diftery

Upload: carla-amizha

Post on 06-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 DIFTERY

    1/12

    Menkes Pertanyakan KLB Difteri Jatim

    TRIBUNJATIM.COM,SURABAYA- Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu

    Sedyaningsih mempertanyakan status kejadian luar biasa (KLB) terhadap

    kasus penyakit difteri di Jatim.Alasan orang nomor satu di Kemenkes

    tersebut, korban meninggal dunia akibat difteri tahun ini jauh lebih sedikitdibandingkan tahun 2010. Jika tahun lalu, korban meninggal mencapai 21

    orang. pada 2011 ini hingga bulan Oktober korban meninggal baru 11

    orang.Demikian disampaikan Gubernur Jatim Soekarwo, Jumat (21/10).

    Menurut Soekarwo, Menkes sempat mempertanyakan status KLB difteri yang

    ditetapkannya ketika dirinya menghubungi Endang lewat telpon. Namun

    setelah diberi penjelasan, Menkes dapat menerima alasan penetapan status

    KLB.Dengan status KLB ini akan memudahkan pengeluaran anggaran untuk

    penanggulangan difteri di Jatim, ujar Soekarwo, Jumat (21/10/2011).Langkah

    itu, kata Pakde Karwo dinilai penting, karena jika status KLB tidak ditetapkan,

    Pemprov tak bisa membelanjakan anggaran untuk penanganan penyakit.

    Karena sebelumnya memang tidak ada alokasi anggaran khusus untuk

    itu.Makanya ke Bu Menteri Kesehatan saya sampaikan, ada 11 korban jadi

    KLB-kan. Kalau nggak KLB nggak ada yang vaksinasi, Bu. Jadi KLB ini juga

    untuk merekayasa kesehatan yang bagus, agar semua masyarakat

    khususnya balita dan anak-anak ikut divaksinasi," jelasnya.Saat ini, penderita

    difteri di Jatim yang terpantau sebanyak 333 orang. Sebagian besar adalah

    anak-anak. Dari jumlah itu, yang meninggal dunia 11 orang. Penyakit difteri

    tersebut sudah menjangkiti 34 kabupaten/kota.Kabupaten yang belum

    terjangkit adalah Ngawi, Pacitan, Magetan, dan Trenggalek. Guna menekan

    angka kematian dan kesakitannya, Pemprov menyediakan anggaran Rp 8

    miliar.

    ==============================================

    ========================

    A. Latar Belakang

    Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious

    disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium

    diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama

    bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan)

    dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang

    tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk

    dan bersin penderita.

  • 8/3/2019 DIFTERY

    2/12

    Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10

    % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian.

    Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab

    umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai

    pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu,

    menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalammenunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan

    penularan penyakit.

    Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit

    difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak

    untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit

    tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan

    terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

    ==============================================

    ========================

    B. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

    1. Tujuan Umum

    a) Untuk memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Anak dengan Difteri

    b) Diperoleh pengalaman dalam membuat Asuhan Keperawatan Anak denganDifteri

    2. Tujuan Khusus

    a) Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Difteri

    b) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Difteri

    c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Difteri

    d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan

    Difteri

    e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Difteri

    C. Ruang Lingkup

    Dalam penyusuna makalah ini penulis hanya membatasi masalah mengenai

    Asuhan Keperawatan pada anak dengan Difteri.

  • 8/3/2019 DIFTERY

    3/12

    D. Metode Penulisan

    Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriftif, yaitu

    dengan mengumpulkan data, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan,

    dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, dikatat dan sumber

    ilmiah lain yang berhubungan dengan judul dan permasalahan dalam karyatulis ini.

    E. Sistematika Penulisan

    Makalah ini terjadi dari 4 bab yang disusun secara sistematika dengan urutan

    sebagai berikut :

    BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup,

    Metode penulisan, dan sitematika penulisan.

    BAB II : Tinjauan Teoritis yang meliputi pengertian, patofisiologi (yang terdiri

    dari etiolagi, pejalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi), danpenatalaksanaan.

    BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian keperawatan,

    Diagnosa keperawatan,Perencanaan keperawatan, Pelaksanaan

    keperawatan, Evaluasi keperawatan.

    BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. Pengertian

    Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan

    oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai pembentukan

    pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.

    Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling

    sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya

    imunisasi aktif pada masa anak-anak dini.

    (Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)

    Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering

    diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas

    timbulnya pseudomembran.

    (Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)

    Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari

  • 8/3/2019 DIFTERY

    4/12

    corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian

    atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang

    dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai

    tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran

    pernafasan.

    (www.podnova.com)

    Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring,

    laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-

    kadang konjungtiva atau vagina.

    (www.padnova.com)

    2. Patofisiologi

    a. Etiologi

    Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini

    ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk penderita atau benda

    maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri

    berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut atau

    tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini

    menghasilkan teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan

    pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria

    akan mati pada pemanasan suhu 60oc selama 10 menit, tetapi tahan hidup

    sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah

    mengering.

    c. Manifestasi Klinis

    Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis

    dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan

    yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi

    lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita

    sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk

    setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas

    dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung

    kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf

    atau nefritis.

    a. Klasifikasi :

    1. Difteria hidung

    Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%). Mula-mula hanya

    tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang

    http://www.podnova.com/http://www.padnova.com/http://www.padnova.com/http://www.podnova.com/
  • 8/3/2019 DIFTERY

    5/12

    berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran dapat pula

    mencapai foring dan laring.

    2. Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)

    Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang

    pada selaput pada selaput lendir dan tidak membentuk pseudomembran,

    dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita.

    Pada penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok

    dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat ditemukan pseudomembran

    yang mula-mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas

    ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau dan timbul pembengkakan

    kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck)

    Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun

    belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum

    mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin

    dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar

    albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.

