perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · “you want us to consume, ok, let’s consume always...

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user GAYA HIDUP MEMBELI SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : RISMIYARNA SUBAGYA C0602025 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: hoangdan

Post on 30-Jul-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

TUGAS AKHIRDiajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana SeniJurusan Seni Rupa Murni

Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :RISMIYARNA SUBAGYA

C0602025

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

Disusun Oleh

RISMIYARNA SUBAGYA

C.0602025

Telah disetujui oleh pembimbing

Untuk diajukan dalam sidang Tugas Akhir

Surakarta, 16 Juli 2010

Pembimbing I

Drs. Sunarto, M.Sn.NIP. 194708301980031002

Pembimbing II

Drs. Setyo Budi, M.Sn.NIP. 196706041994031006

MengetahuiKetua Jurusan Seni Rupa Murni

FSSR UNS

Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.NIP. 195007111981031001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

Disusun oleh

RISMIYARNA SUBAGYAC.0602025

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas AkhirFakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 23 Juli 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. ………………………NIP. 195007111981031001

Sekretaris Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. ………………………NIP. 195603121987031001

Penguji I Drs. Sunarto, M.Sn. ………………………NIP. 194708301980031002

Penguji II Drs. Setyo Budi, M.Sn. ………………………NIP. 196706041994031006

DekanFakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.NIP. 195303141985061001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Rismiyarna Subagya

NIM : C.06020025

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pengantar Tugas Akhir berjudul Gaya

Hidup Membeli Sebagai Tema dalam Penciptan Karya Lukis adalah betul – betul

karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam pengantar Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan)

dan ditunjukkan dengan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan Gelar yang

diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Surakarta, 9 Juli 2010

Yang membuat pernyataan

Rismiyarna Subagya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum

kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu

nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

(Q.S ALI IMRAN : 92)

“Seorang mu`min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah

daripada orang mu`min yang lemah dan untuk segala perkara kebaikan”.

( H. R. Muslim)

Allah itu indah,

dan sesungguhnya Allah itu mencintai keindahan.

(HADIST)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Untuk Ibuku. Untuk Ibuku. dan Untuk Ibuku.

Untuk Bapakku.

Untuk kakak-kakakku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Seni. Sholawat serta salam tidak lupa saya

persembahkan untuk kholifah terhebat selama di dunia Nabi besar Muhammad

SAW yang dimuliakan Allah SWT dan makhluk-Nya.

Ucapan terima kasih atas bimbingan, perhatian dan kerjasamanya sehingga

karya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, kepada :

1. Bapak Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Rupa

Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. selaku Koordinator Tugas

Akhir Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret.

4. Bapak Drs. Sunarto, M.Sn. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

dorongan semangat, motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian karya

Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Setyo Budi, M.Sn. selaku pembimbing II yang telah bersedia

memberikan waktunya untuk berkonsultasi dan motivasi dalam penyusunan

dan penyelesaian karya Tugas Akhir ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Seluruh teman–teman Seni Rupa Murni angkatan 2002, AmadTatto, Thatit,

Encus, Bonar, Dieke dan lainnya atas dukungannya, serta seluruh keluarga

besar seni rupa. Rubayak, Savir, dan Mamik atas transportasi VW-nya.

7. Teman–teman KKTT Wiswakarman, untuk teman nongkrong dan untuk

semuanya.

8. Serta seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu doa dan dukungannya dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih mengalami banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang

membangun sangatlah diharapkan.

Akhirnya penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi

Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Surakarta, 23 Juli 2010

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i

HALAMAN PERSETUJUAN …………….……………………………………...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..….iii

HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………iv

HALAMAN MOTTO………………………………………………….…….……v

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….……………vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………...…vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………...………ix

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi

ABSTRAK…………………………………………...…………………..............xii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………...………1

A. Latar Belakang …………………………………………..……1

B. Batasan ………………………………………………….……3

C. Rumusan …………………………………………………......4

D. Tujuan …………………………………………………….…4

E. Manfaat …………………………………………………….....4

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………..…5

A. Globalisasi Budaya ..………………………………………….5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Konsumsi..........………………………………………………..6

C. Kapitalisme ………….........…………………………………..8

D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestis……………9

E. Pop Art.....................................................................................10

BAB III GAYA HIDUP MEMBELI SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS....................................12

A. Implementasi Teoritis ………………………………………12

B. Implementasi Visual …………………………………………14

1. Bentuk ….......…..…………………………......................14

2. Medium ……………………………..….....................…...15

3. Teknik Penggarapan …………………...........................…16

C. Deskripsi Karya.......................................................................17

BAB IV PENUTUP …………..…………………………..……………….28

A. Simpulan …………………………………………………….28

B. Saran ………………………………………………………...29

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...30

LAMPIRAN ..........................................................................................................31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Judul Karya : Nice Food 17

