dinamika penderita nomophobia beratvii dinamika penderita nomophobia berat ni nyoman indah...

106
DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Ni Nyoman Indah Triwahyuni 149114010 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 21-May-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

149114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Disusun oleh:

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

NIM: 149114010

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. A. Supratiknya Tanggal,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

iii

HALAMAN PENGESAHAN

DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

NIM: 149114010

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 22 Januari 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Penguji

Tanda Tangan

1. Penguji 1 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D.

2. Penguji 2 : Dr. Tjipto Susana, M.Si.

3. Penguji 3 : R. Landung Eko Prihatmoko, M.Psi., Psi.

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

(Dr. Titik Kristiyani, M.Psi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

iv

HALAMAN MOTTO

“Bekerjalah terus tanpa henti dan berikan yang terbaik atas

semua energi yang kamu miliki, serta persembahkan apa yang

kamu kerjakan untuk Tuhan dan orang-orang terdekatmu.

Maka, yakinlah apa yang kamu kerjakan akan memberikan

hasil yang terbaik bagi dirimu”

(Mank Indah)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para Leluhur

Untuk Bapak, Mama, Kakak, dan Adik,

serta sahabat dan teman-teman,

Atas semangat, kasih, canda, dan penyertaannya selama ini

Untuk para kaum muda dan partisipan,

yang telah memberikan sudut pandang dan ceritanya terkait

kecemasan saat tidak bisa menggunakan smartphone.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar acuan, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2019

Penulis

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

vii

DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

nomophobia berat. Data dikumpulkan dengan pendekatan mixed-method, diawali dengan

penggunaan metode kuantitatif untuk mendapatkan responden dengan kategori nomophobia berat

dan dilanjutkan dengan metode kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner nomophobia yang dimiliki Yildirim dan Correia (2015), sedangkan data kualitatif

dikumpulkan melalui proses wawancara. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan metode

analisis statistik deskriptif. Sementara data kualitatif dianalisis menggunakan analisis isi kualitatif

(AIK) dengan pendekatan deduktif, yakni analisis terarah. Partisipan penelitian ini merupakan

mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Pada Studi 1 berjumlah 221 orang

dan pada Studi 2 berjumlah empat orang. Hasil yang ditemukan adalah dari 221 orang responden,

semuanya mengalami nomophobia dan kaum perempuan lebih rentan mengalami nomophobia

berat. Secara umum, kecemasan saat tidak bisa menggunakan smartphone muncul sejak kuliah dan

SMA yang diduga disebabkan oleh pengalaman negatif yang diberikan dari orang terdekat. Gejala

yang dominan muncul adalah cemas jika ada seseorang yang menghubungi, sehingga partisipan

menganggap koneksi adalah hal yang penting untuk dapat uptodate dengan informasi di sosial

medianya. Strategi coping yang dominan digunakan untuk mengalihkan kecemasan adalah

berinteraksi sosial dan melakukan hobi.

Kata kunci :Dinamika, nomophobia, mixed-method

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

viii

DYNAMICS OF SEVERE NOMOPHOBIA PATIENTS

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

ABSTRACT

This study aims to explore how the dynamics of patients with severe nomophobia. Data

were collected with a mixed-method approach, starting with the use of quantitative methods to get

respondents with severe nomophobia category and followed by qualitative methods. The

quantitative data were collected using questionnaires nomophobia owned Yildirim and Correia

(2015), while the qualitative data collected through the interview process. Quantitative data

analysis was conducted using descriptive statistical analysis. While the qualitative data were

analyzed using qualitative content analysis with a deductive approach, the analysis focused.

Participants of this study arestudents one of private Colleges in Yogyakarta. There were 221

people in study onewhile in Study two there were four people. Results are from 221 respondents.

All of them experienced nomophobia where women were more susceptible to suffer from severe

nomophobia. In general, anxiety when unable to use smartphones emerged since college and high

school which is suspected to be caused by the negative experience came from significant others.

The dominant symptoms appear is feeling anxious if someone contacted them, so that participants

assume that connection is important in order to be up to date with information on social media.

The most used coping strategy used to distract their anxiety was by interacting socially and doing

hobbies.

Keywords: Dynamics, nomophobia, mixed-method

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Ni Nyoman Indah Triwahyuni

Nomor Mahasiswa : 149114010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

Dinamika Penderita Nomophobia Berat

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 30 Januari 2019

Yang menyatakan,

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

x

KATA PENGANTAR

Perjalanan yang tidak mudah untuk menyelesaikan pembuatan skripsi

hingga harus menambah satu semester untuk dapat menyelesaikannya. Tidak

hanya untuk mendapatkan tanda kelulusan atau ijazah, namun untuk menemukan

sebuah pembelajaran dalam berproses membuat suatu karya yang baik dan benar.

Proses ini tidak akan mudah untuk saya jalani sendiri. Begitu banyak orang-orang

hebat dan luar biasa yang mendukung perjalanan saya. Setulus hati saya ingin

mengucapkan terima kasih pada semua orang yang telah berperan serta membantu

saya secara langsung ataupun tidak langsung.

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang Maha Segalanya! Saya beryukur atas

pengalaman dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat

berproses sedemikian rupa dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

sudah menjadi tempat saya berkeluh kesah saat saya merasakan

ketidaknyamanan dalam hati saya. Terima kasih atas energi yang Engkau

berikan kepada saya hingga saya bisa sampai pada titik ini.

2. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

sabar dan memiliki dedikasi yang tinggi memberikan waktu serta segala hal

yang dimilikinya untuk membantu kami menyelesaikan skripsi dengan baik.

Terima kasih telah mengajari banyak hal untuk bisa membuat hasil karya

yang baik dan benar. Terima kasih telah mengembangkan kami Bapak.

3. Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh jajaran Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma, atas segala informasi dan sistem pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xi

yang diterapkan. Berproses di tempat ini membuat saya lebih berkembang

dan lebih mampu memahami diri saya sendiri serta orang lain.

4. Terima kasih kepada Bapak Eddy Suhartanto M.Si selaku dosen pembimbing

akademik yang selalu memberikan bantuannya dalam proses menyelesaikan

administrasi kegiatan perkuliahan saya.

5. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak R. Landung Eko Prihatmoko, M.Psi.,

Psi. selaku dosen penguji. Terima kasih atas diskusi dan masukan yang

diberikan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Ketut Sumiartha, Ibu Wayan Sutri, Ayu Sri Adnyani, Aditya Jaya

Permana, Ketut Sri Muliati, dan Krisna Yuliawan yang selalu memberikan

semangat dan selalu mengingatkan saya bahwa skripsi adalah prioritas utama.

7. Terima kasih kepada Deva “Pabo” selaku teman kos sekaligus teman dekatku

yang selalu ada dalam segala situasi Mank Indah. Terima kasih telah menjadi

teman bercerita, bermain, bercanda, menangis, dan segalanya. Aku sayang

Pabo.

8. Kepada rekan diskusi yang sungguh luar biasa Dimas Maharani Parwanto

(Kuncung). Terima kasih atas waktu dan pemikiran kritismu yang selalu

membuatku mencari tahu lebih dalam terkait suatu hal.

9. Keluargaku PBB “Deva, Pande, Indri, Okta, Gantih, dan Dewa” yang menjadi

tempatku untuk pulang di perantauan. Kalian yang memberikan warna

bahagia saat kita berkumpul bersama. Tetaplah seperti ini nanti dan aku selalu

sayang kalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xii

10. Teman-temanku OMI “Intan, Dea, dan Grace” yang selalu mendukungku,

memahamiku, dan mengajak aku pergi untuk menghilangkan rasa suntukku.

Terima kasih telah menerimaku yang apa adanya ini, aku sayang kalian.

11. Kepada teman-teman kelas A angkatan 2014 yang telah menemaniku sejak

semester awal. Terima kasih atas semangat dan kerjasamanya selama ini.

12. Terima kasih kepada semua teman-temanku dari PF 2015, AKSI 2016, PF

2017, AKSI 2018, dan P2TKP yang selalu memberikan semangat dan

pengalaman berharga saat berdinamika dengan kalian.

13. Kepada adik-adikku, Anting, Brian, dan Alma, yang selalu menjadi teman-

teman bercerita segala hal. Senang mengenal kalian, semangat penyusunan

skripsi ke depan!!

14. Anak-anak Profesor yang menjadi teman seperjuangan dalam menyelesaikan

skripsi. Terima kasih atas diskusi, canda, dan sedihnya. Tetaplah semangat

dan yakinlah ketika kalian terus berusaha memberikan yang terbaik atas apa

yang kalian miliki, pasti akan berujung baik. Semangat!!

15. Para partisipan yang mengalami nomophobia, terima kasih atas partisipasi

kalian. Tanpa kalian skripsi ini tidak akan berarti dan selesai.

16. Serta segala pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih

telah membantu saya memberikan dukungan emosional, teknis, atau lainnya.

Kendati segala ucapan terima kasih ini saya berikan kepada segala pihak,

hanya sayalah yang bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang

mungkin terjadi dalam skripsi ini.Saya ingin mempersembahkan skripsi ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xiii

terutama kepada orangtua saya sebab mereka telah mengajarkan saya menjadi

seorang yang mandiri dan pekerja keras.

Yogyakarta, 30 Januari 2019

Penulis

Ni Nyoman Indah Triwahyuni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI

KARYA ILMIAH .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8

1. Manfaat Teoritis ..................................................................................... 8

2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 9

A. Remaja dan Teknologi Informasi ................................................................. 9

B. Nomophobia ............................................................................................... 12

1. Pengertian ............................................................................................. 12

2. Dimensi Nomophobia .......................................................................... 13

a. Not Being Able to Communicate .................................................... 13

b. Losing Connectedness .................................................................... 15

c. Not Being Able to Access Information ........................................... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xv

d. Giving Up Convenience ................................................................. 17

3. Pengukuran Nomophobia ..................................................................... 19

4. Dinamika Mahasiswa Penderita Nomophobia Berat............................ 21

C. Kerangka Konseptual ................................................................................. 23

BAB III

STUDI 1 ................................................................................................................. 28

A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 28

B. Variabel Penelitian & Definisi Operasional ............................................... 28

C. Partisipan ................................................................................................... 29

D. Metode Pengambilan Data ......................................................................... 30

E. Analisis dan Interpretasi Data ................................................................... 36

F. Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 37

BAB IV

STUDI 2 ................................................................................................................. 40

A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 40

B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 40

C. Partisipan .................................................................................................... 41

D. Peran Peneliti ............................................................................................. 42

E. Metode Pengambilan Data ......................................................................... 43

F. Analisis dan Interpretasi Data .................................................................... 46

G. Penegakan Kredibilitas dan Dependibilitas Penelitian .............................. 48

H. Hasil dan Pembahasan................................................................................ 49

1. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ............... 50

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 58

BAB V

PEMBAHASAN UMUM ...................................................................................... 73

A. Keseluruhan Subjek Mengalami Nomophobia .......................................... 73

B. Prevalensi Perempuan Lebih Tinggi Mengalami Nomophobia Berat ....... 73

C. Asal-Usul Munculnya Kecemasan ............................................................. 74

D. Gejala dan Keluhan Terkait dengan Dimensi Nomophobia ....................... 75

E. Strategi Coping Mengurangi Kecemasan .................................................. 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xvi

BAB VI

PENUTUP .............................................................................................................. 79

A. Kesimpulan ................................................................................................ 79

B. Keterbatasan penelitian .............................................................................. 80

C. Saran .......................................................................................................... 81

1. Bagi peneliti selanjutnya ...................................................................... 81

2. Bagi praktisi psikologi ......................................................................... 82

3. Bagi keluarga dan orang terdekat partisipan ........................................ 82

4. Bagi partisipan ..................................................................................... 82

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual ............................................................... 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Adaptasi Kuesioner Nomophobia Yildirim dan Correia (2015) .... 32

Tabel 2. Blue Print Kuesioner Nomophobia ......................................................... 35

Tabel 3. Koefisien Korelasi Setiap Item ............................................................... 36

Tabel 4. Norma Tingkat Nomophobia Menurut Yildirim dan Correia (2015) ..... 37

Tabel 5. Sebaran Subjek Nomophobia Berat ........................................................ 38

Tabel 6. Partisipan Nomophobia Berat di Studi 2 ................................................. 41

Tabel 7. Pedoman Wawancara .............................................................................. 45

Tabel 8. Kerangka Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan ........................... 47

Tabel 9. Kerangka Analisis Dimensi Nomophobia ............................................... 47

Tabel 10. Kerangka Analisis Strategi Coping untuk Mengatasi Kecemasan........ 48

Tabel 11. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .......................................... 49

Tabel 12. Hasil Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan ................................. 63

Tabel 13. Hasil Analisis Gejala dan Keluhan Terkait Dimensi Nomophobia ...... 69

Tabel 14. Hasil Analisis Strategi Coping Mengatasi Kecemasan ......................... 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Partisipan/ Informed Consent .............. 86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang Indonesia adalah pengguna smartphone nomor satu di dunia

(“Orang Indonesia”, 2014). Lembaga riset digital Marketing atau Emarketer

memperkirakan bahwa pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di

Indonesia akan mencapai lebih dari 100 juta orang (Wahyudi, 2016). Di sisi lain,

di tahun 2013, riset yang dilakukan Yahoo dan Midshare menemukan bahwa dari

41 juta orang di Indonesia yang menggunakan smartphone, 39% diantaranya

adalah kaum muda dengan rentang usia 16 sampai 21 tahun (Wulandari,

Darmawiguna, & Wahyuni, 2014). Diduga bahwa populasi anak muda yang

menggunakan smartphone di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan tersebut terlihat dari hasil observasi peneliti bahwa kaum

muda tidak bisa terpisahkan dari smartphone yang mereka miliki dalam

melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Hasil observasi ini dapat diperkuat

dengan pemaparan Bragazii dan Puente (2014) yang menyatakan bahwa

perubahan kebiasaan dan perilaku sehari-hari individu saat ini terjadi karena

meningkatnya pemanfaatan dan penetrasi teknologi serta komunikasi virtual baru

yang bersifat pribadi, dimana salah satu teknologi perantaranya adalah

smartphone. Pemanfaatan akan smartphone ini seperti dapat mengirim pesan

singkat, melakukan panggilan, mengecek dan mengirim e-mail, berselancar di

dunia maya, belajar, jejaring sosial, mencari informasi di internet, permainan, dan

bahkan untuk membuat jadwal (Mulyar, 2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

2

Namun, selain memberikan banyak manfaat, smartphone juga dapat

memberikan dampak negatif. Menurut Hoffman (Bragazii dan Puente, 2014)

penggunaan jangka panjang pada media baru ini mudah mengarahkan seseorang

ke perilaku adiktif dan impulsif. Yildirim dan Correia (2015) menambahkan ada

beberapa masalah terkait dengan penggunaan smartphone, salah satunya adalah

nomophobia. Nomophobia atau no mobile phone phobia adalah phobia yang

menggambarkan kecemasan atau ketidaknyamanan saat seseorang berada jauh

atau tidak dapat kontak dengan smartphone atau komputer yang dimilikinya

(King, Valenca, & Nardi, 2010, dalam Yildirim & Correia, 2015).

Yildirim dan Correia (2015) dalam hal ini mengungkapkan bahwa

nomophobia merupakan akibat interaksi individu dengan smartphone. Pernyataan

ini diungkapkan karena bertolak dari definisi King et al. (2010, dalam Yildirim &

Correia, 2015) mengenai nomophobia. Menurutnya, nomophobia adalah fobia

yang modern yang dihasilkan dari interaksi individu dengan teknologi baru.

Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) juga melihat bahwa smartphone semakin

marak pada lima tahun terakhir, dimana telah mengambil alih pasar telepon

selular bahkan hampir menggantikan frasa “telepon selular” (Yildirim & Correia,

2015).

Lalu, menurut Yildirim dan Correia (2015), nomophobia memiliki empat

dimensi yaitu, not being able to communicate, losing connectedness, not being

able to access information, and giving up convenience. Not being able to

communicate adalah perasaan kehilangan komunikasi ketika tidak dapat

dihubungi atau menghubungi seseorang. Losing connectedness adalah perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

3

kehilangan koneksi dan terputus dengan identitas online seseorang pada sosial

media. Not being able to access information adalah munculnya rasa

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengakses

informasi melalui smartphone. Giving up convenience menggambarkan sebuah

kenyamanan untuk tetap berada di dekat smartphone yang dimiliki.

Yildirim dan Correia (2015) menyatakan bahwa mengingat banyaknya

penggunaan smartphone di kalangan mahasiswa, maka tidak mengejutkan bahwa

mereka rentan dengan nomophobia. Pernyataan ini diperkuat dengan temuan

penelitian yang dilakukan di Universitas Airlangga. Dari 380 responden, hanya 17

responden yang ditemukan tidak mengalami nomophobia. Sedangkan sisanya,

masuk ke dalam beberapa kategori, yaitu 88 responden masuk kategori

nomophobia ringan, 148 responden masuk kategori nomophobia sedang, 92

masuk kategori nomophobia berat, dan 34 masuk kategori nomophobia sangat

berat (Mulyar, 2016).

Temuan tersebut tentu mengkhawatirkan, sebab menurut Dixit et al. (2010,

dalam Gezgin & Cakir, 2016) bahwa perilaku nomophobic dapat menyebabkan

seorang individu merasakan efek kecemasan negatif yang berujung pada sulitnya

berkonsentrasi saat melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, sebuah artikel

berita menyebutkan terdapat dua orang anak yang mengalami guncangan jiwa

akibat tidak diizinkan memegang atau menggunakan gadget oleh orangtuanya

(Flora, 2018).

Mengingat bahwa nomophobia adalah sebuah phobia yang mampu

mengubah kehidupan keseharian manusia ke arah yang negatif dan saat ini masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

4

terdengar asing di kalangan masyarakat Indonesia, maka peneliti bertujuan

melakukan penelitian secara lebih mendalam dengan mencari tahu dinamika dari

penderita nomophobia berat. Dinamika penderita nomophobia berat yang

dimaksud meliputi: (1) asal-usul munculnya kecemasan ketika tidak bersama

smartphone, (2) gejala dan keluhan apa saja terkait dengan empat dimensi

nomophobia yang dialami oleh penderita nomophobia berat, (3) strategi coping

untuk mengatasi kecemasan yang muncul ketika tidak bersama dengan

smartphone.

Penelitian terdahulu, baik di luar atau dalam negeri, belum banyak yang

membahas nomophobia secara lebih mendalam. Sejauh ini, penelitian di luar

negeri ada yang bertujuan mencari tahu prevalensi nomophobia di kalangan

mahasiswa, seperti dilakukan di medical college di Bangalore (Pavithra, Suwarna,

& Murthy, 2015) dan di Turkish college students (Yildirim, Sumuer, Adnan, &

Yildirim, 2015). Lalu, ada pula yang mencari prevalensi nomophobia ini di

kalangan pengguna smartphone di India (Kanmani, Bhavani, & Maragatham,

2017). Kemudian, penelitian lain ada yang berusaha mencari dimensi dari

nomophobia serta melakukan validasi kuesioner nomophobia yang telah dibuat

(Yildirim & Correia, 2015). Sementara penelitian di Indonesia lebih banyak

mencari hubungan nomophobia dengan beberapa aspek psikologis, seperti

kepercayaan diri (Sudarji, 2017), self esteem (Mayangsari & Ariana, 2015), dan

the big five personality (Prasetyo & Ariana, 2016).

