perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id efektifitas...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN
PSIKOMOTOR MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK
(RUANG MELATI RSUD DR HARJONO S PONOROGO)
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN
PSIKOMOTOR MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK
(RUANG MELATI RSUD DR HARJONO S PONOROGO)
T E S I S
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
TITIK PUJI LESTARI
NIM. S54089129
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN
PSIKOMOTOR MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK
Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, peneliti :
Nama : Titik Puji Lestari
NIM : S.540809129
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “EFEKTIFITAS
METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR
MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK RUANG MELATI RSUD DR
HARJONO S PONOROGO” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia diberi sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang telah
diperoleh dalam tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2010
Yang membuat pernyataan
(Titik Puji Lestari)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun kualifikasi
tesis yang berjudul “Efektifitas Metode Pembelajaran Bedside Teaching
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Kemampuan Psikomotor Mahasiswa
DIII Di Lahan Praktek Ruang Melati RSUD Dr Harjono S Ponorogo”.
Penyusunan kualifikasi tesis ini tidak lain berkat bantuan dan ketulusan
hati serta sumbang saran dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu
penulis dalam perencanaan penelitian sampai penyusunan kualifikasi tesis ini oleh
karenanya penulis mengucapkan terima kasih teriring Do’a semoga amal kebaikan
bapak ibu pembimbing semua mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yangs edalam-
dalamnya atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr.,Sp.KJ (K) selaku Rektor
Universitas Negeri Sebelas Maret
2. Bapak Prof. Drs. Suranto, MSc.Ph. D, Selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Didik Tamtomo, MM, M.Kes, PAK, selaku Ketua
Program Studi Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta
4. Ibu Prof, DR. Srianitah, M.Pd, selaku Pembimbing I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
5. Ibu dr. P. Pancrasia Murdani K,dr, MHPEd, selaku Pembimbing II tesis
koordinator Minat Bakat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan pada
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak Dr. H. Yuni Suryadi. M.Kes (MMR) Direktur RSUD dr. Harjono S.
Ponorogo.
Mudah-mudahan semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada peneliti mendapat imbalan yang setimpal dan limpahan berkat dari Tuhan
Yang Maha Esa. Peneliti menyadari bahwa dalam tesis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu dengan penuh keterbukaan peneliti mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti
berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang
memanfaatkannya
Peneliti
Titik Puji Lestari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI …………………………………………… iii
PERNYATAAN………………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... xii
ABSTRAK ……………………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………..……… 1
B. PEMBATASAN MASALAH …………………………………………. 3
C. PERUMUSAN MASALAH……………………………………………. 3
D. TUJUAN PENELITIAN………………………………………….…….. 4
1. TUJUAN UMUM……………………………………………… 4
2. TUJUAN KHUSUS……………………………….…………… 4
E. MANFAAT PENELITIAN………………………………..…………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI…………………………………………………… 6
1. EFEKTIFITAS………………………………….............. 6
2. PEMBELAJARAN……………………………………. 7
3. PROSES BEJAJAR MENGAJAR……………………… 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. STRATEGI BEJALAR MENGAJAR …………………. 12
5. METODE MENGAJAR………………………………… 12
6. PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN……………………. 17
7. PENILAIAN HASIL BELAJAR ……….……………. 18
8. RANAH KOGNITIF………………………………….
9. PENGUKURAN……………………………………..
10. RANAH PSIKOMOTORIK…………………………..
11. KLASIFIKASI DALAM RANAH PSIKOMOTORIK..
12. PENILAIAN PSIKOMOTORIK……………………….
19
24
24
24
29
B. PENELITIAN YANG RELEVAN……………………………… 30
C. KERANGKA BERFIKIR……………………………………….. 32
D. HIPOTESIS………………………………………………………. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. DISAIN PENELITIAN………………………………………….. 35
B. KERANGKA KERJA……………………………………………. 35
C. POPULASI,SAMPEL,SAMPLING……………………………… 36
D. IDENTITAS VARIABEL ……………………………………….. 36
E. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN………………………… 37
F. DIFINISI OPERASIONAL……………………………………… 38
G. INSTRUMEN PENELITIAN……………………………………. 38
H. TEHNIK PENGAMBILAN DATA……………………………… 39
I. ANALSA DATA…………………………………………………. 39
J. PROSEDUR PENELITIAN DI LAHAN PRAKTEK…………… 40
K. ETIKA PENELITIAN…………………………………………….
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM RSUD DR HARJONO.S……………….. 43
B. HASIL PENELITIAN……………………………………………. 45
C. PEMBAHASAN…………………………………………………. 52
D. KETERBATASAN PENELITIAN……………………………… 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN………………………………………………….. 62
B. IMPLIKASI……………………………………………………… 62
C. SARAN…………………………………………………………… 63
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian Metode Konseptual ……………………………….. 31
Tabel 2. Penilaian Psikomotor ……………………………………….. 31
Tabel 3. Definisi Operasional ………………………………………… 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir …………………………………………… 33
Gambar 2. Kerangka Kerja ……………………………………………… 35
Gambar 3. Distribusi frekuensi Pengetahuan Pre test ordinal ………….. 45
Gambar 4. Distribusi frekuensi Pengetahuan Post test Ordinal …………. 46
Gambar 5. Grafik Pengetahuan Pre test dan Post test Ordinal …………. 47
Gambar 6. Distribusi frekuensi Psikomotor Pre test Ordinal ………….. 58
Gambar 7. Distribusi frekuensi Psikomotor Pre test kategori Kompeten ... 49
Gambar 8. Distribusi frekuensi Psikomotor Post test Ordinal …………… 50
Gambar 9. Distribusi frekuensi Psikomotor Post test kategori Kompeten .. 50
Gambar 10. Grafik Psikomotor Pre dan post test …………………………. 51
Gambar 11. Diagram Pengetahuan dan Psikomotor Pre dan Post test …… 56
Gambar 12 Grafik Efektifitas Bedside Teacing terhadap pengetahuan dan
Psikomotor ………………………………………………..
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Kuesioner ………………………………………………. 67
Lampiran 2. Kuesioner Pengetahuan ………………………………………….. 78
Lampiran 3 Analisa Validitas dan Reabilititas Kuesioner ……………………… 79
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………………. 80
Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur Vulva Higiene ……………………... 85
Lampiran 6. Cek List Psikomotor vulva Higiene ……………………………… 87
Lampiran 7. Skor tingkat Pengetahuan Pre Bedside Teaching ……………….. 89
Lampiran 8. Skor tingkat Pengetahuan Post Bedside Teaching ………………… 90
Lampiran 9. Skor Psikomotor Pre Bedside Teaching …………………………… 91
Lampiran 10. Skor Psikomotor Post Bedside Teaching ………………………….. 92
Lampiran 11. Distribusi frekuensi tingkat Pengetahuan ………………………… 93
Lampiran 12. Distribusi frekuensi kemampuan Psikomotor …………………….. 94
Lampiran 13. Uji Wilcoxon Pengaruh Bedside Teaching terhadap tingkat
Pengetahuan ………………………………………………………..
95
Lampiran 14. Uji Wilcoxon Pengaruh Bedside Teaching terhadap kemampuan
psikomotor …………………………………………………………
96
Lampiran 15. Lembar Informed Consent ………………………………………… 97
Lampiran 16. Pernyataan bersedia menjadi Responden …………………………. 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Titik Puji Lestari ,S54089129.2010.Efektifitas bedside teacing terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan Psikomotor mahasiswa DIII kebidanan di lahan praktek Ruang Melati RSUD Dr Harjono.S. Ponorogo. Tesis: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan untuk mengetahui efektifitas Bedside Teaching terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa DIII Kebidanan.
Desain Penelitian Pre Eksperimen dengan rancangan one group Pre Post test desain, yang mengambil lokasi di ruang Melati RSUD Dr Harjono.S.Ponorogo.Kabupaten Ponorogo. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan Bakti Husada Mulia Madiun yang sedang praktek klinik , sejumlah 40 mahasiswa .Pengambilan sampel berdasarkan Limit Theorem yaitu 30 mahasiswa , tehnik sampling dengan random sampling.Pengambilan data dilakukan dengan kuisioner untuk tingkat pengetahuan,sedang kemampuan Psikomotor mahasiswa dengan observasi, uji validitas dan reabilitas kuesioner dengan Alpha Croncbach,cheklist dari standar praktek kebidanan.Pengumpulan data dengan observasi dan kuesioner pre test kemudian diberikan perlakuan dengan bimbingan bedside teacing dan kemudian dilakukan post test dengan observasi dan kuesioner dengan alat ukur yang sama pada pre test .Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil post test test lebih baik dari hasil pre test , hasil tersebut ditunjukan P-Value = 0,000 < α = 0,05 sehingga menolak Ho dan menerima HI artinya ada beda pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan Bedside Teacing,
Kesimpulan adalah Bedside Teacing sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa.
Kata Kunci : efektiftas – bedside teacing – pengetahuan - psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
Titik Puji Lestari: S.54089129.2010.efektifitas teacing bedside of the level of knowledge and ability psychomotor diii midwifery students in land practices melati room rsud dr harjono.s.ponorogo thesis: sebelas maret university Surakarta.graduate program.
