dd062d01

Upload: muna-aulia-bintayeb

Post on 06-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 DD062d01

    1/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

     Abstrak —  Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke

     tahun selalu meningkat. Keadaan ini secara tidak langsung

     dapat menyebabkan meningkatnya jumlah penyakit yang

     diderita akibat rokok. Penyakit paru-paru obstruktif kronis

     merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh rokok

     dan termasuk dalam lima besar penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia pada tahun 2010. Oleh

     karena itu, aplikasi pendeteksi dini yang dapat mengetahui

     gejala dan tingkat risiko dari penyakit paru-paru obstruktif

     perlu dibuat.

     Dalam Tugas Akhir ini, aplikasi pendeteksi dini penyakit

     paru-paru obstruktif kronis dimodelkan sebagai sebuah peng-

     klasifikasi berbasis logika fuzzy mandani. Fungsi keanggotaan

     dari logika fuzzy didefinisikan dengan melibatkan tujuh

    variabel masukan dan sebuah variabel keluaran. Ketujuh varia-

     bel masukan, yang nilai-nilainya digunakan untuk merep-

     resentasikan gejala penyakit paru obstruktif, meliputi derajat

     berat merokok, usia, jenis kelamin, paparan okupasional, fak- tor genetik, status sosioekonomik, dan status keberadan penya-

     kit paru lain. Sedang variabel keluaran, yang merepre-

     sentasikan tingkat risiko penyakit paru obstruktif kronis, dibagi

     menjadi tiga tingkatan nilai, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

     Aplikasi yang diimplementasikan dengan menggunakan bahasa

     pemrograman Java terdiri dari tiga modul utama, yaitu modul

     mesin infrensi berbasis fuzzy (fuzzy control language), modul

     antar-muka pengguna, dan modul pemrosesan klasifikasi.

     Aplikasi yang telah berhasil dibuat diuji coba dengan

     menggunakan uji coba verifikasi dan uji coba kinerja. Hasil uji

     coba verifikasi menunjukkan bahwa aplikasi yang dibuat

     memberikan hasil klasifikasi yang sama dengan yang dihasil- kan oleh paket perangkat lunak Matlab. Sedang uji coba

     kinerja memberikan hasil yang memuaskan, dimana kinerja

     hasil klasifikasi sebesar 85,57%, 84,89%, dan 90.46%. bertu-

     rut-turut diperoleh untuk rataan nilai presisi,recall. Dan

     akurasi.

     Kata kunci: paru-paru obstruktif kronis, deteksi dini, tingkat

     risiko, fuzzy logic mamdani.

    PENDAHULUAN

    Data terbaru menurut Organisasi Kesehatan Dunia

    (World Health Organization/WHO) menyebutkan bahwa

     jumlah perokok Indonesia terbanyak ketiga di seluruhdunia [1]. Fakta tersebut membuat meningkatnya tingkat

    risiko seseorang terjangkit penyakit yang diakibatkan

    rokok, salah satunya yaitu penyakit paru-paru obstruktif

    kronis. Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) adalah

    istilah medis untuk   bronkitis kronis dan  emfisema  yang

    menyulitkan pernafasan. Penyebab utama PPOK adalah

    rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas

     berbahaya. Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah:

    sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, denganriwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai dengan

     pemeriksaan faal paru. Indikator diagnosis PPOK adalah

     penderita di atas usia 40 tahun, dengan sesak napas yang

     progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk

    kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok,

    asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau

    rumah.

    Faktanya, penyakit paru kronis ini adalah masalah

    kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian nomor

    empat di Indonesia pada tahun 2010 menurut Organisasi

    Kesehatan Dunia (WHO) [2]. Hal itu tidak lepas dari

    kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi rokok

    yang merupakan penyebab utama penyakit ini. PosisiIndonesia masih teratas karena dipicu pertumbuhan

     perokok baru di kalangan generasi muda Indonesia yang

    tercepat di dunia.