Dari segi desain penelitian yang digunakan, kebanyakan laporan penelitian

terdahulu menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

5

pengumpulan datanya berupa kuesioner (King et al., 2014; Yildirim et al., 2015;

Pavithra et al., 2015; Mayangsari & Ariana, 2015; Gezgin & Cakir, 2016;

Prasetyo & Ariana, 2016; Kanmani et al., 2017; Prasad, Patthi, Singla, Grupta,

Saha, Kumor, Malhi, & Venisha, 2017; Sudarji, 2017; Wahyuni & Harmaini,

2017). Lalu, ada pula penelitian yang menggunakan desain kualitatif dan mix

method, yaitu penelitian yang dilakukan Yildirim dan Correia (2015). Mix method

yang dilakukan Yildirim dan Correia (2015) digunakan untuk mencari dimensi

dan mengembangkan kuesioner untuk mengukur nomophobia. Tahap pertama

yang dilakukan oleh Yildirim dan Correia (2015) adalah menggunakan desain

kualitatif dengan wawancara sebagai instrumen yang dipilih untuk mengumpulkan

data. Selanjutnya, mereka menggunakan desain kuantitatif dan kuesioner sebagai

instrumennya. Dalam menggunakan desain mix method ini, Yildirim dan Correia

(2015) lebih berfokus pada pengembangan kuesioner untuk mengukur

nomophobia. Sedangkan dari segi partisipan, sebagaian besar penelitian baik di

luar maupun di dalam negeri menggunakan partisipan yang memiliki rentang usia

17-35 tahun dengan mahasiswa sebagai profesi yang sebagian besar digunakan

untuk sampel penelitian (Mayangsari & Ariana, 2015; Pavithra et al., 2015;

Yildirim & Correia, 2015; Yildirim, Sumuer, Adnan, & Yildirim, 2015; Prasetyo

& Ariana, 2016; Kanmani et al., 2017; Prasad, Patthi, Singla, Grupta, Saha,

Kumor, Malhi, & Venisha, 2017; Sudarji, 2017).

Dari segi hasil penelitian, terdapat dua penelitian yang mengungkapkan

sebuah prevalensi nomophobia di kalangan generasi muda. Pertama, penelitian

Pavithra et al. (2015) mendapati dari 200 mahasiswa yang diteliti 79 diantaranya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

6

nomophobic. Kedua adalah penelitian dari Yildirim et al. (2015). Mereka

menemukan bahwa 42.6% kaum muda di Turki mengalami nomophobia. Ketiga,

Kanmani et al. (2017) menemukan bahwa perempuan memiliki level nomophobia

yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan mahasiswa (18-24 tahun) lebih

rentan terkena nomophobia dibandingkan kalangan yang sudah bekerja. Lalu,

penelitian di Indonesia hanya mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara

nomophobia dengan aspek psikologis yang diteliti, yaitu kepercayaan diri

(Sudarji, 2017), self esteem (Mayangsari & Ariana, 2015), dan the big five

personality (Prasetyo & Ariana, 2016).

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, peneliti menemukan beberapa

defisiensi. Dari segi fokus penelitian, belum ada yang meneliti mengenai

dinamika penderita yang mengalami nomophobia berat di luar maupun dalam

negeri. Penelitian di Indonesia sebelumnya lebih banyak mencari keterkaitan

nomophobia dengan aspek psikologis. Dari segi desain penelitian, hanya satu

yang ditemukan menggunakan desain mix method dan berlokasi di luar negeri,

yaitu Amerika Serikat. Desain tersebut digunakan dengan lebih dominan pada

desain kuantitatif untuk dapat mengembangkan kuesioner yang mampu mengukur

nomophobia. Sisanya, lebih banyak yang menggunakan desain penelitian

kuantitatif yang lebih berfokus mencari suatu hubungan dengan aspek psikologis

dan melihat prevalensi kasus nomophobia di suatu populasi. Hal tersebut kurang

dapat memberikan gambaran secara lebih mendalam mengenai dinamika

penderita nomophobia berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

7

Bertolak dari defisiensi yang dipaparkan itu, peneliti ingin menggunakan

mix method untuk mengetahui dinamika penderita nomophobia berat, dengan

subjek mahasiswa aktif di suatu Universitas. Tujuan dari penggunaan mix method

adalah: pertama, menemukan subjek yang tergolong memperoleh skor kategori

nomophobia berat dengan metode kuantitatif dan kuesioner sebagai instrumen

pengumpulan datanya. Setelah itu, yang kedua, sampel subjek yang tergolong

berat akan diwawancara menggunakan metode kualitatif. Hal ini dilakukan untuk

dapat mengeksplorasi dinamika nomophobia berat yang dialami oleh subjek

tersebut. Kemudian, data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis isi

kualitatif.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pokok: Bagaimana dinamika mahasiswa yang mengalami nomophobia

berat?

Pertanyaan turunan:

1. Bagaimana asal-usul munculnya kecemasan ketika tidak bersama

smartphone?

2. Gejala dan keluhan apa saja terkait dengan empat dimensi nomophobia

yang dialami oleh mahasiswa yang memiliki nomophobia berat?

3. Bagaimana strategi coping untuk mengatasi kecemasan yang muncul

ketika tidak bersama smartphone?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi dinamika mahasiswa yang mengalami

nomophobia berat, meliputi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

8

1. Asal-usul munculnya kecemasan ketika tidak bersama smartphone

2. Gejala dan keluhan terkait empat dimensi nomophobia yang dialami

mahasiswa yang memiliki nomophobia berat

3. Strategi coping yang digunakan untuk mengatasi kecemasan yang muncul

ketika tidak bersama smartphone

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur

khususnya kajian psikologis mengenai nomophobia di Indonesia, terutama

berkaitan dengan dinamika penderita nomophobia berat, khususnya di kalangan

mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

kepada masyarakat bahwa nomophobia saat ini sangat rentan terjadi pada kaum

muda khususnya di Indonesia. Selanjutnya, ketika masyarakat mampu memahami

bagaimana dinamika seseorang yang mengalami nomophobia, harapannya adalah

keluarga maupun lembaga masyarakat juga mampu memberikan gambaran dan

penanganan yang tepat untuk membantu subjek yang mengalami nomophobia

berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis akan mengawali penjelasan terkait dinamika

mahasiswa yang masuk dalam golongan remaja dan hubungannya dengan

teknologi. Lalu, penjelasan akan dilanjutkan pada apa yang dimaksud dengan

nomophobia. Penjelasan nomophobia tersebut melingkupi pengertian dan

dimensi-dimensi yang dimiliki oleh nomophobia, serta alat ukur atau kuesioner

nomophobia yang digunakan. Sesudah itu, peneliti berlanjut menjelaskan sedikit

mengenai strategi coping secara umum dan konteks penelitian yang dituju, yaitu

mengenai mahasiswa dengan nomophobia berat, serta pemaparan maksud peneliti

mengenai dinamika mahasiswa yang menderita nomophobia berat. Pada bagian

akhir, peneliti akan memberikan sebuah bagan kerangka konseptual untuk

membantu memperlihatkan alur berpikir penelitian ini.

A. Remaja dan Teknologi Informasi

Teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang tidak

terpisahkan dari kita saat ini (Lee, Tam, & Chei, 2013; Salehan & Negahban,

2013, dalam Yildirim & Correia, 2015). Kemunculan teknologi telekomunikasi ini

didorong oleh kebutuhan manusia untuk menghadapi berbagai permasalahan yang

dihadapi dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat (Oulasvirta, Rattenbury,

Ma, & Raita, 2012, dalam Yildirim & Correia, 2015). Di era sekarang, ponsel

cerdas atau yang kerap disebut smartphone merupakan teknologi komunikasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

10

menjadi trendi masyarakat (Oulasvirta et al., 2012, dalam Yildirim & Correia,

2015).

Tren tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan yang

signifikan pada pengguna smartphone di Indonesia. Pada tahun 2015

penggunanya sebesar 52,2 juta jiwa, kemudian pada tahun 2016: 69,4 juta jiwa,

2017: 86,6 juta jiwa, dan diperkirakan semakin memuncak pada tahun 2018, yakni

sebanyak 103 juta jiwa (Wahyudi, 2017). Riset yang dilakukan Yahoo dan

Midshare pada tahun 2013 menemukan bahwa dari 41 juta orang di Indonesia

yang menggunakan smartphone, 39% diantaranya adalah kaum muda dengan

rentang usia 16 sampai 21 tahun (Wulandari, Darmawiguna, & Wahyuni, 2014).

Hasil tersebut mencerminkan bahwa di samping terjadinya peningkatan pengguna

smartphone di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun, terdapat rentang usia

yang menguasai porsi terbesar dalam kepemilikan smartphone, yakni pada usia

16-21 tahun.

Bagi kaum muda, smartphone atau yang masih akrab disebut oleh

masyarakat Indonesia sebagai handphone (HP) adalah sebuah perangkat yang

memudahkan mereka untuk melakukan dan menyelesaikan berbagai tugas harian,

seperti menelepon dan mengirim pesan, memeriksa dan mengirim email, membuat

janji, menjelajahi internet, berbelanja secara online, menikmati jejaring sosial,

mencari informasi, game, hiburan, dll (Park, Kim, Shon, & Shim, 2013, dalam

Yildirim & Correia, 2015). Selain itu, adanya smartphone juga mampu

meningkatkan status sosial mereka. Manfaat tersebut membuat remaja merasa

lebih terikat pada smartphone yang justru menuntun mereka pada permasalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

11

terkait penggunaan yang berlebihan pada smartphone (Yilmaz, Sar, & Cilvan,

2015; dalam Gezgin & Cakir, 2016). Smartphone dapat menyebabkan penggunaan

kompulsif (Oulasvirta et al., 2012, dalam Yildirim & Correia, 2015) dan membuat

ketagihan di kalangan remaja (Chiu, 2014; Lee et al., 2014; Salehan & Negahban,

2013, dalam Yildirim & Correia, 2015). Hal ini mungkin terjadi karena remaja

cenderung menghabiskan sebagian besar waktu yang mereka miliki bersama

smartphone-nya.

Lebih bahayanya lagi, di zaman globalisasi, smartphone dapat memberi

efek yang besar pada perkembangan sosial dan emosional remaja (Gezgin &

Cakir, 2016). Samaha dan Hawi (2015) menemukan bahwa kecanduan

smartphone meningkatkan stres dan menurunkan kinerja akademik. Selain itu,

penelitian Lee, Kim, Ha, Yoo, Han, Jung, & Jang (2016) yang dilakukan di

kalangan mahasiswa membuktikan bahwa ketergantungan smartphone dapat

menimbulkan perasaan cemas. Hal tersebut diduga mampu membawa remaja

lebih rentan pada kecanduan oleh smartphone dibandingkan orang dewasa (Kwon,

Kim, Cho, dan Yang, 2013, dalam Gezgin & Cakir, 2016). Efek kecanduan inilah

yang menyebabkan remaja rentan terkena nomophobia.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana remaja

khususnya mahasiswa mengalami dinamika sebagai penderita nomophobia berat.

Mahasiswa yang dimaksud adalah orang-orang yang masuk ke dalam golongan

remaja dan merupakan peserta didik yang sedang menjalani proses pendidikan di

suatu perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, remaja khususnya mahasiswa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

12

digunakan oleh peneliti adalah mereka yang berusia 18-24 tahun (Curtis, 2015)

dan masuk dalam kategori nomophobia berat.

B. Nomophobia

1. Pengertian

Nomophobia atau disebut juga no mobile phone phobia merupakan sebuah

phobia yang menggambarkan kecemasan seseorang ketika berada jauh dari mobile

phone miliknya (SecurEnvoy, dalam Yildirim & Correia, 2015). Cheever et al.

(Prasetyo & Ariana, 2014) juga menjelaskan bahwa nomophobia adalah phobia

yang menggambarkan kondisi seseorang yang tidak dapat lepas dari telepon

genggam miliknya. Oleh karena itu, Yildirim dan Correia (2015) mengungkapkan

bahwa nomophobia memiliki keterkaitan dengan interaksi seseorang dengan

mobile phone. Kemudian, King et al. (2014) yang mengutip dari sebuah majalah

Nomophobia fear pada tahun 2012, menambahkan bahwa nomophobia adalah

sebuah ketakutan yang terjadi karena tidak dapat melakukan komunikasi melalui

mobile phone atau tidak dapat terhubung dengan internet.

Phobia yang memiliki keterkaitan dengan interaksi seseorang dengan

mobile phone ini menyebabkan seseorang memiliki kecemasan dan ketakutan

berlebih jika ia kehilangan atau jauh dari ponselnya (Wahyuni & Harmaini, 2017).

Dixit et al. (Gezgin & Cakir, 2016) juga menyatakan hal yang sama bahwa

individu yang memiliki perilaku nomophobic akan merasakan cemas saat individu

tersebut kehilangan, kehabisan baterai, atau tidak mendapatkan koneksi pada

handphone-nya. Selain itu, individu dengan nomophobia juga mengalami

ketakutan ketika ia melewatkan sebuah telepon atau pesan singkat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

13

melewatkan informasi penting dari jejaring sosial (Mayangsari, 2012; dalam

Sudarji, 2017).

Lebih lanjut, Sudarji (2017) juga menjelaskan orang yang mengalami

nomophobia selalu hidup dalam kekhawatiran dan kecemasan ketika ia

meletakkan atau menyimpan smartphone. Hal tersebut pula yang membuat orang

yang menderita nomophobia selalu membawa smartphone-nya kemana pun ia

pergi. Lalu, Sudarji (2017) kembali memaparkan bahwa penderita nomophobia

dapat memeriksa smartphone mereka hingga 34 kali dalam sehari dan kerap

membawanya hingga ke toilet. Maka, penjelasan King, Valenca, Silva, Baczynski,

Carvalho, dan Nardi (2013) dapat memberikan kesimpulan bahwa nomophobia

mengacu pada suatu ketidaknyamanan atau kecemasan yang disebabkan oleh

tidak tersedianya ponsel, PC atau perangkat komunikasi virtual lainnya.

2. Dimensi Nomophobia

Menurut Yildirim dan Correia (2015), nomophobia memiliki empat

dimensi yaitu, not being able to communicate, losing connectedness, not being

able to access information, dan giving up convenience.

a. Not Being Able to Communicate atau tidak dapat berkomunikasi,

adalah perasaan kehilangan komunikasi dan tidak bisa menggunakan layanan

yang memungkinkan komunikasi secara langsung dengan orang lain. Hal tersebut

meliputi perasaan tidak bisa menghubungi atau dihubungi. Dalam temuan hasil

wawancaranya, Yildirim dan Correia (2015) menemukan para partisipannya

sangat mengandalkan smartphone dan fitur-fitur yang ada untuk keperluan

komunikasi. Pernyataan-pernyataan yang muncul misalnya seperti: “Ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

14

memungkinkan saya berkomunikasi lebih mudah dengan seseorang. Jadi, jika

jadwal saya diubah atau saya perlu bertanya dengan seseorang, saya dapat

melakukannya dengan lebih mudah.” (Olivia). Ada pula yang mengatakan, “Anda

bisa saja mengirimkan pesan teks ke grup untuk memberitahu dimana Anda akan

bertemu.” (Lily). Satu partisipan juga menyatakan bahwa telepon sangat

membantunya dalam berkomunikasi, Ted berkata, “Ketika saya pertama kali

datang ke AS, saya merasa rindu rumah, tapi telepon saya dapat membantu saya

untuk berkomunikasi dengan keluarga saya dan saya merasa lebih baik”.

Melalui kutipan pernyataan tersebut dapat ditunjukkan bahwa smartphone

sebagai alat komunikasi begitu penting bagi orang dewasa muda. Para partisipan

menyatakan bahwa ketika mereka tidak dapat menggunakan smartphone, mereka

akan merasa cemas. Hal ini tergambar dari kutipan-kutipan pernyataan di bawah

ini: “Bagian yang paling disayangkan adalah ketika saya tidak dapat menerima

pesan atau e-mail apapun. Saya tidak dapat menghubungi orang yang perlu saya

hubungi dan hal tersebut memunculkan perasaan tidak menyenangkan.” (Petrus).

Pernyataan lain dari Lily seperti, “Uhmm..itu agak aneh, ketika saya tidak bisa

mengirimkan pesan kepada teman sekamar saya. Saya seakan tidak bisa

berkomunikasi”.

Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) menemukan bahwa komunikasi

secara langsung atau yang dikatakan instan berarti bisa mendapatkan pesan teks

dari seseorang dengan segera. Selain pesan teks, media komunikasi lain yang

dilakukan oleh beberapa orang adalah pesan e-mail. Misalnya, partisapan Astrid

yang menyatakan “Ketika saya tidak memeriksa e-mail saya, saya akan merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

15

cemas karena saya tahu di akhir hari saya akan mendapatkan e-mail yang banyak.

Di sisi lain, saya tidak dapat memeriksanya. Jika seseorang membutuhkan

sesuatu, saya tidak dapat segera meresponnya.”. Pernyataan tersebut juga

menunjukkan bahwa ada sebuah keinginan dari Astrid untuk segera merespon

seseorang yang menghubunginya.

b. Losing Connectedness atau kehilangan koneksi adalah perasaan

kehilangan koneksi pada smartphone dan terputus dengan identitas online

khususnya pada sosial media yang dimiliki. Para peserta menjelaskan bahwa

koneksi merupakan alasan utama kaum muda menggunakan smartphone. Hal

tersebut dapat tergambarkan dari salah satu hasil wawancara Yildirim dan Correia

dengan seorang mahasiswi yaitu, Astrid. Ia mengatakan bahwa smartphone

memungkinkannya untuk tetap terhubung pada teman-temannya yang berada di

negeri yang berbeda dan ia juga dapat mengikuti perkembangan dari teman-

temannya. Selain itu, keterhubungan atau terkoneksi yang dijelaskan oleh peserta

lainnya adalah ia mampu mengetahui arti dari notifikasi yang muncul melalui

smartphone miliknya. Hal ini seperti lampu berwarna ungu memiliki arti bahwa

itu adalah e-mail. Warna biru mengartikan teman dan yang lainnya. Melalui hal

tersebut peserta dapat memperhatikan dari kejauhan dan bisa pula memutuskan

untuk tidak memperdulikan hal-hal yang dianggap tidak penting. Peserta lainnya

ada pula yang mencontohkan bahwa keterhubungan yang dimaksud seperti ia

akan memeriksa sesegera mungkin jika terdapat pemberitahuan yang masuk ke

dalam smartphone miliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

16

Pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan pentingnya orang-orang

muda memberikan sebuah tanda yang berfungsi untuk memastikan mereka

melihat pemberitahuan yang masuk ke dalam smartphone mereka. Pemberitahuan

tersebutlah yang membuat mereka memiliki keinginan untuk memeriksa

smartphone mereka. Tampaknya, melihat sebuah notifikasi yang ada di

smartphone merupakan salah satu cara memastikan keterhubungan. Jika mereka

melihat pemberitahuan, berarti mereka merasa tetap terhubung dengan identitas

dan jaringan online yang mereka miliki. Selain itu, keterhubungan tersebut tidak

hanya terkait dengan identitas online yang mereka miliki, namun juga dengan

smartphone itu sendiri. Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Olivia yang

menyatakan bahwa ia merasa hampa ketika ia meninggalkan teleponnya di rumah.

Kemudian ungkapan John juga mencerminkan hal yang sama, ia mengatakan akan

merasa tidak nyaman ketika ia meninggalkan teleponnya.

c. Not Being Able to Access Information atau tidak dapat mengakses

informasi adalah dimensi yang menggambarkan ketidakmampuan seseorang

dalam mengakses informasi. Dimensi ini tercermin dengan adanya

ketidaknyamanan ketika individu kehilangan akses untuk mendapatkan informasi

dari smartphone. Mengakses informasi melalui smartphone ditemukan menjadi

hal yang sangat penting dilakukan oleh para kaum muda.

