LAPORAN MAGANG
PEMBUATAN JAMU DARI TANAMAN HERBAL DENGAN
BERBAGAI METODE PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN
TANAMAN HERBAL
Disusun Oleh :
KUSNADI EFENDI
HERWAN JAYA
ANDRI TRI PUGUH P
(07330069)
(07330046)
(07330071)
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas
berkah rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
pemagangan penelitian individu yang berjudul ”Pembuatan Jamu dari
Tanaman Herbal dengan Berbagai Metode Pengolahan dan Pemanfaatan
Tanaman Herbal.” Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
mata kuliah pemagangan.
Laporan pemagangan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Sukarsono, M.Si selaku dosen pembimbing. Atas bimbingan kepada
penulis
2. Ir.Wahyu Suprapto yang memberikan ilmu, pengarahan dan bimbingannya
kepada penulis selama proses magang berlangsung.
Penulis menyadari bahwa laporan pemagangan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk membangun
penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan pemagangan ini
dapat menambah wawasan dan informasi bagi khalayak yang membutuhkan.
Malang, 14 April 2011
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa adalah seseorang atau sekumpulan orang yang menuntut ilmu
pengetahuan dan informasi dengan berbagai cara, baik dengan pendidikan formal
yang dilaksanakan pada ruang perkuliahan, maupun non formal seperti
pemagangan. Pemagangan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam bentuk perorangan maupun kelompok untuk menerapkan
seluruh kemampuan dari hasil pembelajaran selama di bangku perkuliahan, sesuai
dengan minat dan kemampuan mahasiswa itu sendiri. Pada kegiatan pemagangan
ini mahasiswa dituntut untuk menggali potensi diri, wawasan, serta kreativitas
yang dimilikinya guna untuk diaplikasikan kedunia nyata, sehingga mahasiswa
dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi dirinya sendiri,
lingkungan dan masyarakat umum.
Program studi Pendidikan Biologi sebagai institut akademik yang selalu
berfikir dinamis untuk merespon perubahan yang banyak terjadi baik masyarakat
ilmiah maupun masyarakat luas. Sesuai dengan salah satu misi program studi
Pendidikan Biologi yaitu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang saling
menguntungkan untuk mengembangkan keilmuan di bidang pendidikan dan
biologi, maka dari itu program studi Pendidikan Biologi memiliki program wajib
yang harus ditempuh oleh mahasiswa biologi yaitu program pemagangan yang
dilaksanakan kurang lebih selama satu bulan. Program pemagangan ini
diharapkan mahasiswa kelak memiliki jiwa dan semangat kewirausahaan dengan
menerapkan dan mengembangkan ilmu biologi di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, kami sebagai bagian dari mahasiswa biologi
akan melaksanakan kegiatan pemagangan dibidang biologi, khususnya dibidang
Biologi Kesehatan. Adapun judul yang kami ambil pada kegiatan pemagangan ini
yaitu Pembuatan Jamu dari Tanaman Herbal dengan Berbagai Metode
Pengolahan dan Pemanfaatan Tanaman Herbal.
1
1.2 Tujuan
Pelaksanaan pemagangan memiliki beberapa tujuan, yang meliputi dua aspek
yaitu:
1. Aspek pendidikan
a. Mahasiswa dapat mempelajari berbagai macam metode pengolahan
dan pemanfaatan tanaman herbal,
b. Mahasiswa dapat mengetahui teknik secara langsung dalam
melakukan metode pengolahan dan pemanfaatan tanaman herbal,
c. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat khasiat, kwalitas dan
keawetan jamu.
2. Aspek pengabdian
a. Melalui pemagangan ini mahasiswa diharapkan selalu ikut serta
dalam melakukan berbagai jenis kegiatan di tempat pemagangan
dan memberikan ide atau saran yang sifatnya dapat membantu
memajukan usaha di tempat pemagangan sebagai contoh dalam
bidang pemanfaatan tanaman obat.
1.3 Manfaat Pemaganngan
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, serta
pengalaman tentang berbagai metode pengolahan dan
pemanfaatan tanaman herbal,
b. Dari pengalaman kegiatan pemagangan ini diharapkan
mahasiswa mampu untuk mengaplikasikan kepada masyarakat
apa yang telah diperoleh dari pemagangan dan mampu untuk
berwirausaha atau membuka lapangan kerja.
