kemampuan pelayanan dalam pemasaran desa wisata pelau
wisata di tingkat desa.
d. Aksesibilitas menuju desa banyak yang masih rusak.
e. Tidak tersedianya dukungan kebijakan pemerintah daerah dalam
pengembangan Community Based Tourism (CBT).
Menurut Jainuri (2014), faktor-faktor strategi eksternal pada peluang ada
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lokasi objek wisata dekat dengan pusat kota
b. Meningkatnya minat wisatawan terhadap Desa Wisata.
c. Perkembangan desa wisata.
d. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor perikanan
33
3.7.2.3 Matrik SWOT
Menurut Rangkuti (2004), alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor
strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis. Untuk selanjutnya digunakan dalam menyimpulkan, set tersebut yaitu:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
34
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis
Desa Wisata Kemloko berada di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Desa Kemloko terdiri dari dua Dusun,
yaitu Dusun Kemloko dan Desa Kuwut. Karena termasuk kedalam lereng
Gunung Kelud yang masih aktif tanah di Desa Kemloko sangat subur, dan dialiri
sungai-sungai. Oleh karenanya di Desa Kemloko banyak budidaya Ikan Koi.
Lokasi Desa Kemloko dengan ibu kota Kecamatan berjarak 2 km, dengan
waktu tempuh sekitar 40 menit. Sementara itu jarak dengan ibu kota Kabupaten
adalah sejauh 9 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 90 menit. Lokasi Desa
Kemloko setrategis secara administratif karena termasuk dekat dengan ibukota
kecamatan maupun ibukota kabupaten.
Letak geografis adalah letak daerah atau negara yang ditinjau dari
kenyataan di permukaan bumi.Secara geografis Desa Kemloko terletak pada
posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Letak Desa
Kemlokoberada diantara empat desa lain yang juga masih termasuk dalam
wilayah kecamatan Nglegok kabupaten Blitar .
Adapun batas desa tersebut adalah :
a. Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Dayu Kec Nglegok
b. Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Kel.Nglegok Kec Nglegok
c. Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Krenceng Kec Nglegok
d. Sebelah utara berbatasan dengan : DesaPenataran Kec. Nglegok
e. Sebelah barat daya dengan : Desa Ngoran Kec. Nglegok
f. Sebelah barat laut dengan : Desa Bangsri Kec. Nglegok
Untuk peta Desa Kemloko bisa dilihat pada gambar di bawah:
35
Sumber : (Kantor Desa Kemloko, 2017)
Gambar 2.Peta Desa Kemloko
4.1.2 Keadaan Topografi
Desa Kemloko berdasarkan letak topografinya desa ini adalah berupa
dataran tinggidengan ketinggian yaitu sekitar 500 m di atas permukaan air laut.
Desa Kemloko merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman penduduk ,tanah
tegalan, perkebunan rakyat, lahan persawahan dengan luas wilayah desa
327,13 Ha. Dimana seluas 53,75 Ha adalah pemukiman penduduk dan sisanya
adalah lahan kering & areal persawahan.
Wilayah desa Kemloko dilewati sungai lahar sepanjang 3 km. Iklim Desa
Kemlokoberdasarkan data BPS kabupaten Blitar tahun 2014, selama tahun 2015
36
curah hujan di Desa Kemloko rata-rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan
terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm yang
merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2014-2019.
Pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada di Desa Kemloko sebagian
besar adalah budidaya Ikan Koi. Ikan Koi di Kemloko sudah menjadi identitas
daerah tersebut, bahkan terkenal sampai tingkat nasional maupun internasional.
Itu tidak lepas karena letak topografi maupun geografis yang sangat mendukung
untuk budidaya Ikan Koi. Selama ini pemanfatan Ikan Koi sendiri masih sebaas
budidaya. Padahal untuk diversivikasi produk unggulan Desa Kemloko masih
banyak , salah satunya adalah untuk dijadikan mina wisata.
4.1.3 Keadaan Penduduk
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Desa Kemloko adalah
masyarakat suku jawa asli daerah tersebut yang tinggal secara turun temurun
tinggal di Desa Kemloko.Komunikasi yang dipakai masyarakat bahasa yang
digunakan adalah bahasa jawa, dengan kadang – kadang menggunakan bahasa
Indonesia.
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2014 jumlah
penduduk Desa Kemloko adalah terdiri dari 1653 KK, dengan jumlah total
.4.758 jiwa, dengan rincian 2.227 laki-laki dan 2.531perempuan. Usia produktif
suatu desa sangat membantu pembangunan desa. Selanjutnya,
tingkatpendidikan di Desa Kemloko masih bisa dikatakan cukup baik.
Dikarenakan jenjang pendidikan yang ditempuh penduduk Desa Kemloko, yaitu
ada penduduk yang menempuh jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal
ini bisa dilihatdari tabel jumlahpenduduk dalam tingkat pendidikan bisa dilihat
pada tabel dibawah.
37
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kemloko
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas - 0
2 Usia Pra-Sekolah 253 14 %
3 Tidak Tamat SD 198 11 %
4 Tamat Sekolah SD 452 25 %
5 Tamat Sekolah SMP 347 19 %
6 Tamat Sekolah SMA 398 22 %
7 Tamat Sekolah PT/ Akademi 213 9 %
Jumlah Total 1.861 100 %
(sumber: Kantor Desa Kemloko, 2017)
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
SDM(Sumber Daya Manusia) yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang
pada peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka
akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan
mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru,
sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan.
Dari data tingkat pendidikan diatas tingkat pendidikan di Desa Kemloko
cukup baik. Terlihat dari yang menyelesaikan pendidikan di Perguran Tinggi
38
cukup banyak. Oleh karena itu sumberdaya manusia di Desa Kemloko sangat
mendung dalam pembangunan dan pengembangan potensi di Desa Kemloko.
4.2 Desa Wisata Kemloko
Desa wisata sebagai suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi
dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat perdesaan yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku
yang masih asri dan tradisional.Dari hasil wawancara dengan Bu Fendi (2017),
Di Desa Kemloko mulai berdiri Desa Wisata pada tahun 2015 yang kemudian
dikenal sebagai Desa Wisata Kemloko. pengelolaan Desa Wisata Kemloko
dilakukan oleh kelompok kerja (POKJA) wisata Desa Kemloko yang diketuai oleh
Pak Fendi.
Kelompok kerja wisata dilaksanakan dengan berbasis masyarakat dengan
melibatkan masyarakat secara masif bersama masyarakat dengan gotong
royong. Harapanya dengan melibatkan masyarakat secara aktif maka akan
meningkatkan kreatifitas serta inoasi dari masyarakat. Dan kemudian perlahan
ikut juga meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Kemloko.
39
(Sumber: dokumentasi penulis, 2017)
Gambar 3.Mina Politan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar
Pada gambar diatas ketika masuk ke Kecamatan Nglegok kita akan
melewati landmark Minapolitan Kabupaten Blitar. Landmark ini dibangun oleh
pemerintah Kabupaten Blitar seagai penanda dicanangkanya Kecamatan
Nglegok sebagai minapolitan.Sebagai kawasan intregrasi perikanan Desa
Kemloko adalah salah satu desa yang menjadi bagian minapolitan.
