cystitis pada kelinci dan ferret

Upload: navilla-y-afanin

Post on 16-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Tugas penyakit internal infeksius

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

Fungsi utama dari sistem urin meliputi: 1) ekskresi produk limbah metabolisme, 2) pemeliharaan lingkungan ekstraselular agar tetap konstan melalui ekskresi air dan elektrolit, 3) produksi hormon erythropoietin dan renin, yang mengatur hematopoiesis, tekanan darah , dan reabsorpsi natrium, dan 4) metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya (1,25-dihydroxycholecalciferol).

Banyak kelainan dari sistem urin yang dapat didiagnosis dari signalment dari hewan, riwayat dan temuan pemeriksaan fisik, profil kimiawi serum, urinalisis, dan kultur bakteri aerobikurin. Riwayat harus mencakup informasi mengenai perubahan konsumsi air, frekuensi buang air kecil, volume urin yang diproduksi, penampilan urin, dan perilaku hewan. Hal ini juga penting untuk memperoleh informasi tentang riwayat pemberian obat, nafsu makan, diet, perubahan berat badan, dan penyakit sebelumnya ataupun cedera yang pernah dialami. Salah satu kelainan dari sistem urinaria yang sering dijumpai yaitu cystitis.

TujuanMengetahui tentang pengertian, diagnosa, serta pengobatan pada ferret yang terkena cystitis dan beberapa hewan lain seperti musang dan kelinciManfaat

Memberi pemahaman tentang cystitis Memeberi informasi tentang diagnosis penyakit cystitis Memeberi pengertian pengobatan terhadap cystitis pada ferret terutama Mengetahui macam-macam diagnosis cystitis pada hewan selain ferret seperti musang dan kelinci.BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN CYSTITIS

Cystitis merupakan penyakit kandung kemih yang umum atau terjadinya infeksi dan inflamasi pada kandung kemih, biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, umunya kebanyakan disebabkan oleh bakteri E.coli, Staphylococcus atau Proteus yang tumbuh di uretra. Pada kucing, penyakit ini telah ditransmisikan dengan menginokulasi kucing lain dengan urin yang difiltrasi sehingga bebas bakteri yang berasal dari kucing yang terinfeki cystitis dan juga dengan meninokulasi isolasi virus dari hewan yang terinfeksi.

Bacterial cystitis merupakan cystitis yang disebabkan oleh bakteri seperti yg telah disebutkan sebeumnya. Biasanya didiagnosa asimtomatik pada hewan ketika hewan tersebut sedang urinasi. Hewan biasanya akan kesakitan ketika dipalpasi pada caudal abdomen dan palpasi terasa adanya penebalan dan berbentuk ireguler (tidak berbentuk). (Wallace, Melissa S.2011. Bacterial Cystitis in Small Animal.

Cystitis ditandai dengan adanya dysuria, frekuensi dan keinginan yang sangat untuk urinasi, dan kadang-kadang terjadi nyeri pada suprapubic. (Mobley, Harry L.T dan Warren, John W.1996.Urinary Track Infection.Washington D.C:ASM Press)

2.2 ETIOLOGI PENYAKIT

Penyebab cystitis pada umunya adalah bakteri jenis E.coli, Staphylococcus, dan Proteus.Bakteri-bakteri ini tumbuh pada urethra hewan yang terdiagnosa cystitis. Hewan yang sering terinfeksi cystitis adalah anjing dan kucing. Gejala umunya biasanya akan segera disadari oleh pemilik hewan peliharaan, yaitu keinginan hewan untuk bermain-main diluar kandang atau rumah lebih sering dari pada biasanya, cystitis ringan tidak terlalu terlihat gejalanga (asimtomatik), biasanya terjadi hematuria, kandung kemih akan kejang dan dindingnya akan mengalami penebalan. Pada cysititis kronis, gejalanya akan sama dan hematuria didapati lebih parah. (Siegmund, Otto H dan Fraser, Clarence M .1979.The Merck Veterinary Manual Fifth Edition. USA : Merck & CO.INC)

Infeksi saluran kemih atau Cystitis bisa dipicu oleh berbagai jenis bakteri. Namun bakteri yang sering menyebabkan jenis infeksi ini adalah Escherichia coli (Erickson, 1999). Escherichia coli atau disebut juga E. coli, adalah bakteri yang umum ditemukan dalam usus besar berbagai hewan. Infeksi saluran kemih akibat E. coli dapat menyakitkan tetapi untungnya juga mudah untuk dicegah dan diobati.

