pengelolaan lahan untuk meningkatkan potensi

Download Pengelolaan Lahan Untuk Meningkatkan Potensi

If you can't read please download the document

Upload: kefas-coro-balap

Post on 24-Jul-2015

461 views

Category:

Documents


52 download

TRANSCRIPT

PENGELOLAAN LAHAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI USAHATANI BERKELANJUTANKasus Usahatani Lereng Barat Gunungapi Lawu Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah

Oleh:

Dina Ruslanjari02/1151/PS

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006

ii

14 Oktober 2006

iii

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah-Nya, promovendus telah menyelesaikan disertasi yang berjudul Pengelolaan Lahan untuk Meningkatkan Potensi Usahatani Berkelanj utan, Kasus Usahatani Lereng Barat Gunungapi Lawu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Disertasi ini merupakan persyaratan dalam memperoleh gelar Doktor Ilmu Lingkungan, Program Studi Antar Bidang pada Universitas Gadjah Mada. Promovendus sangat menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, tidak akan dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Dalam kesempatan ini,

promovendus ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan ketulusan hati yang terdalam, kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Sofyan Effendi selaku Rektor Universitas Gadjah Mada, yang memberikan kesempatan mengikuti tahapan untuk menuju ujian terbuka serta Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A., selaku Rektor Universitas Gadjah Mada periode 1999-2004 yang telah memberi kesempatan promovendus untuk studi program doktoral di Universitas Gadjah Mada. 2. Prof. Dr. Irwan Abdullah selaku Direktur Program Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, beserta staf atas bantuannya dalam memberikan kemudahan kepada promovendus melalui tahapan dalam menempuh

pendidikan di program doktoral serta Prof. Dr. Mulyadi, Apt., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada periode 2001-2005,

memberikan kesempatan mengikuti program pendidikan sekolah pascasarjana.

v

3. Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, MSc., selaku Ketua Bidang Ilmu Antar Bidang yang telah memberikan fasilitas dalam kelancaran proses belajar dan menyelesaikan studi pada program doktor hingga selesai. 4. Dr. Hartono, DEA, DESS selaku Dekan Fakultas Geografi dan

Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng.Sc., selaku Dekan Fakultas Geografi periode 2001-2004. 5. Dr. Sudibyakto, MS., selaku Pengelola Program S3 Ilmu Lingkungan, yang membantu fasilitas pendidikan di Program Studi Ilmu Lingkungan. 6. Prof. Dr. A.J. Suhardjo, MA., selaku promotor sekaligus sebagai seorang bapak yang memberikan rasa tenang pada promovendus dalam menjalani program pendidikan S3. Dengan penuh dedikasi, kesabaran dan ketulusan hati, beliau telah memberikan dorongan, dukungan, bimbingan, arahan serta menyediakan waktu sebanyak-banyaknya bagi setiap langkah promovendus dari semenjak pembuatan proposal sampai dapat menyelesaikan program S3. 7. Dr. Slamet Hartono, M.Sc. dan Dr. HA. Sudibyakto, MS., selaku ko-promotor, di tengah-tengah kesibukan dengan berbagai jabatan, berbagai kegiatan dan berbagai tugas. Beliau berdua telah memberikan waktu sebanyak-banyaknya untuk membimbing, memberikan arahan serta wawasan kepada promovendus, sehingga sangat bermanfaat bagi selesainya disertasi ini. 8. Prof. Dr. Sutikno, selaku Ketua Tim Penilai, diantara kesibukan dan berbagai tugas beliau, telah menyempatkan untuk mengoreksi dengan cermat pada kesalahan yang dilakukan promovendus dalam pembuatan disertasi untuk menyempurnakan naskah disertasi. 9. Prof. Dr. Dibyo Prabowo, M.Sc dan Prof. Dr. Chafid Fandeli, MS, selaku anggota Tim Penilai, diantara kesibukannya memberikan waktu untuk

vi

berdiskusi dan mengoreksi disertasi serta memberikan arahan terhadap disertasi ini. 10. Prof. Dr. H. Hadi Sabari Yunus, M.A, selaku penguji, yang sejak awal telah memberikan bimbingan dalam metode penelitian, dan koreksi terhadap disertasi, sungguh merupakan bantuan yang tak terhingga bagi promovendus. Prof. Dr. Wuryadi, selaku penguji dari UNY, atas arahan dan bimbingan dalam penyempurnaan disertasi ini. 11. Ibu Hajjah Sukarti Marinoadi, ibunda tersayang yang memberikan dorongan moril dan materi yang tak terhingga besarnya. Kasih sayang beliaulah, yang menghantarkan promovendus dapat tegar menyelesaikan pendidikan di

jenjang S3 serta menyelesaikan pendidikan ini, yang demikian banyak rintangan, kesulitan dan kendalanya. Bapak Drs. Marinoadi, BSc., doa selalu promovendus panjatkan ke Hadirat Allah Swt, agar almarhum diterima disisiNya. Semangat beliaulah yang telah mendorong promovendus untuk menggapai ilmu setinggi-tingginya, seperti bintang di langit. 12. Drs. Rony Teja Sukmana, suamiku yang tercinta, dengan penuh kasih sayang dan kebesaran hati memberikan dorongan, semangat, moril dan materi, agar promovendus dapat menyelesaikan studi S3. Raras Cynanthia dan Radhyaksa Ardaya, anak-anakku tercinta, yang telah banyak kehilangan waktu

kebersamaan dengan mama, selama mam melakukan penelitian. Mam telah banyak meninggalkan kalian berdua saat menempuh pendidikan S3 dan pembuatan disertasi ini. Berkat dorongan dan semangat ananda berdualah, mam dengan penuh semangat menyelesaikan program doktoral. Semoga ini menjadi suri tauladan bagi ananda berdua. 13. Adik-adikku tercinta, Ir. Dwi Herminingsih dan suami Ir. Indra Pryatna, yang telah banyak memberikan dukungan material dalam tercapainya disertasi ini,

vii

serta secara khusus untuk adikku drg. Tri Hartati dan suami Ir. Muh. Rusdi yang banyak memberikan dukungan moril, berupa nasihat dan doa disaat promovendus mengalami saat-saat berat dalam menempuh program S3 serta pembuatan disertasi. Tak lupa adik-adikku dr. Tunjung Respati, Pramono, Budi Prayitno, SE., serta Apridita Ariastuti, SE. 14. Drh. Eriana, M.Si., dan Ir. Dian Fauzia Dachlan, sobat-sobatku yang banyak memberikan dukungan moril dan mengobarkan semangat, juga sahabatku Daru yang telah banyak memberikan bantuan serta fasilitas dengan keahliannya dalam bidang komputer. Sobatku Drs. Edi Slamet Irianto, M.Si dan sobatku Djalaludin Salampessy, S.P i, M.Si., yang selalu memberikan dukungan moril dan mengobarkan semangat serta dorongan yang tak hentihentinya di saat promovendus mengalami keputus-asaan. Sri Sulasmi, S.Si., yang menemani promovendus dari pagi hingga malam hari dalam dr. Sigit

penyelesaian disertasi ini, tak lupa Septie Budiastuti,A.Md. Semoga kalian berdua dapat menyusul jejak ibu. 15. Secara khusus, terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Adi Sasono, yang telah memberikan dorongan dan semangat agar promovendus cepat mencapai gelar doktor, sehingga ilmu yang diperoleh segera dapat dimanfaatkan dan disumbangkan untuk kemanusiaan. Sebab disitulah makna hidup terletak, bukan sekedar pandai dan memperoleh gelar keilmuan yang tinggi. Tak lupa kepada Bapak Drs. Rizal dan Bapak Drs. Yholak Dali

Munthe, MM., rekan-rekan yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan yang tidak dapat dinilai dengan materi. 16. Teman-teman TNI Polri di Bakornas Aju: Bridjen Tarigan, Brigjen Tanjung, dan Brigjen Edi Wibowo, atas semangat kebersamaan dalam membangun rasa kemanusiaan terhadap masyarakat yang tertimpa bencana.

viii

17. Bapak Drs. Budi Purnomo, MA, sebagai teman diskusi mengenai banyak hal tentang kajian ilmu lingkungan. Telah banyak memberikan arahan serta bantuan yang tak dapat dihitung secara materi, semenjak pembuatan proposal hingga selesainya disertasi ini. Rekan Sigit Heru Mur ti, S.Si, M.Si, yang banyak memberikan gambaran dalam pembuatan proposal. 18. Teman-teman Program Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan serta Program Studi Geografi - UGM yang telah memberikan dorongan serta semangat kebersamaan dalam mencapai cita-cit a. 19. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan, kerjasama dan saran-saran, promovendus mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya. Semoga semua pengorbanan, bantuan, kebaikan, dorongan dan kobaran semangat kepada promovendus selama mengikuti Program Doktor di Universitas Gadjah Mada, mendapatkan ridho dan balasan yang sebaikbaiknya dan sebesar-besarnya dari Allah SWT.

Semoga disertasi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait dengan kebijakan di daerah pene litian, sehingga akan dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat petani di lereng Gunungapi Lawu, Amin.

Yogyakarta, Oktober 2006

Dina Ruslanjari

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... . i HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii PERNYATAAN .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix INTISARI ....................................................................................................... xx ABSTRACT .................................................................................................... xxi I. PENGANTAR ......................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1.2. Permasalahan ...................................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 1.5. Keaslian Penelitian ............................................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1. Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 2.1.1. Pengelolaan Tanah Berkelanjutan, Usahatani Konservasi dalam Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan, dan Sistem Usahatani Berkelanjutan............................................ 2.1.2. Usahatani, Konservasi, Erosi Tanah, dan Pengelolaan Erosi ...................................................................................... 2.2. Landasan Teori .................................................................................. 2.2.1. Pengelolaan Lahan ............................................................... 2.2.2. Lereng Gunungapi . ............................................................... 2.2.3. Pertanian dan Usahatani Berkelanjutan................................. 2.2.4. Degradasi Tanah dan Lahan Pertanian ................................. 2.2.5. Konservasi dan Preservasi..................................................... 2.2.6. Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan ...................................... 2.2.7. Satuan Lahan ........................................................................ 2.2.8. Kesesuaian Lahan ................................................................. 2.2.9. Perundangan Konservasi Sumberdaya Alam dan Hutan ...... 2.2.10. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani ................... 2.3. Kerangka Teori ................................................................................... 2.4. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 1 1 13 13 14 14 22 22