Ada banyak dampak potensi pengembangan dengan masuknya Desa
Kemloko kedalam kawasan Minapolitan Kabupaten Blitar.Salahsatunya melalui
diversifikasi produk dari pengelolaan perikanan. Salah satunya melalui
minawisata, minawisata sendiri atau wisata perikanan di Desa Kemloko di
realisasikan menjadi satu bagian dengan sektor lain melalui Desa Wisata
Kemloko mulai dari sektor pertanian, perkebuan, seni budaya, wisata alam, dan
maupun sektor perikanan. Gambar di bawah menunjukan tugu selamat datang
Desa Wisata Kemloko di Desa Kemloko Kecamaan Nglegok Kabupaten Blitar.
(Sumber: dokumentasi penulis, 2017)
40
Gambar 4.Masuk Desa Wisata Kemloko
4.3 Objek, dan Daya Tarik Wisata
4.3.1 Daya Tarik
Keunikan sumberdaya alam yang ada di Desa Kemloko ada berbagai
macam mulai dari pertanian, perkebunan,kesenian, kebudayaan, sejarah, serta
periknan. Khusus sektor perikanan di Desa Kemloko sangat khas kaena Koi di
Desa Kemloko sangat terkenal ditingkat daerah maupun tingkat nasional bahkan
internasional.Hal tersebut tidak lepas karena letak geografis dan dukungan
pemerintah maupun stakeholder setempat.
Sumberdaya alamyang menonjol terlihat dari banyakna jumlah produksi
Ikan Koi di Desa Kemloko yaitu 11.050.704 ekor/tahun ada tahun 2008.
Dibandingkan dengan desa lain di Desa Kemloko merupakan yang paling besar
produksinya di Kecamatan Nglegok. Selain itu juga didukung dengan
dicanangkanya Kecamatan Nglegok sebagai Minapolitan di Blitar.
Menurut pak Saipul (2017) selama ini masih hanya sekedar budidaya saja,
padahal untuk didiversivikasi potensinya masih sangat tebuka sala satunya
minawisata.Minawisata sendiri adalah wisata pada bidang perikanan dengan
memanfaatkan potensi perikanan yang ada.
Dengan dijadikanya Desa Kemloko menjadi Desa Wisata dapat didongkrak
melalui potensi perikanan Koinya, karena Koi sudah menjadi kekhasan dari Desa
Kemloko. Ikan Koi sudah menjadi identitas dari Desa Kemloko sehingga untuk
mengangkat Desa Wisata pada sektor perikanan Koi akan lebih mudah.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada Desa Wisata pada sektor
perikanan adalah dengan bentuk wisata edukasi.Wisata edukasi sendiri
merupakan bagian dari diversivikasi produk wisata yang mana pada saat
41
berwisata selain wisatawan menikmati keunikan pada tempat wisata tetapi
wisatawan juga mendapatkan aspek pembelajaran dari tempat wisatawan
berkunjung.Harapanya setelah pulang dari tempat wisata, wisatawan
mendapatkan ilmu baru atau menambah pengetahuan dari wisatawan itu
sendiri.Untuk wisata edukasi sendiri untuk Desa Wisata Kemloko pada sektor
perikanan Ikan Koi nantinya berbentuk edukasi untuk mengedukasi masyarakat
yang berwisata di Desa Wisata Kemloko terkait perikanan Koi.
Keasrian Desa Wisata Kemloko masih sangat asri dan tradisional, itu justru
menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.Dan itu menjadi nilai lebih Desa
Wisata Kemloko yang memang diangkat sebagai wisata perdesaan sebagai nilai-
nilai tradisionalnya. Berwisata di Desa menawarkan kenyaman suasana yang
nyaman dan segar ala perdesaan.
(Sumber: Dokumentasi penulis,2017)
Gambar 5. Keasrian Desa Wisata Kemloko
Yang tidak kurang kondisi kebersihan Desa Wisata Kemloko sangat
terjaga, ini penting selain untuk kenyamanan wisatawa yang datang ke Desa
42
Wisata Kemloko juga untuk menjaga kualitas lingkungan.Seperti yang kita tau
Ikan Koi sangat sensitif terhadap kualitas air sehingga sedikit saja pencemaran
sangat mengganggu perikanan Koi yang justru bisa merugikan pembudidaya.
(Sumber: dokumentasi penulis, 2017)
Gambar 6. Aktifitas pengemasan Ikan Koi untuk dikirim keluar kota
Salah satu kegiatan wisata yang bisa dilakukan pada sektor perikanan Koi
adalah model wisata edukasi dimana wisatawan akan melihat dan belajar terkait
perikanan Ikan Koi. Di atas ini merupakan gambar aktifitas pengemasan Ikan Koi
untuk dikirim keluar kota. Wisatawan dapat belajar bagaimana tata cara
pengemasan Ikan Koi itu sebelum dan akan dikirim keluar kota. Nantinya
masyarakat pembudidaya yang akan langsung menjadi pemandu wisatawan
yang berwisata.
43
(Sumber: dokumentasi penulis, 2017)
Gambar 7.Kolam karantina sebelum dikirim keluar kotaSelanjutnya pada gambar di atas merupakan gamba kolam karantina Ikan
Koi yang akan dikirim keluar kota. Disini wisatawan akan diajarkan bagaimana
proses karantina dan perawatan Ikan Koi yang akan dikirim keluar kota. Selain itu
wisatawan akan diajarkan bagaimana perlakuan terhadap Ikan Koi yang akan
dikirim keluar kota. Wisata edukasi seperti ini selain bisa menjadi hiburan untuk
wisatawan tetapi juga mempunyai ila lebih untuk wisatawan karena wisatawan
akan mendapat banyak pelajaran bagaimana bududaya Ikan Koi itu. Selain itu
dengan memberdayakan masyarakat untuk menjadi pemandu akan menambah
kemampuan komunikasi masyarakat.
44
(Sumber: dokumentasi penulis, 2017)
Gambar 8.Kolam pembesaran Ikan Koi
4.3.2 Aksesibilitas
Desa Wisata Kemloko berlokasi di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar.Lokasi Desa Kemloko dengan ibu kota Kecamatan berjarak 2
km, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Sementara itu jarak dengan ibu kota
Kabupaten adalah sejauh 9 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 90 menit.
Sarana jalan menuju Desa Wisata Kemloko cukup baik dengan tipe jalan
beraspal dan didalam kawasan Desa Wisata Kemloko beberapa jalan di paving.
Untuk mencapai Desa Wisata Kemloko bisa menggunakan kendaraan roda dua
maupun roda empat. Untuk mencapai Desa Wisata Kemloko saat ini sudah ada
papan penunjuk arah menuju Desa Wisata Kemloko.
(Sumber: Dokumen penulis, 2017)
45
Gambar 9. Tipe jalan di Desa Kemloko
Untuk akses ke Desa Wisata Kemloko sendiri dapat dicapai melalui
beberapa jalur alternatif yang pertama melalui Kota Blitar dari arah Waterpark
Sumber Udel. Pertigaan timur Sumber Udel ambil arah ke utara lurus sampai
Pasar Ngemplak Nglegok, kemudian ada pertigaan di Pasar Ngemplak ambil
arah belok kanan atau ke timur arah Desa Kemloko. Jarak dari Sumber Udel ke
Desa Wisata Kemloko adalah sekitar 9 km.
Water Park Sumber Udel
Desa Wisata Kemloko
46
Sumber: Google Maps, 2017
Gambar 10. Akses ke Desa Wisata melalui Sumber Udel
Kemudian akses dari arah Makam Bung Karno ambil arah utara, arah
Candi Penataran sampai kantor Kecamatan Nglegok atau Stadion baru Blitar
yaitu Stadion Bumi Penataran. Kemudian ada pertigaan ada plang penunjuk arah
Desa Wisata Kemloko ambil arah barat ke Desa Wisata Kemloko kurang dari 1
km sudah sampai Desa Wisata Kemloko.
