data baruuuuu

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian ke 5 di seluruh dunia, Menurut WHO di prediksikan pada tahun 2020 akan menjadi penyebab kematian ke 3 di seluruh dunia. Data prevalensi PPOK pada populasi dewasa saat ini bervariasi pada setiap negara di seluruh dunia. Tahun 2000, prevalensi PPOK di Amerika dan Eropa berkisar 5 – 9% pada individu di atas 45 tahun. Data penelitian lain menunjukkan prevalensi PPOK bervariasi dari 7,8%-32,1% dibeberapa kota Amerika Latin. Prevalens PPOK di Asia Pasifik rata-rata 6,3% yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura dan tertinggi 6,7% di Vietnam, Indonesia sendiri pada penelitian COPD working group tahun 2002 di 12 negara Asia Pasifik menunjukkan estimasi prevalens PPOK Indonesia sebesar 5,6%. Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung disease (GOLD) 2009, PPOK adalah penyakit yang dapat di cegah dan di obati dengan efek ekstrapulmoner yang signifikan yang dapat menyebabkan berbagai derajat keparahan pada tiap pasien. PPOK merupakan panyakit yang memburuk secara lambat, dan obstruksi saluran nafas yang terjadi bersifat ireversibel oleh karena itu perlu dilakukan usaha diagnostik yang tepat, agar diagnosis

Upload: bee-daniel

Post on 18-Dec-2014

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Data Baruuuuu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit

penyebab kematian ke 5 di seluruh dunia, Menurut WHO di prediksikan pada tahun

2020 akan menjadi penyebab kematian ke 3 di seluruh dunia. Data prevalensi PPOK

pada populasi dewasa saat ini bervariasi pada setiap negara di seluruh dunia. Tahun

2000, prevalensi PPOK di Amerika dan Eropa berkisar 5 – 9% pada individu di atas

45 tahun. Data penelitian lain menunjukkan prevalensi PPOK bervariasi dari 7,8%-

32,1% dibeberapa kota Amerika Latin. Prevalens PPOK di Asia Pasifik rata-rata 6,3%

yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura dan tertinggi 6,7% di Vietnam,

Indonesia sendiri pada penelitian COPD working group tahun 2002 di 12 negara Asia

Pasifik menunjukkan estimasi prevalens PPOK Indonesia sebesar 5,6%.

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung disease (GOLD)

2009, PPOK adalah penyakit yang dapat di cegah dan di obati dengan efek

ekstrapulmoner yang signifikan yang dapat menyebabkan berbagai derajat keparahan

pada tiap pasien. PPOK merupakan panyakit yang memburuk secara lambat, dan

obstruksi saluran nafas yang terjadi bersifat ireversibel oleh karena itu perlu dilakukan

usaha diagnostik yang tepat, agar diagnosis yang lebih dini dapat ditegakkan bahkan

sebelum gejala dan keluhan muncul, sehingga progresivitas penyakit dapat dicegah

Prevalens PPOK diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan peningkatan

usia harapan hidup penduduk dunia yang berdampak pada jumlah anggota masyarakat

yang berusia lanjut lebih banyak. Serta pergeseran pola penyakit infeksi yang

menurun sedangkan penyakit degenerative meningkat, serta meningkatnya factor-

faktor lingkungan yang dapat mencetus timbulnya bermacam penyakit. Lingkungan

tersebut mencetus timbulnya suatu penyakit karena terjadi perubahan anatomik-

fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostatis

martial, kemudian dapat timbul homeostatis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling

akhir terjadi kematian sel. Salah satu factor lingkungan adalah industrialisasi,

kebiasaan merokok dan populasi udara, yang mana merokok merupakan salah satu

faktor risiko terbesar PPOK.

Page 2: Data Baruuuuu

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia dengan PPOK.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran PPOK (definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan

gejala, penatalaksanaan) pada lansia.

b. Mengetahui asuhan keperawatan PPOK pada lansia.

c. Mengetahui pengkajian fungsional pada penderita PPOK dengan

menggunakan indeks Katz

d. Mengetahui pengkajian mental pada penderita PPOK dengan

menggunakan SPMSQ dan MMSE.