Karena E. coli hidup dalam usus, bakteri ini umumnya ikut pula terbawa dalam kotoran dan terdapat pula di daerah sekitar anus. Karena suatu sebab, E. coli akhirnya menemukan jalan ke uretra. Uretra adalah saluran dimana urin diekskresikan. Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh sebanarnya dapat mengatasi E. coli yang mencoba masuk ke dalam uretra. Namun ketika sistem kekebalan tubuh sedang lemah, bakteri ini akhirnya tumbuh dan berkembang biak sehingga menyebabkan infeksi.

Sedangkan E. coli sendiri merupakan kelompok bakteri yang mencakup berbagai jenis. Bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar berbagai hewan berdarah panas, termasuk manusia. Dalam usus, E. coli membantu dalam proses pencernaan makanan. E. coli hanya bisa bertahan untuk waktu yang singkat di luar usus.

Selain bakteri E.coli, penyebab lainnya yaitu zat-zat yang merangsang dalam bentuk kimiawi atau obat-obatan, yang bila dikeluarkan dalam jumlah besar, seringkali menimbulkan cystitis. Kemudian juga bisa disebabkan oleh perubahan suhu yang sekonyong-konyong dan hawa dingin akan mengganggu sirkulasi umum dan dapat mengakibatkan kongesti kandung kencing. Dingin yang keterlaluan dapat menimbulkan peradangan yang ektensif dan kandung kencing (Mikoto, 2011).

Batu dan benda-benda asing lainnya juga seringkali menyebabkan cystitis menahun karena rangsangan yang terus-menerus dari benda-benda tersebut. Hewan yang menderita cystitis akut akan memperlihatkan gejala sukar kencing, ketegangan yang parah bila urine keluar. Jumlah urine yang keluar sedikit dengan kadang kala disertai darah. Hewan berdiri dengan punggungnya melengkung, memperlihatkan rasa sakit bila dipaksa untuk berjongkok dan kekakuan dalam gerakannya. Hal ini merupakan gejala yang sering terlihat. Bila darah kandung kencing ditekan, memperlihatkan rasa sakit. Anjing yang diperiksa dalam posisi berdiri, seringkali berteriak kesakitan dan mencoba menggigit dan melepaskan diri. Bila dilakukan tekanan dengan jari-jari melalui poros usus menimbulkan gejala yang sama. Dalam banyak hal, kandung kencing terdapat kosong. Urine yang dikeluarkan dalam jumlah sedikit, berwarna gelap, mengandung albumin, kadang kala nanah dan lendir yang berserabut. Urine biasanya bereaksi alkalis akan tetapi dapat pula bereaksi asam cystitis menahun menimbulkan gejala yang sama, akan tetapi kurang parah bila dibandingkan dengan yang akut. lndikasi yang paling jelas dan cystitis menahun adalah rasa sakit pada waktu kencing, urine yang keluar mengandung nanah, sel darah merah, dan lain-lain (Mikoto, 2011).2.2.1 PENYEBAB CYSTITIS PADA FERRET

lnfeksi bakteri atau rangsangan dalam bentuk toksin, bahan kimiawi, dan lain-lain seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.Infeksi Bakteri ini biasanya menyerang pada bagian asenden dari uretra Ferret. Pada Ferret betina, kuman-kuman lebih mudah masuk ke dalam kandung air kencing melalui uretra yang berbentuk pendek dan lubangnya terletak dekat vulvaBakteri menyerang dan menjajah dalam kandung kemih dan / atau bagian atas uretra ketika sistem pertahanan lokal, yang membantu melindungi terhadap infeksi, terganggu. Gejala yang berhubungan dengan jenis infeksi bakteri termasuk radang pada jaringan yang terkena dan kesulitan kencing.Ferret dari segala usia dapat terkena, tetapi meningkat kerentanan sebagai hewan semakin besar. Dalam kasus tersebut, pembentukan batu, penyakit prostat, dan tumor sering terlihat.