Gambar 2 Judul Karya : Best Food, I like it... 18

Gambar 3 Judul Karya : Stylish Junk Food 19

Gambar 4 Judul Karya : Treadmil 21

Gambar 5 Judul Karya : Beng!!. I get you. 23

Gambar 6 Judul Karya : Skak Mat 24

Gambar 7 Judul Karya : I Love You 25

Gambar 8 Judul Karya : Melihat TV 26

Gambar 9 Judul Karya : Obrolan Punakawan 32

Gambar 10 Judul Karya : Enjoy Coca-Cola 33

Gambar 11 Judul Karya : Ho..hoho..i like it…. 34

Gambar 12 Judul Karya : Great Food 36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

ABSTRAK

Rismiyarna Subagya. C.0602025. 2010. Gaya Hidup Membeli Sebagai Temadalam Penciptaan Karya Lukis. Tugas Akhir : Jurusan Seni Rupa MurniFakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Membeli merupakan salah satu dari kegiatan manusia. Membeli dikategorikansebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhanhidup manusia. Perkembangan budaya saat ini mempengaruhi pola konsumsimasyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatanmembeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yangdiperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsurdipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli lebihbanyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau jasa yang di bayar.Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas barang atau jasa yangdibayar tersebut. Membeli menjadi gaya hidup (lifestyles), bukan lagi berbicaratentang kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Padaakhirnya kegiatan membeli sudah mengarah pada transaksi brand minded.Ketidaksadaran masyarakat dalam melakukan proses membeli ini menempatkanmasyarakat menjadi korban. Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir iniadalah (1) Bagaimana yang dimaksud dengan gaya hidup membeli. (2) Nilai–nilaiapakah yang ada dalam gaya hidup membeli. (3) Bagaimana visualisasi dari temagaya hidup membeli ke dalam karya lukis. Tujuan penulisan Tugas Akhir iniadalah (1) Mengetahui secara terperinci tentang gaya hidup membeli. (2)Merumuskan nilai–nilai gaya hidup membeli, sebagai pesan dalam karya. (3)Memvisualisasikan tema gaya hidup membeli ke dalam karya seni lukis.

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalahimplementasi teoritik dan implementasi visual. Implementasi teoritik mencakuptinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi visualmencakup bahan, teknik, proses, bentuk karya.

Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikanmasyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi.Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban.Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Kemudianpada akhirnya masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama darikegiatan membeli.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membeli merupakan salah satu bagian dari kebiasaan manusia. Membeli

dikategorikan sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perjalanan proses transaksi dari barter

hingga membeli mengalami proses sejarah yang panjang. Hingga akhirnya

perjalanan budaya sampai pada pola uang sebagai alat tukar demi mendapatkan

hal yang diinginkan.

Dewasa ini, perkembangan budaya mempengaruhi pola konsumsi

masyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatan

membeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsur

dipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli di era

sekarang ini lebih banyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau

jasa yang di bayar. Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas

barang atau jasa yang dibayar tersebut, pada akhirnya kegiatan membeli sudah

mengarah pada transaksi brand minded.

Membeli menjadi gaya hidup (lifestyles), bukan lagi berbicara tentang

kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Gaya hidup

(lifestyles) menurut David Chaney, adalah suatu cara terpola dalam penggunaan ,

pemahaman, atau penghargaan artefak–artefak budaya material untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menegoisasikan permainan kreteria status dalam konteks sosial yang tidak

diketahui namanya (David Chaney, 2009: 91). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, gaya berarti kesanggupan untuk melakukan sesuatu, kekuatan,

dorongan untuk mengerakan benda bebas. Hidup berarti masih tetap ada. Jadi

gaya hidup membeli dapat diartikan suatu kekuatan atau dorongan untuk

melakukan sesuatu (dalam hal ini membeli menukarkan uang dengan barang atau

jasa) untuk memenuhi keinginan agar tetap ada dalam status sosial.

Harga mahal tidak menjadi masalah asalkan penghargaan yang berbentuk

kepercayaan diri dapat diraih. Membeli menjadi sebuah rutinitas sosial budaya

yang bertujuan memaksimalkan manfaat prestis dari komoditas yang diluncurkan

kapitalisme.

Menurut Baudrillard, budaya konsumen secara efektif adalah budaya

postmodern, suatu budaya kedangkalan yang di dalamnya budaya itu nilai-nilai

ditransvaluasi (dievaluasikan oleh prinsip baru) (Baudrillard dalam Featherstone,

2008: 204). Dari pendapat tersebut bisa ditarik sebuah pemahaman bahwa budaya

konsumsi masyarakat sekarang ini telah mengalami sebuah pendangkalan makna

dan pergeseran fungsi. Dengan kata lain, kegiatan ekonomi sudah menjadi

semacam perpanjangan tangan kapitalisme, yang menjadikan manusia lupa pada

esensi awal dari kegiatan ekonomi, dan masuk pada sebuah paradigma masyarakat

“modern” yang telah ditafsir secara keliru dan tidak tepat. Seperti kata Baudrillard

dalam buku lainnya:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

“You want us to consume, OK, let’s consume always more, and anything

whatsoever; for any useless and absurd purpose” (Baudrillard dalam Best and

Kellner, 1991: 131).