    Saat ini, penggunaan teknologi komputer di area

    diagnosis kedokteran, pengobatan penyakit dan pelayanan

     pasien telah sangat meningkat. Terlepas dari kenyataan

     penggunaan komputer pada bidang tersebut, dimana

    memiliki kompleksitas dan ketidakpastian yang sangat

    tinggi. Penggunaan sistem komputasi cerdas seperti logika

     fuzzy,  jaringan syaraf tiruan dan algoritma genetika telah

     banyak dikembangkan [3].

    Memiliki beberapa faktor untuk menganalisis danmendiagnosis penyakit paru-paru obstruktif kronis pada

     pasien membuat pekerjaan dokter menjadi sulit. Jadi, ahli

    memerlukan sistem yang akurat yang mempertimbangkan

    risiko faktor-faktor ini dan menunjukkan hasil tertentu

    dalam rentang yang pasti. Termotivasi oleh kebutuhan

    tersebut, diperlukan sebuah sistem pakar yang dapat

    menjelaskan proses pemodelan konsep medis sebagai

     pemetaan dari dunia nyata konsep medis ke model

    komputasi [4].

    Konsep sistem pakar logika  fuzzy sangat fleksibel dan

    mempunyai toleransi terhadap data-data yang tidak tepat

    serta didasarkan pada bahasa alam. Logika  fuzzy  dapat

    memodelkan relevansi dari beberapa penyebab penyakit

     paru-paru obstruktif kronis yang bermacam–macam

    sehingga dapat meminimalkan efek dari berbagai

    ketidakpastian yang dapat terjadi. Pada dunia medis,

    DETEKSI PENYAKIT PARU-PARU

    OBSTRUKTIF KRONIS MENGGUNAKAN

    METODE FUZZY : STUDI KASUS DI RUMAH

    SAKIT XYZ Muhammad Reza Budiman, Arif Djunaidy, Retno Aulia Vinarti

    Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

    E-mail: [email protected]

  • 8/17/2019 DD062d01

    2/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

    metode fuzzy sudah pernah digunakan oleh peneliti–peneliti

    atau beberapa ilmuwan dalam mengatasi berbagai

    masalah–masalah yang komplek, beberapa diantaranya

    seperti Diagnosa penyakit jantung [3] dan Manajemen

    kanker payudara [5]. Logika  fuzzy telah menjadi area riset

    yang mengagumkan karena kemampuannya dalam

    menjembatani bahasa mesin yang serba presisi dengan

     bahasa manusia yang cenderung tidak presisi yaitu dengan

    menekankan pada makna atau arti (significance). Sistem

     pakar dibuat hanya pada domain pengetahuan tertentu

    untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati

    kemampuan manusia di salah satu bidang saja. Pada

    dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung

    aktivitas pemecahan masalah seperti pembuatan keputusan

    (decision making), pemaduan pengetahuan (knowledge

    fusing), pembuatan desain (designing), perencanaan

    (planning) dan perakiraan (forecasting).

    Pembuatan deteksi dini penyakit paru-paru obstruktif

    kronis ini diimplementasikan pada bahasa pemrograman

     java dengan bantuan library JfuzzyLogic.  Library  ini akan

    membantu menjalankan proses logika  fuzzy  pada sistemdeteksi dini penyakit ini.

    Hasil keputusan sistem deteksi dini ini diharapkan

    dapat menjadi metode alternatif dalam mendiagnosis risiko

    terkena penyakit paru-paru obstruktif kronis. Sedangkan

     bagi para ahli, sistem deteksi dini ini dapat digunakan

    sebagai asisten yang berpengalaman.

    Paper ini akan membahas pengimplementasian sistem

    dan analisis hasil menerapkan metode logika  fuzzy dalam

    mendeteksi dini risiko terkena penyakit paru-paru

    obstruktif kronis. Analisis pada paper ini berdasarkan

     beberapa literatur dan hasil uji coba program.