2. Manfaat bagi lokasi tempat pemagangan
a. Mahasiswa dapat membantu perusahaan atau lokasi tempat
pemagangan dalam upaya pembuatan pengolahan dan
pemanfaatan tanaman herbal,
b. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan ide atau saran di
tempat pemagangan yang dapat memajukan usahanya.
2
BAB II
GAMBAR LOKASI PEMAGANGAN
2.1 Lokasi Pemagangan
Lokasi pemagangan ini terletak di Jln. Dadaprejo No. 112, Batu.
Gambar Denah Lokasi Pemagangan Batu Malang
Lokasi ini berada di wilayah Desa Dadaprejo kota Batu. Herba Medica
Centre ini berada di wilayah yang dilalui oleh kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi. Herba Medica Centre sebagai pusat budidaya tanaman herbal
serta pengolahan dan pemanfatan tanaman herbal. Kegiatan Herba Medica Centre
meliputi menanam, perawatan, perbanyakan tanaman di Jln. Imam Bonjol I/16
Batu, pengolahan dan pemanfaatan tanaman herbal. Jenis tanaman yang berada di
Herba Medica Centre umumnya digunakan sebagai tanaman obat yang
dikembangkan dengan skala besar. Pengolahan tanaman herbal diperoleh dari
hasil budidaya balai atau perusahaan dan petani binaan. Di Herba Medica Centre
umumnya mengolah tanaman herbal yang dijadikan obat-obatan tradisional dan
didistribusikan dan dipasarkan ke berbagai daerah baik lokal (dalam provinsi)
maupun keluar provinsi misalnya sampai Jabar, Jateng dan lain-lain. Hasil
3
pengolahan berupa racikan-racikan tanaman herbal tersebut juga dikirim ke balai-
balai kesehatan, apotek, dan Konsumen obat-obatan tradisional.
2.2 Sejarah
Herba Medica Centre berasal dari CV. Alindra Wisma yang didirikan pada
tanggal 18 Juni 1998 oleh pendirinya (pemilik perusahaan) Siti Hidjrati Arlina,
bergerak dibidang usaha yang memproduksi bahan tanaman obat sebagai
minuman kesehatan berupa instan. Karena dirasakannya Alindra Wisma yang
bergerak dibidang minuman dan makanan kesehatan kurang memadai untuk ruang
geraknya dan ingin mengembangkan dan meningkatkan produk-produknya
mengarah pada obat, jamu dan kapsul, maka pada tanggal 21 November 2002,
Alindra Wisma berubah menjadi CV. Siti Ara.
Mengingat Indonesia adalah Negara yang sangat berpotensi akan sumber
daya alamnya, maka pemilik perusahaan ingin memperluas bidang usahanya
dengan mendirikan suatu usaha baru yang bergerak di bidang sediaan tanaman
obat pada tanggal 4 Mei 2002 berdirilah perusahaan CV. Hijrah. Karena dirasakan
Jawa Timur memiliki banyak potensi keanekaragaman hayati di bidang tanaman
berkhasiat obat CV. Hijrah belum banyak melangkah dan dirasakan nama dari
CV. Hijrah kurang sesuai maka pada tanggal 16 Juni 2005. CV. Hijrah berganti
nama menjadi Herba Medica Centre yang didirikan untuk mengambil peran serta
dalam mengembangkan program pemerintah dalam pemerataan pelayanan
kesehatan menuju ”Semua Sehat di Tahun 2011
2.3 Bidang Kegiatan
Herba Medica Centre didirikan untuk mengambil peran serta dalam
pengembangan program pemerintah dalam pemerataan pelayanan kesehatan
dengan program-program diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan pengenalan tanaman obat serta
pemanfaatannya,
2. Memberikan pelayanan pengobatan dan obat asli Indonesia,
3. Mengembangkan wisata husada atau agrowisata TOGA,
4. Pelatihan budidaya tanaman obat,4
5. Pengembangan tanaman obat sebagai sediaan bahan baku farmasi atau
jamu yang terstandarisasi di Jawa Timur.
Adapun Unit Usaha Herba Medica Centre antara lain yaitu:
1. Pelatihan dan pendidikan
Salah satu upaya untuk memasyarakatkan tanaman obat dan
manfaatnya dengan melaksanakan pelatihan.
2. Produksi
a. Melaksanakan budidaya tanaman obat dan contoh-contoh tanaman
obat serta pembuatan simplisia baik segar maupun kering,
b. Membuat beberapa produksi jamu dalam berbagai bentuk yaitu
instan dan juga jamu dalam bentuk kapsul, dan juga pembuatan
ramuan.