Hasil wawancara Yildirim dan Correia memberikan gambaran bahwa

kaum muda sangat merasakan berbagai manfaat dari kepemilikan smartphone.

Misalnya, ketika mereka sedang berjalan-jalan dan mendengarkan sebuah lagu,

mereka dapat langsung mencari lagu apa yang sedang diputarkan tersebut. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

17

itu, ketika seseorang bertanya mengenai suatu hal, maka mereka langsung dapat

mencari jawabannya dengan segera. Mereka juga dapat mengecek ramalan cuaca,

jadwal pertandingan bola, berita, dan lainnya. Berbagai manfaat tersebutlah yang

membuat kaum muda merasakan bahwa dengan smartphone mereka bisa

mendapatkan banyak informasi yang mereka inginkan. Terlebih lagi, tidak hanya

dengan informasi yang berbasis online, mereka juga bisa mendapatkan informasi

dari smartphone mereka karena aplikasi yang diberikan mampu membantu

mereka dalam mencatat materi perkuliahan dan lainnya.

Kemudian, ketika para anak-anak muda ini ditanyai mengenai masalah

yang didapatkan ketika mereka tidak bisa mengakses informasi melalui

smartphone, jawaban mereka adalah mereka merasa cemas. Misalnya Olivia, ia

mengatakan “Jika saya tidak dapat menjawab pertanyaan dengan segera dan tanpa

akses internet, hal itu akan membuat saya merasa tidak nyaman”. Peter pun juga

menyatakan hal yang serupa. Ia berpendapat, “Saya akan merasa cemas ketika

saya tidak mendapatkan informasi dari google”.

d. Giving up Convenience atau kehilangan kenyamanan merupakan

dimensi yang berkaitan dengan perasaan kehilangan kenyamanan yang disediakan

oleh sebuah smartphone dan hal ini mencerminkan adanya keinginan untuk dapat

memanfaatkan kenyamanan dalam memiliki smartphone. Yildirim dan Correia

(2015) menemukan bahwa smartphone membuat kaum muda merasakan sebuah

kenyamanan ketika mereka bersama dengan smartphone mereka. Terdapat

seorang subjek yang menyadari bahwa dirinya sangat berlebihan dalam

penggunaan smartphone, namun subjek itu melakukannya karena dirinya merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

18

sangat nyaman dengan smartphone miliknya. Ia merasa benar-benar memiliki

semua yang ia butuhkan di dalam sakunya.

Ketiadaan akses untuk dapat menggunakan smartphone membuat kaum

muda merasakan kecemasan. Dari wawancara Yildirim dan Correia, ada yang

mengemukakan bahwa smartphone hampir seperti sebuah kenyamanan yang

selalu dapat dibawa bersama kemanapun kita pergi. Ia juga menganggap

smartphone tersebut seperti sebuah ketenangan pikiran. Selain itu, ada pula yang

mengatakan bahwa smartphone memberikan mereka semacam kebebasan.

Kebebasan ini dirasakan karena dengan smartphone kita dapat bergerak kemana

pun untuk mendapatkan internet dan mengakses segala sesuatu yang kita

inginkan. Hal tersebut bisa dilakukan kapan saja. Di sisi lain, ketika kemudahan

akses internet dirasakan tidak stabil, maka perasaan ketidaknyamanan akan

muncul. Kemudian hal ini menyebabkan mereka selalu berusaha mencari tahu

apakah mereka memiliki sebuah layanan atau dapat tersambung pada suatu

layanan yang mirip.

Kecemasan dan ketidaknyamanan tidak hanya melanda ketika koneksi

internet tidak didapatkan, namun kehabisan baterai juga dapat menyebabkan

perasaan cemas, tidak nyaman, atau bahkan kehilangan ketenangan pikiran. Ada

subjek yang menyatakan bahwa ketika ia kehabisan baterai, ia akan berusaha

untuk mengisi daya baterai smartphone-nya. Hal ini ia upayakan untuk dapat

menghidupkan kembali smartphone-nya. Akan tetapi, Ted salah seorang peserta

wawancara Yildirim dan Correia (2015) menyatakan bahwa ketidaknyamanan

tersebut bisa saja tidak terjadi ketika dia sedang bersama keluarga atau temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

19

Ia menyatakan hal tersebut dapat terjadi karena ia tidak merasakan kesepian.

Maka, Ted pun mengatakan bahwa kontrol dari efek kesepian yang berhubungan

dengan keluarga dan teman tersebut terkait dengan kemelekatannya pada

smartphone.

3. Pengukuran Nomophobia

Pada awalnya nomophobia diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh

King et al. yaitu Mobile Phone Use Questionnaire (MP-UQ) (2014, dalam

Yildirim et al., 2015).. Akan tetapi, kuesioner ini tidak memiliki pengukuran

psikometri yang baik mengenai validitas isi dan reliabilitasnya (Yildirim et al.,

2015). Kuesioner ini tidak diperiksa struktur yang mendasarinya dengan analisis

faktor dan konsistensi internalnya juga tidak diuji (Yildirim et al., 2015).

Kemudian, Yildirim dan Correia (2015) menyusun sebuah kuesioner yang dapat

mengukur perilaku nomophobic pada mahasiswa melalui penelitian mix method.

Kuesioner yang disusun oleh Yildirim dan Correia (2015) dikenal dengan

Nomophobia Questionnaire (NMP-Q). Saat ini nomophobia lazim diukur dengan

NMP-Q. Nomophobia Questionnaire (NMP-Q) disusun melalui dua tahap. Tahap

pertama menggunakan desain penelitian kualitatif mengenai dimensi nomophobia

(Yildirim & Correia, 2015). Dimensi nomophobia yang ditemukan dalam

penelitian tersebut yaitu not being able to communicate (tidak dapat

berkomunikasi), losing connectedness (kehilangan koneksi), not being able to

access information (tidak dapat mengakses informasi), dan giving up convenience

(kehilangan kenyamanan yang diberikan oleh smartphone).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

20

Tahap kedua, kuesioner nomophobia disusun menjadi 20 item. Semua

item NMP-Q disusun menggunakan skala Likert 7 poin, yaitu dengan 1 “Sangat

Tidak Setuju” dan 7 “Sangat Setuju”. Skor total didapatkan dengan cara

menjumlahkan respon untuk setiap item, sehingga menghasilkan skor

nomophobia mulai dari 20 hingga 140. Skor yang lebih tinggi menyatakan bahwa

keparahan nomophobia terjadi lebih berat. Kategori skor tersebut terurai sebagai

berikut: skor NMP-Q sama dengan 20 menunjukkan tidak adanya nomophobia;

skor NMP-Q lebih dari 20 sampai dengan kurang dari 60 masuk dalam kategori

nomophobia ringan; skor NMP-Q lebih dari atau sama dengan 60 dan kurang dari

100 masuk dalam kategori nomophobia sedang; dan skor NMP-Q lebih besar dan

atau sama dengan 100 masuk dalam kategori nomophobia berat.

Reliabilitas skala pada kuesioner nomophobia ini tergolong baik, yaitu

alpha Cronbach sebesar 0,945. Kemudian pada masing-masing dimensinya juga

mempunyai alpha Cronbach yang baik yaitu .939, .874, .827, .814. Artinya,

kuesioner ini secara empiris memiliki konsistensi internal yang baik dan memiliki

skor yang dapat diandalkan. Lalu, kuesioner ini juga sudah melalui proses

validasi, yaitu validasi konten dan validasi konstruk. Validasi konten pada

kuesioner ini dilakukan oleh ahli yang mengevaluasi kejelasan kalimat serta

bahasa, kepentingan item, dan relevansi item. Dari 23 item NMP-Q para ahli

mengeliminasi 3 item karena dirasa kurang relevan, sehingga hanya bersisa 20

item. Selanjutnya, validasi konstruk dilakukan dengan cara menghubungkan skor

partisipan pada NMP-Q dan Mobile Phone Involvement Questionnaire (MPI-Q).

Hal ini karena NMP-Q dan MPI-Q memiliki jenis skala yang sama yaitu Likert

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

21

scale dengan rentang 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Hasil yang

ditemukan adalah r(299) = .710, p < .01. Artinya NMP-Q dan MPI-Q memiliki

kemiripan dengan ditemukannya hubungan yang kuat antara dua skor kuesioner

tersebut.

Peneliti memilih NMP-Q sebagai alat untuk mengukur nomophobia karena

beberapa alasan. Pertama, Mobile Phone Use Questionnaire (MP-UQ) yang

disusun oleh King et al. (2014) tidak memiliki kualitas psikometri yang baik.

Kedua, NMP-Q memiliki hasil pengukuran psikometri yang baik dan NMP-Q

merupakan kuesioner terbaru yang dapat mengukur nomophobia.

4. Dinamika Mahasiswa Penderita Nomophobia Berat

Dinamika dalam kamus psikologi memiliki makna umum sebagai suatu

hal yang terkait dengan kondisi pergolakan atau mudah berubah-ubah (Reber &

Reber, 2010), sedangkan makna khususnya memiliki arti sebuah label bagi

sistem-sistem psikologi yang menekankan pada motivasi dan memfokuskan diri

pada proses-proses bawah sadar. Di lain sisi, pada penelitian ini dinamika yang

dimaksud peneliti adalah sebuah proses yang dialami mahasiswa penderita

nomophobia berat, yaitu meliputi : pertama, asal-usul dari munculnya kecemasan

ketika tidak bersama dengan smartphone. Kedua, gejala-gejala dan keluhan-

keluhan terkait dengan empat dimensi nomophobia. Lalu yang ketiga mengenai

cara mengatasi kecemasan (strategi coping) ketika ia tidak bersama smartphone.

Asal-usul dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal mula dan

penyebab mahasiswa bisa menjadi seseorang yang masuk dalam kategori

nomophobia berat, atau dengan kata lain bagaimana asal-muasal mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

22

penderita nomophobia berat bisa mengalami kecemasan yang berlebih ketika ia

jauh dari smartphone-nya. Terdapat tiga poin utama yang menjadi fokus peneliti

dalam melihat asal-usul, yaitu waktu mulai mengalami kecemasan saat jauh dari

smartphone, siapa yang memicu timbulnya kecemasan, dan apa yang

menyebabkan mahasiswa penderita nomophobia berat mengalami hal ini.

Setelah melihat asal-usul tersebut, peneliti mengeksplorasi gejala-gejala

dan keluhan-keluhan terkait dengan empat dimensi nomophobia yang dirasakan.

Eksplorasi dilakukan untuk melihat sejauh mana mahasiswa penderita

nomophobia berat mengalami kecemasan terkait dimensi tidak dapat

berkomunikasi, kehilangan koneksi, tidak dapat mengakses informasi, dan

kehilangan kenyamanan yang diberikan oleh smartphone. Melalui kegiatan itu,

peneliti juga ingin melihat apakah ada hal yang dilakukan penderita untuk dapat

mengurangi perasaan cemasnya saat tidak bersama dengan smartphone-nya.

Dengan kata lain, peneliti ingin melihat strategi coping yang digunakan

mahasiswa penderita nomophobia berat ketika ia mengalami kecemasan saat jauh

dari smartphone.

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) coping adalah suatu respon untuk

menghadapi stres yang menimbulkan efek kurang menguntungkan atau kurang

nyaman baik secara fisiologis maupun psikologis. Terdapat dua strategi coping

menurut Lazarus dan Folkman (1984) yaitu problem focused coping dan emotion

focused coping.

Problem focused coping disebut juga sebagai strategi coping yang

berfokus pada pemecahan masalah. Seseorang yang biasanya menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

23

strategi coping ini menilai bahwa masalahnya masih dapat dikontrol dan

diselesaikan (Lazarus dan Folkman, 1984). Strategi coping ini tidak dapat

diterapkan untuk setiap situasi. Strategi ini akan berjalan secara efektif ketika

sumber stres yang dirasakan berasal dari tekanan saat sedang ingin mencapai

suatu tujuan (Folkman & Lazarus, 1980). Salah satu stressor yang dirasa efektif

jika dipecahkan menggunakan problem focused coping adalah permasalahan

manajemen waktu.

Lain daripada itu, emotion focused coping atau strategi coping yang

berfokus pada emosi adalah suatu usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk

mengalihkan fokus dan perhatian dari sumber masalah. Misalnya menuliskan

masalah yang dihadapinya atau berdoa. Strategi ini dirasa kurang efektif dalam

menyelesaikan permasalahan jangka panjang, justru cenderung membuat

seseorang melakukan penundaan untuk menyelesaikan masalahnya. Oleh karena

itu, emotion focused coping justru menambah masalah dan stres yang berujung

pada perilaku destruktif, seperti menggunakan obat-obat terlarang, menggunakan

alkohol, atau merokok (Genco, Ho, Grossi, Dunford, & Tedesco, 1999).

C. Kerangka Konseptual

Peneliti melihat bahwa kebiasaan menggunakan smartphone pada

mahasiswa adalah hal yang lumrah. Kebiasaan tersebut dipicu oleh keinginan

mahasiswa untuk mendapatkan sebuah pengalaman baru, ingin diakui oleh

lingkungan sekitar, ataupun mendapatkan komentar/respon dari orang lain melalui

media sosial (Gifary & Kurnia, 2015). Keinginan-keinginan semacam ini

membuat penggunaan smartphone mahasiswa tidak terkontrol dan rentan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

24

kecanduan smartphone (Kwon, Kim, Cho, dan Yang, 2013, dalam Gezgin &

Cakir, 2016). Kecanduan ini juga dapat menggiring mahasiswa masuk ke dalam

kondisi nomophobia, yaitu ketika mahasiswa merasa tidak nyaman/cemas saat ia

tidak berada dekat dengan smartphone-nya.

Peneliti memiliki harapan agar nomophobia tidak semakin meluas terjadi

di kalangan muda maupun tua. Maka, untuk mencegah hal tersebut, alangkah

lebih baik jika terdapat sebuah informasi mengenai penyebab dan proses

terjadinya nomophobia ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi

dinamika mahasiswa yang mengalami nomophobia berat. Dalam mengeksplorasi

dinamika ini, peneliti harus melalui langkah penentuan mahasiswa yang menderita

nomophobia berat terlebih dahulu.

Mahasiswa nomophobia yang dimaksud peneliti, yaitu remaja perempuan

dan laki-laki yang memiliki ketidaknyamanan tinggi ketika tidak bersama dengan

smartphone-nya. Ketidaknyamanan yang dialami oleh mahasiswa nomophobia ini

dapat berupa tidak mampu berkomunikasi, kehilangan koneksi, tidak dapat

mengakses informasi, ataupun kehilangan kenyamanan yang diberikan oleh

smartphone. Lalu, untuk meneliti hal tersebut secara akurat, peneliti menyebarkan

NMP-Q ke populasi mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi Swasta di

Yogyakarta. Kuesioner tersebut diajukan agar peneliti menemukan responden

mahasiswa yang masuk dalam kategori nomophobia berat, yaitu mereka yang

memiliki skor total 100-140. Skor total ini didapatkan dengan cara menjumlahkan

seluruh skor pada masing-masing item. Selanjutnya, mahasiswa yang terjaring

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

25

akan dipilih beberapa orang yang kemudian digali pengalamannya untuk

mengeksplorasi dinamika sebagai mahasiswa dengan nomophobia berat.

Maka, untuk mengeksplorasi dinamika atau proses yang dialami penderita

nomophobia berat tersebut, peneliti berfokus pada tiga poin besar. Pertama,

penelitiakan mencari asal-usul mahasiswa menjadi penderita nomophobia berat.

Asal-usul yang ditekankan peneliti ada tiga hal, yaitu waktu mulai mengalami

kecemasan, seseorang yang mungkin menyebabkan timbulnya kecemasan, dan

penyebab atau peristiwa yang menimbulkan kecemasan ketika jauh dari

smartphone.

Setelah itu, peneliti akan mengeksplorasi gejala-gejala dan keluhan-

keluhan terkait empat dimensi nomophobia. Dimensi-dimensi ini bertolak dari

teori dimensi nomophobia yang ditemukan Yildirim dan Correia (2015). Dimensi

tersebut meliputi tidak dapat berkomunikasi, kehilangan koneksi, tidak dapat

mengakses informasi, dan kehilangan kenyamanan yang diberikan oleh

smartphone (Yildirim & Correia, 2015). Gejala yang dimaksud peneliti dalam hal

ini misalnya, perasaan cemas yang muncul dari subjek akibat tidak bisa

berkomunikasi dengan keluarganya karena smartphone yang dimilikinya jauh

darinya. Selebihnya, keluhan dalam penelitian ini yang dimaksudkan seperti,

subjek mengeluhkan bahwa perasaan cemas yang ia miliki membuat ia menjadi

tidak tenang.

Kemudian yang ketiga, peneliti mencoba mencari tahu terkait strategi

coping yang digunakan mahasiswa penderita nomophobia berat untuk mengurangi

kecemasan yang muncul saat ia sedang jauh dari smartphone-nya. Apakah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

26

mahasiswa penderita nomophobia berat ini lebih cenderung menggunakan

problem focused coping atau emotional focused coping.

Melalui pemaparan mengenai dinamika mahasiswa yang menderita

nomophobia berat tersebut, diharapkan mampu memberikan gambaran pada

berbagai pihak khususnya para orangtua yang kemudian mampu mencari tindakan

untuk para remaja, khususnya mahasiswa yang menderita nomophobia. Agar

dapat memudahkan melihat kerangka berpikir peneliti, peneliti membuat bagan

kerangka konseptual, seperti di Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual.

Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual

Tidak dapat

berkomunikasi

Kehilangan

koneksi

Ringan

Tidak dapat

mengakses

informasi

Sedang

Dinamika penderita

nomophobia berat

Berat

Cara mengatasi

cemas

Asal-usul

timbul

kecemasan

Gejala & keluhan

terkait 4 dimensi

nomophobia

Kehilangan

kenyamanan

Mahasiswa penderita nomophobia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

27

Penelitian ini menerapkan pendekatan mixed methods atau disebut juga

dengan metode campuran. Penelitian mixed methods merupakan penelitian yang

mengkombinasikan dua bentuk metode, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif

(Creswell, 2009, dalam Sugiyono, 2014). Model metode campuran pada

penelitian ini menurut Sugiyono (2014) disebut sebagai metode kombinasi model

sequential. Penelitian ini terdiri dari dua studi yaitu, Studi 1 dengan pendekatan

kuantitatif dan Studi 2 dengan pendekatan kualitatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

28

BAB III

STUDI 1

A. Jenis dan Desain Penelitian

Studi pertama dalam penelitian ini untuk menentukan subjek berkategori

nomophobia berat. Pada studi ini metode yang digunakan adalah metode

kuantitatif dengan desain survei. Dalam penelitian kuantitatif, data yang

dihasilkan berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono,

2013). Sementara itu, desain survei mampu memberikan informasi dengan

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan datanya. Atas pertimbangan tersebut, metode ini dirasa cocok

digunakan karena mampu berfungsi untuk menentukan subjek dengan instrumen

yang sesuai, yaitu kuesioner nomophobia.

B. Variabel Penelitian & Definisi Operasional

Variabel merupakan atribut atau karakteristik pada individu atau

organisasi yang dapat diobservasi atau diukur dan berbeda-beda pada setiap

individu (Creswell, 2009, dalam Supratiknya, 2015). Variabel pada studi pertama

ini adalah nomophobia. Melalui variabel tersebut, peneliti berharap mendapatkan

subjek yang masuk dalam kategori nomophobia berat.