1.3. Manfaat

a. Dapat memberikan informasi tentang penyakit PPOK

b. Dapat memberikan informasi tentang pengkajian status fungsional dan mental

menggunakan indeks Kartz, SPMSQ, dan MMSE pada pasien PPOK

c. Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan lansia dengan PPOK

Page 3: Data Baruuuuu

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau yang biasa di kenal dengan

COPD adalah penyakit paru yang dapat di cegah dan di obati dengan efek

ekstrapulmoner yang signifikan yang dapat menyebabkan berbagai derajat keparahan

pada tiap pasien, di tandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya

reversible, bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap

partikel atau gas yang beracun dan berbahaya, disetai efek ekstrapan yang

berkontribusi terhadap derajat berat penyakit. Ketiga penyakit yang membentuk satu

kesatuan yang di kenal dengan COPD adalah : bronchitis kronis, emfisema paru-paru

dan asthma bronchiale. Pada bronkitis kronik merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan batuk disertai dahak selama paling sedikit tiga bulan dalam dua tahun

berturut-turut, dan pada emfisema terjadi pelebaran rongga udara distal sampai

bronkiolus terminal disertai destruksi septa alveolar

Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan

gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh

adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam

masa observasi beberapa waktu

2.2. Etiologi

Keterbatasan aliran udara kronik yang khas pada PPOK disebabkan oleh suatu

campuran dari penyakit saluran napas kecil (bronkiolitis obstruktif) dan destruksi

parenkim (emfisema), dengan kontribusi relatif yang bervariasi pada setiap orang.

Inflamasi kronik menyebabkan perubahan struktural dan penyempitan saluran napas

kecil. Destruksi parenkim paru, juga oleh proses inflamasi, menyebabkan hilangnya

perlekatan alveolar pada saluran napas kecil dan menurunkan recoil elastis paru,

sebaliknya perubahan-perubahan ini mengurangi kemampuan saluran napas untuk

tetap terbuka selama ekspirasi. Keterbatasan aliran udara paling baik diukur dengan

spirometri

Page 4: Data Baruuuuu

Pada dasarnya etiologi penyakit ini belum di ketahui, penyakit ini di kaitkan

dengan factor-faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain :

a. Merokok yang berlangsung lama. Fator ini adalah factor penyebab yang di anggap

paling dominan.

b. Polusi udara

c. Infeksi paru yang berulang

d. Umur

e. Jenis kelamin

f. Defisiensi alfa-1 antitripsin

g. Defisiensi anti oksidan

2.3. Klasifikasi

Stage Karateristik

I. Mild COPD/

PPOK ringan

FEV1/FVC < 70%

FEV1 ≥ 80% prediksi dengan atau tanpa gejala

II. Moderate COPD/

PPOK sedang

FEV/1FVC < 70%

50% < FEV1 < 80% prediksi dengan atau tanpa gejala

III. Severe COPD/

PPOK berat

FEV1/FVC < 70%

30% < FEV1 < 50% prediksi dengan atau tanpa gejala

IV. Very severe

COPD/ PPOK

sangat berat

FEV1/FVP < 70%

FEV1 < 30% prediksi atau FEV1 < 50%

prediksi disertai gagal napas kronik atau gagal jantung kanan

2.4. Patofisiologi

2.5. Faktor Resiko

Disseluruh dunia, merokok merupakan faktor resiko yang paling umum untuk

PPOK, meskipun pada banyak negara, populasi udara yang di hasilkan dari

pembakaran kayu dan bahan bakar lain juga teridentifikasi sebagai faktor resiko

PPOK

2.5.1. Faktor genetik

2.5.2. Faktor

Page 5: Data Baruuuuu

Sebagaimana pemahaman tentang pentingnya faktor risiko untuk PPOK berkembang, begitu

pula dengan pengenalan bahwa semua faktor risiko PPOK secara esensial dihasilkan dari

interaksi antara gen dan lingkungan. Oleh karena itu, dua orang dengan riwayat merokok

yang sama, hanya satu orang yang dapat mengalami PPOK akibat dari perbedaan

predisposisi genetik terhadap penyakit, atau berapa lama mereka hidup.2

Sebanyak 85% hingga 90% pasien dengan PPOK memiliki riwayat merokok. Namun, hanya

15% dari perokok yang akan mengidap PPOK, mengindikasikan sepertinya terdapat faktor

konstitusional atau genetik yang menentukan risiko berkembangnya obstruksi saluran napas

pada seseorang.7

Defisiensi herediter berat α1-anti-trypsin merupakan satu-satunya faktor resiko terkait

genetik yang diketahui sampai saat ini.2,7,8 Pada masyarakat normal volume alfa-1 antitripsin

yaitu lebih dari 2,5 g/L. Defisiensi ini seringnya terjadi pada masyarakat di Eropa Utara.2

Alfa-1 antitripsin merupakan reaktan fase akut yang meningkat saat terjadi reaksi

peradangan dan pemberian estrogen. Integritas struktural elastin paru bergantung pada

antienzim ini, yaitu dengan melindungi paru dari protease yang dihasilkan leukosit.