Cystitis mempengaruhi ferret diikuti dengan urolitiasis atau prostatomegaly. Infeksi berkelanjut dapat menyebabkan septicaemia jika tidak diobati (Bridget Fry BSc (Hons), V.N. 2000).Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemihBakteri ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u; gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.

Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria.Infeksi dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat dan kehamilan.

Stafilokokus secara khas tidak berpigmen, resisten terhadap novobiosin, dan nonhemolitik; bakteri ini menyebabkan infeksi saluran kemih pada betina.

2.2.2 PENYEBAB CYSTITIS PADA KELINCI

Beberapa kelinci memiliki abnormalitas pada struktur saluran urinnya yang dapat menyebabkan predisposisi hewan untuk terinfeksi. Perubahan Abnormitas structural dapat menguatkan jalan urin pada kelinci, hal ini juga dapat meningkatkan tekanan pada ureter, saluran yang mengeluarkan urin. Factor predisposisi seperti neoplasma, kalkuli, urakus presisten, prospatic disease, dan infeksi saluran urinaria bagian atas. Ekskresi kalsium yang terlalu banyak dapat menimbulkan adanya batu pada kandung kemih atau pada ginjal yang lama kelamaan akan memblokir jalan keluar urin.

Cystitis tidak hanya disebabkan oleh obstruksi pada jalan urin tetapi juga disebabkan oleh inflamasi atau trauma fisik yang memblokir aliran normal urin dari ginjal. Pertumbuhan yang berlabihan pada jaringan perkemihan, juga disebut dengan hyperplasia, hal ini dapat menyebabkan kesukaran berurinasi. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan adanya kanker tapi sangat jarang didiagnosa pada kelinci.

Penyebab lain adalah adanya sedimen pada system urin, adanya calculi pada kandung kemih, urinasi stasis, atau urinasi yang sedikit-sedikit (susah kencing) yang disebabkan oleh adanya inflamasi pada kandung kemih dan terdapat infeksi bakteri (E.coli dan Pseudomonas).

Urin yang berwarna kemerahan pada kelinci juga sering ditemukan pada kelinci yang menderita cystitis, warna merah ini merupakan haematuria yang disebabkan oleh infeksi bakteri (E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus spp, Staphylococcus, dan Streptococcus) pada ginjal .

Cystitis pada kelinci biasanya disebabkan oleh endapan urin yg berlebihan pada saluran kemih (Brigitte, 2006). Lama kelamaan endapan tersebut menyebabkan peradangan pada saluran kemih. Setelah meradang, sering terjadi infeksi bakteri sekunder. Bakteri yang terlibat yaitu Esherichia coli dan Pseudomonas (Pare and Paul, 2004).

Gejala cystitis pada kelinci secara umum, yaitu: depresi, anoreksia, keengganan untuk bergerak. Perubahan dalam berkemih: stranguria, poliuria, kurangnya buang air kecil atau peningkatan frekuensi buang air kecil. Pemilik dapat melaporkan inkontinensia urin. Inkontinensia melibatkan konstan atau intermiten dribbling, sedangkan di poliuria urin voided masih sadar, tapi lebih sering dan pada volume yang lebih besar. Buang air kecil mungkin menyakitkan sehingga kelinci vocalises atau grinds giginya saat kencing. (Brigitte, 2006).

Hematuria dapat dicatat (). Pada palpasi abdomen kandung kemih mungkin besar atau kecil dan Cystoliths dapat teraba. Kelinci dapat menunjukkan ketidaknyamanan yang jelas pada palpasi. Daerah perineum dapat menunjukkan urin yang berdarah dengan bulu basah, hilangnya bulu, eritema dan pioderma. (Brigitte, 2006).

2.3 GEJALA CYSTITIS

a. Gejala Umum Cystitis :

Demam Tekanan di bagian bawah pinggul Nyeri buang air kecil (Disuria) Sering buang air kecil (Poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk buang air kecil (kencing urgensi) Perlu untuk buang air kecil pada malam hari (Nokturia) Warna urin abnormal (mendung/lebih gelap), mirip dengan infeksi saluran kemih Terdapat darah dalam urin (Hematuria) (mirip dengan kanker kandung kemih) Kotor atau bau urin yang kuatb. Gejala Cystitis Pada Kelinci : Sering buang air kecil tapi singkat