3. Konsultasi kesehatan
Konsultasi kesehatan ini menggunakan sumber daya alam hayati
Produk yang di produksi Herba Medica Centre terdiri dari jamu dalam
bentuk instan, ramuan, dan kapsul. Sedangkan berdasarkan jenis bahan baku
yang digunakan produk jamu dibagi menjadi dua kelompok yaitu simplisia
segar jamu instan dan simplisia kering untuk produk ramuan dan kapsul.
Jenis-jenis produk antara lain sebagai berikut:
1. Bahan baku simplisia segar
a. Gastroperis (instan kunci suruh), khasiatnya untuk mengatasi masalah
cairan vagina berlebihan, keputihan kronis, serta bau pada kaum
wanita,
b. Zingeronisanc (instan jahe), khasiatnya untuk memperbaiki sirkulasi
darah, mengurangi masuk angin serta kembung dan mual,
c. Aloein (instan lidah buaya), berkhasiat sebagai anti peradangan,
menambah daya tahan tubu, serta peremajaan sel,
d. Oryzami (instan beras kencur), berkhasiat sebagai peluruh keringat,
pengurang rasa nyeri, anti kembung, dan penambah nafsu makan,
e. Carotinin (instan wortel), berkhasiat untuk mengatasi kekurangan
vitamin A, menurunnya daya tahan tubuh, serta proses penuaaan dini,
5
f. Nirta Sari (instan kunir madu), khasiatnya menambah daya tahan
tubuh dan menghentikan pendarahan,
g. Xanthorysin (instan temulawak), khasiatnya sebagai peluruh batu
empedu, mencegah radang lambung, dan juga sebagai
hepatoprotektor.
2. Bahan baku simplisia kering
1) Ramuan
a. Raputri (sari rapet), pencegah radang selaput lender, keputihan,
nyeri saat seni, dan pengencang rahim sehabis melahirkan,
b. Ramping (pelangsing), mengatasi masalah obesitas, dan kelebihan
lemak,
c. Masataru (asam urat), mengatasi rasa ngilu, peluruh keringat dan
pembersih darah,
d. Antigalin (pegal linu), mengatasi pegal linu,
e. Normag (untuk gangguan lambung), menguatkan lambung dan
mengatasi gangguan maag,
f. Kiat perkasa (untuk kesehatan pria), menambah semangat dan
vitalitas pria,
g. Norpid (kolesterol), memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi
lemak darah,
h. Rantik (anti rematik), mengurangi rasa nyeri, ngilu serta
peradangan akibat rematik,
i. Norten (darah tinggi), menurunkan tekanan darah tinggi
j. Aradiab (kencing manis), menormalkan gula darah dan mengurangi
dampak kencing manis.
2) Kapsul
a. Zedoarin (Kapsul kunir putih), berkhasiat untuk mengatasi masalah
kewanitaan seperti inflamasi mulut rahim, keputihan, dan
mencegah timbulnya tumor dan kanker pada organ reproduksi
wanita,
b. Ramuan sewaktu-waktu dapat dibuat kapsul bila ada pasien atau
konsumen yang memesan dalam bentuk kapsul.
6
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
3.1. Jamu
Hidup dizaman modern seperti sekarang ini justru ada kecenderungan
masyarakat menggunakan obat jamu dan herbal untuk pengobatan. Kembali
ke alam (back to nature) merupakan pilihan alternatif yang diminati banyak
masyarakat sekarang ini, terutama dalam bidang pengobatan dan makanan
sehari-hari.
Penggunaan tumbuhan-tumbuhan berkhasiat obat atau lebih dikenal
dengan jamu atau herbal sebetulnya sudah lama dikenal oleh masyarakat kita.
Walaupun sekarang sudah banyak jamu diproduksi dan dikemas secara
modern. Namun tradisi minum jamu atau herbal secara tradisional masih
banyak ditemukan di masyarakat Indonesia, terutama di desa-desa.
Sudah banyak bukti keampuhan dan khasiat jamu dan herbal.