Kurangnya alfa-1 antitripsin menyebabkan proteksi terhadap jaringan paru berkurang dan

terjadi peleburan dinding alveolus yang bersebelahan sehingga terjadi emfisema paru.2

Perkembangan emfisema panlobular dan berkurangnya fungsi paru yang cepat dan

prematur terjadi pada perokok dan bukan perokok dengan defisiensi berat α1-anti-

trypsin.2,7,8

Walaupun defisiensi α1-anti-trypsin relevan hanya dengan sedikit bagian populasi dunia, hal

itu tetap mengilustrasikan adanya interaksi antara gen dan paparan lingkungan yang

menyebabkan PPOK.2

2.4.2. Paparan Inhalasi

Setiap tipe partikel, tergantung pada ukuran dan komposisi, dapat mengkontribusi berat

risiko yang berbeda, dan total risiko akan bergantung pada integral paparan yang terinhalasi.

Dari banyaknya paparan inhalasi yang dapat ditemui selama hidup, hanya rokok tembakau,

debu okupasional, dan bahan kimia yang diketahui menyebabkan PPOK.2

Page 6: Data Baruuuuu

Angka kejadian dan kematian pada bronkitis kronis dan emfisema banyak dijumpai

pada daerah industri. Eksaserbasi pada bronkitis berhubungan dengan polusi dari

Sulfur dioksida (SO2).6

2.4.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Paru

Pertumbuhan paru berhubungan dengan proses-proses yang terjadi selama kehamilan,

kelahiran, dan paparan pada masa anak-anak. Berkurangnya pencapaian fungsi paru yang

maksimal dapat mengidentifikasi indiviu tersebut memiliki risiko yang meningkat terhadap

berkembangnya PPOK. Semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan paru selama

kehamilan dan masa anak-anak potensial dalam meningkatkan risiko seseorang mengalami

PPOK. Sebagai contoh, suatu studi mengkonfirmasi hubungan positif antara berat lahir dan

FEV1 pada masa dewasa.2

2.4.4. Stress Oksidatif

Paru secara berkesinambungan terpapar pada oksidan yang dihasilkan baik secara

endogenos dari fagosit maupun secara eksogenos dari polutan udara atau rokok tembakau.2

Ketika keseimbangan antara oksidan dan antioksidan berubah, akan terjadi stress oksidatif.

Stress oksidatif tidak hanya menghasilkan efek membahayakan secara langsung pada paru

tetapi juga mengaktivasi mekanisme molekuler yang menginisiasi inflamasi paru.2

2.4.5. Jenis Kelamin

Peranan jenis kelamin dalam menentukan risiko PPOK masih tidak jelas. Dahulu, kebanyakan

penelitian menunjukkan bahwa prevalensi dan mortalitas PPOK lebih besar pada laki-laki

dibanding perempuan. Penelitian dari negara maju menunjukkan bahwa prevalensi PPOK

sekarang ini hampir sama antara laki-laki dan perempuan, yang kemungkinan merefleksikan

perubahan pola merokok tembakau. Beberapa penelitian menganggap bahwa perempuan

lebih mungkin terkena efek rokok tembakau daripada laki-laki.2

2.4.6 Infeksi

Page 7: Data Baruuuuu

Infeksi dapat berkontribusi pada ptogenesis dan progresi PPOK, dan kolonisasi bakteri

berhubungan dengan inflamasi saluran udara, dan memiliki peran yang signifikan dalam

eksaserbasi. Riwayat infeksi saluran napas semasa kecil berhubungan dengan berkurangnya

fungsi paru dan meningkatkan gejala-gejala respiratori pada masa dewasa. Mungkin ada

peningkatan diagnosis infeksi berat pada anak yang memiliki penyakit dasar hiperesponsif

saluran napas, yang dianggap sebagai faktor risiko untuk PPOK. Infeksi HIV mempercepat

onset emfisema yang berhubungan dengan rokok. Inflamasi paru yang diinduksi HIV

memiliki peran dalam proses tersebut. Riwayat tuberkulosis diketahui berhubungan dengan

