demam tipoid(new).docx
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
1/24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangDemam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak
Negara berkembang.Secara global,diperkirakan 17 juta orang mengidap
penyakit ini tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid
adalah 300 810 kasus per100.000 penduduk pertahun, dengan angka
kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi
terpenting.Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit
infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten.Di
Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk
(Sudono, 2006).
Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi
pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi dengan
masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar diseluruh dunia tidak
tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan
sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Di
Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000
penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang
tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan
pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5- 9 tahun dan
laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2- 2:3.
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapat mengkonsumsi makanan dari luar,apabila makanan atau minuman yang
dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid
bila terdapat demam terus-menerus lebih dari 1 minggu yang tidak
dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif,
nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (Bahtiar
Latif, 2008).
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
2/24
2
1.2Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang dan judul makalah di atas dapat diidentifikan
masalah keperawatan demam thypoid mulai dari pengkajian, riwayat kesehatan,
pola fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang berguna
untuk menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan.Asuhan keperawatanditentukan berdasarkan data focus yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh pasien dan keluarga. Dari keluhan yang dapat digunakan
untuk menentukan prioritas masalah keperawatan yang muncul, menentukan
intervensi, implementasi keperawatan dan mengevaluasi asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.3Tujuan1. Tujuan umum
Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada
para pembaca sehingga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran atau
upaya preventif mencegah penyakit demam thypoid.
2. Tujuan khusus1. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem
pencernaan demam tifoid
2. Mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan gangguan sitem pencernaan demam tifoid.
3. Dapat Mengetahui cara membuat rencana tindakan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sitem pencernaan demam
tifoid
4. Dapat Mengetahui cara keperawatan dan mengevaluasi pasien
dengan gangguan sistem pencernaan demam tifoid
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
3/24
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan fisiologi
Gambar 1. Anatomi system pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.Saluran pencernaan terdiri dari mulut,tenggorokan(faring),
kerongkongan, lambung, usus halus,usus besar, rectum dan anus.Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.
2.1.1 Usus Halus (usus kecil)
Gambar 2 . Usus halus
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
4/24
4
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dindingusus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus meliputi,lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan
otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan
lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan
(ileum).
Villi usus halus terdiri dari pipa berotot (> 6 cm),
pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi atas usus 12 jari
(duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).
2.1.2 Usus Besar (Kolon)
Gambar 3. Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon
transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan
dengan rectum)Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar
berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-
zat gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting
seperti vitamin K.
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
5/24
5
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam ususbesar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
2.1.3
Usus Buntu (sekum)
Gambar 4. Usus buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, buta)
dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
2.1.4 Umbai Cacing (Appendix)
Gambar 5. Appendix
Umba cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
6/24
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
7/24
7
2.2 Devinisi demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikro abses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng
Soegijanto, 2002)
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (
Bruner and Sudart, 1994 ).
Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, Tifoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman,
1996).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Demam
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh
Salmonella Typi atau salmonella paratypi A,B,C yang dapat menular melalui oral,
fekal,makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan disertai gangguan
sistem pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
2.3 Epidemiologi
Cara penyebaran demam tifoid sangat berbeda di negara maju
dengan nega ra berkembang. Dimana dinegara maju insidensi sangat menurun
sekali. Di negara yang sedang berkembang Salmonella typhosa sering merupakan
isolate salmonella yan g p a l i n g s e r i n g d e n g a n i n s i d e n s y a n g
d a p a t m e n c a p a i 0 , 5 % d a n d e n g a n a n g k a mortalitas yang tinggi. Di
Indonesia jarang terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang
ditemukan biasanya berumur di atas 1tahun. Sebagian besar dari penderita
http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/imunisasi-2/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/alergi-makanan-pada-anak/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-bronkopneumonia/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pasien-blader-neoplasma/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2011/12/kehamilan-matur-cukup-bulan/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2011/10/asuhan-keperawatan-anak-acut-limphositys-leucemia/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-bronkopneumonia/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/02/asuhan-keperawatan-kanker-payudara-ca-mamae/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/02/asuhan-keperawatan-kanker-payudara-ca-mamae/http://nursingbegin.com/askep-anak-demam-tifoid/http://nursingbegin.com/askep-anak-demam-tifoid/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/02/asuhan-keperawatan-kanker-payudara-ca-mamae/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/02/asuhan-keperawatan-kanker-payudara-ca-mamae/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-bronkopneumonia/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2011/10/asuhan-keperawatan-anak-acut-limphositys-leucemia/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2011/12/kehamilan-matur-cukup-bulan/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pasien-blader-neoplasma/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-bronkopneumonia/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/alergi-makanan-pada-anak/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-reumatik/http://blogs.kumpulanasuhankeperawatan.com/2012/01/imunisasi-2/ -
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
8/24
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
9/24
9
Woc
Makanan dan minuman tercemar salmonella typhi
Saluran pencernaan
Di serap oleh usus halus
Masuk ke kelenjar getah bening
Pembuluh darah
Ke seluruh tubuh (organ hati,empedu)
Kotoran dan air Seni penderita mengandung kuman salmonella typoid
Kuman memasuki usus halus (infeksi)
Mengikuti peredaran darah
Mencapai hati dan limfa dan berkembang biak
Nutrisi tidak dapat masukke dalam usus halus
usus halus kekurangan nutrisi
DEMAM TYPOID
Nyeri bd kerusakan mukosa usus
Pemenuhan nutrisi >
kebutuhan b.d infeksi
pada usus halus
Hipertermi b.dinfasi kuman ke
usus
Diare berhubungan
dengan inflamasi,
iritasi, atau
malabsorbsi usus,
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
10/24
10
2.6 Gejala Klinis
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.
Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga
berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis
yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan
gejala yang ditimbulkan antara lain ;
2.6.1 Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namunmenjelang malamnya demam tinggi.
2.6.2 Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
2.6.3 Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembangbiak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
2.6.4 Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cernamenyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi
diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
buang air besar).
2.6.5 Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasalemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan
rasa sakit di perut.
2.6.6
Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakannyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan
kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
11/24
11
2.7 Komplikasi
Demam Typhoid merupakan penyakit yang memberikan gejala lokal
sistemik.Selain gambaran klinis yang telah di uraikan di atas dapat
terjadi gambaran lain yang tidak biasa. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
Demam Typhoid antara lain:2.7.1 Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu :
1) Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukanpemeriksaan tinja dengan benzidin.Bila perdarahan banyak terjadi
melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyari perut
dengan tanda-tanda renjatan
2) Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga yang terjadi padadistal ileum. Perforasi yang tidak di sertai peritonitis hanya dapat di
temukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati
menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma
pada foto rontsen abdomen yang di buat dalam keadaan tegak.
2.7.2 Diluar usus1)Manifestasi Pulmonal seperti Bronkitis dan pneumonia yang
merupakan infeksi sekunder
2)Komplikasi HematologisDepresi sumsum tulang tulang belakang yang toksik pada
penderita dengan manifestasi yang berat, menyebabkan
anemia, neutropenia, granulositopenia, dan trombositopeni.Anemia
hemotolik akut di tandai dengan penurunan haemoglobin secara
tiba- tiba tanpa adanya perdarahan di sertai hemoglobinuria.
3)Manifestasi NeuropsikiatriManifestasi neuropsikiatri seperti sakit kepala, meningismus,
sampai gangguan kesadaran (Disorientasi, delirium, stupor,
koma). Delirium merupakan kejadian yang paling sering terjadi,
dapat berkembang menjadi enselopati, keadaan ini membaik
4-5 hari tetapi sering menetap sampai suhu tubuh dan fungsi
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
12/24
12
metabolic kembali normal. Dilaporkan juga terjadinya
shizofrenia.
4) Manifestasi KardiovaskulerMyokarditis di temukan pada 1-5 %penderita Demam
Typhoid. Manifestasi klinis bervariasi mulai asimtomatiksampai nyeri dada, payah jantung, aritmia, atau syok kardiogenik.
5) Manifestasi HepatobilierDitandai dengan peningkatan SGOT dan SGPT.
Koleisistisis akut dan ikterus di dapatkan pada 1-5 % kasus.
6) Manifestasi UrogenitalSebanyak 25 % penderita Demam Typhoid pernah
mengekskresi S.typi dalam air kemih selama masa sakitnya.
Kelainan yang paling sering di temukan adalah proteinuri
yangbersifat sederhana.Proteinuri ada sebagian kasus di sebabkanoleh
kompleks imun yang mengakibatkan glomerulonefritis.Urin selain
mengandung albumin dalam jumlah kecil juga di dapati sedikit
peningkatan elemen seluler. Manifestasi lain yang mungkin terjadi
adalah sindroma nefritik, sistisis, pielonefritis, dan gagal ginjal.
7) Komplikasi lainManifestasi lain yang di temukan adalah parotitis, otitis
media, uveitis, arthritis, pancreatitis, orkitsa, alopesia (Soegijanto,
2002).
2.8 Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3. Pemeriksaan Uji Widal
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
13/24
13
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella
typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
a.
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuhbakteri
b. Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagelabakteri
c. Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpaibakter.