    I. 

    METODE

    Berikut ini adalah gambar metodologi tugas akhir yang

    digunakan.

    Gambar 1 Diagram Alur Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir

     A.  Sistem Fuzzy

    Pada bagian ini menunjukkan proses logika  fuzzy 

    meliputi fuzzifikasi, aplikasi fungsi implikasi, komposisi

    aturan logika fuzzy kemudian proses defuzzifikasi.

    i. 

    Tahap pembentukan himpunan fuzzy ( fuzzification)

    Fuzzifikasi adalah suatu proses untuk mengubah suatu

    masukan dari bentuk tegas (crisp) menjadi  fuzzy 

    (variabel linguistik) yang biasanya disajikan dalam

     bentuk himpunan-himpunan  fuzzy  dengan suatu

    fungsi kenggotaannya masing-masing. Pada Metode

    Mamdani, baik variabel masukan maupun variabel

    keluaran dibagi menjadi satu atau lebih himpunan

     fuzzy.

    ii.  Aplikasi Fungsi Implikasi

    Fungsi implikasi yang digunakan yaitu fungsi Min.

    Fungsi Min ini akan memotong keluaran himpunan

     fuzzy.

    iii. 

    Komposisi Aturan

    Tidak seperti penalaran monoton, apabila sistem

    terdiri-dari beberapa aturan, maka inferensi diperoleh

    dari kumpulan dan korelasi antar aturan. Ada tiga

    metode yang digunakan dalam melakukan inferensi

    sistem fuzzy, yaitu: max, additive dan probabilistik OR

    (probor). Pada tahapan komposisi aturan, metode yang

    digunakan adalah metode max. Pada metode ini,

    solusi himpunan  fuzzy  diperoleh dengan cara

    mengambil nilai maksimum aturan, kemudian

    menggunakannya untuk memodifikasi daerah  fuzzy 

    dan mengaplikasikannya ke keluaran dengan

    menggunakan operator OR (union). Jika semua

     proposisi telah dievaluasi, maka keluaran akan berisi

    suatu himpunan  fuzzy yang merefleksikan konstribusidari tiap-tiap proposisi. Apabila digunakan fungsi

    implikasi MIN, maka metode komposisi ini sering

    disebut dengan nama MAX-MIN atau MIN-MAX

    atau MAMDANI. iv.

     

    Tahap penegasan (defuzzification)

    Masukan dari proses defuzzifikasi adalah suatu

    himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-

    aturan  fuzzy, sedangkan keluaran yang dihasilkan

    merupakan suatu bilangan pada domain himpunan

     fuzzy  tersebut. Metode yang digunakan dalam bagian

    ini adalah metode centroid. Metode centroid adalah

    metode yang dipergunakan untuk menentukan titikkeseimbangan dari grafik yang merupakan hasil dari

     proses pengolahan data dengan menggunakan

    operator fuzzy. Pada metode ini, solusi crisp diperoleh

    dengan cara mengambil titik pusat (z*) daerah  fuzzy.

    Metode centroid ini banyak digunakan karena nilai

    yang didapatkan lebih halus dan relatif adil

    dibandingkan metode lainnya yaitu, bisector, MOM,

    SOM dan LOM. Secara umum metode centroid  

    dirumuskan sebagai berikut:

    II. 

    DESAIN SISTEM

    Dalam bagian ini, dijelaskan desain data dan logika fuzzy

    dalam proses pengambilan keputusan status risiko terkena

     penyakit paru-paru obstruktif kronis. Desain dijelaskan

    mengenai perancangan fungsi keanggotaan.