obstruksi saluran napas pada orang dewasa berusia lebih dari 40 tahun.2

2.4.7. Status Sosial Ekonomi

Terdapat bukti bahwa risiko berkembangnya PPOK berhubungan secara terbalik dengan

status sosial ekonomi. Hal itu masih tidak jelas, bagaimanapun, jika pola ini merefleksikan

keterpaparan terhadap polutan udara indoor dan outdoor, kepadatan, nutrisi buruk, atau

faktor lain yang berhubungan dengan status sosial ekonomi rendah.2

2.4.8. Nutrisi

Peranan nutrisi sebagai faktor risiko independen untuk PPOK tidak jelas. Malnutrisi dan

penurunan berat badan dapat menurunkan kekuatan dan ketahanan otot pernapasan,

melalui mengurangi massa otot pernapasan dan kekuatan serat otot yang tersisa. Hubungan

kelaparan dan status anabolik/katablik dengan perkembangan emfisema telah terbukti

dalam penelitian eksperimental pada hewan. CT scan paru pada perempuandengan

malnutrisi kronik akibat anorexia nervosa menunjukkan perubahan mirip emfisema.2

2.4.9. Asma

Asma mungkin merupakan faktor risiko bagi PPOK, walaupun buktinya tidak konklusif. Dalam

suatu laporan kohor longitudinal dari Tucson Epidemiological Study of Airway Obstructive

Disease, orang dewasa dengan asma ditemukan memiliki risiko 12 kali lipat lebih tinggi

mendapat PPOK daripada orang yang tidak menderita asma. Penelitian longitudinal lain pada

Page 8: Data Baruuuuu

orang denan asma menemukan bahwa sekitar 20% subjek menunjukkan tanda-tanda

fungsional PPOK, keterbatasan aliran udara irreversibel, dan koefisien transfer menurun.2

2.6. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

a. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).

b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

a. Kelemahan badan

b. Batuk

c. Sesak napas

d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

e. Mengi atau wheezing

f. Ekspirasi yang memanjang

g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut

h. Penggunaan otot bantu pernapasan

i. Suara napas melemah

j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

k. Edema kaki, asites dan jari tabuh

Lampiran Patofisiologi

-Merokok -Polusi udara- Infeksi paru yang berulang -Jenis kelamin

Page 9: Data Baruuuuu

Iritasi bronkus

bronkospasme

Obstruksi saluran nafas yang reversibel

Paralisis silia

Stastis mukus

Infeksi kuman(Sekunder)

Iritasi bronkus

Hipertrofi & hiperplasi kelenjar mukus

Mukus

Erosi epitel, pembentukan jaringan parut, metaplasi skuamosa serta penebalan mukosa

Page 10: Data Baruuuuu

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Kasus

Tn. D asal desa Tanggul Jahe Rt 04 Rw 01 Malang, usia 70 tahun, masuk rumah sakit

Ben Buyar diantarkan anaknya tanggal 30 Desember 2012 karena sesak nafas yang

terus menerus. Keadaan umum, mimik klien cemas, lemah dan gelisah tetapi klien

masih bisa di ajak bicara. Keluarga mengatakan “Tn. D batuk terus menerus terutama

pada malam hari dan terdengar bunyi ngik-ngik ,sehingga menyebabkan beliau susah

tidur, beliau juga sering merokok ketika dirumah, padahal sudah di tegur untuk

berhenti”. Tn. D semakin sering merokok sejak istrinya meninggal 7 tahun yang lalu.

Selain itu keluarga mengatakan klien tidak nafsu makan selama di rumah. Pada

pemeriksaan fisik di dapatkan BB : 50 kg, TB: 167 cm, N: 88x/menit, TD:

140/110mmHg, RR: 30x/menit, T: 37.5°C Adanya nafas pendek (dispnea) dan

terdengar ronki di paru kanan. Bentuk dada tampak seperti tong (Barrel Chest). Klien

mengatakan pernah terkena bronkitis 5 tahun yang lalu. pada pemeriksaaan penunjang di

peroleh PH 7.1, PO2 75 mmHg, Pco2 48 mmHg, leukosit 11,8x10^3/UL. Sputum (+)