Fenomena ini menjadi semacam bahasa baru bagi laju peradaban manusia,

sebuah budaya yang begitu menyedihkan, dan cukup layak mendapat tempat

untuk diperhatikan serta mencari upaya solutif menuju kehidupan yang lebih baik.

Dari paparan di atas, maka penulis bermaksud ingin mengambil tema

fenomena gaya hidup membeli (lifestyles) sebagai sumber ide kreatif dalam proses

penciptaan karya seni lukis.

B. Batasan

Dalam pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis membatasi pembahasan

hanya terhadap budaya membeli masyarakat pada masa kini, yang telah

mengalami pergeseran pada maknanya. Membeli bukan lagi transaksi

menukarkan uang dengan barang atau jasa untuk pemenuhan kebutuhan dalam

hidup, tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup dalam status sosial. Membeli

menjadi sebuah upaya pemenuhan prestis akan diri, melalui produk–produk

tertentu yang menjadi simbol dalam status sosial sebagai dampak dari globalisasi

budaya dan kapitalisme modern.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Rumusan

1. Bagaimana yang dimaksud dengan gaya hidup membeli ?

2. Nilai–nilai apakah yang ada dalam gaya hidup membeli ?

3. Bagaimana visualisasi dari tema gaya hidup membeli ke dalam karya

lukis?

D. Tujuan

1. Mengetahui secara terperinci tentang gaya hidup membeli.

2. Merumuskan nilai–nilai gaya hidup membeli, sebagai pesan dalam

karya.

3. Memvisualisasikan tema gaya hidup membeli ke dalam karya seni

lukis.

E. Manfaat

Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Sebagai landasan berkarya bagi penulis untuk berusaha menghasilkan

karya seni terutama seni lukis.

2. Dapat memberikan wacana kepada masyarakat, tentang fenomena

gaya hidup membeli yang dewasa ini tengan berkembang.

3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi diri penulis dan pembaca

pada umumnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Globalisasi Budaya

Budaya global (global culture) adalah sebuah konsep yang menjelaskan

tentang mendunianya berbagai aspek kebudayaan, yang di dalam ruang global

tersebut terjadi proses penyatuan, kesalingberkaitan, dan kesalingterhubungkan.

Oleh sebab itu, budaya global sering diidentikan dengan proses penyeragaman

budaya atau imperialisme budaya (Piliang, 2004: 285).

Selama dekade terakhir abad kedua puluh, tumbuh kesadaran di antara

wiraswastawan, politikus, ilmuwan sosial, pemimpin masyarakat, aktivis akar

rumput, seniman, ahli sejarah budaya dan orang-orang biasa dari berbagai bidang

bahwa sedang muncul suatu dunia baru, dunia yang dibentuk teknologi baru,

struktur sosial baru, ekonomi baru, dan kebudayaan baru. “Globalisasi” menjadi

istilah yang digunakan untuk meringkaskan segala perubahan luar biasa dan

momentum yang tampak tak tertahankan, yang dirasakan jutaan orang (Capra,

2005: 145).

Peran budaya dalam kapitalisme baru sebagai salah satu pelimpahan budaya

yang dimunculkan oleh adanya logika bentuk komoditas (Jameson dalam

Featherstone, 1979: 131), misalnya, telah menulis bahwa budaya merupakan

“unsur yang sangat penting dalam masyarakat konsumen itu sendiri; tidak ada

masyarakat yang benar-benar dipenuhi dengan tanda dan imaje seperti halnya

masyarakat konsumen ini”. Pernyataan ini baru-baru ini telah dimasukkan ke

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dalam beberapa tulisan Jameson mengenai budaya postmodern ketika dia

membicarakan tentang pembinasaan ”semi-otonomi lingkup budaya” yang

digantikan oleh “ekspansi budaya yang luar biasa dalam kalangan masyarakat,

sampai titik dimana segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat dapat dikatakan

telah menjadi ‘berbudaya’ (Jameson dalam Featherstone, 1984: 87).

B. Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan manusia dalam menggunakan hasil produksi untuk

memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan semakin berkurang atau habisnya

nilai guna barang atau jasa, konsumsi dapat diartikan juga sebagai kegiatan

mengurangi atau menghabiskan nilai guna barang atau jasa dalam rangka

memenuhi kebutuhan (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang satutidaklah selalu sama dengan konsumen yang lainnya. Demikian pula,barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang sama dapatberbeda untuk kondisi yang berbeda. Alasannya pola konsumsi tiaporang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang membuat tingkatkebutuhan terhadap barang dan atau jasa menjadi beraneka ragam.Perbedaan itu menunjukkan adanya keberagaman kebutuhan akanbarang dan atau jasa. Keberagaman itu membuktikan adanya polakomsumsi yang berbeda untuk tiap orang pada jangka waktu tertentu.Pada dasarnya , pola konsumsi dipengaruhi oleh sejumlah faktor berikutini:

1. Usia.2. Jenis kelamin.3. Tingkat pendidikan.4. Harga barang / jasa.5. Kebudayaan masyarakat sekitar.6. Jenis pekerjaan.7. Jumlah anggota keluarga.8. Pendapatan.9. Agama.10. Lingkungan tempat tinggal.11. Gaya hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

karena itulah kebutuhan konsumen yang satu dengan konsumen lainnyaberbeda (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

Manusia melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhikebutuhan. Dalam melakukan kegiatan konsumsi, manusia melakukanberbagai pilihan. Pilihan untuk mengkonsumsi barang atau jasa tertentutidak muncul begitu saja. Pilihan tersebut didorong oleh alasan tertentuyang disebut motif konsumsi. Macam motif konsumsi dapat dibedakanmenurut beberapa motif sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan keuntungan.2. Ingin mendapatkan pengakuan.3. Ingin menolong orang lain.4. Ingin menaikan kedudukan.

(Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

Meskipun perilaku konsumtif terkesan negatif (karena sering dihubungkan

dengan sifat berfoya–foya), perilaku konsumtif juga memiliki aspek positif, yaitu :

1. Termotifasi untuk meningkatkan pendapatannya agar bisa membeli barang

dan atau jasa yang lebih banyak lebih baik kualitasnya.

2. Menciptakan “pasar” bagi produsen, sehingga produsen bisa memproduksi

dengan jumlah yang lebih banyak.

3. Jika produsen meningkatkan produksinya, bisa menambah lapangan

pekerjaan.

4. Kalau lapangan pekerjaan bertambah, maka pengangguran berkurang.

5. Kalau pengangguran berkurang, maka pendapatan masyarakat meningkat.

6. Kalau pendapatan masyarakat meningkat, maka keadaan masyarakat

menjadi lebih baik.

7. Perilaku konsumtif juga mendorong produsen untuk meningkatkan

teknologi dalam berproduksi agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat

yang berkembang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

sedangkan aspek negatif perilaku konsumtif, yaitu:

1. Mengurangi kesempatan untuk melakukan tabungan.

2. Kalau tabungan rendah, maka investasi juga rendah.

3. Jika investasi rendah, maka pendapatan akan cenderung rendah.

4. Perilaku komsumtif cenderung melupakan kebutuhan yang akan datang.

5. Hidup berfoya–foya menimbulkan kecemburuan sosial.

(Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

C. Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital

(modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang

digunakan dalam produksi barang lainnya. Menurut Ayn Rand (1970) dalam

artikel Husain Heriyanto, kapitalisme adalah "a social system based on the

recognition of individual rights, including property rights, in which all property is

privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-

hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).

(http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/02/388/).

Dengan penciptaan World Trade Organization (WTO) pada

pertengahan1990-an, globalisasi ekonomi, yang berciri “perdagangan bebas”,

dielu-elukan oleh para pemimpin perusahaan dan politikus sebagai tatanan baru

yang akan menguntungkan segala bangsa, menghasilkan ekonomi di seluruh dunia

yang memberi kekayaan bagi semua. Akan tetapi, segera jelaslah bagi makin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

banyak aktivis lingkungan dan akar-akar rumput bahwa aturan-aturan ekonomi

baru yang dibuat WTO nyata-nyata tak dapat berkelanjutan dan menghasilkan

banyak konsekuensi fatal yang saling berhubungan , disintegrasi sosial,

kemacetan demokrasi, makin pesat dan luasnya kerusakan lingkungan,

penyebaran penyakit-penyakit baru, dan meningkatnya kemiskinan serta

keterasingan (Capra, 2003: 145).

D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestise

GNP perkapita yang meningkat di negara-negara Asia Tenggaradekade terakhir ini, termasuk Indonesia, telah menciptakan satu tatamasyarakat kelas menengah baru, yang dapat menentukan gayahidupnya secara bebas sesuai dengan pilihannya, tanpa perlu terikat olehnorma-norma sosial dan kultural yang ada. Mereka mengekspresikangaya hidup melalui kepemilikan obyek-obyek dan simbol-simbol sosial.Mereka membeli makna sosial di tempat-tempat seperti PlanetHollywood atau Sogo. Mereka melihat gaya hidup seperti fashion, yangdapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan Kecenderungan umumke arah pembentukan simbol sosial dan identitas kultural melalui gayapakaian, mobil, atau produk lainnya sebagai komunikasi simbolik danmakna-makna sosial mewabahi masyarakat Indonesia pada dekadeterakhir ini. Konsep gaya hidup yang dikondisikan melalui teknikkomunikasi pemasaran adalah satu bentuk dari pembentukan budayakonsumerisme di dalam masyarakat konsumer Indonesia (Piliang, 2004:306).