    3. Diftheria Laring dan trachea

    Lebih sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil (3 kali lebih banyak

    dari pada primer mengenai laring. Gejala gangguan jalan nafas berupa suara

    serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas

    hebat. Slanosis dan tampak retraksi suprastemal serta epigastrium.

    Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck. Pada

    pemeriksaan laring tampak kemerahan sembab, banyak secret dan

    permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah

    sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trake ostomi sebagai

    pertolongan pertama.

    4. Diftheria Faeraneus

    Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapat. Tan Eng Tie (1965)

    mendapatlan 30% infeksi kulit yang diperiksanya megandung kuman

    diphtheria. Dapat pula timbul di daerah konjungtiva, vagina dan umbilicus.

    d. Komplikasi

    a. Aluran Pernafasan

    Obstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio

    b. Kardiovaskuler

    Miokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini

  • 8/3/2019 DIFTERY

    6/12

    c. Urogenital

    Dapat terjadi Nefritis

    d. Susunan daraf

    Kira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenaisystem susunan saraf terutama system motorik

    Paralisis / parese dapat berupa :

    1. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran

    menelan sifatnya reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua.

    2. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan

    strabisinus gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah

    minggu ke tiga.

    3. Paralisis umum yang dapat timbul setelah minggu ke 4, kelainan dapat

    mengenai otot muka, leher anggota gerak dan yang paling penting dan

    berbahaya bila mengenai otot pernafasan.

    3. Penatalaksanaan

    1. Penatalaksanaan Mandiri

    Terdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, isolasi

    penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya

    komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu.

    2. Penatalaksanaan Medis

    a. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2

    hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila

    ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan

    desentitisasi dengan cara besderka

    b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas

    panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan

    kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.

    c. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya

    komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2

    mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.

    ==============================================

    =========================

    Penyakit Difteri saat ini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat di

  • 8/3/2019 DIFTERY

    7/12

    Jawa Timur. Betapa tidak, sejak Januari hingga sekarang, ada 328 orang yang

    terkena difteri di Jawa Timur. Sebagian besar adalah anak-anak. Dari jumlah

    itu, 11 orang meninggal dunia.

    Penyakit ini memang terdengar masih asing di telinga kita. Oleh karena itu,

    untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit tersebut, berikut adalahkupasan lengkapnya dari MayoClinic.

    Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium

    diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan.

    Difteri umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar

    bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan

    kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada

    akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian.

    Tanda dan gejala

    Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri

    saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di

    leher, dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi

    tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan

    menggigil.

    Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi

    terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan

    sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.

    Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier

    (pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia,

    baik sebagai penderita maupun sebagai carier.

    Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri

    kemerahan, dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit

    lainnya. Sementara itu pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga

    mempengaruhi mata.

    Penularan

    Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:

    * Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan

    melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di

    sekitarnya terpapar bakteri tersebut.

    * Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-

    barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci.

    * Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui

  • 8/3/2019 DIFTERY

    8/12

    barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan,

    seperti handuk atau mainan.

    Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut

    apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah

    terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orangnonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak

    menunjukkan gejala apapun.

    Faktor risiko

    Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:

    Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru

    Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak

    sehat

    Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan

    Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri

    Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan

    Eropa, karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa

    dekade. Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara

    berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang

    saat ini terjadi di Jawa timur.

    Komplikasi

    Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:

    * Gangguan pernapasan

    C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di

    daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran

    putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati,

    bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan.

    * Kerusakan jantung

    Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak

    jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan

    komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung

    akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram

    yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.

    * Kerusakan saraf

  • 8/3/2019 DIFTERY

    9/12

    Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada

    tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan

    kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang

    yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot

    kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi

    lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas.

    Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari

    komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.

    Perawatan dan obat-obatan

    Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan,

    ada beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:

    * Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri,

    anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin.

    Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan

    toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.

    Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit

    untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi

    terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari

    antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.

    * Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau

    eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan

    membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi

    difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk

    perawatan.

    Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat

    menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan

    imunisasi penyakit ini.

    Pencegahan

    Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke

    dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin

    akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.

    Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak.

    Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai

    carrier (pembawa) difteri.

    Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya

    dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri

  • 8/3/2019 DIFTERY

    10/12

    biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang

    dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.

    Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTaP untuk anak-anak

    dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat

    dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.Vaksin difteri sangat efektif untuk

    mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin akan mengalami efek

    samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian

    vaksin. Pemberian vaksin DTaP pada anak jarang menyebabkan komplikasi

    serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam

    beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak

    dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTaP

    ==============================================

    ===================

    Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian

    atas. Penyakit ini dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh

    yang diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran

    pernafasan bagian atas.

    Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput

    lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.

    Penyebab Penyakit Difteri:

    Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama

    Cornyebacterium diphteriae.

    Cara Penularan Penyakit Difteri:

    Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung.

    Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin

    membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke

    dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri

    dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.

    Gejala Penyakit Difteri:

    Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,

    Batuk dan pilek yang ringan.

    Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan

  • 8/3/2019 DIFTERY

    11/12

    Mual, muntah , sakit kepala.

    Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan

    kotor.

    Kaku leher

    Akibat Penyakit Difteri:

    Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk

    racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit

    tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di

    tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.

    Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata,

    vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.

    Pengobatan Penyakit Difteri:

    Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di

    rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular

    penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan

    untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat

    diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga

    mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita

    yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang

    tenggorokan.

    Pencegahan Penyakit Difteri :

    Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah

    imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu

    bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap.

    Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B.

    Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri,

    Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan

    imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu,

    Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.

    ==============================================

    ======================

  • 8/3/2019 DIFTERY

    12/12