Sumber: Google Maps, 2017
Gambar 11. Akses ke Desa Wisata melalui Makam Bung Karno
Makam Bung Karno
47
Kemudian yang dari arah Kediri bisa ambil arah ke Candi Penataran.
Setelah melewati Candi Penataran ambil lurus ke selatan ke arah Kecamatan
Nglegok. Sampai sebelum kantor Kecamatan Nglegok ada pertigaan ambil arah
ke barat ke arah Desa Wisata Kemloko. Kurang lebih jarak dari Candi Penataran
ke Desa Wisata Kemloko sekitar 5 km.
Untuk yang dari arah Malang bisa melalui Garum. Yaitu perempatan yang
ada traficlight timur setasiun Garum ambil arah ke utara sampai pertigaan yang
ada plang arah penataran. Ambil arah ke barat atau ke arah penataran kemudian
sampai ada perempatan traficlight ambil ke kanan atau ke arah utara. sama
seperti yang di atas sampai kantor Kecamatan Nglegok kemudian pertigaan ke
arah barat arah Desa Wisata Kemloko.
48
Sumber: Google Maps, 2017
Gambar 12. Akses ke Desa Wisata melalui Garum
4.3.3 Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi
Tata ruang wilayah di Desa Kemloko belum ada perencanaan khusus
sudah tertata sedemikian rupa oleh masyarakat. Kemudian untuk Desa Wisata
sendiri sudah mulai dilakukan perencanaan, dan pada sektor Ikan Koi sudah
konsep model wisatanya oleh POKDAKAN Sumber Rejeki Koi. Sebagai sentra
Koi Desa Kemloko sudah tertata baik untuk kawasan budiaya Koinya.
Stasiun Garum
49
Status lahan yang digunakan untuk Desa Wisata Kemloko ada dua, yang
pertama merupakan tanah bengkok milik desa kemudian yang satunya adalah
tanah milik masyarakat. Untuk wisata sektor Koi sendiri status tanah yang
digunakan merupakan tanah milik masyarakat pembudidaya yang menjadi satu
kawasan sehingga memudahkan untuk pengelolaanya terutama untuk kemudian
menjadi Mina wisata.
Mata pencaharian penduduk Desa Kemloko sebagian besar menjadi petani
dan juga sebagai pembudidaya Koi. Koi sendiri memang sudah menjadi mascot
Desa Kemloko sehingga sudah dikenal sebagai sentra pembudidaya Koi. Apalagi
setelah dijadikan sebagai salah satu Desa yang masuk sebagai Minapolitan
Kabupaten Blitar.
Untuk pendidikan di Desa Kemloko dari data tingkat pendidikan yang
diperoleh dari kantor Desa Kemloko diperoleh tingkat pendidikan di Desa
Kemloko cukup baik. Terlihat dari yang menyelesaikan pendidikan di Perguran
Tinggi cukup banyak. Oleh karena itu sumberdaya manusia di Desa Kemloko
sangat mendung dalam pembangunan dan pengembangan potensi di Desa
Kemloko.
Dan kehidupan sosial masyarakat masih terlihat guyub rukun dan budaya
gotongroyong masih berjalan baik di Desa Kemloko. Ini menjadi hal menarik
yang merupakan ciri khas masyarakat perdesaan dan menjadi nilai yang menjual
untuk Desa Wisata. Nilai tradisional dan alamiah masyarakat desa merupakan
karakter masyarakat perdesaan di Indonesia dan Desa Wisata merupakan
alternatif kense untuk mengangkat nilai itu kemudian memberikan dampak
ekonomi kreatif untuk masyarakat Desa.
4.3.4 Biaya dan Akomodasi
Untuk akomodasi menjadi poin yang di angkat dalam penelitian ini yang
pertama adalah biaya yang digunakan untuk menikmati Desa Wisata
50
Kemloko.Untuk biaya Desa Wisata kemloko untuk sektor Koi masih belum ada
nilai yang menjadi ketetapan karena memang sektor Koi masih dalam tahap
perencanaan. Untukyang sudah ditetapkan menurut Bu Fendi (2017) adalah
pada wisata outbond yaitu Rp 5000 per orang. Sementara parkir yang dikelola
oleh karang taruna biayanya yaitu Rp 2000 unuk motor dan Rp 5000 untuk mobil.
Sementara itu bagi wisatawan yang dari daerah jauh di Desa Wisata Kemloko
juga ada Home Stay milik masyarakat dengan harga tergantung kualitas mulai
dari yang biasa Rp 200.000 dan ada yang sampai Rp 500.000 per hari.
4.3.5 Sarana Prasarana Penunjang
Untuk sarana prasarana sendiri pada Desa Wisata Kemloko masih sangat
kurang.Ini yang menjadi salah satu kendala berjalanya Desa Wisata Kemloko,
apalagi pada sektor Minawisata Koi. Untuk sarana yang sudah ada diantaranya
fasilitas outbond papan petunjuk jalan. Sementara untuk prasarana yang sudah
ada adalah masjid, tempat parkir, toilet, joging track, homestay dan camp area.
4.4 Kesiapan Pengelolaan CBT
4.4.1 Aspek Sosial Ekonomi
1. Pasar
Potensi pasar Desa Wisata Kemloko sangat baik hal ini di dukung oleh
beberapa hal. Yang pertama akses ke Desa Wisata Kemloko yang mudah dari
pusat kota maupun dari kabupaten lain Kediri, Malang , maupun dari
Tulungagung. Kemudian dekat dengan objek wisata di Blitar salah satunya Candi
Penataran dan Makam Bungkarno, Desa Wisata Kemloko berada di tengah
antara Candi Penataran dan Makam Bungkarno sehingga wisatawan yang ke
arah Candi Penataran dari makam Bung Karno maupun sebaliknya akan
melewati Desa Wisata Kemloko. Untuk Desa Wisata Kemloko sektor Koi atau
minawisata Koi ini sangat penting Kecamatan Nglegok yang merupakan
51
Minapolitan di Kabupaten Blitar, menjadi nilai tambah karena Koi sudah terkenal
sehingga banyak yang tertarik terutama pasar atau wisatawan.
2. Ekonomi kerakyatan
Dengan adanya Desa Wisata Kemloko khususnya pada sektor Koi akan
mendorong ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerayatan sendiri merupakan ekonomi
yang melibakan masyarakat secara aktif dan gotongroyong.Akan tetapi untuk
Desa Wisata Kemloko sendiri masih kurang nampak terkait hasil yang diperoleh
dari Desa Wisata Kemloko karena masih tergolong baru.
3. Penggunaan sumberdaya setempat
Dalam menjalankan Desa Wisata berbasis masyarakat di Desa Wisata
Kemloko sumberdaya yang dimanfaatkan merupakan sumberdaya setempat.
Untuk sektor Koi sumber daya yang digunakan adalah mlik masyarakat yaitu,
seperti kolam lahan dan lain sebagainya sesuai dengan wawancara dengan pak
Saipul.