Aims to determine the effectiveness of Bedside Teaching on the level of knowledge and psychomotor skills Midwifery Diploma students. Design research to design experiments Pre Post test one group design, which Takes placein Melati room Dr Harjono .S Ponorogo. The population of this study are students DIII Midwifery Husada Bakti Mulia Madiun being clinical practice, some 40 . Midwifery Diploma students.Desicion Limit Theorem based sample of 30 students, with a random sampling technique sampling. Data collection conducted by questionnaire to the level of knowledge, while students with observations Psychomotor ability , test the validity and reliability of questionnaires with Alpha croncbach, checklist Midwifery. Data collection from standard practice with observation and questionnaire pre test and then given treatment with the guidance of bedside teaching and then conducted post test by observation and questionnaires with the same measuring instrument on the pre test. Analysis data usingWilcoxon test. Results of analysis showed that the test post test results are better than pre test results, these results indicated P-value = 0.000 <α = 0.05 so reject Ho and accepted H1 that mean there are different knowledge and psychomotor skills of students before and after the Bedside Teaching. Conclusions the Bedside Teaching very effective for improving students' knowledge and psychomotor skills. Keywords: efektiftas - bedside teaching - knowledge - psychomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih
tinggi yaitu 334/100.000. kelahiran hidup dan 218/1000 kelahiran hidup. Salah
satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu
penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat
dengan masyarakat belum terlaksana dengan baik untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan
tersedianya tenaga yang terampil dan didukung dengan sarana dan prasarana
yang memadai (Suyudi, 2002).
Pendidikan tenaga kesehatan di selenggarakan untuk menghasilkan
tenaga kesehatan dalam jumlah dan jenis serta mutu yang disesuaikan dengan
tuntunan masyarakat. Dalam era kesejagatan dewasa ini dituntut adanya
sumber daya manusia yang mampu bekeija secara profesional dalam segala
bidang termasuk upaya pelayanan kesehatan. Peranan tenaga kesehatan sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di bidang
kesehatan untuk mencapai visi Indonesia sehat 2010. Salah satu strategi
mencapai Indonesia sehat 2010 adalah peningkatan kualitas sumber daya
tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan yang profesional.
Pendidikan tenaga kesehatan profesional tersebut di awali dan proses
pendidikan yang baik dimana peserta didik tidak hanya mendapat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
di kelas dalam bentuk kuliah, seminar dan diskusi, tetapi juga proses
pembelajaran klinik yang dilakukan di laboratorium dan dilahan praktek.
Permasalahan pembelajaran klinik bertambah sementara jumlah lahan
praktek yang digunakan relatif tetap sehingga berdampak pada efektivitas
proses pembelajaran klinik, jumlah yang tidak berimbang antara institusi
pendidikan dengan jumlah lahan praktek menyebabkan sulitnya pencapaian
kompetensi pembelajaran praktek klinik. Dipihak lahan praktek juga terjadi
perubahan antara lain perubahan manajemen lahan praktek. Permasalahan
tersebut pada gilirannya akan menurunkan kwalitas lulusan pendidikan tenaga
kesehatan (Pusdiknakes, 2003).
Pengajaran dan pembelajaran dilahan praktek klinik (Rumah Sakit)
merupakan hal yang sangat menentukan kualitas lulusan. Ironisnya dalam
praktek pendidikan klinik ini banyak sekali hambatannya, seperti kasus yang
terbatas dan dosen klinik yang waktunya terbatas untuk mengajar mahasiswa.
Oleh karena itu, maka perlu suatu solusi memecahkan kendala tersebut. The
Five Steps Micro skill atau disebut juga bed side teaching (BST) sebagai
sebuah model pengajaran di pendidikan klinik merupakan suatu solusi yang
bisa diterapkan untuk mengoptimalkan pengajaran dan pembelajaran di klinik
dengan keterbatasan waktu. Model The Five Steps Micro skill ini dirancang
oleh Neher dan kawan-kawan yang dimuat dalam Journal of the American
Board of Family Practice. Model ini dapat diterapkan dengan waktu yang
terbatas dalam pendidikan klinik baik di klinik rawatjalan maupun di bangsal
(Patotsky H dan Metaliose, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pengajaran keterampilan psikomotor adalah lebih banyak menuntut
keterlibatan pengajar secara langsung, ia hams mendemonstrasikan
keterampilan tangan itu sebagai suatu urut-urutan yang tuntas. Sebelum ini
pembimbing harus menganalisa bagian-bagian tindakan yang lebih kecil dan
menjelaskan hal itu kepada para pelajar atau mahasiswanya. Akhimya,
pembimbing harus mengamati para pelajar atau mahasiswa melakukan
pekerjaan itu secara tuntas pula. Semua ini tidak dapat dilakukan dalam
kelompok besar, tetapi hams secara individu atau dalam kelompok kecil.
(SuwarsonoA. 1998).
Atas dasar permasalahan di atas, maka penting meneliti apakah ada
keefektifitasan bed side teaching terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan psikomotor mahasiswa.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang basalah dan pengamatan terhadap
bimbingan kepada mahasiswa pada saat praktek klinik kebidanan,maka
penetian difokuskan di Rumah Sakit yang digunakan sebagai lahan praktek
klinik yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Ponorogo,sebagai subyek penelitian
adalah mahasiswa DIII Kebidanan semester II yang sedang melaksanakan
praktek klinik kebidanan.
C. Perumusan masalah
Apakah metode Bed side teaching efektif terhadap tingkat pengetahuan
dan kemampuan psichomotor mahasiswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas metode Bed side teaching terhadap tingkat
pengetahuan dan kemampuan psikomotor tentang vulva hygiene.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang vulva
hygiene ibu nifas sebelum bed side teaching.
b. Mengidentifikasi pengaruh metode bedside teaching terhadap tingkat
pengetahuan dan kemampuan psikomotor tentang vulva hygiene ibu
nifas setelah bed side teaching..
c. Menganalisa tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor
mahasiswa sebelum dan sesudah bedside teaching.
E. Manfaat Penelitian
1. Dalam bidang kesehatan
a. Memberi masukan bagi pembimbing institusi pendidikan kesehatan
dan pembimbing lahan praktek bidang kesehatan dalam menentukan
metode pembelajaran praktek klinik di lahan praktek.
b. Memberikan kontribusi tenaga kesehatan yang terampil di masa depan.
2. Bagi peneliti
Sebagai bahan informasi atau masukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi program
Memberikan kontribusi dalam hal menurunkan angka kejadian infeksi
nifas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
4. Bagi peserta didik
Mendapatkan pengalaman pembelajaran yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan psikomotor dalam pelayanan kesehatan
kepada klien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian efektifitas;
pengertian mengajar; konsep proses pengajaran; konsep tentang komponen-
komponen pengajaran; konsep proses pembelajaran dan hakekat belajar dan
mengajar; juga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar; pengertian guru, peran dan fungsinya; serta pengertian bidan dan
peran dan fungsinya, juga konsep pengalaman belajar klinik lapangan,
pengertian tinngkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor serta
penilaiannya.
1. Efektivitas
a. Pengertian
Efektifitas adalah hal yang dapat membawa hal berhasil guna tentang
usaha dan tindakan atau dapat dikatakan suatu keberhasilan tentang
metode atau tindakan (Kamus Besar B. J. 1998:129).
b.Pengukuran efektifitas (keberhasilan tentang metode atau tindakan)
dapat diukur dengan cara observasi. Observasi ialah metode atau cara-
cara menganalisis mengadakan pencatatan secara sistimatis mengenai
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu/kelompok.
Metode observasi tersebut dapat juga dilakukan dengan menggunakan
teknik dan alat khusus sepeti blangko-blangko, cheklist, atau daftar isian
yang telah dipersiapkan sebelumnya. (Ngalim Purwanto, 2006:149).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Pembelajaran
a. Pengertian
Sebagai proses menanamkan pengetahuan menurut Wina
Sanjaya 2008. Pandangan mengajar hanya sebatas menyampaikan
pengetahuan itu dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan,
karena minimal ada tiga alasan penting.
Pertama siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, akan
tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar
mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya,
dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing
mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Guru bukan saja
dituntut untuk lebih aktif untuk mencari informasi yang dibutuhkan,
akan tetapi iajuga harus mampu menyeleksi berbagai informasi,
kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Guru tidak lagi
memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas
menyampaikan informasi, tetapi hams berperan sebagai pengelola
sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa.
Kedua. Belajar bukan hanya sekedar menghafal informasi,
menghafal rumus, akan tetapi bagaimana menggunakan informasi dan
pengetahuan untuk mengasah kemampuan berfikir.
Ketiga. Manusia adalah organisme yang memiliki potensi, dan
potensi itulah yang akan menentukan perilaku manusia. Oleh karena
itu proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
usaha mengembangkan potensi yang di miliki, disini siswa tidak
dianggap sebagai objek, akan tetapi sebagai subyek belajar yang
mencari dan mengontmksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu
tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa.