22 35 39 39 41 43 48 50 55 56 57 58 62 64 68

x

Halaman III. METODE PENELITIAN........................................................................ 3.1. Metode Pengambilan Data ................................................................. 3.1.1. Jenis Data, Faktor, Variabel dan Parameter Penelitian .......... 3.1.2. Pengambilan Sampel Faktor Abiotik (Fisik Lahan) .............. 3.2. Prosedur Pengambilan Data Abiotik ,Biotik, dan Kultural................. 3.2.1. Data Primer Abiotik ............................................................... 3.2.2. Pengambilan Data Primer Kultural (Petani Sampel) .............. 3.3. Mengukur Faktor Abiotik ................................................................... 3.3.1. Mengukur Variabel pada Faktor Abiotik ............................... 3.3.1.1. Mengukur Kesuburan Lahan ................................... 3.3.1.2. Mengukur Kehilangan Tanah ( Erosi) ...................... 3.3.1.3. Mengukur Kesesuaian Lahan................................... 3.3.1.4. Mengukur Pemupukan ............................................ 3.3.1.5. Mengukur Persentase Produktivitas Lahan ............ 3.3.2. Mengukur Variabel pada faktor Kultural ............................... 3.3.2.1. Mengukur Variabel Ekonomi................................... 3.3.2.1 Mengukur Variabel Sosial Budaya Petani ............... 3.3.3.1. Tingkat Pendidikan Petani ...................................... 3.3.3.2. Status Lahan atau Tradisi Pembagian Warisan........ 3.3.3.3. Luas Lahan Kepemilikan ........................................ 3.3.3.4. Swadaya Konservasi ............................................... 3.3.3.5. Pemahaman Konservasi .......................................... 3.3.3.6. Intensitas Penggunaan Lahan .................................. 3.3.4. Menganalisis Variabel Sosial E konomi Penyebab Perambahan.............................................................. 3.3.4.1. Pendidikan Petani ..................................................... 3.3.4.2. Status Kepemilikan Lahan ....................................... 3.3.4.3. Pemahaman Makna Konservasi ............................... 3.3.4.4. Beban Tanggungan Keluarga ................................... 3.3.4.5. Intensitas Penggunaan Lahan................................... 3.3.4.6. Luas Kepemilikan Lahan Sendiri............................. 3.3.4.7. Pendapatan Usahatani Lahan Sendiri....................... 3.4. Metode Analisis Data ......................................................................... 3.5. Konseptualitas ..................................................................................... IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN.................................................. 4.1. Keadaan Fisik Kecamatan Tawangmangu .......................................... 4.1.1. Letak dan Luas Daerah ........................................................... 4.1.2. Keadaan Iklim ......................................................................... 4.1.3. Topografi ................................................................................. 4.1.4. Kondisi Geologi dan Geomorfologi........................................ 4.1.4.1. Kondisi geologi ........................................................ 4.1.4.2. Kondisi geomorfologi .............................................. 4.1.5. Keadaan Tanah........................................................................ 69 69 70 71 73 74 75 79 79 79 83 89 89 90 92 92 93 93 94 94 94 95 97 98 102 103 104 105 106 106 107 108 112 116 116 116 119 125 128 128 132 135

xi

Halaman 4.1.6. Kondisi Hidrologi.................................................................... 137 4.1.7. Penggunaan Lahan .................................................................. 141 4.1.8. Tanaman yang Dibudidayakan................................................ 143 4.1. 9. Keadaan Penduduk dan Petani .............................................. 144 4.1.10. Luas Berbagai Penggunaan Lahan........................................ 145 4.1.11. Luas Panen dan Jenis Komoditas.......................................... 147 4.1.12. Tingkat Pendidikan ............................................................... 147 4.2. Profil Rumahtangga Petani.................................................................. 149 4.2.1. Tingkat Pendidikan Petani Sampel ......................................... 149 4.2.2. Kepemilikan Lahan Petani Sampel ........................................ 149 4.2.2.1. Status dan asal kepemilikan lahan petani sampel ...................................................................... 150 4.2.2.2. Lama kepemilikan lahan petani sampel .................. 151 4.2.2.3. Klas luas lahan petani sampel ................................. 152 4.2.2.4. Jumlah petani sampel yang pernah menjual lahan ......................................................................... 153 4.2.3. Beban Ta nggungan Kepala Keluarga ..................................... 154 4.2.4. Keadaan Tanaman dan Sistem Tanam ................................... 157 4.3. Kebijakan Pemerintah Daerah dan Implementasi .............................. 159 V. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................ 5.1. Faktor Abiotik Sebagai Penentu Satuan Lahan Potensial untuk Usahatani Berkelanjutan ................................................................... 5.1.1. Tingkat Erosi ........................................................................... 5.1.2. Tingkat Kesuburan ................................................................. 5.1.3. Persentase Produktivitas.......................................................... 5.1.3. Faktor Abiotik pada Satuan Lahan di Kawasan Fungsi Lindung dan Kawasan Fungsi Penyangga ............................. 5.1.4. Satuan Lahan yang Berada di Kawasan Fungsi Penyangga .............................................................................. 5.1.5. Satuan Lahan yang Berada di Kawasan Fungsi Budidaya ..... 5.1.6. Kondisi Air ............................................................................. 5.1.7. Satuan Lahan yang Potensial untuk Usahatani Berkelanjutan dan Usahatani Tidak Berkelanjutan di Berbagai Fungsi Kawasan ................................................... 5.2. Faktor Kultural (Ekonomi, Sosial, Budaya dan Teknologi) Pembeda Antara Satuan Lahan yang Potensial Untuk Usahatani Berkelanjutan Dengan Satuan Lahan untuk Usahatani Tidak Berkelanjutan .................................................................................... 5.3. Pengelolaan Berbagai Fungsi Kawasan di Lereng Barat Gunungapi Lawu agar Berkelanjutan................................................ 5.3.1 Pengelolaan Lahan yang Potensial untuk Mencapai Usahatani Berkelanjutan ....................................................... 5.3.1.1. Satuan lahan V19a_Qvl_III_La_Tgl (27) .............. 5.3.1.2. Satuan lahan V8_Qlla_III_La_Swh (19)................ 5.3.1.3. Satuan lahan V8_Qvl_II_La_Swh (22).................. 165 165 166 169 176 182 190 192 197

200

205 214 217 218 219 221

xii

Halaman 5.3.1.4. Satuan lahan V8_Qlla_II_Lck_Swh (25 K)........... 5.3.1.5. Satuan lahan V8_Qlla_II_Lck_Swh (25 B) ........... 5.3.1.6. Satuan lahan V19b_Qval_III_La_Tgl (15) ............ 5.3.1.7. Satuan lahan V8_Qlla_II_Lck_Tgl (26) ................ 5.3.1.8. Satuan lahan V8_Qlla_II_La_Tgl (21 N)............... 5.3.1.9. Satuan lahan V8_Qlla_II_La_Tgl (21 K)............... 5.3.1.10. Satuan lahan V8_Qlla_II_La_Swh (20 N)............. 5.3.1.11. Satuan lahan V8_Qlla_II_La_Swh (20 K)............. 5.3.1.12. Satuan lahan V19b_Qvl_III_La_Tgl (29) .............. 5.3.2. Usahatani di Satuan Lahan yang Tidak Berkelanjutan ........ 5.3.2.1. Satuan laha n V5_Qvcl_III_Anli_Tgl (2) ............... 5.3.2.2. Satuan lahan V5_Qlla_III_La_Tgl (13) ................. 5.3.2.3. Satuan lahan V5_Qvl_III_Anli_Tgl (7) ................. 5.3.2.4. Satuan lahan V5_Qval_III_Anli_Tgl (9) ............... 5.3.2.5. Satuan lahan V5_Qvl_III_La_Tgl (10)................. 5.3.3. Perilaku Petani Merambah Lahan Negara yang Tidak Mendukung Usahatani Berkelanjutan ................................... 5.3.4. Faktor Sosial Ekonomi Penyebab Perambahan Lahan Negara .................................................................................... 5.4. Lahan Kritis ........................................................................................ 222 223 225 226 227 228 230 231 232 234 234 235 236 238 239 256 259 263

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ............................... 267 6.1. Kesimpula n.......................................................................................... 267 6.2. Implikasi Kebijakan ............................................................................ 274 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 275 LAMPIRAN .................................................................................................... 287

xiii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1. Luas Lahan Kritis pada Awal Tahun 1999/2000 dan Hasil Rehabilitasi Sampai Tahun 2002.......................................................... 3 1.2. Kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang Terletak di Lereng Barat Gunungapi...................................................................... 4 1.3. Luas Lahan Kritis dan Persentase Penambahan Luas Lahan Kritis di Kecamatan Tawangmangu Tahun 1997-2000 ....................... 6 1.4. Perkembangan Produksi Tanaman (ku/ha) di Kecamatan Tawangmangu Tahun 1997 2003 ..................................................... 8 1.5. Perkembangan Produktivitas Tanaman (ku/ha) di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2000 2003 .................................. 9 1.6. Penelitian Mengenai Usahatani dan Konservasi Lahan ....................... 15 2.1. Kehilangan Bahan Organik, Phosphor dan Ketersediaan Air dalam Tanah di Berbagai Tingkat Erosi............................................... 23 2.2. Erosi Sebelum dan Sesudah Proyek Konservasi.............. ................ 24 2.3. Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Proyek Konservasi............................................................................................ 25 2.4. Indikator Pertanian Berkelanjutan pada Ekosistem Upland di Tingkat Rumahtangga Tani.............................................................. 46 2.5. Klasifikasi dan Klas Kemiringan Lereng............................................ 55 3.1. Jenis Data, Variabel, dan Parameter Penelitian ................................... 70 3.2. Jumlah Sampel Rumahtangga Tani Berdasarkan Luas Satuan Lahan di Kecamatan Tawangmangu ....................................... 78 3.3. Kriteria Unsur Kimia Tanah................................................................. 80 3.4. Kombinasi Kesuburan Kimia Tanah (Kesuburan Potensial) ............... 81 3.5. Kriteria Pengelompokan (Klas) Beberapa Sifat Fisika Tanah ................................................................................................... 82 3.6. Kombinasi Kesuburan Fisika Tanah .................................................... 82 3.7. Kombinasi Kesuburan Total Tanah ..................................................... 83 3.8. Tingkat Erosi Tanah............................................................................. 84 3.9. Klasifikasi Harkat Struktur Tanah........................................................ 86 3.10. Klasifikasi Harkat Permeabilitas Tanah............................................... 86 3.11. Nilai C Berbagai Jenis Tanaman dan Pengelolaan Tanaman............... 87 3.12. Nilai P Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah di Jawa ........................ 88 3.13. Dosis Pupuk untuk Berbagai Jenis Tana man di Kecamatan Tawangmangu............................................................... 90 3.14. Produksi Tanaman................................................................................ 91 3.15. Tingkat Pendidikan Petani Penentu Keberlanjutan Usahatani .............................................................................................. 93 3.16. Tradisi Pembagian Warisan Penentu Keberlanjutan Usahatani .............................................................................................. 94 3.17. Luas Lahan Kepemilikan Penentu Keberlanjutan Usahatani............... 94 3.18. Jenis Konservasi yang Dilakukan Petani Penentu Keberlanjutan Usahatani ........................................................ 95