Disamping lebih ekonomis, herbal juga mempunyai efek samping yang
sangat kecil. Walaupun demikian, masih banyak masyarakat kita yang
meragukan khasiat herbal. Memang diakui bahwa daya penyembuhan jamu
dan herbal tidak sedahsyat obat kimia. Pengobatan dengan jamu dan herbal
membutuhkan waktu lama.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa jamu dan herbal tidak
bekerja dengan efektif. Penyajian yang salah, waktu minum yang tidak tepat,
dosis yang tidak tepat, dan ketidaksabaran pemakainya adalah faktor-faktor
yang menyebabkan herbal tidak efektif. Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma
dalam bukunya “Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit” menyebutkan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi herbal sebagai berikut:
1. Cuci simplisia tumbuhan obat (herbal) dengan air mengalir sampai
bersih.
2. Segera gunakan herbal segar yang telah bersih untuk pengobatan. Jika
bahannya besar atau tebal, sebaiknya potong-potong tipis agar saat
perebusan zat-zat yang terkandung di dalamnya mudah keluar dan
meresap dalam air rebusan. Untuk herbal yang disimpan, keringkan
7
lebih dahulu setelah dicuci agar tahan lama dan mencegah pembusukan
oleh bakteri dan jamur. Bahan kering (simplisia) juga lebih mudah
dihaluskan untuk dijadikan serbuk (bubuk). Pengeringan dapat
langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung. Dapat juga
diangin-anginkan, tergantung dari ketebalan atau kandungan airnya.
3. Seduh langsung bahan yang telah dijadikan bubuk (serbuk) dengan air
panas atau mendidih.
4. Untuk bahan yang keras dan sukar diekstrak, sebaiknya hancurkan dan
rebus terlebih dahulu sekitar 10 menit sebelum memasukkan bahan lain.
5. Gunakan air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia berbahaya
untuk merebus. Pastikan jumlahnya cukup sehingga seluruh bahan
berkhasiat obat terendam sekitar 3 cm.
6. Untuk merebus bahan berkhasiat obat, gunakan wadah yang terbuat dari
periuk tanah (keramik), panci enamel, atau panci beling. Jangan
menggunakan wadah dari logam, seperti besi, aluminium, dan
kuningan. Logam mengandung zat iron trichloride dan potassium
ferrycianide. Zat tersebut menimbulkan endapan pada air dalam
mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering membuka
tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak mudah hilang.
7. Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang direbus.
a. Api kecil : Gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai
tonikum, seperti ginseng dan jamur ling zhi agar kandungan
aktifnya terserap ke dalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam).
b. Api kecil : dengan waktu perebusan yang lama juga digunakan
untuk jamu dan herbal yang mengandung toksin, seperti mahkota
dewa agar kandungan toksinnya berkurang.
c. Api besar : Gunakan untuk merebus herbal atau simplisia yang
berkhasiat diaforetik (mengeluarkan keringat) dan mengandung
banyak minyak atsiri, seperti daun mint, cengkih dan kayu manis.
Setelah mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar. Dengan
cara ini, kandungan atsirinya tidak banyak hilang karena proses
penguapan yang berlebihan.
8
8. Jika tidak ada ketentuan lain, perebusan dianggap selesai saat air
rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula, misalnya 800 cc
menjadi 400 cc. Jika bahan yang direbus kebanyakan berupa bahan
keras, seperti biji atau batang maka air rebusan disisakan sepertiganya,
misalnya 600 cc menjadi 200 cc.
9. Jika mengandung bahan kering, umumnya dosis (takaran) setengah dari
jumlah bahan segar. Misalnya, pemakaian daun sendok segar
pemakaiannya 90 gram dan jika kering 15 gram.
10. Pastikan dosis tumbuhan obat sesuai dengan yang dianjurkan.
Umumnya, 1 resep tumbuhan obat dibagi untuk 2 kali minum sehari.
Sisa ampas rebusan pertama dapat direbus sekali lagi untuk 1 kali
minum pada sore atau malam hari.
11. Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan hangat dan
setelahnya pakai baju tebal atau selimut. Namun, untuk jenis herbal
tertentu, seperti rebusan biji pinang harus diminum dingin untuk
menghindari kontraksi dengan lambung yang mengakibatkan mual,
muntah, dan kram perut.
12. Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan agar mudah
terserap. Namun, untuk ramuan obat yang dapat merangsang lambung,
minum setelah makan. Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai
penguat (tonikum) pada waktu pagi hari sewaktu perut kosong. Untuk
ramuan yang berkhasiat sebagai penenang, misalnya untuk insomnia,
minum menjelang tidur.
13. Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu diingat, pengobatan
herbal membutuhkan kesabaran karena tidak langsung terasa
manfaatnya, tetapi bersifat konstruktirf (memperbaiki/membangun).