Yildirim dan Correia (2015) menyatakan bahwa nomophobia mempunyai

empat dimensi, meliputi:

1. Tidak dapat berkomunikasi adalah perasaan kehilangan komunikasi dan tidak

bisa menggunakan layanan yang memungkinkan komunikasi secara langsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

29

dengan orang lain. Hal tersebut meliputi perasaan tidak bisa menghubungi atau

dihubungi.

2. Kehilangan koneksi ialah perasaan kehilangan koneksi pada smartphone dan

terputus dengan identitas online khususnya pada sosial media yang dimiliki.

3. Tidak dapat mengakses informasi adalah dimensi yang menggambarkan

ketidakmampuan seseorang dalam mengakses informasi. Ketidakmampuan ini

dicerminkan dengan adanya ketidaknyamanan ketika individu kehilangan akses

untuk mendapatkan informasi dari smartphone.

4. Kehilangan kenyamanan merupakan dimensi yang berkaitan dengan perasaan

kehilangan kenyamanan yang diberikan oleh sebuah smartphone. Hal ini

mencerminkan suatu keinginan untuk dapat memanfaatkan kenyamanan dalam

memiliki smartphone.

Ringan atau beratnya nomophobia yang dialami seseorang dapat dilihat

melalui skor total NMP-Q. Jika skor total yang diperoleh subjek tinggi, maka

subjek masuk dalam kategori nomophobia berat dan subjek dianggap memiliki

kecemasan yang tinggi ketika ia jauh dari mobile phone-nya. Semakin rendah skor

total pengisian NMP-Q, maka subjek masuk dalam kategori nomophobia ringan

atau bahkan tidak masuk dalam kategori nomophobia. Jika demikian, dapat

disimpulkan bahwa perasaan cemas subjek ketika jauh dari mobile phone sangat

kecil.

C. Partisipan

Partisipan adalah mahasiswa-mahasiswi S1 salah satu Perguruan Tinggi

Swasta di Yogyakarta. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

30

menyebarkan kuesioner NMP-Q melalui google form. Proses ini dilakukan agar

mempermudah peneliti mendapatkan subjek dalam jangka waktu yang tidak lama.

Proses ini merupakan cara yang conventional dan masuk pada jenis proses non-

random sampling. Non-random sampling artinya sampel dapat dipilih berdasarkan

kemudahan dalam mengaksesnya (Supratiknya, 2015). Jumlah total sampel pada

Studi 1 yang didapatkan peneliti adalah 221 yang terdiri dari 25,8% laki-laki dan

74,2% perempuan, berusia antara 18-23 tahun.

D. Metode Pengambilan Data

Peneliti menggunakan kuesioner nomophobia (NMP-Q) yang berasal dari

United State of America (USA). Bahasa yang dimiliki oleh kuesioner ini adalah

Bahasa Inggris. Maka, untuk dapat menggunakan kuesioner ini di Indonesia,

kuesioner ini diadaptasi dengan berpedoman pada beberapa tahap back-

translation menurut Brislin (1970, dalam Supratiknya, 2018). Langkah-langkah

proses adaptasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner ini diadaptasi oleh peneliti setelah melalui proses perizinan dari

Caglar Yildirim, selaku pemilik kuesioner. File asli kuesioner ini dikirimkan

langsung oleh Caglar Yildirim melalui email resminya.

2. Peneliti mencari dua orang penerjemah yang menguasai Bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang menjadi fokus peneliti. Penerjemah

merupakan seseorang lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Sastra Inggris

yang aktif menggunakan smartphone.

3. Peneliti meminta satu orang penerjemah menerjemahkan instruksi pengerjaan

dan item-item pada kuesioner dari bahasa sumber yaitu Bahasa Inggris ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

31

Bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemah kedua diminta peneliti secara buta

menerjemahkan kembali instruksi pengerjaan dan item-item tersebut dari

Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris.

4. Peneliti bersama dosen pembimbing memeriksa versi orisinal (bahasa Inggris),

versi sasaran (bahasa Indonesia), dan versi terjemahan kembali (bahasa

Inggris) untuk melihat kesesuaian hasil terjemahan dengan versi asli. Hasilnya

mengungkapkan, dari 20 item terdapat 16 item yang dinyatakan sesuai dan 4

item perlu direvisi karena terdapat penggunaan kata yang kurang tepat. Pada

bagian petunjuk pengerjaan juga terdapat kalimat yang dinilai kurang baku.

Lalu, peneliti melakukan revisi pemilihan kata terkait petunjuk pengerjaan dan

4 item yang kurang tepat.

5. Peneliti menyusun petunjuk pengerjaan dan 20 item pernyataan menjadi bentuk

jadi kuesioner yang akan disebarkan. Selanjutnya, peneliti mengujicobakan

kuesioner kepada 6 responden supaya peneliti mengetahui kejelasan format,

petunjuk, dan pernyataan yang disusun peneliti. Hasilnya, terdapat beberapa

hal yang masih kurang dipahami atau dirasa sulit oleh responden terkait

petunjuk dan beberapa kata-kata pada item pernyataan.

6. Hasil uji coba yang dijelaskan pada poin 5, lalu peneliti revisi dan diskusikan

bersama dengan dosen pembimbing peneliti. Revisi ini dilakukan untuk

memudahkan subjek dalam memahami petunjuk dan menjawab item-item yang

ada, tanpa mengurangi arti atau maksud dari petunjuk dan item yang

sesungguhnya.

Berikut hasil akhir translation-back translation NMP-Q:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

32

Petunjuk Bahasa Inggris

Please indicate how much you agree or disagree with each statement in relation

to your smartphone.

Petunjuk Bahasa Indonesia

Berikut ada 20 pernyataan terkait dengan smartphone. Tunjukkanlah seberapa

Anda setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan dengan cara memilih

bilangan yang telah disediakan.

Tabel 1

Hasil Adaptasi Kuesioner Nomophobia Yildirim dan Correia (2015)

No. Versi Bahasa Inggris Versi Bahasa Indonesia

1 I would feel uncomfortable without

constant access to information

through my smartphone.

Saya akan merasa tidak nyaman

ketika tidak mengakses informasi

secara terus menerus melalui

smartphone saya.

2 I would be annoyed if I could not

look information up on my

smartphone when I wanted to do so.

Saya akan merasa kesal jika tidak

bisa melihat informasi pada

smartphone saya ketika saya ingin

melakukannya.

3 Being unable to get the news (ex:

happenings, weather, etc.) on my

smartphone would make me

nervous.

Jika saya tidak mampu

mendapatkan berita (misalnya,

kejadian, cuaca, dll) pada

smartphone saya akan merasa

gugup.

4 I would be annoyed if I could not

use my smartphone and/or its

capabilities when I wanted to do so.

Saya akan merasa kesal jika saya

tidak bisa menggunakan

smartphone dan/atau

kemampuannya ketika saya ingin

melakukannya.

5 Running out of battery in my

smartphone would scare me.

Kehabisan baterai di smartphone

saya akan membuat saya takut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

33

No. Versi Bahasa Inggris Versi Bahasa Indonesia

6 If I were to run out of credits or hit

my monthly data limit, I would

panic.

Jika saya kehabisan pulsa atau

mencapai batas data bulanan saya,

saya akan panik.

7 If I did not have a data signal or

could not connect to Wi-Fi, then I

would constantly check to see if I

had a signal or could find a Wi-Fi

network.

Jika saya tidak memiliki sinyal data

atau tidak bisa terhubung ke Wi-Fi,

maka saya akan terus menerus

memeriksa untuk melihat apakah

saya memiliki sinyal atau bisa

menemukan jaringan Wi-Fi.

8 If I could not use my smartphone, I

would be afraid of getting stranded

somewhere.

Jika saya tidak bisa menggunakan

smartphone saya, saya akan takut

jika tersesat di suatu tempat.

9 If I could not check my smartphone

for a while, I would feel a desire to

check it.

Jika saya tidak bisa mengecek

smartphone saya untuk sementara

waktu, saya merasa seperti

terdorong untuk memeriksanya.

10 If I did not have my smartphone

with me, I would feel anxious

because I could not instantly

communicate with my family and/or

friends.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan merasa

cemas karena saya tidak bisa

langsung berkomunikasi dengan

keluarga dan/atau teman-teman

saya.

11 If I did not have my smartphone

with me, I would be worried

because my family and/or friends

could not reach me.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan

khawatir karena keluarga dan/atau

teman-teman saya tidak bisa

menghubungi saya.

12 If I did not have my smartphone

with me, I would feel nervous

because I would not be able to

receive text messages and calls.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan merasa

gugup karena tidak akan dapat

menerima pesan teks dan panggilan.

13 If I did not have my smartphone

with me, I would be anxious

because I could not keep in touch

with my family and/or friends.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan cemas

karena saya tidak bisa tetap

terhubung dengan keluarga dan/atau

teman-teman saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

34

No. Versi Bahasa Inggris Versi Bahasa Indonesia

14 If I did not have my smartphone

with me, I would be nervous

because I could not know if

someone had tried to get a hold of

me.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan gugup

karena saya tidak bisa tahu apakah

seseorang telah mencoba untuk

menghubungi saya.

15 If I did not have my smartphone

with me, I would feel anxious

because my constant connection to

my family and friends would be

broken.

Jika saya tidak membawa

smartphone, saya akan merasa

cemas karena hubungan konstan

(terus-menerus) dengan keluarga

saya dan teman-teman akan

terganggu.

16 If I did not have my smartphone

with me, I would be nervous

because I would be disconnected

from my online identity.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan gugup

karena saya akan terputus dari

identitas online saya.

17 If I did not have my smartphone

with me, I would be uncomfortable

because I could not stay up-to-date

with social media and online

networks.

Jika saya tidak membawa

smartphone saya, saya akan tidak

nyaman karena saya tidak bisa tetap

up-to-date dengan media sosial dan

jaringan online.

18 If I did not have my smartphone

with me, I would feel awkward

because I could not check my

notifications for updates from my

connections and online networks.

Jika saya tidak membawa

smartphone, saya akan merasa

janggal karena saya tidak bisa

memeriksa notifikasi terbaru dari

aplikasi smartphone saya (pesan,

panggilan, media sosial, games, dll).

19 If I did not have my smartphone

with me, I would feel anxious

because I could not check my email

messages.

Jika saya tidak membawa

smartphone, saya akan merasa

cemas karena saya tidak bisa

memeriksa pesan email saya.

20 If I did not have my smartphone

with me, I would feel weird because

I would not know what to do.

Jika saya tidak membawa

smartphone, saya akan merasa aneh

karena saya tidak tahu apa yang

harus dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

35

Item-item pernyataan terkait dengan dimensi nomophobia ini disusun

dengan menggunakan skala likert 7 poin, yaitu dengan poin 1 berarti “Sangat

Tidak Setuju” dan meningkat sampai poin 7 yang berarti “Sangat Setuju”.

Susunan item-item pada kuesioner nomophobia ini sebagai berikut:

Tabel 2

Blue Print Kuesioner Nomophobia

No. Dimensi No. Ketersebaran

Item

Total

Item

1 Not being able to communicate 10, 11, 12, 13, 14, 15 6

2 Losing connectedness 16, 17, 18, 19, 20 5

3 Not being able to access information 1, 2, 3, 4 4

4 Giving up convenience 5, 6, 7, 8, 9 5

Total Item 20 20

Selain item-item utama tersebut, peneliti menyusun kuesioner dengan

memberikan sejumlah pernyataan terkait data demografis, seperti: nama, jenis

kelamin, usia, prodi, tahun angkatan, nomor handphone/WhatsApp, ID Line, dan

e-mail. Data demografi ini disusun peneliti agar dapat mempermudah peneliti

menghubungi kembali subjek yang memenuhi syarat untuk menanyakan

kesediaan sebagai partisipan pada Studi 2.

Setelah penyusunan selesai dilakukan, peneliti melakukan tryout kepada

221 orang subjek yaitu mahasiswa dan mahasiswi dengan cara disebarkan melalui

google form. Tujuan dilakukan tryout pada tahap ini adalah untuk memeriksa

kualitas psikometrik item dan alat ukur, dengan 2 parameter: korelasi item-total

untuk memeriksa daya beda item dan koefisien Alpha Cronbach untuk melihat

reliabilitas konsistensi internal alat ukur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

36

Hasilnya adalah sebagai berikut. Reliabilitas kuesioner nomophobia

memiliki koefisien Alpha Cronbach yang tinggi, yaitu 0,938. Hasil tersebut

membuktikan bahwa reliabilitas kuesioner ini memuaskan. Setiap itemnya juga

memiliki skor koefisien korelasi item-total lebih dari 0,4, artinya butir-butir item

pada instrumen tersebut baik. Supratiknya (2014) menyatakan instrumen tes yang

baik idealnya memiliki item-item yang skor koefisien korelasi item-totalnya di

atas 0,20.

Tabel 3

Koefisien Korelasi Setiap Item

Item-Total Statistics

No. Item Corrected Item-Total

Correlation (Rit) No. Item

Corrected Item-Total

Correlation (Rit)

i1 .421 i11 .712

i2 .539 i12 .768

i3 .464 i13 .785

i4 .486 i14 .744

i5 .632 i15 .769

i6 .588 i16 .715

i7 .542 i17 .627

i8 .522 i18 .725

i9 .667 i19 .630

i10 .742 i20 .612

Kemudian melihat hasil reliabilitas yang memuaskan dan skor koefisien

korelasi item-total yang baik pada setiap butir item, peneliti memutuskan untuk

langsung menggunakan data tryout sebagai data penelitian yang sesungguhnya.

E. Analisis dan Interpretasi Data

Studi 1 pada penelitian ini menggunakan metode analisis statistik

deskriptif. Metode analisis ini digunakan untuk dapat menganalisis data dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

37

cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat sebuah kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono,

2014). Selebihnya, untuk menentukan kategori nomophobia ringan, sedang, atau

berat, peneliti berpedoman dengan norma skoring yang telah dibuat oleh Yildirim

dan Correia (2015).

Tabel 4

Norma Tingkat Nomophobia Menurut Yildirim dan Correia (2015)

Skor Tingkat Nomophobia

Skor NMP-Q = 20 Tidak ada

21 ≤ Skor NMP-Q < 60 Ringan

60 ≤ Skor NMP-Q < 100 Sedang

100 ≤ Skor NMP-Q ≤ 140 Berat

F. Hasil dan Pembahasan

Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi pengguna

smartphone yaitu sejumlah 221 orang. Usia minimal subjek yang mengisi

kuesioner ini adalah 18 tahun, sedangkan usia maksimalnya adalah 23 tahun.

Berdasarkan frekuensinya, mahasiswa-mahasiswi yang menggunakan smartphone

terdapat 14 orang yang berusia 18 tahun, 34 orang berusia 19 tahun, 52 orang

berusia 20 tahun, 68 orang berusia 21 tahun, 45 orang berusia 22 tahun, dan 8

orang berusia 23 tahun. Berdasarkan sebaran data jenis kelamin, dari 221 orang

subjek tersebut, 57 orang atau 25,8% di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan

164 orang sisanya atau sejumlah 74,2% berjenis kelamin perempuan.

Dari 221 orang subjek yang mengisi kuesioner nomophobia, semua masuk

dalam golongan yang menderita nomophobia. Akan tetapi, mereka terbagi ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

38

dalam beberapa kategori, yaitu 44 orang atau 19,9% masuk dalam kategori

nomophobia ringan dengan skor total terendahnya adalah 27, 149 orang atau

67,4% masuk kategori nomophobia sedang, dan 28 orang lainnya atau 12,7%

masuk ke dalam kategori nomophobia berat dengan skor total tertingginya

menyentuh 137. Kemudian, penelitian ini juga menemukan bahwa 22 dari 164

sampel perempuan mengalami nomophobia berat (13,4%). Sementara laki-laki

yang mengalami nomophobia berat adalah 6 dari 57 orang (10,5%). Hasil tersebut

dapat disimpulkan perempuan cenderung lebih rentan masuk dalam kategori

nomophobia berat. Hasil penelitian ini mirip dengan yang dilakukan oleh

Kanmani et al. (2017), dimana mereka menemukan bahwa perempuan memiliki

level nomophobia yang lebih tinggi daripada laki-laki. Penemuan tersebut diduga

akibat durasi penggunaan internet yang tinggi pada perempuan (Gezgin & Cakir,

2016).

Tabel 5

Sebaran Subjek Nomophobia Berat

No. Nama Inisial Jenis Kelamin Usia Skor NMP-Q

1 A R K N. Perempuan 18 112

2 G R B D R. Laki-laki 19 131

3 J A Perempuan 21 105

4 F Perempuan 22 104

5 D A D S P.A. Perempuan 19 114

6 A Laki-laki 22 106

7 R R A Perempuan 22 103

8 M Perempuan 18 100

9 A I Perempuan 21 100

10 A P L Perempuan 22 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

39

No. Nama Inisial Jenis Kelamin Usia Skor NMP-Q

11 Ay Perempuan 21 102

12 M N Perempuan 20 106

13 A D T Laki-laki 21 135

14 M A Perempuan 22 116

15 A M Perempuan 20 117

16 P A S Perempuan 20 102

17 D M L P Laki-laki 22 109

18 P M I G N I. Laki-laki 20 102

19 D G K M. Perempuan 18 102

20 K Perempuan 20 116

21 N L P G. V D. Perempuan 19 112

22 T R Perempuan 21 119

23 O Y Laki-laki 18 137

24 N P I R Perempuan 20 103

25 Y P Perempuan 20 103

26 D A V A Perempuan 19 131

27 L A D P Perempuan 20 122

28 R K Perempuan 21 112

Melalui keseluruhan responden yang masuk dalam kategori nomophobia

berat (Tabel 5), peneliti memilih beberapa orang untuk menjadi partisipan di Studi

2. Peneliti melakukan pengurutan skor dari tinggi ke rendah. Kemudian, peneliti

akan mengambil responden yang memiliki skor nomophobia berat yang tergolong

rendah dan tinggi untuk mengikuti proses wawancara. Di sisi lain, peneliti tetap

memperhitungkan jenis kelamin dalam proses pemilihan partisipan di Studi 2,

yaitu terdiri dari laki-laki dan perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

40

BAB IV

STUDI 2

A. Jenis dan Desain Penelitian

Studi kedua merupakan penelitian mengenai dinamika penderita

nomophobia berat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis isi

kualitatif sebagai desain penelitiannya. Analisis isi kualitatif yaitu sebuah

penafsiran secara subjektif dari isi data yang berupa teks dengan proses klasifikasi

sistematis berupa coding atau disebut juga pengkodean dan pengidentifikasian

berbagai tema dan pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015).

B. Fokus Penelitian

Penelitian pada studi kedua ini bertujuan untuk mengungkapkan dinamika

dari mahasiswa berkategori nomophobia berat. Maksud dari dinamika mahasiswa

berkategori nomophobia berat adalah proses yang dialami penderita nomophobia

berat meliputi: pertama, asal-usul dari munculnya kecemasan ketika mahasiswa

tidak bersama dengan smartphone. Kedua, gejala-gejala dan keluhan-keluhan

terkait dengan dimensi nomophobia yang dimunculkan pada mahasiswa yang

menderita nomophobia berat, yaitu tidak dapat berkomunikasi, kehilangan

koneksi, tidak dapat mengakses informasi, dan kehilangan kenyamanan. Lalu

yang ketiga mengenai strategi coping yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi

kecemasan yang muncul ketika ia tidak bersama smartphone.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

41

C. Partisipan

Pengambilan sampel pada Studi 2 dipilih berdasarkan kriteria tertentu atau

criterion-based. Partisipan pada studi 2 ini dipilih dari 22 orang perempuan dan 6

orang laki-laki yang dalam Studi 1 ditemukan masuk pada kategori nomophobia

berat. Peneliti mengurutkan skor nomophobia berat partisipan dari yang terendah

sampai yang tertinggi. Setelah itu, peneliti mengambil terlebih dahulu salah satu

partisipan yang masuk dalam kategori nomophobia berat yang tergolong rendah

dan setelah itu berlanjut pada kategori nomophobia berat yang tergolong tinggi.