Ketiga hal diatas, menuntut perubahan makna dalam
mengajar, mengajar jangan diartikan sebagai proses penyampaian
materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya
kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi
yang dimilikinya (Wina Sanjaya, 2008, 79).
b. Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran berlangsung dimana saja, sesuai dengan
karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka
proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukan satu-satunya
tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran (Wina
Sanjaya, 2008, 79.
c. Pembelajaran Berarti Membelajarkan Siswa
Kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak di ukur dari
sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi di
ukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan
demikian guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar, akan
tetapi, berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
agar siswa mau dan mampu belajar inilah makna proses pembelajaran
berperan pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai
obyek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru,
melainkan siswa ditempatkan sebagai subyek yang belajar sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki (Wina Sanjaya,
2008, 79).
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran,
akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi
pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya
sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas.
Artinya sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat
membentuk pola perilaku siswa itu sendiri (Wina Sanjaya, 2008, 90).
e. Makna Pembelajaran
Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada
proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara
individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir proses
pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi
pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang di utamakan adalah
kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (Self
Regulated).
Asumsi yang mendasari pembelajaran berfikir adalah bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh
individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya atas dasar
itu pembelajaran berfikir memandang, bahwa mengajar itu bukanlah
memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu
aktifitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya, menurut Bettencourt (1985). Mengajar dalam
pembelajaran berfikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikap kritis, dan mengadakanjustifikasi.
Menurut La Costa 1985 dalam Wina Sanjaya 2008:8, Pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1) Teaching of thinking :
Adalah proses pembelajaran yang di arahkan untuk
membentuk keterampilan mental tertentu seperti misalnya
keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif.
2) Teaching for thinking:
Adalah proses pembelajaran yang di arahkan pada usaha
menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap
pengembangan kognitif pembelajaran ini lebih menitik beratkan
kepada proses menciptakan situasi dan lingkungan tertentu,
contohnya - menciptakan suasana keterbukaan, demokratis
menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga memungkinkan
siswa dapat berkembang secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Teaching about thinking:
Adalah pembelajaran yang diupayakan untuk membantu agar
siswa lebih sadar terhadap proses berfikirnya. Jenis pembelajaran
lebih menekankan kepada metodologi yang digunakan dalam
proses pembelajaran.(Wina Sanjaya, 2008, 80)
f. Proses Pembelajaran
Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier dan
rasional. Sisi ini sangat teratur walaupun berdasarkan realitas, ia
mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berfikirnya
sesuai untuk tugas-tugas teratur expresi verbal, menulis, membaca,
asosiasi, auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta
simbolis (Wina Sanjaya, 2008, 84).
g. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pemah
berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada
asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan terus belajar.
Melalui kemampuan bagaimana cara belajar, maka siswa akan dapat
belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir
hayatnya. (Wina Sanjaya, 2008:25).
3. Proses Belajar Mengajar (PBM)
Proses belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai
normatif. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bertujuan. Tujuannya adalah sebagai pedoman ke arah mana akan di bawa
proses belajar mengajar ini. Proses belajar mengajar akan berhasil bila
hasilnya mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap dalam diri anak didik (Syaiful Bahri,
2003:12).
4. Strategi Belajar Mengajar
Pengertian
Penciptaan sistim lingkungan yang memungkinkan terjadinya
prosesbelajar yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang
ingin dicapai materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus
memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis
kegiatan yang dilakukan serta saran dan prasarana belajar mengajar yang
tersedia.
Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari
perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar.
Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat
untuk mencapai tujuan belajar (Nana Sudjana; 2005, 147).
5. Metode mengajar
Kegiatan belajar mengajar, merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar,
atau guru mengajar agar siswa belajar. Keduanya merupakan suatu
keterpaduan, maka pendekatan metode mengajar yang digunakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. (Nana
Sudjana, 2005:76).
a. Metode ceramah
Dalam pengajaran dengan metode ceramah hal yang perlu
disiapkan dengan seksama oleh guru adalah bahan ajar, sesuai dengna
topik atau pokok bahasan, bahan ajar dipilih dengan pertimbangan
tingkat perkembangan dan kemampuan siswa, disusun secara sistimatis
dan rinci, dilengkapi dengan contoh dan pertanyaan. Dalam
pelaksanaan mengajar, guru menceramahkan atau menyampaikan
bahan ajaran sesuai dengan sistematika yang telah disusun. (Nana
Sudjana, 2005:96).
b. Metode demonstrasi
Metode ini dapat digunakan untuk mengajarkan suatu bahan ajar
yang memerlukan peragaan. Metode ini menghendaki guru lebih aktif
daripada anak didik, karena memang gurulah yang memperagakan
suatu proses dan kerja suatu benda, misalnya bagaimana menggunakan
kompor, bel listrik, cara kerja tubuh manusia, jalannya mesin jahit.
Di lain waktu siswa juga bisa melakukan demonstrasi, baik
secara berkelompok atau klasikal, dengan mendapat bimbingan dari
guru, bila diperiukan. Dengan metode ini anak didik dituntut
memperlihatkan suatu obyek atau proses dengan mendemonstrasikan.
(Syaiful Bahri, 2005:233).
c. Metode sosiodrama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Metode sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan
peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
(kehidupan sosial). Seperti metode bermain peran, dalam metode
sosiodrama anak didik dibina agar trampil mendramatisasi atau
mengekspresikan sesuatu yang dihayati. Dengan menggunakan lembar
pengamatan perlu diperhatikan untuk mengeta]q=[2wahui pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Syaiful Bahri, 2005:233).
d. Metode diskusi
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu
memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan
yang akan didiskusikan hams dikuasai secara mendalam. Dalam
diskusi guru memfasilitasi anak didik memberikan jawaban yang tepat
dari banyak kemungkinan altematif jawaban (Syaiful Bahri,
2005:233).
e. Metode bermain peran
Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan
pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan adalah anak didik
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan
memerankan akan membuat anak didik lebih meresapi perolehannya.
Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan
mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengkomunikasikan (Syaiful Bahri, 2005:233).
f. Metode bed side teaching
Bed side teaching merupakan metode mengajar kepada peserta
ddik, yang dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan
mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh
klien.
1) Manfaat
Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik
peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural,
menumbuhkan sikap profesional
2) Prinsip
a) Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik dan peserta
didik
b) Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
c) Diskusi pada awal dan paska demonstrasi di depan klien
dilakukan seminimal mungkin.
d) Lanjutkan dengan redemonstrasi
e) Kaji pemahaman peserta didik segera mungkin terhadap apa
yang didapatnya saat ini.
f) Kegiatan yang di demonstrasikan adalah suatu yang belum
pemah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta
didik menghadapi kesulitan penerapannya.
3) Persiapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan
ketrampilan teknik prosedural dan interpersonal.
b) Koordinasi dengan staf di klinik agar tidak mengganggu
jalannya rutinitas perawatan klien.
c) Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan. (Nursalam,
2008, 277-278)
g. The Five Steps Microskill merupakan salah satu model pendidikan
klinik yang terdiri dari beberapa langkah yaitu tanyakan komitmen
mahasiswa, menggali bukti-bukti yang mendukung, katakan apa yang
mahasiswa sudah lakukan dengan benar, perbaiki yang masih salah
dan mengajarkan konsep/kaidah umum. Model ini menekankan tidak
hanya pada proses pengajaran pengetahuan dan ketrampilan klinik oleh
Preceptor tetapi juga menekankan pada pentingnya mengidentifikasi
prior knowledge mahasiswa, memberikan kesempatan untuk membuat
keputusan sendiri, melatih clinical reasoning, pentingnya constructive
feedback dan mendiagnosis kebutuhan belajar mahasiswa. Model ini
dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan klinik di rawat jalan
dan bangsal yang membutuhkan waktu antara 3-5 menit untuk satu
kasus. Oleh karena itu penerapan model ini di pendidikan klinik
merupakan suatu model pendidikan klinik yang sangat potensial untuk
diterapkan khususnya pada setting pendidikan klinik dengan
keterbatasan waktu. ( Zulharman, 79 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
h. Bed side teaching merupakan pemodelan peran dimana perserta didik
dapat mengamati,dan merupakan pendekatan humanistic dari seorang
dokter yang berpengalaman dan belajar dari ini, komponen penting
dari pendidikan praktek klinik memberikan kesempatan peserta didik
unyuk menggunakan hampir semua indera mereka,sebuat
komperenhensif fisik Maka dalam pembelalaran bed side teaching
perlu perencanaan antara lain
1) Diskripsi dari pelajar tahun pertama atau tahun ke tiga
2) Tujuan sesie: mahasiswa mampu menunjukan ketrampilannya pada
akhir sesi mis : ketrampilan ,pemeriksaan ,komunikasi dengan
pasen ,menjabarkan dan lain-lain.
3) Kondisi mahasiswa akan mendemontrasikan pasen dalam
pengaturan liatif lahan praktek
4) Degree mahasiswa dapat melakukan dengan
(Salam A.dkk,2008)
6. Praktek Klinik Kebidanan
Diskripsi
Mata kuliah ini merupakan praktek asuhan kebidanan
dirancang untuk memberikan pengalaman yang komprensif sehingga
peserta didik dapat lebih siap dan percaya diri dalam melakukan peran
kemandirian, kolaborasi, serta merujuk dengan tepat dalam manajemen
kasus di semua tatanan pelayanan kesehatan baik di institusi kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
maupun komunitas, kegiatan pembelajaran menggunakan berbagai
metode asuhan kebidanan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lahan
praktek. (Dep Kes RI Politeknik Kesehatan Malang, 2007,54).
7. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian adalah semua upaya membandingkan hasil pengukuran
terhadap patokan/standar/tolok ukur/kriteria/bahan pembanding yang
sudah dibakukan dan hasilnya dinyatakan dengan lambang atau angka
mutu yang menyatakan nilai tertentu. (PP IBI, 2006:294).
a. Tujuan penilaian
Untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan
belajar serta penguasaan terhadap bahan pelajaran, juga digunakan
sebagai umpan balik kepada siswa sendiri maupun bagi guru yang
mengajar. Sehingga pengajar dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan siswa sehingga pengajar dapat melakukan koreksi terhadap
kesalahan yang di lakukan dan atau memberi reinforcemen bagi
peserta didik (PP IBI, 2006:294).
b. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui
kegiatan belajar, menurut A. J Roniezowski (1981:217) (PPIBI,
2006:294)
c. Aspek yang dinilai
1. Aspek kognitif(pengetahuan) menurut Brower dan Hilgurd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(1986:421). Teori kognitif berkenaan bagaimana seseorang
memperoleh pengetahuan dan bagaimana menggunakan
pengetahuan tersebut untuk berperilaku lebih efektif dengan
tahapan, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa dan
mensintesis.
2. Aspek afektif (sikap)
Penilaian sikap mahasiswa dalam interaksi dengan tingkatan
sebagai berikut; menghargai, mengatur diri, menjadi pola hidup.
3. Aspek psichomotor
Suatu serangkaian gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat
menyelesaikan tugas.
8. Ranah Koqnitif ( Pengetahuan )
Pengertian ; Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan,
pendenaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui matadan telinga. Pengetahuan atau koqnitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang(overtbihavior) (Notoatmodjo,2003:121)
a. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang
mencakup domain koqnitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1) Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk mengingat kembali (recall)
Sesuatu yang spesifik dari seluruh bab yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.Kata kerja untuk mengukur adalah
menyebutkan,menguraikan,mendefinisikan,dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.orag yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan,menyebutkan ontoh, menyimpulkan,meramalkan,dan
sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum,rumus,metode prinsip,dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis ( analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materia atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sama lain. Menggunakan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkanbagian- bagian di dalam suatu
bentuk keseluuhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun merencanakan,meringkas dan menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi ( evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
obyek penilaian-peilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
a. Faktor- faktor yang mempegaruhi pengetahuan ;
1) Faktor internal
a) Umur
Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau
kematangan seseorang akan lebih mudah untuk berfikir dan
lebih mudah menerima informasi. Umur adalah sebuah variabel
yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b) Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Pengalaman dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar, sehingga dari pengalaman
yang benar diperlukan befikir yang logis dan kritis.
c) Intelegensia.
Pada prisipnya mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan, ibu
atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak
berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil
keputusan dibanding dengan masyarakat yang intelegensinya
rendah
d) Gaya hidup
Gaya hidup dijaman moderen seperti ini banyaknya
sarana hiburan memberikan contoh model pergaulan moderen
dimana seseorang lebih terbuka menerima kemajuan
pengetahuan yang ada.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidika itu terjadi proses pertumbuhen, lebih baik
dn lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.
Semakin tingkat pendidikan seseorang semakin mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang diperkenalkan
b) Sosial Ekonomi
Sosial ekonom mempengaruhi tingkah laku seseorang
atau masyarakat. Sosial merupakan variabel yang
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Ekonomi yang
tidak memadai dapat membuat seseorang kurang bisa
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
c) Budaya
Budaya dapat mempengaruhi proses pengetahuan
khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosisal,keagamaan
untuk memperkuat superegonya. Didalam sebuah budaya
terdapat kebiasaan makan, gaya hidupdan sebagainya yang
dapat mengakibatkan perbedaan.
d) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas
dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja
akan memperoleh banyak informasi dan pengalaman.
(Notoatmodjo,2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
9. Pengukuran
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. ( Notoatmodjo,2005)
10. Ranah psikomotor
Menurut E Sukardi, 1988. Praktis semua keterampilan psikomotor
yang diperlukan oleh seseorang tenaga profesional kesehatan
dikembangkan secara sadar melalui proses pendidikan dan oleh karena itu
perlu dinilai pencapaian tujuan pendidikan dalam ranah psikomotor.
11. Klasifikasi dalam ranah psikomotor
a. Menurut Kemp (1971)
1) Gerak-gerik tubuh yang kasar; lengan, bahu, kaki dan tungkai
contoh: melempar sebuah bola untuk mencapai suatu jarak,
mengangkat suatu benda yang berat, dan sebagainya.
2) Gerakan-gerakan halus yang terpadu; tangan dan jari-jari tangan;
tangan dan mata; tangan dan telinga; tangan, mata, dan kaki.
Contoh: menyulam, mengetik, main tennis/bulu tangkis,
mengendarai mobil dsbnya.
3) Komunikasi non verbal; expresi muka, pemberian aba-aba,
gerakan-gerakan tubuh
Contoh: memberikan instruksi dalam suatu bahasa asing atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menyajikan suatu bacaan literatur, dengan isyarat untuk penekanan.
b. Menurut Anita Harrow ranah psikomotor meliputi:
1) Gerak reflek (reflek movement)
a) Segmental reflexes : respon gerakan yang tidak disadari yang
dimiliki sejak lahir.
b) Intersegmental reflexes : kesemuanya berhubungan dengan
gerakan-gerakan yang dikoordinasikan oleh otak dan bagian-
bagian sumsum tulang belakang.
c) Supresegmental reflexes
2) Dasar gerakan-gerakan (basic fundamental movement)
a) Locomotor movement : gerakan-gerakan yang mendahului
kemampuan (berjalan, tengkurap, merangkak, tertatih-tatih,
berjalan, lari melompat dan memanjat).
b) Non locomotor movement: gerakan-gerakan yang dinamis
didalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu
tertentu.
c) Manipulative movement : gerakan-gerakan yang
terkoordinasikan seperti dalam kegiatan bermain piano,
menggambar, naik sepeda, mengetik.
3) Perseptual abilities
a) Kinestetik discrimination : menyadari akan gerakan-gerakan
tubuh seseorang.
b) Visual discrimination : kemampuan-kemampuan bentuk dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bagian, kemampuan mengikuti objek, pengalaman konsep
visual.
c) Tactile discrimination: kemampuan membedakan dengan
sentuhan
d) Coordinated activities : koordinasi mata dengan tangan dan
mata dengan kaki.
4) Physical abilities
Kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakan-
gerakan ketrampilan tingkat tinggi.
a) Endurance : kemampuan untuk mengembangkan aktivitas
termasuk : ketahanan otot dan denyut jantung.
b) Agility : kemampuan bergerak cepat termasuk kemampuan
untuk mengubah arah, memulai, meningkatkan ketangkasan.
c) Strength : kemampuan menggunakan otot untuk mengadakan
periawanan.
d) Flexybel: rentangan gerakan dan sendi
5) Skilled movement
Gerakan-gerakan yang memerlukan belajar.
a) Simple adaptive skill : setiap adaptasi yang berhubungan
dengan gerakan dasar.
b) Coumpond adaptive skill: gerakan kombinasi untuk
menggunakan alat-alat.
c) Complex skill: menguasai mekanik seluruh tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
6) Nondiscoursive communivation
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan
seperti mimik, postur.
a) Expressive movement : gerakan-gerakan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Interpretive movement : gerakan sebagai bagian bentuk seni
termasuk gerakan estetis, gerakan kreatif. (Suharsimi Arikunto,
2007:123)
c. Klasifikasi menurut Harrow dkk dalam Suharsini Arikunto
1) Imitation/menim : meniru apa yang didapat dari atas timulus yang
direspon (mengulangi)
2) Manipulation (manipulasi) : modifikasi perilaku sesuai kebutuhan
atau melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual.
3) Precision (ketepatan gerakan) : melakukan perilaku tanpa
rangsangan visual atau verbal.
4) Articulation (artukulasi) : menunjukkan serangkaian gerakan
dengan akurat, urutan yang benar dan kecepatan yang tepat.
5) Naturalization (naturalisasi) : melakukan gerakan tertentu secara
spontan dan automatis (Suharsimi Arikunto, 2007:124).
d. Menurut Elizabeth Simpson, dalam Nana Soidih th 2003, domain
psikomotor terbagi atas tujuh kategori, yaitu:
1) Persepsi
Aspek ini mengacu pada penggunaan alat drior untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
memperoleh kesadaran akan suatu objek/gerakan dan
mengalihkannya ke dalam kegiatan/perbuatan.
2) Kesiapan (Set)
Aspek ini mengacu ada kesiapan memberikan respon secara
mental, fisik maupun perasaan untuk suatu kegiatan. Kesiapan fisik
dan mental pada saat seseorang sedang mengambil ancang-ancang
sebelum melakukan tindakan pada permainan bulutangkis,
misalnya, merupakan contoh dari aspek kesiapan (set) ini. Aspek
ini berada satu tingkat di atas persepsi.
3) Respons terbimbing
Aspek ini mengacu pada pemberian respons sesuai dengan contoh
perilaku /gerakan-gerakan yang diperlihatkan /
didemonstrasikan / sebelumnya.
4) Melanisme
Aspek ini mengacu pada keadaan di mana respons fisik yang
dipelajari telah menjadi kebiasaan.
5) Respons yang kompleks
Aspek ini mengacu pada pemberian respons atau penampilan
perilaku/gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien.
6) Adaptasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau
perilaku/gerakan dengan situasi yang baru.
7) Organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan dalam arti
menciptakan perilaku/gerakan yang baru. (Nana Syaodih, 2003:75-
76)
12. Penilaian Psikomotor
Untuk menilai ranah psikomotor atau kegiatan-kegiatan belajar
yang bersifat ketrampilan atau skill dengan cara observasi digunakan
sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan belajar tersebut (Nana
Sudjana, 2005:114). 2.8.1 Interpretasi data observasi
Menganalisis data observasi memerlukan waktu yang tidak lama
jika observasi yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan frekwensi-
frekwensi kegiatan tertentu. Misalnya observasi yang dilakukan dalam
rangka evaluasi kegiatan-kegiatan praktek atau ketrampilan mahasiswa.
Dalam hal ini guru menggunakan teknik observasi yang disebut structured
observation, yaitu dengan menggunakan daftar isian atau rating scale.
Skala lanjutan berisikan seperangkat pernyataan karakteristik atau kualitas
dari suatu karakteristik atau kualitas dari suatu yang akan diukur beserta
pasangannya yang berbentuk semacam cara menilai yang menunjukkan
perangkat dari karakter atau kualitas yang dimiliki oleh suatu yang sedang
diukur. Rating scale terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
1) Adanya pemyataan tentang keberadaann atau kualitas keberadaan dari
suatu unsur atau karakteristik tertentu.
2) Adanya semacam petunjuk penilaian tentang pemyataan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
antara lain adalah numerical rating scale.
Numerical rating scale adalah pernyataan tentang suatu
karakteristik atau kualitas tertentu dari suatu yang akan diukur
kebenarannya, yang diikuti oleh angka yang menunjukkan kualitas
keberadaan itu dengan kriteria penilaian numerik sebagai berikut:
Pernyataan 0 = Tidak dikerjakan sama sekali
1 = Bila hanya sedikit yang dilakukan
2 = Bila hanya sebagian yang dilakukan
3 = Bila dilakukan sepenuhnya namun tidak tepat
4 = Bila dilakukan sepenuhnya dengan tepat.
(Junaedi MS.,2006:5)
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitan yang relevan dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode
Konseptual dalam Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan terhadap
Pencapaian Kompetensi yang dilakukan oleh Sri Enawati pada tahun 2008,di
Badan Rumah Sakit Sukoharjo dalam penelitian nya difokuskan pada
kompetensi praktek klinik Dengan metode konseptual dengan tehnik dan alat
pengumpulan data dengan melakukan uji tes, metode penelitian quasi
eksperimen,hasil penelitian metode konseptual berpengaruh secara siknifikan
terhadap pencapaian kompetens. Hasil penelitian sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 1 Penilian Metode Konseptual
No Aspek yang dinilai ( metode konseptual) di lahan praktek
Nilai rata-rata kel .kontrol
Nilai rata-rata kel.experimen
1 2 3 4 5
Pengkajian Diagnose Keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
2.75 3.30 3.03 2.54 2.85
3.09 3.38 3.16 3.07 2.98
Sedang pada penelitain sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti
sendiri dengan judul efektivitas bedside teaching terhadap kemampuan psikho
motor dengan metode pre eksperimen dengan desain one group pre post test di
RSUD Dr Harjono.S Ponorogo dengan hasil penelitian metode bed side
teacing sangat berpengaruh siknifikan terhadap psikomotor mahasiswa,
dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Penilaian psikomotor
No Tindakan kebidanan yang dinila (Metode Bedside Teaching)
Hasil Pretest
Hasil Posttest
1 Vulva hygiene ; a. Kategori penilaian
acuan patokan (PAP) b. kategori kompeten
atau tidak kompeten
· Baik : 11 % · Cukup ; 31 % · Kurang; 17 % · Gagal ; 41 % · Kompeten : 11% · Tidak Kompeten:89 %
Sangat baik:97% Cukup :3% Kompeten :97 % Tidak : 3%
Mengingat dalam praktek klinik merupakan praktek Asuhan kebidanan
mahasiswa diberikan pengalaman yang komprehensif sehingga peserta didik
dapat lebih siap dan percaya diri dalam peran kemandirian,kolaborasi,serta
dalam merujuk dengan tepat dala manajemen kasus disemua tatanan
pelayanan kesehatan baik di institusi kesehatan maupun di komunitas dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
aspek penilaian;aspek kognitif,aspek afektif,serta aspek psikomotor,dalam
praktek klinik mahasiswa diwajibkan dapat melakukan tindakan keperawatan
secara mandiri maka perlu pembimbingan yang lebih intensif supaya
mahasiswa kompeten dalam melakukan tindakan keperawatan maka pada
penelitian kali ini peneliti menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan
menambah satu variable yaitu efektivitas bed side teacing terhadap tingkat
pengetahuan dan kemampuan psycho motor mahasiswa
C. KERANGKA BERPIKIR
Pengertian kerangka berfikir atau kerangka konsep adalah kerangka
hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian
yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2002:69).
Pada kerangka konsep ini dijelaskan bahwa metode pembelajaran
klinik yang dapat mempengaruhi psikomotor mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kerangka Berfikir
Ceramah Demonstrasi Bermain Peran Sosio Drama Diskusi
Keterangan:
:yangditeliti : yang diteliti : tidak diteliti
Gambar .1: Kerangka Berpikir
Dosen PBM
Metode pembelajaran
Mahasiswa
STRATEGI PBM
LAB SKILL
Praktek klinik
afektif
Pre conferen Bed side teaching Post conferen
kognitif psikomotor
Tuntas / kompeten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Hipotesis:
1. Tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor tentang prosedur
tindakan vulva hygiene masih kurang memadai sebelum Bet Side
Teaching.
2. Dengan bimbingan metode bedside teaching akan berpengaruh untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor
mahasiswa dalam pelaksanaan tindakan vulva hygiene .
3. Tingkat pengetahuan dan kemampuan pskomotor bertambah setelah
diberikan bimbingan dengan metode bedside teaching dibandingkan
dengan sebelum diberikan bimbingan dengan metode bedside teaching
pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen desain dengan rancangan
one group pre post test desain.Dilakukan dengan cara memberi pre test
(pengamatan awal ) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi(perlakuan)
,setelah itu diberi intervensi,kemudian dilakukan post test. (pengamatan
akhir). (Hidayat A.27 : 61 )
B. Kerangka Operasional
Penentuan subyek penelitian
7
Gambar 2. Kerangka kerja
Penentuan Suubyek Penelitian
Pretest
Melakukannpengamatan /pengukuran dengan checklist dan wawancara
Hasil
pengamatan/pengukuran dibandingkan
antara sebelum dan sesudah perlakuan uji
dengan willcoxon
Memberikan perlakuan
(bed side teaching)
Post test
Melakukan pengamatan/pemgukuran dengan
chek list dan wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua Mahasiswa DIII Kebidanan Bakti
Husada Mulia Madiun Semester II yang praktek klinik di R. Melati RSUD
Dr. Hariono S. Ponorogo sejumlah 40 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan Semester
II jumlah 40 yang praktek klinik di ruang Melati RSUD Dr. Harjono S.
Ponorogo ,pengambilan sampel berdasarkan central limit
theorem,distribusi rata-rata sampel dari poulasi (semua sampel dengan
ukuran yang sama dari suatu poulasi) dengan ukuran 30 atau lebih
( n330) dianggap normal tidak perduli apakah ditribusinya normal atau
tidak (Kountur Rony;2005)
3. Tehnik Sampling
Sampling dengan tehnik random sampling pengambilan anggota
sampel dilakukan secara acak (Sugiyono 2008:82). Pada penelitian ini
dengan cara di undi, sejumlah 40 orang diambil 30 sebagai sampel
dilakukan observasi atau penelitian 5-6 orang setiap sift yang
diselenggarakan antara tanggal 28 -10-2010 s/d 28 -11 -2010.
D. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini variabelnya :
1. Variabel independen : bed side teaching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Variabel dependen :
a. tingkat pengetahuan
b. psikomotor
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : di Ruang melati , RSUD dr. Harjono, S. Ponorogo
Waktu : Bulan Agustus 2010 s/d Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
F. Definisi Operasional
Tabel 3.Definisi Operasional Variabel
Definisi
Parameter
Alat ukur
Skala
Skor
Independen bed side Teaching
pembelajaran disamping tempat tidur klien.
-
-
-
-
1.Dependen Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang prosedur vulva Higiene
Segala sesuatu yang diketahu Diketahui oleh mahasiswa mengenai perawatan genetalia eksterna
Wanita
Pengertian,tujuan ,manfaat,tata Laksana,tanda- tanda patologis Pada genetalia
Eksterna wanita
Kuesioner nominal Benar : 1 Salah : 0 Sangat baik 90-100% Baik 80-89
Cukup 65-79%
Kurang55-65%
2.Dependen psikomotor
Ketrampilan Perawatan vulva hygiene pada ibunifas 1-3 hari dengan mendasarkan pada ketuntasan mahasiswa.