    A.  Variabel Masukan

    Variabel masukan merupakan variabel-variabel yang

    akan menjadi masukan sebuah sistem. Variabel-variabel ini

  • 8/17/2019 DD062d01

    3/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

    yang akan berperan penting dalam proses logika  fuzzy

    dalam mendeteksi dini risiko terkena penyakit paru-paru

    obstruktif kronis. Ada 9 variabel yang digunakan yaitu

    derajat berat merokok, faktor genetik, sosioekonomik,

     paparan okupasional, usia, penyakit paru penyerta lain,

     jenis kelamin.

    1) 

    Derajat Berat Merokok

    Variabel fungsi derajat berat merokok memiliki tiga

    nilai yaitu status ringan (status1), status sedang (status2),

    dan status berat (status3). Pendekatan fungsi yang

    digunakan untuk merumuskan fungsi genetik ini adalah

    fungsi kontinu karena merupakan variabel kontinu. Bentuk

    model fungsi keanggotaan derajat berat merokok sesuai

    dengan tabel 1 dan gambar 2.

    Tabel 1 Fuzzy Set  untuk Variabel Derajat Berat Merokok

    Input Range Fuzzy set

    Derajat

    Berat

    Merokok

    < 200 Ringan

    150-600 Sedang

    > 550 Berat

    Gambar 2 Fungsi Keanggotaan Derajat Berat Merokok

    2) 

    Genetik

    Variabel faktor genetik memiliki dua nilai yaitu ada

    riwayat keluarga dan tidak ada riwayat keluarga.Pendekatan fungsi yang digunakan untuk merumuskan

    fungsi genetik ini adalah fungsi singleton karena

    merupakan variabel diskrit. Nilai 1 diberikan kepada nilai

    tidak ada riwayat bawaan keluarga dan 2 untuk nilai ada

    riwayat bawaan keluarga dengan nilai keanggotaannya

    sesuai tabel 2 dan gambar 3.

    Tabel 2 Fuzzy Set  untuk Variabel Genetik

    Input Range Fuzzy set

    Genetik1 Tidak ada riwayat keluarga

    2 Ada riwayat kelurga

    Gambar 3 Fungsi Keanggotaan Genetik

    3) 

    Sosioekonomik

    Variabel fungsi status sosioekonomik memiliki dua nilai

    yaitu tingkat rendah dan tingkat baik. Pendekatan fungsi

    yang digunakan untuk merumuskan fungsi sosioekonomikyaitu fungsi singleton. Nilai 1 diberikan kepada tingkat

    rendah dan 2 untuk tingkat baik dengan nilai

    keanggotaannya sesuai tabel 3 dan gambar 4.

    Tabel 3 Fuzzy Set  untuk Variabel Status Sosioekonomik

    Input Range Fuzzy set

    Sosioekonomik1 Status Baik

    2 Status Rendah

    Gambar 4 Fungsi Keanggotaan Status Sosioekonomik  

    4) 

    Paparan Okupasional

    Variabel fungsi paparan okupasional memiliki tiga nilai

    yaitu tidak pernah terpapar, jarang terpapar, dan sering

    terpapar. Pendekatan fungsi yang digunakan untuk

    merumuskan fungsi ini adalah fungsi singleton karena

    merupakan variabel diskrit. Nilai 1 diberikan kepada tidak

     pernah terpapar, 2 untuk terpapar dengan nilai

    keanggotaannya sesuai dengan tabel 4 dan gambar 5.

    Tabel 4 Fuzzy Set  untuk Variabel Paparan Okupasional

    Input Range Fuzzy set

    Paparan

    Okupasional

    1 Tidak pernah terpapar

    2 Pernah terpapar

    Gambar 5 Fungsi Keanggotaan Paparan Okupasional 

    5) 

    Usia

    Variabel faktor usia memiliki tiga nilai yaitu usia < 40

    tahun (usia1), usia antara 40-60 tahun (usia2), dan usia >

    60 tahun (usia3). Pendekatan fungsi yang digunakan untuk

    merumuskan fungsi genetik ini adalah fungsi kontinu

    sesuai tabel 5 dan gambar 6.