xiv

Tabel Halaman 3.19. Daftar Parameter Swadaya Konservasi yang Dilakukan Petani.................................................................................................... 96 3.20. Mengetahui Makna Konservasi.............................................................. 97 3.21. Penggunaan Lahan untuk Usahatani .................................................... 97 3.22. Tingkat Pendidikan Petani Penyebab Perambahan Lahan Negara .................................................................................................. 103 3.23. Tingkat Pendidikan Petani yang Mendukung Perilaku Perambahan .......................................................................................... 103 3.24. Status Kepemilikan Lahan .................................................................... 104 3.25. Mengetahui Makna Konservasi.............................................................. 104 3.26. Jumlah Beban Tanggungan.................................................................... 105 3.27. Penggunaan Lahan untuk Usahatani....................................................... 106 3.28. Luas Lahan Kepemilikan Petani............................................................. 107 3.29. Pendapatan Usahatani dari Lahan Sendiri .............................................. 108 3.30. Variabel Produktivitas .......................................................................... 109 3.31. Variabel Tingkat Erosi......................................................................... 109 3.32. Variabel Tingkat Kes uburan Tanah........................................................ 110 3.33. Variabel Produktivitas, Tingkat Erosi dan Tingkat Kesuburan............................................................................................. 111 4.1. Luas Desa/Kelurahan yang Terletak di Kecamatan Tawangmangu ...................................................................................... 118 4.2. Curah Hujan Rerata 10 Tahun (1994 2003) di Stasiun Penakar Hujan Tawangmangu dan Sekitarnya ................................... 120 4.3. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Ferguson.................................. 122 4.4. Zona Agroklimat Utama Berdasarkan Klasifikasi Oldeman................ 123 4.5. Klasifikasi Kemiringan Lereng Kecamatan Tawangmangu ................ 128 4.6. Jenis Tanah di Kecamatan Tawangmangu........................................... 137 4.7. Debit mataair di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2003 ................... 139 4.8. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tawangmangu ............................... 142 4.9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya di Kecamatan Tawangmangu............................................................... 144 4.10. Luas Berbagai Penggunaan Lahan di Kecamatan Tawangmangu............................................................... 145 4.11. Luas Panen dari Berbagai Komoditas di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2003 ........................................... 147 4.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tawangmangu............................................................... 148 4.13. Tingkat Pendidikan Petani Sampel ..................................................... 149 4.14. Status Kepemilikan Lahan Petani Sampel ........................................... 150 4.15. Asal Kepemilikan Lahan Petani Sampel.............................................. 151 4.16. Lama Kepemilikan Lahan Petani Sampel ............................................ 152 4.17. Luas Lahan Petani Sampel................................................................... 153 4.18. Petani Sampel yang Pernah Menjual Lahan......................................... 154 4.19. Penambahan Kepemilikan Lahan Petani Sampel................................. 154 4.20. Anggota Keluarga Sudah Bekerja ........................................................ 155

xv

Tabel Halaman 4.21. Anggota Keluarga Belum Bekerja ....................................................... 156 4.22. Sistem Tanam....................................................................................... 157 4.23. Pergiliran Tanaman di Kecamatan Tawangmangu dalam 1 (satu) Tahun.......................................................................................... 158 4.24. Jenis Tanaman dan Jumlah Tanaman dalam GNRHL Tahun 2004 di Luar Kawasan Hutan di Kecamatan Tawangmangu ...................................................................................... 162 4.25. Petani yang Mendapat Bantuan dari Pemerintah ................................. 162 4.26. Jenis Bantuan dari Pemerintah............................................................. 163 4.27. Petani yang Mendapat Bantuan Kredit dari Pemerintah...................... 164 4.28. Jumlah Petani yang Mendapat Informasi tentang Konservasi dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)............................ 164 5.1. Tingkat Erosi Satuan Lahan di Berbagai Fungsi Kawasan................. 167 5.2. Tingkat Kesuburan Kimia Tanah di Lokasi Penelitian........................ 170 5.3. Tingkat Kesuburan Fisika Tanah di Lokasi Penelitian ........................ 173 5.4. Tingkat Kesuburan Total Tanah di Lokasi Penelitian.......................... 175 5.5. Rata-rata Persentasi Produktivitas Berbagai Tanaman yang Mempunyai Potensi Tinggi/Rendah di Tiap Satuan Lahan di Kawasan Fungsi Lindung................................................................. 176 5.6. Rata-rata Persentasi Produktivitas Berbagai Tanaman yang Mempunyai Potensi Tinggi/Rendah di Tiap Satuan Lahan di Kawasan Fungsi Penyangga ............................................................. 177 5.7. Rata-rata Persentasi Produktivitas Berbagai Tanaman yang Mempunyai Potensi Tinggi/Rendah di Tiap Satuan Lahan di Kawasan Fungsi Budidaya ............................................................... 178 5.8. Rata-rata Persentasi Produktivitas Berbagai Tanaman Palawija yang Mempunyai Potensi Tinggi/Rendah di Tiap Satuan Lahan di Kawasan Fungsi Budidaya ........................................ 179 5.9. Variabel Faktor Abiotik Sebagai Penentu Terhadap Keberlanjutan Usahatani di Berbagai Satuan Lahan dalam Berbagai Fungsi Kawasan.................................................................... 181 5.10. Uji- T Test Faktor Abiotik di Satuan Lahan yang Berlanjut dan Satuan Lahan yang Tidak Berlanjut ............................................. 195 5.11. Uji- T Test Faktor Kultural Antara Satuan Lahan yang Potensial untuk Usahatani Berkelanjutan dengan Satuan Lahan yang Potensial untuk Usahatani Tidak Berkelanjutan Secara Abiotik ...................................................................................... 205 5.12. Persentase Jumlah Petani Menurut Komoditas yang Menguntungkan.................................................................................... 211 5.13. Persentase Petani yang Menyatakan Keadaan Tanah Saat Dicangkul ............................................................................................. 212 5.14. Persentase Petani yang Merasakan Terjadinya Pengkikisan Tanah Lapisan Atas pada Usahatani Berkelanjutan dan Tidak Berkelanjutan............................................................................. 212

xvi

Tabel Halaman 5.15. Persentase Jumlah Petani yang Menambah Pemakaian Pupuk Anorganik Satu Tahun Lalu...................................................... 213 5.16. Persentase Jumlah Petani yang Menambah Pemakaian Pupuk Anorganik Dua Tahun Lalu ...................................................... 213 5.17. Persentase Jumlah Petani yang Menambah Pemakaian Pupuk Organik Satu Tahun Lalu.......................................................... 214 5.18. Persentase Jumlah Petani yang Menamba h Pemakaian Pupuk Organik Dua Tahun Lalu .......................................................... 214 5.19. Penambahan dan Pengurangan Dosis Pupuk untuk Berbagai Jenis Tanaman pada Satuan Lahan yang Berlanjut .............................. 241 5.20. Penambahan dan Pengurangan Dosis Pupuk untuk Berbagai Jenis Tanaman pada Satuan Lahan yang Tidak Berlanjut .................... 243 5.21. Kepemilikan Lahan di Hutan Negara ................................................... 256 5.22. Luas Kepemilikan Lahan di Hutan Negara.......................................... 258 5.23. Variabel-variabel Penyebab Petani Melakukan Perambahan ......................................................................................... 259

xvii

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1. Vila di Atas Bukit diantara Lahan Pertanian yang mengakibatkan Longsor................................................................................................. 4 1.2. Hubungan Antara Komponen Lingkungan Abiotik, Biotik dan Kultural pada Penelitian Pengelolaan Lahan di Lereng Barat Gunungapi Lawu.................................................................................. 12 2.1. Analisis Sistem Aplikasi Pertanian ...................................................... 44 2.2. Usahatani Berkelanjutan ..................................................................... 48 2.3. Teras Gulud Sesuai dengan Konservasi Tanah ................................... 53 2.4. Teras Bangku Sesuai dengan Konservasi Tanah ................................. 54 2.5. Teras Kredit Sesuai dengan Konservasi Tanah ................................... 54 2.6. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 67 3.1. Diagram Alir Pembuatan Peta Satuan Lahan ...................................... 72 4.1. Peta Administrasi Lokasi Penelitian ................................................... 117 4.2. Grafik Curah Hujan Tahunan Kecamatan Tawangmangu dan Sekitarnya ............................................................................................ 121 4.3. Segitiga Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson ................................... 122 4.4. Segitiga Klasifikasi Iklim Oldeman ..................................................... 123 4.5. Peta Isohyet Lokasi Penelitian ............................................................ 124 4.6. Tegalan Teras Gulud di Klas Kemiringan Lereng III di Desa Tengklik .............................................................................................. 126 4.7. Tegalan dengan Metode Strip di Klas Kemiringan Lereng V di Desa Blumbang ............................................................................................. 126 4.8. Lereng Bawah Perbukitan di Klas II-III di Desa Bandardawung ....... 126 4.9. Peta Klas Kemiringan Lereng Lokasi Penelitian ................................. 127 4.10. Patahan (Sesar) Arah Selatan-Barat yang Memisahkan Lawu Tua dan Lawu Muda .................................................................................. 129 4.11. Sket Topografi Lereng Barat Gunungapi Lawu Hasil Pengamatan Lapangan dan Analisis Tahun 2004 ..................................................... 129 4.12. Peta Geologi Lokasi Penelitian ............................................................ 130 4.13. Peta Bentuk Lahan Lokasi Penelitian ................................................. 134 4.14. Peta Tanah Lokasi Penelitian ............................................................... 136 4.15. Peta Persebaran Mataair Lokasi Penelitian .......................................... 140 4.16. Penggunaan Lahan untuk Tegalan di Lereng Perbukitan di Desa Tengklik ............................................................................................. 142 4.17. Penggunaan Lahan untuk Sawah di Desa Karanglo ............................. 142 4.18. Hutan Milik Negara dan Bentuk Pemukiman di Blumbang .............. 143 4.19. Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian........................................... 146 5.1. Tanaman Sawi Produktivitas Rendah pada Satuan Lahan V19b_Qvl_IV_La_Tgl (30) ................................................................ 183 5.2. Batu Kerikil Terlihat Muncul ke Permukaan Tanah................. 185 5.3. Kenampakan Pedestals Akibat Erosi Percik dan Erosi Lembar .......... 186 5.4. Teknologi Sejajar Kontur untuk Tanaman Semusim ................... 188 5.5. Kondisi Lahan Pada Berbagai Titik Pengambilan Sampel ................. 189