Skala numerik
Chek list
Ordinal
Sangat baik 90-100% Baik : 80-89% Cukup 65-79% Kurang 55-65% ≥80% : kompeten ≤80%;tdk kompeten
G. Instrumen Penelitian
Data hasil dari kuesioner kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas
dengan menggunakan skala ukur numerik alpha cronchbach = 0,75 %
menggunakan skala ukur numerik
Data hasil observasi menggunakan chek list kemudian dengan skala ukur
numerik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
H. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data hasil observasi di
kumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data.
1. Editing
Memeriksa data yang telah terkumpul
2. Coding
Memberikan kode pada chek list dan keisioner dari hasil pra perlakuan dan
hasil post (setelah) perlakuan/observasi.
3. Data entry.
Memasukkan data dalam tabel distribusi
I. Analisa Data
Analisa data pada chek list dengan teknik scoring
N : % 100 X SMSP
SP : Skor yang diperoleh
SM : Skor maksimal
N : Nilai persen yang diharapkan
Dengan data ordinal dengan kriteria penilaian
A Sangat Baik : 90-100%
B Baik : 80-89%
C Cukup : 65-79%
D Kurang : 55-65%
Data yang telah diklasifikasikan sesuai kriteria penilaian berdasarkan acuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
patokan (PAP) dikatakan tuntas bila mendapat scor 80%. Kemudian dilakukan
analisa dengan -wilcoxon match pairs test tehnik ini digunakan menguji
signifikasi hepotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya
terbentuk ordinal (berjenjang). Sugiyono, 2004:45). Analisa dilakukan dengan
membandingkan tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa
DIII sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran bed side teaching bila
sampel pasangan lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati
distribusi normal, untuk itu digunakan rumus Z dalam pengujiannya.
TTT
Zsm-
Dimana T : jumlah jenjang/rangking yang kecil
41)(nn
T+
=m
24
1)1)(2nn(n T
++=s
Dengan demikian
24
1)1)(2nn(n
41)n(n-T
TT-T
Z
++
+=
sm
J. Prosedur Penelitian Di Lahan Praktek
1. Menentukan subyek penelitian semua mahasiswa D III Kebidanan yang
praktek klinik di R. Melati jumlah 30 orang.
2. Dalam melakukan penelitian, peneliti di bantu oleh para CI lainnya
berjumlah 3 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Para CI (Clinical Instruktur) dilatih/diberi arahan cara mengetahui
kemampuan psikomotor mahasiswa dengan menggunakan chek list.
4. Melakukan observasi/penilaian ranah psikomotor dengan chek list,serta
cara penilaian hasil kuesioner untuk ranah kognitif.
5. Melakukan pembimbingan dengan metode bed side teaching
6. Mengaalisa data.
K. Etika Tesis
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan
ijin kepada Direktur RSUD dr Harjono S. Ponorogo untuk mendapatkan
persetujuan. Kemudian mengadakan study pendahuluan penelitian dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Informend Concent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed concent adalah agar subyek mengerti maksud dan
tujuan penelitian yang akan dilakukan, bila calon responden bersedia
menjadi responden lembar persetujuan hams diisi dan ditanda tangani,
sedangkan bila menolak peneliti tidak berhak memaksa.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
memberi kode nomor responden pada masing-masing lembar persetujuan.
3. Confidentiality/kerahasiaan
Informasi yang di dapat dari responden di jamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya akan disajikan pada kelompok tertentu sebagai hasil
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian untuk menjawab tujuan
penelitian tentang efektivitas metode pembelajaran bed side teaching terhadap
peningkatan pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa DIII di
Lahan Praktek Ruang Melati RSUD Dr. Harjono S, SPOG Ponorogo.
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 30 mahasiswa DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Bakti Husada Mulia Madiun. Dengan melakukan
penelitian ini diarahkan pada tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor
mahasiswa dalam melakukan perasat vulva hygiene kepada ibu nifas. Setiap
mahasiswa dilakukan skoring atau dinilai dengan alat ukur berupa kuesioner
untuk mengukur tingkat pengetahuan dan cek list untuk mengukur
kemampuan pcychomotor yang telah terstandar untuk mahasiswa DIII
Kebidanan sebanyak dua kali penilaian yaitu pre dan post test bed side
teaching
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSUD Dr. Harjono Ponorogo berada di Jalan Ciptomangunkusumo
82 Ponorogo, masuk wilayah kelurahan Keniten kecamatan Ponorogo.
RSUD Ponorogo memiliki ruang rawat sejumlah 11 ruang yaitu ruang
Mawar, Dahlia, Flamboyan, Anggrek, Delima, Melati, ICU, ICCU,
Recovery Room, Perinatologi dan Tulip. RSUD Dr. Harjono Ponorogo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
merupakan rumah sakit tipe B, sehingga memungkinkan digunakan tempat
praktek bagi mahasiswa keperawatan maupun kebidanan. Mahasiswa yang
praktek di ruang Melati berasal dari intitusi pendidikan di wilayah Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Selain itu RSUD Dr. Harjono merupakan rumah
sakit rujukan untuk rumah sakit swasta dan BPS yang berada di wilayah
Ponorogo dan rumah sakit pemerintah dari wilayah Kabupaten Pacitan,
Trenggalek, dan Wonigiri.
Ruang Melati merupakan ruang bersalin dengan jumlah persalinan
987 setahun dengan rincian persalinan patologis sejumlah 927 dan
fisiologis sejumlah 60. Kapasitas tempat tidur ruang Melati sejumlah 26
tempat tidur, BOR 72,32%, dan tenaga bidan sejumlah 21 orang. Tenaga
medis yaitu dokter spesialis Obsetri dan Ginekologi sejumlah 3 orang.
Jumlah mahasiswa yang melakukan praktek di Ruang Melati dalam
tahun 2010 adalah mahasiswa S1 Keperawatan sejumlah 63 mahasiswa,
DIII keperawatan dan kebidanan sejumlah 1123 mahasiswa.
Kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa yang melakukan
praktek klinik di ruang Melati ditentukan oleh masing-masing institusi.
Para pembimbing lahan (bidan) mempunyai tanggung jawab memberikan
bimbingan kepada seluruh mahasiswa yang melakukan praktek. Peran
bidan sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam memenuhi
kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga dibutuhkan metode
pembelajaran yang sesuai. Metode pembelajaran klinik yang digunakan
antara lain pre conferen, bedside teaching, dan post conferen. Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ruangan ditentukan oleh pihak rumah sakit dengan mempertimbangkan
strata pendidikan dan kemampuan pembimbing.
B. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen dengan
maksud untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh metode bed side
teaching terhadap pengetahuan dan psikomotor mahasiswa. Jumlah sampel
yang digunakan adalah 30 orang mahasiswa.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat dibuat tabulasi
data hasil dari pengetahuan sebelum dan sesudah bed side teaching
sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan Bed side teaching
a. Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum bedside teaching
dengan kategori ordinal.
Gambar 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan sebelum bedside teaching dengan kategori ordinal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berdasarkan gambar.3: didapatkan dari 30 responden hampir
setengahnya yaitu 12 responden (40%) pengetahuan dalam
kategori cukup.
2. Tingkat pengetahuan sesudah dilakukan bedside teaching
a. Distribusi frekuensi pengetahuan sesudah bed side teaching
dengan kategori ordinal.
Gambar 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan sesudah bedside teaching dengan kategori ordinal
Berdasarkan gambar 4 :didapatkan dari 30 responden hampir
seluruhnya yaitu 23 responden (77%) pengetahuan dalam kategori
sangat baik, dan tidak satupun (0%) yang mempunyai tingkat
pengetahuan dalam kategori kurang dan gagal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Pengaruh bed side teaching dalam peningkatan pengetahuan
Gambar 5. Grafik pengetahuan responden sebelum dan sesudah bed side teaching
Grafik di atas menunjukkan bahwa pengetahuan responden sesudah
diberikan pembelajaran dengan bed side teaching meningkat walaupun
masih ada yang tetap dan bahkan menurun. Hal tersebut membuktikan
bahwa pemberian metode bed side teaching memberikan pengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang vulva hygiene.
Hasil tersebut dikuatkan dengan hasil analisis statistic dengan
menggunakan uji wilcoxon. Uji wilcoxon bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh metode bed side teaching terhadap peningkatan
pengetahuan mahasiswa tentang vulva hygiene. Adapun langkah-langkah
dalam perhitungan wilcoxon adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesa
Ho : Tidak ada pengaruh/beda pengetahuan sebelumdan sesudah bed side
teaching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
H1 : Ada pengaruh/beda pengetahuan mahasiswa sebelum dan sesudah
bed side teaching
b. Menentukan α dan P-Value dari hasil penelitian
Pada penelitian ini z hitung 4.165 (a) seperti pada lampiran 13 halaman
84 α = 0.05 dan P-Value uji statistic wilcoxon didapatkan 0.000
c. Membandingkan P-Value dengan α dan menarik kesimpulan
Untuk menolak H0 dan menerima H1 P-Value harus lebih kecil dari α.