Berikut adalah data partisipan yang dipilih peneliti untuk proses wawancara pada

Studi 2:

Tabel 6

Partisipan Nomophobia Berat di Studi 2

No. Nama Inisial Jenis Kelamin Usia Skor NMP-Q

1 J A Perempuan 21 105

2 O Y Laki-laki 18 137

3 A D T Laki-laki 21 135

4 L A D P Perempuan 20 122

Selain kriteria pemilihan di atas, partisipan yang terpilih pada studi 2

adalah partisipan yang bersedia ikut berpartisipasi dalam proses wawancara dan

bersepakat untuk bertemu dengan peneliti dalam proses pengambilan data.

Selanjutnya, pada proses pengambilan data peneliti menemukan titik redundansi

berhenti pada partisipan keempat. Artinya, peneliti merasa tidak akan terdapat

informasi baru dengan menambah data pada partisipan kelima karena data dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

42

keempat partisipan sudah dalam dan beragam (Patton, 1990, dalam Marrow, 2005,

dalam Supratiknya, 2018).

D. Peran Peneliti

Pada studi kedua ini, peneliti memiliki peran penting yaitu sebagai

instrumen kunci. Artinya, peneliti memiliki peranan yang penting dalam

pengambilan data. Peneliti juga berperan untuk menangkap suara partisipan dan

mengolahnya. Dalam hal ini, peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk

mengumpulkan data dengan mewawancarai partisipan yang dibantu adanya

sebuah protokol, yakni instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara

atau pedoman observasi, namun tetap peneliti sendiri yang benar-benar

mengumpulkan data (Supratiknya, 2015).

Pada penelitian ini, peneliti tidak memiliki ikatan kedekatan dengan

partisipan, hanya saja peneliti dan partisipan berasal dari universitas yang sama.

Peneliti memilih salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta sebagai lokasi

penelitian karena merupakan tempat peneliti menuntut ilmu dan peneliti juga

belum menemukan ada penelitian sejenis di tempat peneliti berkuliah.

Potensi buruk yang dapat muncul dalam penelitian ini adalah timbulnya

perasaan malu atau perasaan-perasaan lain yang dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dalam diri partisipan ketika menceritakan pengalamannya

sebagai seorang mahasiswa penderita nomophobia berat. Upaya yang dilakukan

peneliti untuk memastikan bahwa partisipan merasa bebas dari perasaan tidak

nyaman adalah dengan menempuh prosedur informed consent, yaitu

mempersilahkan partisipan untuk mengetahui tema penelitian, prosedur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

43

pengambilan data, dan potensi paling buruk yang mungkin terjadi dalam

penelitian. Kemudian, peneliti juga berusaha membangun rapport yang baik

dengan partisipan. Aktivitas tersebut peneliti lakukan supaya partisipan merasa

nyaman untuk menceritakan pengalaman dan perasaannya sebagai seseorang yang

menderita nomophobia berat.

E. Metode Pengambilan Data

Pada Studi 2, wawancara merupakan metode yang digunakan peneliti

untuk proses pengambilan data. Wawancara adalah sebuah percakapan panjang

yang dilakukan dengan cara bertatap muka langsung antara peneliti dan partisipan

penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam terkait topik

tertentu (Alshenqeeti, 2014, dalam Supratiknya, 2018). Wawancara yang

dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur dengan

menggunakan daftar pertanyaan wawancara sebagai pedoman wawancara. Akan

tetapi, jenis wawancara ini tetap memberi ruang untuk peneliti dan partisipan

keluar dari konteks pertanyaan utama. Adanya daftar pertanyaan wawancara dapat

membantu peneliti melakukan probing secara mendalam tanpa keluar dari tujuan

penelitian yang direncanakan (Alshenqeeti, 2014, dalam Supratiknya, 2018).

Sebelum dilakukannya proses wawancara, ada beberapa langkah yang dilakukan

oleh peneliti agar proses pengambilan data mampu terlaksana dengan baik.

Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Membangun rapport, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

akan dilakukan dan memastikan kembali kesediaan partisipan untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

44

2. Menyiapkan panduan wawancara, kategori analisis asal-usul timbulnya

kecemasan, kategori analisis dimensi nomophobia, kategori analisis

strategi coping untuk mengurangi kecemasan, serta beberapa alat untuk

observasi seperti kertas dan alat tulis.

3. Menyiapkan lembar kesediaan berpartisipasi atau informed consent untuk

partisipan. Hal ini bertujuan untuk dapat melindungi hak-hak dan

kesejahteraan partisipan yang sudah merelakan diri berkontribusi dalam

penelitian ini (Grady, 2017, dalam Supratiknya, 2018).

4. Melaksanakan wawancara sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan

oleh peneliti dan partisipan. Dalam psoses wawancara, peneliti

menggunakan alat perekam suara (digital recorder) sebagai alat bantuan.

Di sisi lain, peneliti yang dibantu rekan peneliti juga melakukan proses

observasi saat wawancara berlangsung, seperti mencatat perilaku non-

verbal yang muncul pada partisipan.

5. Sebelum dimulainya proses wawancara, peneliti menjelaskan terlebih

dahulu garis besar dari penelitian yang sedang dilakukan.

6. Setelah data terkumpul dan proses wawancara selesai, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena telah bersedia

meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian pneliti.

7. Terakhir, data yang terkumpul tersebut peneliti proses dengan membuat

verbatim dari hasil perekaman saat wawancara dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

45

Tabel 7

Pedoman Wawancara

Pertanyaan Pembuka

Sejak kapan memiliki smartphone?

Berapa jumlah smartphone yang kamu miliki?

Berapa pulsa yang dihabiskan dalam 1 bulan?

Berapa kuota yang dihabiskan dalam 1 bulan?

Berapa kali kamu membuka tutup smartphone dalam 1 hari?

Kira-kira dalam sehari berapa lama intensitas penggunaan smartphone mu?

Hal apa yang paling sering kamu buka dalam smartphone mu?

Pertanyaan Utama

Bisa tidak kamu ceritakan jika kamu tidak dengan smartphone mu, itu

gimana?

Sejak kapan kamu mulai merasa cemas ketika tidak ada smartphone? Kenapa

itu bisa terjadi?

Biasanya kalau kamu tidak bisa menggunakan smartphone mu, apa yang

kamu lakukan?

Apakah pernah kamu berupaya untuk mengurangi intensitasmu dalam

menggunakan smartphone?

Pertanyaan Probes Terkait 4 Dimensi Nomophobia

Coba ceritakan perasaan seperti apa yang muncul ketika kamu tidak dapat

berkomunikasi dengan keluarga/temanmu melalui smartphone yang kamu

miliki!?

Coba ceritakan apa kamu rasakan ketika kamu kehilangan koneksi pada

smartphone dan juga terputus dengan identitas online khususnya pada

sosmed!?

Coba ceritakan ketika kamu terpaksa tidak bisa mengakses informasi melalui

smartphone, bagaimana perasaanmu!?

Bagaimana rasanya ketika kamu terlepas dari smartphone? Kenyamanan

seperti apa yang kamu rasakan dari smartphone mu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

46

F. Analisis dan Interpretasi Data

Pada Studi 2, metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini

adalah Analisis Isi Kualitatif (AIK). Metode ini merupakan metode untuk

menganalisis pesan-pesan komunikasi, baik tertulis, lisan ataupun visual

(Supratiknya, 2015). Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif,

yaitu analisis isi terarah. Kemudian, data yang dihasilkan pada penelitian ini

berupa transkrip hasil wawancara.

Sesudah itu, transkrip tersebut nantinya akan dianalisis melalui analisis isi

(analisis tematik) (Wiggins, Gordon-Finlayson, Becker, & Sullivan, 2015, dalam

Supratiknya, 2018) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkrip verbatim

ungkapan partisipan yang didapatkan melalui wawancara.

2) Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode berupa konsep-konsep

tertentu dalam transkrip verbatim secara induktif baris demi baris.

3) Mengelompokkan kode-kode ke dalam tema-tema yang lebih lebih luas untuk

menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keselurahan corpus data.

4) Memperhalus dan mempertajam analisis dengan menempatkan tema-tema

dalam susunan hirarkis menjadi tema-tema dan sub-sub tema di bawah masing-

masing tema.

5) Tema-tema dan sub-sub tema diberi label atau nama, lalu masing-masing

subtema dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang diambil dari transkripsi

verbatim sebagai bukti atau pendukung. Langkah-langkah ini dilakukan untuk

memperoleh narasi yang utuh mengenai fenomenanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

47

Tabel 8

Kerangka Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan

No. Asal-Usul Timbulnya Kecemasan

1 Waktu munculnya kecemasan ketika jauh dari smartphone

2 Adakah seseorang yang memicu timbulnya kecemasan

3 Penyebab timbulnya perasaan cemas ketika jauh dari smartphone

Tabel 9

Kerangka Analisis Dimensi Nomophobia

No. Dimensi

1 Not being able to

communicate (tidak

dapat

berkomunikasi)

Tidak dapat langsung menghubungi

keluarga/teman

Khawatir ada yang menghubungi

Tidak dapat menerima pesan/panggilan

Cemas akan rusaknya hubungan yang konstan

(terus-menerus) dengan keluarga/teman

2 Losing

connectedness

(kehilangan koneksi)

Takut tidak bisa up to date dengan media sosial

dan jaringan online

Tidak bisa memeriksa notifikasi pembaharuan

Tidak bisa memeriksa e-mail

Merasa aneh karena tidak tahu apa yang harus

dilakukan

3 Not being able to

access information

(tidak dapat

mengakses

informasi)

Tidak bisa mengakses informasi secara konstan

(terus-menerus)

Tidak bisa melihat informasi

Kesal tidak bisa menggunakan ketika ingin

menggunakan

4 Giving up

convenience (tidak

mampu menghindari

kenyamanan yang

diberikan oleh

smartphone).

Takut kehabisan baterai

Panik jika pulsa/paketan data habis

Selalu memeriksa sinyal/koneksi wifi ketika

tidak ada sinyal/tidak terhubung dengan wifi

Takut terdampar di suatu tempat karena

smartphone tidak bisa dipakai

Selalu ingin memeriksa smartphone walaupun

tidak bisa digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

48

Tabel 10

Kerangka Analisis Strategi Coping untuk Mengatasi Kecemasan

No. Jenis Strategi Coping

1 Strategi coping yang berfokus pada masalah

Mengurangi keinginan untuk dekat dengan smartphone

2 Strategi coping yang berfokus pada emosi

Melakukan sesuatu hal hanya untuk mengurangi kecemasan tapi

tidak untuk menghilangkannya

G. Penegakan Kredibilitas dan Dependenbilitas Penelitian

Peneliti melakukan beberapa strategi untuk menguji kredibilitas data

penelitian. Strategi pertama adalah thick description atau deskripsi mendalam dan

rinci yang dilakukan peneliti untuk memaparkan temuan-temuan terkait setting

serta dinamika saat wawancara. Strategi ini dilakukan untuk memperlihatkan

hasil-hasil penelitian lebih realistik dan lebih mendalam (Supratiknya, 2015).

Strategi kedua adalah member checking atau pengecekan kembali kepada

partisipan terkait tema-tema yang ditemukan peneliti. Pengecekan kembali

dilakukan agar partisipan mengetahui dan merasa bahwa rumusan tema-tema yang

ditemukan peneliti sudah akurat. Strategi ketiga adalah peer-debriefing atau

review oleh rekan sejawat yang bertujuan untuk proses akurasi laporan penelitian.

Strategi ketiga ini dilakukan untuk memperkuat validitas laporan penelitian

(Supratiknya, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

49

Pengujian konsistensi hasil penelitian dilakukan dengan dua strategi.

Strategi pertama adalah peneliti melakukan pemeriksaan berulang kali transkrip-

transkrip rekaman wawancara agar tidak terjadi kesalahan serius dalam proses

transkripsi. Strategi kedua, peneliti membandingkan data dengan kode-kode yang

telah dirumuskan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pergeseran makna kode-

kode yang mungkin terjadi saat proses transkripsi.

H. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di

Yogyakarta pada bulan Juni sampai pertengahan November 2018. Pengambilan

data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur pada

empat mahasiswa yang masuk dalam kategori nomophobia berat. Durasi

wawancara dalam penelitian ini bervariasi antara 25 menit sampai 45 menit.

Pemaparan waktu dan tempat pada masing-masing partisipan diuraikan pada tabel

di bawah ini:

Tabel 11

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Kode Partisipan Waktu Tempat

P1 J A

(Perempuan, 21 tahun)

10 Juni 2018

16 Oktober 2018

Rumah Partisipan

Kampus

P2 OY

(Laki-laki, 18 tahun)

11 September 2018

20 November 2018

Kampus

Via telepon

P3 A D T

(Laki-laki, 21 tahun)

18 Oktober 2018

23 November 2018

Remen Guest House

Estuary Café

P4 L A D P

(Perempuan, 20 tahun)

21 Oktober 2018

24 November 2018

Kampus

RM. Babi Rica B2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

50

1. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara

Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan cara bertatap muka

langsung dengan partisipan. Sebelum wawancara dilaksanakan, peneliti

menjelaskan garis besar dari penelitian yang sedang dilakukan dan memberikan

lembar persetujuan (informed consent). Lembar pesetujuan ini diberikan peneliti

untuk dapat memberikan informasi lengkap tentang penelitian, termasuk beberapa

risiko yang mungkin terjadi dan pernyataan kesediaan untuk partisipan setelah

mengetahui seluk-beluk dan risikonya. Lalu, peneliti juga melakukan proses

wawancara kedua untuk melakukan probes dan mengkonfirmasi hasil temuan

peneliti pada masing-masing partisipan. Proses wawancara kedua dilakukan

dengan tatap muka, kecuali pada P2 yang melalui via telepon karena keterbatasan

waktu untuk bertemu dengan peneliti.

Partisipan pertama atau P1 adalah seorang perempuan berusia 21 tahun

yang berasal dari Yogyakarta. Di Yogyakarta, partisipan tinggal bersama keluarga

inti sejak kecil hingga saat ini. P1 memiliki handphone sejak kelas 1 SMP dan

berganti ke jenis smartphone sejak kelas 1 SMA. Smartphone yang ia miliki

pertama kali merupakan pemberian dari kakaknya karena handphone-nya

terdahulu telah rusak.

Terkait dengan penggunaan pulsa atau data paket pada P1 mengalami

peningkatan sejak awal penggunaan sampai saat ini. Pada awalnya dengan pulsa

25 ribu P1 sudah mendapatkan paket data yang bisa dia gunakan selama sebulan.

Akan tetapi, setelah kuliah ia merasa kurang sehingga pulsa yang ia butuhkan

bertambah menjadi 50 ribu dengan data paket sebesar 3GB. Selain menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

51

data paket di smartphone-nya P1 juga kerap kali menggunakan wifi di rumah

maupun di kampus. Hal tersebut membuat dirinya menghemat penggunaan data

paket yang ia miliki.

Wifi yang berada di rumah kerap kali digunakan P1 untuk mendownload

video, film, dan menonton Youtube. Ia juga menggunakan wifi tersebut untuk

dapat mengakses media Line dan WhatsApp. Di sisi lain, hal yang paling sering

atau dilakukan P1 ketika menggunakan smartphone-nya adalah bermain games.

Jika diurutkan berdasarkan intensitas penggunaan, yang paling tinggi adalah

games, lalu menonton youtube, scrolling sosial media, dan terakhir membalas

chat. Kegiatan-kegiatan tersebut membuat P1 dalam satu hari penggunaan

smartphone-nya rata-rata dapat mencapai 10 jam. Kemudian, dalam satu hari,

intensitas membuka tutup smartphone yang dilakukannya dapat menyentuh angka

50 kali. Namun, jika penggunaan sekali membuka smartphone-nya terbilang lama

atau berjam-jam, maka intensitasnya dalam membuka tutup smartphone-nya

menjadi berkurang yaitu 3-4 kali.

Proses wawancara awal dengan P1 dilaksanakan pada tanggal 10 Juni

2018 di rumahnya dengan durasi waktu 45 menit. Tempat wawancara dilakukan

di ruang tamu dengan situasi yang cukup nyaman dan kondusif, walaupun

beberapa kali terdapat beberapa orang yang berada di rumahnya menyapa peneliti.

Wawancara dilakukan di malam hari, sehingga situasi lingkungan tidak begitu

terang. Hal ini juga didukung karena lampu yang berada di ruang tamu partisipan

merupakan lampu berwarna kuning.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

52

Pada saat wawancara, P1 menggunakan baju berbahan kaos dengan celana

training berwarna abu-abu. Pada saat wawancara, P1 membawa smartphone yang

ia selipkan di antara kedua kakinya. Beberapa kali ia terlihat membuka

smartphone-nya. Ketika wawancara, P1 terlihat antusias. Hal ini karena saat

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, P1 menjawab dengan

memberikan penjelasan yang cukup panjang dan memberikan contoh dengan

sebuah gerakan. Selain itu, beberapa kali ia mengatakan “Ayo tanya lagi, tanya

lagi, aku mau ditanyain lagi.” Di sisi lain, peneliti juga mengobservasi bahwa P1

beberapa kali meminta ulang peneliti untuk menjelaskan maksud dari pertanyaan.

Kemudian, wawancara kedua dilaksanakan di Lantai 2, Gedung Pusat

Kampus P1. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2018 dengan

durasi waktu 10 menit. Wawancara ini dilakukan untuk menggali beberapa hal

yang belum ditemukan peneliti. Tempat wawancara kedua terbilang kondusif dan

nyaman walaupun ada beberapa orang di lokasi wawancara.

Pada saat wawancara kedua, P1 terlihat menggunakan baju berjenis

kemeja dengan celana panjang, dan memakai sepatu. P1 juga terlihat membawa

beberapa lukisan dan tas gendong berwarna hitam. Proses wawancara berlangsung

dengan lancar dan tidak begitu lama. Lancarnya proses wawancara karena P1

menjawab pertanyaan dari peneliti dengan cukup jelas dan panjang. Setelah proses

wawancara berlangsung, P1 dan peneliti melakukan obrolan ringan terkait

kegiatan yang sedang digeluti P1.

Partisipan kedua atau P2 adalah seorang laki-laki dengan usia 18 tahun

yang merupakan mahasiswa perantau asal Kalimantan. Rumahnya di Kalimantan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

53

merupakan rumah yang terletak jauh dari perkotaan. Sementara itu, di Yogyakarta

ia tinggal di sebuah rumah kos yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat

keramaian. Hal tersebut membuatnya merasakan perbedaan saat menggunakan

smartphone-nya. Ketika di rumah P2 kesulitan mendapatkan sinyal, di kosnya

tersebut ia malah sangat mudah mendapatkan sinyal pada smartphone-nya. Letak

rumah yang jauh dari perkotaan ini yang terkadang menjadi sebuah kendala bagi

orangtuanya dalam menghubungi atau melakukan pemenuhan kebutuhan P2

(mentransfer biaya hidup di Yogyakarta).

Berbicara mengenai smartphone, awalnya ia memiliki smartphone sejak

kelas 1 SMA. Akan tetapi, sebelum ia memiliki smartphone, P2 sudah pernah

merasakan memiliki handphone sejak kelas 1 SMP. Semua alat komunikasi yang

ia miliki baik itu handphone atau smartphone, P2 dapatkan dengan cara meminta

kepada orangtuanya. Akan tetapi, smartphone ini ia dapatkan tidak dengan cuma-

cuma. P2 diberikan sebuah syarat tertentu dari orangtuanya untuk dapat memiliki

alat komunikasi ini, seperti harus mendapatkan IPK yang baik.