Efek obat kimiawi memang terasa cepat, tetapi bersifat desktruktif.
Karena sifatnya itu, herbal tidak dianjurkan sebagai pengobatan utama
penyakit-penyakit infeksi yang bersifat akut (medadak), seperti demam
berdarah, muntaber, dan lainnya yang harus segera mendapat
pertolongan medis. Tanaman obat lebih diutamakan untuk pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan penyakit yang bersifat kronis (menahun).
9
14. Pengobatan herbal dapat dikombinasikan dengan obat kimiawi,
terutama untuk penyakit kronis yang susah disembuhkan, seperti kanker
agar diperoleh hasil pengobatan yang lebih efektif. Aturan minum obat
herbal sekitar 2 jam setelah pemakaian obat kimiawi (Wijayakusuma,
2008).
3.2. Kunir Putih (Curcuma zidoaria)
3.2.1. Klasifikasi
Menurut Syukur (2003), tanaman kunir putih dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosperrnae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.
3.2.2. Deskripsi
Perawakan: herba setahun, dapat lebih dari 2 meter. Batang: batang
sesungguhnya berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwarna
coklat tua atau coklat muda, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki
umbi bulat dan aromatik. Daun: tunggal, pelepah daun membentuk batang
semu, berwarna hijau, helaian; 2-9 buah, bentuk memanjang-lanset, ujung
runcing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat-ungu di
tulang daun pangkal, 43-80 cm atau lebih. Bunga: majemuk susunan bulir,
diketiak rimpang primer, tangkai berambut. Daun pelindung: berjumlah
banyak, spatha dan brachtea; rata-rata 3-8 x 1,5-3,5 cm. Kelopak: 3 daun,
putih atau kekuningan, bagian tengah merah atau coklat kemerahan, 3-4 cm.
Mahkota: 3 daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir-bibiran:
membulat atau bulat telur terbalik, kuning atau putih, tengah kuning atau
kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm. Benang sari: 1 buah tidak sempurna, bulat
telur terbalik, kuning terang, 12-16 x 10-115 mm, tangkai 3-5 x 2-4 mm,
10
kepala sari putih, 6 mm. Buah: berambut, rata-rata 2 cm (Gunawan et al.,
2001).
3.2.3. Kandungan Kimia
Minyak atsiri, kurkumol (kurkumenol), kurdiona, kurkumemona,
kurkumin, beta-elemene, beta-sitosterol, zedoarin, zingiberena, sineol, fenol,
seskuiterpena, kamfena, kamfer, polisakarida, pati, resin, dan gum
(Wijayakusuma, 2008).
3.2.4. Khasiat
Kandungan minyak atsiri, termasuk kurkumol, kurdiona, dan beta-
elemene mempunyai efek antikanker pada sarcoma, cervical carcinoma,
Ehrlich ascitis carcinoma dan leukemia. Beta-elemene juga dapat
menghambat sintesis asam nukleat pada sel kanker. Kurkumin mempunyai
efek sebagai antiradang. Komponen polisakarida dapat meningkatkan
fagositosis makrofag dan imunitas humoral. Selain sebagai antikanker, kunir
putih juga dapat meningkatkan efek kemoterapi dan radioterapi untuk
membunuh sel kanker (Wijayakusuma, 2008).
3.3. Temu Mangga (Curcuma mangga)
3.3.1. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma mangga Val & van Zijp
(Rukmana, 2008).
3.3.2. Deskripsi
Tanaman temu mangga (Curcuma mangga, Val) memiliki lebar
daun antara 7-15 cm serta bunga berwarna putih. Rimpang bagian dalamnya
berwarna kuning muda dan baunya menyerupai mangga.
11
Temu mangga tumbuh terbatas di tempat yang bersuhu dingin di
Indonesia. Temu mangga mempunyai ciri tertentu, antara lain bintik umbinya
seperti umbi jahe dan berwarna kuning muda (krem). Temu mangga
dimanfaatkan untuk mencegah dan membantu mengatasi kanker (Harmanto,
2007).
3.3.3. Kandungan Kimia
Temu mangga kaya kandungan kimia seperti tanin, kurkumin,
amilum, gula, minyak atsiri, damar, saponin, flavonoid, dan protein toksis
yang dapat menghambat perkembangbiakan sel kanker (Hariana, 2008).