xviii

Gambar Halaman 5.6. Satuan Lahan dengan Produktivitas Tinggi di Kawasan Budidaya .... 192 5.7. Tanaman Ubi Jalar Produktivitas Tinggi di Satuan Lahan V8_Qlla_II_Lck_Tgl (26) ................................................................... 193 5.8. Usahatani Berkelanjutan di Satuan Lahan V19b_Qvl_III_La_Tgl(29) 194 5.9. Peta Tingkat Erosi Tanah Lokasi Penelitian ....................................... 198 5.10. Kecenderungan Hujan Bulanan di Kecamatan Tawangmangu............ 199 5.11. Peta Satuan Lahan Berkelanjutan dan Tidak Berkelanjutan ............... 204 5.12. Longsoran di Kawasan Fungsi Lindung......................................... 216 5.13. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Wortel dan Produktivitasnya 244 5.14. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Kayu dan Produktivitasnya .................................................................................. 245 5.15. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Jalar dan Produktivitasnya .................................................................................. 246 5.16. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tomat dan Produktivitasnya 247 5.17. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi dan Produktivitasnya ................................................................................... 248 5.18. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sawi dan Produktivitasnya ... 249 5.19. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi dan Produktivitasnya ... 250 5.20. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kapri dan Produktivitasnya.. 251 5.21. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung dan Produktivitasnya 252 5.22. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai dan Produktivitasnya .. 253 5.23. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Buncis dan Produktivitasnya.. 254 5.24. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Bawang dan Produktivitasnya .................................................................................. 255 5.25. Peta Titik Sampel Perambahan ........................................................... 257 5.26. Peta Tingkat Kekritisan Lahan Kecamatan Tawangmangu ................ 265 5.27. Peta Satuan Lahan di Berbagai Fungsi Kawasan ................................ 266 6.1. Pengelolaan Lahan Potensial Usahatani Berkelanjutan di Lereng Barat Gunung Lawu ............................................................................. 267

xix

Daftar Lampiran

Lampiran Halaman 1. Data Kandungan Unsur Kimia Tanah Atas dan Tanah Bawah di tiap Satuan Lahan ............................................................................................. 289 2. Data Sifat Fisika Tanah tiap Satuan Lahan ............................................... 291 3. Nilai Erosivitas tiap Satuan Lahan ............................................................ 292 4. Nilai Erodibilitas Tanah di tiap Satuan Lahan .......................................... 293 5. Nilai Indeks Kemiringan dan Panjang Lereng Erosi di tiap Satuan Lahan ......................................................................................................... 294 6. Nilai Indeks Pengelolaan Tanaman dan Pengolahan Lahan di tiap Satuan Lahan ............................................................................................. 295 7. Kesesuaian Lahan Berbagai Macam Tanaman tiap Satuan Lahan ........... 296 8. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Bawang Daun ............... 297 9. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Bawang Merah ............. 298 10. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Bawang Putih ............... 299 11. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Buncis ........................... 300 12. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Cabai ............................. 301 13. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Jagung .......................... 302 14. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Kapri ............................. 303 15. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Padi ............................... 304 16. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Sawi .............................. 305 17. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Strawberi ...................... 306 18. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Tomat ........................... 307 19. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Ubi Jalar ....................... 308 20. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Ub i Kayu ...................... 309 21. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Tanaman Wortel ........................... 310 22. Hasil Analisis Faktor Fisik Lahan yang Berpengaruh terhadap Keberlanjutan Usahatani dengan Metode T-Test ...................................... 311 23. Hasil Analisis Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh terhadap Keberlanjutan Usahatani dengan Metode T-Test ...................................... 312 24. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perambahan Lahan Negara dengan Metode Diskriminan ......................................................... 313

xx

INTISARI Penelitian ini bermaksud mengungkapkan pengelolaan lahan untuk meningkatkan potensi usahatani berkelanjutan, kasus usahatani di lereng gunungapi, dengan tujuan : 1) menganalisis faktor abiotik sebagai penentu terhadap keberlanjutan usahatani di tiap satuan lahan di berbagai fungsi kawasan, 2) menguji perbedaan faktor kultural antara dua kelompok petani pada satuan lahan yang potensial untuk usahatani berkelanjutan dengan usahatani tidak berkelanjutan, 3) menyusun pola pengelolaan usahatani berkelanjutan di lereng barat Gunungapi Lawu di Kecamatan Tawangmangu. Peneliti memilih lahan di lereng Gunungapi Lawu, Kecamatan Tawangmangu guna mencapai sasaran, dengan mempergunakan pendekatan ekologikal. Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan obyek satuan lahan sebagai unit analisis faktor abiotik lahan. Obyek untuk analisis faktor kultural menggunakan rumahtangga tani pemilik dan penggarap lahan sebagai unit analisis, yang dipilih secara purposive. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif, sifat uraian secara deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan aktual dari obyek penelitian berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Hasil penelitian yang didapatkan: a). usahatani berkelanjutan pada budidaya tanaman semusim tidak dapat dilakukan di seluruh satuan lahan di kawasan fungsi lindung, karena telah mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan, yaitu terjadinya longsor di Desa Gondosuli dan Desa Plumbon serta pertambahan lahan kritis di Desa Sepanjang; b). usahatani berkelanjutan tidak dapat dilakukan di kawasan fungsi penyangga di seluruh satuan lahan di Desa Gondosuli dan Desa Plumbon yang terletak pada lahan dengan kemiringan lereng antara 2540% dan mempunyai fungsi sebagai kawasan recharge area; c). usahatani berkelanjutan tidak dapat dilakukan di kawasan fungsi budidaya yang terletak di Kelurahan Tawangmangu, Desa Blumbang, Kelurahan Kalisoro dan Desa Gondosuli. Tingkat erosi melebihi ambang batas yang dapat ditolelir. Usahatani berkelanjutan untuk budidaya tanaman semusim tidak dapat dilakukan di lahan pada kemiringan lereng >20%. Usahatani berkelanjutan yang terdapat di kawasan fungsi budidaya, terletak pada satuan lahan kemiringan lereng =20%. 2. faktor kultural sebagai pembeda satuan lahan yang mempunyai potensi untuk usahatani berkelanjutan dengan satuan lahan tidak berkelanjutan adalah, yaitu: a). status kepemilikan lahan, b). luas lahan kepemilikan, c). pemahaman konservasi, d). pendapatan usahatani, e). intensitas penggunaan lahan, dan f). swadaya teknologi konservasi. 3. Pola pengelolaan usahatani berkelanjutan di lereng barat Gunungapi Lawu pada Kawasan Fungsi Budidaya adalah dengan cara: peningkatan dosis pupuk organik, efisiensi dosis pupuk anorganik, dan menanggulangi faktor pembatas pada kesesuaian tanaman terhadap kondisi fisik lahan. Penanggulangan faktor pembatas dilakukan dengan cara: perubahan sistem tanam, perubahan waktu tanam, perubahan ukuran teras, mempertinggi guludan, pemberian mulsa jerami serta plastik untuk komoditas tertentu. Beberapa komoditas sayuran yang dibudidayakan petani telah mencapai produktivitas tinggi, walau tidak sesuai syarat tumbuh dengan kondisi fisik lahan. Tanaman tersebut secara ekonomi menguntungkan. Aktivitas usahatani untuk mencapai keberlanjutan, dilandasi dengan pemahaman akan makna konservasi oleh petani dan swadaya konservasi yang dilakukan berbasis konservasi sumberdaya lahan yang secara sosial dapat diterima oleh masyarakat.

Kata kunci: pengelolaan lahan, usahatani berkelanjutan

ABSTRACT This research aims to explore the land management to improve the sustainable farming, case of the farming in a volcano slope. Its purposes are 1) to analyze the land physical factors as the determinant of the continuing farming by measuring the land fertility, the level of erosion and land productivity in every land unit among the various functions of area, 2) to examine differences of cultural factors of farmers cultivating land units which are potentially sustainable and unsustainable, 3) to design the pattern of the sustainable farming on the slope of Lawu volcano in Tawangmangu district. The research belongs to the Study of Environment Science. The researcher selected the area using ecologycal approaches in order to achieve the purposes. The research applies survey method, in which the land unit as analyses unit of the physical factors. The land unit used to analyze the social economic factors is farming households, selected purposively from the households both the owner and the processor of the land. The research use quantitative and qualitative data, the descriptive note is the research elaborating the actual condition of the object based on the fact in the field. The results of the research show that the farming activities conducted by the households hereditary in the area above effect 1. a) sustainable farming in seasonal plant cultivation cannot be implemented on all unit of land in the conservation area, for it brings negative impacts to environment such as causing land-slide in Gondosuli and Plumbon villages and critical land in Sepanjang village; b) sustainable farming cannot be implemented in buffer area in Gondosuli and Plumbon villages. The land locate on a slope with 25-40% gradients, witch functions as recharge area; c) sustainable farming cannot be implemented on cultivation area located in Tawangmangu, Blumbang, Kalisoro, and Gondosuli villages. The evidence is a high level of erosion which exceeds the tolerable maximum level. Sustainable farming implemented in cultivation area shall locate on land with = 20 gradient. The cultural factors supporting the continuing farming are: a). the narrow land wide posed by the farmer, b). the income of the farming, c). the farmers understanding about conservation, d). self supporting technology of conservation, and e). intensity of the land use. The management pattern of the sustainable farming on the western slope of Lawu volcano in Tawangmangu district, on both sustainable and unsustainable land units in cultivation function area by increasing organic fertilizer dosage, making use of more efficient anorganic fertilizer dosage, and controling the limiting factor in plan properness to land physic. Controlling limiting factor in plant properness to land physic can be done in several ways such as changing the planting system, changing the planting time, changing terrace size, elevating bedding, adding straw mulch and plastic to certain commodity. A number of vegetable commodities planted by farmers have reached high productivity despite the unappropriateness to land physical condition. As the result, they can be economically profittable crops. Farming activity to achieve sustainability is based on the awareness of the importance of conservation by farmer and self funded conservation performed on the basis of land conservation socially acceptable for the society. Key word: land management, sustainable farming

BAB I PENGANTAR

1.1.