Sejak awal ia memiliki smartphone hingga saat ini, penggunaan paket data

pada dirinya meningkat, yaitu dari 2GB naik menjadi 5GB dan berakhir di 7GB

sampai sekarang. Peningkatan ini terjadi menurutnya karena dari waktu ke waktu

aplikasi yang terdapat pada smartphone semakin bertambah. Hal tersebut

membuatnya terus memperbaharui aplikasi yang ada. Terkait dengan penggunaan

smartphone-nya, rata-rata dalam sehari P2 bisa menggunakan selama 11 jam.

Minimal waktu penggunaan sekali membuka smartphone adalah 30 menit dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

54

maksimal 4 jam. Lalu, ia menjelaskan bahwa dalam sehari ia bisa membuka tutup

smartphone-nya rata-rata menjadi 7 kali.

Penggunaan yang paling sering dilakukan secara berurutan adalah untuk

membuka Instagram, Line, dan WhatsApp. Alasan dari seringnya ia menggunakan

smartphone-nya adalah untuk mendapatkan hiburan dan membantunya dalam

mengefektifkan serta mengefisienkan kegiatan perkuliahannya. Hal tersebutlah

yang membuat P2 merasakan bahwa intensitas penggunaannya meningkat sejak

berkuliah.

Proses wawancara pada P2 dilaksanakan pada tanggal 11 September 2018

di selasar Farmasi Kampus partisipan. Durasi waktu wawancara berlangsung

selama 25 menit. Tempat wawancara cukup kondusif karena tidak terlalu banyak

orang berada di sekitarnya. Di sekitar lokasi wawancara terdapat banyak pohon

yang membuat udaranya menjadi segar dan tidak begitu panas.

Pada saat wawancara, P2 menggunakan jaket dan celana panjang. Ia juga

membawa tas yang berisi beberapa buku. Selain itu, P2 juga terlihat mengeluarkan

smartphone dan meletakkannya di atas meja. Ketika wawancara ia terlihat sedikit

tidak fokus karena pada saat itu ia ingin mempersiapkan lomba yang akan ia ikuti.

Hal ini terlihat ketika selesai wawancara ia langsung meminta waktu untuk

belajar. Namun demikian, ia tetap menjalani proses wawancara dengan baik. Saat

proses wawancara, P2 juga menjawab pertanyaan dengan memberikan contoh

secara langsung bagaimana ia melihat notifikasi di smartphone-nya.

Wawancara kedua dilaksanakan melalui via telepon dengan durasi 8

menit. Proses wawancara ini dilakukan untuk menggali kembali data yang dirasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

55

belum mendalam. Wawancara ini berlangsung dengan lancar, partisipan terdengar

menjawab dengan lancar dan jelas, serta mampu memahami maksud peneliti.

Pada wawancara ini nada suara partisipan juga terdengar bersemangat.

Partisipan ketiga atau P3 adalah seorang laki-laki yang berusia 21 tahun

dan berasal dari Yogyakarta. Ia tinggal di rumah bersama keluarga inti. Sejak

duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar, P3 telah memiliki sebuah handphone.

Lalu, pada kelas 1 SMA handphone yang ia miliki berganti jenis menjadi

smartphone. Sejak awal menggunakan smartphone hingga saat ini, P3 merasakan

ada peningkatan yang terjadi pada dirinya. Penyebabnya karena banyaknya media

sosial pada saat ini.

Di antara media sosial yang ada, Instagram merupakan salah satu media

sosial yang paling sering dibuka oleh P3 ketika ia bosan. Sementara itu, aplikasi

yang sering ia gunakan ada aplikasi WhatsApp dan kemudian aplikasi Go-jek.

Kegiatan-kegiatan membuka aplikasi tersebut membuat penggunaan smartphone

P3 rata-rata dalam sehari mencapai 13 jam. Intensitasnya dalam membuka tutup

smartphone dalam satu hari rata-rata sebanyak 30 kali.

Wawancara bersama P3 diadakan di Remen Guest House pada tanggal 18

Oktober 2018 dengan durasi waktu 25 menit. Situasi saat wawancara sangat

kondusif dan nyaman karena tidak terdapat banyak orang di sekitar tempat

wawancara. Suhu udara pada tempat wawancara juga tidak panas karena terdapat

AC di ruangan wawancara. Pada saat wawancara, P3 menggunakan baju berbahan

kaos yang berwarna hitam dengan celana panjang berbahan jeans. P3 merupakan

seorang laki-laki yang berambut pendek dan memakai kacamata. P3 datang ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

56

tempat wawancara dengan membawa dompet berwarna hitam dan smartphone-

nya.

Saat wawancara berlangsung ia terlihat tidak menggunakan smartphone-

nya. Ia juga terlihat fokus dalam melakukan tanya jawab pada proses wawancara

berlangsung. Kerap kali ia terlihat tertawa dan tersenyum pada saat menjawab.

Nada suara yang dikeluarkan P3 terdengar cukup keras sehingga peneliti tidak

kesulitan dalam mendengarkan jawaban dari partisipan. Setelah wawancara

berlangsung P3 terlihat fokus membuka smartphone-nya beberapa menit. Sesudah

itu, ia mulai berhenti dan mencoba melakukan interaksi sosial dengan mengajak

peneliti mengobrol hal-hal yang tergolong ringan.

Proses wawancara kedua dilaksanakan tanggal 23 November 2018 dengan

durasi 13 menit. Wawancara kedua ini bertempat di Estuary Café. Ruangannya

memiliki penerangan yang cukup baik berwana putih dan kuning terang. Suasana

di dalam café cukup ramai, namun tidak begitu bising. Pada saat wawancara

kedua partisipan mengajak salah seorang teman perempuannya. Mereka duduk

berselahan dan peneliti duduk di depan partisipan.

Proses wawancara ini berjalan dengan lancar. Partisipan mau terbuka

dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. Walaupun ada satu pertanyaan yang

sulit dijawab olehnya, namun secara perlahan ia mencoba menghitung dan

menjawab pertanyaan peneliti terkait durasi penggunaan smartphone dalam

sehari. Partisipan juga terlihat beberapa kali tertawa ketika proses wawancara

berlangsung. Kemudian, peneliti mengobservasi partisipan yang kerap kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

57

melihat dan serius menggunakan smartphone-nya saat peneliti bercakap-cakap

dengan teman partisipan.

Partisipan keempat atau P4 adalah seorang perempuan berusia 20 tahun

yang merupakan mahasiswa perantau. Di Yogyakarta P4 tinggal dengan menyewa

salah satu kamar kos di dekat kampusnya. P4 merupakan seorang anak yang

cukup dekat dengan orangtuanya. Ketika P4 merantau ke Yogyakarta, ia selalu

menjalin komunikasi yang rutin via smartphone dengan orangtuanya. Dalam

sehari, ia pasti ditelepon oleh orangtuanya dengan maksud menanyakan kabar.

Terkait dengan kepemilikan alat komunikasi, P4 memiliki handphone

sejak kelas 5 SD. Untuk alat komunikasi berjenis smartphone, ia mendapatkannya

sejak duduk di kelas 3 SMP. Awalnya, alat komunikasi ini digunakan untuk

mendapatkan informasi terkait dengan kegiatan menarinya. Akan tetapi, P4

menjelaskan bahwa jika dihitung dari sejak awal dirinya memiliki smartphone,

terjadi peningkatan pemakaian paket data olehnya. Jumlah kuota paket data yang

ia gunakan adalah 2GB, lalu meningkat menjadi 2GB yang unlimited, dan sejak

SMA hingga saat ini menjadi 10GB yang unlimited.

Peningkatan yang terjadi pada P4 disebabkan karena saat ini ia sering

membuka Instagram yang banyak menghabiskan kuotanya. Selain Instagram, hal

yang sering dilakukan P4 dengan smartphone-nya adalah membuka WhatsApp,

lalu menonton Youtube, dan terakhir membuka Line. Total penggunaan

smartphone-nya dalam satu hari rata-rata bisa mencapai 6-7 jam dengan 20-40

kali membuka tutup smartphone.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

58

Proses wawancara dengan P4 dilakukan di Hall Utara Kampus partisipan,

pada tanggal 21 Oktober 2018. Durasi wawancara pada P4 adalah 25 menit.

Wawancara dilakukan di malam hari sehingga tempat wawancara tidak begitu

terang. Namun, pada saat itu kondisi di lingkungan sekitar tempat wawancara

cukup kondusif. Pada saat wawancara, P4 menggunakan baju berwarna merah

marun, rok yang cukup panjang, dan rambut tergerai. Ia datang dengan membawa

tas coklat yang berisi smartphone-nya.

Sebelum memulai wawancara, P4 melontarkan beberapa pertanyaan

terkait penelitian yang sedang peneliti lakukan. Dia terlihat antusias dalam

melakukan wawancara dengan peneliti. Pada saat wawancara berlangsung, P4

juga terlihat menjawab semua pertanyaan yang peneliti lontarkan dengan panjang

dan cukup lengkap. Ia juga sangat jarang menanyakan kembali maksud

pertanyaan yang peneliti berikan kepadanya.

Selanjutnya, proses wawancara kedua dilaksanakan di Rumah Makan Babi

Rica B2 sekitar pukul 20.00 WIB. Durasi wawancara kedua ini berlangsung 10

menit. Proses wawancara ini dilakukan peneliti untuk menggali beberapa hal yang

dirasa belum mendalam. Selain itu, peneliti juga melakukan konfirmasi hasil yang

ditemukan sebelumnya kepada partisipan. Proses wawancara kedua berlangsung

dengan lancar sebab partisipan mampu memahami maksud peneliti dan menjawab

dengan jelas.

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan memaparkan

hasil yang ditemukan di lapangan terkait dinamika penderita nomophobia berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

59

Tiga hal yang menjadi fokus utama peneliti dalam pemaparan hasil dinamika ini

adalah (a) asal-usul munculnya kecemasan, (b) gejala dan keluhan yang muncul

terkait dengan dimensi nomophobia, dan (c) strategi coping yang digunakan

partisipan untuk mengatasi kecemasan yang muncul ketika jauh dari smartphone-

nya. Kemudian, untuk upaya memperkuat hasil yang ditemukan, peneliti akan

memberikan kutipan yang mampu mendukung pemaparan hasil temuan peneliti.

a. Asal-Usul Timbulnya Kecemasan

Asal-usul timbulnya kecemasan dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk mengetahui asal muasal penyebab dari timbulnya kecemasan pada

penderita nomophobia berat. Asal muasal timbulnya kecemasan ini akan dilihat

dari waktu mulai timbulnya kecemasan, siapa yang mungkin memicu

timbulnya kecemasan, dan peristiwa apa yang menyebabkan timbulnya

kecemasan.

1) Waktu Munculnya Kecemasan

Berdasarkan hasil asal-usul timbulnya kecemasan, sebagian besar

partisipan mulai merasakan kecemasan pada saat kuliah (P1, P2, P4), namun

ada pula yang mulai merasakannya ketika SMA (P3). Bagi mereka yang mulai

merasakan kecemasan baru di waktu kuliah, ada yang dimulai dari semester

awal dan ada pula yang baru muncul di semester 4. Hal ini dapat dibuktikan

dari kutipan berikut:

Muncul Saat Kuliah

P4

Baru kuliah ini deh kayaknya kak. Kalau SMA enggak terlalu.

P1

…Mungkin sekitar, semester 4 kemarin. Yang bener-bener itu

semester 4 ke semester 5..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

60

Muncul Saat SMA

P3

Mungkin sejak kelas 1 juga. Nah memang kan kelas 1 aku ada pacar

itu lho…

Munculnya perasaan cemas yang dirasakan partisipan saat kuliah dan

SMA ini dilatarbelakangi oleh beberapa sebab. Bagi partisipan yang merasakan

cemas saat awal perkuliahan memiliki latar belakang sebagai mahasiswa

perantau. Latar belakang ini membuat partisipan kerap kali harus stand by

dengan smartphone-nya untuk dapat berkomunikasi dengan orangtuanya.

Sementara itu, partisipan yang merasakan cemas saat semester 4

dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang membuatnya merasa sendiri.

Peristiwa tersebut membuatnya merasa lebih nyaman ketika ia bisa

menggunakan smartphone untuk bermain. Di sisi lain, pemicu timbulnya

kecemasan untuk partisipan yang sudah merasakannya sedari SMA adalah

karena partisipan sudah mulai berpacaran sejak SMA. Oleh sebab itu, ia

merasa harus selalu memberi kabar pada kekasih hatinya tersebut.

2) Siapa yang Memicu Timbulnya Kecemasan

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan,

diantaranya adalah orang-orang di sekitar kita. Maka dalam sub ini, peneliti

ingin mengetahui siapakah yang mungkin utamanya memicu timbulnya

kecemasan ketika partisipan tidak dapat menggunakan smartphone-nya. Hasil

di lapangan membuktikan bahwa orang terdekat merupakan salah satu faktor

yang dapat memicu seseorang memiliki perasaan cemas. Akan tetapi, 3 dari 4

partisipan mengatakan orang terdekat yang dimaksud adalah orangtua (P1, P2,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

61

P4). Satu partisipan lainnya mengungkapkan bahwa orang terdekat yang

memicu kecemasannya adalah sang pacar (P3). Temuan tersebut dibuktikan

dengan kutipan di bawah ini:

Dipicu Orangtua

P1

Heemm karena kan hp ku aku silent, terus kadangan tu ibuku telepon

berkali-kali tapi aku enggak tahu tu loo. Misalnya aku lagi di jalan.

Terus aku dimarahin, terus aku jadi cemas tu loo.

Dipicu Pacar

P3

Karena kalau dulu SMA kan masih jamannya pacaran kan. Jadi

komunikasi itu perlu. Jadi kalau tanpa handphone pun nanti kadang si

ceweknya suka kamu seharian kemana aja kok enggak ada kabar,

kayak gini kayak gini. Jadi kita serba salah kan kalau..mungkin

handphone nya ketinggalan, tapi namanya cewek kan paling kamu

suka dikasi tahu kayak gitu loo. Jadi memang mungkin dari situ

harusss stay handphone kayak gitu.

Orang terdekat yang menjadi pemicu kecemasan partisipan ini

sebagian besar pernah memberikan dampak negatif pada partisipan. Orang

terdekat seakan-akan meminta partisipan selalu stand by pada smartphone

mereka untuk dapat menghubungi dan memberikan informasi terkait kabar atau

hal lainnya. Maka, ketika partisipan merasakan dampak negatif seperti terkena

marah, partisipan akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi dengan selalu

stand by pada smartphone-nya. Partisipan ingin untuk tetap siaga agar dapat

mempertahankan hubungan baik dengan orang terdekat mereka.

3) Peristiwa Penyebab Timbulnya Kecemasan

Terdapat beberapa peristiwa atau penyebab yang membuat partisipan

memiliki perasaan cemas ketika mereka tidak bersama dengan smartphone-

nya. Ada yang disebabkan karena faktor internal, seperti merasa sendiri (P1),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

62

ada yang disebabkan karena faktor eksternal, seperti berada jauh dari

keluarga (P2, P4), serta pernah menerima dampak negatif dari orang-orang

terdekat karena tidak stand by pada smartphone (P1, P2, P3). Penemuan

tersebut dapat dibuktikan dari beberapa kutipan partisipan di bawah ini:

Merasa sendiri

P1

Mungkin intinya ada suatu peristiwa terus itu membuat aku ngerasa

aahh aku sendirian. Terus apa yaaa yang bisa aku lakukan dengan

aku sendirian. Oh main hp, gitu sih.

Berada jauh dari keluarga

P2

Semenjak ke Jogja, semenjak jauh dari orangtua.

Partisipan menjelaskan bahwa ketika ia mulai merantau dan berada

jauh dari keluarga mereka, ada beberapa hal yang harus mereka perhatikan.

Misalnya pada P2, ia merasa perlu cepat dalam merespon pesan yang diberikan

orangtuanya karena jika tidak dilakukan maka pemenuhan kebutuhan seperti

uang sulit dilakukan oleh orangtuanya sewaktu-waktu. Kesulitan ini

disebabkan oleh jarak tempat pengiriman uang dari lokasi rumahnya sangat

jauh. Sementara bagi P4, ia dipesankan oleh orangtuanya untuk selalu memberi

kabar aktivitasnya ketika dirinya hidup di Yogyakarta. Ketika P4 tidak

memberi kabar, terbuka kemungkinan orangtuanya memikirkan hal yang tidak

benar terhadap P4. Pada partisipan lainnya, hal negatif lain bisa saja terjadi

misalnya, seperti contoh di bawah ini:

Menerima dampak negatif dari orang-orang terdekat karena tidak

stand by pada smartphone

P1

Heemm karena kan hp ku aku silent, terus kadangan tu ibuku telepon

berkali-kali tapi aku enggak tahu tu loo. Misalnya aku lagi di jalan.

Terus aku dimarahin, terus aku jadi cemas tu loo. Ha..ha..ha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

63

P3

Karena kalau dulu SMA kan masih jamannya pacaran kan. Jadi

komunikasi itu perlu. Jadi kalau tanpa handphone pun nanti kadang si

ceweknya suka kamu seharian kemana aja kok enggak ada kabar,

kayak gini kayak gini. Jadi kita serba salah kan kalau..mungkin

handphone-nya ketinggalan, tapi namanya cewek kan paling kamu

suka dikasi tahu kayak gitu loo. Jadi memang mungkin dari situ

harusss stay handphone kayak gitu. Mungkin pengalaman pacaran

yang protective kali ya, haha lebih harus stay handphone.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kutipan-kutipan di atas adalah

sebagian besar peristiwa atau keadaan yang membuat partisipan merasa cemas

disebabkan oleh dampak negatif yang diberikan oleh orang terdekatnya,

termasuk keberadaan partisipan yang jauh dari orangtua. Penjelasan

Mayangsari dan Ariana (2015) pun mampu mendukung hal tersebut, yakni

adanya beberapa faktor yang dapat memicu munculnya nomophobia yaitu,

lingkungan, pengalaman masing-masing individu, pola pengasuhan, dan sosial

ekonomi. Pengalaman masing-masing partisipan termasuk dampak negatif

yang diterima, membawa partisipan berusaha untuk selalu stand by pada

smartphone mereka atau bahkan berusaha menggunakannya agar selalu

mendapatkan hiburan. Berdasarkan pemaparan di atas, asal-muasal timbulnya

kecemasan dapat terangkum pada tabel di bawah ini:

Tabel 12

Hasil Analisis Asal-Usul Timbulnya Kecemasan

Tema Kategori Kode

Asal-Usul

Timbulnya

Kecemasan

Waktu munculnya

kecemasan

Kuliah

SMA

Seseorang yang memicu

timbulnya kecemasan

Orang terdekat (Orangtua,

pacar)

Penyebab timbulnya

perasaan cemas

Merasa sendiri

Berada jauh dari keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

64

Tema Kategori Kode

Menerima dampak negatif

dari orang-orang terdekat

karena tidak stand by

pada smartphone

b. Gejala-gejala dan Keluhan-keluhan Terkait dengan Dimensi

Nomophobia

Gejala-gejala dan keluhan-keluhan terkait dengan dimensi nomophobia

yang akan dipaparkan pada hasil penelitian ini berpedoman dengan dimensi-

dimensi nomophobia Yildirim dan Correia (2015). Dimensi-dimensinya

meliputi: tidak dapat berkomunikasi, kehilangan koneksi, tidak dapat

mengakses informasi, dan kehilangan kenyamanan ketika tidak bersama

dengan smartphone.