Terasa nyeri (Disuria) dan sulit untuk buang air kecil sehingga kelinci terlihat menahan sakit saat buang air kecil

Warna urine cokelat atau krem dengan konsistensi pekat dan terlihat berbuih

Postur tubuh bungkuk saat buang air kecil

Stress

Lethargi

Berat badan menurun

Ekor terlihat basahc. Gejala Cystitis Pada Ferret/ Musang:

Demam Anoreksia Stress Poliuria (sering buang air kecil) Disuria (nyeri saat buang air kecil) Mengejan saat buang air kecil. Hematuria (terdapat darah pada urin) Pada palpasi bagian abdominal, dinding kandung kemih terasa tebal Nyeri pada abdominal2.4 PATOGENISITAS CYSTITIS

Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% hewan betina. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria. Tak satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda khusus sepsis. E.coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan infeksi disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis berhubungan dengan jenis philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah P.

Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat dan kehamilan. E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya.Secara umum penyakit Cystitis menyerang 90% hewan betina. Hewan betina muda lebih rentan daripada hewan jantan yang muda. Sedangkan hewan tua lebih rentan untuk perkembangan penyakit cystitis dibandingkan dengan hewan muda.

Infeksi saluran kemih atau Cystitis bisa dipicu oleh berbagai jenis bakteri. Namun bakteri yang sering menyebabkan jenis infeksi ini adalah Escherichia coli (Erickson, 1999). Escherichia coli atau disebut juga E. coli, adalah bakteri yang umum ditemukan dalam usus besar berbagai hewan. Infeksi saluran kemih akibat E. coli dapat menyakitkan tetapi untungnya juga mudah untuk dicegah dan diobati.

Karena E. coli hidup dalam usus, bakteri ini umumnya ikut pula terbawa dalam kotoran dan terdapat pula di daerah sekitar anus. Karena suatu sebab, E. coli akhirnya menemukan jalan ke uretra. Uretra adalah saluran dimana urin diekskresikan. Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh sebenarnya dapat mengatasi E. coli yang mencoba masuk ke dalam uretra. Namun ketika sistem kekebalan tubuh sedang lemah, bakteri ini akhirnya tumbuh dan berkembang biak sehingga menyebabkan infeksi.

Selain bakteri E.coli, penyebab lainnya yaitu zat-zat yang merangsang dalam bentuk kimiawi atau obat-obatan, yang bila dikeluarkan dalam jumlah besar, seringkali menimbulkan cystitis. Kemudian juga bisa disebabkan oleh perubahan suhu yang sangat cepat dan hawa dingin akan mengganggu sirkulasi umum dan dapat mengakibatkan kongesti kandung kencing. Suhu yang sangat dingin dapat menimbulkan peradangan yang ektensif dari kandung kencing (Mikoto, 2011).

2.3 DIAGNOSISDiagnosa cystitis secara umum:

Analisa dan pembiakan urin, mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri yang menyebabkan gejala seperti cystitis.

Pembiakan sekresi-sekresi prostat, melihat tanda-tanda infeksi seperti sel darah merah dan putih.

Tes kepekaan potasium atau pottasium sensitivity test (PST) berfungsi untuk mengevaluasi kebocoran dari lapisan pelindung dari kantong kemih.

Cystoscopy untuk melihat kedalam kantong kemih dan urethra serta menentukan kapasitas kantong kemih pasien.

a. Diagnosa Cystitis Pada Kelinci

Diagnosis dapat dibuat atas dasar riwayat pasien dan gejala klinis yang tampak.Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa adanya cystitis pada kelinci yaitu dengan melakukan palpasi dan urin analisis, salah satu contohnya dengan menganalisis sampel urin dan culture. Selain itu penggunaan radiography, ultrasound examination dan cystoscopy juga dapat dilakukan untuk membantu dalam penegakan diagnosa.

Teknik Palpasi

Teknik palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan dengan menggunakan tangan. Palpasi dapat kita lakukan didaerah ventral abdomen pada kandung kemih. Bila saat dilakukan palpasi kelinci mengalami kesakitan hal ini dapat menjadi indikasi adanya abnormalitas pada daerah tersebut.