Latar Belakang

Indonesia mempunyai 500 gunungapi, sejumlah 129 diantaranya merupakan gunungapi aktif yang tersebar di Pulau Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara. Jumlah gunungapi di Indonesia merupakan 13% dari jumlah seluruh gunungapi di dunia (Kementrian Lingkungan Hidup, 2002:2; Alzwar dkk., 1988:89). Wilayah gunungapi merupakan daerah yang subur untuk pertanian. Kondisi ini disebabkan mineral batuan yang berasal dari hasil erupsi gunungapi, sehingga wilayah ini sangat potensial untuk budidaya tanaman semusim

(Alzwar dkk., 1988:212). Hal lain yang mendukung keberhasilan usahatani adalah curah hujan yang tinggi. Kedua hal tersebut menjadi alasan bagi petani untuk memanfaatkan lahan di lereng atas gunungapi. Di sisi lain, lereng atas gunungapi berfungsi sebagai recharge area (kawasan resapan air) yang merupakan sumber air bagi wilayah tersebut dan wilayah di bawahnya. Atas dasar hal ini, pemerintah membuat berbagai perundangan dan peraturan yang menjadikan wilayah tersebut sebagai kawasan fungsi lindung untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Lahan pertanian yang terletak pada topografi berbukit-bergunung, dan secara terus- menerus dipergunakan untuk budidaya tanaman semusim, mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu terjadinya erosi. Erosi secara cepat ataupun lambat akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan, sementara itu

2

sumberdaya lahan merupakan unsur penentu dalam keberhasilan usahatani, disamping unsur- unsur fisik lain dalam menghasilkan produksi tanaman. Lereng gunungapi yang tidak aktif, tanah berkembang lanjut karena adanya iklim yang mendukung. Tanah berkembang dicirikan oleh kandungan lempung yang tinggi pada lapisan tanah bawah (subsoil). Kandungan lempung yang tinggi tersebut membentuk lapisan kedap air dan terjadi penjenuhan lapisan lempung yang berfungsi sebagai bidang gelincir. Kawasan tersebut mempunyai potensi untuk terjadinya longsor, karena terletak pada wilayah berbukit sampai bergunung, lereng curam (> 40%) dan hujan terjadi mempunyai intensitas cukup tinggi dan lama. Tanah longsor yang merupakan bentuk dari kerusakan lingkungan sebagai akibat penggunaan lahan tidak sesuai dengan potensinya. Kegiatan manusia yang menebang pohon-pohonan berakar sangat dalam pada lereng yang curam dan usahatani tanaman semusim di kawasan rawan longsor merupakan pengelolaan lahan yang tidak memakai teknik atau kaidah konservasi (pengawetan) tanah dan air yang memadai. Sumberdaya lahan tidak mampu lagi melakukan perbaikan diri-sendiri (self renewable ) secara alamiah, keadaan ini menjadikan lahan juga berpotensi menjadi lahan kritis. Berdasarkan data BPS (2003:220-221), daratan Indonesia seluas 192 juta ha dan 23,2 juta ha atau sebesar 12,1% merupakan lahan kritis. Jumlah tersebut merupakan total luasan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan maupun yang berada di luar kawasan hutan. Luas lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 65% dari total luas lahan kritis di Indonesia. Lahan yang berada di luar

3

kawasan hutan sebagian besar merupakan lahan pertanian dan mempunyai kemiringan lereng tinggi. Tabel 1.1 memperlihatkan rencana rehabilitasi lahan sebesar 8,5% dari total luas lahan kritis, namun hanya terealisasi sebesar 35,4% dari rencana rehabilitasi, jika kondisi ini terjadi secara kontinyu, maka luasan lahan kritis akan terus bertambah. Sebagian besar lahan kritis berada di luar kawasan hutan mempunyai topografi berbukit hingga bergunung, pada saat ini masih digunakan untuk budidaya pertanian. Atas dasar hal tersebut, upaya pencegahan terhadap bertambah luasnya lahan kritis sangatlah diperlukan, salah satu cara dengan pengelolaan lahan yang konservasif agar usahatani dapat berlanjut.

Tabel 1.1. Luas Lahan Kritis pada Awal Tahun 1999/2000 dan Hasil Rehabilitasi Sampai Tahun 2002 Awal Tahun 1999/2000 Nama Pulau Dalam Kawasan Hutan (ha) 1.988.869 366.985 363.764 2.612.971 974.713 1.829.345 8.136.647 Luas Kawasan Hutan (ha) 4.352.999 1.699.682 1.305.116 4.565.755 948.213 2.234.469 15.106.234 Jumlah (ha) Hasil Rehabilitsi Tahun 2002 Total Total Perencanaan realisasi (ha) (ha) 529.636 532.673 147.393 107.818 651.178 14.038 1.982.736 158.612 260.615 75.842 76.618 118.321 11.973 702.044

Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Indonesia

6.341.868 2.066.667 1.668.880 7.178.726 1.922.926 4.063.814 23.242.881

Sumber : BPS, 2003:220-221

Penelitian ini memilih lereng barat Gunungapi Lawu dengan batas administrasi Kecamatan Tawangmangu, dikarenakan kecamatan ini merupakan wilayah yang mempunyai lahan untuk penggunaan usahatani terluas di Kabupaten Karanganyar (lihat Tabel 1.2).

4

Tabel 1.2. Kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang Terletak di Lereng Barat Gunungapi No 1 2 3 4 5 Kecamatan Ngargoyoso Tawangmangu Jatiyoso Karangpandan Matesih Luas Wilayah (ha) 6.533,9 7.003,2 6.716,5 3.411,1 2.626,6 Tanah Sawah (ha) 689,7 711,9 1.316,4 1.552,1 1.293,1 Tanah Kering (ha) 5.844,3 6.291,3 5.400,1 1.895,0 1.333,5

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2003

Selain daripada hal tersebut di atas, Kecamatan Tawangmangu merupakan daerah tujuan wisata. Sempitnya kepemilikan lahan pertanian (Tabel 1.2) dikarenakan perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian sebagai pendukung sarana wisata, seperti penggunaan untuk perumahan dan vila (Gambar 1.1). Pembangunan rumah di kemiringan lereng curam telah mengakibatkan terjadinya longsor.

Gambar.1.1. Vila di atas Bukit diantara Lahan Pertanian yang mengakibatkan longsor Lereng barat Gunungapi Lawu dengan batas administrasi Kecamatan Tawangmangu, mempunyai kemiringan lereng klas II sampai klas V. Kemiringan

5

lereng klas terletak di ketinggian lebih dari 2.000 m dpal, sebagian difungsikan untuk kawasan hutan lindung, dan menempati sebesar 56,91% dari seluruh luas lahan di Kecamatan Tawangmangu. Klas kemiringan IV yang merupakan kawasan fungsi penyangga, difungsikan untuk budidaya tanaman semusim. Klas kemiringan lereng II dan klas kemiringan lereng III merupakan kawasan fungsi budidaya untuk penggunaan tanaman semusim dan sawah, di beberapa tempat terdapat permukiman. Di beberapa tempat di kawasan fungsi lindung digunakan petani untuk budidaya tanaman semusim yang telah dilakukan secara turun temurun. Keadaan ini sudah terjadi sebelum berlakunya UU No. 54 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Kendala yang ada adalah pelarangan penggunaan lahan di kawasan fungsi lindung untuk usahatani seakan tidak berlaku, walau sudah ditetapkannya Undang-undang baru tersebut. Oleh karena itu sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karanganyar, perlu pengelolaan lahan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi penyangga untuk konservasi sumberdaya alam dan lingkungan, serta memaksimalkan potensi lahan di kawasan fungsi budidaya agar dapat meningkatkan pendapatan petani. Kondisi ini diperkirakan telah memicu adanya pertambahan luas lahan kritis. Luas lahan kritis di Kecamatan Tawangmangu saat ini telah mencapai 1.091 ha atau sebesar 15,6% dari total luas lahan sebesar 7.003 ha, atau 3,5% lebih besar

6

dari perbandingan luas lahan kritis nasional dengan jumlah lahan di Indonesia sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.3. Tabel 1.3. Luas Lahan Kritis dan Persentase Penambahan Luas Lahan Kritis di Kecamatan Tawangmangu Tahun 1997-2000Luas Lahan Kritis Tahun 1997 1998 1998 1999 1999 2000Sumber: BPS, 2001:5

(ha) 619 1.085 1.091

Persentase Penambahan Luas Lahan Kritis (%) 0 75,28 0,97

Harapan akan peningkatan pendapatan oleh petani telah menghadapi salah satu kendala yang nyata, yakni penyempitan lahan pertanian. Penyempitan lahan pertanian diakibatkan oleh perubahan peruntukan lahan dari pertanian ke non-pertanian maupun akibat penurunan kepemilikan lahan karena pembagian warisan dari generasi ke generasi. Keadaan ini terlihat dari data BPS, dimana rumahtangga tani yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 ha berjumlah 8.726.434 rumahtangga tani (BPS, 1993:6), sedangkan pada tahun 2003 jumlah rumahtangga tani yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 ha berjumlah 13.253.310 rumahtangga tani (BPS, 2003:3), sehingga pada kurun waktu sepuluh tahun, petani subsisten (gurem) di Indonesia bertambah sebesar 51,88%. Pendapatan petani subsisten dari hasil usahatani yang dijalankan hanya dapat menutup biaya produksi saja. Apabila usahataninya merugi, kebanyakan dari mereka terpaksa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari sumber pendapatan tambahan di luar sektor pertanian (off farm ). Di Indonesia, pendapatan sektor luar usahatani mencapai 80% dibanding pendapatan dari usahatani.

7

Pekerjaan luar sektor pertanian yang ditekuni para petani antara lain menjadi kuli bangunan, tukang ojek, membuka toko, atau berjualan di pasar

(Yustika, 2003:27). Saat ini rata-rata kepemilikan lahan di Kecamatan Tawangmangu untuk usahatani seluas 0,075 ha tiap petani. Lebih dari 95% petani atau sejumlah 6.010 orang memiliki luas lahan untuk usahatani kurang dari 0,5 ha, serta selebihnya sekitar 5% atau sejumlah 316 orang yang memiliki lahan lebih dari 0,5 ha (BPS, 2003:22). Sempitnya luas lahan yang dimiliki telah mengakibatkan petani melakukan eksploitasi terhadap lahan pertaniannya, untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Budidaya tanaman sayuran di Kecamatan Tawangmangu, dilakukan hingga kawasan fungsi lindung yang terletak di antara hutan negara dan kawasan fungsi penyangga. Kawasan fungsi lindung berada pada ketinggian = 2.000 m dapl dengan kemiringan lereng antara 40% - 55%. Sebagian besar kawasan fungsi lindung merupakan hutan produksi, yang ditanami pohon pinus dan dikelola oleh Perhutani. Kawasan fungsi penyangga seluruhnya merupakan area budidaya tanaman sayuran. Kawasan fungsi penyangga mempunyai kemiringan lereng 25%-40%, dan terletak di bawah hutan lindung dengan area usahatani masyarakat di kawasan fungsi lindung. Kawasan fungsi budidaya terletak di bawah kawasan fungsi penyangga, yang sebagian besar area ditanami dengan tanaman padi, palawija dan diselingi dengan tanaman sayuran. Daerah ini merupakan penghasil sayuran potensial bagi daerah sekitarnya, namun dalam beberapa tahun te rakhir terlihat penurunan produksi dan luasan lahan panen untuk sayuran kubis, bawang

8

putih, bawang merah dan buncis yang sebelumnya merupakan tanaman unggulan (Tabel 1.4). Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa tanaman kubis, pada tahun 1980 an merupakan tanaman unggulan, namun pada tahun 1997, luas panen 146 ha dan produksi sebesar 37.847 ku, tetapi pada tahun 2003 luas panen turun sebesar 84%, sedangkan produksinya turun 79%. Demikian pula untuk tanaman sayuran lainnya, telah terjadi penuruna n yang signifikan.