Dalam budaya konsumerisme, konsumsi tidak lagi diartikan semata

sebagai satu lalu lintas kebudayaan benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung

sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya

terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya

konsumerisme yang berkembang merupakan satu medium untuk pembentukan

personalitas, gaya, citra, gaya hidup, dan secara diferensiasi status sosial yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

berbeda-beda. Barang-barang konsumer, pada akhirnya menjadi sebuah cermin

tempat para konsumer menemukan makna kehidupan (Piliang, 2004: 307).

Relasi sosial sehari-hari mereka tidak lagi berhenti sebagai relasi di antara

sesama manusia, melainkan sebagai fungsi dari pemilikan dan penggunaan benda-

benda dan gaya hidup (Piliang, 2004: 307).

E. Pop Art

Pop Art merupakan gerakan seni yang muncul pada tahun 1950-

pertengahan di Inggris dan di akhir 1950-an di Amerika Serikat. Pop Art berasal

dari kata popular art, merupakan sebuah aliran seni yang memanfaatkan simbol-

simbol dan gaya visual yang berasal dari media massa yang populer seperti koran,

majalah, iklan, televisi, komik

(http://venusofwillendorftd1.worldpresss.com/2008/03/26/pop-art).

Pop Art pada dasarnya berasal dari istilah Popular Culture, yaitu sebuah

ungkapan untuk menggambarkan sebuah budaya rendah karena lebih berkaitan

dengan masalah hiburan, komersial bahkan selera masyarakat awam

( http://venusofwillendorftd1.worldpresss.com/2008/03/26/pop-art).

Pada masa-masa kemunculan perdananya banyak kalangan yang

beranggapan bahwa karya pop adalah karya yang tidak mempunyai nilai estetik

dan hanya sebuah karya yang diciptakan untuk kesenangan belaka. Tapi di

samping itu banyak pula orang yang beranggapan bahwa karya pop adalah sebuah

karya yang tercipta dari kebebasan berekspresi dan membuktikan bahwa tidak

adanya diskriminasi dalam seni. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

karya pop, masyarakat di ajak untuk lebih obyektif dalam melihat sebuah karya

(pada masa itu banyak orang yang beranggapan bahwa ada dominasi seniman

abstrak ekspresionis dari Eropa dan Amerika):

(http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.).

Jauh sebelum kehadiran Pop Art, seni adalah suatu hal yangmahal dan eksklusif yang hanya dimiliki oleh orang kaya, media, danseniman itu sendiri. Pada masa itu, mereka menterjemahkan keindahanmelalui teori-teori idealis mereka yang memiliki filosofi tersendiri. Dankemudian lahirlah abstrak ekspresionisme. Sesuai namanya, masyarakatawam tidak dapat menikmati keindahan tanpa berpikir panjang danmencerna hasil karya dari aliran ini. Butuh pemahaman yang seksamauntuk mengartikannya. Kemudian lahirlah pemikiran yang dapatmengubah keadaan tersebut, yaitu sebuah pemikiran untuk dapatmenikmati keindahan hasil karya seni dengan cara yang lebih mudah dimengerti.

Para seniman Pop Art tahu persis mana seni yang populer danmanas seni yang tidak populer, eksekusi seperti apa yang bagus, teknikmacam apa yang bisa dinikmati khalayak luas, dan lain sebagainya. PopArt bukan hanya sebuah nama aliran seni, lebih dari itu Pop Artmerupakan sebuah medium komunikasi yang menyampaikan pesankeindahan kepada masyarakat awam melalui cara-cara yang mudahdimengerti oleh mereka dan menggunakan estetika masyarakat awamtersebut. Maka dari itu, umumnya objek yang terdapat pada karyasebuah aliran Pop Art merupakan objek yang terkenal atau familiardimata masyarakat. Terkesan bahwa hasil karya Pop Art tidakberestetika, ya memang begitulah adanya, karena berfokus pada estetikamasyarakat awam yang tidak membicarakan komposisi warna, gradasi,kontras, dan lain sebagainya. Yang terpenting bagi masyarakat awamadalah kehadiran ikon terkenal dalam sebuah karya Pop Art(http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB III

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

A. Implementasi Teoritis

Membeli adalah satu dari sekian aktivitas konsumsi begitu rutin

dilakukan. Dari kegiatan ekonomi yang terjadi, begitu banyak idea-idea

kreativitas terlahir. Sejalan dengan proses perkembangan zaman yang dibungkus

dengan gejolak globalisasi dan ekspansi kapitalisme universal, seiring itu pula

nilai-nilai penting dalam kemanusiaan ikut tergerus dalam satu pola ritme

konsumsi kosmopolitan yang hanya mengedepankan prestis.