Obstuksi permanen

Page 11: Data Baruuuuu

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian

IV.1.1. Pengkajian Riwayat

a. Nama : Tn. D

b. Umur : 70 tahun

c. Alamat : Desa Tanggul Jahe Rt 04 Rw 01 Malang

d. Jenis kelamin : pria

e. Suku : -

f. Agama : -

g. Status perkawinan : duda

h. Pendidikan : -

i. Penanggung jawab : anak Tn D

IV.1.2. Pengkajian Psikogerontik

IV.1.2.1. Masalah Emosional

Pertanyaan tahap 1

a. Apakah klien mengalami sukar tidur? Iya, karena klien batuk

terus-menerus terutama pada malam hari.

b. Apakah klien merasa gelisah ? Iya, karena klien sesak nafas dan

tidak tahu cara mengatasinya

c. Apakah klien murung atau menangis sendiri? Tidak

d. Apakah klien sering was-was atau kawatir ? Tidak

Pertanyaan tahap 2

a. Apa keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam

1 bulan terakhir? Tidak

b. Apa ada masalah atau banyak fikiran? Tidak

c. Apa ada gangguan atau masalah dengan orang lain? Tidak

Page 12: Data Baruuuuu

d. Apa menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?

Tidak

e. Apa cenderung mengurung diri? Tidak

IV.1.2.2. Tingkat Kerusakan Intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status

Quessioner)

Benar Salah No. Pertanyaan

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apa sekarang ?

3. Apa nama tempat ini?

4. Dimana alamat anda?

5. Berapa umur anda?

6. Kapan anda lahir?

7. Siapa presiden Indoneseia saat ini?

8. Siapa nama Presiden Indonesia sebelumnya?

9. Siapa nama ibu anda?

10. Kurangi 3 dari 20 dan terus kurangi 3 dari

masing-masing hasil angkanya sampai habis!

Total 6

Interpretasi

Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat

IV.1.2.3. Identifikasi Aspek Kognitif

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

Aspek

kognitif

Nilai

max.

Nilai

klien

Kriteria

Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar (tahun,

musim, tanggal, hari, bulan) sekarang

Page 13: Data Baruuuuu

5 4 Dimana kita sekarang berada? (negara,

kota, RS, lantai)

Registrasi 3 2 Anda menyebutkan 3 nama objek

(kursi, meja, kertas) kemudian minta

klien mengulangnya setelah anda tanya

Perhatian

dan

kalkulasi

5 1 Minta klien berhitung mulai dari 100,

kemudian di kurangi 7 dan hentikan

setelah jawaban ke 5 atau sebagai

alternatif pengganti, eja kata “DUNIA”

dari belakang ke depan

Mengingat 3 2 Minta klien menyebutkan benda-benda

yang disebutkan pada poin registrasi

Bahasa 2 2 Menanyakan pada klien tentang benda

(sambil menunjukkan benda)

1 1 Minta klien untuk mengulangi kata

“tak ada jika, dan, atau, tetapi”

3 2 Minta klien untuk mengikuti perintah

3 langkah : “ambil secarik kertas

dengan tangan kanan anda, lipat

menjadi dua, dan taruh di lantai”

1 1 Perintah klien untuk melakukan hal

berikut (baca dan ikuti perintah ini

“tutup mata anda”)

1 0 Perintah klien untuk menulis satu

kalimat

1 1 Perintah klien untuk menyalin gambar

Total 30 20

IV.1.3. Pengkajian ADL

No. Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan

1. Makan

Page 14: Data Baruuuuu

2. Minum

3. Berpindah dari kursi roda ke

tempat tidur dan sebaliknya,

termasuk duduk di tempat tidur

4. Kebersihan diri mencuci muka,

menyisir rambut dan menggosok

gigi

5. Mandi

6. Berjalan di permukaan datar

7. Naik turun tangga

8. Berpakaian

9. Mengontrol defekasi

10. Mengontrol berkemih

Total 80 Ketergantung

an moderat

Penilaian

0-20 : ketergantungan penuh

21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung

62-90 : ketergantungan moderat

91-99 : ketergantungan ringan

100 : mandiri

IV.1.4. Pengkajian Posisi dan Keseimbangan

No. Tes koordinasi Keterangan Nilai

1. Berdiri dengan postur normal 4

2. Berdiri dengan postur normal, menutup mata 4

3. Berdiri dengan kaki rapat 4

4. Berdiri dengan satu kaki 3

5. Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral 2

6. Berdiri, lateral, dan fleksi trunk 2

7. Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki di

depan jari kaki yang lain

2

Page 15: Data Baruuuuu

8. Berjalan sepanjang garis lurus 3

9. Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 3

10. Berjalan menyamping 4

11. Berjalan mundur 4

12. Berjalan mengikuti lingkaran 4

13. Berjalan pada tumit 3

14. Berjalan dengan ujung kaki 3

Jumlah 45

Keterangan

4 : mampu melakukan aktivitas dengan lengkap

3 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan

2 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

1 : tidak mampu melakukan aktivitas

Nilai

42-54 : mampu melakukan aktivitas

28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan

14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal

14 : tidak mampu melakukan

4.2. Pemeriksaan Fisik

4.2.1. Keadaan umum

Tingkat kesadaran : compos mentis

GCS : 4-5-6

TTV : N: 88x/menit

TD: 140/110mmHg

RR: 30x/menit

T: 37.5°C.