Tahun Tanaman

Kubis Wortel Buncis Bawang merah

Tabel 1.4. Perkembangan Produksi Tanaman (ku/ha) di Kecamatan Tawangmangu Tahun 1997 2003 Persentase 1997 2003 Penurunan Produksi 1997-2003 Luas Produksi Luas Produksi Luas panen Produksi panen (ha) (ku) panen (ku) (%) (ku) (ku) 146 37.847 23 7.740 84 79 633 147.907 446 121.930 29,5 17,5 212 7.515 89 2820 58 62 184 16.459 53 7570 71 5437.847 7.740 37.847

Persentase penurunan produksi =Sumber: Analisis data sek under

X 100%

Ketidakmengertian petani akan pentingnya peranan pengelolaan tanah terutama aspek konservasi yang terkait dengan masalah erosi, pelapukan dan pencucian hara mineral yang intensif di bawah iklim tropika, telah menyebabkan meluasnya tanah-tanah yang rusak, miskin hara dan tidak subur. Di sisi lain

9

budidaya tanaman semusim yang tidak memperhatikan potensi lahan merupakan pengelolaan lahan yang salah, sehingga berakibat menurunnya produktivitas lahan. Penurunan produktivitas merupakan salah satu indikasi telah terjadinya degradasi lahan yang disebabkan oleh erosi yang telah mengubah lahan subur menjadi lahan kritis. Penurunan produktivitas selama tiga tahun terlihat sangat nyata, sebagai contoh tanaman Tomat dan Cabai mencapai 183,42 ku/ha dan 163,78 ku/ha, keadaan ini tidak akan mendukung tercapainya usahatani berkelanjutan (Tabel 1.5) Tabel 1.5. Perkembangan Produktivitas Tanaman (ku/ha) di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2000 2003Tahun Komoditi 2000 Luas Produksi Produktivitas panen (ku) (ku/ha) (ha) 2003 Luas panen (ha) Produksi (ku) Produktivitas (ku/ha) Penurunan Produktivitas 2000-2003 (ku/ha)

Jagung 704 35.800 Sawi 291 46.659 Cabai 48 8.973 Buncis 165 16.631 Tomat 38 7.580 Ubi jalar 249 3.720 Sumber: Analisis data sek under

5,10 160,34 189,94 100,79 199,47 14,94

241 123 19 89 38 38

868 11.590 497 2.820 610 555

3,60 94,23 26,16 31,69 16,05 14,60

1,50 66,10 163,78 69,10 183,42 0,34

Degradasi lahan (Notohadiprawiro, 1999:60) dinyatakan dalam indikator dan kriteria sebagai berikut. 1) Adanya tekanan atas sumberdaya lahan akibat kegiatan manusia seperti perambahan hutan untuk pertanian, perambahan lahan curam untuk budidaya atau permukiman. 2) Kondisi sumberdaya alam dan perubahannya menurut waktu (pemerian keadaan sekarang, misalnya kawasan hutan) atau dinyatakan dengan perubahan waktu (berkurangnya areal hutan); indikator kondisi juga dinyatakan secara tidak langsung menurut kinerja, misalnya hasil panen sebagai indikator kesuburan.

3)

Tanggapan masyarakat terhadap tekanan atas mutu lahan dan perubahan kondisi di berbagai kelompok masyarakat dari berbagai tingkatan, misalnya pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan konservasi atau tidak.

Manusia berperan terhadap terjadinya perubahan pada lahan, terutama terkait dengan penggunaannya. Lahan merupakan sumberdaya alam dan merupakan bagian dari sistem kehidupan di bumi. Manusia mempunyai potensi mengubah komponen sistem kehidupan secara drastis, sehingga menjadi permasalahan lingkungan penghidupan. hidup Studi yang berakibat dampak lingkungan adalah negatif bagi kehidupan dan ilmu yang mempelajari

disiplin

sumberdaya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sumberdaya buatan. Kedua komponen tersebut disebut sebagai sumberdaya kultural. Sumberdaya buatan adalah hasil karya manusia karena manusia dinilai dari apa yang dilakukannya. Lingkungan hidup disusun oleh tiga komponen (Tandjung, 2001:9), yaitu: a. A-Abiotic environment atau lingkungan fisik terdiri dari unsur- unsur air, udara, lahan, dan energi serta bahan mineral yang terkandung di dalamnya. b. B-Biotic environment atau lingkungan hayati terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan margasatwa lainnya serta bahan baku hayati industri. c. C-Cultural environment atau lingkungan kultural SOSEKBUD terdiri dari unsur-unsur sistem-sistem sosial, ekonomi, dan budaya serta kesejahteraan.

11

Pengelolaan lahan untuk usahatani yang dilakukan petani di lereng barat Gunungapi Lawu dalam kasus usahatani tanaman semusim diindikasikan telah menyebabkan degradasi lahan dan kerusakan lingkungan. Lahan, air, iklim serta energi sinar matahari merupakan sumberdaya alam sekaligus komponen abiotik yang digunakan manusia untuk usahatani. Usahatani tanaman semusim di lereng barat Gunungapi Lawu merupakan budaya (culture) yang telah dilakukan petani secara turun temurun guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanaman semusim yang diberdayakan yaitu sayuran, palawija dan padi merupakan komponen biotik. Pengelolaan lahan pada usahatani tanaman semusim berpengaruh terhadap kondisi lingkungan fisik, sehingga terjadi hubungan timbal balik dan saling

ketergantungan yang dinamis antara komponen lingkungan abiotic, biotic dan cultural (Tandjung, 2001:10). Keadaan tersebut merupakan kajian bidang Ilmu Lingkungan, sehingga penelitian ini menempatkan pada Ilmu Lingkungan, dengan pendekatan lingkungan (Gambar 1.2). Dalam studi geografi terdapat tiga pendekatan (Geographicy Approaches), yaitu pendekatan keruangan (Spatial approach), pendekatan ekologikal

(Ecological Approach), dan pendekatan kompleks wilayah (Regional Complex Approach). Berdasarkan Yunus (2005: 14) pendekatan ekologikal dalam studi Ilmu Geografi, menekankan pada hubungan: 1) Man (behaviour) Environment Relationship Analysis (analisis perilaku manusia lingkungan), 2) Human Activity (performance) Environment Relationship Analysis (analisis aktivitas manusia lingkungan), 3) Physico Artificial Features (performance) Environment Relationship Analysis, dan 4) Physico National Features (performance) Environment Relationship Analysis.

12

Lingkungan Abiotik (A)

ABABC

Lingkungan Biotik (B)

Lahan Lereng Barat di AB Gunungapi ABC Lawu (A)AC BC

Tanaman Semusim (B)

Lingkungan Kultural (C)

Usahatani (Sosial, Ekonomi, Teknologi) (C)

Keterangan : AB : Interaksi lingkungan abiotik dan biotik (tanaman semusim di lereng barat Gunungapi Lawu) AC : Interaksi lingkungan abiotik dan kultural (usahatani di lahan lereng barat Gunungapi Lawu) BC ABC : Interaksi lingkungan biotik dan kultural (usahatani tanaman semusim) : Interaksi lingkungan abiotik, biotik dan kultural (usahatani tanaman semusim pada lahan di lereng barat Gunungapi Lawu)

Gambar 1.2. Hubungan antara Komponen Lingkungan Abiotik, Biotik dan kultural pada Penelitian Pengelolaan Lahan di Lereng Barat Gunungapi Lawu

Di dalam penelitian yang akan dilakukan, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekologikal dalam Ilmu Geografi, yaitu man behaviour environment relationship analysis dan human activity environment relationship analysis. Kedua pendekatan dalam Studi Geografi tersebut adalah untuk mengkaji hubungan manusia, yaitu perilaku serta aktivitas manusia yang terkait dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga sesuai dengan kajian dalam bidang lingkungan, penelitian ini menggunakan juga pendekatan keruangan (spatial).

13

1.2.

Permasalahan

Di daerah lereng barat Gunungapi Lawu di Kecamatan Tawangmangu, jumlah lahan pertanian di kawasan budidaya seluas 2.440 ha, tidak dapat mencukup i kebutuhan penduduk yang bekerja dalam lapangan pertanian, yaitu berjumlah 9.660 orang. Kepadatan agrarisnya yaitu 3,61 orang per-ha lahan pertanian, sehingga petani melakukan usahatani tanaman semusim di kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi penyangga. Kegiatan usahatani ini telah melanggar undang-undang dan peraturan pemerintah serta telah mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu longsor di beberapa tempat pada lahan usahatani yang terletak di kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi penyangga, serta terjadinya degradasi lahan, yang semula subur menjadi lahan kritis (Lihat Tabel 1.3). Atas dasar hal tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Sejauhmana faktor abiotik di tiap satuan lahan pada berbagai fungsi kawasan menentukan terhadap keberlanjutan usahatani ? 2. Apakah ada perbedaan faktor kultural antara petani di satuan lahan yang potensial untuk usahatani berkelanjutan dan satuan lahan tidak

berkelanjutan?

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis faktor abiotik sebagai penentu terhadap keberlanjutan usahatani di tiap satuan lahan pada berbagai fungsi kawasan. 2. Menguji perbedaan faktor kultural antara petani di satuan lahan yang potensial untuk usahatani berkelanjutan dan usahatani tidak berkelanjutan. 3. Menyusun pola pengelolaan lahan yang berpotensi berkelanjutan pada lereng barat Gunungapi Lawu di Kecamatan Tawangmangu.

1.4.

Kegunaan Penelitian

Temuan yang akan dihasilkan dalam penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan sumbangan teoritis dalam pengelolaan lahan yang mempunyai potensi terhadap keberlanjutan usahatani di lahan lereng barat Gunungapi Lawu. 2. Model secara operasional tentang Dinas Pertanian, Dinas bagaimana memperbaiki kinerja dan Bappeda, agar

Kehutanan,

terkoordinasi dalam pelaksanaan konservasi secara terpadu.

1.5.

Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pembangunan pertanian dalam usahatani dan konservasi telah banyak dilakukan, baik oleh para ahli secara perorangan maupun oleh lembaga penelitian (Tabel 1.6), namun penelitian mengenai pengelolaan lahan di lereng barat Gunungapi Lawu dalam kajian usahatani di Kecamatan

Tawangmangu yang terkait dengan kebijakan, implementasi kebijakan Pemda dan upaya konservasi lahan belum pernah dilakukan sebelumnya.

Tabel 1.6 Penelitian Mengenai Usahatani dan Konservasi Lahan

No

1

Nama peneliti & Tahun Nitisapto 1990

Judul penelitian & Daerah Penelitian Pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu pada Budidaya Tanaman Sayuran di Kecamatan Tawangmangu , Jawa Tengah Usahatani Konservasi dalam Pembangunan Pertanian Berkesinambungan di DAS Serang, Jawa Barat

Klasifikasi Penelitian Tesis

Tujuan Penelitian

Metode Penelitin Survei Samplin g Kualitatif Kuantitatif

Hasil Penelitian

Meneliti pelaksanaan pengendalian hama pada budidaya tanaman sayuran.

Prinsip pengelolaan hama terpadu pada tanaman sayuran di Tawangmangu belum dapat dilaksanakan dengan sepenuhnya, petani memprioritaskan pada adanya gejala serangan.

2

Sinukaban dan Sihit 1993

Laporan Penelitian Ilmiah

-

-

-

Mengetahui hubungan penurunan tingkat erosi terhadap peningkatan pendapatan petani. Mengetahui faktor kondisi ekonomi petani yang berpengaruh terhadap pemanfaatan usahatani. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk memelihara pengendalian erosi.

