css 3 - sinusitis

22
ANATOMI, HISTOLOGI, DAN FISIOLOGI SINUS PARANASAL 1.1 Anatomi Sinus Paranasal Sinus paranasal merupakan organ yang sulit dideskripsi karena bentuknya yang bervariasi pada setiap individu. Terdapat empat pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Secara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan kecuali sinus sfenoid dan frontal. Sinus frontal berkembang dari sinus ethmoid anterior pada anak yang berusia sekitar 8 tahun. Sinus sfenoid mulai mengalami pneumatisasi antara usia 8-10 tahun dan berasal dari rongga hidung bagian posterosuperior. Semua sinus mempunyai muara ke dalam rongga hidung. Sinus maksila, ethmoid anterior dan frontal bermuara ke meatus media dan 1

Upload: nouna-dinda-cengengcupcupcup

Post on 29-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sinusitis css

TRANSCRIPT

Page 1: CSS 3 - Sinusitis

ANATOMI, HISTOLOGI, DAN FISIOLOGI SINUS PARANASAL

1.1 Anatomi Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan organ yang sulit dideskripsi karena bentuknya

yang bervariasi pada setiap individu. Terdapat empat pasang sinus paranasal mulai

dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid dan sinus sfenoid

kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala

sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Secara embriologik sinus paranasal

berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada

fetus usia 3-4 bulan kecuali sinus sfenoid dan frontal. Sinus frontal berkembang dari

sinus ethmoid anterior pada anak yang berusia sekitar 8 tahun. Sinus sfenoid mulai

mengalami pneumatisasi antara usia 8-10 tahun dan berasal dari rongga hidung

bagian posterosuperior. Semua sinus mempunyai muara ke dalam rongga hidung.

Sinus maksila, ethmoid anterior dan frontal bermuara ke meatus media dan sinus

ethmoid posterior bermuara ke meatus superior. Sinus sfenoid bermuara ke ressesus

sfenoethmidalis.

Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. Sinus ini memiliki volume

sekitar 6-8 ml saat lahir dan berkembang maksimal saat dewasa hingga mencapai 15

ml. Sinus ini berbentuk segitiga dan dibatasi di bagian anterior oleh permukaan fasial

os maksila (fosa canina), bagian posterior permukaan infratemporal maksila, dinding

medialnya dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya dasar orbita dan bagian

inferiornya adalah prosessus alveolaris serta palatum. Ostium sinus maksila berada di

1

Page 2: CSS 3 - Sinusitis

2

sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui

infundibulum ethmoid. Secara klinis yang perlu diperhatikan dari sinus maksila

adalah : 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu

premolar (P1, P2) molar (M1, M2) kadang-kadang gigi taring (C) atau gigi molar M3.

Bahkan akar gigi-gigi tersebut dapat menonjol ke rongga sinus sehingga infeksi gigi

dapat menyebabkan sinusitis 2) sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi ke

orbita 3) ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus sehingga drainase

kurang baik. Infundibulum merupakan bagian dari sinus ethmoid anterior bila terjadi

peradangan atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan

menyebabkan sinusitis.

Sinus frontal terbentuk sejak bulan keempat fetus berasal dari sel-sel resesus

frontal atau dari sel-sel infundibulum ethmoid. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya

tidak simetris, dipisahkan oleh sekat berupa tulang yang relatif tipis dari orbita dan

fosa cerebri anterior sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menyebar ke daerah

ini. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang

lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang. Sinus frontal biasanya tidak bersekat-

sekat tapi berlekuk-lekuk, tidak adanya gambaran lekuk-lekuk dinding sinus pada

foto rontgen menunjukkan adanya infeksi. Kurang lebih ukurannya adalah lebar 2,4

cm tinggi 2,8 cm dan dalamnya 2 cm.

Sinus ethmoid bentuknya paling variatif dari semua sinus paranasal dan akhir-

akhir ini dianggap penting karena menjadi fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya.

Pada orang dewasa bentuknya seperti piramid dengan ukuran dari anterior ke

posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior serta 1,5 cm di

Page 3: CSS 3 - Sinusitis

3

bagian posterior. Sinus ethmoid berongga-rongga terdiri-dari sel-sel menyerupai

sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak

diantara konka media dan dinding medial orbita. Sel ini berjumlah antara 4-17 sel

(rata-rata 9 sel). Sel-sel sinus ethmoid anterior biasanya lebih kecil dan lebih padat

dibandingkan di bagian posterior sinus. Berdasarkan letaknya sinus ethmoid dibagi

menjadi sinus ethmoid anterior yang bermuara ke meatus media dan sinus ethmoid

posterior yang bermuara di meatus superior. Bagian terdepan sinus etmoid anterior

ada bagian yang sempit disebut resesus frontal yang berhubungan dengan sinus

frontal. Sel etmoid terbesar disebut bula etmoid. Terdapat infundibulum

(penyempitan) pada etmoid anterior tempat muaranya ostium sinus maksila. Atap

sinus ethmoid yang disebut fovea ethmoidalis berbatasan dengan lamina cribosa.

Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus

ethmoid dari rongga orbita. Bagian belakang sinus ethmoid posterior berbatasan

dengan sinus sfenoid.

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid yang terpisah menjadi dua oleh sekat

septum intersfenoid. Ukurannya kurang lebih tinggi 2 cm, dalamnya 2,3 cm dan

lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7, 5 ml. Sebelah superior dibatasi fossa

cerebri media dan kelenjar hipofise, sebelah inferior atap nasofaring, lateralnya

dibatasi sinus cavernosus dan arteri carotis interna (sering tanpak sebagai indentasi)

dan sebelah posterior terdapat fossa cerebri posterior di daerah pons.