1) Tidak Dapat Berkomunikasi

Dimensi tidak dapat berkomunikasi diartikan sebagai suatu perasaan

kehilangan komunikasi, sehingga tidak dapat menggunakan layanan yang

memungkinkan komunikasi secara langsung dengan orang lain. Ada dua gejala

yang muncul pada partisipan terkait dengan dimensi yang pertama. Gejala-

gejala tersebut seperti cemas ada yang menghubungi (P1, P2, P3, P4) dan

cemas tidak dapat menghubungi (P4). Hal ini terbukti dari kutipan ungkapan

partisipan di bawah ini:

Cemas Ada yang Menghubungi

P2

Eee perasaan yang paling sering muncul itu, khawatir aja sih

khawatir. Mungkin ada keluarga yang, yang menghubungi. Soalnya

kalau jauh dari keluarga parnoan. Parnoan itu yang paling sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

65

aku alami itu, takut ada keluarga ngehubungin, papa, itu yang paling

sering.

Cemas Tidak Dapat Mengubungi

P4

…Tapi kalau orangtua tu karena di orangtuanya A hampir setiap hari

bisa 4 kali 3 kali hubungin kan buat nanyak dimana. Mungkin mikir

oohh sekarang enggak bawa hp enggak bisa ngabarin, apa

orangtuanya ngabarin. Pasti bingung kan nyarinya kemana. Tu

samalah kayak tadi cemas juga kalau enggak bisa ngabarin.

Kesimpulan yang didapat oleh peneliti pada dimensi ini adalah

sebagian besar partisipan merasakan bahwa menghubungi atau dihubungi

merupakan aktivitas penting untuk mereka lakukan dengan orang terdekat

mereka. Kondisi ini bertolak dari latar belakang yang dimiliki partisipan, ketika

partisipan tidak melakukan komunikasi yang baik via smartphone pada orang

terdekat mereka, partisipan akan menerima sebuah dampak negatif dari hal

tersebut.

2) Kehilangan Koneksi

Kehilangan koneksi diartikan sebagai sebuah perasaan yang muncul

ketika seseorang tidak mendapatkan sebuah koneksi pada smartphone-nya dan

hal tersebut membuatnya merasa terputus dengan identitas online khususnya

pada sosial media yang dimiliki. Gejala-gejala yang muncul terkait dengan

dimensi kehilangan koneksi, seperti cemas tidak dapat menerima notifikasi

(P1, P2, P3), takut tidak bisa up to date (P2, P3, P4), dan tidak tahu apa

yang harus dilakukan (P1, P2, P3, P4). Hasil yang ditemukan ini dapat

terlihat dari beberapa kutipan partisipan di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

66

Cemas Tidak Dapat Menerima Notifikasi

P1

…Jadi cemas sih kayak, ini beneran enggak ada apa-apa?! Ahaha

gitu sih… Terus ini beneran enggak ada notif terus aku buka lagi. Oh

enggak ada beneran. Terus ternyata ohhh ada lagi. Gitu sih.

Takut Tidak Bisa Up To Date

P2

Eee itu tadi ee karena takut ketinggalan informasi. Karena itu tadi.

Jadi berusaha, berusaha untuk tetap on…

P4

Iya cemas.

Kan bisa tau info-info dari luar yang biar enggak terlalu apa ya kudet

tu lo jadi apa yang orang lain tahu tu kita juga bisa tahu kayak gitu.

Biasanya gitu sih dari sosial media.

Tidak Tahu Apa yang Harus Dilakukan

P3

Kalau enggak ada handphone, haduhhh ini mau ngapain yaa?

(mencotohkan) Kayak enggak ada apa-apa gitu.

Melalui pemaparan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa koneksi

merupakan suatu hal yang penting dan utama untuk partisipan miliki. Yildirim

dan Correia (2015) juga menjelaskan kesimpulan yang sama bahwa koneksi

adalah alasan utama kaum muda dalam menggunakan smartphone. Adanya

koneksi membuat partisipan dapat melakukan banyak hal dengan smartphone-

nya, seperti up to date informasi terkini atau terkait dengan teman-temannya.

Beberapa partisipan pun merasakan, jika koneksi yang dimilikinya hilang,

maka semua aktivitas pada smartphone-nya lumpuh sampai pada tidak ada

notifikasi yang masuk. Kondisi tersebut membuat mereka seakan bingung dan

tidak tahu apa yang harus dilakukan.

3) Tidak Dapat Mengakses Informasi

Dimensi tidak dapat mengakses informasi digambarkan sebagai

ketidakmampuan seseorang ketika ia ingin mengakses informasi dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

67

smartphone-nya. Pada dimensi ini, keluhan-keluhan yang muncul adalah

seperti takut tidak bisa melihat informasi (P2), tidak bisa mengakses

informasi dengan segera (P3, P4), dan kesal tidak bisa digunakan saat

ingin menggunakan (P1). Temuan ini dibuktikan dengan kutipan di bawah

ini:

Takut Tidak Bisa Melihat Informasi

P2

Itu lebih ke takut ketinggalan informasi aja sih. Soalnya kalau sama

temen itu mesti yang dibahas seputar kuliah. Gitu, praktikum dan

lain-lain. Ee takut ketinggalan aja.

Tidak Bisa Mengakses Informasi dengan Segera

P3

Ada sih, kayak rasanya pingin segera segera bisa diakses gitu loo.

Kesal Tidak Bisa Digunakan Saat Ingin Menggunakan

P1

Yampun kok harus sekarang gitu lhoo. Kok harus sekarang sih

matinya. Pas lagi butuh, pas lagi bener-bener kepo terus enggak ada

akses untuk mencari informasi itu eee aaaahh (menghela nafas).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari dimensi ini ialah bahwa sebuah

informasi memang benar menjadi suatu hal yang selalu ingin dilihat oleh

partisipan dengan segera. Walaupun mereka mengeluhkan ketika tidak dapat

mengakses informasi dengan segera, pada saat wawancara partisipan

menjelaskan bahwa mereka akan mengaksesnya di lain waktu saat smartphone

mereka sudah bisa digunakan. Namun, saat informasi dirasa benar-benar

dibutuhkan dan mendesak, partisipan akan berusaha meminta tolong temannya

untuk mencarikan informasi yang mereka butuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

68

4) Kehilangan Kenyamanan

Dimensi kehilangan kenyamanan adalah suatu perasaan kehilangan

kenyamanan saat tidak dapat memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang disediakan

smartphone. Hal ini membuat seseorang selalu ingin memanfaat kenyamanan

yang diberikan oleh smartphone tersebut. Gejala-gejala yang muncul terkait

dengan dimensi ini seperti, panik ketika baterai habis (P1, P3, P4), dan

berusaha mencari sinyal/koneksi yang hilang (P1, P2, P4). Gejala-gejala

yang ditemukan ini dibuktikan dari kutipan partisipan di bawah ini:

Panik Ketika Baterai Habis

P3

Eeemm rasanya cemas sih, kayak pingin buru-buru di charge kayak

gitu. Jadi kalau emang kan kalau hp aku ini udah 20% itu biasanya

ada pemberitahuan untuk di charger. Gitu, yaitu cemas aduhh ini

baterainya udah mau habis. Apalagi kalau lupa bawa charger gitu

kan. Kalau ada charger aja kalau ada colokan udah dimanapun

enggak mikir tempat dicolokin aja (sambil ketawa) haha.

Berusaha Mencari Sinyal/Koneksi yang Hilang

P2

Cemas, berusaha cari tempat yang koneksinya ada.

P4

A sih biasanya nyari sampe dapet hahaha.

Sementara pada penemuan lainnya, ada beberapa partisipan mengeluh

ketika ia tidak bersama dengan smartphone-nya. Keluhan itu seperti

mengeluhkan tidak ada sinyal (P3). Keluhan ini dibuktikan dari kutipan

wawancara partisipan di bawah ini:

Mengeluhkan Tidak Ada Sinyal

P3

Iya enggak ada sinyal itu kayak ihh ini kenapa sih sinyalnya hehe,

kayak gitu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

69

Pemaparan di atas memperlihatkan bahwa kebermanfaatan yang

diberikan smartphone saat ini membuat semua partisipan merasa tergantung

pada smartphone yang mereka miliki. Ketergantungan inilah yang membuat

partisipan merasa tidak nyaman ketika mereka kehilangan „nyawa‟ yang

mampu menghidupkan smartphone mereka, yaitu sinyal, koneksi, ataupun

baterai. Dampak dari perasaaan kehilangan dan ketidaknyamanan tersebut

membuat partisipan selalu berusaha mencari sinyal, koneksi, ataupun cara

untuk baterainya tidak habis.

Ringkasan hasil yang didapatkan pada poin kedua, mengenai gejala dan

keluhan terkait dimensi nomophobia akan ditampilkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 13

Hasil Analisis Gejala dan Keluhan Terkait Dimensi Nomophobia

Tema Dimensi Nomophobia

Kategori

Tidak dapat

berkomunikasi

Kehilangan

koneksi

Tidak dapat

mengakses

informasi

Kehilangan

kenyamanan

yang diberikan

oleh smartphone

Kode

Cemas ada

yang

menghubungi

Cemas tidak

dapat

menghubungi

Cemas

tidak dapat

menerima

notifikasi

Takut tidak

bisa up to

date

Tidak tahu

apa yang

harus

dilakukan

Takut tidak

bisa melihat

informasi

Tidak bisa

mengakses

informasi

dengan segera

Kesal tidak

bisa

digunakan saat

ingin

menggunakan

Panik ketika

baterai habis

Berusaha

mencari

sinyal/koneksi

yang hilang

Mengeluhkan

tidak ada

sinyal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

70

c. Strategi Coping Mengatasi Kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan memiliki berbagai respon untuk

menghadapi kecemasannya. Ada yang akan berlarut dan tidak bisa menghadapi

kecemasan yang ia rasakan, namun ada juga yang bangkit dan berupaya mencari

suatu solusi untuk mengurangi kecemasannya tersebut. Pada bagian ini, peneliti

akan memaparkan temuan terkait strategi coping yang dimiliki partisipan untuk

mengurangi kecemasan ketika sedang berada jauh atau tidak dapat menggunakan

smartphone-nya. Keempat partisipan ketika ditanyakan apa yang akan ia lakukan

ketika smartphone-nya tidak bisa digunakan atau tertinggal di suatu tempat adalah

mereka akan mencoba menjalin interaksi sosial (P1, P2, P3, P4). Hal ini

dibuktikan dari kutipan beberapa partisipan di bawah ini:

Menjalin Interaksi Sosial

P2

Biasanya aku, aku eee ajak temen-temen keluar gitu. Biasanya kan ada

kelompok belajar tu, kelompok belajar tu kayak yang ketawa-ketawa terus

jadi asik gitu, jadi aku lebih yang keluar bareng-bareng temen.

P3

Yaa mencoba mendekatkan diri pada orang di sekitar yang real real bener

bener ada di sekitar gitu. Dari pada tidak berinteraksi ya kan hahaha.

Namun pada penelitian ini juga ditemukan beberapa usaha yang dilakukan

partisipan dalam menghadapi stressor cemas terkait dengan smartphone, yaitu

melukan hobi (P1) yang ia senangi, seperti bermain video game dan melukis.

Berikut merupakan kutipan partisipan yang mampu menggambarkan di atas:

Melakukan Hobi

P1

Sebenernya dulu sempet sih dikasi NDS tuu loo khusus buat main game.

Itu sempet membuat ku menjauh dari hp sebentar. Tapi tu, mungkin

karena itu enggak bisa buat update, terus aku bosen sama game-game nya

tu, yaudah aku balik lagi ke hp.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

71

Eemm iya sih aku mulai mengalihkan apa yaa, mengalihkan tanganku sih

sebenarnya. Misalnya gambar, melukis, gitu. Tapi tu..hehe tetep cemas tu

lho kek kalo lagi melukis tu lho. Liat hp, heheh gitu sih. Terus misalnya

nanti lagi nunggu cat kering nih, em ngapain yaa, main hp hehehe gitu

sih.

Dapat disimpulkan bahwa ketika partisipan benar-benar tidak dapat

menghidupkan atau mengaktifkan smartphone-nya kembali, mereka akan

melakukan cara lain untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan berinteraksi

sosial. Interaksi sosial ini partisipan lakukan untuk dapat mengaktifkan kehidupan

sosialnya secara nyata, tidak hanya bermain dengan smartphone mereka. Selain

itu, mereka melakukan hal tersebut juga bertujuan untuk melupakan sejenak

ketidaknyamanan ketika tidak dapat menggunakan smartphone.

Di sisi lain, terdapat partisipan yang berusaha melakukan hobinya sebagai

pengalihan untuk mengurangi keinginan selalu dekat dengan smartphone. Namun,

pengalihan tersebut terlihat sulit dipertahankan. Oleh karena itu, dapat dikatakan

strategi coping yang digunakan oleh seluruh partisipan masuk dalam emotion

focused coping, yakni usaha yang dilakukan merupakan usaha yang tidak

mengubah atau bahkan menghilangkan perasaan “tidak bisa jauh dari

smartphone”, tetapi hanya sebagai pengalihan sementara (Lazarus & Folkman,

1984). Pemaparan hasil mengenai strategi coping ini dapat teringkas dalam tabel

di bawah ini:

Tabel 14

Hasil Analisis Strategi Coping Mengatasi Kecemasan

Tema Jenis Strategi Coping

Kategori Emotion focus coping

Kode Menjalin interaksi sosial

Melakukan hobi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

72

Secara umum dapat disimpulkan bahwa, kecemasan terkait dengan

ketidakmampuan menggunakan smartphone dapat muncul sejak SMA ataupun

kuliah, saat suatu peristiwa kurang nyaman dirasakan oleh partisipan karena

orang-orang terdekat mereka. Efek dari peristiwa yang memunculkan

ketidaknyamanan tersebut membuat partisipan harus terbiasa menggunakan

smartphone-nya atau harus selalu stand by dengan smartphone-nya. Kebiasaan

tersebutlah yang memicu kecemasan partisipan saat mereka tidak mampu

menggunakan smartphone-nya.

Maka dari itu, mereka selalu berupaya untuk menghidupkan smartphone

mereka supaya mampu berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya, seperti

berusaha mengisi daya baterai dimanapun mereka berada dan selalu berusaha

terkoneksi atau memiliki paket data pada smartphone-nya. Sewaktu mereka

benar-benar tidak mampu menghidupkan atau menggunakan smartphone,

partisipan akan mencoba melihat lingkungan sekitarnya untuk dapat menjalin

interaksi yang nyata sehingga mereka mampu mengurangi kecemasan yang

muncul akibat tidak dapat menggunakan smartphone. Di sisi lain, ada partisipan

yang berupaya untuk mengurangi aktivitasnya dekat dengan smartphone, yaitu

dengan cara melakukan hobi. Akan tetapi, usaha yang dilakukan ini tidak berhasil

dan pada akhirnya partisipan kembali dekat dengan smartphone-nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

73

BAB V

PEMBAHASAN UMUM

Pada bagian ini, peneliti akan membahas terlebih dahulu terkait penemuan

kuantatif pada Studi 1. Setelah itu, peneliti membahas hasil penemuan Studi 2,

yaitu asal-usul timbulnya kecemasan ketika jauh dari smartphone. Pembahasan

lalu berlanjut pada gejala dan keluhan mengenai dimensi-dimensi nomophobia

menurut Yildirim dan Correia (2015). Terakhir, peneliti akan membahas

mengenai strategi coping yang digunakan partisipan untuk mengurangi kecemasan

ketika mereka jauh dari smartphone.

A. Keseluruhan Subjek Mengalami Nomophobia

Pada Studi 1 ditemukan bahwa dari 221 responden yang mengisi kuesioner

nomophobia, seluruhnya masuk ke dalam kategori nomophobia. Tidak ada yang

masuk dalam kategori tidak mengalami nomophobia. Hasil ini dirasa wajar terjadi

apabila melihat penelitian yang pernah dilakukan di Universitas Airlangga. Pada

penelitian tersebut dari 380 responden, yang tidak mengalami nomophobia hanya

17 orang (Mulyar, 2016). Maka, dapat dilihat bahwa pada kalangan remaja

khususnya mahasiswa, nomophobia sudah semakin banyak dan menjalar.

B. Perempuan Lebih Rentan Mengalami Nomophobia Berat

Hasil penelitian pada Studi 1, dari 221 responden ditemukan bahwa semua

responden mengalami nomophobia dan 12,7% masuk dalam kategori nomophobia

berat. Jika ditelaah lebih lanjut, ditemukan remaja perempuan memiliki rentan

dibanding remaja laki-laki dalam mengalami nomophobia berat, yaitu 13,4%. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

74

ini bisa jadi akibat durasi penggunaan internet yang tinggi pada mereka yang

berjenis kelamin perempuan (Gezgin dan Cakir, 2016). Diduga, durasi

penggunaan yang tinggi tersebut disebabkan oleh aktivitas perempuan yang lebih

sering menggunakan ponsel untuk mengungkapkan informasi dan emosi

pribadinya (Geser, 2006). Selain itu, wanita juga kerap menggunakan ponselnya

untuk sekadar bergosip atau berdiskusi terkait selera dan minat mereka (Geser,

2006).

Kemudian, Geser (2006) juga menemukan bahwa perempuan lebih

berupaya memelihara jaringan sosial yang ia miliki, terutama diantara anggota

keluarga dan kerabat. Maka, situasi menjadi wajar jika perempuan terlihat lebih

intens dan terbiasa dalam menggunakan smartphone. Kebiasaan tersebut dapat

berujung pada kecemasan jika mereka tidak dapat menggunakan smartphone-nya.

C. Asal-Usul Munculnya Kecemasan

Pemicu timbulnya nomophobia pada partisipan disinyalir terjadi karena

lingkungan dan pengalaman yang dimiliki pada setiap individu. Mayangsari dan

Ariana (2015) juga menemukan bahwa lingkungan dan pengalaman adalah dua

dari empat faktor yang dapat memicu nomophobia. Lingkungan yang

dimaksudkan pada temuan penelitian ini adalah lingkungan keluarga khususnya

orangtua atau orang-orang terdekat seperti pacar.

Suatu peristiwa atau pengalaman yang negatif yang diberikan orangtua

atau pacar ini yang diduga memicu partisipan untuk tidak ingin mengulangi

kesalahan yang sama. Misalnya, ketika mereka tidak stand by pada smartphone

mereka, orangtua atau pacar dari partisipan akan menghubungi mereka. Maka,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

75

ketika partisipan tidak menjawab atau menghubungi dengan segera mereka akan

terkena marah. Sebuah peristiwa yang mungkin terlihat kecil, namun partisipan

merasa kurang nyaman atau cemas akan hal tersebut, sehingga memicu partisipan

selalu berusaha untuk stand by pada smartphone mereka.

Berawal dari alasan di atas, partisipan akan menjadi terbiasa dan dikontrol

oleh ketidaksadaran untuk membuka smartphone mereka setiap harinya.

Tujuannya hanya untuk melihat notifikasi yang masuk dan kemudian berupaya

untuk segera membalas pesan yang menurut mereka penting. Kebiasaan inilah

yang juga membawa mereka pada sebuah perasaan tidak nyaman yang berujung

cemas ketika mereka tidak bisa menggunakan atau jauh sekalipun dengan

smartphone mereka.