Pekembangan kapitalisme yang luar biasa telah menciptakan tatanan

kelas baru dalam masyarakat. Masyarakat begitu banyak diberi pilihan, mereka

bebas menentukan gaya hidup mereka melalui apa yang dikonsumsinya. Mereka

mengekspresikan gaya hidup melalui fast food sebagai obyek-obyek dan simbol-

simbol sosial. Karena seperti diketahui, kapitalisme masuk melalui tiga lini, satu

diantaranya adalah makanan (food), kemudian yang dua lainnya adalah fashion

dan fun. Pada akhirnya makna membeli bukan lagi menukarkan uang dengan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup (fungsional),

tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup (lifestyles) hingga tujuan membelipun

bergeser dari kebutuhan (need) menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi keinginan

(want).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Ironisnya, masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan

proses konsumsi. Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat

sebagai korban. Anehnya masyarakat begitu menikmati keterjajahan itu, mereka

bangga dengan produk-produk fast food yang dikonsumsinya. Bukan nilai

kenyang saja yang ingin didapat, tetapi nilai dari brand produk–produk fast food

itu yang lebih utama, sebagai eksistensi mereka dalam status sosial.

Mereka begitu sadar akan merk, apa yang masuk dalam lambung mereka

haruslah merk produk–produk fast food tertentu yang mampu mewakili citra gaya

hidup mereka. Keadaan sadar merk inilah yang membuat masyarakat menjadi

pecandu prestis.

Dampaknya masyarakat mencari identitas diri melalui merk fast food

tertentu sebagai simbol status sosial mereka. Konsumsi tidak lagi diartikan

mereka sebagai satu lalu lintas benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung

sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya

terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya

membeli yang berkembang merupakan pembentukan personalitas, gaya, citra,

gaya hidup masyarakat. Pada akhirnya merk fast food menjadi sebuah cermin

tempat para masyarakat menemukan identitas diri dalam kehidupan.

Pada era kapitalisme sekarang ini proses membeli sudah berubah

menjadi gaya hidup, dengan masyarakat sebagai obyek yang siap diadu gengsi

dan pertarungan prestisnya, dalam tatanan status sosial. Pertarungan yang tidak

akan pernah selesai, karena produk akan selalu memperbarui diri. Dan ketika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

masyarakat bertarung dengan produk maka selamanya masyarakat tidak akan

pernah memenangkan pertarungan yang sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah

pertarungan yang musuh sesungguhnya adalah diri sendiri.

B. Implementasi Visual

Pemilihan tema membeli sebagai dasar dalam berkarya rupa bukanlah

sesuatu tanpa alasan. Visualisasi tema membeli ke dalam karya rupa lukis

sesungguhnya merupakan tantangan tersendiri. Seperti diketahui gairah Pop Art

adalah ketika ia mampu menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan bahasa

universal, sebuah bentuk yang mampu ditangkap oleh semua jenis masyarakat.

Dalam visualisasi tema membeli kali ini, proses penggarapannya dapat di

golongkan menjadi:

1. Bentuk

Dalam mewujudkan ide yang diambil dari tema membeli, maka

pengambilan objek-objek dan simbol yang banyak tervisualkan di media massa

elektronik maupun konvensional di masyarakat, utamanya dalam wilayah fast

food menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan.

Sasaran utama dalam konsep yang diangkat ini adalah satu bentuk visual

yang mampu difahami sebagai sindiran yang ditujukan kepada masyarakat yang

selama ini dengan tanpa sadar sudah menjadi korban kapitalisme global.

Dengan alasan tersebut di atas, maka diadopsilah logo-logo merk dagang

seperti McDonald dan KFC, demikian juga Coca-Cola yang dimana ketiga merk

tersebut sudah terbukti menjadi trend setter di semua kalangan masyarakat. Di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

ambilnya simbol dan logo visual tersebut disertai harapan bahwa karya rupa kritik

sosial ini dapat dengan mudah dibaca maksud dan tujuannya oleh masyarakat

sebagai salah satu unsur dalam rotasi kesenian dan budaya.

Kemudian sebagai perwujudan resistensi budaya lokal terhadap budaya

konsumsi masa kini tersebut, maka diambilah beberapa tokoh pewayangan

diantaranya adalah Petruk. Sebagai sebuah simbol masayarakat timur.