3.3.4. Khasiat
Kegunaan dari temu mangga selain untuk keperluan dapur juga
untuk obat tradisional seperti mengecilkan peranakan, pengecil perut, obat
sakit perut, peluruh angin atau kembung, penguat lambung, memperbaiki
pencernaan, menurunkan panas badan serta mengobati penyakit kulit seperti
bintik-bintik merah karena gatal. Selain itu, tanaman ini juga dapat digunakan
untuk mengobati luka memar dan keseleo (Darwis et al., 1991). Khasiat
lainnya sebagai penurun panas (antipiretik), anti-toksik, dan sebagai
antioksidan (Wijayakusuma, 2008).
3.4. Pengolahan Simplisia
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-
bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kementrian
Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
12
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan / diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng
dan serbuk tembaga.
Simplisia tanaman termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara
umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan
nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : merica dengan
nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut sebagai Piperis
albi Fructus. Fructus menunjukkan bagian tanaman yang artinya buah.
Adapun metoda-metoda yang harus dilakukan untuk mendapatkan
suatu simplisia setelah tanaman / bahan baku telah dipanen (pasca panen).
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk
membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang
baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses
pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan
tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Tujuan
dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang
bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Penyortiran
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua
13
dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan
organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama
bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda
dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut
terbawa dalam bahan.
b. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera
dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan.
Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau
PAM. Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan
tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian
perhatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor
ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu
diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan.
c. Penirisan
Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering.
Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan selama 4 - 6 hari.
Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan
langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.
d. Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak
atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada
bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-
pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari
bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia
yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif
yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka
14
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu
yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah
ditumbuhi oleh jamur. Perajangan bahan dapat dilakukan secara
manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun
dengan mesin pemotong / perajang. Bentuk irisan split atau slice
tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri
yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika
ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang
(slice).
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-
busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia
terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang
lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam
bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 4o – 60o
C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang
mengandung kadar air 10%. Demikian pula dengan waktu pengeringan
juga bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti
rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan
dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan
menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan
tebal bahan (tidak saling menumpuk). Pengeringan bahan dapat
dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari
ataupun secara modern dengan menggunakan alat pengering seperti
oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzimatis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengeringan sudah berakhir apabila daun ataupun temu-temuan sudah
dapat dipatahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia)
15
yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 - 10%. Dengan jumlah kadar
air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan
maupun waktu penyimpanan.
f. Penyortiran kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran
unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap
akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,
penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran
simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses
pasca panen yang dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik,
kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak
mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau
boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang
jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan, nama bahan,
bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,
nomor / kode produksi, nama / alamat penghasil, berat bersih, metode
penyimpanan.
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih,
udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi harus cukup baik
karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan
simplisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan
jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi simplisia tanaman obat .
Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
16
yang harus diperhatikan adalah cara penanganan yang tepat dan
higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat
penyimpanan simplisia adalah :
1) Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya
ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
2) Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau
kemungkinan masuk air hujan.
3) Suhu gudang tidak melebihi 30o C.
4) Kelembabab udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65o
C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara
yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga
menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
5) Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus
dicegah.
6) Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering
memakan simplisia yang disimpan harus dicegah (Bayu, 2010).
17
BAB IV
METODE PEMAGANGAN
4.1 Bidang Pendidikan
Waktu : 09:00-15:30
Hari : Senin-Sabtu
Tanggal : 14 Maret – 14 April 2011
Tempat : di Jln. Dadaprejo, No. 112, Batu
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mempelajari berbagai
macam metode pengolahan dan pemanfaatan tanaman herbal,
2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik secara
langsung dalam melakukan metode pengolahan dan pemanfaatan
tanaman herbal,
3. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat
khasiat, kwalitas dan keawetan jamu.
4.2 Bidang Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam pemagangan ini adalah:
1. Praktek pembuatan jamu dari tanaman herbal dengan berbagai
metode pengolahan dan pemanfaatan tanaman herbal,
2. Mengkaji literatur,
3. Laporan akhir.
4.3 Bidang Pengabdian
Waktu : 09:00-15:30
Hari : Senin-Sabtu
Tanggal : 14 Maret – 14 April 2011
Tempat : di Jln. Dadaprejo, No. 112, Batu
Tujuan : Melalui pemagangan ini mahasiswa diharapkan selalu ikut
Serta dalam melakukan berbagai jenis kegiatan di tempat
pemagangan.