D. Gejala dan Keluhan Terkait dengan Dimensi Nomophobia

Kecemasan yang dirasakan oleh partisipan ketika mereka tidak bisa

menggunakan smartphone mereka, entah karena smartphone mereka tertinggal,

kehabisan baterai, atau kehabisan data paket akan membuat mereka merasakan

gejala-gejala atau keluhan tertentu. Gejala dan keluhan yang dipaparkan pada

bagian ini akan dikaitkan dengan dimensi nomophobia menurut Yildirim dan

Correia (2015), yaitu tidak dapat berkomunikasi, kehilangan koneksi, tidak dapat

mengakses informasi, dan kehilangan kenyamanan.

Gejala yang pasti muncul pada setiap partisipan tatkala mereka tidak dapat

menggunakan smartphone mereka ialah cemas jika ada yang menghubungi. Pada

dimensi nomophobia menurut Yildirim dan Correia (2015) cemas ada yang

menghubungi termasuk dalam dimensi pertama yaitu tidak dapat berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

76

Kecemasan terkait hal ini bisa muncul pada semua partisipan sebab menjalin

komunikasi dengan orang terdekat seperti orangtua atau pacar dianggap menjadi

hal yang penting bagi mereka. Oleh karena itu, saat mereka tidak dapat

menggunakan smartphone, mereka akan mulai merasakan kecemasan dan berpikir

apakah ada seseorang yang akan menghubungi mereka terutama orang-orang

terdekat.

Di sisi lain, menurut partisipan, koneksi merupakan satu hal yang penting.

Adanya koneksi membuat partisipan bisa melakukan banyak hal dengan

smartphone mereka. Ketika koneksi yang mereka miliki menghilang, maka

mereka akan merasakan cemas. Keluhan yang muncul pun seperti tidak tahu apa

yang harus dilakukan. Hal ini terjadi karena dengan adanya koneksi maka mereka

mampu menghubungi siapa saja yang ingin mereka hubungi, mereka mampu

mengakses dan up to date terkait informasi yang mereka inginkan melalui sosial

media, dan juga bisa memanfaatkan smartphone mereka untuk hiburan (games

atau Instagram) dengan koneksi yang baik.

Maka, kelihatannya koneksi merupakan suatu yang sangat penting dan

utama yang harus mereka miliki pada smartphone mereka di zaman sekarang ini.

Kondisi ini pun dijelaskan Yildirim dan Correia (2015) pada penelitiannya.

Bahkan dengan kecanggihan teknologi saat ini, melihat notifikasi saja mampu

membuat seseorang merasa terkoneksi (Yildirim & Correia, 2015). Pada

penelitian ini pun ditemukan bahwa terdapat gejala cemas ketika tidak dapat

menerima notifikasi pada beberapa partisipan. Walaupun perasaan cemas tidak

dapat menerima notifikasi ini hanya dirasakan pada beberapa partisipan, semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

77

partisipan mengungkapkan bahwa notifikasi menjadi suatu hal yang penting dan

kerap mereka gunakan untuk melihat pesan masuk.

Pemaparan terkait kehilangan koneksi di atas berhubungan dengan temuan

gejala pada dimensi kehilangan kenyamanan, yaitu partisipan akan berusaha

mencari koneksi atau sinyal yang hilang sampai mereka mendapatkannya. Selain

itu, beberapa partisipan juga akan merasa panik ketika baterai smartphone mereka

habis.

Selanjutnya, pada dimensi ketiga yaitu tidak dapat mengakses informasi,

ditemukan bahwa partisipan memang merasakan gejala cemas ketika mereka tidak

dapat mengakses informasi dengan segera. Akan tetapi, semua partisipan

mengungkapkan bahwa kecemasan tersebut tidak begitu berarti. Hal ini terjadi

karena mereka dapat meminta bantuan teman untuk mencari informasi yang

mereka inginkan atau mereka bisa mencarinya di waktu lain ketika smartphone-

nya sudah bisa digunakan. Hanya saja, ketika smartphone tersebut tidak bisa

digunakan saat mereka ingin mengakses informasi tertentu, mereka akan merasa

kesal.

E. Strategi Coping Mengatasi Kecemasan

Hasil dan pembahasan sebelumnya memperlihatkan bahwa ketiadaan

smartphone memang betul memberikan sebuah kecemasan kepada partisipan.

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) terdapat suatu tindakan yang akan

dilakukan oleh seseorang untuk mengurangi stres yang dialami dalam bentuk

fisiologis ataupun psikologis, mereka menyebutnya sebagai coping. Menurut

mereka, strategi coping terbagi menjadi dua jenis, yaitu strategi coping yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

78

berfokus pada masalah (problem focused coping) dan strategi coping yang

berfokus pada emosi (emotion focused coping).

Pada kasus ini ditemukan bahwa semua partisipan menggunakan strategi

coping yang berfokus pada emosi, yakni bahwa mereka mencoba untuk

berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka. Bentuk interaksi sosial ini

dilakukan untuk mengurangi kecemasan agar mereka lupa dengan smartphone

ketika tidak dapat menggunakannya. Kemudian, ditemukan pula kegiatan lain

yang dilakukan partisipan untuk selalu dekat dengan smartphone yaitu melakukan

hobi. Namun, pengalihan tersebut ternyata tidak mampu menghilangkan perasaan

“tidak bisa jauh dari smartphone”. Hal ini dimungkinkan karena smartphone

memiliki fitur yang dapat bertindak sebagai penguatan positif bagi penggunanya

(Bisen & Deshpande, 2016), sehingga mereka yang sudah terbiasa mendapatkan

penguatan positif ini sulit untuk menjauhinya. Maka, dapat dikatakan bahwa

usaha yang dilakukan oleh partisipan tersebut merupakan usaha yang tidak

mengubah stressor mereka yaitu “tidak bisa jauh dari smartphone”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

79

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Dari 221 responden pada Studi 1, semuanya masuk dalam kategori

nomophobia dan 12,7% masuk dalam kategori nomophobia berat.

2. Perempuan lebih rentan mengalami nomophobia berat dibandingkan laki-laki,

yaitu 13,4%.

3. Secara umum, kecemasan saat jauh atau tidak dapat menggunakan

smartphone pada penderita nomophobia berat bisa muncul saat kuliah dan

SMA. Pemicunya diduga oleh orang terdekat (orangtua dan pacar) yang

memberikan suatu peristiwa yang kurang nyaman bagi remaja, seperti terkena

marah ketika tidak stand by pada smartphone dan tidak memberi kabar pada

mereka.

4. Jika dilihat dari keseluruhan, kecemasan yang dirasakan partisipan lebih

dominan mengarah pada perasaan cemas ada yang menghubungi atau tidak.

Gejala pada dimensi tidak dapat berkomunikasi ini dominan muncul diduga

karena semua partisipan mengganggap bahwa komunikasi yang mereka jalin

merupakan suatu hal yang penting. Kemudian, partisipan merasakan bahwa

koneksi adalah hal utama yang harus mereka miliki untuk dapat melakukan

apapun dengan smartphone mereka. Maka, ketika mereka kehilangan

koneksi, mereka akan mengeluhkan tidak tahu apa yang harus dilakukan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

80

misalnya mereka tidak dapat up to date dengan informasi terkini yang berada

di sosial media. Hal tersebut berujung pada usaha untuk selalu mendapatkan

koneksi, sinyal, atau mengisi daya baterai pada smartphone.

5. Umumnya, partisipan melakukan strategi coping yang berfokus pada emosi.

Hal ini karena usaha yang dilakukan partisipan untuk mengatasi

kecemasannya hanya bersifat sementara, yaitu berinteraksi sosial dan

melakukan hobi yang disenangi.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang ditemukan pada penelitian ini ada terdapat tiga poin,

yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti kurang memperhitungkan proses pengambilan data yang baik pada

Studi 1 dengan langsung menggunakan data tryout sebagai data yang

terpakai.

2. Peneliti kurang dapat mempertimbangkan pemilihan partisipan pada studi

kedua dengan baik dan matang.

3. Peneliti kurang mempertimbangkan secara matang metode pengambilan data

pada Studi 2.

4. Peneliti kesulitan menggali informasi pada partisipan yang berjenis kelamin

laki-laki. Hal ini mungkinterjadi karena rapport yang dijalin peneliti dengan

partisipan kurang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

81

C. Saran

Bertolak dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas, peneliti

mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan tahap-tahap pengambilan data

dengan baik dan benar. Sebisa mungkin tidak menggunakan tryout

terpakai agar tidak mencampurkan proses pemeriksaan psikometrik alat

ukur dengan pengambilan data penelitian.

b. Lalu, diharapkan pula peneliti selanjutnya mempertimbangkan pemilihan

partisipan dengan matang, seperti mengurutkan skor nomophobia berat

dari tinggi sampai yang paling rendah. Kemudian memilih dari skor

paling bawah terlebih dahulu, lalu naik ke skor yang paling tinggi dan

begitu terus secara berulang sampai data dinyatakan jenuh. Tidak lupa

pula mempertimbangkan jenis kelamin secara merata sesuai dengan

jumlah partisipan yang diambil.

c. Peneliti selanjutnya dapat lebih mempertimbangkan metode pengambilan

data yang lebih tepat pada Studi 2, misalnya dengan focused group

discussion (FGD).

d. Lalu, sebaiknya peneliti melakukan rapport yang lebih baik dan

mendalam dengan partisipan laki-laki. Hal ini bisa dilakukan dengan

mengajak ngobrol lebih lama terkait dengan smartphone dan hal lain

seputar partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

82

e. Terakhir, peneliti juga bisa melakukan penelitian terkait dengan

nomophobia pada subjek berkategori nomophobia ringan atau sedang.

2. Bagi Praktisi Psikologi

Bagi praktisi dapat lebih membuka wawasan terkait dengan nomophobia yang

sedang banyak dialami oleh masyarakat di era smartphone saat ini.

3. Bagi Keluarga dan Orang Terdekat Partisipan

Bagi keluarga dan orang terdekat partisipan, dimohon memberi ruang dan

mempercayai partisipan ketika mereka tidak stand by pada smartphone. Hal

ini akan membuat partisipan tidak takut, khawatir, atau cemas tatkala mereka

tidak dapat menggunakan atau jauh smartphone mereka.

4. Bagi Partisipan

Bagi partisipan yang masuk dalam kategori nomophobia berat bisa

melakukan beberapa hal yang dapat mengurangi intensitas penggunaan

smartphone. Misalnya, dengan menerapkan waktu penggunaan smartphone

pada jam-jam tertentu. Pembatasan waktu ini ditata agar penggunaan yang

dilakukan dengan smartphone tidak setiap saat. Lainnya, partisipan bisa

melakukan beberapa kegiatan yang lebih berhubungan dengan lingkungan,

seperti berdiskusi, olahraga, melukis, dan lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

83

DAFTAR ACUAN

Bisen, S., & Deshpande, Y. (2016). An analytical study of smartphone addiction

among engineering students: A gender differences. Journal of Indian

Psychology, 4(1), 70-83.

Bragazzi, N., & Puente, G. (2014). A proposal for including nomophobia in the

new DSM-V. Psychology Research and Behavior Management, 7, 155-

160.

Chiu, S. (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on

Taiwanese university student: A meditation model of learning self afficacy

and social efficacy. Computer in Human Behavior, 34, 49-57.

Curtis, A. (2015). Defining adolescence. Journal of Adolescent and Family

Health, 7(2), 1-39.

Flora, M. (2018, Januari 17). Kecanduan gawai akut, 2 pelajar Bondowoso masuk

RS Jiwa. Liputan6. Diunduh 8 Februari, 2018, dari

http://news.liputan6.com/read/3229494/kecanduan-gawai-akut-2-pelajar-

bondowoso-masuk-rs-jiwa

Genco, R., Ho, A., Grossi, S., Dunford, R., & Tedesco, L. (1999). Relationship of

stress, distress, and inadequate coping behaviors to periodontal disease.

Journal Periodontol, 70, 711-723.

Geser, H. (2006). Are girl (even) more addicted? Some gender patterns of cell

phone usage. Sociology in Switzerland: Sociology of the Mobile Phone.

Gezgin, D. M., & Cakir, O. (2016). Analysis of nomophobic behaviors of

adolescents regarding various factors. Journal of Human Sciences, 13,

2505-2519.

Gifary, S., & Kurnia, I. (2015). Intensitas penggunaan smartphone terhadap

perilaku komunikasi. Jurnal Sosioteknologi, 14(2), 170-178.

Kanmani, A. S., Bhavani.,& Maragatham, R.S. (2017). Nomophobia-an insight

into its psychological aspects in India. The International Journal of Indian

Psychology, 4(87), 5-15.

King, A., Valenca, A., Silva, A., Baczynski, T., Carvalho, M., & Nardi, A. (2013).

Nomophobia: Dependency on virtual environments or social

phobia?.Journal of Computers in Human Behavior, 29, 140-144.

King, A., Valenca, A., Silva, A., Sancassiani, F., Machado, S., & Nardi, A.

(2014). Nomophobia: Impact of cell phone use interfening with symptms

and emotions of indviduals with panic disorder compared with a control

group. Clinical Practice & Epidemology in Mental Health, 10, 28-35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

84

Lazarus, R., & Folkman. S. (1980). An analysis of coping in a middle-age

community sample. Journal of Health and Social Behavior, 21, 219-239.

Lazarus, R., & Folkman. S. (1984). Stress appraisal and coping. New York:

Spinger Publishing Company.

Lee, S., Tam, C., & Chei, Q. (2013). Mobile phone usage preferences: The

contributing factors of personality, social anxiety and loneliness. Journal

of School of Medicine and Health Sciences, Monas University.

Lee, K., Kim, S., Ha, T., Yoo, Y., Han, J., Jung, J., & Jang, J. (2016). Dependency

on smartphone use and its association with anxiety in Korea. Journal of

Public Health Reports, 131, 411-419.

Mayangsari, A. P., & Ariana, A. D. (2015). Hubungan antara self-esteem dengan

kecenderungan nomophobia pada remaja. Jurnal Psikologi Klinis dan

Kesehatan Mental, 4(3), 157-163.

Mulyar, B. K. (2016). Dinamika adaptif penggunaan smartphone mahasiswa fisip

universitas airlangga di kota Surabaya. Jurnal Departemen Antropologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga, 5(3), 489-503.

“Orang Indonesia pengguna ponsel nomor 1 di dunia”. (2014). Diakses 6 Oktober,

2017, dari

http://www.bbc.com/Indonesia/majalah/2014/06/140605_majalah_

ponsel_indonesia

Pavithra., Madhukumar, S., & Murthy, M. (2015). A study on nomophobia-

mobile phone dependence, among student of a medical college in

Bangalore. National Journal of Community Medicine, 6, 340-344.

Prasad, M., Patthi, B., Singla. A., Grupta, R., Saha, S. S., Kumor, J. K., Malhi, R.,

Venisha. (2017). Nomophobia: A scross-sectional study to assess mobile

phone among dental student. Journal of Clinical and Diagnostic Research,

11(2), 34-39.

Prasetyo, A., & Ariana, A. D. (2016). Hubungan antara the big five personality

dengan nomophobia pada wanita dewasa awal. Jurnal Psikologi Klinis dan

Kesehatan Mental, 5(1), 1-9.

Reber, A., & Reber, E. (2010). Kamus psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samaha, M., & Hawi, N. (2016). Relationships among smartphone addiction,

stress, academic performance, and satisfaction with life. Journal of

Computers in Human Behavior, 57, 321-325.

Sudarji, S. (2017). Hubungan antara nomophobia dengan kepercayaan diri. Jurnal

Psikologi Psibernetika, 10(1), 51-61.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

85

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung;

Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed

methods). Bandung; Alfabeta.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam

psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2018). Diktat metodologi penelitian. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Wahyudi, Ade. (2016, Agustus 8). Survei smartphone 2016-2018. Diakses 31

Oktober, 2017, dari http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/

pengguna-smartphone-diindonesia-2016-

2019?_ga=2.93231133.1507172696-1058212072.1507172696

Wahyuni, R., & Harmaini. (2017). Hubungan intensitas menggunakan facebook

dengan kecenderungan nomophobia pada remaja. Jurnal Psikologi, 13(1),

22-29.

Wulandari, M., Darmawiguna, M., & Wahyuni, S. (2014). Survei deskriptif

optimalisasi pengguna smartphone di kalangan mahasiswa dan siswa se-

kota Singaraja. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik

Informatika, 3(6), 401-410.

Yildrim, C., & Correia, A. P. (2015). Understanding nomophobia: A modern age

phobia among college students. Spinger International Publishing

Switzerland, 724-735.

Yildirim, C., & Correia, A. P. (2015). Exploring the dimensions of nomophobia:

Development and validation of a self-reported questionnaire. Elsevier

Journal, 49, 130-137.

Yildrim, C., Sumuer, E., Adnan, M., & Yildrim, S. (2015). A growing fear:

Prevalence of nomophobia among Turkish college students. Journals

Permissions, 1-10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

86

Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Partisipan/ Informed Consent

Kesepakatan Partisipasi Penelitian

Saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian

yang dilakukan oleh Ni Nyoman Indah Triwahyuni bersama tim dari Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya paham bahwa penelitian ini bertujuan

memperoleh informasi tentang dinamika penderita nomophobia berat. Saya adalah

salah satu orang yang akan dilibatkan sebagai subjek dalam penelitian ini.

1 Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saya paham bahwa

sebagai subjek saya tidak akan memperoleh imbalan materi. Saya bisa

membatalkan dan tidak melanjutkan partisipasi saya sebagai subjek tanpa

sanksi apa pun. Jika saya memutuskan membatalkan dan tidak melanjutkan

partisipasi saya sebagai subjek, tidak seorang pun akan tahu selain (para)

peneliti.

2 Saya paham bahwa apa yang akan saya lakukan dalam penelitian ini penting

dan mungkin menarik. Namun bila ternyata saya merasa tidak nyaman

melakukannya maka saya berhak menolak memberikan jawaban atau

melakukan tugas yang diminta.

3 Saya paham bahwa partisipasi yang dibutuhkan dari saya adalah menjalani

wawancara dan observasi yang diselenggarakan oleh para peneliti dari Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu

selama 1,5 jam. Para peneliti mungkin akan membuat catatan-catatan,

membuat rekaman audio-video saat kegiatan berlangsung dan melakukan

tanya-jawab pada akhir kegiatan.

4 Saya paham bahwa para peneliti tidak akan menyebutkan nama saya dalam

laporan yang disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini,

dan bahwa kerahasiaan saya sebagai subjek dalam penelitian ini dijamin

sepenuhnya. Data dan informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERATvii DINAMIKA PENDERITA NOMOPHOBIA BERAT Ni Nyoman Indah Triwahyuni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika penderita

87

akan digunakan untuk kepentingan ilmiah yang menjamin kerahasiaan individu

dan institusi yang menjadi sumbernya.

5 Saya paham bahwa dosen atau pihak lain di kampus tidak akan pernah

mengetahui jawaban atau hasil pengerjaan tugas saya dalam penelitian ini.

Dengan demikian saya tidak akan pernah mengalami akibat negatif apa pun

dari apa yang saya katakan atau lakukan dalam penelitian ini.

6 Saya paham bahwa penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Dewan

Penilai Kelayakan Penelitian di kampus. Jika ada masalah atau pertanyaan

terkait subjek dalam penelitian ini, saya bisa menghubungi Dekan Fakultas

Psikologi di 08121562470.

7 Saya telah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan kepada saya.

Saya telah memperoleh jawaban yang memuaskan terhadap semua pertanyaan

saya, dan secara suka rela saya menyatakan sepakat berpartisipasi sebagai

subjek dalam penelitian ini.

8 Saya telah memperoleh salinan Kesepakatan Partisipasi Penelitian ini.

Yogyakarta, … …………. …..

Mengetahui,

Ni Nyoman Indah Triwahyuni ……………………………….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI