perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan status .../hubungan... · sehingga berpengaruh...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS
MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
AYUDHIA PRATIWI
R0107015
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN VALIDASI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS
MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
KARYA TULIS ILMIAH
AYUDHIA PRATIWI R0107015
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Studi
Pada hari Rabu, 2 Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Ayudhia Pratiwi, R0107015, 2011. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN. Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Status gizi memiliki potensi menimbulkan gangguan pada kesehatan reproduksi remaja wanita. Obesitas yang berlanjut sampai masa dewasa akan mengakibatkan maturitas seksual lebih awal dan ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan kekurangan nutrisi pada seorang siswi akan mengakibatkan penurunan fungsi reproduksi. Keduanya dapat menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi sehingga berpengaruh pada prestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan metode simple random sampling. Besar sampel adalah 183 siswi SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah mengalami menstruasi lebih dari 2 tahun. Data keteraturan siklus menstruasi diperoleh dengan wawancara dari 3 siklus menstruasi terakhir secara berurutan. Data status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh dan kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for Windows. Dari penelitian didapatkan hasil p value (sig) sebesar 0,003. Dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Kata kunci : Status Gizi, Siswi, Keteraturan Siklus Menstruasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Ayudhia Pratiwi, R0107015, 2011. CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENSTRUATION CYCLE REGULARITY ON FEMALE STUDENTS AT MOJOLABAN 1 STATE SENIOR HIGH SCHOOL. Diploma IV of Midwifery Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Nutritional status has potential to become female adolescent reproduction health disturbance. Obesity which continue until adult will be result in earlier maturity of sexual and unregularity of menstruation cycle. Meanwhile, nutrition insufficiency in female student will impact in decrease of function reproduction. Both of them have result learning problem for female student, and the last make influence in academic or non academic achievement. This research is aimed to analyze correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity on female students at Mojolaban 1 State Senior High School. This research used analytic observational design with cross sectional approach and simple random sampling. Total sample were 183 female students at Mojolaban 1 State Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years. Data about menstruation cycle female students were obtained from interview, which observed by last of three menstruation cycle. Data nutritional status were obtained by measure of body mass indeks and then analyzed used Chi Square Test in SPSS 15.0 for windows. From this research has been resulted p value (sig) 0,003. It be concluded there were significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity.
Keywords : Nutritional Status, Female Students, Menstruation Cycle Regularity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman,
keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku pintu-pintu
rahmat-Mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu.
”Hadapi masalah sebagai bagian yang tak terelakkan dari hidup dan jika
masalah datang, tegakkan kepala. Tatap masalah langsung di matanya dan
katakan, Saya akan lebih besar dari kamu. Kamu tak bisa mengalahkan saya ”
(Ann Landers )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan kepada
Kedua Orangtua
Beno Suharjo dan Sri Sularni
“Terima kasih atas doa-doa yang sungguh mustajab. Terima kasih telah mengajarkan Ayu banyak hal, tidak ada yang pernah
menyayangi dan mencintai Ayu seperti kalian dan terima kasih untuk segalanya.”
My big sista and My twin sista
Septyana Galuh ASD & Yulia Pratiwi ”Yang selalu menyayangi, memotivasi dan mendukung Ayu, selalu
mengingatkan Ayu untuk menyelesaikan KTI ini, terima kasih untuk segalanya.”
Keluarga Besar Wiryosuwignyo
& Keluarga Besar Joyo Sukarto
Wildan Arsyad Zaki
“Seseorang” terbaik yang telah Allah janjikan untuk menemaniku. Untuk semua pegorbanan, kerja keras, kesabaran, pengertian dan perhatian yang selalu membuat Ayu kuat menghadapi semuanya.
Temen-temen
Teman-teman ku (Christine, Dian, Nunung, Dewi) Makasih atas dukungan dan semangatnya dan Temen-temen seperjuangan 2007 Ayo
buktikan kalau kita yang terbaik..!!!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan
Siklus Menstruasi Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban”, untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan
nasehat-nasehat, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, Dekan Fakultas Kedokteran
Sebelas Maret Surakarta.
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), Kepala Program Studi D IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dewan
penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan
Karya Tulis Ilmiah.
4. Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah D IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Widardo, M.Sc selaku pembimbing utama atas segala petunjuk,
bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
6. Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing pendamping atas
segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
7. Prof. DR. Bhisma Murti, dr., MPh, M.Sc, PHD selaku pembimbing pakar atas
segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
8. Ika Sumiyarsi, S.SiT, M. Kes, Sekretaris Penguji yang telah memberikan
masukan dan saran untuk kebaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Drs. Narman, M.M, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mojolaban, atas ijin yang
diberikan untuk melakukan penelitian ini.
10. Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penyusunan Studi
Kasus ini.
11. Keluargaku tercinta atas do’a, motivasi dan semangat dalam penyusunan
karya tulis ini.
12. Ab’ zaki atas perhatian dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini.
13. Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban, atas ketersediaannya untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.
14. Temen-temen mahasiswa D IV Kebidanan angkatan 2007 Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
15. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penulisan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk perbaikan Studi Kasus ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN VALIDASI ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ..iii
ABSTRAK ............................................................................................................. ..iv
MOTTO ................................................................................................................. ..vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. .vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ...x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. .xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ ..1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ ..3
C. Tujuan.............................................................................................. ..3
D. Manfaat .......................................................................................... ..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Menstruasi ........................................................................... ..5
B. Status Gizi ....................................................................................... ..10
C. Hubungan Status Gizi Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi ..16
D. Kerangka Konsep ........................................................................... ..18
E. Hipotesa........................................................................................... ..18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ ..19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ ..19
C. Populasi Penelitian ......................................................................... ..19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................ ..20
E. Besar Sampel .................................................................................. ..21
F. Kriteria Restriksi............................................................................. ..21
G. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... ..22
H. Definisi Operasional ....................................................................... ..23
I. Cara Kerja ....................................................................................... ..24
J. Analisis Data ................................................................................... ..26
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden ................................................................ ..29
B. Data Status Gizi .............................................................................. ..30
C. Data Keteraturan Siklus Menstruasi .............................................. ..31
D. Pengujian Hipotesa ......................................................................... ..31
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ................................................................ ..34
B. Status Gizi ....................................................................................... ..35
C. Keteraturan Siklus Menstruasi ....................................................... ..36
D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi .... ..37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... ..40
B. Saran ................................................................................................ ..40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia .................................... 15
Tabel 3.1 Tabel kontingensi 2x3 ............................................................................ 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas............... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia.............................. 29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche............ 30
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Status Gizi ................................................................ 30
Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi ............................................. 31
Tabel 4.6 Tabel Kontingensi 2x3 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan
Siklus Menstruasi ................................................................................... 32
Tabel 4.7 Uji Korelasi Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ......... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 18
Gambar 4.1 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ........ 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Lembar Tabel Chi Square
Lampiran 3. Surat Keterangan Tera Ulang
Lampiran 4. Surat Keterangan dari Badan Perencanaan Daerah
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6. Surat Ijin Peminjaman Alat
Lampiran 7. SOP Pemeriksaan Antropometri Pengukuran Berat Badan
Lampiran 8. SOP Pemeriksaan Antropometri Pengukuran Tinggi Badan
Lampiran 9. Surat Permohonan ke Responden
Lampiran 10. Persetujuan Responden
Lampiran 11. Panduan Wawancara
Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Penelitian
Lampiran 13. Crosstabs Uji Chi Square
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan kesehatan di Indonesia. Beban pembangunan bidang kesehatan
nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda yaitu fenomena
gizi buruk dan pelbagai persoalan yang menyertainya di satu sisi dan fenomena
kegemukan serta obesitas di sisi lainnya yang sangat erat kaitannya dengan aspek
kesehatan yang lain (Hadi, 2005).
Di Indonesia hingga tahun 2004 prevalensi gizi baik 63,9%; gizi kurang
13,7% dan gizi lebih 22,4% (Badan Litbangkes, 2005). ICRW melalui beberapa
penelitian dibeberapa negara, menemukan status gizi kurang pada remaja
perempuan sebesar 23 – 53%. Di Indonesia pada tahun 1999-2003 remaja putri
yang menderita status gizi kurang sekitar 50%. Pada remaja putri di kota Padang
ditemukan status gizi kurang tingkat ringan sebesar 30,7% dan 6,8% untuk
kekurangan gizi tingkat berat (Santy, 2006).
Di Amerika Serikat, lebih dari 60% orang dewasa dan 30% dari anak-anak
dan remaja dikategorikan kelebihan berat badan dan obesitas (Apovian, 2007).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi berat badan lebih pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 13,9%
untuk laki-laki dan perempuan sebesar 23,8% (Kementerian Kesehatan RI,
2011).
Status gizi remaja saat ini akan berdampak pada status gizinya di kemudian
hari. Oleh sebab itu, pola konsumsi remaja saat ini akan menentukan status
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
gizinya di kemudian hari (Ratna, 2008). Bila konsumsi melebihi jumlah
kebutuhan tubuh, akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi
yang kurang akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi
defisiensi (Anonim, 2008).
Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang
berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah
status gizi. Ciri remaja wanita yang mampu melakukan kehidupan reproduksi
adalah telah menstruasi. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada
akhirnya akan membentuk siklus menstruasi (Cunningham, 2005).
Pada status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya mengalami
anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis (Karyadi, 2007).
Karena cenderung memiliki sel-sel lemak yang berlebih, sehingga memproduksi
estrogen yang berlebih. Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan
terjadi kekurangan berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk
memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga
bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur (Evan, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah benar
terdapat hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi khususnya
pada siswi SMA, mengingat status gizi merupakan masalah global yang
memberikan berbagai dampak bagi kesehatan manusia, terutama bagi kesehatan
reproduksi wanita. Pada penelitian ini, peneliti memilih SMA Negeri 1
Mojolaban sebagai tempat penelitian karena belum ada penelitian tentang
hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA yang
dilakukan di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sebelumnya penelitian serupa pernah diangkat oleh Ermawati Sudarsono
(2008), dengan judul “Pengaruh Kelebihan Berat Badan terhadap Keteraturan
Siklus Menstruasi pada Remaja di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah
Teknik Purposive Random Sampling. Analisa data menggunakan uji Chi Square
dengan α = 0,05. Adapun yang membedakan antara penelitian tersebut dengan
penelitian ini terletak pada variabel penelitian, tempat dan waktu pengambilan
data penelitian serta teknik sampling.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah apakah
ada hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri
1 Mojolaban?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan status gizi dengan keteraturan
siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban dengan
pengukuran antropometri.
b. Untuk mengetahui keteraturan pola siklus menstruasi siswi SMA Negeri
1 Mojolaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
c. Mengidentifikasi hubungan status gizi dengan keteraturan siklus
menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu
pertimbangan untuk menambah wawasan tentang hubungan status gizi
dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA.
2. Manfaat aplikatif
a. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat
pengetahuan peneliti tentang hubungan status gizi dengan keteraturan
siklus menstruasi siswi SMA.
b. Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi subjek penelitian
untuk lebih mamahami pentingnya status gizi dalam kesehatan
reproduksi dan memacu diri untuk berusaha meningkatkan status gizi
yang lebih baik sehingga ketidakteraturan pada siklus menstruasi
dapat dihindari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Menstruasi
1. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005).
Sedangkan menurut Cunningham (2005), menstruasi merujuk kepada
pendarahan yang menyertai penarikan progesteron setelah ovulasi pada siklus
non-fertil dan menyebut episode pendarahan endometrium lain pada wanita
tidak hamil sebagai perdarahan uterus atau endometrium.
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan
membentuk siklus menstruasi yang melibatkan hipofisis, hipotalamus,
ovarium dan uterus (Henderson, 2005). Hal ini terjadi dalam interval-interval
yang kurang lebih teratur, siklik dan dapat diperkirakan waktunya sejak
menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi atau
mengalami intervensi farmakologis (Pulungan, 2009).
2. Siklus Menstruasi Normal
Menurut Cunningham (2005) panjang siklus menstruasi seorang wanita
rata-rata 28 hari, dari mulai satu masa menstruasi ke mulai masa yang
berikutnya. Lamanya menstruasi biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti
darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita
biasanya lama menstruasi itu tetap (Wiknjosastro, 2005).
Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap bulan, tergantung
kepada serangkaian perubahan hormonal siklik yang melibatkan sekresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hormon pada berbagai tingkat dalam sistem yang terintegrasi (Proverawati,
2009). Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus
yang mensekresikan gonadotropin releasing hormone (GnRH). GnRH
merangsang sekresi 2 hormon yaitu follicle stimulating hormone releasing
hormone (FSH-RH) dan luteinizing hormone releasing hormone (LH-RH)
(Wiknjosastro, 2007).
Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang
selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya
produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan
umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin
(Llewllyn, 2002). Menurut Wiknjosastro (2005), mekanisme terjadinya
perdarahan menstruasi dalam satu siklus ada 4 fase, yaitu :
a. Fase Proliferasi
Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus menstruasi. Ditandai
dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar
hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam
ovarium serta membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel
berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan
hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen
dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding
endometrium yang robek. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan
penghasilan hormon LH yang sangat meningkat dan menyebabkan
terjadinya proses ovulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Fase Pramenstruasi (Fase Sekresi)
Terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 siklus menstruasi. Pada
fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus
luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan
sel telur pada saat terjadinya proses ovulasi. Terjadi peningkatan hormon
progesteron yang bermakna yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-
hormon FSH, LH dan estrogen. Keadaan ini digunakan sebagai
penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim
dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan.
c. Fase Menstruasi
Terjadi pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 siklus menstruasi.
Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan
dengan dinding endometrium yang robek yang diwujudkan dalam
pengeluaran darah dari dalamnya. Pada fase ini terjadi kembali
peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang
disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena
produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron
secara maksimal.
d. Fase Regenerasi (Fase Pascamenstruasi)
Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-5 siklus menstruasi. Pada fase
ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan
endometrium. Sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk
folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-
hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di
ovarium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Keteraturan Siklus Menstruasi
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya
menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Wiknjosastro,
2005). Panjang siklus menstruasi mengandung kesalahan ± 3 hari karena
waktu keluarnya menstruasi dari ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat
diketahui secara tepat dan jam mulainya menstruasi tidak diperhitungkan
(Wiknjosastro, 2007). Menurut Nizomy (2002), suatu siklus menstruasi
dikatakan teratur apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang
sama.
Ketidakteraturan menstruasi adalah kondisi dimana siklus dengan durasi
bervariasi dari bulan ke bulan (Tarigan, 2010). Pada siklus menstruasi tidak
teratur, biasanya siklus menstruasinya tidak mengalami proses ovulasi
(Anovulatoric Cycle) (Hendrik, 2006). Anovulasi terjadi ketika ovarium gagal
untuk merilis sebuah oosit, hal ini menunjukkan bahwa ovulasi tidak terjadi
(Pendergraft, 2011).
Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada
masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri
mengalami jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1
bulan terjadi 2 siklus (Baziad, 2009). Setelah menarche, pertumbuhan linear
melambat untuk 2 tahun berikutnya, yang disebut masa anovulatori.
Sehingga dapat diasumsikan pemeriksaan persentase lemak tubuh dan status
gizi setelah menarche bisa ditoleransi sampai 2 tahun setelah menarche
(Aryati, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Siklus menstruasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi menurut
Wiknjosastro (2005), antara lain :
a. Kelebihan berat badan : terjadi gangguan metabolisme estrogen berupa
peningkatan produksi estrogen pada wanita dengan kelebihan berat badan
sehingga menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
b. Kekurangan nutrisi : pada seseorang yang tidak cukup makan, tubuh akan
berasumsi bahwa tubuh tidak cukup bugar dan kadar estrogen bisa
menurun serta bisa berhenti berovulasi (Evan, 2011).
c. Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi : penyakit reproduksi
seperti polycsytic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor
ovarium, kanker leher rahim dapat menyebabkan perubahan hormon.
d. Pengaruh rokok : siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih
pendek dan lebih tidak teratur daripada wanita bukan perokok. Pada
kebiasan merokok dapat menyebabkan dismenorea, ketegangan
premenstrual, ketidakteraturan menstruasi dan amenorea sekunder.
e. Faktor psikososial : stress atau kecemasan bisa mengacaukan siklus haid
perempuan karena pusat stres di otak sangat dekat lokasinya dengan pusat
pengaturan haid di otak. Gangguan kejiwaan, stress, lingkungan sosial,
tekanan-tekanan dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur.
(Riani, 2005).
f. Kelainan genetik seperti sindrom stein-leventhal, sindrom Sheehan,
sindrom forbes-albright, sindrom chusing, sindrom turner, sindrom
asherman dan sindrom testicular feminization dapat menyebabkan
terjadinya amenorea primer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
g. Olahraga berat : seorang perempuan dengan latihan yang dilakukan
adekuat atau berlebihan dapat menyebabkan kehilangan berat badan
beberapa kilogram (Soetjiningsih, 2004). Status hipoestrogenik biasanya
dikaitkan dengan ketidakteraturan menstruasi pada atlet kompetitif
(Varney, 2007).
h. Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat
meningkatkan kadar hormon prolaktin sehingga menyebabkan perubahan
siklus menstruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus
menstruasi karena hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh
untuk membentuk siklus buatan (Evan, 2011)
B. Status Gizi
1. Pengertian
Gizi (Nutrition) adalah sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
memanfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh kembang dan
pemeliharaan tubuh (Hartono, 2006).
Menurut Paath (2005) status gizi (Nutrition Status) adalah suatu tampilan
keadaan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dari konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi (Suhardjo, 2003)
a. Faktor Langsung :
1) Infeksi : hubungan infeksi dengan status gizi saling timbal balik.
Infeksi memperburuk taraf gizi walaupun mendapat makanan yang
baik. Sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan seseorang
untuk mengatasi penyakit infeksi sehingga mudah terserang penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Pendapatan keluarga : penghasilan merupakan faktor penting bagi
kuantitas dan kualitas konsumsi makanan. Jika pendapatan naik maka
jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik juga. Dengan
perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi pendukung juga akan
meningkat.
3) Tingkat pengetahuan : pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan
seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi.
Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin
memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya
untuk dikonsumsi.
4) Tingkat pendidikan : tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan
gizi yang mereka peroleh.
5) Tingkat konsumsi energi dan protein : keadaan status gizi tergantung
dari tingkat konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-
hari. Konsumsi yang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan
kondisi kesehatan gizi yang optimal.
b. Faktor Tidak Langsung :
1) Besarnya keluarga : hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan
kurang gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Pembagian
pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting
untuk mencapai gizi yang baik.
2) Status pekerjaan orang tua : orang tua yang sudah mempunyai
pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian penuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
terhadap anaknya, apalagi untuk mengurusnya. Sehingga asupan
nutrisi yang dikonsumsi anak menjadi tidak optimal.
3) Pantangan makanan : pantang terhadap satu atau lebih jenis makanan
tidak menutup kemungkinan masalah gizi atau kekurangan gizi akan
timbul.
4) Akses kesehatan : dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal,
kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan
terpenuhi.
5) Status kesehatan : gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan
berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit
infeksi. Secara umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari
gangguan dari defisiensi sistem kekebalan.
3. Kebutuhan Gizi Pada Remaja
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila
seseorang mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas
yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan
pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi
(Waryana, 2010).
Kebutuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak laki-laki
lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih
banyak. Sedangkan aktivitas perempuan biasanya memuncak saat menstruasi
sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak (Waryana, 2010).
Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri, mengacu pada tabel
RDA, secara garis besar memuncak pada usia 12 tahun sebesar 2.550 kkal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Asupan lemak
untuk wanita usia 13-15 tahun adalah 26 gram/hari. Sedangkan kebutuhan
akan protein sebesar 0,27-0,29 g/cm tinggi badan (Arisman, 2007).
4. Klasifikasi Status Gizi
Status gizi menurut Almatsier (2003), dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Status Gizi Buruk
Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama.
b. Status Gizi Kurang
Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial.
c. Status Gizi Baik atau Status Gizi Optimal
Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin.
d. Status Gizi Lebih
Terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,
sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan.
5. Penilaian Status Gizi
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun
secara antropometri (Waryana, 2010). Menurut Supariasa (2002), penilaian
status gizi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Secara langsung
Pemeriksaan antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia dan
pemeriksaan biofisik
b. Secara tidak langsung
Survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah
dan murah. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002). Arisman
(2007) mengungkapkan ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan
mengenai jenis malnutrisi. Parameter Antropometri menurut Supariasa
(2002), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas
(LLA), lingkar kepala, lingkar dada, jaringan lunak.
Salah satu indeks antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Supariasa, 2002). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk untuk
menentukan status gizi berdasarkan Indeks Quatelet berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Sjarif, 2002).
Menurut Hartono (2006), IMT digunakan untuk mengukur status gizi karena
dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi
tetapi lebih akurat daripada berat badan saja. Menurut Permaisih dalam
Waryana (2010), IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi pada remaja.
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan x Tinggi Badan (m²)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat ≥ 27,00
Sumber : Depkes dalam Waryana, 2010
Menurut Supariasa (2002), kelebihan penilaian status gizi dengan teknik
Antropometri antara lain, pertama adalah prosedur sederhana, aman dan
dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Kedua, relatif tidak
membutuhkan tenaga ahli, cukup tenaga terlatih. Ketiga, alat murah, mudah
dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Keempat,
metode ini tepat dan akurat, karena dibakukan. Kelima, dapat mendeteksi
atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. Keenam, umumnya dapat
mengidentifikasi status gizi baik, kurang dan gizi buruk karena sudah ada
ambang batas yang jelas.
Sedangkan kelemahan teknik Antropometri menurut Supariasa (2002),
antara lain, pertama, tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat
dan tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti zink dan Fe.
Kedua, faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri. Ketiga, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi.
Keempat, kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran
baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Kelima, sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan
pengukuran.
C. Hubungan Status Gizi Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi
Status gizi memiliki peranan penting dalam siklus menstruasi. Diperlukan
paling tidak 22% lemak dan indeks massa tubuh yang lebih besar dari 19 kg/m2
agar siklus ovulatorik dapat terpelihara dengan normal. Hal ini dikarenakan sel-
sel lemak melepaskan estrogen yang membantu ovulasi dan siklus menstruasi
(Coad, 2007).
Menurut Caroline (2001), gangguan menstruasi pada dasarnya berhubungan
erat dengan adanya gangguan hormon terutama yang berhubungan dengan
hormon seksual pada perempuan yaitu progesteron, estrogen, LH dan FSH.
Adanya gangguan dari kerja sistem hormonal ini terkait dengan status gizi.
Dimana status gizi akan mempengaruhi metabolisme hormon estrogen pada
sistem reproduksi wanita.
Kemampuan reproduksi ada di bawah kontrol hipotalamus dengan
sinkronisasi oleh susunan saraf pusat yang dipengaruhi oleh kecepatan
metabolisme. Kecepatan metabolisme sendiri tergantung pada keadaan gizi.
Penambahan lemak memberi kontrol terhadap sekresi hormon gonadotropin,
sehingga jaringan lemak merupakan sumber estrogen di luar gonad (hipofisis).
Dengan demikian ekskresi estrogen juga dipengaruhi oleh berat badan atau
lemak tubuh (Proverawati, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Soetjiningsih (2004) berpendapat bila obesitas pada masa anak terus berlanjut
sampai masa dewasa akan mengakibatkan menstruasi tidak teratur. Secara
khusus jumlah wanita yang mengalami anovulasi akan meningkat bila berat
badan meningkat. Namun seberapa gemuk yang akan menyebabkan siklus
anovulasi tidak diketahui dengan pasti, yang jelas diet dan berat badan sangat
mempengaruhi siklus menstruasi (Paath, 2005).
Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi
estrogen (Waryana, 2010). Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi
akan mengakibatkan pertambahan berat badan pada perempuan remaja.
Kolesterol yang terdapat pada lemak tubuh yang berlebihan merupakan prekursor
dari estrogen sehingga produksi estrogen cenderung berlebihan. Dengan begitu,
kadar estrogen dalam darah akan meningkat akibat kolesterol tinggi
(Wiknjosastro, 2005).
Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif terhadap
hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian LH. LH
yang terlalu cepat keluar menyebabkan hipoandrogenisme kadar testosterone
yang rendah sehingga tidak terjadi ovulasi (Wiknjosastro, 2005).
Paath (2005), mengatakan bahwa gizi kurang atau terbatas selain akan
mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan
terganggunya fungsi reproduksi. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan
berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hormon steroid akan mengalami
perubahan yang berdampak pada terjadinya perubahan siklus ovulasi (Waryana,
2010).
Menurut Nikmawati (2009) remaja perempuan yang mempunyai status gizi
kurus sekali akan mengalami hambatan dengan menstruasinya. Kehilangan berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
badan secara besar-besaran dapat menyebabkan penurunan hormon gonadotropin
untuk pengeluaran LH dan FSH yang mengakibatkan kadar estrogen akan turun
sehingga berdampak negatif pada siklus menstruasi dan ovulasi (Monroe, 2007).
Coad (2007) mengatakan bahwa sekresi LH yang terganggu akibat penurunan
berat badan dapat menyebabkan pemendekan fase luteal.
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Yang diteliti
Tidak diteliti
E. Hipotesa
“Ada hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA
Negeri 1 Mojolaban”
Olahraga berat
Konsumsi obat tertentu
Pengaruh rokok
Psikososial
Penyakit Reproduksi
Kelainan genetik
Sistem Saraf Pusat
Hipotalamus (GnRH)
Siklus Menstruasi
Hipofisis (FSH dan LH)
Ovarium (Hormon Estrogen)
Status Gizi
Lemak di Tubuh
Kurus Normal Lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional, untuk mempelajari hubungan status gizi
dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
Desain penelitian cross sectional ini adalah jenis penelitian yang melakukan
pengukuran antara faktor risiko dengan efek pada satu saat dan tidak ada tindak
lanjut atau follow up (Sastroasmoro, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban kecamatan Mojolaban
kabupaten Sukoharjo. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2005). Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan
percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri-cirinya akan diteliti (Arief,
2008).
1. Populasi target
Menurut Arief (2008), populasi target adalah populasi yang menjadi
sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi
tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1
Mojolaban.
2. Populasi aktual
Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga lebih
memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi
sasaran (Arief, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah siswi SMA
Negeri 1 Mojolaban kelas X dan kelas XI semester genap tahun ajaran
2010/2011 sebanyak 360 orang.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Murti (2010) sampel didefinisikan sebagai bagian (subset) dari
populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang akan diamati atau diukur peneliti
hingga dianggap dapat mewakili populasinya.
Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik simple random sampling,
yaitu dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi aktual yang akan
dipilih sampelnya. Kemudian tiap subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari
mereka dengan teknik undian yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang
telah dikocok terlebih dahulu (Sastroasmoro, 2008). Hal ini sesuai dengan
definisi teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan subjek
dengan mendasarkan pada setiap anggota dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Sugiyono, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
E. Besar Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), untuk menghitung ukuran sampel yang
populasinya kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus :
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05
Dari populasi aktual didapatkan populasi sebanyak 360 orang yang kemudian
dilakukan seleksi pemilihan sampel menggunakan kriteria restriksi dihasilkan
bahwa terdapat sebanyak 24 orang yang tidak memenuhi kriteria sebagai sampel.
Sehingga besar sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria
restriksi yaitu sebanyak 336 orang. Setelah dilakukan penghitungan dengan
menggunakan rumus didapatkan besar sampel sebanyak 183 orang.
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada populasi
target dan pada populasi terjangkau/aktual (Sastroasmoro, 2008).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban
b. Sudah menstruasi lebih dari 2 tahun saat pengambilan data
c. Bersedia menjadi subjek penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subjek yang memenuhi kriteria
inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena pelbagai sebab
(Sastroasmoro, 2008).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Menderita penyakit reproduksi
b. Menghadapi ujian
c. Merokok
d. Subjek tidak hadir pada saat pengambilan data
e. Subjek yang menolak menjadi responden
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Status gizi
2. Variabel Terikat : Keteraturan siklus menstruasi
3. Variabel Luar :
a. Terkontrol :
1) Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi
2) Pengaruh rokok
b. Tidak terkontrol :
1) Faktor psikososial
2) Faktor genetik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
H. Definisi Operasional
1. Variabel bebas : Status Gizi
a. Definisi :
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi yang dapat dinyatakan dengan menggunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT).
b. Skala : Ordinal
1) Status gizi kurus : IMT < 18,5
2) Status gizi normal : IMT 18,5 – 24,9
3) Status gizi lebih : IMT ≥ 25
2. Variabel terikat : Keteraturan siklus Menstruasi
a. Definisi :
Siklus menstruasi teratur adalah jarak antara tanggal mulainya siklus
menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya
ditambah atau dikurangi 3 hari pada setiap periodenya selama 3 kali
siklus berturut-turut (Wikjosastro, 2007).
b. Skala : Nominal dikotomik
1) Siklus menstruasi teratur
2) Siklus menstruasi tidak teratur
3. Variabel luar :
a. Faktor psikososial adalah faktor-faktor yang ada di luar tubuh seseorang
misalnya cemas sedang menghadapi ujian, konflik dengan teman atau
masalah dengan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap menstruasi
(Suwarni, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Faktor genetik, pengaruh rokok dan penyakit yang berhubungan dengan
reproduksi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap menstruasi.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut tidak diukur.
I. Cara Kerja
1. Alat ukur
a. Wawancara
Untuk mendapatkan data responden, siklus menstruasi dihitung selama
tiga bulan terakhir.
b. Mikrotoise
Mikrotoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan.
c. Timbangan injak
Timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan.
2. Cara Pengukuran
a. Status Gizi
1) Cara : Siswi SMA yang dijadikan subjek penelitian diukur
tinggi dan berat badannya
a) Berat Badan
Subjek penelitian ditimbang tanpa sepatu dan barang-barang
yang dibawanya/dipakai yang dapat mempengaruhi pengukuran.
Penimbangan dilakukan dengan posisi berdiri diatas timbangan
injak tersebut. Pencatatan langsung dilakukan setelah pengukuran
berat badan tersebut. Prosedur lebih lengkap berdasarkan Depkes
RI & WHO (2008), dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 51.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Tinggi Badan
Pengukuran dilakukan setelah pengukuran berat badan selesai
(tidak menggunakan alas kaki), dengan posisi tegak dan
pandangan mata lurus ke depan. Prosedur lebih lengkap Depkes
RI & WHO (2008) dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 53.
c) Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Didapatkan dengan menghitung berat badan dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m²).
Kemudian menentukan status gizi subjek penelitian berdasarkan
klasifikasi status gizi sesuai hasil perhitungan yang didapat.
2) Hasil ukur : Status gizi kurus (IMT : < 18,50), status gizi normal
(IMT : 18,50-24,99) dan status gizi lebih (IMT : ≥ 25,00)
3) Skala ukur : Ordinal
b. Siklus Menstruasi
1) Cara : Melakukan wawancara dengan menggunakan
kuesioner terstuktur berupa checklist pada siswi SMA yang dijadikan
subjek penelitian
2) Hasil ukur : Siklus menstruasi teratur dan siklus menstruasi tidak
teratur
3) Skala ukur : Nominal dikotomik
Sebelum dilakukan pengambilan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu alat (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Streiner dan Normal dalam Murti (2003), reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana pengukuran suatu alat pada situasi-situasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
berbeda memberikan hasil yang sama. Uji validitas dan reabilitas untuk alat ukur
timbangan injak dilakukan dengan uji kalibrasi dibalai metrologi wilayah
Surakarta dengan keterangan uji kalibrasi terdapat pada lampiran 3 halaman 47.
J. Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian secara langsung (data primer).
Data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan
responden. Sedangkan data siklus menstruasi diperoleh dari jawaban
responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara.
2. Pengolahan Data
Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain (Fajar, 2009):
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan
untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.
b. Coding (pemberian kode) yaitu merubah data ke dalam bentuk yang lebih
ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu terutama data
klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. Untuk siklus menstruasi
teratur memiliki kode=1 dan siklus menstruasi teratur memiliki kode=0.
Sedangkan untuk status gizi kurus memiliki kode=1, status gizi normal
memiliki kode=2 dan status gizi lebih memiliki kode=3.
c. Data entry (pemasukan data) yaitu membuat file dan memasukkan satu
persatu ke dalam file data komputer sesuai paket program statistik
komputer yang digunakan (Hidayat, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan
mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis
(Budiarto, 2002).
3. Analisis Data
Setelah data diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian yang ada.
Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
uji Chi Square (X2). Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikan
(α) 0,05. Analisis data ditampilkan dalam tabel 2x3 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel kontingensi 2x3
Siklus Menstruasi Status Gizi
Jumlah Kurus Normal Lebih
Teratur a b c a+b+c
Tidak Teratur d e f d+e+f
Jumlah a+d b+e c+f N
Rumus (Hidayat, 2007) :
X2 = Σ (f0 – fe)
2 fe
Keterangan :
N = Jumlah sampel
X2 = Nilai Chi square
f0 = Jumlah observasi pada kasus-kasus
fe = Jumlah kasus yag diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Apabila X2 hitung ≥ X2 tabel maka hasilnya signifikan (H1 diterima dan
Ho ditolak)
b. Apabila X2 hitung ≤ X2 tabel maka hasilnya tidak signifikan (H1 ditolak
dan Ho diterima)
c. H0 = Tidak ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi
d. H1 = Ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi
Dalam penelitian ini analisis data dibantu dengan menggunakan program
komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi
15.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pada bulan Maret 2011
dengan pengukuran antropometri dan wawancara terstuktur pada siswi SMA Negeri
1 Mojolaban, diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Karakteristik Responden
Subjek penelitian hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi
ini dilakukan pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X dan XI dengan
jumlah responden adalah 183 mahasiswi. Distribusi frekuensi jumlah responden
berdasarkan kelas tercantum pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas
No Kelas Frekuensi Persentase(%) 1. X 87 47,5 2. XI 96 52,5
Total 183 100,0 Sumber : Data Primer, 2011
Tabel diatas menunjukkan responden terbanyak berasal dari kelas XI yakni
sebanyak 96 siswi atau sebesar 52,5%. Sedangkan sebanyak 87 siswi atau
sebesar 47,5% berasal dari kelas X.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia No Umur Frekuensi Persentase (%) 1. 14 1 0,5 2. 15 36 19,7 3. 16 95 51,9 4. 17 50 27,3 5. 18 1 0,5
Total 183 100,0 Sumber : Data Primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 4.2 diketahui bahwa berdasar pembagian kelompok usia responden,
jumlah terbesar pada kelompok usia 16 tahun yaitu sebanyak 95 responden
(51,9%) disusul kelompok usia 17 tahun sebanyak 50 responden (27,3%),
kemudian kelompok usia 15 tahun sebanyak 36 responden (19,7%) dan
kelompok usia 14 serta 18 tahun sebanyak 1 responden (0,5%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche No Usia Menarche Frekuensi Persentase (%) 1. 11 14 7,7 2. 12 58 31,7 3. 13 67 36,6 4. 14 39 21,3 5. 15 5 2,7
Total 183 100,0 Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 4.3 menunjukkan distribusi usia menarche sebagian besar adalah
kelompok usia 13 tahun yaitu sebanyak 67 responden (36,6%). Usia menarche
paling awal adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 14 responden (7,7%) sedangkan
usia menarche paling lama yaitu usia 15 tahun sebanyak 5 responden (2,7%).
B. Data Status Gizi
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Status Gizi No Status Gizi Frekuensi Persentase(%) 1. Kurus 62 33,9 2. Normal 97 53,0 3. Lebih 24 13,1
Total 183 100.0 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 183 responden, paling
banyak responden mempunyai status gizi normal yakni sebanyak 97 siswi
(53,0%). Sedangkan distribusi paling sedikit yaitu kelompok responden dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
status gizi lebih sebanyak 24 responden (13,1%) dan selain itu kelompok
responden dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 62 responden (33,9%).
C. Data Keteraturan Siklus Menstruasi
Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi No Siklus Menstruasi Frekuensi Persentase(%) 1. Teratur 95 51,9 2. Tidak Teratur 88 41,8
Total 183 100,0 Sumber : Data primer, 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami siklus
menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 95 responden (51,9%). Sedangkan
responden yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 88
responden (41,8%).
D. Pengujian Hipotesis
Kedua data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian di analisis dengan
menggunakan rumus Chi Square untuk mengetahui apakah ada hubungan atau
korelasi antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Analisis data
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15. Berikut ini hasil analisis data
antara variabel status gizi dan keteraturan siklus menstruasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4.6 Tabel Kontingensi 2x3 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Siklus Menstruasi Status Gizi Responden
Total Kurus Normal Lebih
Teratur Count 22 61 12 95 Expected Count 32.2 50.4 12.5 95.0 % Total 12.0% 33.3% 6.6% 51.9% Tidak Teratur Count 40 36 12 88 Expected Count 29.8 46.6 11.5 88.0 % Total 21.9% 19.7% 6.6% 48.1% Total Count 62 97 24 183
Expected Count 62.0 97.0 24.0 183.0 % Total 33.9% 53.0% 13.1% 100.0%
a 0 sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5. Minimum nilai expected adalah 11.54.
Sumber: Data Primer, 2011
Gambar 4.1 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
12%
21.90%
33.30%
19.70%
6.60% 6.60%
51.90% 47.10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Kurus Normal Lebih Jumlah
Teratur
Tidak Teratur
Sumber: Data Primer, 2011
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan status gizi normal
menunjukkan siklus menstruasi yang teratur lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang memiliki status gizi kurus ataupun status gizi lebih.
Dilihat dari tabel 4.6 tabel kontingensi 2x3 hubungan status gizi dengan
keteraturan siklus menstruasi, siswi terbanyak pada kelompok yang memiliki
status gizi normal dan siklus menstruasi teratur adalah 61 responden (33,3%),
disusul kelompok dengan status gizi kurus dan memiliki siklus menstruasi tidak
teratur adalah 40 responden (21,9%). Selanjutnya kelompok status gizi normal
dan memiliki siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 36 responden (19,7%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sedangkan kelompok status gizi kurus dan siklus menstruasi teratur adalah 22
responden (12%) dan kelompok terendah yaitu kelompok responden yang
memiliki status gizi lebih masing-masing untuk siklus menstruasi teratur dan
tidak teratur sebesar 12 responden (6,6%).
Hasil uji analisa korelasi Chi Square dengan bantuan SPSS for Windows,
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7 Uji Korelasi Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Pearson Chi-Square 11.418(a) 2 .003 Jumlah sampel valid 183 2
Sumber: Data Primer, 2011
Hasil hitungstatistik diperoleh X2 hitung = 11,418 dengan taraf signifikansi
5%, derajat kebebasan (df) = 2, dan X2 tabel = 5,591. Nilai signifikansi 0,003 <
0,050 berarti H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data yang terkumpul, telah dilakukan pengolahan data yang diupayakan
dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA
Negeri 1 Mojolaban.
A. Karakteristik Responden
Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada masa awal
remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi dalam
rentang usia 10-16 tahun. Siklus menstruasi yang tidak teratur akan terjadi antara
1-2 tahun sebelum terjadi ovulasi yang teratur (Proverawati, 2009).
Tabel 4.3 memberikan hasil bahwa usia menarche responden sebagian besar
saat responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 67 responden (36,6%). Usia
menarche termuda adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 14 responden (7,7%)
sedangkan usia menarche tertua yaitu usia 15 tahun sebanyak 5 responden
(2,7%). Responden yang mengalami menarche pada usia 12 tahun sebanyak 58
responden (31,7%). Sedangkan usia 14 tahun dialami oleh sebanyak 39
responden (21,3%).
Hal ini telah disesuaikan dengan kriteria inklusi bahwa responden adalah
siswi yang telah mendapatkan menstruasi lebih dari 2 tahun. Diharapkan dari
kriteria tersebut responden sudah mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Status Gizi
Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Diperlukan zat-zat gizi yang cukup
agar pertumbuhan fisik dapat berlangsung dengan sempurna, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas (Paath, 2005). Arisman (2007) menyatakan bahwa
tidak seimbangnya antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan perubahan
berat badan. Pengaruh lingkungan terutama gizi, lebih penting daripada latar
belakang genetis atau biologis lain terutama dalam masa pertumbuhan.
Pada tabel 4.4 sebagian besar status gizi responden dalam taraf normal, yaitu
sebanyak 95 orang (51,90%). Terdapat 62 responden (33,90%) dengan status gizi
kurus dan 26 responden (14,20%) dengan status gizi lebih. Angka ini
menunjukkan bahwa secara umum status gizi responden adalah baik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Arisman (2007) bahwa perkembangan
perekonomian dan teknologi menyebabkan perbaikan gizi jika dibandingkan
dengan beberapa dekade sebelumnya.
Suhardjo (2003), menyebutkan bahwa status gizi dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya dan agama yang kuat terhadap makanan pantang, penerimaan
makanan dan kebiasaan makan. Yangmana tempat penelitian ini adalah SMA
Negeri 1 Mojolaban yang berada di daerah strategis dan tidak terpencil dengan
pola kebudayaan yang tidak banyak memiliki pantangan dan larangan makanan
tertentu, sehingga zat-zat gizi yang dibutuhkan mampu dipenuhi dengan mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Keteraturan Siklus Menstruasi
Kasdu (2005) menyatakan selama masa produktif sebagian wanita
mengalami proses reproduktif dengan alami dan normal, yaitu siklus menstruasi
yang teratur setiap bulan dan tidak mengalami keluhan yang berarti. Gangguan
atau kelainan pada tubuh atau organ reproduksi dapat terjadi dari berbagai faktor
misalnya genetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada tabel 4.5 terdapat 105
responden (57,40%) yang mengalami siklus menstruasi teratur dan 78 responden
(42,60%) yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Hal ini sudah
disesuaikan dengan kriteria inklusi bahwa responden adalah siswi yang telah
mendapat menstruasi lebih dari 2 tahun. Diharapkan dari kriteria tersebut
responden sudah mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
Tabel 4.6 memberikan gambaran mengenai angka kejadian keteraturan siklus
menstruasi pada siswi dengan status gizi kurus, normal dan lebih. Diketahui
bahwa siklus menstruasi yang teratur lebih banyak dialami oleh siswi berstatus
gizi normal yakni 61 orang daripada siswi dengan status gizi kurus sebanyak 22
orang dan lebih sebanyak 12 orang. Sedang ketidakteraturan siklus menstruasi
lebih banyak dialami oleh siswi dengan status gizi kurus yaitu 40 orang
dibanding siswi dengan status gizi normal yakni sebanyak 36 orang dan status
gizi lebih sebanyak 12 orang.
Hal ini dimungkinkan ada faktor lain selain nutrisi yang mempengaruhi
siklus menstruasi. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi antara lain penyakit yang menyebabkan perubahan hormon seperti
diabetes mellitus (DM) yang tidak terkontrol, polycystic ovary syndrome
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(PCOS), kelainan kelenjar tiroid, stress, konsumsi obat tertentu seperti
kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon
prolaktin, merokok serta aktifitas fisik yang berlebihan (Marc, 2006). Namun
dalam penelitian ini belum bisa diungkapkan semua faktor tersebut secara
mendetail karena terbatasnya instrumen pengukuran dan alokasi waktu
penelitian.
D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Dari hasil analisis Chi Square didapatkan nilai p=0,003. Karena p < 0,05
maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara status gizi
dengan keteraturan siklus menstruasi. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa status gizi remaja putri mempengaruhi terjadinya menarche,
keluhan-keluhan yang terjadi selama menstruasi dan lamanya siklus menstruasi
(Proverawati, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dahliansyah (2008) dengan
judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Persentase Lemak Tubuh dengan
Usia Menarche dan Keteraturan Siklus Menstruasi.” Dalam penelitiannya,
Dahliansyah menyebutkan bahwasanya Indeks Massa Tubuh memiliki hubungan
untuk terjadinya keadaan infertil dan amenorea pada seorang wanita. Menurut
Varney (2007), perubahan berat badan yang ekstrem dapat mengurangi fertilitas.
Penurunan berat badan yang cepat sering mengarah ke anovulasi dan amenorea.
Disfungsi ini diyakini terkait dengan gangguan fungsi hipotalamus normal yang
mengarah ke sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang tidak
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menurut Caroline (2001), menyatakan bahwa kelebihan berat badan dapat
menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi karena kolesterol yang terdapat
pada lemak tubuh berlebihan dari remaja wanita dengan kelebihan berat badan
merupakan prekursor estrogen sehingga produksi estrogen cenderung berlebihan.
Adanya gangguan metabolisme estrogen pada remaja wanita dengan kelebihan
berat badan akan menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Dari
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan responden yang memiliki
siklus menstruasi teratur dan tidak teratur adalah sama sebanyak 12 responden
sehingga belum bisa diketahui seberapa besar pengaruh status gizi lebih terhadap
keteraturan siklus menstruasi.
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dayanti (2004), dengan judul “Hubungan Status Gizi (Indeks
BB/U) dan Frekuensi Olahraga dengan Pola Siklus Menstruasi Pada Siswi
SMP 1 Galur Kabupaten Kulon Progo Tahun 2004”, uji korelasi pearson
product moment diperoleh bahwa status gizi berdasar indeks BB/U tidak
memiliki hubungan signifikan terhadap pola siklus menstruasi dengan nilai
p=0,427 dan nilai r=0,121.
Ketidaksesuaian ini dimungkinkan karena adanya perbedaan pada pemilihan
sampel penelitian yaitu antara siswi SMP dan siswi SMA dimana jumlah tiap
unsur zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda sesuai umur seseorang. Selain itu
dari segi daerah penelitian, Dayanti melakukan penelitian di Galur sedangkan
dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mojolaban yang tentu memiliki
perbedaan taraf gizi penduduk masing-masing daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari teknik analisis yang digunakan juga berbeda sehingga sangat mungkin
untuk terjadi perbedaan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis
non-parametrik sedangkan penelitian Dayanti menggunakan teknik analisis
parametrik. Alasan penelitian ini menggunakan teknik analisis non-parametrik
karena syarat penggunaan teknik tersebut telah terpenuhi. Dari teori yang
dikemukakan oleh Dahlan (2009), menyebutkan bahwa syarat uji hipotesis non-
parametrik adalah skala pengukurannya adalah kategorikal dan syarat
menggunakan uji Chi Square adalah sel yang memiliki nilai expected kurang dari
5 maksimal 20% dari keseluruhan jumlah sel yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar siswi SMA Negeri 1 Mojolaban yang memiliki siklus
menstruasi teratur adalah kelompok siswi dengan status gizi normal yakni
33,3% dan siswi yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur adalah
kelompok siswi dengan status gizi kurus yaitu sebesar 21,9%. Sedangkan pada
siswi dengan status gizi lebih persentasenya sebanding untuk siklus menstruasi
teratur dan tidak teratur yaitu sebesar 6,6%.
2. Ada hubungan yang signifikan dari status gizi terhadap keteraturan siklus
menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat lebih memahami
tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya siklus menstruasi dengan cara
membaca buku atau mencari info yang up-date dari berbagai sumber sehingga
dapat memberikan solusi yang tepat apabila menemui kasus ketidakteraturan
siklus menstruasi yang tidak hanya dipengaruhi oleh stress atau psikis saja
tetapi juga faktor-faktor lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Bagi Remaja
Diharapkan remaja harus mulai mengenal diri dan tubuhnya serta
memperhatikan perubahan-perubahan tubuh dengan cara mencatat siklus
menstruasi setiap bulannya. Dapat menjaga berat badan agar dapat
mengurangi dampak negatif dari malnutrisi khususnya terhadap siklus
menstruasi.
3. Penelitian Selanjutnya
Agar peneliti lain meneliti lebih lanjut untuk klasifikasi status gizi lebih
dibandingkan status gizi normal terhadap keteraturan siklus menstruasi
sehingga didapatkan keterangan yang lebih jelas mengenai pengaruh status
gizi lebih bagi kesehatan reproduksi wanita khususnya keteraturan siklus
menstruasi. Diupayakan untuk menambah variabel penelitian, misalnya
penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi, olahraga atletik, stress,
pengaruh rokok sehingga bisa mengungkap faktor-faktor resiko dalam
masalah reproduksi kewanitaan selain faktor gizi.