Langkah kerja:
Metode pelaksanaan pemagangan untuk aspek pengabdian
dilakukan dengan cara membantu pembuatan kapsul, ramuan
18
herbal dan lain sebagainya. Pengabdian juga dilakukan dengan
membantu aspek pengemasan dan pendistribusian.
19
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Bidang Pendidikan
Dari studi literatur pada bab iv menunjukkan bahwa penggunaan jamu
untuk pengobatan semakin diminati masyarakat. Selain ekonomis, herbal
mempunyai efek samping yang sangat kecil, walaupun daya
penyembuhannya berlangsung lama. Seperti yang terlihat pada waktu
melaksanakan magang bahwa masyarakat lebih mempercayai jamu untuk
penyembuhan.
Salah satu herba yang diproduksi adalah kapsul kunir putih. Kapsul
kunir putih terdiri dari kunir putih ditambah temu mangga dengan
perbandinga 7 : 3. Herbal ini digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit kanker. Sesuai dengan literatur di bab iv, kandungan minyak atsiri
pada kunir putih, termasuk kurkumol, kurdiona, dan beta-elemene
mempunyai efek antikanker pada sarcoma, cervical carcinoma, Ehrlich ascitis
carcinoma dan leukemia. Beta-elemene juga dapat menghambat sintesis asam
nukleat pada sel kanker. Sedangkan kandungan temu mangga yang bisa
menghambat perkembangbiakan sel kanker adalah protein toksis.
Produk kapsul kunir putih agar terjaga kualitasnya. Simplisia yang
akan digunakan telah melalui tahap pengolahan simplisia seperti yang
dijelaskan pada bab iv, yaitu pencucian, penyortiran, penirisan, perajangan,
pengeringan, penyortiran kering, pengemasan, dan penyimpanan. Semua
tahap itu tidak selalu dilakukan di Herba Medica Centre. Herba Medica
Centre membeli langsung dari petani atau pedagang yang telah mengolah
simplisia sampai memenuhi syarat yaitu kadar air kurang sampai 10%.
Selanjutnya akan dijadikan serbuk atau tepung untuk dijadikan ramuan atau
kapsul dan selebihnya disimpan di gudang.
20
5.2 Bidang Penelitian
Selama satu bulan magang di Herba Medica Centre ada banyak
pengalaman yang bisa didapatkan. Pengalaman-pengalaman itu sangat
berguna dikemudian hari. Didikan para karyawan di tempat magang sangat
membantu selama kegiatan magang berlangsung. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama magang adalah sebagai berikut :
1. Merajang bahan / simplisia berukuran besar yang akan digunakan,
2. Menselep simplisia menjadi tepung, hasil selep akan digunakan
membuat ramuan obat,
3. Membuat ramuan obat, jika ingin dikapsulkan harus disangrai dulu
sampai terasa panas,
4. Mengkapsulkan ramuan kunir putih yang terdiri dari 70% Curcuma
zedoaria dan 30% Curcuma mangga,
5. Mengkapsulkan beberapa ramuan obat seperti raputri, ambien, normag,
masataru, stroke, kolestrol, dan darah tinggi.
6. Memasang label pada botol yang akan dijadikan tempat kapsul, dan
7. Melakukan pengemasan terakhir.
Selain itu ada kegiatan membuat instan temu mangga. Kegiatan
yang dilakukan adalah temu mangga segar dicuci bersih, diselep dengan
mesin selep kasar, diperas dengan ditambah sedikit air, diendapkan selama 3-
4 jam, direbus sampai mendidih dengan wajan besar sambil diambil busanya,
dibiarkan semalam, dan direbus lagi dengan wajan besar dengan ditambah
gula pasir perbandingan 1 liter : 1 kg, dimasak sambil diaduk sampai
terbentuk kristal, dan dikemas dalam botol yang telah dilabeli. Instan temu
mangga siap diantar ke pemesan.
Fokus kegiatan magang adalah membuat kapsul kunir putih. Mulai
dari proses penepungan bahan kunir putih dan temu mangga, pembuatan
ramuan dengan perbandingan 7 : 3, mengsangrai ramuan, mengayak ramuan,
mengisi kapsul, mengemas dalam botol, seeling dengan plastik seeler, dan
pengepakan ke dalam kardus untuk diambil pemesan.