Eksperimental Kuantitatif

-

-

-

-

Pelaksanaan usahatani konservasi di Daerah Aliran Sungai Serang bagian hulu belum menjamin tercapainya pembangunan pertanian di Daerah Aliran Sungai yang lestari terutama karena adanya laju erosi tanah yang cukup besar dan adanya persepsi petani yang dapat menghambat perbaikan kualitas bangunan konservasi. Penggunaan usahatani konservasi telah mampu menurunkan laju erosi dan meningkatkan pendapatan p etani. Kesinambungan usahatani konservasi ditentukan oleh kemampuanpetani membiayai pemeliharaan sistem usahatani tersebut disamping kemampuan melaksanakan pengendalian erosi secara teknis. Petani miskin tidak mampu mengelola usahatani konservasi secara swadaya dan masih memerlukan subsidi.

.

Tabel 1.6. (Lanjutan)No. Nama Peneliti & Tahun Gitoasmoro 1997 Judul Penelitian & Daerah Penelitian Perilaku Petani dalam Pengelolaan Lahan Bonoworo, Jawa Timur Klasifikasi Penelitian Disertasi Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

3

-

Mengetahui perilaku petani dalam pengelolaan lahan terhadap kesesuaian lahan. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengelolaan lahan oleh petani.

Survei Sampling Kualitatif

Cara pengelolaan lahan untuk budidaya tanaman yang dilakukan petani tidak berdasarkan atas kesesuaian lahan, namun tingkat sosial ekonomi petani berpengaruh terhadap cara pengelolaan.

4

Sundari 1997

Kajian Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya di Kawasan Hutan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu , Jawa T engah

Tesis

M engetahui upaya yang dilakukan p emerintah dalam kaitannya dengan pelaksanaan peran serta mas yarakat dalam konservasi sumberdaya hayati di kawasan hut an Tawangmangu

Survei Sampling Kualitatif

-

-

Pemerintah belum pernah memberikan penyuluhan tentang perlindungan dan pelestarian kawasan hutan kepada masyarakat setempat, sehingga p emerintah belum melaksanakan pengelolaan peran serta masyarakat sektor kawasan hutan. Program yang baru akan dilaksanakan adalah mobilisasi masyarakat dalam mendukung konservasi sumberdaya hutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam artian yang masih sempit.

17

Tabel 1.6. (Lanjutan)No. Nama Peneliti & Tahun Dina Ruslanjari 1998 Judul Penelitian & Daerah Penelitian Pengaruh Residu Pestisida Profenofos pada Tanaman Kubis, Cacing Tanah, Nematoda dan Airtanah. Kecamatan Tawangmangu , Jawa Tengah Klasifikasi Penelitian Tesis Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

5

Melihat pengaruh residu Survei profenofos pada tanaman kubis, Sampling populasi cacing tanah, populasi Kuantitatif nematoda parasit dan airtanah.

Pemberian dosis di atas rekomendasi telah mengakibatkan residu profenofos pada tanaman kubis, berkurangnya populasi cacing tanah, membunuh nematode parasit dan residu pada airtanah, sehingga merusak lingkungan fisik pada lahan usahatani.

6

PSBA UGM dengan BAPPEDA 1999

Laporan Pengelolaan Kawasan Konservasi Penelitian Gunung Sindoro dan Ilmiah Gunung Sumbing, Jawa Tengah

M engetahui apakah usahatani di wilayah tersebut sudah mendukung pencegahan erosi dan sedimentasi.

Survei Sampling Kualitatif Kuantitatif

Sistem usahatani yang dilakukan oleh petani di wilayah tersebut belum mendukung pada pencegahan erosi dan sedimentasi akibat dari cara pengelolaan tanah dalam pembuatan teras dan penanaman yang tidak/belum mengikuti konservasi tanah dan air.

7

Her Riyadi, Al Sentot Sudarwant o, Setya Nugraha 2000

Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Lahan Kritis. Kec. Tawangmangu, Jawa Tengah

Laporan Penelitian Ilmiah

Mengetahui p encegahan dan p Eksperimental enanggulanagan terciptanya Kuantitatif lahan kritis di Tawangmangu.

Metode yang digunakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terciptanya lahan kritis di Tawangmangu adalah dengan konversi dan intensifikasi dan konservasi.

18

Tabel 1.6. (Lanjutan)No. Nama Peneliti & Tahun Riyadi 2000 Judul Penelitian & Daerah Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Konservasi Lahan Kritis di Kecamatan Tawangmangu, Jawa Tengah Klasifikasi Penelitian Kegiatan Laporan Ilmiah Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

8

Memberikan pengertian kepada petani arti pentingnya konservasi serta pemeliharaan lahan yang telah dikonservasi, serta alternatif konservasi berupa pembuatan teras.

Survei Sampling Kualitatif Kuantitatif

Dengan pelatihan dan memberikan contoh kasus dapat meningkatkan kesadaran petani dalam pengelolaan lingkungan, sehingga perlu mengikutsertakan masayarakat sebagai basis dalam menangani masalah yang dihadapi bersama,mengaktifkan kelembagaan yang ada di masyarakat serta menyediakan fasilitas untuk transfer teknologi kepada masyarakat.

9

Undang Kurnia 2001

Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng dan Terdegradasi untuk Peningkatan Produktivitas Tanah di Darmaya, Citayam, Jasinga (Bogor), Pacet, (Sukaresmi Cianjur), Pangalengan (Bandung).

Laporan Penelitian Ilmiah

Menentukan tindakan konservasi tanah yang tepat dan akurat dalam memperbaiki atau mencegah terjadinya kerusakan lahan.

Eksperimental Kualitatif Kuantitatif

Kemunduran produktivitas lahan (degradasi lahan) akan terjadi dan berlanjut apabila pengelolaan usahatani tanaman pangan pada lahan kering berlereng tidak disertai penerapan teknik konservasi tanah. Pengelolaan lahan usahatani yang tidak tepat dan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dapat mengakibatkan terjadinya erosi dalam jumlah besar, sehingga terjadi penurunan produktivitas tanah. Penanggulangan kerusakan tanah tidak hanya cukup dengan mengendalikan laju erosi, melainkan harus bersamasama dengan pemulihan (rehabilitasi) kualitas tanah.

Tabel 1.6. (Lanjutan)Nama Peneliti & Tahun Harsono 2001 Judul Penelitian & Daerah Penelitian Diversifikasi Tanaman Pekarangan Petani Pedesaan di Lereng Barat Gunungapi Lawu Kecamatan Tawangmangu , Jawa Tengah

No.

Klasifikasi Penelitian Tesis

Tujuan Penelitian

Metode Penelit ian

Hasil Penelitian

10

M elihat diversifikasi jenis tanaman yang berada di pekarangan antara ketinggian 200-1.000 mdpl.

Survei Sampling Kualitatif Kuantitatif

- Jenis tanaman yang berada di pekarangan antara ket inggian 2001.000 m dpl semakin menurun, begitu pula ketinggian ukuran tanaman keras makin menurun. - Parameter fisik yaitu kelembaban udara dan tebal lapisan tanah mempunyai hubungan dengan diversitas tanaman tersebut.

11

Widiarto 2001

Pertimbangan Daya Tesis Dukung Lingkungan terhadap Pengembangan Kawasan Wisata Alam Kecamatan Tawangmangu , Jawa Tengah

- Menginventarisasi sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan dan pengembangan kawasan wisata daerah Tawangmangu . - M emasukkan aspek lingkungan hidup dalam perencanaan pengembangan kawasan wisata Tawangmangu . - M elakukan evaluasi dan monitoring UU Tata Ruang dalam pengembangan kawasan wisata alam Tawangmangu serta alternatif model pengembangan kawasan wisata.

Survei Sampling Kualitat if Kuantitatif

- Hasil parameter fisik yang dikumpulkan menunjukkan bahwa terdapat beberapa kawasan yang mempunyai potensi yang dapat digunakan untuk ekowisata. - Di dalam pengembangan kawasan wisata alam, Pemda tidak memperhatikan UU Tata Ruang.

Tabel 1.6. (Lanjutan)

No 12.

Nama Peneliti & Tahun Sinukaban 2002

Judul Penelitian & Daerah Penelitian Usahatani di Dataran Tinggi, Indonesia

Klasifikasi Penelitian Laporan Penelitian Ilmiah

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian Survei Sampling Kualitatif Kuantitatif

Hasil Penelitian

Memberi kredit untuk upaya konservasi (rotasi tanam dan terasering dengan penutup rumput) kepada petani dan melihat pengaruhnya terhadap pendapatan.

Pemberian kredit kepada petani untuk melakukan konservasi (rotasi tanam dan terasering dengan penutup rumput) pada usahatani di pertanian dataran tinggi dengan masalah utama terjadinya degradasi lahan dalam upaya menaikkan pendapatan di lahan kritis. Upaya konservasi tersebut ternyata dapat menaikkan pendapatan petani. Kebiasaan bertanam di Blumbang adalah tanaman ganda dan beranting dengan pola tanam di satu lahan dapat ditanam 4 -5 tanaman/ tahun, dimana tumpangsari merupakan pola tanam yang lazim dipraktekkan di Blumbang Identitas pertanaman menjadi sangat tinggi bila pola tanam berebutan diterapkan. Penggunaan pupuk dan obat -obatan sangat ekstensif pada pertanian sayur- sayuran begitu pula dengan pupuk organik (pupuk kandang). Kegiatan pertanian menyerap 65% total kebutuhan tenaga kerja, dimana tenaga kerja wanita wanita lebih banyak daripada tenaga kerja pria. Pemasaran hasil pertanian dilakukan dengan meletakkan di pinggir jalan untuk dijajakan. Pemasaran dilakukan juga den gan cara tebasan, dimana seorang pembeli (biasanya juga tengkulak) menaksir harga/memilih tanaman yang masih di kebun.

13

Dibyo Prabowo 1988

Sistem Usahatani Kasus Desa Blumbang Kecamatan Tawangmangu, Jawa Tengah

Laporan Penelitian Ilmiah

Melihat perubahan yang terjadi dalam sistem usahatani setelah 14 tahun penelitian yang dilakukan oleh MoConnell (1974) Memperkenalkan sistem usahatani di Indonesia.

Survei Sampling Kualitatif kuantitatif

-

-

-

-

Nama Peneliti & Tahun

Judul Penelitian & Daerah Penelitian Pengelolaan Lahan yang Berkelanjutan Kasus Usahatani pada Lereng Gunungapi Lawu Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah

Klasifikasi Penelitian Disertasi o o

Tujuan Penelitian Menganalisis faktor fisik lahan. Menanalisis faktor sosial ekonomi petani yang berpengaruh terhadap usahatani berlanjut . Menyusun pola pengelolaan lahan yang berkelanjutan pada lereng Gunungapi Lawu.