Pengumpulan sampel urin dan culture

Periksa hematuria dapat dilakukan dengan membedakan warna urin pada kelinci. Warna dari urin yang berwarna kemerahan dapat kita curigai sebagai pertanda adanya infeksi sehingga menyebabkan adanya inflamasi pada saluran kandung kemih. Akan tetapi kita juga harus membedakan warna merah dari urin yang disebabkan oleh kelincin yang telahmemakan wortel, bayam atau sayuran lainnya yang mengandung beta karoten. Selain itu sampel urin dapat kita kultur untuk mendeteksi ada infeksi yang d sebabkan oleh bakteri.

RadiographyDengan adanya warna yang tampak polos dan kontras pada radiografi dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan dinding kandung kemih, leher kandung kemih atau uretra. Selain itu juga untuk mendeteksi cystoliths/urethroliths.

CystoscopyMenggunakan endoskopi fleksibel ukuran kecil (7-12F) hal ini memungkinkan pengkajian keadaan didalam uretra dan kandung kemih kelainan-kelainan apa yang terjadi dan juga mengkonfirmasi pengeluaran urin dari ureter.

b. Diagnosa Cystitis Pada Ferret

Pada dasarnya sama dengan kelinci,

Palpasi abdominal: kandung kemih mengalami penebalan

Analisa urin: urine yang dikoleksi dari ferret yang mengalami cystitis menunjukkan adanya RBC, WBC, sel-sel inflamasi, bakteri, kristal, granular renal casts.

Kultur urin dan uji sensitifitas untuk mengetahui bakteri penyebab penyakit ini. Contoh bakteri yang menyerang saluran kemih: E.colli, Pseudomonas aeroginosa, Proteus spp., Streptococci, dan Staphylococci.

Tes darah: blood count lengkap dan plasma darah terlihat bergerombol, khususnya pada ferret yang berumur diatas 3 tahun dan menunjukkan ada gejala penyakit sistemik (pada pembuluh darah yang menyerang seluruh tubuh)

Radiografi dan ultrasoud menunjukkan kusutnya ginjal dan terlihat seperti dysuria, urolithiasis, bladder neoplasia, prostatomegaly atau adanya massa pada abdomen. Radiografi dan ultrasound digunakan untuk evaluasi kelenjar adrenal, kandung kemih dan urethra.

Note: cystitis terihat seperti pyelonehritis, atau sekunder cystic calculi, adrenal disease dan prostatitis.

Analisa urin:

Urine yang dikoleksi dari ferret yang mengalami cystitis menunjukkan adanya RBC, WBC, sel-sel inflamasi, bakteri, kristal, granular renal casts.

Kultur urin dan uji sensitifitas

Untuk mengetahui bakteri penyebab penyakit ini. Contoh bakteri yang menyerang saluran kemih: E.colli, Pseudomonas aeroginosa, Proteus spp., Streptococci, dan Staphylococci.

Tes darah:

Blood count lengkap dan plasma darah terlihat bergerombol, khususnya pada ferret yang berumur diatas 3 tahun dan menunjukkan ada gejala penyakit sistemik (pada pembuluh darah yang menyerang seluruh tubuh)

Radiografi dan ultrasound

Menunjukkan kusutnya ginjal dan terlihat seperti dysuria, urolithiasis, bladder neoplasia, prostatomegaly atau adanya massa pada abdomen. Radiografi dan ultrasound digunakan untuk evaluasi kelenjar adrenal, kandung kemih dan urethra.

*Diagnosa banding : seekor musang jantan yang tampaknya cystitis, tapi mungkin juga abses prostat.

2.4 Pengobatan

Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika.

Tujuan pengobatan :

Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.

Menanggulangi keluhan (gejala).

Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).

Tata cara pengobatan :

Menggunakan pengobatan dosis tunggal.

Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.

Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.

Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.

Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.

Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen.

Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.

I. Antibiotika Oral

a. Sulfonamida

Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah.

b. Trimetoprim-sulfametoksazol

Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

c. Penicillin

Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam.

Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam.

d. Cephaloporin

Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.

e. Tetrasiklin

Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.

f. Quinolon

Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin dan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

g. Nitrofurantoin

Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.

h. Azithromycin

Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial.

i. Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat

Antibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap infeksi.

j. Ibuprofen (Advil, Motrin, others), naproxen (Aleve, Anaprox) dan obat anti radang nonsteroid, untuk menghilangkan rasa sakit.k. Antidepresan trisiklik seperti amitriptyline atau imipramine (Tofranil), untuk membantu mengendurkan kandung kemih dan nyeri blok.l. Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl, lainnya) dan loratadine (Claritin, orang lain), untuk dapat mengurangi rasa sering ingin kencing dan meringankan gejala lainnya.m. Pentosan (Elmiron), obat oral yang telah untuk mengobati Interstitial Cystitis. Obat Ini mungkin memakan waktu hingga enam bulan untuk menurunkan frekuensi kencing. Efek sampingnya termasuk gangguan pencernaan ringan dan rambut rontok yang akan membaik ketika berhenti minum obat.II. Antibiotika Parenteral.

a. Amynoglycosida

Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 8 jam.

b. Penicillin

Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari.

c. Cephalosporin : Cefuroxine (Ceftin)

Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen. Dosis obat ini sebesar 250 mg dengan interval pemberian obat tiap 12 jam.

d. Imipenem/silastatin

Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500 mg dengan interval pemberian tiap 6-8 jam.

e. Aztreonam

Obat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.

Perangsangan sarafTranscutaneous electrical nerve stimulation (TENS) menggunakan tegangan listrik ringan untuk menghilangkan rasa sakit panggul dan mengurangi frekuensi kencing. Kabel listrik ditempatkan di bawah punggung atau tepat di atas daerah kemaluan. Tegangan listrik diberikan selama beberapa menit atau jam, dua kali atau lebih sehari. Dalam beberapa kasus, perangkat TENS dapat dimasukkan ke dalam vagina betina atau dubur jantan. Para ilmuwan percaya bahwa TENS dapat menghilangkan rasa sakit dan frekuensi kencing yang terkait dengan Interstitial Cystitis dengan meningkatkan aliran darah ke kandung kemih, memperkuat otot-otot yang membantu mengontrol kandung kemih atau memicu pelepasan zat yang nyeri blok.

Pengobatan lain yang mungkin adalah merangsang saraf sakral. Modulasi pada saraf sakral (jalur utama antara saraf tulang belakang dan saraf di kandung kemih) dapat mengurangi perasaan ingin segera kencing. Metodenya yaitu kawat tipis ditempatkan di dekat saraf sakral dan memberikan impuls listrik ke kandung kemih, mirip dengan alat pacu jantung. Jika prosedurnya berhasil mengurangi gejala, perangkat yang permanen bisa ditanamkan lewat operasi.

Menggembungkan kandung kemihCaranya dengan peregangan kandung kemih menggunakan air atau gas. Prosedur dapat dipakai sebagai pengobatan jika responnya bertahan lama.

Obat yang ditanamkan ke dalam kandung kemihSulfoxide dimetil atau DMSO, (Rimso-50) ditempatkan ke dalam kandung kemih melalui tabung tipis fleksibel (kateter) dan dimasukkan melalui uretra. Larutannya kadang-kadang dicampur dengan obat lain seperti anestesi lokal. Setelah berada di kandung kemih selama 15 menit, larutannya dikeluarkan melalui buang air kecil. Cara ini dapat mengurangi peradangan dan mencegah kontraksi otot yang menyebabkan gejala Interstitial Cystitis.

Pengobatan baru dengan menyuntik kandung kemih menggunakan larutan yang mengandung campuran obat: lidokain, natrium bikarbonat dan pentosan atau heparin dapat digunakan untuk mengurangi gejala.

OperasiDokter jarang menggunakan operasi sebagai pengobatan Interstitial Cystitis karena pengangkatan sebagian atau seluruh kandung kemih tidak menghilangkan rasa sakit dan dapat menyebabkan komplikasi lain. Operasi biasanya dilakukan hanya setelah pengobatan lain gagal. Pilihannya meliputi:

- Augmentasi kandung kemih. Menghilangkan bagian yang rusak dari kandung kemih dan menggantinya dengan potongan usus besar. Operasi ini masih menyisakan sedikit gejala rasa sakit dan beberapa pasien masih perlu mengosongkan kandung kemih dengan kateter beberapa kali sehari.

- Fulguration. Penyisipan instrumen melalui uretra untuk membakar borok yang mungkin muncul akibat Interstitial Cystitis.

- Reseksi. Penyisipan instrumen melalui uretra untuk memotong borok.