Penata laksanaan
2.8.1 Perawatan.A. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
B. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnyatranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.8.2 Diet.A. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.B. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.C. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.D. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
2.8.3 Obat-obatan.A. Klorampenikol
Keuntungannya adalah dapat menurunkan panas
dengan cepat, harga murah,masa toksik lebih singkat, gejala /
keluhan lebih cepat hilang, menurunkankomplikasi.Indikasi
penggunaan kloramfenikol adalah :
1.Typus yang pertama, bukan yang relaps / karier
2 . T i d a k a d a p e n s i t o p e n i
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
14/24
14
3 . L e k o s i t > 3 0 0 0 / m m 4 .W ani ta t i da k h am il
(karena dapat sebabkanGray Baby Sindrom)Dosis yang
dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3
dosis.Jika tidak bisa peroral maka diberikan secara iv dengan dosis 50
mg, neonatesB. Tiampenikol
Mempunya i e f ek yang s ama dengan
klo ram feni kol , men gin gat sus una nkimianya hampir
sama, hanya komplikasi hematogen pada tiamfenikol
lebih jarang dilaporkan.Dosis oral yang dianjurkan 50-100
mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.Indikasi untuk pengobatan
demam tifoid relaps / karier (sebab disekrasikanlewat empedu
dalam bentuk aktif)
C. KotrimoxazolEfektifitasnya terhadap demam tyiphoid masih banyak yang
controversial. kelebihan kotrimoxaol antara lain dapat digunakan
dapat digunakan untuk kasus yangresisten terhadap
kloramfenikol.Penyerapan di usus cukup baik, kemungkinantimbulnya
kekambuhan pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol.
K e l e m a h a n o b a t i n i a d a l a h t e r j a d i n y a s k i n r a s h ( 1 -
5%),Stevent Jhonson Sindrom, Agranulositosis, Trombositopeni,
Megaloblastik anemia. Hemolisiseritrosit terutama pada penderita
defesiensi G6PD. Dosis oral obat ini adalah 30-40
mg/Kg/KgBB/hari untuk tr imetroprim,diberikan dalam 2
kali pemberiaan.
D. Amoxilin dan ampicillinAmpi s i l i n u t amanya l eb i h l amba t menur unkan
demam bila dibandingkandengan klorampenikol, tetapi lebih
efektif untuk mengobati karier serta
k u r n g t o k s i k . K e l e m a h a n n y a d a p a t t e r j a d i
s k i n r a s h ( 3 - 1 8 % ) , d i a r e ( 1 1 % ) . Amoksisilin mempunyai
daya anti bakteri yang sama dengan ampisilin, tetapi penyerapan
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
15/24
15
p e r o ra l l eb i h ba i k , s e hi ngga kada r ob at yan g
mencapai 2 kalilebih tinggi, timbulnya kekambuhan lebih sedikit
(2-5%) dan karier (0-5%).Dosis yang dilanjutkan pada obat ini adalah
:- A m p i s i l i n 1 0 0 - 2 0 0 m g / k g B B / h a r i
- A m o k s i s i l i n 1 0 0 m g / k g B B / h a r i
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
16/24
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3. 1 Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat
badan, tanggal masuk RS.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
b. Riwayat penyakit dahuluApakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak
pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
c. Riwayat penyakit sekaranngPada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia,
mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemia),
nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma.
d. Riwayat kesehatan keluargaApakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau
sakit lainnya.
3. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,lidah kotor,
dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status
nutrisi tubuh.
c. Pola aktifitas dan latihan
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
17/24
17
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
e. Pola istirahat dan tidurKebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38041
0
C, muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
f. Sistem gastrointestinalBibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak
enak, peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletalKlien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
3.2 Diagnosa keperawatan3.2.1 Hipertermi berhubungan dengan infasi kuman ke usus
3.2.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
infeksi pada usus halus
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
18/24
18
3.2.3 Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan kerusakan mukosa
usus
3.2.4 Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare, kurangnya intake
cairan, peningkatan suhu tubuh3.2.5 Gangguan eliminasi: Diare berhubungan dengan inflamsi, iritasi,
atau malabsorbsi usus, adanya toksin, adanya penyempitan segmentasi
lumen.
3.2.6 Gangguan eliminasi konstipasi berhubungan denganpenurunan
peristaltik ususIntoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik.
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan infasi kuman ke usus
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh dalam batas
normal.
b. Rencana tindakan
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil.
Rasional : suhu 38,9-41,1C menunjukan proses penyakit
infeksius.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambah linen tempat tidur,sesuai
indikasi.