Sebagaimana bisa dilihat dalam beberapa lukisan, dapat dilihat betapa masyarakat

kita begitu enjoy, tanpa sadar begitu menikmati ”keterjajahan”. Pesan inilah yang

sesungguhnya ingin disampaikan dalam karya rupa kali ini.

Secara global bentuk lukisan dalam karya rupa yang bertemakan gaya

hidup membeli ini adalah tokoh-tokoh yang menjadi simbol dagang beberapa

merk fast food yang kemudian dideformasi secukupnya, sesuai dengan judul dan

orientasi setiap karya.

Di sini penulis tidak membicaran komposisi warna, garis, bidang, kontras

dan lain sebagainya, ini bertujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya

lukis kepada masyarakat mudah dimengerti. Dalam karya penulis, yang terpenting

adalah kehadiran tokoh-tokoh yang menjadi simbol dagang beberapa merk fast

food.

2. Medium

Media lukis yang digunakan dalam penggarapan karya rupa yang

bertemakan membeli kali ini adalah kanvas. Kemudian untuk medium adalah cat

genteng dengan merk Tamitex. Dengan bahan berbasis air tersebut diharapkan

penggarapan dalam bidang yang besar mampu dikerjakan secara efektif dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

efisien tanpa harus mengurangi kualitas artistika dan estetika seni rupa. Zat warna

yang dipakai sebagai pencampur adalah pigmen sablon yang berbasis air yang

terdiri dari warna primer dan hitam. Untuk penguat kelekatan cat, maka dipakailah

binder, sejenis zat campuran yang difungsikan sebagai perekat dalam sablon

3. Teknik Penggarapan

Dalam penggarapan karya menggunakan teknik yang dipelajari selama

menempuh praktek studio, juga beberapa hasil improvisasi dari pengembangan

pengalaman yang didapat dari berbagai media.

Untuk mencapai kualitas maksimal dalam tema kali ini, maka teknik

penggarapan karya rupa dikerjakan dengan cara konvensional. Kuas digunakan

sebagai alat utama untuk melukis. Dalam pengerjaan karya, sketsa langsung

dieksekusi pada bidang kanvas. Jadi tidak dimulai dulu dengan sketsa pada

selembar kertas, ini bertujuan untuk efesiensi waktu dalam proses pengerjaan

karya. Pemilihan warna disesuaikan dengan warna asli ikon-ikon dagang yang

dipilih, kemudian dalam beberapa tempat di improvisasikan ulang sesuai orientasi

tiap-tiap karya.

Pola dan bentuk gambar dibuat nyaris seperti bentuk asli kemudian

dibeberapa bagian sengaja dideformasi sesuai dengan maksud dan tujuan setiap

lukisan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

C. Deskripsi Karya

Gambar 1

Judul : Nice Food

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 175 cm x 110 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, seekor babi (hewan yang mengkonsumsi

makanan apa saja) dengan kepala petruk, yang tengah berada di tengah

kelebatan hutan, tetap mengutamakan style dengan mengkonsumsi produk

McDonald, di atasnya ia ditunggangi Mr. Ronald dengan membawa

bendera Amerika sedang mengendalikan si babi sebagai simbol

keterjajahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 2

Judul : Best Food, I like it...

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 175 cm x 110 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, Petruk sedang berdialog dengan Gareng.

Mereka saling membanggakan dengan apa yang dikonsumsinya, Gareng

dengan produk KFC-nya, sedangkan Petruk dengan produk McDonald-

nya. Produk–produk itu seperti hantu yang selalu muncul di kepala

mereka. Di bawah mereka dua kepala babi berdialog mengolok–olok

mereka, bahwa itu hanya makanan sampah (makanan yang tidak sehat),

bukan makanan yang untuk dibanggakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 3

Judul : Stylish Junk Food

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 140 cm x 240 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, ikon produk fast food telah menjelma menjadi

sesosok Hitler (pimpinan partai Nazi yang kejam), yang memperbudak

Gareng dan Petruk sebagai pengikutnya. Mereka tampak menikmati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

keterbudakan itu, sambil mengkonsumsi produk dari fast food tersebut,

yang terprnting bagi mereka adalah Stylish Junk Food.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Gambar 4

Judul : Treadmil

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 140 cm x 210 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk berubah menjadi ikon produk fast food

McDonald yang terlihat gemuk, mencoba berolahraga mengurangi berat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

badannya agar dapat mengkonsumsi kembali produk fast food tersebut,

karena kecintaannya akan merk produk McDonald.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 5

Judul : Beng!!. I get you.

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 240 cm x 140 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk bermain boneka tangan, dengan sisi

kanan ikon produk dari KFC dan sisi kiri ikon produk McDonald.