BB & TB : BB : 50 kg & TB : 167 cm

Keluhan : sesak nafas

4.2.2. Head To Toe

a. Kepala

Page 16: Data Baruuuuu

Warna : hitam/beruban/campuran

Kebersihan : bersih/kotor

Distribusi : jarang/lebat/sedang

Kerontokan Rambut : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan : gatal-gatal

b. Mata

Bentuk : simetris/asimetris

Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak

Strabismus : ya/tidak

Penglihatan : kabur/terang

Peradangan : ya/tidak

Katarak : ya/tidak

Penggunaan kaca mata : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan : tidak bisa melihat dengan jelas/kabur

c. Hidung

Bentuk : simetris/asimetris

Peradangan : ya/tidak

Penciuman : terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan :

Keluhan lain : ya/tidak

Jika ya, jelaskan :

d. Mulut dan Tenggorokan

Kebersihan : baik/buruk/sedang

Mukosa : kering/lembab

Peradangan/stomatitis : ya/tidak

Gigi : caries/tidak, ompong : ya/tidak

Radang gusi : ya/tidak

Kesulitan mengunyah : ya/tidak

Kesulitan menelan : ya/tidak

e. Telinga

Bentuk : simetris/asimetris

Page 17: Data Baruuuuu

Kebersihan : baik/buruk/sedang

Peradangan : ya/tidak

Pendengaran : terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan : tidak bisa mendengar dengan jelas

Keluhan lain : ya/tidak

Jika ya, jelaskan : -

f. Leher

Posisi trachea : simetris/asimetris

Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak

JVD : ya/tidak

Kaku kuduk : ya/tidak

g. Dada

Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest

Retraksi : ya/tidak

Suara nafas : vesikuler/tidak

Wheezing : ya/tidak

Ronchi : ya/tidak

Suara jantung tambahan : ada/tidak

Ictus cordis : ICS 5

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan :

h. Abdomen

Bentuk : distended/flat/lainnya

Nyeri tekan : ya/tidak

Kembung : ya/tidak

Supel : ya/tidak

Bising usus : ada/tidak, frekwensi :15 X/menit

Massa : ya/tidak di regio :

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan :

i. Genetalia

Kebersihan : baik/tidak

Haemoroid : ya/tidak

Hernia : ya/tidak

Page 18: Data Baruuuuu

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan :

j. Ektermitas

Massa/tonus otot : 5 (skala 1-5)

Kekuatan otot

0 : lumpuh

1 : ada kontraksi

2 : melawan kontraksi

3 : melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan

4 : melawan grafitasi dengan tahanan sedikit

5 : melawan grafitasi dengan kekuatan maksimum

Postur tubuh : scoliosis/lordosis/kiposis

Gaya berjalan : gait/normal

Rentang gerak : maksimal/terbatas

Jelaskan : Klien bisa bergerak bebas

Deformitas : ya/tidak

Jelaskan :

Tremor : ya/tidak

Edema : ya/tidak, Jenis : pitting edema/tidak

Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis....

Nyeri persendian : ya/tidak

Paralysis : ya/tidak

Flebitis : ya/tidak

Klaudikasi : ya/tidak

Refleks

Kanan Kiri

Biceps + +

Triceps + +

Patela + +

Achiles + +

Page 19: Data Baruuuuu

Ket. :

Refleks + : normal

Rekleks - : menurun/meningkat

k. Integume

Kebersihan : baik/buruk/sedang

Warna : pucat/tidak

Kelembaban : kering/lembab

Lesi/luka : ya/tidak

Perubahan tekstur : ya/tidak

Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan

4.3. Analisa data

4.4. Diagnosa

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi

sputum

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit kronis.

e. Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurangnya informasi

4.5. Intervensi (NIC NOC)

Page 20: Data Baruuuuu

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

Page 21: Data Baruuuuu

DAFTAR PUSTAKA