Obat Tradisional

Bahan

: 3 potong akar pepayaCara membuat

: direbus dengan 1 liter air air sampai mendidih, kemudian disaring.Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 / 2 gelas.Preventif Infeksi Saluran KemihAgar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal berikut:

Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.

Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.

Jangan membersihkan organ intim dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah air bersih yang mengalir.

Jangan lupa untuk mengeringkan organ intim dan saluran kemih menggunakan lap kain yang bersih

BAB III

KESIMPULAN

Cystitis merupakan penyakit kandung kemih yang umum atau terjadinya infeksi dan inflamasi pada kandung kemih biasanya disebabkan oleh E.coli, Staphylococcus, atau Proteus yang hidup diurethra. Diagnose dari penyakit ini meliputi teknik palpasi, pegumpulan sampel urin dan kultur, radiografi, cystoscopy, analisa urin, ter darah, dan ultrasound. Pengobatan cystitis dapat dengan memberikan antibiotic peroral (sulfonamide, trimethropin, penicillin, dll) serta pemberian antibiotic secara parenteral (aztreonan, penicillin, dll).

Pengobatan juga bisa menggunakan obat tradisional, tindakan operatif, dan melakukan upaya preventif terhadap pertumbuhan mikroba pada saluran urin.DAFTAR PUSTAKAAndriole VT (editor) : Lyme disease and other sperochetal disease, Rev Infect Dis 1989; (Suppl 6) : S1433.

Bridget Fry BSc (Hons), V.N. 2000. Animal Health and Research Manager. Twycross Zoo - East Midland Zoological SocietyAtherstoneWarwickshire CV9 3PXUK.

Brigitte Reusch. 2006. Urogenital system and disorders, BSAVA Manual of Rabbit Medicine and Surgery Second Edition. Page: 85-95.

Britigan BE et al : Gonococal infection: A model molecular pathogenesis, N Engl J.

Med 1985 ; 312 :1682.

Erickson DR. Interstitial cystitis: update on etiologies and therapeutic options. J Womens Health Gend Based Med. 1999;8:745758.

Gupte S : Mikrobiologi dasar. Edisi ketiga, Binarupa aksara Jakarta, 1990.

Hook EW III, Holmes KK: Gonococal infection, An Intern Med, 1985; 102; 229.

Jawetz E et al (eds) : Medical MIcrobiology, 19th ed , Appleton and Lange, Norwalk, Connecticut/San Mateo Californiam 1991.

Jawetz E et al (eds) : Medical MIcrobiology, 19th ed , Appleton and Lange, Norwalk, Connecticut/San Mateo Californiam 1991.

Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta 1996

Joklik W.K et.al (eds) : Zinserr Microbiology, 19th ed, Appleton Century-Crofts, New York, 1988

Mikoto. 2011. Penyakit Hewan Indonesia. Jakarta, Indonesia.

Mobley, Harry L.T dan Warren, John W.1996.Urinary Track Infection.Washington D.C:ASM Press

Par, J.A. & Paul-Murphy, J. 2004. Disorders of the Reproductive and Urinary Systems, Ferrets, Rabbits and Rodents - Clinical Medicine and Surgery Second Edition. Page : 183-193.

Robbins, V, W. 1982. Cystitic calculi in rabbits. Vol. 32. Page: 414.

Siegmund, Otto H dan Fraser, Clarence M .1979.The Merck Veterinary Manual Fifth Edition. USA : Merck & CO.INC)

http://www.merckmanuals.com/vet/urinary_system/infectious_diseases_of_the_urinary_system_in_small_animals/bacterial_cystitis_in_small_animals.html (diakses tanggal 25 September 2013))

TUGAS TERSTRUKTUR PENYAKIT INTERNAL INFEKSIUSCYSTITIS PADA FERRET

Disusun oleh :

PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013Gambar. Penebalan urinary bladder

Contoh: Kultur e. colli

Navilla Y. Afanin115130100111035

Dimas Amri 115130100111039

Dinta Ardeli Mandasari 115130101111026

Putri Lifinadari115130101111028

Sherly Nur Hermeithasari 115130101111042

Sayida Hanifa115130101111043

Afrilliani Eka Putri115130101111044

Muh Rizki Ramadhani115130101111045

Brasilia Septya Ayu115130101111046

Redika Yudha Kurniadi 115130107111020