4. Unit pemasaran
Unit pemasaran Desa Wisata Kemloko dilakukan melalui internet dan juga
melalui media papan petunjuk dijalan raya. Unit pemasaran Desa Wisata
Kemloko masih kurang berjalan baik karena sebenarnya banyak potensi
pemasaran lain yang bisa dilakukan. Selain itu terutama pada sektor perikanan,
Koi sudah terkanal di Blitar maupun daerah lain dan juga sering ada event Koi
yang bisa dijadikan sebagai media pemasaran Desa Wisata Kemloko terutama
pada sektor Koi.
5. Partisipasi masyarakat dalam investasi
Untuk investasi segala hal yang digunakan dalam berjalanya Desa Wisata
Kemloko sementara ini berasal dari desa dan masyarakat. Misalnya saja untuk
area outbond merupakan lahan mlik desa yaitu tanah bengkok, sementara dari
masyarakat seperti pada sektor Koi yang merupakan kolam milik masyarakat.
52
Selain itu dari dinas terkait pada wisata outbond melalui asosiasi desa wisata
memberikan bantuan sewa alat flayingfog dan dari dinas perikanan provinsi
membenahi akses jalan jogingtrack di area kolam yang dijadikan minawisata Koi.
6. Pembagian keuntungan
Untuk pembagian keuntungan dari pengelolaan Desa Wisata Kemloko
dilakukan bagi hasil. Dari hasil wawancara dengan Pak Fendi Pembagianya
adalah sebagai berikut, dari total pemasukan 15 % untuk Desa, 35 % untuk biaya
pengembangan dan perawatan sarana prasarana, dan 50 % digunakan untuk
masyarakat pengelola Desa Wisata Kemloko. Dalam hal keuangan ini sudah
dilakukan manajemen maupun pembukuan dengan baik akan tetapi perlu
dilakukan pengembangan.
4.4.2 Aspek Sosial Budaya
1. Pelestarian
Pembangunan Desa Wisata Kemloko tidak mengurangi segi pelestarian
lingkungan, justru lebih menjaga nilai kealamiaan yang ada dari sumber daya
alamnya.Selain itu dari kehidupan sosial masyarakatnya yang masih terjaga yang
masih tradisional justru tetap dipertahankan.Nilai tradisional ini merupakan ciri
khas Desa Wisata yang mana mengangkat nilai-nilai sosial masyarakat
pedesaan.
2. Apresiasi (pembentukan kelompok/wadah)
Apresiasi dari pemerintah untuk masyarakat Desa Kemloko dalam
pengelolaan Desa Wisata Kemloko adalah dengan dibentuknya pokja atau
kelompok kerja Desa Wisata oleh pemerintah Desa Wisata Kemloko didukung
dinas terkait. Selain itu pemerintah desa juga mengapresiasi dalam hal
membantu dari pendanaan Desa Wisata Kemloko ini sesuai dari hasil
wawancara dengan Pak Dofir Kepala Desa Kemloko.
4.4.3 Aspek Lingkungan
53
Secara aspek lingkungan pengelolaan pengelolaan Desa Wisata Kemloko
sudah sadar lingkungan seperti pengadaan tempat sampah dan juga perencanan
akan pengolahan sampah yang dihasilkan dari kegiatan Desa Wisata
Kemlokodari hasil wawancara dengan Pak Saipul. Selain itu dalam
pembangunanya juga secara berkelanjutan, artinya dalam pembangunan dan
pemanfaatan Desa Wisata Kemloko melihat aspek jangka penjang dampak dari
adanya Desa Wisata Kemloko.
4.4.4 Aspek Pengelolaan
1. Adanya institusi di masyarakat (Partisipasi Masyarakat)
Dalam pengelolaan Desa Wisata Kemloko pada sektor perikanan Koi
pengelolaan dilakukan oleh kelompok budidaya ikan atau POKDAKAN Sumber
Rejeki.Untuk secara menyeluruh semua sektor baik budaya, alam, pertanian, dan
perkebunan, pada Desa Wisata Kemloko institusi yang dibentuk oleh desa yaitu
Pokja Desa Wisata.
2. Melibatkan semua Stakeholder dan Masyarakat
Yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Kemloko adalah stakeholder
dan masyarakat Desa Kemloko. Stakeholder ada dari pemerintah desa, dinas
pariwisata maupun dari dinas perikanan kelautan. Untuk masyarakat sendiri
merupaka gabungan dari kelompok maupun dari masyarakat biasa.
Dalam pengelolaanya terutama terkait dari stakeholder maupun dengan
masyarakat dilaksanakan secara transpaan, selain itu untuk meningkatan
kapasitas terutama sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengelolaan Desa
Wsata Kemloko juga dilakukan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan lain
sebagainya.
4.5 Kesiapan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata
4.5.1 Karakteristik Masyarakat.
54
Dari data tingkat pendidikan di Desa Kemloko tingkat pendidikan di Desa
Kemloko cukup baik. Terlihat dari yang menyelesaikan pendidikan di Perguran
Tinggi cukup banyak, dan tingkat buta huruf yang 0% Oleh karena itu
sumberdaya manusia di Desa Kemloko sangat mendukung dalam pembangunan
dan pengembangan potensi di Desa Kemloko.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat
kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya
ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu
program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.
Untuk mata pencaharian masyarakat mayoritas merupakan petani dan
pembudidaya Koi. Untuk pendapatan sendiri pembudidaya Koi lebih tinggi ini
karena permintaan Koi yang stabil dan harganya yang rumayan stabil meskipun
pernah turun tidak yang turun sangat rendah sampai merugikan pembudidaya
Koi. Kemudian untuk status kependudukan mayoritas masyarakat Desa Kemloko
terutama yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata merupakan masyarakat
asli Desa Kemloko yang tinggal di Desa Kemloko secara turun temurun.
4.5.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Desa Wisata
Sebagian besar masyarakat Desa Kemloko mengetahui jika Desanya
merupakan Desa Wisata.Hal ini karena adanya tugu besar masuk Desa Kemloko
dengan gambar dan tulisan Selamat datang di Desa Wisata Kemloko.selain itu
juga karena mengetahui secara langsung kegiatan yang dilakukan dalam Desa
Wisata Kemloko.
Masyarakat Desa Kemloko sangat mendukung dengan adanya Desa
Wisata Kemloko karena mereka beranggapan dengan adanya Desa Wisata
Kemloko akan meningkatkan ekonomi mereka. Ini terlihat dengan banyaknya
peneliti atau wisatawan yang datang ke Desa Kemloko setelah adanya Desa
Wisata Kemloko.
55
Pada sektor Koi masyarakat berharap banyak untuk pendampingan dari
pemerintah melalui Dinas terkait maupun dari akademisi. Karena selama ini
untuk wisata peikanan atau Minawisata belum ada panduan dasar dalam
pengelolaanya sehingga selama ini mereka terutama dari POKDAKAN Sumber
Rejeki masih mencari bentuk wisata seperti apa terkait minawisata.
Selain itu harapan dari masyarakat terutama yang terlibat dalam
pengelolaan Desa Wisata Kemloko meminta agar pemerintah lebih mendukung
lagi Desa Wisata Kemloko melalui pengadaan pelayanan maupun fasilitas yang
menjamin pengelolaan Desa Wisata berbasis masyarakat yang ada di Desa
Kemloko ini.
4.5.3 Partisipasi dan Keinginan Masyarakat
Partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
Desa Wisata Kemloko selama ini sangat masif.Mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan maupun kontroling yang terlibat merupakan
masyarakat Desa Kemloko.Secara gotongroyong masyarakat terlibat aktif dalam
Desa Wisata Kemloko sehingga masyarakat banyak belajar dan berkarya untuk
pembangunan desa mereka.
Harapan ataupun keinginan masyarakat adalah lebih dalam lagi terkait
pendampingan dari pemerintah.Selain itu mereka butuh pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengelolaan Desa
Wisata Kemloko.Selain itu untuk mendukung berjalanya Desa Wisata Kemloko
masyarakat berharap supaya sarana dan prasarana pendukung dibangun atau
diadakan oleh pemerintah supaya Desa Wisata Kemloko lebih berkembang lagi.
4.6 Analisis SWOT
56
Analisis SWOT merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
mencari berbagai alternatif untuk memecahkan permasalahan dan menentukan
strategi pengelolaan dengan faktor internal yang meliputi, kekuatan dan
kelemahan serta faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman.
4.6.1 Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan pada Desa Wisata
Kemloko adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan (Strenghts)
1. Sumberdaya alam yang mendukung
Keadaan sumberdaya alam di Desa Kemloko sangat mendukung sebagai
Desa Wisata.Oleh karena itu ini menjadi kekuatan mendasar dalam
pengembangan menjadi Desa Wisata.Dengan tanpa merubah keadaan
sumberdaya alam yang ada sudah menjadi daya tarik dalam wisata.
2. Objek dan daya tarik
Objek daya tarik wisata di Desa Kemloko sangat baik terlihat dengan
potensi terutama perikanan yang terkenal sampai nasional.Oleh karena itu dari
Desa Wisata objek dan daya tarik bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk
mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar.Selain itu kondisi masyarakat
yang masih tradisional juga menjadi bagian objek daya tarik yang mendukung.
3. Letak yang strategis
Letak Desa Kemloko yang strategis mendukung menjadi kekuatan dalam
pengembangan Desa Wisata Kemloko.Dengan letek yang strategis secara tata
kelola akan baik dan juga akan menarik pasar. Selain itu memudahkan
wisatawan untuk mengakses Desa Wisata Kemloko.
4. Adanya kehidupan masyarakat yang masih terbuka
57
Dengan keadaan masyarakat Desa Kemloko yang masih terbuka sangat
mendukung model-model pembangunan alternatif seperti konsep Desa
wisata.Sehingga masyarakat mau untuk belajar hal baru seperti Desa Wisata
untuk kemudian juga berdampak baik untuk kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Desa Wisata Kemloko.
5. Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi
Adnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi ini menjadi kekuatan
yang luar biasa, karena dalam model pembangunan yang diharapkan pemerintah
saat ini adalah pembangunan partisipatif. Dengan dilibatkanya masyarakat
secara gotongroyong maka pembangunan akan berdampak merata terhadap
masyarakat dan itu merupakan amanat dari pancasila.
b. Kelemahan (Weakness)
1. Belum adanya promosi oleh masyarakat
Dalam pengelolaan kelemahan yang paling mendasar adalah belum
adanya promosi Desa Wisata yang baik.Hal ini menjadi hambatan terhadap
erkembangan Desa Wisata dan menjadikan kurangnya wiasatawan yang tahu.
Oleh karena itu perlu pelatihan dan pendampingan dari pemerintah ataupun
instasi akademisi untuk membantu akan hal ini.
2. Keterbatasan dukungan infrastruktur yang belum lengkap
Untuk sarana prasarana sendiri pada Desa Wisata Kemloko masih sangat
kurang.Ini yang menjadi salah satu kendala berjalanya Desa Wisata Kemloko,
apalagi pada sektor Minawisata Koi. Untuk sarana yang sudah ada diantaranya
fasilitas outbond papan petunjuk jalan. Sementara untuk prasarana yang sudah
ada adalah masjid, tempat parkir, toilet, joging track, homestay dan camp area.
3. Partisipasi masyarakat belum merata
58
Partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
Desa Wisata Kemloko selama ini sangat masif.Mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan maupun kontroling yang terlibat merupakan
masyarakat Desa Kemloko.Secara gotongroyong masyarakat terlibat aktif dalam
Desa Wisata Kemloko sehingga masyarakat banyak belajar dan berkarya untuk
pembangunan desa mereka.Akan tetapi yang masyarakat yang terlibat belum
merata terhadap masyarakat secara umum dan masih hanya terbatas yang
masuk ke dalam kelompok pengelola di sektor-sektor.
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait CBT
Meskipun sebagian mengetahui terkait CBT namun banyak juga
masyarakat yang belum paham. Hal ini karena kurangnya sosialisasi dari
pemerintah atau pihak terkait.Sehingga ini menghambat dalam pengembangan
Desa Wisata Kemloko karena beberapa masyarakat beranggapan bahwa
pengembangan Desa Wisata Kemloko ini hanya untuk kelompok yang terlibat
didalamnya saja.
5. Adanya egosektor didalam pengelolaan Desa Wisata
Egosektor yang dimaksud disini adalah sektor-sektor yang mana
pengampu bidangnya berbeda diantaranya antara wisata dengan perikanan
karana memiliki pandangan beda pengampu adakalanya ketika di lapang ada
tebang pilih.
Dari analisis beberapa faktor internal baik dari kekuatan maupun
kelemahan pengelolaan Desa Wisata Kemko identifikasi dengan studi pustaka
pembanding Untari (2009) dan Jainuri (2014) faktor internal dapat dilihat pada
tabel dibawah yang memuat bobot, rating, jumlah serta totalnya yang kemudian
hasilnya dijadikan bahan diagram SWOT.
Tabel 2. Matrik IFAS pada Pengelolaan Desa Wisata Kemloko
59
NO Faktor Strategi Internal Bobot (B) Rating (R ) B x RKekuatan
1Sumberdaya alam yangmendukung 0,15 4 0,80
2 Objek dan daya tarik 0,10 3 0,303 Letak yang strategis 0,10 3 0,30
4Adanya kehidupan masyarakatyang masih terbuka 0,10 3 0,15
5Adanya keinginan masyarakatuntuk berpartisipasi 0,15 4 0,60
Jumlah 0,60 2,15Kelemahan
1Belum adanya promosi olehmasyarakat 0,05 1 0,05
2Keterbatasan dukungan infrastrukturyang belum lengkap 0,10 3 0,30
3Partisipasi masyarakat belummerata 0,10 2 0,20
4Kurangnya pengetahuanmasyarakat terkait CBT 0,10 2 0,20
5Adanya egosektor didalampengelolaan Desa Wisata 0,05 1 0,05
Jumah 0,40 0,80Total 1,00 2,95
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil dari faktor strategi internal pada
pengelolaan Desa Wisata Kemloko diperoleh skor faktor kekuatan sebesar 2,15
sedangkan faktor kelemahan diperoleh skor sebesar 0,80. Total skor yang
diperoleh dari IFAS dalam usaha ini sebesar 2,95. Sehingga dapat disimpulkan
hasil dari matrik analisis faktor strategi internal (IFAS) dalam pengelolaan Desa
Wisata Kemloko kekuatan lebih dominan atau lebih berpengaruh daripada faktor
kelemahan.
4.6.2 Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal berupa peluang dan ancaman pada Desa Wisata
Kemloko adalah sebagai berikut:
60
a. Peluang (Opportunity)
1. Adanya dukungan pemerintah dalam pembangunan desa
Dengan jargon pemerintah melalui pembangunan Desa dan memang
pemerintah saat ini mempunyai perhatian lebih terhadap pembangunan desa.