    Tabel 5 Fuzzy Set  untuk Variabel usia

    Input Range Fuzzy set

    Usia

    < 40 Muda (usia1)

    35 - 60 Paruh baya (usia2)

    > 55 Tua (usia3)

    Gambar 6 Fungsi Keanggotaan Usia 

    6) 

    Penyakit Paru penyerta lain

    Variabel fungsi penyakit paru penyerta lain memiliki

    dua nilai yaitu ada penyakit dan tidak ada penyakit.

    Pendekatan fungsi yang digunakan untuk merumuskan

  • 8/17/2019 DD062d01

    4/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

    fungsi ini adalah fungsi singleton. Nilai 1 diberikan kepada

    nilai tidak ada penyakit dan 2 untuk nilai ada penyakit

    dengan nilai keanggotaannya sesuai dengan tabel 6 dan

    gambar 7.

    Tabel 6 Fuzzy Set  untuk Variabel Penyakit Paru lain

    Input Range Fuzzy set

    Penyakit

     paru lain

    1 Ada penyakit lain

    2 Tidak ada penyakit

    Gambar 7 Fungsi Keanggotaan Penyakit paru lain

    7) 

    Jenis Kelamin

    Menurut studi kasus yang sering ditemukan, laki-laki

    lebih berisiko terkena penyaki ini dibandingkan denganwanita. Variabel fungsi jenis kelamin memiliki dua nilai

    yaitu ada laki-laki dan perempuan. Pendekatan fungsi yang

    digunakan untuk merumuskan fungsi ini adalah fungsi

    singleton. Nilai 1 diberikan kepada perempuan dan 2 untuk

    laki-laki dengan nilai keanggotaannya sesuai dengan tabel

    7 dan gambar 8.

    Tabel 7 Fuzzy Set Untuk Variabel Jenis Kelamin

    Input Range Fuzzy set

    Jenis

    Kelamin

    1 Perempuan

    2 Laki-laki

    Gambar 8 Fungsi Keanggotaan Jenis Kelamin 

    B.  Variabel Keluaran

    Tujuan dari sistem ini adalah mengidentifikasi status

    risiko seseorang terkena penyakit paru-paru obstruktif

    kronis. Variabel keluaran mempunyai rentang antara 0-2

    yang mempresentasikan risiko rendah, risiko sedang dan

    risiko tinggi. Fungsi keanggotaan yang digunakan adalah

    fungsi segitiga. Fungsi keanggotaan dapat dilihat pada

    tabel 8 dan gambar 9.

    Tabel 8 Fuzzy Set  untuk output  variabel

    Input Range Fuzzy set

    Status

    risiko

    0 – 0.7 Rendah

    0.5 – 1.5 Sedang

    1 – 2 Tinggi

    Gambar 9 Fungsi keanggotaan variabel keluaran

    C.   Aturan Fuzzy

    Aturan  fuzzy  merupakan bagian utama dalam sistem

    inferensi fuzzy dan kualitas hasil dalam sistem fuzzy

    tergantung pada  fuzzy rule (aturan-aturan fuzzy).

    Perumusan dan pendefinisian aturan ini digunakan untuk

    menggambarkan kenyataan yang ada di dunia kedokteran.

    Aturan ini didapatkan dari hasil pengolahan data dan

    kemudian dilakukan proses konsultasi dan gagasan dari

     pakar (dokter), sehingga aturan yang didapat mampu

    memberikan hasil yang tepat dalam menentukan tingkat

    risiko penyakit paru-paru obstruktif kronis. Aturan-aturan fuzzy yang telah dirumuskan

  • 8/17/2019 DD062d01

    5/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

    Gambar 10 Aturan Fuzzy

     D.   Defuzzifikasi

    Proses defuzzifikasi ini merupakan proses pengubahan

     besaran fuzzy yang disajikan dalam bentuk himpunan-himpunan fuzzy keluaran dengan fungsi keanggotaannya

    untuk mendapatkan kembali bentuk tegasnya. Metode yang

    digunakan pada proses defuzzifikasi ini adalah metode

    centroid atau biasa dinamakan Center Of Gravity  (COG).