Seharusnya petruk menjadi dalang, yang mengendalikan boneka–boneka

tersebut. Tetapi disini tampak menjadi ironis, karena boneka–boneka itulah

yang mendapatkan petruk dengan pistol untuk dapat dikendalikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 6

Judul : Skak Mat

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 240 cm x 140 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk bermain catur dengan ikon merk dagang

fast food McDonald. Pertarungan ini tidak pernah dimenangkan oleh

petruk, karena pertarungan dengan produk hanya akan menempatkan

petruk menjadi seorang korban. Namun ironisnya, dalam keterjajahan

produk-produk itu, petruk selalu enjoy menikmatinya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 7

Judul : I Love You

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 200 cm x 120 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk jatuh cinta terhadap merk dagang fast

food KFC, baginya merk ini nampak bagaikan artis Hollywood, Marlyn

Moonro yang harus dicintai dengan lebih. Nampak pula merk dagang fast

food McDonald yang berubah menjadi cupid, dewa cinta dalam mitologi

Yunani yang menancapkan panah cinta pada mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Gambar 8

Judul : Melihat TV

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas

Ukuran : 200 cm x 120 cm

Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk sedang menyaksikan televisi yang

sedang menginformasikan bahwa merk dagang fast food KFC adalah

produk makanan hebat untuk gaya. Petruk mengamini apa yang

diinformasikan televisi itu, kerena Petruk adalah pengkonsumsi merk fast

food KFC. Disana juga terdapat dua ekor babi yang juga sedang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mengkonsumsi produk KFC, bagi babi-babi ini produk fast food itu hanya

makanan sampah (makanan yang tidak sehat).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Membeli pada pengertian awalnya adalah sebagai komplementer dan

substitusi. Kemudian pada era kapitalisme sekarang ini membeli mengalami

pergeseran makna, membeli bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok

untuk hidup (fungsional), tetapi sudah menjadi gaya hidup (lifestyle), tujuannya

pun ikut bergeser dari kebutuhan (need), menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi

keinginan (want). Gaya hidup (lifestyle), tidak lain adalah satu bentuk

pembentukan dari budaya konsumerisme yang di dalamnya makna-makna sosial

diperebutkan, gaya hidup (lifestyle) mengekspresikan dirinya melalui kepemilikan

obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Barang-barang konsumer, pada akhirnya

menjadi sebuah cermin tempat para konsumer menemukan makna identitas

dirinya.

Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikan

masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi.

Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban.

Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Pada akhirnya

masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama dari kegiatan membeli.

Membeli menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle), yang di sana terdapat ajang adu

gengsi dan pertarungan prestis yang tidak akan pernah selesai. Karena produk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

akan selalu memperbarui diri. Dan ketika masyarakat bertarung dengan produk

maka selamanya masyarakat tidak akan pernah memenangkan pertarungan yang

sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah pertarungan yang musuh sesungguhnya

adalah diri sendiri. Kapitalisme bukanlah sebuah monster yang harus dihindari

tatkala masyarakat mampu memahami dengan citarasa ketimuran yang

sesungguhnya kaya akan nilai dan kultur kebijaksanaan.

Dengan menonjolkan tokoh-tokoh dagang beberapa merk fast food dalam

setiap karya, tanpa mementingkan komposisi warna, garis, bidang dan sebagainya,

dengan tujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya lukis kepada

masyarakat mudah di mengerti, karya seni lukis yang diangkat dengan tema gaya

hidup membeli diharapkan bisa mewakili penggambaran tema tersebut untuk

menjadi sesuatu yang berguna di masa mendatang.

B. Saran

Berpijak dari telaah mengenai budaya beli masyarkat sekarang, maka

kiranya perlu diadakan penyadaran ulang. Merevisi kebijakan sosiologis agar

kemungkinan menuju bentuk peradaban yang lebih baik segera terwujud tanpa

harus mengurangi nilai dan esensi sebuah modernitas.

Pada titik terakhirnya, terciptalah masyarakat yang sadar akan diri sendiri.

Kemudian tercapailah sinergi postif antara kemajuan zaman dan kearifan lokal

sebagai unsur penyangga ketika budaya ketimuran mulai hilang oleh deru

kapitalisme global.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

DAFTAR PUSTAKA

Capra, Fritjof. 2005. The Hidden Conncetion: Strategi Sistemik Dalam MelawanKapitalisme Baru (terj. Andya Primanda). Yogyakarta: Jalasutra.

Chaney, David. 2009. Lifestyles (Sebuah Pengantar Komprenhensif).Yogyakarta: Jalasutra.

Featherstone, Mike. 2008. Postmodernisme dan Budaya Konsumen. (terj. MizbahZulfa Elisabeth). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra.

Best, Steven and Kellner, Douglas. 1991. Postmodern Theory CriticalIntrergration. New York: Giulford Press.

Suyanto dan Nurhadi. 2007. IPS Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

http://venusofwillendorftd1.wordpresss.com/2008/03/26/pop-art.

http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.

http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/02/388/.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

LAMPIRAN