Melalui model-model pembangunan partisipatif Pendekatan ini berusaha
melestarikan sistem-sistem yang ada pada masyarakat dengan cara melibatkan
mereka dalam pembangunan: masyarakat lokal menjadi subjek atas
pembangunan. Pendekatan ini menghargai masyarakat sebagai subjek yang
dinamis, bukan statis, tetapi perubahan tersebut bukan dengan penekanan dari
atas yang mana justru membawa serta merta sistem dominan dan menekan
sistem-sistem lokal yang telah bekerja(bottom up). Yang dilakukan adalah
masyarakat lokal menentukan nasibnya sendiri mengenai apa, bagaimana, dan
seberapa besar perubahan akan dilakukan melalui pembangunan tersebut.
Salah satu entukpembangunan desa adalah melalui Desa Wisata ini.
2. Pasar masih terbuka luas
Potensi pasar Desa Wisata Kemloko sangat baik hal ini di dukung oleh
beberapa hal. Yang pertama akses ke Desa Wisata Kemloko yang mudah dari
pusat kota maupun dari kabupaten lain Kediri, Malang , maupun dari
Tulungagung. Selain itu pasar wisata sekarang sudah mula ke arah pasar
alternatif salah satunya seperti Desa Wisata ini.
3. Lokasi desa yang berdekatan dengan objek wisata identitas Blitar
Lokasi Desa Wisata Kemloko dekat dengan objek wisata di Blitar salah
satunya Candi Penataran dan Makam Bungkarno, Desa Wisata Kemloko berada
di tengah antara Candi Penataran dan Makam Bungkarno sehingga wisatawan
yang ke arah Candi Penataran dari makam Bung Karno maupun sebaliknya akan
melewati Desa Wisata Kemloko.
61
4. Berkembangnya media massa
Saat ini media massa salah satunya media sosial sudah tidak asing lagi
untuk masyarakat Indonesia hampir seluruh masyarakat indonesia usia produktif
menggunakan android yang digunakan sebagai akses media sosial.Sehingga
saat ini informasi sangat mudah disebar atau didapatkan sehingga ini merupakan
potensi bagus untuk pemasaran Desa Wisata Kemloko.
5. Lokasi Desa Wisata Kemloko yang merupakan bagian dari
Minapolitan
Untuk Desa Wisata Kemloko sektor Koi atau minawisata Koi ini sangat
penting Kecamatan Nglegok yang merupakan Minapolitan di Kabupaten Blitar,
menjadi nilai tambah karena Koi sudah terkenal sehingga banyak yang tertarik
terutama pasar atau wisatawan.
b. Ancaman (Threats)
1. Aksesibilitas menuju desa banyak yang rusak
Beberapa akses masuk ke Desa Wisata Kemloko terutama yang dari arah
timur atau Desa Nglegok kondisi jalan ada kerusakan, sehingga mengancam
untuk wisatawan yang akan datang ke Desa Wisata Kemko. Kondisi ini jika
dibiarkan akan berdampak malasnya wisatawan datang ke Desa Kemloko.
2. Kurangnya kemampuan pemasaran dari tingkat Desa
Pengeolaan atau potensi yang bagus jika tanpa pemasaran yang baik
untuk Desa Wisata Kemloko juga akan berakibat kurangnya pengembangan
pasar wisatawan. Ini terjadi karena kurangnya kemampan pengelola ataupun
desa untuk pemasarn Desa Wisata Kemloko.
3. Kurangnya pendampingan dari pemerintah
Untuk berjalanya Desa Wisata Kemloko sangat dibutuhan bantuan dari
pemerintah.Terutama dan yang utama adalah pendampingan dari
62
pemerintah.Karena selama ini pendampingan dari pemerintah dirasa sangat
kurang.
4. Pemahaman terhadap pembangunan berkelanjutan masih kurang
Pemahaman terhaap pembangunan berkelanjutan pengelola dan
masyarakat kemloko masih kurang.Hal ini memang karena kurangnya pengeta
masyarakat terkait pembangunan berkelanjutan meskipun beberapa masyarakat
sedikit megetahui.Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi oleh pemerintah
terkait tata kelola yang berkelanjutan.
5. Kemungkinan terjadi kecemburuan karena faktor ekonomi
Karena belum atau tdak semua masyarakat di Desa Kemloko terlibatdi
dalam Desa Wisata Kemloko dikhawatirkan akan terjadi koflik sosial yaitu
kecemburuan ekonomi antara masyarakat yang terlibat dalam Desa Wisata
Kemloko dengan masyarakat di luar Desa Wisata Kemloko
Dari analisis beberapa faktor eksternal baik dari peluang maupun ancaman
pengelolaan Desa Wisata Kemko identifikasi faktor eksternal dengan studi
pustaka pembanding Untari (2009) dan Jainuri (2014) dapat dilihat pada tabel
dibawah yang memuat bobot, rating, jumlah serta totalnya yang kemudian
hasilnya dijadikan bahan diagram SWOT.
Tabel 3. Matrik EFAS pada Pengelolaan Desa Wisata Kemloko
NO Faktor Strategi Eksternal Bobot (B) Rating (R ) B x RPeluang
1Adanya dukungan pemerintah dalampembangunan desa 0,05 1 0,10
2 Pasar masih terbuka luas 0,10 2 0,30
3Lokasi desa yang berdekatandengan objek wisata identitas Blitar 0,15 3 0,45
4 Berkembangnya media massa 0,20 4 0,60
5Lokasi Desa Wisata Kemloko yangmerupakan bagian dari Minapolitan 0,20 4 0,40
Jumlah 0,70 1,85
63
Ancaman
1Aksesibilitas menuju desa banyakyang rusak 0,05 2 0,10
2Kurangnya kemampuan pemasarandari tingkat Desa 0,05 3 0,30
3Kurangnya pendampingan daripemerintah 0,10 3 0,30
4Pemahaman terhadap pembangunanberkelanjutan masih kurang 0,05 2 0,10
5Kemungkinan terjadi kecemburuankarena faktor ekonomi 0,05 1 0,10
Jumah 0,30 0,90Total 1,0 2,75
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil dari faktor strategi eksternal
pada pengelolaan Desa Wisata Kemloko diperoleh skor faktor peluang sebesar
1,85 sedangkan faktor kelemahan diperoleh sebesar 0,90, total skor yang
diperoleh EFAS dari usaha ini adalah sebesar 2,75. Sehingga dapat disimpulkan
hasil dari matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) dalam pengelolaan
Desa Wisata Kemloko faktor peluang lebih dominan atau lebih berpengaruh
daripada faktor ancaman.
4.6.3 Diagram SWOT Desa Wisata Kemloko
Setelah mengidentifikasi dua faktor analisis, faktor analisis internal (IFAS)
dan analisis ekstenal (EFAS), selanjutnya adalah melakukan analisis diagram
SWOT dengan menentukan letak posisi usaha pengelolaan Desa Wisata
Kemloko terhadap (kekuatan, kelemahan) dan (peluang, ancaman). Dan hasil
perhitungan pada matrik faktor internal dan eksternal diperoleh nilai faktor
internal lebih besar dari pada nilai faktor eksternal. Nilai yang diperoleh dari
faktor internal pada usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko adalah sebesar
2,95 didapatkan dari nilai kekuatan sebesar 2,15 dan kelemahan sebesar 0,80.
Sedangkan untuk nilai faktor eksternal adalah sebesar 2,75 didapatkan dari nilai
peluang sebesar 1,85 dan nilai ancaman sebesar 0,90. Setelah diketahui hasil
64
dari faktor internal dan eksternal, selanjutnya adalah menentukan titik kordinat
untuk mengetahui posisi strategi pengelolaan Desa Wisata Kemloko dengan cara
dilakukan perhitungan terhadap faktor Internal dan eksternal.
Sumbu horizontal (X) adalah sebagai faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) diperoleh nilai kordinat X = 2,15 – 0,80 = 1,35
Sumbu vertikal (Y) adalah sebagai faktor eksternal (peluang dan ancaman)
diperoleh nilai kordinat Y = 1,85 – 0,90 = 0,95
Hasil perhitungan yang diperoleh dari kordinat diagram SWOT bernilai
positif, yaitu sumbu X diperoleh 1,35dan nilai sumbu Y adalah sebesar 0,95 .
Diagram SWOT pada usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko dapat dilihat
pada diagram di bawah ini.
Gambar 13. Diagram SWOT pada usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko
Berdasarkan pada diagram analisis SWOT diatas, bahwa diagram SWOT
pada titik (X,Y) dimana nilai X diperoleh dari faktor internal, yaitu nilai kekuatan
dikurangi nilai kelemahan 2,15 – 0,80 = 1,35. Sedangkan nilai Y diperoleh dari
faktor eksternal , yaitu peluang dikurangi ancaman 1,85 – 0,90 = 0,95. Sehingga
apabila ditarik garis lurus didapatkan titik potong antara sumbu X dan sumbu Y
atau titik kordinat (1,35 ; 0,90) yang terletak pada kuadran 1 yang merupakan
65
situasi menguntungkan bagi usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko karena
memiliki kekuatan dan peluang. Sehingga dapat menggunakan kekuatan dan
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkandalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented
strategy).
4.6.4 Matriks SWOT pada Desa Wisata Kemloko
Berdasarkan hasil dari diagram SWOT pada usaha pengelolaan Desa
Wisata terletak pada kuadran 1 yang merupakan situasi yang menguntungkan
pada usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko, karena memiliki kekuatan dan
peluang untuk pengembangan usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko
kedepanya. Sehingga diperlukan penyusunan strategi menggunakan matriks
SWOT yang digunakan untuk menyusun suatu rencana strategi yang didasarkan
pada strategi SO (Strengths Oppurtunities), ST (Strengts Treaths), WO
(Weakness Opportunity), dan WT (Weakness Treaths). Sehingga diharapkan
dapat menghasilkan strategi yang lebih baik untuk pengembangan usaha
pengelolaan Desa Wisata Kemloko.Matrik SWOT untuk usaha pengelolaan Desa
Wisata Kemloko dapat dilihat pada tabel di bawah.
66
Tabel 4.Matrik SWOT usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) Sumberdaya alam yang
mendukung Objek dan daya tarik Letak yang strategis Adanya kehidupan
masyarakat yang masihterbuka
Adanya keinginanmasyarakat untukberpartisipasi
Kelemahan (W) Belum adanya promosi
oleh masyarakat Keterbatasan dukungan
infrastruktur yang belumlengkap
Partisipasi masyarakatbelum merata
Kurangnya pengetahuanmasyarakat terkait CBT
Adanya egosektordidalam pengelolaanDesa Wisata
Peluang (O) Adanya dukungan
pemerintah dalampembangunan desa
Pasar masih terbukaluas
Lokasi desa yangberdekatan denganobjek wisata identitasBlitar
Berkembangnya mediamassa
Lokasi Desa WisataKemloko yangmerupakan bagian dariMinapolitan
Strategi (SO) Memanfaatkan peluang
pasar denganmeningkatkanpengembangan DesaWisata sertameningkatkanpemasaran melaluisarana dan media yangada.
Memanfaatkansumberdaya yangtersedia secara optimaluntuk mengembangkanusaha pengelolaan DesaWisata.
Strategi (WO) Meningkatkan
kemampuan pemasarandalam rangkamengakses peluangpasar yang ada.
Memperbaikipengetahuan ataukemampuan masyarakatdalam pengelolaan DesaWisata dengan bantuanpemerintah melaluisosialisasi ataupelatihan.
Ancaman (T) Aksesibilitas menuju
desa banyak yang rusak Kurangnya kemampuan
pemasaran dari tingkatDesa
Kurangnyapendampingan daripemerintah
Pemahaman terhadappembangunanberkelanjutan masihkurang
Kemungkinan terjadikecemburuan karenafaktor ekonomi
Strategi (ST) Meningkatkan
pengetahuan terkaitpengelolaan DesaWisata agar mampumemanfaatkansumberdaya secaraoptimal
Aktif dalam mencarisolusi dengankomunikasi yang intensterhadap pemerintahterutama bidang terkait
Strategi (WT) Memperbaiki segala
keterbatasan daraipadapengelolaan desa wisatadengan dilakukanpendampingan yangkonsisten daripemerintah pada bidangterkait
Serta meningkatkanpengetahuan tata kelolaDesa Wisata danmelibatkan aktifmasyarakat dalammusyawarah kerja
67
Adapun penjelasan dari alternatif strategi yang disusun dalam matrik
SWOT usaha pengelolaan Desa Wisata Kemlokoadalah sebagai berikut.
6. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki.Srategi yang dilakukan pada
usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko adalah.
a. Memanfaatkan peluang pasar dengan meningkatkan pengembangan
Desa Wisata serta meningkatkan pemasaran melalui sarana dan media
yang ada.
b. Memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal untuk
mengembangkan usaha pengelolaan Desa Wisata.
7. Strategi ST
Strategi ST merupakan strategi dalam memanfaatkan kekuatan untuk
mengatasi ancaman .Strategi ST yang dapat dilakukan pada usaha pengelolaan
Desa Wisata Kemloko adalah.
a. Meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan Desa Wisata agar
mampu memanfaatkan sumberdaya secara optimal
b. Aktif dalam mencari solusi dengan komunikasi yang intens terhadap
pemerintah terutama bidang terkait
8. Strategi WO
Strategi WO digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk
untuk meminimalkan kelemahan yang ada.Strategi WO yang digunakan pada
usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko adalah.
a. Meningkatkan kemampuan pemasaran dalam rangka mengakses
peluang pasar yang ada.
68
b. Memperbaiki pengetahuan atau kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan Desa Wisata dengan bantuan pemerintah melalui sosialisasi
atau pelatihan.
9. Strategi WT
Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman yang terjadi pada usaha
pengelolaan Desa Wisata Kemloko.Strategi yang dapat digunakan pada usaha
pengelolaan Desa Wisata Kemloko adalah.
a. Memperbaiki segala keterbatasan daraipada pengelolaan desa wisata
dengan dilakukan pendampingan yang konsisten dari pemerintah pada
bidang terkait
b. Serta meningkatkan pengetahuan tata kelola Desa Wisata dan
melibatkan aktif masyarakat dalam musyawarah kerja
4.6.5 Strategi Pengelolaan Desa Wisata Kemloko Berdasarkan Analisis
SWOT
Dari hasil analisis SWOT pada usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko
ini menunjukan bahwa usaha ini pada kuadran 1 atau strategi SO (Strengths
Oppurtunity) yaitu menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada
untuk pengembangan usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko ini, sehingga
usaha pengelolaan Desa Wisata ini menggunakan strategi agresif. Strategi yang
digunakan dalam pengembangan usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko ini
strategi SO.