    Metode COG yang digunakan akan menentukan titik

    keseimbangan dari grafik yang merupakan hasil dari proses

     pengolahan data sebelumnya. Pada metode ini, solusi crisp 

    diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah grafik

     fuzzy variabel keluaran.

    III. 

    PEMBUATAN APLIKASI 

     A. 

     Desain Aplikasi

    Desain aplikasi ini menggambarkan desain sistem yang

     perlu dibuat, antara lain use case, activity diagram, dan

    sequence diagram. Pada pembuatan desain aplikasi ini,

    terdapat dua use case yang bisa dilakukan oleh aktor yaitu

    input gejala dan menampilkan hasil diagnosis seperti pada

    gambar 11.

    Gambar 11 Use Case

    Setelah pembuatan use case, selanjutnya dilakukan

     pembuatan activity diagram. Gambar 4.10 menjelaskan

    activity diagram  dari aktivitas memasukkan data gejala.

    Proses sesuai gambar 12.

    Gambar 12 Activity Diagram

    Setelah pembuatan use case  dan activity diagram,

    selanjutnya dilakukan pembuatan sequence diagram.

    Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di

    dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display,

    dan sebagainya) berupa pesan yang digambarkan terhadap

    waktu. Interaksi yang ada sesuai gambar 13.

    Gambar 13 Sequence Diagram

     B.   Implementasi Aplikasi

    Fuzzy Control Language  atau biasa disingkat FCL

    merupakan bahasa yang sederhana untuk menentukan

    sistem inferensi  fuzzy. FCL juga merupakan bahasa yang

    digunakan untuk mengimplementasikan algoritma  fuzzy

    logic. Implementasi ini dilakukan untuk membuat

    algoritma  fuzzy logic  yang telah dirumuskan dapat

    dijalankan pada aplikasi. Tahap dari implementasi FCL

    untuk tugas akhir ini yaitu definisi fungsi dan variabel,

    definisi fungsi keanggotaan variable masukan, definisi

    fungsi keanggotaan variabel keluaran dan defuzzifikasi,

    dan definisi aturan fuzzy.

    C.   Implementasi Antar-muka

    Setelah dilakukan pembuatan use case, activity diagram,

    dan sequence diagram, selanjutnya dilakukan

    implementasi. Implementasi merupakan proses pengubahan

    sistem yang telah dirancang kemudian diterapkan dalam

     program. Pada tahap ini digunakan dengan menuliskan scriptdan pembuatan antar muka aplikasi. Aplikasi yang dibuat ini

    memiliki tampilan antarmuka seperti gambar.

  • 8/17/2019 DD062d01

    6/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

    Gambar 14 Antar-muka Aplikasi

     D.   Implementasi Proses Menampilkan Hasil

    Untuk melihat hasil dari aplikasi, perlu dilakukan

    implementasi proses untuk menampilkan hasil diagnosis.

    Implementasi ini berisian kode program untuk memproses

    dan menjalankan sistem fuzzy. Program proses ini berisikan

    koneksi dengan file FCL, inisiasi masukan dan keluaran,

    dan kode untuk menampilkan grafik hasil diagnosis.

    IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis hasil program berdasarkan hasil perhitungan

     presisi, recall dan akurasi  yang dilakukan aplikasi Java

    desktop. Presisi dapat diartikan sebagai kepersisan atau

    kecocokan (antara permintaan informasi dengan jawaban

    terhadap permintaan itu).

     Recall adalah proporsi jumlah dokumen yang dapat

    ditemukan kembali oleh sebuah proses pencarian. Akurasi 

    adalah proporsi jumlah prediksi yang tepat, dengan kata

    lain adalah tingkat kedekatan pengukuran kuantitas

    terhadap nilai yang sebenarnya. Pada tabel 9 hasil

     perhitungan status risiko tinggi, sedang dan rendah berdasarkan ketiga perhitungan tersebut.