Pada penelitian ini P-Value = 0.000 < α = 0.05 sehingga menolak Ho
dan menerima H1 artinya ada beda pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan bed side teaching.
4. Kemampuan psikomotor sebelum dilakukan Bed Side Teaching
a. Distribusi frekuensi kemampuan pcychomotor sebelum bed side
teaching dengan kategori ordinal.
Gambar 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan psikomotor sebelum bedside teaching dengan kategori ordinal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan gambar 6 : didapatkan dari 30 responden hampir
seluruhnya yaitu 26 responden (87%) kemampuan psikomotor dalam
kategori kurang, dan 4 responden (13%) kategori gagal, tidak
satupun (0%) dalam kategori cukup, baik, dan sangat baik.
b. Distribusi frekuensi kemampuan psikomotor sebelum bed side
teaching dengan kategori kompeten
Gambar 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan psikomotor sebelum bedside teaching dengan kategori kompeten
Berdasarkan gambar 7: didapatkan dari 30 responden seluruhnya
(100%) kemampuan psikomotor dalam kategori tidak kompeten.
5. Kemampuan psikomotor sesudah dilakukan Bed Side Teaching
a. Distribusi frekuensi kemampuan pcychomotor sesudah bed side
teaching dengan kategori ordinal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan psikomotor sesudah bedside teaching dengan kategori ordinal
Berdasarkan gambar 8 didapatkan kemampuan psikomotor
responden sesudah bedside teaching seluruhnya (100%) dalam
kategori sangat baik
b. Distribusi frekuensi kemampuan psikomotor sesudah bed side
teaching dengan kategori kompeten
Gambar 9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan psikomotor sesudah bedside teaching dengan kategori kompeten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kemampuan psikomotor responden setelah dilakukan bedside
teaching seluruhnya dalam kategori kompeten.
3. Pengaruh Bed side teaching Terhadap Kemampuan Psikomotor
Mahasiswa
Gambar 10. Grafik Psikomotor responden sebelum dan sesudah bed side teaching.
Grafik di atas menunjukkan bahwa psikomotor responden sesudah
diberikan pembelajaran dengan bed side teaching meningkat dengan tajam
bahkan tidak ada yang tetap dan menurun. Hal tersebut membuktikan
bahwa pemberian metode bed side teaching memberikan pengaruh yang
sangat bagus terhadap peningkatan kemampuan psikomotor mahasiswa
tentang vulva hygiene. Hasil tersebut dikuatkan dengan hasil analisis
statistic dengan menggunakan uji wilcoxon. Uji wilcoxon bertujuan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh metode bed side teaching terhadap
kemampuan psikomotor mahasiswa tentang vulva hygiene. Adapun
langkah-langkah dalam perhitungan wilcoxon adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Menentukan hipotesa
Ho : Tidak ada pengaruh/beda kemampuan psikomotor mahasiswa
sebelum dan sesudah bed side teaching
H1 : Ada pengaruh/beda kemampuan psikomotor mahasiswa sebelum
dan sesudah bed side teaching
b. Menentukan α dan P-Value dari hasil penelitian
Pada penelitian ini nilai z hitung 4.795 (a) seperti pada lampiran 14
halaman 85 α = 0.05 dan P-Value uji statistic wilcoxon didapatkan
dengan 0.000
c. Membandingkan P-Value dengan α dan menarik kesimpulan
Untuk menolak H0 dan menerima H1 P-Value harus lebih kecil dari α.
Pada penelitian ini P-Value = 0.000 < α = 0.05 sehingga menolak Ho
dan menerima H1 artinya ada beda kemampuan psikomotor
mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan bed side teaching.
C. Pembahasan
Tuntutan pelayanan kesehatan yang meningkat harus diimbangi
dengan kemampuan lulusan bidan yang kompeten sehingga diperlukan
proses pembelajaran yang sistematik agar mahasiswa siap menjadi tenaga
yang profesional. Dalam praktek ditatanan nyata maka mahasiswa akan
mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang klien dan berbagai
masalah kesehatannya dengan bantuan pembimbing klinik. Pembelajaran
klinik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompentensi dan
kualitas mahasiswa DIII Kebidanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Aspek yang dinilai dari pencapaian kompetensi mahasiswa DIII
Kebidanan meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian ketiga
ranah tersebut dapat dicapai pada pembelajaran teori, laboratorium dan
klinik atau lapangan. Strategi untuk pencapaian kompetensi diperlukan
metode yang sesuai. Berbagai macam metode pembelajaran yang dapat
diterapkan pada mahasiswa kebidanan dan setiap metode instruksional
berfungsi sebagai cara untuk mencapai tujuan. Jenis metode pembelajaran
klinik kebidanan meliputi eksperensial, konferensi, bedside teaching,
penyelesaian masalah, observasi, simulasi, dan ronde keperawatan.
Pemilihan metode harus tepat agar tujuan pembelajaran tercapai.
Banyaknya jenis keterampilan (kompetensi) yang harus dicapai oleh
mahasiswaa kebidanan, maka mengharuskan pembimbing memilih metode
dan mengkombinasikan metode yang sesuai.
Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Proses terjadinya adopsi pengetahuan
secara berurutan adalah sebagai berikut:1) Awareness (kesadaran), dimana
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus objek, 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul, 3) Evalution
(menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, 4) Trial,
dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus, dan 5) Adaption, dimana subjek telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan mahasiswa tentang vulva higiene didapat selama
pembelajaran dengan metode ceramah atau diskusi di kelas. Dosen
memberikan materi yang berkaitan dengan pokok bahasan. Metode
ceramah berbentuk penjelasan kepada mahasiswa dan biasanya diikuti
tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Metode ini mempunyai
keterbatasan yaitu partisipasi mahasiswa rendah, kemajuan mahasiswa
sulit dipantau, dan perhatian serta minat mahasiswa tidak dapat dipantau
(Suparman, 2001).
Sementara itu, kemampuan psikomotor mahasiswa dalam
melakukan vulva higiene sebelum praktek klinik didapatkan dari
pengalaman selama pembelajaran laboratorium di institusi pendidikan
dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode
pembelajaran yang menyajikan sustu prosedur atau tugas, cara
menggunakan alat, cara berinteraksi dengan klien. Peserta didik dapat
melihat dan mendengar prosedur, langkah-langkah, dan penjelasan yang
mendasar. Pada pelaksanaannya ditekankan tentang tujuan, pokok-pokok
penting yang merupakan fokus perhatian (Nursalam, 2007). Kegiatan
pembelajaran laboratorium dapat menggunakan panthoom dengan Standart
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Operasional Prosedur yang telah dibuat oleh institusi pendidikan yang
bersangkutan. Idealnya kegiatan laboratorium dimulai dengan demonstrasi
oleh dosen pengampu kemudian mahasiswa mencoba secara mandiri. Hal
ini memungkinkan mahasiswa mendapat pengalaman mencoba jenis
keterampilan berdasarkan instruksi dari dosen.
Bed side teaching adalah pembelajaran keterampilan pemecahan
problem pasien sehingga permasalahan yang berkaitan dengan gejala dan
tanda bisa langsung dilakukan tindakan oleh siswa. Aktivitas ini dilakukan
disamping tempat tidur klien (Nursalam, 2007). Rangkaian kegiatan bed
side teaching merupakan siklus pembelajaran klinik yang mengacu pada
Clinical learning cycle yaitu: 1) tahap preparation merupakan pembekalan
keterampilan di laboratorium, 2) tahap briefing merupakan
pengorganisasain kegiatan lebih lanjut. Pada tahap ini dibuat perencanaan
mengenai apa yang dapat dipeljari mahasiswa selama berinteraksi dengan
klien beserta penyakit dan jenis ketrampilan, 3) clinical encounter , pada
tahap ini mahasiswa akan berinteraksi langsung dengan klien. Fase ini
memiliki pengaruh paling kuat terhadap pembelajaran karena mahasiswa
akan mendapatkan pengalaman yang jelas tentang keterampilan, dan 4)
tahap debriefing yang berfungsi meriview apa yang terjadi selama
berinteraksi dengan klien (Unissula, 2009).
Metode Bed side teaching merupakan komponen esensial dari clinical
training. Keuntungan dari bed side teaching adalah memberikan kepada
siswa untuk menggunakan semua panca indera (pendengaran, penglihatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
penghidu dan peraba) mereka untuk mempelajari pasien dan
permasalahannya (Unissula, 2009). Karakteristik inilah yang akan
membantu siswa mengingat situasi klinik pembelajaran. Mahasiswa
mendapatkan pengarahan tentang konsep vulva hygiene, kemudian
dipraktekkan kepada klien, maka mahasiswa akan mudah mengingat,
memahami dan akhirnya mampu melakukan keterampilan sesuai dengan
prosedur.