21
5.3 Bidang Pengabdian
Pembuatan Kapsul Kunir Putih
Kunir putih semakin diminati masyarakat karena khasiatnya dalam
mencegah dan mengobati kanker. Kebanyakan masyarakat tidak menyukai bentuk
ramuan dalam bentuk cair karena rasanya pahit. Oleh sebab itu dibuatlah kapsul
kunir putih. Prosesnya sebagai berikut :
1. Penepungan
Simplisia kering Curcuma zedoaria dan Curcuma mangga dibuat tepung
dengan mesin selep. Maksud dari penepungan agar mudah mengisi kapsul.
2. Mencampur bahan
Curcuma zedoaria dan Curcuma mangga dicampur dengan perbandingan
7 : 3 dan diaduk sampai benar-benar tercampur rata.
3. Penyangraian
Ramuan yang telah tercampur rata disangrai di atas kompor gas dengan api
besar pada sebuah wajan. Penyangraian dihentikan ketika ramuan terasa
cukup panas saat disentuh tangan. Maksud dari penyangraian ini adalah
untuk mengurangi kadar air sampai kurang dari 10% dan untuk membunuh
mikroorganisme yang kemungkinan mengkontaminasi ramuan.
4. Pengayaan ramuan
Pengayaan dilakukan dengan maksud agar bahan lebih halus. Sehingga
lebih mudah diserap oleh tubuh.
5. Pengapsulan
Ramuan yang telah diayak dan dingin dimasukkan ke kapsul. Pada saat
pengisian kapsul harus penuh.
6. Mengemas dalam botol
Kapsul yang telah diisi ramuan dikemas dalam botol yang telah dilabeli.
Setiap satu botol diisi 90 kapsul.
7. Seeling botol dengan plastik seeler
Seeling dengan plastik seeler di atas panas kompor yang apinya kecil.
Seeling bertujuan menjaga produk terjaga dari kontaminasi
mikroorganisme bebas di udara.
8. Tahap akhir adalah pengepakan ke dalam kardus
22
Pengepakan ke dalam kardus harus tertutup rapat. Selanjutnya siap untuk
diambil pemesan.
23
Pengambilan kunir putih Kunir putih
pemotongan kunir putih Hasil kupasan kunir putih
Penyelipan kunir putih Pembuatan kapsul
24
pengemasan Perekatan kemasan
Hasil kemasan Pengiriman
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian selama proses pemagangan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan dalam memproduksi
obat herbal dalam bentuk kapsul, instan, dan ramuan.
2. Tahap pengolahan simplisia yaitu pencucian, penyortiran, penirisan,
perajangan, pengeringan, penyortiran kering, pengemasan, dan
penyimpanan.
3. Kapsul kunir putih sangat berguna dalam penyembuhan kanker.
4. Kandungan minyak atsiri pada kunir putih, termasuk kurkumol, kurdiona,
dan beta-elemene mempunyai efek antikanker pada sarcoma, cervical
carcinoma, Ehrlich ascitis carcinoma dan leukemia. Beta-elemene juga
dapat menghambat sintesis asam nukleat pada sel kanker.
5. Kandungan temu mangga yang bisa menghambat perkembangbiakan sel
kanker adalah protein toksis.
6.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah
Perlu dilakukan pengembangan produksi agar lebih berkembang dan maju.
Perlu adanya alat-alat modern agar tidak kalah saing dengan produk baru.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bayu, Abang. 2010. Teknologi Pengolahan Simplisia Hingga Menjadi Suatu Produk Farmasi. http://lembarabangbayu.blogspot.com/2010/02/teknologi-pengolahan-simplisia-hingga.html (diakses tanggal 24 Desember 2010).
Darwis, S.N., A.B.D. Madjo Indo, dan S. Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Badan Litbang Pertanian: Pusat Penelitian Tanaman Industri.
Gunawan D., Sudarsono., Wahyuono S., Donatus IA. & Purnomo. 2001. Tumbuhan Obat 2: Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Pengunaan. Yogyakarta: PPOT UGM.
Hariana, H. Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta: Penebar Swadaya.
Harmanto, Ning. 2007. Jus Herbal Segar dan Menyehatkan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rukmana, H. Rahmat. 2008. Temu-temuan: Apotik Hidup di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius.
Syukur, C. 2003. Tanaman Obat Antikanker. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Wijayakusuma, H. M. Hembing. 2008. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat.
Jakarta: Puspa Swara.
. .2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta: Niaga
Swadaya.
26
LAMPIRAN
Foto Dokumentasi Magang
27