Pada sepertiga tengah dinding lateal hidung yaitu di meatus medius, ada

muara-muara saluran dari sunis maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior.

Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri

Page 4: CSS 3 - Sinusitis

4

dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus

frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus

maksila.

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan

palut lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan

lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Sampai saat ini belum ada kesepakatan pendapat mengenai fisiologi sinus

paranasal bahkan ada pendapat sinus-sinus ini tidak mempunyai fungsi apapun.

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus adalah sebagai pengatur

kondisi udara, penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi

suara, peredam perubahan tekanan udara dan membantu produksi mukus untuk

membersihkan rongga hidung.

Page 5: CSS 3 - Sinusitis

5

Gambar 2.1 Paranasal Sinuses

Diambil dari : www.octc.kctcs.edu

Page 6: CSS 3 - Sinusitis

6

Gambar 2.2 Schematic representation of the lateral wall of the nasal cavity,

with the turbinates removed to expose the sinus ostia.

Diambil dari Adult Rhinosinusitis Diagnosis and Management –

January 1, 2001 - American Family Physician

1.2 Histologi Sinus Paranasal

Pada sinus paranasalis terdapat :

- Epitel respirasi (epitel bertingkat silidris bersilia) yang lebih tipis yang

mengandung sedikit sel goblet

- Lamina propria mengandung beberapa kelenjar kecil dan berhubungna langsung

dengan periosteum dibawahnya

1.3 Fisiologi Sinus Paranasal

Fungsi sinus paranasal adalah :

- Sebagai pengatur kondisi udara (air conditoning) : sebagai ruang tambahan untuk

memanaskan dan mengatur kelembaban inspirasi.

- Sebagai penahan suhu (Thermal Insulators): Sinus paranasal berfungsi sebagai

penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga

hidung yang berubah-ubah.

- Membantu keseimbangan kepala, karena mengurangi berat tulang muka.

- Membantu resonansi suara

Page 7: CSS 3 - Sinusitis

7

- Sebagai peredam perubahan tekana udara. Fungsi ini berjalan apabila ada

perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya ketika bersin atau

membuang ingus.

- Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil

dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan

partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar melalui

meatus media.

Page 8: CSS 3 - Sinusitis

8

SINUSITIS

2.1 Definisi

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau

infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari

keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis

bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis

(berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila

mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang

paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis.

2.2 Klasifikasi

Secara klinis sinusitis dibagia atas :

Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.

Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa

bulan.

Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.

Page 9: CSS 3 - Sinusitis

9

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis

Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala

sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan

sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi

Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering

menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre

molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus

pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans,

Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis

2.3 Etiologi

Terdapat 2 faktor yaitu infeksius dan nonifeksius yang dapat memberikan

kontribusi dalam terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran

cairan oleh silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara

lain adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal

atau tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus

(Wegener’s granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkan obstruksi

ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan kandungan sekret

mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan mengganggu

pengeluaran mukus. Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3

faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas

dan kualitas mukosa

Page 10: CSS 3 - Sinusitis

10

2.4 Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan ancarnya

klirens mukosiliar di dalam komplek ostium-meatal (KOM). Mukus juga

mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi

edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat

bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga

sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa

dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasaya sembuh dalam beberapa hari

tanpa pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan

media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen.

Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi

antibiotik.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi

berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin

membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya

perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipod atau pembentukan polip

dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

Page 11: CSS 3 - Sinusitis

11

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling

sering ditemukan adalah rasa tekanan pada muka dan inguss purulen, yang seringkali

turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam

dan lesu. Sinusitis kronik keluhan tidak khas sehingga sulit didiagnosis.

2.6 Diagnosa

Gejala mayor Gejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala

Sekret nasal purulen Batuk

Demam Rasa lelah

Kongesti nasal Rasa lelah

Obstruksi nasal Halitosis

Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua

kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

Page 12: CSS 3 - Sinusitis

12

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan transluminasi.

Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau

gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena

akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit.

2. Pencitraan

Dengan foto kepala posisi Water’s, PA, dan lateral, akan terlihat

perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT

Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis.

3. Kultur

Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme

penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius,

meatus superior, atau aspirasi sinus.

4. Rontgen gigi

Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:

1. Mempercepat penyembuhan

Page 13: CSS 3 - Sinusitis

13

2. Mencegah komplikasi

3. Mencegah perubahan menjadi kronik.

Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan

pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis

akut, yaitu:

1. Antibiotik. Berikan golongan penisilin selama 10-14 hari meskipun gejala

klinik sinusitis akut telah hilang.

2. Dekongestan lokal. Berupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase

hidung.

3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit.

4. Irigasi Antrum. Indikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium

sinus sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum

maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa

incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong

pus untuk keluar melalui ostium normal.

5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi

Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali

telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat

akibat sekret yang tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk

melakukan pembedahan

Page 14: CSS 3 - Sinusitis

14

2.9 Komplikasi

Kelainan pada orbita : abses orbita

Kelainan intrakranial : meningitis akut, abses dura, abses otak

Kelainan pada tulang : osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang

frontalis adalah infeksi sinus frontalis

Kelainan pada paru: Bronkitis kronik dan Bronkhiektasis

Mukokel dan piokel

Otitis media

Toxic shock syndrome