Rasional : Suhu lingkungan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat , hindari penggunaan alkohol
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam. (penggunaan
alcohol/air es mungkin menyebabkan peningkatan suhu secara actual
4) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam untuk aksi
sentralnya pada hipotalamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
19/24
19
dalam membatasi pertumbuhanorganisme, dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
infeksi pada usus halus
a. Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasienterpenuhi
b. Rencana tindakan:
1) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi
2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase akit akut
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan
kalori dan simpanan energi.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional :Menenangkan peristaltic, dan meningkatkan rasa
makanan.
4) Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus.
Rasional : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : Memberikan rasa control pada pasien dan
kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/
dinikmati, dapat meningkatkan masukan
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makan diet.
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
20/24
20
Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh
takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
9) Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare dimana
menyebabkan malabsorsi/kehilangan nutrient.10) Kolaborasi nutrisi pareneral total, terapi IV sesuai indikasi.
Rasional : program inii mengistirahatkan saluran GI sementara
memberikan nutisi penuh.
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan kerusakan mukosa
usus
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyaman
terpenuhi
b. Rencana tindakan :
1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada
meminta analgetik
2) Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
Rasional : Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri
sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba- tiba,
dimana dapat berat dan terus-menerus.perubahan pada karakteristik
nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi.
3) Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, menarik diri, dan depresi.
Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : Bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara
psikologis dan fisiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk
verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
4) Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus dan factor pemberat
seperti stress, tidak toleran terhadap makanan atau
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
21/24
21
5) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya, lutut fleksi
Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa
control
6) Berikan tindakan nyaman (misalnya, pijatan punggung, ubah
posisi) dan aktivitas senggang.Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping. Bersihkan
area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan
memberikan perawatan kulit, misalnya salep, jel/jeli minyak.
4. Gangguan eliminasi : Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi,
atau malabsorbsi usus, adanya toksin, adanya penyempitan segmentasi lumen
a. Tujuan: Selama dalam keperawatan kebutuhan eliminasi pasien
dapat terpenuhi
b. Intervensi:
1) Observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah
Rasional: membantu mengukur cairan yang hilang dan cairan yang
akan dibutuhkan.
2) Dorong diet tinggi serat/bulk dalam batasan diet, denngan
masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat.
Rasional: Meningkatkan konsistensi Fases.Meskipun cairan perlu untuk
fungsi tubuh optimal, kelebihan cairan
3) Batasi masukan lemak sesuai indikasi.
Rasional: Diet rendah lemak menurunkan risiko faces cairan dan
membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.
4) Bantu perawatan peringeal sering, gunakan salep sesuai
indikasi. Berikan rendam pada pusaran air.
Rasional: Iritasi anal, ekskorisasi dan pruritus terjadi karena
diare. Pasien sering tak dapat mencapai area yang tepat untuk
membersihkan dan dapat membuat malu untuk meminta bantuan
mempengaruhi diare.
5. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik usus
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
22/24
22
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan konstipasi
tidak terjadi b. Intervensi :
1) Kaji pola BAB pasien.
Rasional : Untuk mengetahui pola BAB pasien.
2) Pantau dan catat BAB setiap hari.Rasional : Mengetahui konsistensi dari feses dan perkembangan
pola BAB pasien.
3) Pertahankan intake cairan 2-3 liter / hari.
Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan dan membantu memperbaiki
konsistensi feses.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet tinggi serat tapi
rendah lemak.
Rasional : Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi air
dalam alirannya sepanjang traktus intestinal.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar.
Rasional : Obat itu untuk melunakkan feses yang keras
sehingga pasien dapat defekasi dengan mudah.
-
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
23/24
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella.gejala klinis yang timbul biasanya demam lebih dari satu
minggu,lidah kotor,mual muntah,diare,lemas,pusing,sakit perut dan lain-
lain.Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan yaitu Pemeriksaan Darah
Perifer Lengkap Pemeriksaan SGOT dan SGPT Pemeriksaan Uji Widal .
sedangkan penata laksanaannya adalah dilakukan diet,perawatan, dan obat-
obatan anti biotic
http://nursingbegin.com/askep-anak-demam-tifoid/http://nursingbegin.com/askep-anak-demam-tifoid/ -
7/28/2019 demam tipoid(new).docx
24/24
24
Daftar Pustaka
1.Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapi ta Selekta Kedokteran.
Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
2. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar I lmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.
3. Behrman Richard. I lmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar &
Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
4. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa
Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.
5. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di I ndonesia, edisi pertama.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
6. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
7. Sjamsuhidayat. Buku A jar I lmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
8. Soegeng Soegijanto. I lmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta. 2002.
9. Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Kl in ik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.