    Tabel 9 Hasil perhitungan Presisi, Recall, dan Akurasi

    Jenis penilaian/ Status risikoppok

    Tinggi  Sedang  Rendah 

    presisi  94,44%  78,94% 83,33%

    recall   94,44%  83,33% 76,92%

    Akurasi  95,9% 85,71% 89,79%

    Adapun rangkuman perhitungannya adalah sebagai berikut

    :

    1. 

    Dari hasil perhitungan, presisi “tinggi” bernilai paling baik yaitu sebesar 94,44%, kemudian presisi “rendah”

    sebesar 83,33% dan yang paling kecil adalah presisi

    “sedang” yaitu sebesar 78,94%. 

    2. 

    Untuk perbandingan tingkat presisi, presisi status tinggi

    lebih dominan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

    data yang tidak misses  pada status tinggi paling

    dominan. 

    3. 

    Dari hasil perhitungan  recall  , recall “tinggi” bernilai

     paling baik yaitu sebesar 94,44%, kemudian recall

    “sedang” sebesar 83,33% dan yang paling kecil adalah

    recall “rendah” yaitu sebesar 76,92%. 

    4. 

    Untuk perbandingan tingkat recall, recall status tinggimemiliki nilai recall yang paling tinggi. Hal ini

    menunjukkan bahwa bahwa tingkat data yang tidak

    noise pada status tinggi adalah yang paling tinggi. 

    5. 

    Dari hasil perhitungan tingkat akurasi, akurasi “tinggi”

     bernilai paling baik yaitu sebesar 95,9%, kemudian

    akurasi “rendah” sebesar 89,79% dan yang paling kecil

    adalah akurasi “sedang” yaitu sebesar 85,71%. 

    V. 

    KESIMPULAN

    Kesimpulan yang dapat diambil setelah mengerjakan

    Tugas Akhir ini adalah bahwa aplikasi pendeteksi tingkatrisiko paru-paru obstruktif kronis ini telah dikembangkan

    dan disesuaikan dengan model fuzzy yang telah didesain

    sesuai gejala dan data yang didapat dari Rumah Sakit XYZ

    telah mampu menghasilkan hasil prediksi yang baik dan

    dinilai dapat merepresentasikan data dan gejala untuk

    mendeteksi tingkat risiko penyakit pada Rumah Sakit XYZ,

    hal ini didukung dengan tingkat kebenaran klasifikasi yaitu

    sebesar 85,71%.

    DAFTAR  PUSTAKA

    [1]  AntaraNews,2012,  Jumlah perokok Indonesia terbanyak ketiga di

    dunia, http://www.antaranews.com/berita/313477/jumlah-perokok-

    indonesia-terbanyak-ketiga-di-dunia, diakses tanggal 30 September

    2012 

    [2]  MajalahKesehatan, 2011, PPOK : Penyakit mematikan Akibat Rokok ,

    http://majalahkesehatan.com/ppok-penyakit-mematikan-akibat-rokok/,

    diakses tanggal 29 September 2012

    [3]  Adeli, Ali dan Neshat, Mehdi, "A Fuzzy  Expert Sistem for Heart

    Disease Diagnosis",IMECS 2010. Vol. 1. 2010

    [4]  Kwiatkowska, Mila, Kielan, Krzysztof, "Fuzzy  logic and semiotic

    methods in modeling of medical concepts", SciVerse ScienceDirect.

    2012

    [5]  Saleh, Ahmed Abou Elfetouh, Barakat, Sherif Ebrahim, Awad, Ahmed

    Awad Ebrahim, "A Fuzzy Decision Support Sistem for Management of

    Breast Cancer", IJACSA. Vol. 2, No.3. 2011