Metode Penelitian Survei Sampling Kualitatif kuantitatif -

Hasil Penelitian

No 14

Dina Ruslanjari 2004

-

o

-

Varibel pada fakt or fisik yang berpengaruh terhadap usahatani berkelanjutan adalah tingkat erosi, tingkat kesuburan, dan persentase produktivitas lahan. Faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan usahatani yaitu, a) status lahan, b) luas lahan, c) penerimaan usahatani, d) biaya usahatani, e) pendapatan usahatani, f) intensitas penggunaan lahan, g) pemahaman konservasi, h) swadaya konservasi. Mengembalikan kawasan sesuai dengan fungsinya. Efektifitas kebijakan pemerintah dalam tata ruang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Sebelumnya

2.1.1. Pengelolaan tanah berkelanjutan, usahatani konservasi dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan, dan sistem usahatani berkelanjutanSchertz (1984:9-17) dalam pene litian Evaluasi Lapangan Terhadap Efek dari Erosi Tanah Terhadap Produktivitas dalam Pengelolaan Tanah Berkelanjutan di Indiana, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa biaya terbesar dari kegiatan pertanian adalah kehilangan tanah yang diakibatkan oleh erosi yang memindahkan unsur hara dan menurunkan kemampuan mengikat air, sehingga menurunkan 50-70% produktivitas. Unsur hara yang terbawa akibat erosi tiga kali lebih besar dari unsur hara yang tertinggal di tanah. Bahan organik yang terbawa erosi 1,5 5 kali lebih besar daripada bahan organik yang tertinggal di dalam tanah. Bahan organik yang hilang diikuti oleh berkurangnya kemampuan mengikat air, begitu juga kehilangan unsur hara tanah dan degradasi tanah. Tingkat erosi mempengaruhi kehilangan kand ungan bahan organik, phospor dan ketersediaan air dalam tanah dengan tekstur geluh berdebu yang berbeda (Tabel 2.1). Lahan pertanian di Indiana tersebut mengalami erosi tanah rata-rata sebesar 7 ton/ha. Erosi yang dapat ditoleransi sebesar 5 ton/ha, dimana tanah tersebut mengandung 50 kg N; 30 kg P; 1 kg Ca; 5 kg Mg; dan 4 kg S di lapisan tanah atas.

23 Tabel 2.1. Kehilangan Bahan Organik, Phosphor dan Ketersediaan Air dalam Tanah di Berbagai Tingkat Erosi No Tingkat erosi Bahan organic Phosphor Ketersediaan air di (%) ( Ibs/acre) dalam tanah (%) 1 2 3 Ringan Sedang Berat 3,0 2,5 1,9 62 61 40 7,4 6,2 3,6

Sumber: Schertz (1984)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat erosi ringan mengakibatkan persentase kehilangan bahan organik dan unsur phospor terbesar. Tingkat erosi berat mengakibatkan persentase ketersediaan air di dalam tanah terendah (Schertz, 1984: 9-17). Hasil penelitian Schertz tentang pengelolaan tanah berkelanjutan, mengkaji tingkat erosi terhadap kehilangan bahan organik, phospor, dan ketersediaan air dalam tanah yang berbeda, serta turunnya produktivitas lahan. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu mengukur tingkat erosi, yang terjadi di setiap satuan lahan. Penelitian yang akan dilakukan juga akan mengukur tingkat kesuburan lahan, baik kesuburan kimia dan kesuburan fisik. Hasil pengukuran kesuburan kimia akan diketahui besarnya unsur-unsur hara makro dan mikro pada berbagai tingkat erosi, namun peneliti tidak membandingkan besarnya unsur hara makro dan mikro pada berbagai tingkat erosi. Penelitian Schertz juga berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, terkait dengan analisis biaya. Schertz mengkaji biaya dari kegiatan usahatani yang diakibatkan kehilangan tanah oleh erosi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah menghitung pendapatan keseluruhan usahatani dalam satu tahun, yang merupakan salah satu variabel dari lingkungan kultural, sebagai pembeda antara satuan lahan berlanjut dan satuan lahan tidak berlanjut.

24

Penelitian Schertz mengukur besarnya pengaruh tingkat erosi terhadap besarnya produktivitas lahan. Penelitian yang akan dilakukan mengukur produktivitas lahan relatif, tingkat erosi, kesuburan lahan untuk menentukan keberlanjutan usahatani. Sinukaban dan Sihite (1993) dalam penelitiannya tentang Usahatani Konservasi dalam Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan di DAS Serang, Jawa Barat, menerapkan sistem usahatani konservasi yaitu sistem usahatani yang mempertimbangkan aspek peningkatan produktivitas lahan dan aspek kualitas lingkungan secara bersamaan, guna memperkecil erosi dan meningkatkan produktivitas lahan atau pendapatan petani dengan kegiatan Proyek Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah (P2LK2T) dengan hasil sebagai berikut. 1. Kegiatan ini membantu petani dalam melaksanakan usahatani konservasi. Kegiatan ini telah berhasil mengurangi laju erosi yang cukup besar dan memperbaiki produktivitas lahan. Penurunan erosi yang terjadi berkisar antara 66-89%. Penurunan erosi yang terjadi akibat proyek konservasi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan 2.3. Tabel 2.2. Erosi Sebelum dan Sesudah Proyek KonservasiNo K Keterangan Erosi Sebelum Proyek Konservasi (ton/ha/th) a b 300 466 483 671 Erosi Sesudah proyek Konservasi (ton/ha/th) a b 96 51 193 180 Persentase Efektivitas Penurunan (%) a b 89 77 66 86

e t 1 e Demplot 2 r Dampak keterangan : Erosi dalam ton/ha/th a : Bila kondisi awal lahan belum memiliki teras bangku b : Bila kondisi awal lahan sudah memiliki teras bangkuSumber: Sinukaban dan Sihite (1993:4)

25

2. Pelaksanaan usahatani konservasi di Daerah Aliran Sungai Serang bagian hulu belum menjamin tercapainya pembangunan pertanian di Daerah Aliran Sungai yang lestari terutama karena adanya laju erosi tanah yang cukup besar dan adanya persepsi petani yang dapat menghambat perbaikan kualitas bangunan konservasi.

Tabel 2.3. Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Proyek Konservasi Pendapatan Petani (Rp/ha) Persentase Kategori Peningkatan No. Tipe Pendapatan Sebelum Sesudah Petani (%) 1 Tipe A 355.825 409.015 14 2 Tipe B 340.994 1.062.079 211 3 Tipe C 522.344 1.048.242 100 4 Tipe D 1.052.743 1.347.043 28Keterangan : Tipe A : Petani yang tidak punya sumber pendapatan dari sawah dan luar usahatani Tipe B : Petani yang tidak punya sumber pendapatan dari luar usahatani Tipe C : Petani yang tidak punya sumber pendapatan dari lahan sawah Tipe D : Petani yang mempunyai sumber pendapatan dari luar usahatani dan sawahSumber : Sinukaban dan Sihite (1993 :5)

3. Penggunaan usahatani konservasi telah mampu menurunkan laju erosi dan meningkatkan pendapatan petani, kesinambungan usahatani konservasi ditentukan oleh kemampuan petani membiayai pemeliharaan sistem usahatani tersebut, disamping kemampuan melaksanakan pengendalian erosi secara teknis. 4. Petani miskin tidak mampu mengelola usahatani konservasi secara swadaya dan masih memerlukan subsidi. Sinukaban dan Sihite (1993) meneliti pelaksanaan konservasi di daerah DAS, menerapkan sistem usahatani yang mempertimbangkan aspek peningkatan

26

produktivitas lahan dan aspek kualitas lingkungan dengan m emperkecil erosi. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengkaji sistem usahatani yang dilakukan petani, Sihite dan Sinukaban melakukan percobaan di lapangan, untuk melihat perubahan pendapatan, dengan memperkecil erosi. Basri dan Hoesoen (1991) dalam penelitiannya tentang Strategi

pengembangan sistem usahatani berkelanjutan di lahan kering dengan alley cropping di Sukarani, Jawa Barat. Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut. 1. Tanaman penyangga erosi (hedgerow) sangat efektif dalam mengurangi erosi dalam alley cropping system . Tanaman ini berkompetisi dengan tanaman pangan, namun pengembalian bahan pangkasan akan

menyumbangkan nitrogen, kalium dan kalsium. 2. Pemberian bahan hijauan yang diaduk dengan tanah ataupun dipakai sebagai mulsa untuk memperbaiki sifat kimia tanah dan hasil tanaman pangan yang ditanam di lorong. Tanaman hedgerow tidak mempunyai nilai ekonomis yang berarti, sehingga minat petani sangat rendah terhadap alley cropping. 3. Untuk meningkatkan adopsi petani terhadap alley cropping diupayakan melalui on farm research dengan menggunakan jenis tanaman yang tersedia setempat sebagai tanaman hedgerow dan memperluas ruang lingkup alley cropping menjadi agroforestry dan pagar hidup. Pelaksanaan di lapangan memerlukan adanya kerjasama antara peneliti, penyuluh, dan petani pelaksana. Penelitian Basri dan Hoesoen dalam strategi pengembangan sistem usahatani berkelanjutan di lahan kering, Sukarani, Jabar, mengkaji penggunaan sistem

27

tanaman alley cropping, yaitu suatu sistem tanam yang terdiri dari tanaman kayu sebagai pagar (lorong), diantara tanaman pangan. Penelitian ini mengkaji sistem tanam tersebut dikombinasikan dengan pemberian mulsa, ternyata dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Penelitian yang akan dilakukan adalah me ngkaji sistem usahatani: pergiliran tanaman, tumpang gilir, dan pemberian mulsa yang dilakukan petani di lapangan, yang dikaitkan dengan kesuburan kimia tanah. Penelitian Basri dan Hoesoen ini memberikan rekomendasi terhadap penelitian yang akan dilakukan, tentang bagaimana mencapai sistem usahatani

berkelanjutan, dengan cara tanam alley cropping. Penerapan sistem tanam ini agar dapat mencapai usahatani berkelanjutan memerlukan keterlibatan peneliti, penyuluh, dan petani pelaksana. Kurnia, dkk (1989) dalam penelitiannya mengenai Pengkajian Metode Prediksi Erosi pada Tanah Mergel di Sub DAS Ciseel, Jawa Barat, mendapatkan hasil sebagai berikut. 1. Tingkat bahaya erosi umumnya tergolong ringan-sangat ringan (64%), selebihnya tergolong sedang-sangat berat. Tanah umumnya peka erosi dan solumnya dangkal serta lahan tersebut di waktu-waktu tertentu sering terbuka (saat pengolahan tanah, penyiangan, dan panen) sehingga butir-butir hujan yang jatuh di atas permukaan tanah langsung menghancurkan butirbutir tanah, yang akhirnya dapat menyebabkan erosi. Tingkat bahaya erosi sangat ringan dijumpai di lahan di daerah datar dengan penggunaan lahan sawah.

28

2. Tingkat bahaya erosi ringan kebanyakan dijumpai di daerah datar-berombak dengan kemiringan 0-8%, dan sebagian kecil di lahan dengan kemiringan lereng 8-25% deng