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki.Strategi yang dilakukan pada
usaha pengelolaan Desa Wisata Kemloko ini adalah.
a. Memanfaatkan peluang pasar dengan meningkatkan pengembangan
Desa Wisata serta meningkatkan pemasaran melalui sarana dan media
69
yang ada. Mengingat sasaran objek wisata sekarang yang sudah mulai
bergeser dari wisata umum menjadi wisata edukasi salah satunya potensi
melalui Desa Wisata Kemloko ini.
b. Memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal untuk
mengembangkan usaha pengelolaan Desa Wisata. Dengan kekuatan
sumberdaya yang mendukung itu menjadi modal utama jika bisa
dimanfaatkan secara optimal.
34
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian skripsi di Desa Wisata Kemloko setelah
melalui deskriptif kualitatif dan juga melalui metode analisis SWOT terkait potensi
Desa Wisata Kemloko dan strategi pengelolaan dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik Desa Kemloko memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik
dengan keadaan masyarakat yang masih tradisional yang masih
mempertahankan nilai-nilai kegotongroyongan. Dengan mempunyai karakteristik
masyarakat perdesaan masyarakat Desa Kemloko mayoritas petani dan
pembudidaya Koi.Desawisatamerupakan salah satu potensi yang dapat dijadikan
alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat.
2. Potensi Desa Wisata Kemloko terutama pada sektor perikanan koi sangat
bagus mengingat sebagian masyarakat selain petani adalah merupakan
pembudidaya Koi. Koi sudah terkenal sebagai identitas Desa Kemloko sehingga
untuk dijadikan bagian dari Desa Wisata akan sangat mendukung. Belum lagi
dengan Nglegok dijadikan kawasan Minapolitan yang mana Desa Kemloko
menjadi salah satu bagian.
3. Keterlibatan masyarakat Desa Kemloko dalam pengelolaan Desa Wisata
cukup baik meskipun belum bisa dikatakan mewakili semua masyarakat Desa
Kemloko. Selain ada kemauan dari masyarakat yang ingin terlibat dalam
mengembangkan Desa Wisata ini sangat patut untuk diapresiasi.
4. Strategi pengelolaan Desa Wisata Kemloko dari hasil analisis SWOT yaitu
Memanfaatkan peluang pasar dengan meningkatkan pengembangan Desa
Wisata serta meningkatkan pemasaran melalui sarana dan media yang ada.
Mengingat sasaran objek wisata sekarang yang sudah mulai bergeser dari wisata
35
umum menjadi wisata edukasi salah satunya potensi melalui Desa Wisata
Kemloko ini. Serta Memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal
untuk mengembangkan usaha pengelolaan Desa Wisata. Dengan kekuatan
sumberdaya yang mendukung itu menjadi modal utama jika bisa dimanfaatkan
secara optimal.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian skripsi di Desa Wisata Kemloko setelah
melalui deskriptif kualitatif dan juga melalui metode analisis SWOT terkait potensi
Desa Wisata Kemloko dan strategi pengelolaan terdapat beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan sebagai saranyaitu:
1. Perlunya konsistensi dari pemerintah dalam mendampingi dan mendukung
pengelolaan Desa Wisata Kemloko. Karena terkesan Desa Wisata Kemloko
setelah disahkan pemerintah melalui dinas pariwisata terbengkalai dan
masyarakat pengelola agak kebingungan. Konsistensi tersebut berbentuk
pelatihan dan pendampingan terjadwal secara konsisten dengan rancangan
target yang sudah dipersiapkan.
2. Masyarakat harus lebih kritis dan mau terlibat dalam perencanaan desa.
Agar kemudian hal-hal terkait pembangunan desa terutama pada pengelolaan
Desa Wisata Kemloko bisa dibahas kemudian disampaikan ke pihak terkait agar
ditindaklanjuti. Untuk membangkitkan kekritisan masyarakat perlu dilakukan
pendidikan terkait desa wisata dan pengelolaanya agar pengetahuan masyarakat
meningkat.
3. Perlu adanya pembuatan profil Desa Wisata Kemloko yang kemudian
dijadikan bahan promosi untuk memasarkan Desa Wisata Kemloko. Yang mana
promosi ini akan menjadi tanggung jawab semua dari desa, dinas terkait, dan
ataupun masyarakat. Apalagi dengan sangat majunya media komunikasi saat ini
itu adalah kesempatan atau peluang yang bagus untuk media pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adhihapsari, W., B. Semedi, dan M. Mahmudi. 2014. PerencanaanPengembangan Wilayah Kawasan Minapolitan Budidaya di GandusariKabupaten Blitar. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UniversitasBrawijaya. Malang.
Attar, M., L. Hakim, dan B. Yanuwiadi. 2013. Analisis Potensi dan ArahanStrategi Kebijakan Pengembangan Desa Ekowisata Di Kecamatan BumiajiKota Batu. Journal of Indonesia Tourism and Development Studies. Vol.1.No: 2.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2016. Kabupaten Blitar dalam AngkaTahun 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2014. Kecamatan Nglegok dalam AngkaTahun 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar.
Barus, S.I.P., P. Pranata, dan Y. Afiffudin. 2012. Analisis Potensi Obyek Wisatadan Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata BerbasisMasyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang. FakultasPertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan EkosistemMangrove. PKPSL – IPB. Bogor.
Hakim, L. 2004. Dasar – dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing: Malang.
Kusrini, E., S. Cindelaras, dan A.B. Prasetio. 2015. Pengembangan BudidayaIkan Hias Koi (Cyprinus carpio) Lokal Di Balai Penelitian Dan PengembanganBudidaya Ikan Hias Depok. Jurnal Media Kultur. Vol. 10. No: 2.
Nalayani, N.N.A.H . 2016. Evaluasi Dan Strategi Pengembangan Desa Wisata DiKabupaten Badung, Bali. JUMPA. Vol. 2. No.2.
Nikijuluw, Victor. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. PT. PustakaCidesindo. Jakarta.
Mimit, P. 2015. Ekonomi Perikanan. Intelegensia Media. Malang.
Putri, M.N. 2014. Penilaian Obyek Dan Daya Tarik Riam Asam TelogahDikecamatan Noyan Kabupaten Sanggau Untuk Wisata Alam. FakultasKehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.Gramedia.Jakarta.
Republik Indonesia. 1990. Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentangKepariwisataan. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentangPerlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekretariat NegaraRepublik Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa.Diundangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.
Romani, S. 2006. Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam serta AlternatifPerencanaanya di Taman Nasional Bukit Duablas Provinsi Jambi. [skripsi].Departeme Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Bogor: FakultasKehutanan. Institute Pertanian Bogor.
Suansri, P. 2003 . Community Based Tourism Handbook. Responsible EcologicalSocial Tour- REST.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabet.Bandung.
Susyanti, D.W. 2013. Potensi Desa Melalui Pariwisata Pedesaan. JurnalEkonomi dan Bisnis. Vol. 12. No. 1.
Triyanti R., dan Y. Maharani. 2012. Rantai Pemasaran Ikan Koi (Cyprinus carpio)Di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Balai Besar Penelitian Sosial EkonomiKelautan dan Perikanan. Jakarta.
Untari R. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di ZonaWisata Bogor Barat Kabupaten Bogor. Sekolah Pascasarjana. InstitutPertanian Bogor.
Zakaria, F. dan R.D Supriharjo. 2014. Konsep Pengembangan Kawasan DesaWisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan.Jurnal Teknik Pomits. Institut Teknologi Sepuluh November. Vol. 3. No.2.