Hasil analisis pengetahun dan Psikomotor sebelum dan sesudah
bed side teaching dalam gambar berikut:
Gambar 11 Diagram pengetahun dan Psikomotor sebelum dan sesudah bed side teaching
Berdasarkan gambar 11: didapatkan perbedaan pengetahuan
sebelum dan sesudah dilakukan bed side teaching. Nilai pengetahuan yang
terendah sebelum bedside teaching sebesar 77,7 dan nilai setelah bedside
teaching sebesar 93,7. Selisih nilai pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan bedside teaching sebesar 16. Sedangkan nilai psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
terendah sebelum bedside teaching sebesar 57,5 dan nilai terendah sesudah
bedside teaching sebesar 94,6. Selisih nilai psikomotor sebelum dan
sesudah dilakukan bedside teaching sebesar 37,1.
Gambaran efektifitas bedsite teaching terhadap pengetahun dan
Psikomotor dapat dilihat dari gambar berikut.
Gambar 12 Grafik efektifitas bedsite teaching terhadap pengetahun dan Psikomotor
Berdasarkan gambar 11 psikomotor mahasiswa setelah dilakukan
bedside teaching lebih merata dibandingkan dengan pengetahuan, Hal ini
menunjukkan bahwa bedside teaching lebih efektif dalam meningkatkan
kemampuan psikomotor mahasiswa tentang vulva hygiene.
Dari hasil tersebut di atas menggambarkan bahwa metode
pembelajaran bed side teaching memiliki beberapa keunggulan antara lain
dapat melatih sikap mahasiswa baik fisik maupun psikologik, dapat
meningkatkan kemampuan teknik dalam melakukan berbagai keterampilan
karena itu sangat tepat bila bed side teaching dilaksanakan untuk
mendemonstrasikan sesuatu yang belum pernah diperoleh mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
sebelumnya atau apabila mahasiswa menghadapi kesulitan penerapan,
pemahaman mahasiswa lebih jelas karena jumlah mahasiswa dibatasi 5-6
mahasiswa saja. Bila ada kekeliruan dapat langsung diberikan umpan balik
sehingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan berulang serta sangat
membantu dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan
psikomotor mahasiswa.
Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi
penjiwaan atas dasar teori yang dipahami tentang vulva hiegine
(Pusdiknakes, 2010). Aspek psikomotor yang dinilai meliputi tingkatan
kemampuan yaitu: 1) kemampuan meniru (perception) tindakan yang
diamati, 2) memanipulasi (manipulating), yaitu tindakan berdasarkan
konsep, 3) kemampuan melakukan tindakan secara teliti dan benar sesuai
prosedur (precision), 4) kemampuan melakukan serangkaian tindakan
secara berurutan secara teliti dan benar (articulation), dan 5) melakukan
tindakan secara wajar dan efisien (naturalization).
Merangsang motivasi mahasiswa untuk berani mempraktek
keterampilan bukanlah hal mudah. Penerapan metode pembelajaran
merupakan cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik yang saling
berinteraksi dalam melakukan kegiatan sehingga proses berjalan baik
(Nursalam dan effendi, 2008). Apabila penerapan penerapan metode
pembelajaran tepat dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan
meningkatkan motivasi. Domain psikomotor akan membuat peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menjadi lebih aktif (Bastabel, 2004)
Pembelajaran akan lebih baik jika diajarkan antara pembimbing
klinik, mahasiswa dan klien. Dengan metode bedside teaching, maka
peserta didik akan menjadi lebih aktif sehingga akan mengembangkan
pemahaman terhadap keterampilan vulva hygiene. Adanya kesempatan
untuk menerapkan teori tentang vulva hiegien kepada klien dan
didampingi oleh pembimbing akan menyebabkan mahasiswa termotivasi
untuk mencoba. Pembimbing klinik yang berada di samping klien dan
mahasiswa menimbulkan percaya diri pada mahasiswa karena apabila ada
kesalahan, maka pembimbing langsung dapat memberikan contoh yang
benar. Adanya komunikasi dan keterlibatan bersama ini meningkatkan
psikomotor mahasiswa dalam melakukan vulva hygiene.
Pembelajaran praktek klinik dengan pendekatan metode bed side
teaching sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan psikomotor
pada mahasiswa. Hal ini sesuai pepatah “apa yang saya dengar saya lupa”.
Apa yang saya lihat, saya ingat dan apa yang saya lakukan saya tahu,
menurut tan (1987) dalam Nursalam (2008:15) bila seseorang telah
mencapai fase akhir dalam belajar atau fase otonomi, maka peserta didik
dapat menerapkan konsep-konsep dan teori-teori keperawatan secara
efektif dalam praktek.
Menurut Banner dalam Nursalam (2008:15), suatu tingkatkan dalam
melakukan berbagai keterampilan (intelektual dan teknikal) yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip dan teori dapat dicapai melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pembelajaran praktikum. Demikian juga menurut Gagne (1976) dalam
Nursalam, 2008:15) menyatakan bahwa kondisi untuk mempelajari
keterampilan memerlukan petunjuk dari pengajar yang menciptakan
pengalaman praktek agar para peserta didik tahu apa yang harus mereka
lakukan, tahu bagaimana melakukan tindakan, dan melakukan latihan
keterampilan, serta menerima hasil belajarnya. Dimensi lain tentang tujuan
pembelajaran praktikum adalah “melatih berfikir sambil melakukan”.
Untuk itu peserta didik perlu mendapatkan bimbingan sungguh-sungguh
dari pengajar untuk mempraktekkan kegiatan berfikir dan merefleksikan
sambil melakukan kegiatan.
Sasaran program pembelajaran praktikum adalah agar peserta didik
dapat mengintegrasikan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan teori ilmu pengetahuan dalam praktek klinik (Nursalam, 2008:15). Bed
side teaching bermanfaat untuk menguasai keterampiln prosedural,
menumbuhkan sikap profesional, mempelajari perkembangan
biologis/fisik, melakukan komunikasi melalui pengamatan (Nursalam,
2008:348).
Metode pembelajaran bedside teaching sangat efektif dalam
meningkatkan kemampuan psikomotor mahasiswa kebidanan, sementara
pencapaian kemampuan kognitif mahasiswa dapat dicapai dengan
pembelajaran motode lain misalnya ceramah atau diskusi. Selama
pembelajaran metode bedside teaching biasanya pembimbing kurang detail
menjelaskan tentang vulva hygiene tetapi lebih fokus kepada tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
langsung kepada klien. Hal-hal yang bersifat terapan langsung akan mudah
di pahami dan diaplikasikan oleh mahasiswa.
D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan, terdapat
beberapa keterbatasan penelitian antara lain:
1. Adanya kesulitan melibatkan seluruh bidan dalam pelaksanaan
bimbingan metode bedside teaching kepada mahasiswa, hal ini karena
terbatasnya jumlah bidan dan kesibukan tim kesehatan.
2. Kesulitan mencari penelitian sejenis yang berguna sebagai pembanding
atau penguat literatur.
3. Perbedaan karakteristik mahasiswa dan kesiapan mahasiswa dalam
mengikuti pembelajaran bedside teaching.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. bed side teaching sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan
psikomotorik mahasiswa
2. bed side teaching sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa
B. IMPLIKASI
1. Terhadap mahasiswa: Mahasiswa akan lebih mudah untuk memahami dan
menerapkan pengetahuan yang didapatkan di perkuliahan,dan mahasiswa
mampu memaknai proses belajar di bidang pekerjaan secara nyata
sehingga mempunyai pengalaman dalam melaksanakan prosedur tindakan
dengan benar berlatih komunikasi dan bersikap yang dapat membentuk
sikap profesionalisme dikemudian hari.
2. Terhadap sumber daya manusia di lahan praktek : Tenaga kesehatan di
lahan praktek termotivasi untuk selalu meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan serta dapat membangun kerjasama, dan dapat menjalin
keakraban antara klinikal instuktur , mahasiswa serta pembibing institusi
pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Terhadap Institusi Pendidikan : Mampu meningkatkan kwalitas
pendidikan dengan menyediakan tenaga kesehatan yang siap pakai bukan
siap latih.
4. Terhadap pasien akan terbangun hubungan yang lebih akrab dan dapat
meningkatkan kepuasan pelayanan asal saat pelaksanaan pembimbingan
dikomunikasikan dengan baik dan tetap menjaga privasi pasien.
5. Terhadap Program Pemerintah ; Memberikan kontribusi dalam rangka
menurunkan morbiditas dan mortalita sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan di Indonesia.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentangefektifitas pembelajaran
bedside teaching terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan
psikomotor, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan pembimbing klinik untuk dapat menerapkan metode
bedside teaching dalam bimbingan praktek kepada semua mahasiswa
sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi praktek klinik.
2. Memberi pemahaman dan pelatihan kepada pembimbing klinik tentang
metode bed side teaching dalam bimbingan klinik kebidanan.
3. Melengkapi fasilitas untuk memberikan pembelajaran yang sesuai
dengan teori. Perlu penambahan instrument atau bahan lain yang
digunakan oleh mahasiswa, sehingga Standart Operasional Prosedur
dapat dilakukan semua oleh mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh bed side teaching
terhadap kepuasan klien dalam menerima pelayanan kesehatan.
5. Institusi pendidikan hendaknya membuat cek list dan Standar
Operasional Prosedur kemudian dilakukan sosialisasi dengan institusi
lahan praktek.Selain itu menyiapkan mahasiswa sebelum masuk ke
lahan praktek baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.